• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan media komunikasi dari jaman dahulu hingga sekarang telah mengalami revolusi yang pesat, jika saat itu kita mengenal yang namanya telpon rumah atau warung telepon (wartel) namun saat ini kemunculan teknologi yang canggih mempermudahkan kita untuk berkomunikasi dan melakukan sesuatu dengan siapapun dan kapanpun kita mau. Kemudahan dari teknologi ini dapat dirasakan oleh masyarakat luas sehingga pesan informasi dapat tersampaikan dengan efektif dan efisien. Alat komunikasi serta teknologi yang terus menjadi mutahir membuat manusia serta teknologi tidak terpisahkan dengan kehidupan tiap hari orang, khususnya dalam pemakaian internet.

Internet jadi media komunikasi yang banyak digunakan dikala ini. Karena hadirnya internet seluruh informasi dapat didapatkan dengan kilat tanpa menunggu waktu sangat lama, masyarakat dapat mengakses bermacam perihal mulai dari kabar serta kejadian yang terjalin dikala itu, gaya hidup, hiburan, bahkan digunakan sebagai media informasi guna mangulas berbagai isu-isu sosial di kehidupan masyarakat.

Hadirnya internet di media komunikasi, diikuti tingginya penggunaan akan perangkat teknologi seperti komputer, smartphone atau tablet. Perangkat tersebut di gunakan untuk mengakses berbagai aplikasi media sosial. Media sosial merupakan media daring yang digunakan sebagai penunjang kebutuhan komunikasi jarak jauh, proses interaksi sesama pengguna, serta mendapatkan sebuah informasi melalui perangkat aplikasi khusus menggunakan jaringan internet.

Media sosial berkembang pesat dengan adanya kemudahan akses yan didukung oleh revolusi kecepatan jaringan dan teknologi komunikasi. Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite dalam laporan terbarunya yang berjudul Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital itu, menyatakan bahwa dari total 274,9 juta penduduk di Indonesia, 170 juta di antaranya telah menggunakan media sosial. Dengan demikian, angka penetrasinya sekitar 61,8 persen. Angka pengguna aktif media sosial di Indonesia tersebut tumbuh sebesar 10 juta atau sekitar 6,3 persen dibandingkan bulan Januari 2020. Pada periode yang sama, pengguna internet di Indonesia juga turut tumbuh 27 juta atau 15,5 persen menjadi 202,6 juta dengan

(2)

2 dominasi pengguna pada rentang usia 25-34 tahun. Artinya Artinya lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia telah “Melek” media Sosial (Wearesocial, 2021)

Berselancar di media sosial menjadikan pengguna tidak akan luput dari informasi, baik isu dan fenomena terbaru setiap harinya. Sebab pola penyebaran pesan yang cenderung bebas memiliki maksud agar segera diketahui publik menjadi tujuan utama dari para pengguna media social. Maka segala informasi baru yang disebarkan akan mudah diterima oleh pengguna lainnya. Isi pesan media sosial yang tersebar bebas dan mudah diakses, seolah-olah menafikan keberadaan media massa utama sebagai sumber berita faktual yang berlandaskan pada etika pemberitaan (Setiadi, 2016).

Body shaming dan insecurity isues menjadi topik yang diperbincangkan banyak orang akhir-akhir ini. Diawali dengan maraknya kasus kasus penghinaan dan ejekan-ejekan di media sosial. Namun hal tersebut masih dianggap hal biasa dan disepelekan. Padahal faktanya body shaming dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk kekerasan verbal atau bullying. Body shaming merupakan memberi kritik atau komentar negatif pada bentuk fisik seseorang dengan sengaja atau pun tidak. Hal ini dapat menyebabkan korban body shaming merasa tersinggung bahkan sakit hati yang dapat berdampak lebih jauh pada kesehatan mentalnya. Mungkin bagi beberapa orang tindakan body shaming hanya sekadar bercanda, akan tetapi jika dilakukan secara terus menerus tentu akan berdampak pada mentalnya(Rachmah & Baharuddin, 2019). Hal ini kemudian juga berdampak pada penyebaran nilai-nilai yang dengan mudah dapat memengaruhi perspektif dan sikap masyarakat terhadap sesuatu, termasuk standarisasi kecantikan dan tubuh ideal, baik bagi laki-laki maupun perempuan (Sakinah, 2018).

Body shaming bukan hanya komentar tentang bentuk tubuh ideal namun juga pengaruhi standar kecantikan. Ada beberapa kutipan popular mengenai realitas sosial di dunia maya yang mengatakan “gak glowing gak dihargain” atau “keadilan social bagi seluruh rakyat goodlooking”. Menekankan seterotype kecantikan ideal adalah langsing, berkulit putih, berpostur tinggi dan berwajah mulus. Bagi yang tidak termasuk dalam kategori tersebut tak jarang akan mendapatkan perilaku body shaming baik didunia nyata maupun maya. Hal inilah yang menjadikan korban body shaming kehilangan kepercayaan diri dan ruang terbatas untuk berekspresi di media social.

Body shaming bukanlah hal baru, kegiatan ini sering kita lakukan bahkan menajadi bahan candaan seseorang akan kekurangan orang lain. Pada mulanya, body shaming hanya

(3)

3 menjadi tren untuk bahan becandaan saja, tetapi lama kelamaan menjadi serius hingga menjatuhkan atau menjelek- jelekkan orang lain, yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dari orang yang menjadi objek body shaming tersebut (Rachmah &

Baharuddin, 2019).

Body shaming menjadi perhatian serius ketika memiliki dampak buruk terutama bagi korban. Insecurity isues atau krisis kepercayaan diri menjadi salah satu dampak yang hampir dialami oleh semua korban body shaming. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh FitRated menemukan bahwa body shaming hampir selalu memengaruhi kepercayaan diri seseorang, baik pria ataupun wanita. Mengutip Hello Giggles, survei menyebutkan bahwa sebanyak 93 persen wanita dan 83 persen pria mengungkapkan rasa tidak percaya dirinya akibat body shaming yang dilontarkan orang-orang di sekitarnya (CNN Indonesia, 2018).

Ada banyak cara untuk melawan body shaming dan krisis kepercayaan diri bagi korban. Salah satunya dukungan motivasi yang dilakukan di media sosial. Melangar standar kecantikan yang ada perlu dilakukan untuk menjadikan korban bully body shaming kembalikan rasa kepercayaan diri. Bertukar informasi serta motivasi melalui media social instagram adalah solusi yang banyak dilakukan oleh beberapa kalangan. Sebab instagram merupakan salah satu media sosial popular di Indonesia.

Khusus unuk media social Instagram, data yang dirilis Napoleon Cat, pada periode Januari-Mei 2020, pengguna Instagram di Indonesia mencapai 69,2 juta (69.270.000) pengguna. dengan didominasi penguna usia produktif (18-34). Pengguna dari golongan generasi tersebut mendominasi hingga 25 juta pengguna atau mendominasi 36-38 persen (usia 18-24). Sementara untuk rentang usia 25-34, mendominasi dengan 21 juta pengguna (31-33 persen). Untuk gender pengguna Instagram di Indonesia di dominasi oleh perempuan dengan selisih 1-2 % disbanding pria (Goodnewsfromindonesia.id, 2020)

Instagram memiliki karakter utama layaknya aplikasi media social lainnya seperti facebook dan twitter . Instagram memiliki jumlah pengguna yang besar di Indonesia, sebab Instagram memberikan kemampuan untuk menjangkau komunikan atau khalayak secara cepat dan tanpa batas bagi penggunanya. Atas kelebihanya tersebut, ada beberapa pihak yang akhirnya mengunakan Instagram sebagai salah satu media (chanel) utama untuk menyampaikan informasi kepada komunikannya masing-masing yang pada saat ini mayoritas menggunakan Instagram. Tujuan penggunaan Instagram beragam, mulai dari sebagai wujud eksistensi diri, mencari berita terkini, berhubungan dengan teman lama, atau malah mencari

(4)

4 teman baru. Ketersediaan ruang Interaksi melalui fitur ikuti, like, komen, cerita, dan berbagi memungkinkan siapapun untuk dapat bersuara sesuai keinginannya masing-masing. Salah satunya bersuara atau mencari informasi mengenai topik yang dinilai tabu bahkan jauh dari standar yang biasanya, karena jarang dibicarakan bagi masyarakat kebanyakan.

Pemanfaatan Instagram dapat digunakan sebagai media informasi maupun berkampanye. Pada pnelitian sebelumnya (Ulfa & Fatchiya, 2017) mengenai efektivitas Instagram “earth hour bogor” sebagai media kampanye lingkungan. Earth Hour Bogor menjadi gerakan sosial yang memanfaatkan media sosial instagram sebagai media kampanye mereka. Tujuan studi tersebut adalah analisis efektivitas instagram @ehbogor sebagai media kampanye dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Bogor melalui Instagram @ehbogor sudah efektif dalam menstimulasi perhatian followers, menimbulkan ketertarikan untuk mengetahui lebih lanjut, keinginan untuk berpartisipasi. Namun, kurang efektif dalam menimbulkan keikutsertaan dalam kegiatan kampanye dan mengkampanyekan kembali pada orang lain.

Penelitian (Fajar Havilah Gazalba, 2019) juga mengenai penggunaan media sosial instagram sebagai Sebagai Media Kampanye Anti Kekerasan Seksual oleh Akun Instagram

@dearcatcallers.id. Penelitian ini berupaya membahas penggunaan media sosial Instagram sebagai media kampanye anti kekerasan seksual yang dilakukan oleh akun Instagram

@dearcatcallers.id yang berfokus untuk mendeskripsikan pesan, karakteristik, dan efek yang terkandung didalamnya. Penelitian ini berhasil melahirkan kesimpulan bahwa era komunikasi elektronik telah melahirkan masyarakat yang bergantung pada informasi yang berunsur hiburan dan media sosial Instagram yang menjanjikan pesan informasi berupa pesan visual dan juga berperan penuh dalam menyebarkan informasi secara personal sekaligus secara real- time tanpa mengenal jarak telah membuka jalan bagi siapapun termasuk pengelola akun Instagram @dearcatcallers.id untuk mengampanyekan anti kekerasan seksual melalui media sosial Instagram secara efektif.

Walaupun jerawat bukanlah suatu keadaan medis yang serius, namun memiliki dampak yang berbahaya. tidak hanya berdampak pada persoalan kesehatan kulit namun juga dapat berdampak pada kondisi kesehatan mental penderitanya. Pada masa pubertas kemunculan jerawat dipengaruhi oleh perubahan hormon yang bisa merangsang kelenjar minyak menghasilkan minyak secara berlebihan. Hal ini akan menyebabkan jerawat lebih sulit diatasi dan diperlukan waktu lama untuk mengatasinya sehingga penderitanya merasa

(5)

5 frustrasi. Utamanya pada jerawat yang membandel, karena bisa membuat seorang remaja depresi, bahkan bunuh diri.

Bukti adanya dampak jerawat terhadap kesehatan mental dialami oleh gadis bernama Rose MacIntosh yang dikutip melalui mirror.co.uk melalui Fimela.com. Rose berjerawat saat ia berusia 12 tahun dengan kondisi parah di bagian wajah. Oleh sebab itu ia harus menutupi wajahnya dengan skarf agar bisa menutupi jerawat dan rasa malunya. Di sekolah Rose sering mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan akibat perundungan yang dilakukan oleh teman-temannya. Akibat perundungan yang ia alami, Rose sempat menolak untuk pergi ke sekolah. Bahkan berniat untuk melakukan bunuh diri. "Aku sangat tertekan dengan bullying dan bahkan aku berniat bunuh diri beberapa kali. Sering sekali aku merasa tak ingin melanjutkan hidupku," ujar Rose. Saat di sekolah, Rose tak dapat bersosialisasi dengan baik. Rose dikucilkan dan tak punya teman. Pernah ia punya pacar, tapi pacarnya meninggalkannya saat Rose sering diejek. Semua pengalaman itu membuat Rose depresi.

Akibat kejadian tersebut Rose harus menjalani terapi untuk mengatasi masalah metalnya (Fimela, 2015).

Kisah sedih lainnya juga terjadi pada Melissa Martin-Hughes seorang siswi 18 tahun di Inggris melakukan bunuh diri di sebuah taman di Gloucestershire, pada April 2010. Sejak usia 14 tahun wajah dan tubuh bagian atas Melissa mengidap jerawat yang parah dan juga mengalami depresi akibat perundungan teman sekolahnya. Akhirnya ia pun mendapatkan obat kontroversial Roaccutane dan kemudian memakai pil kontrasepsi untuk mengurangi parahnya kondisi kulit. Namun kedua obat ini diketahui dapat memicu depresi semakin parah.

Sejak itu, Melissa mulai menyakiti diri sendiri. Sebelum kematiannya Pada Agustus 2009, Melissa sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri di Beachy Head, Sussex. Namun percobaan tersebut gagal setelah polisi datang dan menghampirinya saat sedang menangis.

Usia kejadian itu, orangtua Melissa merawat anaknya di pusat perawatan kesehatan mental setempat. Namun berdasarkan penyelidikan resmi, pusat layanan gagal mengasuh mental Melissa. Dan tubuh Melissa ditemukan tak bernyawa delapan bulan setelah memulai perawatan mentalnya (detikNews, 2012).

Selain Melissa dan Rose, kisah sedih juga pernah dialami oleh beauty vlogger sekaligus influencer dari Indonesia, jiglyciuouss. Melalui kanal youtubenya jigly berbagi pengalaman saat jerawat mulai tumbuh diwajahnya. Barprofesi sebagai beauty vlogger menguatkan stigma ditengah masyarakat bahwa kulit sebaiknya mulus bersih dan sehat

(6)

6 sebagai modal utamanya. Saat mengalami jerawat Jigly mulai mendapat hujatan dari beberapa pengikutnya melalui pesan DM dan komentar di akun sosial medianya. Bermula saat Jigly memposting beberapa vidionya dengan keadaan muka berjerawat (bare face) banyak yang mengatakan jika ia tak pantas menjadi beauty vlogger saat muka nya berjerawat dan menganggap jerawat di wajahnya telah mengganggu. Dan akibat hal tersebut Jigly mengalami rasa tidak percaya diri. Banyak acara yang akhirnya ia batalkan, enggan untuk bersosialisasi keluar rumah, sering menangis dan berniat untuk menutup akun youtube nya (Jiglyciouss, 2019).

Rose, Melissa dan Jigly hanyalah beberapa kisah yang menjadi bukti bahwa jerawat memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan dan kesehatan mental mereka. Akibatnya segala bentuk hubungan sosial dan aktivitas baik akademis maupun professional dapat terganggu. Kondisi lingkungan yang buruk serta minimnya dukungan dapat mempengaruhi kondisi depresi akibat jerawat semakin memburuk.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh brand kecantikan dan kesehatan Himalaya Since 1930, kepada lebih dari 1000 wanita Indonesia yang mengalami jerawat di lebih dari 110 kota besar, ditemukan bahwa 77 persen diantaranya pernah mengalami acne shaming.

Yaitu, perbuatan atau praktek mempermalukan seseorang dengan menghina atau berkomentar negatif mengenai jerawat mereka yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Survei tersebut juga menyatakan bahwa hampir 75 persen pejuang jerawat mengatakan bahwa masalah jerawat memengaruhi kehidupan profesional dan akademis mereka. Sebanyak 60 persen mengatakan bahwa masalah jerawat mempengaruhi kehidupan sosial mereka, seperti tidak mau bertemu orang baru atau bersosialisasi. Dan banyak diantaranya yang mengaku bahwa berurusan dengan jerawat seringkali berujung pada rasa frustrasi (20 persen) atau bahkan depresi (13 persen) (Lifestyle.Bisnis.Com, 2020). Presentasi depresi 13 persen bukanlah angka yang bisa diabaikan. Artinya 130 dari 1000 responden penelitian yang dilakukan telah mengalami dampak yang mengkhawatirkan, yaitu depresi yang sangat dimungkinkan bisa berujung pada kasus bunuh diri. Dari penelitian ini juga meyakinkan bahwa jerawat bukanlah persoalan sepele jika dilihat dari dampak yang di timbulkan.

Sehingga perlu diberi perhatian serius agar penderita jerawat diluar sana tidak mengalami dampak yang berbahaya seperti kisah dan hasil survey diatas.

Hal inilah yang dilakukan oleh akun Instagram @pejuang_jerawat untuk memberikan dukungan kepada pengguna Instagram yang memiliki permasalahan jerawat. Terhitung

(7)

7

@pejuang_jerawat memiliki pengikut yang berjumlah lebih dari 27,3 ribu lebih pengguna saat tulisan ini dibuat. Dengan jumlah postingan sebanyak 242 yang mana akun memposting sebanyak 3-5 kali sehari. Berawal dari isu body shaming utamanya jerawat yang dapat mempengaruhi krisis kepercayaan diri menjadi motivasi utama mendirikan akun ini.

@pejuang_jerawat barangkali merupakan satu dari beberapa akun media sosial lain khususnya Instagram yang akhir-akhir ini mulai bersuara dengan lantang memberikan dukungan bagi korban body shaming khususnya pejuang jerawat melalui media sosial.

Diantaranya akun @pejuang.jerawat, @jerawatan.id, namun hanya @pejuang_jerawat yang memiliki banyak followers dan konsisten memposting dengan konten-konten yang bermanfaat. Selain akun tersebut, ada akun selebgram sekaligus influencer seperti,

@rikawdwt, @crvhons, @inivindy, @nvnsrm, namun focus kontennya berbeda. Pada akun

@pejuang_jerawat, selain memberikan informasi, dalam postingannya memberikan wadah mengekspresikan diri bagi pejuang jerawat dengan metode Re-post . Sehingga followers tidak hanya berperan sebagai komunikan, namun juga dapat berperan menjadi komunikator.

Istilah pejuag jerawat di gunakan oleh orang-orang yang berjuang untuk sembuh dari jerawat apapun tingkat keparahannya. Aktivitas dari akun Instagram @pejuang_jerawat pada dasarnya memuat konten yang tidak jauh dari hal-hal yang berhubungan dengan informasi dukungan kepada pejuang jerawat. Yaitu berupa Edukasi mengenai merawat kesehatan kulit wajah dan saling memberi motivasi utukdukungan bagi pejuang jerawat.

Salah satu bentuknya adalah dengan mengunggah kembali foto dari pejuang jerawat lainnya.

Foto yang diungah berupa foto yang menunjukkan wajah jerawat dengan percaya diri beserta keterangan yang memotivasi. foto akan diunggah melalui Feed maupun cerita instagram.

Akun @pejuang_jerawat akan memposting kembali postingan bagi pengguna yang menandai @pejuang_jerawat beserta tagar #acnefighter.

Berdasarkan dari media yang digunakan sebagai media informasi mendukung pejuang jerawat, keputusan yang diambil @pejuang_jerawat dengan menggunakan media sosial Instagram sebagai medianya dapat dibilang cukup unik. Sebab, jika sebelumnya beberapa korban body shaming jerawat menutupi jerawatnya karna dianggap sebagai aib dan kekurangan. Saat ini melalui akun @pejuang_jerawat diharapkan banyak pejuang jerawat lainnya yang kembali memiliki kepercayaan diri untuk menunjukkan jerawat tanpa rasa malu. Selain sebagai wadah ekspresi akun @pejuang_jerawat ini juga berperan dalam memberi dukungan untuk pejuang jerawat agar lebih percaya diri melaui pesan postingannya.

(8)

8 Jika dilihat dari perkembangan jaman instagram adalah media baru yang bisa menjangkau khalayak lebih luas. terlebih untuk memberikan informasi pada hal yang masih dianggap sepele seperti body shaming, jerawat dan dukungan kepercayaan diri. Menurut Ulfa

& Fatchiya Media baru seperti media sosial dianggap efektif karena karakteristiknya yang mudah diakses kapan dan dimanapun (Ulfa & Fatchiya, 2017). Namun keefektivan media social sebagai media informasi maupun kampanye kepada folowers (audiens) tiap media berbeda-beda. Efektivitas sendiri merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang dicapai oleh sebuah manajemen yang menggunakan sarana dan prasarana agar tercapai tujuan yang diinginkan tepat pada waktunya (Herlina, 2017).

Sama halnya dengan efetivitas pesan yang disampaikan oleh akun @pejuang_jerawat, seberapa besar efektivitas yang diterima oleh audiens selama ini. maka peneliti tertarik untuk menjadikan topik tersebut sebagai bahasan utama dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti seluk beluk dari sebuah fenomena baru sekaligus unik menyangkut efektivitas pesan media sosial Instagram sebagai media informasi melawan krisis kepercayaan diri yang dilakukan oleh akun

@pejuang_jerawat. maka peneliti akan mengambil penelitian ini dengan judul “Efektivitas Pesan Instagram Sebagai Media Informasi Melawan Krisis Kepercayaan Diri (Studi Pada Followers Akun Instagram @pejuang_jerawat)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar tingkat efektivitas Pesan Instagram Sebagai Media Informasi Melawan Krisis Kepercayaan Diri Pada Followers Akun Instagram @pejuang_jerawat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas Pesan Instagram Sebagai Media Informasi Melawan Krisis Kepercayaan Diri Pada Followers Akun Instagram @pejuang_jerawat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibagi menjadi dua hal teoritis dan praktis. Ada pun manfaat teoritis dan praktis dari penelitian ini sebagai berikut:

(9)

9 1.4.1 Teoritis

Mengingat penelitian ini membahas pada penggunaan media social, secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dasar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut dengan ruang lingkup media sosial yang dapat dikategorikan sebagai bagian baru dalam bidang keilmuan khususnya dalam bidang Ilmu Komunikasi.

Lebih lanjut penelitian ini dapat menenjadi sarana dalam menerawang lebih dalam akan pengalaman yang akan diperlihatkan melalui upaya kampanye sebuah permasalahan yang tabu yaitu mengenai body shaming dan pejuang jerawat melalui pemanfaatan teknologi media sosial Instagram. Dengan demikian secara garis besar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan dasar dalam menyikapi sebuah fenomena menjadi sebuah studi khusus yang diharapkan dapat turut menjadi bahan acuan yang berguna bagi bidang media sosial sebagai media komunikasi yang mana juga dapat berguna bagi perkembangan Ilmu Komunikasi.

1.4.2 Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sebuah karya ilmiah yang dapat dijadikan bahan masukan dan tolak ukur untuk menghadirkan pemikiran baru baik bagi pihak pengelola akun @Pejuang_Jerawat maupun bagi pihak lain yang tertarik ataupun yang sudah berkecimpung di dalam ruang lingkup media sosial agar ke depannya dapat berguna bagi masyarakat secara luas dalam mengalami pertumbuhan era.

Gambar

Foto yang diungah berupa foto yang menunjukkan wajah jerawat dengan percaya diri beserta  keterangan  yang  memotivasi

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Pembayaran ke (BPR) Unisritama hanya dapat dilakukan dengan cara membayar langsung secara tunai melalui Teller. BPR Unisritama terletak di lingkungan Universitas Islam

Secara garis besar komponen-komponen pembelajaran memiliki banyak komponen, diantaranya ada tujuan pembelajaran sebagai titik tolak untuk mencapai suatu pembelajaran, guru

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi

Hasil analisis data pada penelitian pengembangan media CAI Statistika pada mata pelajaran Matematika untuk meningkatakan hasil belajar siswa kelas XI-IPS SMA

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (