i
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Tista Dara Ayuningtyas NIM : 109114069
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2015
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Disusun oleh:
Tista Dara Ayuningtyas
NIM:
109114069Telah disetujui oleh.
Dosen Pembimbing,
Ratri Sunar Astuti, M.Si Tanggal: ,i|
5
AUG 2015HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
HUBI]NGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KEITIA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Tista Dara Ayuningtyas NIM :109114069
di depan Panitia Penguji i 2015
25
AUG 2015Psikologi
Sanata Dharma
ln dinyatakEn&
.,1f, bi -{
./'\,-
1q.:-K=* - ..h\q".-'+@
G*
{re
iv MOTTO
Your past can’t be changed, but you can change tomorrow by your actions today
-Mulan (Disney Word)-
-Pius Kalis Jati-
“Gelasku MASIH berisi setengah” bukan “Gelasku sudah kosong setengah”
-Aku tidak akan mencemaskan hari esok, karena Tuhan memberi tenaga untuk bekerja, pikiran untuk mencari jalan keluar dan ada sahabat yang selalu siap sedia membantuku untuk mengisi kembali gelasku-
v
Karya ini ku persembahkan untuk :
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karyailmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2015 Penulis
Tista Dara Aluningtyas
V1
vii
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Tista Dara Ayuningtyas ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Semakin tinggi kemandirian yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi pula kesiapan kerjanya. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir dengan rentang usia 20an-30an tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua alat ukur yaitu skala kemandirian dan skala kesiapan kerja. Skala kemandirian memiliki reliabilitas 0,879 dan skala kesiapan kerja memiliki reliabilitas 0,914. Hasil korelasi antara kemandirian dengan kesiapan kerja sebesar 0,767 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja.
Kata kunci : kemandirian, kesiapan kerja
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN AUTONOMY AND READINESS TO WORK AMONG LAST-SEMESTER-STUDENT
Tista Dara Ayuningtyas ABSTRACT
The aim of the research was to gain deeper understanding on the relation between autonomy and the readiness to work among last-semester-students. The hypothesis of this research was that there is a positive relation between autonomy and the readiness to have job. The higher one’s autonomy was the higher level of readiness one possesses. The subjects of this research were students currently studying on their last semester with age ranging from 20’s to 30’s. The data sampling tool used in this research consisted of two measuring tools, which were: autonomy scale and readiness-for-work scale. The reliability value of autonomy’s scale was 0.879, while readiness-for-work scale’s reliability value was 0.914. The correlation value between autonomy and readiness to work was 0.767, with a significance of 0.000. The result showed that autonomy and readiness to work has a positive relation.
Keywords: autonomy, readiness to work
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat, bimbingan, penyertaan, serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi).
Dalam proses penyelesaian skripsi, penulis menyadari bahwa ada banyak pihak yang telah terlibat dalam memberikan bantuan, dukungan, bimbingan, dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan sabar untuk membimbing dan memberikan masukan selama pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
3. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang yang selalu memberi semangat dan masukan-masukan serta selalu sabar kepada teman-teman Kelas B 2010.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama penulis menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
xi
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Pak Gi’, Bu Nanik) yang telah membantu dan memberikan pelayanan terbaik selama penulis belajar di Fakultas Psikologi ini.
6. Papa Eko Sidik Sulasto dan Mama Maria Pujiastuti, terima kasih atas segala dukungan, doa, dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis. Terima kasih juga karena telah memberi semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan bersabar menunggu hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi tanpa mundur-mundur lagi.
7. My Sister, Novena, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi serta mau berbagi ilmunya kepada penulis.
8. Robert O.Y, yang selalu memberikan bantuan apa saja dan kapan saja, mendukung dan memberi semangat kepada penulis ketika mencapai masa jenuh dan sulit dalam skripsi.
9. Teman-teman kos, Ocha dan Tika, yang memberikan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan teman berbagi cerita selama di kos.
10. Sahabat-sahabatku sepaket dan seperjuangan; Anin, Daning, Esti “Ntonk”, Dwi “Pinno”, Pudji, Lolla, Ghea, Fiona Damanik, Vienna yang selalu mendukung, menemani, menghibur, dan menjadi sahabat disaat suka maupun duka selama lima tahun ini. Bahagia bisa bertemu dan berdinamika bersama kalian.
xii
11. Sahabat-Sahabatku; Eric, Puspa, Rio yang memberikan motivasi dan dukungan dalam segala situasi yang penulis alami. Terima kasih atas kebahagiaan dan kesedihan yang kita lewati bersama.
12. Teman-temanku; Hoyi, Fiona “Simbah”, DeseptiningTyas, Naris, Koleta, Sandi, Yovidia, Tari, Tyas “Yippi”, Hendi yang memberikan tawa, senyuman, dan dukungan disaat bertemu dan berkumpul bersama. Engger, yang telah membagi ilmu statistiknya dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih.
13. Teman-teman yang telah membantu dalam membagikan skala selama proses pengerjaan skripsi. Terima kasih atas bantuan dan tenaga yang telah kalian berikan sehingga pengambilan data dapat berjalan lancar.
14. Teman-teman satu bimbingan yang selalu saling memberikan semangat dan saling menguatkan satu sama lain.
15. Teman-teman angkatan 2010, atas dinamika dan kebersamaan yang kita lalui bersama selama kita belajar di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih atas pengalaman, cerita dan kebahagiaan yang kalian berikan.
16. Teman-teman yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
Tanpa kalian skripsi ini tidak akan terselesaikan. Terima Kasih.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berterimakasih atas semua masukan baik berupa kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SKEMA ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
xiv
BAB II. LANDASAN TEORI ... 9
A. KESIAPAN KERJA ... 9
1. Definisi Kesiapan Kerja ... 9
2. Aspek-Aspek Kesiapan Kerja ... 10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja ... 13
B. KEMANDIRIAN ... 18
1. Definisi Kemandirian ... 18
2. Aspek-Aspek Kemandirian ... 20
3. Dampak Kemandirian ... 21
C. MAHASISWA SEMESTER AKHIR ... 22
D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA ... 24
E. HIPOTESIS ... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Variabel Penelitian ... 31
C. Definisi Operasional ... 31
D. Subjek Penelitian ... 32
E. Metode Pengumpulan Data ... 33
F. Metode Analisis Data ... 37
1. Validitas ... 37
2. Seleksi Item ... 38
3. Reliabilitas ... 41
xv
G. Analisis Data ... 42
1. Uji Normalitas ... 42
2. Uji Linearitas ... 43
3. Uji Hipotesis ... 43
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Pelaksanaan Penelitian ... 44
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 44
C. Deskripsi Data Penelitian ... 46
D. Hasil Penelitian ... 47
a. Uji Normalitas ... 47
b. Uji Linearitas ... 48
c. Uji Hipotesis ... 49
E. Analisis Data Tambahan... 51
F. Pembahasan ... 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Keterbatasan Penelitian ... 58
C. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 64
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Kemandirian ... 34
Tabel 2 Distribusi Item Skala Kemandirian ... 35
Tabel 3 Blue Print Skala Kesiapan Kerja ... 36
Tabel 4 Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja ... 37
Tabel 5 Distribusi Item Skala Kemandirian Setelah Seleksi Item ... 39
Tabel 6 Blue Print Skala Kemandirian Setelah Seleksi Item... 39
Tabel 7 Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja Setelah Seleksi Item ... 40
Tabel 8 Blue Print Skala Kesiapan Kerja ... 41
Tabel 9 Reliabilitas Try Out Skala Kemandirian ... 42
Tabel 10 Reliabilitas Try Out Skala Kesiapan Kerja ... 42
Tabel 11 Deskripsi Subjek Penelitian ... 45
Tabel 12 Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empirik ... 46
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas ... 48
Tabel 14 Hasil Uji Linearitas ... 49
Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis ... 50
Tabel 16 Hasil Independent-Sample T Test ... 51
xvii
DAFTAR SKEMA
1. Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kesiapan Kerja ... 29
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala Try Out ... 64
1.1 Skala ... 65
Lampiran 2 : Skala Setelah Try Out ... 80
2.1 Skala ... 81
Lampiran 3 : Reliabilitas ... 93
3.1 Reliabilitas Skala Kemandirian ... 94
3.2 Reliabilitas Skala Kesiapan Kerja ... 94
3.3 Seleksi Item ... 95
Lampiran 4 : Hasil Penelitian ... 99
4.1 Mean Empirik ... 100
4.2 One-Sample t-Test ... 100
4.3 Uji Normalitas ... 101
4.3 Uji Linearitas ... 101
4.4 Uji Hipotesis ... 102
4.5 Analisis Tambahan ... 102
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan usia 20-an dan berlangsung sampai usia 30-an (Santrock, 2003).
Menurut Kenniston (Santrock, 2003), masa muda (youth) adalah masa transisi antara remaja dan dewasa yang merupakan waktu ketergantungan ekonomi dan pribadi. Masa transisi tersebut sering berlangsung selama 2 hingga 8 tahun. Pada titik ini dalam perkembangan mereka, banyak individu masih mengeksplorasi jalur karier yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan; hidup melajang, hidup bersama, atau menikah (Santrock, 2012).
Sebagai seorang dewasa awal, kaum muda berbeda dengan remaja karena adanya perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri dan menjadi terlibat secara sosial, berlawanan dengan perjuangan remaja untuk mendefinisikan dirinya (Santrock, 2002). Menjelang awal dan pertengahan usia dua puluhan, banyak individu sudah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan mereka dan mulai bekerja penuh waktu. Sejak usia pertengahan dua puluh hingga akhir masa dewasa awal, individu sering mencari kestabilan untuk karier awal mereka di bidang tertentu (Santrock, 2012). Walaupun beberapa orang yang baru menginjak dewasa berhasil memandu dunia
pendidikan dan kerja, namun ada yang gagal dan tenggelam sehingga memunculkan pengangguran (Papalia, Old, & Feldman, 2009).
Berdasarkan data BPS (2014), jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7.410.931 dengan jumlah lulusan universitas sebesar 434.158. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengangguran dari lulusan universitas di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Menurut Iskandar (2013), salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran yang berasal dari lulusan universitas adalah tidak adanya kesesuaian antara kompetensi yang dimiliki tenaga kerja dengan pasar kerja. Setiap calon tenaga kerja dituntut memiliki kemampuan dan kompetensi yang sesuai agar dapat terjun langsung ke lapangan kerja.
Ketidaksiapan lulusan perguruan tinggi sejatinya akan berdampak pada angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Hal tersebut bukan dikarenakan tidak adanya lapangan pekerjaan, melainkan lapangan pekerjaan yang ada tidak dapat menampung banyaknya lulusan perguruan tinggi yang minim keahlian dan keterampilan kerja (Hidayat, 2013).
Menurut Antono (2013), salah satu faktor yang mengakibatkan masih tingginya angka pengangguran di DIY ialah banyaknya lulusan perguruan tinggi (PT) yang dinilai belum siap dan belum memiliki pengalaman kerja.
Hal tersebut diperburuk lagi dengan belum adanya kesepahaman antara lembaga pendidikan dan dunia kerja. Pasek (2012) mengungkapkan masih banyak para sarjana yang baru lulus kuliah, ternyata tidak siap kerja, sehingga
para sarjana baru tersebut tidak bisa menutupi kebutuhan pasar kerja di Indonesia.
Menurut Hersey dan Blancard (dalam Wijayanti, 2008), ketika seseorang merasa tidak mampu dan tidak memiliki kesiapan akan menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, tidak mampu memimpin, menjadi prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak nyaman. Rendahnya soft skill yang membuat mahasiswa merasa belum siap untuk memasuki dunia kerja dikeluhkan oleh perusahaan. Banyak perusahaan yang memiliki harapan jika calon karyawannya nanti juga memiliki keterampilan seperti: kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam dunia kerja (Latief, 2011).
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kesiapan kerja, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2008) tentang hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja. Penelitian lain dilakukan oleh Saputro dan Suseno (2010) yang meneliti tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan employability pada mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan employability.
Pada saat memasuki sebuah pekerjaan menandakan dimulainya peran dan tanggung jawab baru bagi individu. Namun, untuk memasuki sebuah
pekerjaan dibutuhkan kesiapan kerja dari individu tersebut. Kesiapan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang mengetahui keterampilan yang digunakan di dunia kerja, seseorang dapat berbaur atau berinteraksi dengan orang lain dan mengetahui kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru (Ward&Riddle dalam Utadi, 2012).
Individu yang siap bekerja menurut Ward dan Riddle (dalam Utadi, 2012) dapat diartikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap budaya kerja yang baru, mengetahui keterampilan yang dimiliki, mengetahui dengan benar apa yang diinginkan, dan kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru. Individu dapat berbaur dengan orang lain, memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan, mengerti apa yang menjadi harapan dalam hidup, mengerti apa yang menjadi harapan orang lain, dan harapan dalam pekerjaan.
Kesiapan kerja menurut Hersey dan Blanchard (Robbins, 2007) merujuk pada tingkat seberapa jauh seseorang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kesiapan kerja sangat dibutuhkan pada setiap mahasiswa semester akhir. Diharapkan ketika mahasiswa telah lulus dan mendapatkan gelar sarjana, mereka dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik berdasarkan bekal yang dimiliki.
Kesiapan kerja atau disebut juga kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan (UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Menurut Ward dan Riddle (dalam Saputro,
2009), kesiapan kerja merupakan suatu kemampuan dengan sedikit atau tanpa bantuan dapat menemukan dan menyesuaikan pekerjaan yang dibutuhkan juga dikehendaki.
Menurut Kartono (1985), salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja yaitu kepribadian. Bila seseorang memiliki kepribadian yang kuat dan integritas yang tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada umumnya, khususnya lingkungan kerjanya. Hal tersebut didukung dengan pendapat Masrun (1986), salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adalah kemandirian. Kemandirian merupakan salah satu faktor kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kodrati yang berupa umur dan jenis kelamin. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lingkungan seperti pola asuh dan pendidikan ibu (Pelawi, 2004).
Sebagai sesorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. Individu tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya.
Secara psikologis, mereka justru merasa tertantang untuk membuktikan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Segala urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua (Dariyo, 2003).
Namun, pada kenyataannya masih banyak bentuk ketidakmandirian pada mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tyas (2008) menunjukkan bahwa tidak semua partisipan anak tunggal dewasa muda
berhasil mencapai kemandirian. Dua partisipan mencapai kemandirian dalam ketiga aspeknya, sedangkan satu partisipan tidak mencapai kemandirian dalam ketiga aspeknya.
Di sisi lain, ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada suatu situasi yang sulit ataupun tidak menarik, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat menyelesaikannya (dalam Kristiani, 2013). Jika orang tidak mandiri, maka ia akan menunggu bantuan dari orang lain dalam pemilihan pekerjaannya dan dalam penyelesaian tugas tertentu. Seorang yang tidak mandiri akan selalu membutuhkan bantuan orang lain dan tidak memiliki kepercayaan akan kemampuan dirinya.
Menurut Santrock (2003) secara bersamaan aspek yang terkait dengan perkembangan suatu identitas pada masa remaja dan masa dewasa awal adalah kemandirian. Dengan adanya kemandirian yang kuat, maka seorang individu dapat bertindak atas keinginannya sendiri, bertanggungjawab akan perbuatannya, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, serta tidak bergantung secara emosional pada orang lain (dalam Patriana, 2007).
Kemandirian mahasiswa semester akhir berkontribusi dalam menghadapi dunia kerja dengan kondisi apapun.
Menurut Steinberg dan Silverberg (dalam Kristiani, 2013), kemandirian adalah kemampuan untuk menahan tekanan teman sebaya dan orang tua, terlepas dari kontrol orang tua dalam pengambilan keputusan, mampu menangani masalah serta mampu membuat keputusan dengan percaya diri.
Menurut Widjaja (dalam Asiyah, 2013), kemandirian menunjukkan adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat berdiri sendiri, dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, mampu mengambil keputusan sendiri, mempunyai inisiatif dan kreatif tanpa mengabaikan lingkungan dimana individu berada.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa masih banyak mahasiswa lulusan universitas yang belum memiliki kesiapan kerja untuk menghadapi dunia kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di Indonesia. Di sisi lain, Banyak perusahaan yang memiliki harapan jika calon karyawannya nanti tidak hanya memiliki kemampuan akademik saja tetapi juga memiliki keterampilan softskill dalam dunia kerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah kepribadian sedangkan salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adalah kemandirian. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian-penelitian dalam Psikologi Perkembangan terutama perkembangan dewasa awal tentang hubungan kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.
b. Manfaat Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Mahasiswa semester akhir, memberikan gambaran mengenai pentingnya kemandirian dalam mencapai kesiapan kerja. Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi sumber evaluasi dan refleksi diri bagi mahasiswa semester akhir dalam melihat kemandirian di dalam dirinya sehingga mahasiswa dapat melatih kemandirian dalam dirinya agar lebih siap dalam menghadapi dunia kerja.
b. Bagi universitas, dapat memberikan masukan bagi universitas untuk lebih memperhatikan kemandirian mahasiswanya dengan mengadakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemandirian mahasiswanya.
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. KESIAPAN KERJA
1. Definisi Kesiapan Kerja
Menurut Hamalik (2013) kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, kerja diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat dan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian.
Menurut Sukardi (1993) kesiapan kerja adalah daftar perilaku yang bersangkutan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan melaksanakan tujuan-tujuan bekerja yang tersedia bagi individu tertentu sesuai dengan usia perkembangannya. Menurut Erickson (Monks, Knoers,
& Haditomo, 2006), hal yang paling menentukan dalam masa dewasa ialah untuk menjadi produktif dan berguna dalam kehidupan, mampu menyelesaikan masalah dan menghadapi tantangan, jika itu tidak terjadi maka akan ada perasaan stagnasi.
Kesiapan berdasarkan definisi dari Hersey dan Blancard (dalam Robbins, 2008) merujuk pada sampai tingkat mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Individu yang siap bekerja menurut Ward dan Riddle (dalam Utadi, 2012) dapat
diartikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap budaya kerja yang baru, mengetahui keterampilan yang dimiliki, mengetahui dengan benar apa yang diinginkan, dan kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru. Individu dapat berbaur dengan orang lain, memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan, mengerti apa yang menjadi harapan dalam hidup, mengerti apa yang menjadi harapan orang lain, dan harapan dalam pekerjaan.
Andrew (2005) menyatakan kesiapan kerja ialah satu set prestasi, pemahaman dan atribut pribadi yang membuat individu lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan berhasil dalam karir yang mereka pilih.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi seseorang dalam pencapaian proses perkembangan mental, fisik, sosial, emosional yang meliputi adanya kemampuan, keterampilan, pemahaman, produktivitas, dan sikap kerja yang dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan. Kesiapan kerja tersebut meliputi kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan dunia kerja baru, mengetahui kapasitas diri dan keterampilan yang dimiliki, mengetahui yang menjadi keinginannya, dan mengetahui sikap apa yang harus dilakukan dalam menghadapi suatu keadaan tertentu serta harapan dalam pekerjaan.
2. Aspek-aspek Kesiapan Kerja
Brady (2010), menyebutkan adanya enam aspek dalam kesiapan kerja, yaitu:
a. Tanggung jawab
Individu yang siap untuk bekerja memiliki perasaan atau keinginan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Pekerja yang bertanggung jawab datang tepat waktu dan bekerja sampai waktu selesai. Misalnya Bertanggung jawab terhadap peralatan dan perlengkapan, memenuhi standar kualitas kerja, dan menjaga kerahasiaan kebijakan organisasi. Tanggung jawab melibatkan integritas pribadi, kejujuran, dan kepercayaan.
b. Fleksibilitas atau keluwesan
Fleksibilitas merupakan upaya seseorang untuk menyesuaikan diri secara mudah dan cepat. Individu yang dapat beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan dari tempat kerja.
Individu yang luwes dapat menerima perubahan yang terjadi, baik itu perubahan yang dapat diprediksikan ataupun perubahan yang tidak dapat diprediksikan. Selain itu, individu dapat lebih aktif dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan pada jadwal kerja, tugas- tugas, dan jam kerja.
c. Keterampilan
Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Individu mengetahui jika keterampilan yang mereka miliki akan mereka pergunakan di lingkungan kerja. Individu mampu untuk mengidentifikasi kemampuan atau kekuatan yang dimiliki untuk
mengerjakan tugasnya. Selain itu, mereka juga harus mau mempelajari hal baru yang dituntut perusahan berkaitan dengan pekerjaan.
d. Komunikasi
Individu yang mampu berkomunikasi dengan baik akan lebih mudah berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Individu mampu untuk mengikuti perintah atau petunjuk, memahami bagaimana cara meminta bantuan, dapat menerima kritik dan masukan. Individu juga saling menghormati dan berhubungan baik dengan rekan kerja.
e. Pandangan diri
Pandangan diri merupakan salah satu aspek yang penting dalam komponen kesiapan kerja, karena teori-diri memiliki peranan yang penting dalam pemahaman terhadap individu dan bagaimana setiap orang memandang dirinya dalam hidup dan situasi kerja.
Pandangan diri berkaitan dengan proses intrapersonal individu, tentang keyakinan tentang dirinya dan pekerjaan. Individu sadar dengan kemampuan yang dimilikinya, penerimaan, keyakinan, dan rasa kepercayaan diri yang ada dalam diri mereka.
f. Kebersihan diri dan keselamatan
Individu dapat menjaga keberhasilan dan kerapihan pribadi, sehat secara fisik dan mental. Mereka juga dapat mengikuti prosedur keselamatan yang diminta.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi aspek-aspek kesiapan kerja adalah tanggung jawab, keluwesan atau mudah menyesuaikan, keterampilan, komunikasi, pandangan diri, kebersihan diri dan keselamatan. Hal yang menjadi alasan dalam pemilihan teori tersebut bahwa teori tersebut dirasa cukup mewakili aspek-aspek yang akan digunakan untuk mengungkap kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
Menurut Kartono (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi Kesiapan kerja, yaitu:
a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri (intern) meliputi:
1) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peran penting dalam berhasil tidaknya seseorang melaksanakan tugas-tugasnya. Tambah sulit dan majemuk suatu tugas bertambah tinggi kecerdasan yang diperlukan untuk melaksanakannya.
2) Keterampilan dan kecakapan
Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan, kita tidak perlu meniru-niru, karena kita melihat banyak orang berhasil dalam hidupnya di berbagai macam bidang. Sebab keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda.
3) Bakat
Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum kita mempunyai pekerjaan tetap atau meneruskan belajar ialah:
menemukan bakat yang ada dalam diri sendiri dan mempratekkannya. Dengan bekerja manusia dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Persesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan yang dilakukan, akan menjadikan seseorang bekerja dengan baik, giat, produktif dan sekaligus dapat menghayati makna kerja yang dilakukan.
4) Kemampuan dan minat
Kita harus mengetahui apakah kemampuan dan minat kita cocok dengan pekerjaan yang kita masuki. Untuk itu kita harus mengetahui betul-betul kemampuan dan minat kita terhadap suatu pekerjaan tertentu. Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang adalah : tugas dan jabatan yang dipegangnya harus sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Tugas dan jabatan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan minat banyak memberikan hambatan bagi kesuksesan dalam bekerja. Kemampuan yang disertai dengan prestasi tinggi dapat mengembangkan minat, sedang minat akan menyokong perkembangan kemampuan lebih lanjut.
5) Motivasi
Dalam mencapai keberhasilan kerja, perlu adanya motif- motif yaitu motif untuk kreatif, motif mencari efisiensi, motif mencapai sesuatu, motif bekerja.
6) Kesehatan
Kesehatan sangat membantu proses kerja seseorang dalam menyelesaikan segala tugas-tugasnya.
7) Kebutuhan psikologis
Hal ini berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Kerja merupakan salah satu kegiatan di dunia ini, sehingga kebutuhan psikologis harus terpenuhi agar kehidupan emosinya stabil.
8) Kepribadian
Pribadi yang berhasil yaitu bila seseorang sanggup berhubungan baik serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta kenyataan hidup secara wajar dan efektif, juga dapat memperoleh rasa puas atas hasil yang telah dicapainya. Bila seseorang mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada umumnya, dan khususnya dengan lingkungan kerjanya.
9) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
Jika pekerjaan seseorang sudah merupakan cita-cita dan tujuan sesuai dengan system nilainya, maka ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh, rajin, tanpa disertai dengan suatu perasaan yang tertekan, yang sangat berguna bagi kesuksesan kerjanya.
b. Faktor-faktor dari luar diri sendiri (ekstern) meliputi:
1) Lingkungan keluarga (rumah)
Keadaan rumah dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang sedang bekerja. Anggota keluarga yang mendorong dan mendukung kerja seseorang turut membantu secara mental dan spiritual untuk berhasilnya seseorang dalam kariernya.
2) Lingkungan dunia kerja
Situasi kerja dangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap kali seseorang bekerja maka ia pun harus memasuki situasi kerja tersebut. Macam-macam lingkungan tempat kerja atau stuasi kerja, yaitu:
a) Rasa aman dalam pekerjaannya
Artinya pekerjaan yang dipegang oleh seseorang merupakan pekerjaan yang aman dan tetap. Alangkah baiknya jika seseorang dapat bekerja secara aman dan tetap, sehingga makin lama kemampuan dan keterampilan dalam
melaksanakan pekerjaannya akan makin tumbuh dan berkembang.
b) Kesempatan mendapatkan kemajuan
Kesempatan mendapatkan kemajuan dalam suatu lapangan pekerjaan menunjang seseorang untuk lebih giat berusaha agar dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
c) Rekan sekerja
Hubungan sosial yang ada di antara rekan kerja berpengaruh pada proses kerja seseorang.
d) Hubungan dengan pimpinan
Hubungan yang baik, yang cukup demokratis dan saling menghargai merupakan hubungan yang ideal bagi pekerja (karyawan), sehingga dalam melaksanakan tugas-tugasnya ia dapat merasakan ketenangan dan keamanan.
e) Gaji
Gaji memang merupakan suatu perangsang bagi seseorang untuk bekerja dengan baik dan rajin. Maka gaji adalah satu hal yang penting yang dicari seseorang dalam bekerja.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah faktor-faktor dari dalam diri sendiri meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian, cita-cita dan tujuan dalam bekerja. Faktor-faktor dari luar diri
sendiri meliputi lingkungan keluarga (rumah), lingkungan dunia kerja.
Pada faktor yang berasal dari dalam individu yaitu kepribadian yang menyebutkan bahwa bila seseorang mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada umumnya, dan khususnya dengan lingkungan kerjanya. Menurut Masrun (1986), salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adalah kemandirian. Kemandirian secara psikologis dianggap penting karena seseorang berusaha untuk menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungannya.
B. KEMANDIRIAN
1. Definisi Kemandirian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Definisi menurut Agnew (1984) kemandirian adalah penguasaan atas diri sendiri (self-governance) (meliputi kemampuan untuk membuat keputusan, self reliance, dan conformity); kemampuan untuk menolak tuntutan dari orang lain, dan untuk bertindak atas wewenangnya sendiri.
Masrun dkk (1986) merumuskan definisi kemandirian pada penelitiannya sebagai suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar pristasi, penuh ketekunan serta berkeinginan
untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, ampu berpikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Clarke (1999) mendefinisikan kemandirian sebagai seseorang yang mampu bertindak menurut salah satu keyakinan atau keinginannya sendiri tanpa gangguan dari orang lain. Kemandirian menurut Musdalifah (2007) mengandung pengertian :
a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.
b. Mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
c. Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
d. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.
Menurut Monk (2006), orang yang mandiri memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif selain itu juga mampu bertindak kritis, bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktivitasnya, mampu membebaskan diri dari perlindungan orang tua dan mampu menerima realitas kehidupan.
Menurut Steinberg dan Silverberg (1986), kemandirian adalah kemampuan untuk menahan tekanan teman sebaya dan orang tua, terlepas
dari kontrol orang tua dalam pengambilan keputusan, mampu menangani masalah serta mampu membuat keputusan dengan percaya diri.
Kemandirian menurut Mu‟tadin (dalam Asiyah, 2013) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas-tugas dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengambil keputusan, bertindak kritis, menangani masalah, menahan tekanan dari orang lain, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, dan bertindak atas keinginannya sendiri tanpa tergantung orang lain. Seseorang yang mandiri dapat menguasai dirinya sendiri, memiliki kepercayaan diri, kreatif, menghargai keadaan diri sendiri, dan bertindak sesuai wewenangnya sendiri tanpa adanya bantuan atau ketergantungan dari orang lain.
2. Aspek-Aspek Kemandirian
Lima aspek utama kemandirian menurut Masrun dkk (1986) yaitu : a. Bebas
Ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri, bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.
b. Progresif dan Ulet
Ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.
c. Inisiatif
Kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif.
d. Pengendalian diri dalam (internal locus of control)
Perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi, kemampuan untuk mengendalikan tindakannya serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.
e. Kemantapan diri (self-esteem, self-confidence)
Rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek- aspek kemandirian adalah bebas, progresif dan ulet, inisiatif, pengendalian diri dan kemantapan diri. Aspek-aspek tersebut lebih mewakili dalam mengukur kemandirian pada mahasiswa semester akhir.
3. Dampak Kemandirian
Dampak-dampak dari kemandirian, yaitu:
a. Mampu membuat keputusan yang didasarkan atas pertimbangannya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya (Ardini, 2012).
b. Mampu bersaing dengan orang lain, dapat mengambil keputusan sendiri, mampu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya, tidak terombang-ambing oleh derasnya informasi yang diterima (Steinberg, 2002).
C. MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 60 tahun 1999 tentang perguruan tinggi, disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Pada umumnya, mahasiswa memasuki semester akhir yaitu ketika mahasiswa telah memasuki semester 8 keatas atau sedang mengerjakan tugas akhir.
Berdasarkan rentang usianya, mahasiswa berada pada masa remaja akhir yang mulai memasuki masa kedewasaan (Zarrett & Eceles, 2006).
Pengertian dewasa dalam bahasa Belanda adalah “volwassen”, “Vol” berarti penuh dan “wassen” berarti tumbuh, sehingga volwassen berarti „sudah tumbuh dengan penuh‟ atau „selesai tumbuh‟ (Monk dkk, 2006). Hal ini terkait dengan pendapat Eccles dan Gootman (Zarrett & Eceles, 2006) yang mengatakan bahwa pada masa mencapai kedewasaan seseorang harus beralih dari ketergantungan terhadap orang tua, mulai mengambil tanggung jawab dalam keluarga dan komunitas, mampu merencanakan masa depan dan mengambil langkah yang tepat dalam menggapainya, dan memperoleh kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam transisi menuju kedewasaan.
Mahasiswa semester akhir berada pada masa dewasa awal. Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan usia 20- an dan berlangsung sampai usia 30-an (Santrock, 2003). Menurut Papalia dan Olds (dalam Ninawati, 2005) dewasa awal adalah jenjang usia dimana tahap perkembangan seseorang sedang berada pada puncaknya. Peningkatan yang terjadi dimanifestasikan melalui berbagai macam hal, seperti sosialisasi yang luas, penelitian karir, semangat hidup yang tinggi, perencanaan yang jauh ke depan, dan sebagainya. Berbagai keputusan penting yang mempengaruhi kesehatan, karir, dan hubungan antar pribadi diambil pada masa dewasa awal.
Masa perkembangan dewasa muda ditandai dengan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas atau akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti, sebab dengan keberhasilan, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain (Dariyo, 2003).
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang sehingga seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian itu dalam dunia pekerjaan (Dariyo, 2003).
D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA
Mahasiswa semester akhir berada pada masa dewasa awal.
Berdasarkan tugas perkembangannya, masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari ketergantungan ke masa kemandirian baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri dan pandangan tentang masa depan yang lebih realistis (Hurlock, 1990).
Kemandirian terbentuk dari adanya interaksi yang kompleks, yang melibatkan unsur-unsur kognisi, afeksi dan konasi melalui proses pengkondisian dan proses belajar yang akhirnya membentuk pengalaman hidup. Tanpa kemandirian, seseorang tidak mungkin mempengaruhi dan menguasai lingkungan dan dikuasai lingkungan. Dengan kata lain, kemandirian merupakan modal dasar bagi manusia dalam menentukan sikap dan perbuatan terhadap lingkungannya (Masrun, 1986). Bila seseorang memiliki kemandirian yang tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada umumnya, dan khususnya dengan lingkungan kerja (Kartono, 1985).
Individu yang mandiri ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi dengan penuh ketekunan sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik. Individu mampu merencanakan masa depannya dan berusaha untuk dapat mewujudkan harapan-harapannya. Individu dapat berpikir kritis serta kreatif dalam melakukan tugas-tugasnya sehingga tidak harus tergantung dengan orang lain. Disisi lain, mereka mampu mengatasi
masalah yang dihadapi serta mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri. Selain itu, individu yang mandiri memiliki kepercayaan diri sehingga mampu mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya tanpa tergantung dengan orang lain dan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Seseorang yang mandiri mampu menentukan pilihannya sendiri misalnya dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah sehingga pada akhirnya individu akan memperoleh kepuasan dari apa yang telah dipilihnya (Masrun, 1986).
Tidak semua individu dapat mandiri. Individu yang tidak mandiri akan membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain untuk menentukan keputusan dan tindakannya (Turner & Turner, 1999). Keadaan ini membuat individu yang tidak mandiri memiliki ketergantungan dengan orang lain.
Apabila tidak ada orang yang bisa membantunya, maka individu tersebut akan mengalami keragu-raguan terhadap dirinya serta mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Ketidakpercayaan diri yang muncul pada diri individu tersebut dapat menghambat laju perkembangan kemandirian individu. Pada saat individu dihadapkan pada pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dalam kelompok ataupun dalam perkuliahan, maka individu tersebut akan mengalami kebingungan dalam menentukan pilihannya. Pada saat individu dihadapkan pada tugas-tugas kuliah yang berat, maka individu akan merasa kesulitan dalam menyelesaikannya dikarenakan tidak ada yang membantunya.
Apabila hal tersebut terus berlangsung, maka individu tersebut akan
meninggalkan tugas-tugas tersebut dan tidak menyelesaikan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya.
Dalam pencapaian kemandirian, yang paling diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap. Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang menyelesaikan sekolah menengah atas dan dari universitas. Ketika individu memasuki sebuah pekerjaan untuk pertama kalinya, mereka mungkin dihadapkan pada masalah dan kondisi yang tidak mereka antisipasi sebelumnya (Santrock, 2002). Untuk itu, kemandirian berperan penting dalam penyelesaian masalah-masalah tersebut. Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia (Masrun, 1986). Kemandirian memiliki dampak positif bagi dewasa awal yaitu mampu membuat keputusannya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya (Ardini, 2012). Didukung dengan pendapat dari Brady (2010) yang menyebutkan bahwa individu yang memiliki perasaan atau keinginan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, dapat beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan dari tempat kerja merupakan individu yang siap bekerja. Individu juga mampu untuk mengidentifikasi kemampuan atau kekuatan yang akan dipergunakan di dunia kerja. Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa kemandirian yang dimiliki individu mendukung juga kesiapan individu tersebut dalam menghadapi dunia kerja.
Mahasiswa semester akhir merupakan calon lulusan yang kemudian akan melanjutkan ke dunia kerja. Transisi diperlukan ketika individu mencoba
untuk menyesuaikan diri dengan peran yang baru. Pada masa transisi untuk memasuki dunia kerja dibutuhkan suatu kesiapan pada individu untuk dapat menghadapi dunia kerja yang baru (Santrock, 2002). Namun, ketika seseorang merasa tidak mampu dan tidak memiliki kesiapan akan menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, tidak mampu memimpin, menjadi prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak nyaman (Hersey & Blanchard dalam Robbins, 2008).
Individu yang siap bekerja menurut Ward dan Riddle (dalam Utadi, 2012) dapat diartikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap budaya kerja yang baru, mengetahui keterampilan yang dimiliki, mengetahui dengan benar apa yang diinginkan, dan kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru. Individu dapat berbaur dengan orang lain, memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan, mengerti apa yang menjadi harapan dalam hidup, mengerti apa yang menjadi harapan orang lain, dan harapan dalam pekerjaan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian seseorang dapat mempengaruhi kesiapan kerja yang dimiliki oleh orang tersebut. Dapat dikatakan bahwa ketika seseorang yang mandiri dihadapkan pada dunia kerja yang baru, ia mampu beradaptasi dengan baik, dapat lebih percaya diri dalam mengambil keputusan serta mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab tanpa tergantung dengan orang lain. Tanggung jawab yang dimiliki mendukung terbentuknya
kesiapan kerja pada diri individu. Kesiapan kerja yang dimiliki individu dapat menghasilkan kinerja yang baik dalam pekerjaan.
SKEMA 1: Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kesiapan Kerja
Mahasiswa Dewasa Awal
Kemandirian
- Selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam mengambil keputusan - Tidak bertanggungjawab
dalam mengambil keputusan
- Mampu membuat keputusan yang didasarkan atas
pertimbangannya sendiri - Dapat bertanggung jawab atas
keputusan yang diambilnya.
- Melakukan tindakan berdasarkan kehendak sendiri
- Memiliki usaha untuk mengejar prestasi
- Kreatif dan Inisiatif
- Perasaan mampu untuk mangatasi masalah yang dihadapi
- Rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri
- Melakukan tindakan berdasarkan bantuan orang lain
- Kurangnya usaha yang dimiliki untuk mengejar prestasi
- Tidak mampu untuk mangatasi masalah yang dihadapi
- Tidak percaya terhadap kemampuan diri sendiri
Kemandirian Tinggi Kemandirian Rendah
Kesiapan Kerja Rendah Kesiapan Kerja Tinggi
E. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara kemandirian dan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Semakin tinggi kemandirian yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi pula kesiapan kerjanya.
31 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian korelasi adalah penelitian yang melibatkan hubungan satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain (Purwanto, 2012).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemandirian.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kesiapan kerja.
C. Definisi Operasional 1. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan mahasiswa untuk dapat mengambil keputusan, bertindak kritis, menangani masalah, menahan tekanan dari orang lain, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, dan bertindak atas keinginannya sendiri tanpa tergantung orang lain.
Kemandirian diukur dengan menggunakan Skala Kemandirian.
Skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian yang meliputi bebas, progresif dan ulet, inisiatif, internal locus of control, dan kemantapan diri. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula kemandirian mahasiswa semester akhir, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin rendah pula kemandirian mahasiswa semester akhir.
2. Kesiapan Kerja
Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi mahasiswa dalam pencapaian proses perkembangan mental, fisik, sosial, emosional yang meliputi adanya kemampuan, keterampilan, pemahaman, produktivitas, dan sikap kerja yang dapat diterapkan dalam suatu pekerjaan.
Kesiapan kerja diukur dengan menggunakan Skala Kesiapan Kerja. Skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek kesiapan kerja yang meliputi tanggung jawab, fleksibilitas atau keluwesan, keterampilan, komunikasi, pandangan diri, kebersihan diri dan keselamatan. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula kesiapan kerja mahasiswa semester akhir, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin rendah pula kesiapan kerja mahasiswa semester akhir.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memasuki semester akhir. Pada umumnya, mahasiswa memasuki semester akhir yaitu ketika mahasiswa telah memasuki semester 8 keatas. Mahasiswa
tersebut termasuk ke dalam masa dewasa awal dengan rentang usia 20an-30an tahun. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik convenience sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan (Noor, 2011).
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan skala. Skala dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang terdiri dari 4 respon jawaban. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011).
Terdapat 2 skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Skala Kemandirian
Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian.
Skala kemandirian terdiri dari aspek bebas, progresif dan ulet, inisiatif, pengendalian diri dalam (internal locus of control), dan kemantapan diri.
Skala kemandirian ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Kategori penilaian untuk masing-masing item favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS).
Sebaliknya, kategori nilai untuk item unfavorable, yaitu nilai 1 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Penggunaan jumlah genap opsi jawaban, untuk memaksa subjek memilih antara favorable atau unfavorable. Artinya, tidak memberi kesempatan kepada subjek memberikan jawaban netral (Anderson dalam Supratiknya, 2014).
a. Blue Print Skala Kemandirian
Tabel 1
Blue Print Skala Kemandirian
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %
1. Bebas 4 4 8 13 %
2. Progresif &
Ulet
6 6 12 20 %
3. Inisiatif 8 8 16 27 %
4. Pengendalian Diri Dalam
6 6 12 20 %
5. Kemantapan Diri
6 6 12 20 %
Total 30 30 60 100 %
b. Distribusi Item Skala Kemandirian Tabel 2
Distribusi Item Skala Kemandirian
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah % 1. Bebas 1, 11, 21, 29 6, 16, 34, 39 8 13 %
2. Progresif &
Ulet
7, 17, 33, 40, 44, 48
2, 12, 22, 28, 38, 53
12 20 %
3. Inisiatif 3, 13, 23, 27, 37, 52,
54, 57
8, 18, 32, 41,45, 49, 59,
60
16 27 %
4. Pengendalian Diri Dalam
9, 19, 31, 42, 46, 50
4, 14, 24, 26, 36, 56
12 20 %
5. Kemantapan Diri
5, 15, 25,35, 55, 58
10, 20, 30, 43, 47,51
12 20 %
Total 30 30 60 100 %
2. Skala Kesiapan Kerja
Kesiapan kerja diukur dengan menggunakan skala Kesiapan Kerja.
Skala Kesiapan Kerja terdiri dari aspek tanggung jawab, fleksibilitas, keterampilan, komunikasi, pandangan diri, kebersihan diri dan keselamatan. Skala kesiapan kerja ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Kategori penilaian untuk masing-masing item favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS).
Sebaliknya, kategori nilai untuk item unfavorable, yaitu nilai 1 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Penggunaan jumlah genap opsi jawaban, untuk memaksa subjek memilih antara favorable atau unfavorable. Artinya, tidak memberi kesempatan kepada subjek memberikan jawaban netral (Anderson dalam Supratiknya, 2014).
a. Blue Print Skala Kesiapan Kerja
Tabel 3
Blue Print Skala Kesiapan Kerja
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah % 1. Tanggung
Jawab
5 5 10 22 %
2. Fleksibilitas 3 3 6 13 %
3. Keterampilan 3 3 6 13 %
4. Komunikasi 5 5 10 22 %
5. Pandangan Diri
4 4 8 17 %
6. Kebersihan diri dan keselamatan
3 3 6 13 %
Total 23 23 46 100 %
b. Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja Tabel 4
Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah % 1. Tanggung
Jawab
1, 7, 19, 29, 41
18, 28, 38, 44, 46
10 22 %
2. Fleksibilitas 17, 27, 37, 2, 8, 20 6 13 % 3. Keterampilan 3, 9, 21 16, 30, 36 6 13 % 4. Komunikasi 15, 31, 35,
39, 45
4, 10, 22, 26, 42
10 22 %
5. Pandangan Diri
5, 11, 23, 25 14, 32, 34, 40
8 17 %
6. Kebersihan diri dan keselamatan
13, 33, 43 6, 12, 24 6 13 %
Total 23 23 46 100 %
F. Metode Analisis Data 1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya (Supratiknya, 2014). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menyangkut tingkatan di mana butir skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Kecocokan isi alat ukur dengan sasaran ukur, artinya
sejauh mana item/butir tes mencakup keseluruhan kawasan sasaran ukur yang hendak diukur (Noor, 2011).
2. Seleksi Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total, biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki harga rix atau ri(x-i) kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2011).
Uji coba skala dilakukan pada tanggal 14 Januari 2015 sampai dengan tanggal 28 Januari 2015 terhadap mahasiswa semester 8 ke atas dan dalam rentang usia 20an-30an. Terdapat 50 mahasiswa yang mengisi skala kemandirian dan kesiapan kerja.
a. Skala Kemandirian
Setelah dilakukan uji coba dengan 60 item pertanyaan, 21 item pernyataan dinyatakan gugur dan 39 item dinyatakan lolos seleksi item. Item-item yang gugur adalah 2, 6, 7, 8, 9, 20, 21, 22, 26, 28, 31, 34, 36, 38, 39, 44, 45, 47, 50, 54, dan 60.
1) Tabel 5
Distribusi Item Skala Kemandirian Setelah Seleksi Item Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %
1. Bebas 1, 11, 29 16 4 10 %
2. Progresif &
Ulet
17, 33, 40, 48
12, 53 6 15 %
3. Inisiatif 3, 13, 23, 27, 37, 52,
57
18, 32, 41, 49, 59
12 31 %
4. Pengendalian Diri Dalam
19, 42, 46 4, 14, 24, 56 7 18 %
5. Kemantapan Diri
5, 15, 25,35, 55,
58
10, 30, 43, 51
10 26 %
Total 23 16 39 100 %
2) Tabel 6
Blue Print Skala Kemandirian Setelah Seleksi Item
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %
1. Bebas 3 1 4 10 %
2. Progresif &
Ulet
4 2 6 15 %
3. Inisiatif 7 5 12 31 %
4. Pengendalian Diri Dalam
3 4 7 18 %
5. Kemantapan Diri
6 4 10 26 %
Total 23 16 39 100 %
b. Skala Kesiapan Kerja
Setelah dilakukan uji coba dengan 46 item pertanyaan, 9 item pernyataan dinyatakan gugur dan 37 item dinyatakan lolos seleksi item. Item-item yang gugur adalah 7, 20, 22, 34, 35, 37, 40, 44, dan 46.
1) Tabel 7
Distribusi Item Skala Kesiapan Kerja Setelah Seleksi Item
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah % 1. Tanggung Jawab 1, 19, 29, 41 18, 28, 38 7 19 %
2. Fleksibilitas 17, 27 2, 8 4 11 %
3. Keterampilan 3, 9, 21 16, 30, 36 6 16 % 4. Komunikasi 15, 31, 39,
45
4, 10, 26, 42 8 22 %
5. Pandangan Diri 5, 11, 23, 25 14, 32 6 16 % 6. Kebersihan diri
dan keselamatan
13, 33, 43 6, 12, 24 6 16 %
Total 20 17 37 100%
2) Tabel 8
Blue Print Skala Kesiapan Kerja Setelah Seleksi Item
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah % 1. Tanggung
Jawab
4 3 7 19 %
2. Fleksibilitas 2 2 4 11 %
3. Keterampilan 3 3 6 16 %
4. Komunikasi 4 4 8 22 %
5. Pandangan Diri 4 2 6 16 %
6. Kebersihan diri dan
keselamatan
3 3 6 16 %
Total 20 17 37 100%
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi individu atau kelompok (AERA, APA, & NCME dalam Supratiknya, 2014). Reliabilitas menunjukkan kemantapan/ konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap dan konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama. Jika nilai r > 0,60 skala dikatakan reliabel (Noor, 2011).
a. Skala Kemandirian
Tabel 9
Reliabilitas Try Out Skala Kemandirian Cronbach’s
Alpha
N of Items
0.879 60
Nilai Alpha Cronbach pada skala Kemandirian adalah 0.879. Hal ini menunjukkan bahwa skala Kemandirian dapat dikatakan reliabel.
b. Skala Kesiapan Kerja
Tabel 10
Reliabilitas Try Out Skala Kesiapan Kerja Cronbach’s
Alpha
N of Items
0.914 46
Nilai Alpha Cronbach pada skala Kesiapan Kerja adalah 0.914.
Hal ini menunjukkan bahwa skala Kemandirian dapat dikatakan reliabel.
G. Analisis Data 1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak. Metode pengambilan keputusan
untuk uji normalitas yaitu p > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika p < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Priyatno, 2010).
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yang akan dikenai prosedur analisis statistik korelasional menunjukkan hubungan yang linier atau tidak. Hubungan antara dua variabel dinyatakan linier apabila p < 0,05 (Priyatno, 2010).
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Oleh karena itu, teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Spearman. Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for windows versi 16.
44 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2015 sampai 7 April 2015. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan skala kemandirian dan skala kesiapan kerja kepada mahasiswa semester akhir dengan rentang usia 20an-30an tahun. Penyebaran skala dilakukan dengan cara mendatangi subjek dengan kriteria yang sesuai dengan ketentuan penelitian. Selain itu, menitipkan skala kepada teman dan juga menggunakan internet untuk memudahkan dalam menjangkau subjek yang berada di luar kota. Jumlah subjek penelitian adalah 100 orang.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang.
Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan kesesuaian dengan karakteristik mahasiswa semester akhir dengan rentang usia 20an-30an tahun.