SOLIDARITAS SOSIAL SECURITY DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh : Jumriati Ariska NIM 10538261113
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI Agustus, 2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? QS. Ar-Rahman (55) : 13
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, keluarga besarku,
Sahabatku, dosen-dosenku. Atas keikhlasan dan doanya
dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul: “Solidaritas Sosial security di Universitas Muhammadiyah Makassar”.
Proposal ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga, serta informasi guna kelengkapan penyusunan proposal ini. Oleh karena itu, dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya Ayahanda dan Ibunda tersayang, saudara-saudaraku yang dengan ikhlas senantiasa memberikan do’a, motivasi dan dorongan baik yang bersifat spiritual, moril maupun material dalam menggapai cita-cita. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan rasa syukur, terima kasih, serta penghargaan yang tak terhingga kepada Sulfasyah. MA. Ph.D sebagai pembimbing I dan Tasrif Akib, S.Pd, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan motivasi, bimbingan, petunjuk, dan saran mulai penyusunan proposal sampai selesainya proposal ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada; (1) Dr. H.Abdul Rahman Rahim, S.E.,M.M. sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2)Erwin Akib M.Pd., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unismuh Makassar, (3) Dr. H. Nursalam, M.Si. Sebagai ketua Prodi Pendidikan Sosiologi dan Muhammad Akhir, S.Pd, M.Pd.
sebagai Sekertaris Prodi Pendidikan Sosiologi yang tiada henti memberi motivasi dan dukungannya, (4) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, khususnya Program Studi Pendidikan Sosiologi yang telah mendidik dan membagi ilmunya kepada penulis.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif kepada penulis guna kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga dengan hadirnya proposal ini dapat menambah khasanah keilmuan kita.
Makassar, 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SURAT PERSYATAAN ... ii
SURAT PERJANJIAN ... ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... ii
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Konsep Solidaritas Sosial
a. Pengertian Solidaritas Sosial ... 10
b. Bentuk-Bentuk Solidaritas Sosial ... 12
2. Konsep Interaksi Sosial a. Pengertian Interaksi Sosial ... 22
b. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 23
c. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial ... 24
3. Konsep Security a. Pengertian Security... 31
b. Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Security ... 31
B. Kerangka Pikir ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Lokus Penelitian ... 35
C. Informan Penelitian ... 35
D. Fokus Penelitian ... 36
E. Instrumen Penelitian... 36
F. Jenis dan Sumber Data ... 37
G. Teknik Pengumpulan Data ... 37
H. Analisis Data ... 38
I. Teknik Keabsahan Data ... 40
J. Jadwal penelitian ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Dan Historis Lokasi Penelitian ... 43
B. Hasil Penelitian ... 47
C. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
Table 2.1 ... 18
Table 3.1 ... 37
Table 3.2 ... 44
Table 4.1 ... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan merupakan suatu instansi yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia, oleh sebab itu lembaga pendidikan yang ideal di harapkan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat kampus, khususnya bagi para mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat mengurus segala kepentingan di kampus dengan perasaan yang nyaman dari gangguan apapun dan salah satunya dalam hal keamanan.
Untuk dapat hidup nyaman maka pihak kampus perlu mengatasi ancaman- ancaman dari rasa takut itu. Salah satu cara yang dilakukan pihak kampus untuk mengatasi rasa takutnya dengan memberi jarak pada sumber ancaman.
Keamanan dan kenyamanan menjadi sangat penting bagi setiap instansi pendidikan apalagi instansi tersebut adalah perguruan tinggi. Keamanan dan kenyamanan harusnya terintegrasi secara jelas bagi perguruan tinggi, sehingga dihasilkan suasana akademis yang sangat ideal. Dengan kondisi keamanan dan kenyamanan yang baik otomatis juga akan meningkatkan kualitas dari perguruan tinggi tersebut
Keamanan juga dapat dilakukan oleh petugas security atau satpam pada waktu bertugas di lingkungan kerjanya salah satunya pada lembaga pendidikan. Satpam
dapat membantu peran fungsi polri agar tercipta rasa aman dan nyaman pada lingkungan tempat kerjanya.
Security atau satpam adalah satuan tenaga keamanan yang berada di tengah-
tengah lingkungan masyarakat maupun di lingkungan perusahaan untuk membantu peran fungsi polri di tempat petugas satpam bekerja; di perusahaan, perumahan, pertokohan, perhotelan, rumah sakit dan tempat lainnya, dengan tujuan untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat agar terhindar dari segala gangguan kamtibmas (Sudahnan, 2011).
Adanya security merupakan bantuan dan partisipasi yang sangat penting dari peran serta masyarakat untuk ikut serta menjaga keamanan agar tercipta rasa aman di lingkungannya. Petugas security atau satpam pada saat sekarang ini cukup membantu sebagai tenaga keamanan di lingkungan tempat kerjanya, di sebabkan pada akhir- akhir ini banyak sekali tindak kriminalitas yang terjadi hampir di setiap bagian belahan dunia. Sehingga peran serta petugas keamanan atau security untuk ikut mengamankan tempat kerjanya sangat di perlukan sesuai dengan tugas dan fungsi security atau satpam
Peran petugas security di kampu-kampus sangat penting untuk menjaga kelangsungan dan kestabilan warga kampus, apabila petugas security betul-betul atau sungguh-sungguh melaksanakan peran dan fungsinya maka kelangsungan usaha atau bisnis akan lancar tampa suatu hambatan, tetapi peran petugas security tidak dilaksanakan dengan semestinya, maka kenyamanan pada kampus tidak akan di peroleh dan dapat menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun non materi.
Tugas utama dari seorang security dalah menjaga keamanan dan kenyamanan di tempat dia bekerja. Kewenangan petugas security yang sedang melakukan tugasnya perlu diberikan rambu-rambu dan batasan agar tidak melampaui fungsi dan tugas polri yang mempunyai kewenangan di ruang lingkup hukum publik, sehingga kewenangan petugas satpam benar-benar berfungsi sebagai tenaga keamanan dalam rangka menegakkan hukum di ruang lingkup tempatanya bekerja.
Kewenangan petugas security di lingkungan tempat kerjanya dapat melakukan tindakan-tindakan secara terbatas diantara lain; 1) sebagai petugas keamanan : petugas satpan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewenangan untuk membina dan mengarahkanbahkan menyuruh dan mengarahkan setiap orang atau individu yang ada di lingkungan tempat kerjanya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan atau perbuatan, dan terus menurus mengarahkan atau membimbing ke arah yang lebih baik dan memberikan contoh teladan yang lebih baik di lingkungan tempat kerjanya. Petugas satpam dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewenangan dan mengamankan tempatnya bekerja agar tidak terjadi suatu gangguan serta tindak pidana kejahatan atau pelanggaran di tempat kerjanya dengan jalan mempersipakan dan menyediakan beberapa peralatan pengamanan atau perlindungan yang berhubungan langsung atau tidak lagsung dengan tempat kerjanya.
2) sebagai petugas penegak hukum terbatas: petugas security saat melaksanakan tugasnya di perusahaan atau institusi tertentu mempunyai kewenangan dan berperang sebagai petugas penegak hukum terbatas untuk membaru peran dan fungsi polri (Sudahnan, 2011).
Dalam melaksanakan kerja dan tugas Security sangat di butuhkan kerja sama baik antara sesama security maupun dengan atasan dan warga di sekitar mereka kerja.
Kerjasama yang baik dalam sebuah tim akan menumbuhkan kemampuan untuk menggapai visi dan tujuan bersama. Kerja sama yang di maksud adalah keja sama yang positif, bukan negarif. Kakuatan dalam satu tim akan hilang apabila orang yang ada dalam tim tersebut bersikap egois, mau menang sendiri dan menyelaraskan tindakan mereka kepada tujuan menjaga keaman lingkungan tempat kerjanya.
Kerjasama adalah sebuah sistem pekerjaan yang di kerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapat tujuan yang direncanakan bersama. Kerjama antara Security menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan kebersihan kinerja dan prestasi kerja antara sesama anggota Security akan menjadi daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Kerjasama antara anggota Security dapat terlaksana dengan adanya komunikasi yang terjaling dengan baik dan kesadaran akan tanggung jawab dari setiap anggotanya.
Kerja sama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara individual. Kerja sama dalam sesama anggota security yang baik akan mengarah pada efesiensi dan efektivitas yang lebih baik. Kerjasama yang dibangun dengan kesadaran dapat mencapai prestasi dan kinerja. Dalam kerjasama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang dapat di andalkan dalam kerja sama sesama security adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim atau sesama security.
Kondisi security di Universitas Muhammadiyah Makassar dilihat dari berbagai kejadian yang terjadi dengan kasus-kasus yang pernah saya amati diantaranya aksi pencurian motor yang hampir berulang kali terjadi. Pengamanan dengan berbagai cara sudah dilakukan tetapi aksi kejahatan pencurian motor di lingkungan Universitas Muhammadiyah Makassar masih saja terulang, salah satu tindakan yang di ambil oleh pihak kampus terutama anggota security diantaranya; 1) pemeriksaan STNK bagi pemilik kendaraan yang keluar masuk dari universitas tapi, kondisi ini pun masih dianggap kurang efektif karena pencurian motor masih terjadi akibat kurang telatennya petugas security dalam memeriksa kelengkapan STNK dari pemilik kendaraan itu sendiri yang kadang-kadang di lakukan dan kadang-kadang tidak dilakukan, 2) pemasanan CCTV dari pihak kampus tapi, inipun belum efektif untuk menanggulangi tindak kriminalitas yang terjadi kareana aksi pencurian motor di Universitas Muhammadiyah Makassar masih juga terjadi. Bahkan pemasanan CCTV yang dilakukan masih di barengi dengan pemeriksaan STNK oleh anggota security kampus. 3) pemasanan parkir pola otomatis di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar yang sampai sekarang masih belum efektif entah dari segi kertas karcis yang habis ketika masuk dan terkadang pemeriksaan STNK atau karcis pun tidak di lakukan.
Security di Universitas Muhammadiyah Makassar dalam hal penanganan aksi
demo dan wisudah masih sedikit kurang. Ketika wisudah di unismuh terjadi maka kemacetan dalam lingkungan kampus pun akan terjadi dam ketika demonstrasi terjadi security kampus terkadang tidak bisa melerai. Dari kejadian yang perna terjadi demo
di lingkungan kampus yang menimbukan kerusuhan berujung pada kerusakan fasilitas kampus dalam berbagai kegiatan di Universitas Muhammadiyah Makaasar yang di tangani oleh security dibutuhkan kerja sama yang baik dan kerja sama yang baik akan terwujud apabila masing-masing anggota security memiliki rasa solidaritas.
Solidaritas sosial menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang di anut bersama yang di perkuat oleh pengalaman emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar daripada hubungan kontraktual yang di buat atas persetujuan rasional, karena hubungan-hubungan serupa itu mengandalkan sekurang-kurannya satu tingkat/derajat sonsensur terhadap prinsip-prinsip moral yang mendasar pada kontak moral.
Konsep solidaritas ini merujuk pada relasi-relasi sosial. Norma sosial, dan saling percaya antara sesama anggota security. Solidaritas sosial yang di maksud adalah keadaan saling percaya antara anggota kelompok atau komunitas. Jika orang saling percaya maka mereka akan menjadi satu atau menjadi sahabat, menjadi saling menghormati, menjadi saling bertanggung jawab untuk saling membantu dalam kebutuhan bersama.
Berbagai penelitian tentang solidaritas sudah dilakukan oleh beberapa pihak dintaranya: “SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT KUNINGAN DI YOGYAKARTA (Studi Kasus Komunitas Panguyuban Pengusaha Warga Kuningan) mengatakan bahwa masyarakat sekitar yang sama-sama mencari nafkah merupakan individu yang menjadi bagian dari masyarakat kuningan. Hal ini di sebabkan karena
masyarakat tidak dapat hidup sendiri antara satu dengan yang lainnya. Interaksi tersebut terjadi karena manusia saling mengenal, membatu, dan bertukar pengalaman, serta memahami kebutuhan dan tujuan masing-masing dalam hidupnya. Masyarakat kuningan mempunyai alat dan kebiasaan yang sering dilakukan dalam kesehariannya, yaitu melakukan gotong royong serta mempunyai jiwa sosial yang tinggi antara sesama. (Iis Durotus Sa’diyah, 2016:84).
Penelitian lain mengenai solidaritas “ STUDI SOLIDARITAS SOSIAL ( Kasus Lembaga SAR Unhas) “ solidaritas pada penelitinnya mengungkapkan bahwa solidaaritas yang terbentuk adalah solidaritas mekani-organik. Solidaritas mekanik terbentuk dalam hubungannya dalam kehidupan sehari-hari, dan solidaritas organik terbentuk dari hubungan kepedulian sesama anggota SAR baik dalam hubungan kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai penelitian yang sebelumnya perna ada penulis mencoba melihat dan menggambarkan solidaritas dari sisi lain. Solidaritas yang penulis ingin teliti dari segi selidaritas Securiti dengan judul yang diangkat adalah : “Solidaritas Sosial Security di Universitas Muhammadiyah Makassar:
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini akan mengkaji permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk solidaritas sosial di kalangan anggota security di Universitas Muhammadiyah Makassar ?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi dasar solidaritas sosial di kalangan security Universitas muhammadiyah Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk solidaritas sosial di kalangan anggota security di Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menjadi dasar solidaritas sosial di kalangan security Universitas muhammadiyah Makassar
D. Manfaaf Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis:
Sebagai bahan masukan bagi pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang studi sosiologi.
2. Manfaat Praktis:
a. Dapat menjadi masukan bagi security secara khususnya security di Universitas Muhammadiyah Makassar dalam mengantisipasi tindak kriminalitas dan pentingnya membangun hubungan kerjasama yang baik sesama security.
b. Diharapkan mampu menjadi bahan referensi serta stimulus bagi peneliti yang memiliki topik yang sama sehingga perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sosiologi menjadi dinamis.
3. Bagi masyarakat:
a. Masyarakat dapat mengetahui bagaimana solidaritas security di Universitas Muhammadiyah Makassar
E. Definisi Operasional 1. Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial adalah satu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang di dasarkan pada persaan moral dan kepercayaan yang di anut bersama yang di perkuat oleh pengalaman emosional bersama yang dibuktikan dengan hubungan kerjasama yang baik. Ada dua bentuk solidaritas sosial yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
2. Security
Security atau satpam adalah satuan tenaga keamanan yang berada di tengah- tengah lingkungan masyarakat maupun di lungkungan perusahaan untuk membantu peran fungsi polri di tempat petugas satpam bekerja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Solidaritas Sosial d. Pengertian Solidaritas Sosial
Menurut Evantri. L (2013: 7) Solidaritas adalah suatu yang sangat di butuhkan oleh sebuah kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan solidaritas. Kelompok-kelompok sosial sebagai tempat berlangsungnya kehidupan bersama masyarakat akan tetap ada dan bertahan ketika dalam kelompok sosial tersebut terdapat rasa solidaritas di antara anggotanya.
Istilah solidaritas dalam kamus ilmiah populer di artikan sebagai kesetiakawanan dan perasaan sepenanggungan. Sementara paul jonhson dalam Evantri. L (2013: 7) menguraikan bahwa dasar pengertian solidaritas sosial menunjukkan satu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang di anut bersama yang di perkuat oleh pengalaman emosional bersama.
Konsep solidaritas berhubungan demgam identitas manusia dan dukungan antara kelompok yang lain yang termasuk di dalamnya. Konsep ini berkaitan dalam bukunya The Division of Labour in Society mengimplikasikan pembagian dari apa yang ia
sebut sebagai solidaritas mekanik dan solidaritas organik Scott dalam Fatmawati (2010 : 5 )
Solidaritas merupakan fenomena rasional manusia yang datang bersama dalam mencapai kepentingan bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Durkheim dalam Fatmawati (2010: 5 ) bahwa solidaritas dalam masyarakat bekerja sebagai perekat sosial , dalam konteks ini dapat berupa nilai, adat istiadat, kepercayaan yang di anut bersama oleh anggotanya dalam ikatan kesadaran kolektif namun keduanya di bekali dalam segi kesadaran akan kebersamaan tersebut.
Solidaritas sosial menurut Durkheim harus menjadi objek utama dalam menjelaskan realitas sosial Samuel dalam Martono (2012: 42). Tujuan dalam kajian Durkheim ini adalah untuk memahami fungsi dan factor yang menyebabkan pembagian kerja tersebut. Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja sebagai perangkat sosial, dalam konteks ini dapat berupa, nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan dan kesadaran kolektif.
Solidaritas mengacuh pada fenomena budaya daripada ekonomi dan solidaritas ini tertanam dalam diri manusia melalui religi atau kehidupan duniawi yang
seimbang. Manusia bersifat solidaritas karena mereka memiliki nilai-nilai bersama yang di perkuat melalui berdabagai ritual menurit Santoso (2011: 268).
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa solidaritas sosial adalah adanya rasa asaling percaya, cita-cita bersama, kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan diantara individu sebagai anggota kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang di anut bersama.
Solidaritas juga merupakan kesetiakawanan antara anggota kelompok sosial.
Terdapatnya solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan yang tinggi pada setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik.
B. Bentuk-bentuk Solidaritas Sosial 1) Gotong-Royong
Bentuk solidaritas yang banyak kita temui di masyarakat misalnya adalah gotong-royong. Menurut Hasan Shadily, gotong-royong adalah rasa dan pertalian kesosialan yang sangat teguh dan terpelihara. Gotong-royong lebih banyak dilakukan di desa daripada dikota di antara anggota-anggota golongan itu sendiri. Kolektifitas terlihat dalam ikatan gotong-royong yang menjadi adat masyarakat desa.
Menurut, Kusnaedi dalam Jannah (2015: 14) gotong rotong merupakan sikap positif yang mendukung dalam perkembangan desa dan juga perlu dipertahankan
sebagai suatu perwujudan kebiasaan melakukan suatu pekerjaan secara bersama- sama.
Gotong royong memiliki pengertian bahwa setiap individu dalam kondisi seperti apapun harus ada kemauan untuk ikut berpartisipasi aktif dalam memberi nilai tambah atau positif kepada setiap objek, permasalahan atau kebutuhan orang banyak disekeliling hidupnya menurut Abdillah (2011: 10).
Jadi, gotong royong adalah rasa dan pertalian yang positif dalam mempertahankan kolektifitas antara sesame masyarakat desa. Gotong-royong menjadi bentuk solidaritas yang sangat umum dan eksistensinya di masyarakat juga masih sangat terlihat hingga sekarang.
2) Kerjasama
Kerjasama adalah penggabungan antara individu dengan individu lainnya yang digabunkan itu. Kerjasama merupakan keterlibatan secara pribadi diantara kedua bela pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal menurut Sunarto dalam Sari (2007: 2).
Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktifitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing menurut Abdulsyani (2011: 12).
Menurut Cohen dan Bailey dalam Prativi dan Nugrohoseno (2011: 1120) mengatakan kerjasama adalah kumpulan individu yang saling tergantung pada tugas dan bersama-sama bertanggung jawab atas hasil yang diperoleh.
Jadi, kerjasama adalah hubungan antara individu dalam aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami demi tercapainya penyelesaian masalah..
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat. Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern.
Peningkatan sistem pembagian kerja tersebut berimplikasi pada perubahan tipe solidaritas sosialnya. Ia menjelaskan ada dua tipe solidaritas sosial yang berkaitan dengan tingkat pembagian kerja dalam masyarakat. Pada masyarakat dengan sistem pembagian kerja yang rendah, akan menghasilkan tipe solidaritas mekanik, sedangkan pada masyarakat dengan pembagian kerja yang kompleks akan menghasilkan tipe solidaritas organik menurut Laurer dan Samuel dalam Martono (2012: 44)
Durkeim dalam bukunya The Division of Labor in Society menjelaskan tentang dua tipe solidaritas sosial dalam masyarakat, yaitu masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan solidaritas mekanik menurut Damsar (2010: 28)
a) Solidaritas Mekanik
Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan di antara mereka. Rasa kebersamaan yang timbul dalam masyarakat
selanjutnya akan menimbulkan perassan kolektif. Kondisi seperti ini biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih sangat sederhana. Belum ada pembagian kerja yang berarti, artinya apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat biasanya juga dapat dilakukan oleh anggota masyarakat yang lainnya. Belum terdapat saling ketergantungan antara anggota kelompok yang berbeda kerena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhannya menurut Evantri. L (2013: 10)
Menurut Martono (2012: 44) secara singkat solidaritas mekanik terbentuk karena adanya saling kesamaan antaranggota masyarakat. Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang terjadi karena sebuh kesadaran yang akan menciptakan sebuah kesamaan bagi anggotanya. Menurut Durkheim dalam Upe (2010: 95)
Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atar persamaan. Pada masyarakat dengan tipe solidaritas mekanis, individu di ikat dalam sebuah bentuk solidaritas yang memiliki kesadaran kolektif yang sama dan kuat. Karena itu individu tidak berkembang karena
“dilumpuhkan” oleh tekanan besar untuk menerima konformitas.
Hal ini terjadi karena di samping kekuatan masyarakat secara deterministik atas individu, juga di sebabkan oleh sifat masyarakat yang relatif hemogen. Sehingga apa yang dilakukkan oleh seorang anggota masyarakat,lazimnya dapat pula dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya menurut Upe (2010: 95)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa solidaritas mekanik adalah solidaritas yang berlandaskan pada kesadaran dan kebersamaan dari sesama anggota dan dalam solidaritas mekanik pembagian kerja masih sangat sedikit.
b) Solidaritas Organik
Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas ini didasakan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Ketergantungan ini diakibatkan karena spesialisasi yang tinggi diantara keahlian individu, spesialisasi ini juga merombak kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis. Akibatnya kesadaran dan homogenitas dalam kehidupan sosial tergeser. Kerena keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu, munculnya ketergantungan fungsional yang bertambah antara indiviuv-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relative lebih otonom sifatnya. Menurut Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang semula yang disandang oleh kesadaran kolektif dalam Ritzer (2010: 25).
Menurut Upe (2010: 97) solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung. Jika solidaritas mekanik didasarkan pada hati nurani kolektif, maka lain halnya denga solidaritas organik. Tipe solidaritas ini di dasarkan pada hukum dan akal. Dalam solidaritas organik yang diperhatikan adalah kesadaran akan ketergantungan serta pembagian kerja yang tinggi karena adanya skil dan heterogenisme dengan tingkat individu sehingga kepentingan akan tujuan lebih diutamakan.
Menurut Johnson dalam Evantri. L (2013: 11) ,meguraikan bahwa solidaritas organik merupakan solidaritas yang pada pembagian kerja semakin bertambah besar.
Solidaritas itu didasrakan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairakan bertambahnya perbedaan dikalangan individu.
Selain itu, dalam masyarakat dengan solidaritas organik tingkat heterogennya semakin tinggi, karena masyarakat semakin plural, penghargaan baru terhadap kebebasan, bakat, prestasi dan karir individu menjadi dasar pluralistik. Kesadaran kolektif berlahan-lahan mulai hilang. Pekerjaan orang mulai terspesialisasikan dan tidak sama lagi, merasa dirinya berbeda dalam kepercayaan, pendapat dan gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap dan kesadaran pada umunya menurut Evantri. L (2013: 12).
Dari menurut ahli yang sebelumnya telah berpendapat maka dapat di simpulkan bahwa semua sependapat mengatakan solidaritas organik adalah solidaritas yang pembagian kerjanya semakin besar dan tingkat saling ketergantungan yang tinggi.
Tabel 2.1. Perbedaan solidaritas mekanik dan solidaritas organik Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik
Pembagian kerja Rendah Tinggi
Kesadatran kolektif Kuat Lemah
Hukum dominan Represif Restitutif
Individualis Rendah Tinggi
Konsensus terpenting Pola normatif Nilai abstrakdan umum Penghukuman Komunitas terlibat Badan kontrol sosial
Saling ketergantungan Rendah Tinggi
Komunikasi Primitif/pedesaan Industri perkotaan
Pengikat Kesadaran kolektif Pembagian kerja Sumber: Jonson dalam Damsar (2010:29)
dijelaskan :
(1) Pembagian kerja
Pembagian kerja dalam solidaritas mekanik rendah dalam solidaritas sosial mekanik dilihat dari seragamnya jenis pekerjaan, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan oleh semua orang. Dengan kata lain, hampir tidak ada pembagian kerja berdasarkan spesialisasi yang dimiliki oleh seseorang yang mengharuskan orang tertentu berprofesi didalamnya.
Sedangakan dalam solidaritas organik muncul karena pembagian kerja dan saling ketergantungan yang bertambah besar. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan, masyarakat dalam solidaritas organik di persatukan oleh perbedaan- perbedaan diantara orang-orang oleh fakta semuanya menpunyai tugas-tugas dan tanggung jawab yang berbeda.
(2) Kesadaran kolektif
Kesadaran kolektif pada solidaritas mekanik kuat. kuatnya hukum yang bersifat represif, mendefinisikan setiap perilaku sebagai suatu yang jahat dan memungkinkan akan mengancam atau melanggar kesadaran kolektif yang kuat.
Kesadaran kolektif ini dijaga melalui norma bersama, dengan kata lain ikatan sosial juga harus terjalin dengan kuat.
Sedangan dalam solidaritas organik munculnya pemisahan kerja secara tegas yang membentuk individualistik pekerjaan, secara otomatis memudarkan kesadaran kolektif. Menurut Ritzer (2011: 92) dalam masyarakat solidariats organik, kesadaran kolektif hanya dibatasi pada sebagian kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, dan isinya adalah kepentingan individu yang lebih tinggi daripada pedoman moral.
(3) Hukum dominan
Hukum represif dalam solidaritas mekanik merupakan hukum kepada perilaku menyimpang yang berfungsi untuk mempertahankan keutuhan dan kesadaran anggotanya. Sebuah pelanggaran akan dikenai hukuman, kekuatan kolektif akan kesadaran memungkinkan akan terjadinya hukum ini dilihat dari fungsi sansinya.
Sedangkan. Dalam solidaritas organik hukum bertujuan memulihkan aktivitas normal dari suatu keadaan masyarakat yang kompleks yaitu sebuah pelanggarakan akan dikenai hukuman sesuai tertera pada aturan.
(4) Individualis
Dalam solidaritas mekanik hubungan individu dan individu lainnya akan melahirkan perasaan moral bersama. Hal ini akan terjadi pada masyarakat dengan tingkat hegomonitas tinggi.
Sedangkan pada solidaritas organik kelompok sosilal pekerja terdapat pola antar relasi yang berhubungan dan fungsional , ada pembagian kerja yang spesifik
yang pada gilirannya akan menimbulkan perbedaan kepentingan, pemikiran dan status
(5) Konsensus terpenting
Konsensus adalah sebuah frasa untuk menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui bersama antara kelompok atau individu. Pada solidaritas mekanik konsensus yang ada adalah konsensus Pola normatif yaitu adanya kesepakatan antara pekerja dalam menetapkan norma-norma yang terlihat pada tindakan bersama. Jadi, konsensus pada pola normatif merupakan persetujuan akan sebuah norma yang dapat dilihat dari gejala kebersamaan pekerja, kemudian tindakan bersama ini akan menciptakan bahwa pekerja sepakat akan hal-hal yang bersifat tindakan atau perbuatan.
Sedangkan pada solidaritas organik adalah kensensus nilai abstrak ditandai dengan adanya peraturan yang sudah dibuat dan ditaati dan harus disepakati penting terlihat pada rasa patuh akan peraturan perusahaan yang harus dipatuhi oleh semua pekerja dibagian dimana dia ditempatkan.
(6) Penghukuman
Berhubungan dengan hukum represif, yaitu hukuman yang disepakati semua anggota dalam solidaritas mekanik, maka dapat dipastikan cara menghukuman orang adalah cara yang disepakati bersama. Terlibatnya komunitas kelompok dalam memberi sanksi pada orang yang menyimpang.
Sedangkan, pada solidaritas organik sebuah hukum akan mempengaruhi bentuk hukuman serta alat dan siapa yang akan memberikan hukuman. Hal ini terjadi karena dalam banyak penataan hidup pekerja, rasionalitas telah ditempatkan sebagai hal yang penting. Berfikir rasional diartikan sebagai sikap mengenal sesuatu dengan berupaya melakukan pembuktian kebenaran sehingga menjadi cara dalam mengorganisasikan pikiran mereka.
(7) Saling ketergantungan
Saling ketergantukan pada solidaritas mekanik rendak karena pembagian kerja dalam solidaritas ini masih sangat sedikit sedangkan, pada solidaritas organik saling ketergantungan tinggi karena adanya spesialisasi pekerjaan yang semakin kompleks, menyebabkan terkotak-kotanya peran pekerja di dalam suatu perusahaan.
(8) Komunikasi (9) Pengikat
Kedua tipe solidaritas sosial ini memiliki beberapa perbedaan sebagaimana di jelaskan Durkheim dalam Martono (2012: 44) :
(1) Anggota masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang rendah (solidaritas Mekanik), masih terikat satu sama lain atas dasar kesaman emosional dan kepercayaan, serta adanya komitmen moral. Perbedaan adalah sesuatu yang harus dihindari. Pada masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang tinggi
(solidaritas organik), sangat memungkinkan terjadinya perbedaan, dan masyarakat disatukan oleh saling ketergantungan fungsional.
(2) Solidaritas mekanik didasarkan pada kesadaran kolektif yang kuat, anggota masyarakat diharapkan mampu mempertahankan kesamaan , sedangkan pada solidaritas organik, otonomi individu sangat dihargai mengingat setiap individu menjalankan fungsi yang berbeda-beda.
(3) Dari segi kontrol sosial, dalam solidaritas mekanik, nilai dan norma bersifat umum dan abstrak, hukum yang berlaku lebih bersifat represif. Hukum diberlakukan hanya semata-mata agar pelanggar hukum jerah dan mendapatkan hukuman yang sebanding dengan pelanggarannya. Pada solidaritas organik, hukum lebih bersifat restitutif, maksudnya hukum diberlakukan hanya semata- mata untuk mengembalikan masyarakat pada kondisi semula. Hukuman diberikan oleh individu yang memang diberi tugas untuk melakukan kontrol sosial misalnya polisi.
2. Konsep Interaksi Sosial a. Pengertian interaksi sosial
Ada beberapa pandangan para ahli tentang interaksi sosial diantaranya menurut Soerjono Soekanto (2012:55) Interaksi sosial merupakan hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Usman dan Setiadi (2011: 62) berpandangan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika dan kemungkinan yang munul ketika satu manusia berhubungan dengan manusia lainnya adalah; hubungan antara individu satu dan individu lainnya, individu dan kelompok, kelompok dan kelompok.
Jadi interaksi sosial adalah hubungan timabal balik yang terjadi secara terus menerus dan selalu mengalami perkembangan yang mencakup hubungan antara individu dengan individu, indivudu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.
Lebih lanjut dijelaskan Soerjono Sukanto (2012: 57) bahwa berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor internal, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi. Tetapi titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang menghambat daya berpikirnya secara rasional.
Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan- keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan
sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu didalam proses kehidupannya, Soekanto (2012:57).
Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan utama dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan- kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh, Soekanto (2012:58).
b. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan dan komunikasi, terjadinya suatu kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perikelakuan orang lain, Narwoko dan Suyanto (2011 : 16)
Kontak sosial adalah aksi individu atau kelompok dalam bentuk syarat yang memiliki arti (makna) bagi si pelaku dan penerima membalas aksi tersebut dengan reaksi, Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antara orang- perorangan, antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, dan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya, Setiadi dan Usman (2011:74).
Adapun komunikasi sosial merupakan aksi antara dua pihak atau lebih yang melakukan hubungan dalam bentuk saling memberikan tafsiran atas pesan yang disampaikan oleh masing- masing pihak, Setiadi dan Usman (2011:74).
Jadi syarat berlangsugnya interaksi sosial ada dua yaitu, kontak sosial dan komunikasi. Apabila salah satu diantara syarat tersebut tidak terlaksana maka tindakan tersebut belum dikatakan sebagai interaksi sosial. Sebagaimana pengetian kontak sosial dan komunikasi adalah apabila tindakan seseorang belum mendapat respon atau aksi balik dari orang lain maka belum bisa terjadi interaksi.
c. Bentuk-bentuk interaksi sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial digolongkan Gillin dan Gillin dalam (Soekanto, 2012:64) menjadi dua macam yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.
1) Proses-proses yang asosiatif a) Kerja sama (Cooperation)
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada kelompok manusia.
Ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut:
(1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. Contohnya, kerja bakti antara warga, membersihkan lingkungan sekitar.
(2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Contohnya, proses jual beli barang di pasar.
(3) Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dan stabilitas organisasi yang bersangkutan. Contohnya, adanya cabinet baru dalam suatu pemerintahan.
(4) Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Contohnya, kerjasama antara partai politik dalam pemilihan presiden,
(5) Joint ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
Contohnya, pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dan seterusnya.
b) Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan, Soekanto (2012:69).
Menurut Gillin dan Gillin dalam (Soekanto, 2012:69) akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Setiadi dan Usman Kolip (2011:81) mengatakan bahwa tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
(1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok- kelompok manusia sebagai sebagai akibat perbedaan paham.
(2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.
(3) Untuk memungkinkan terjadi kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat factor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem kasta.
(4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau asimilasi.
c) Asimilasi
Soekanto (2012:73) Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Koetjaraningrat dalam (Maryati, 2007:63), proses asimilasi akan timbul jika ada kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan, kemudian individu-individu dalam kelompok tersebut saling berinteraksi secara langsung dan terus menerus dalam jangka waktu lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri.
Jadi asimilasi adalah suatu usaha penyatuan perbedaan-perbedaan baik perbedaan antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan bersama, misalnya perbedaan kebudayaan antar individu maupun kelompok yang saling berinteraksi dalam jangka
waktu yang lama sehingga kebudayaan masing-masing kelompok atau individu tersebut saling melebur.
2) Proses disosiatif
a) Persaingan ( Competition)
Soekanto (2012:83) mengatakan bahwa persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Bentuk- bentuk persaingan adalah sebagai berikut:
(1) Persaingan ekonomi
Persaingan di bidang ekonomi timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.
(2) Persaingan budaya
Persaingan dalam bidang kebudayaan, misalnya persaingan dibidang keagamaan,lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan.
(3) Persaingan kedudukan dan peranan
Didalam diri seseorang maupun didalam kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang.
(4) Persaingan ras
Persaingan ras merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Perbedaan ras, baik karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan.
b) Kontravensi (Contravention)
Soekanto (2012:87) mengatakan bahwa kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berbeda antara persaingan dan pertentangan atau pertiakaian. Kontravensi ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Atau perasaan tersebut dapat pula berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan atau penilaian terhadap suatu usul, buah pikiran, kepercayaan, doktrin, atau rencana yang dikemukakan orang-perorangan atau kelompok manusia lain.
Bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker dalam (Soekanto, 2012:88) ada lima, yaitu:
(1) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
(2) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan seterusnya.
(3) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus mengecewakan pihak-pihak lain.
(4) Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat dan lain-lain.
(5) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain, umpama dalam kampanye partai-partai politik dalam pemilihan umum.
c) Pertentangan / Konflik
Setiadi dan Usman Kolip (2011:91) mengatakan bahwa konflik merupakan proses sosial dimana masing-masing pihak yang berinteraksi berusaha untuk saling menghancurkan, menyingkirkan, mengalahkan karena berbagai alasan seperti rasa benci dan rasa permusuhan.
Yang menjadi kajian dalam penelitian ini yaitu pola interaksi sosial security universitas Muhammadiyah dalam meningkatkan hubungan solidaritasnya.
3. Konsep Security a. Pengertian security
Security atau satpam adalah satuan kelompok petugas yang dibentuk oleh
instansi/proyek/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan fisik dalam rangka menyelenggarakan keamanan swakarsa dilingkungan/kawasan kerjanya dalam Gutama (2007: 2).
Menurut Sudahnan (2011: 142) petugas security adalah satuan tenaga keamanan yang berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat maupun di lingkungan perusahaan untuk membantu peran fungsi polri di tempat petugas satpam bekerja;
diperusahaan, perumahan, pertokohan, perhotelan, rumah sakit dan tempat lainnya, dengan tujuan untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat agar terhindar dari segala gangguan kamtibmas.
Berdasarkan pengertian security yang di kemukakan oleh Gutama dan Sudahnan maka security adalah satuan kelompok petugas yang berada di lingkungan masyarakat baik instansi/proyek/badan usaha untuk membantu peran polri dalam menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat di kawasan kerjanya dengan melakukan pengamanan fisik dalam lingkungan kerjanya.
b. Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Security 1) Tugas Pokok Security
Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan/kawasan kerja khususnya pengamanan fisik
2) Fungi security
Segala usaha dan kegiatan melindungi lingkungan/kawasan kerjanya dari setiap gangguan keamanan dan ketertiban serta pelanggaran hukum.
3) Peranan Security
Dalam melaksanakan tugas satpam mempunyai peranan sebagai berikut :
a) Unsur pembantu pimpinan instansi/ proyek/ badan usaha tempat ia bertugas dibidang keamanan dan ketertiban lingkungan/ kawasan kerjanya.
b) Unsur pembantu POLRI dalam membina keamanan dan ketertiban terutama dibidang penegakan hokum dan security dalam lingkungan kawasan tempat kerjanya.
4) Kegiatan Security
Dalam melaksanakan tugasnya satpam melakukan kegiatan-kegiatan yang pada pokonya sebagai berikut :
a) Mengadakan peraturan dengan maksud menegakkan tata tertib yang berlaku dilingkungan kerjanya khususnya yang menyangkut keamanan dan ketertiban atau tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan seperti :
b) Melaksanakan penjagaan dengan maksud mengawasi masuk atau keluarnya orang atau barang dan mengawasi keadaan-keadaan atau hal-hal yang mencurigakan disekitar tempat kerjanya.
c) Melakukan perondaan dikawasan tempat kerjanya menurut rute dan waktu tertentu dengan maksud pengadaan, penelitian dan pemeriksaan terhadap atau diperkirakan menimbulkan ancaman atau gangguan.
d) Mengadakan pengawasan uang atau barang bila diperlukan dan disesuaikan dengan kebutuhan.
e) Mengambil langkah-langkah dan tindakan sementara bila terjadi sesuatu tindak pidana.
C. Kerangka Konsep
Hampir setiap lembaga maupun perusahaan selalu ada bagian atau pihak yang melakukan tugas tertentu misalnya security yang memiliki tugas melakukan pengamanan pada lembaga, perusahaan atau tempat dia bekerja. Untuk itu security memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keamanan di lingkungan tempat kerjanya. Dalam hubungan pekerjaan solidaritas sangat dibutuhkan. Masalah tentang bagaimana berinteraksi dan memilih tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para sekurity tak luput dari kajian sosiologis. Hasil dari interaksi yang dilakukan
diharapkan mampu menumbuhkan rasa solidaritas antara para anggota security . Fokus dalam penelitian ini adalah Solidaritas Sosial security di Universitas muhammadiyah Makassar.
Pada setiap jenis penelitian, selalu menggunakan kerangka pikir sebagai alur dalam menentukan arah penelitian, hal ini untuk menghindari terjadinya perluasan pembahasan yang menjadikan penelitian tidak terarah/ terfokus. Pada penelitian ini maka peneliti menyajikan kerangka pikir sebagai berikut :
Solidaritas Sosial security di Universitas Muhammadiyah Makassar
Factor-Faktor Yang Menjadi Dasar Solidaritas
Sosial Bentuk-bentuk
Solidaritas sosial
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif . Deskriptif yang dimaksud disini adalah pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum bagaimana solidaritas sosial security di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Solidaritas Mekanik
Solidaritas Organik
Interaksi sosial
Bagan 2. 1. Kerangka Solidaritas Sosial Security di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Disasosiatif Asosiatif
Menurut Denzim dan Lincoln (Noor, 2011:34) kata kualitatif menyiratkan pada penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya.
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif digunakan dengan maksud untuk memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori (Sugiyono, 2014:292).
Hal senada juga diungkapkan oleh Moleong (2007:8) bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur pengumpulan data yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Jadi penelitian dengan deskriftif kualitatif pada umumnya berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, walaupun ada hanya bersifat penunjang dengan maksud mendapatkan gambaran tentang Solidaritas Sosial Security di Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Lokus Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, yaitu bulan juli sampai september 2017. Lokasi penelitian dilaksanakan Di Universitas Muhammadiyah Makassar.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan dengan cara non-probability sampling. Teknik pengambilan informan dengan non- probability sampling adalah teknik penentuan informan dimana setiap unsur (anggota
masyarakat) tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (informan).
Teknik penentuan informan yang digunakan adalah memakai teknik pusposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sample (informan) sumber
data dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan informan. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah mereka yang betul-betul mengetahui tentang masalah yang diteliti yaitu tentang solidaritas sosial security di Universitas muhammadiyah Makassar baik dengan sesama security itu sendiri maupun dengan warga kampus dan sebagainya (Sugiyono, 2014:218). Hal ini yang menjadi informan adalah sebagai berikut:
1. Mereka yang menjadi bagian dari security di Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Objek Informan Jumlah Informan
1. Security 5 orang
2 Kepala Security 1 orang
Total 6 orang
D. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah solidaritas sosial security di Universitas Mehammadiyah Makassar dalam melakukan hal pekerjaan maupun diluar pekerjaan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri. Dimana peneliti sendiri yang dapat melihat secara langsung solidaritas sosial security di Universitas Mehammadiyah Makassar. Peneliti sendiri yang menentukan informan yaitu mereka yang mengetahui, dan melihat pola perilku sosial dalm hal solidaritas security. instrumen lainnya yaitu kamera yang digunakan untuk merekam dan
mengambil foto dokumentasi pada saat melakukan observasi dan wawancara dengan informan dan pedoman wawancara.
F. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi dan wawancara dengan informan penelitian yaitu security dan mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar,. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang sudah tersedia dan diperoleh peneliti yang sumbernya dari pihak security.
Sumber informan dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut:
1. Informan kunci, yaitu informan yang bisa membukakan pintu untuk mengenali keseluruhan medan secara luas, dalam hal ini kepala security itu sendiri.
2. Informan ahli, yaitu informan yang terlibat secara langsung dalam suatu kegiatan atau interaksi , dalam hal ini security.
3. Informan biasa, yaitu informan yang mengetahui suatu program atau kegiatan namun ia tidak berpartisipasi langsung dalam program tersebut, dalam hal ini masyarakat umum.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan teknik observasi (pengamatan) dan indepth interview (wawancara mendalam).
a. Wawancara mendalam (in-depth interview)
Wawancara mendalam atau biasa disebut dengan wawancara semiterstruktur (bebas) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara
tanya jawab sambil bertatap muka (face to face) antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai (kepala security, security,) diminta pendapatnya mengenai masalah yang diteliti yaitu tentang solidaritas sosial security ketika melakukan pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Wawancara dilakukan sebanyak satu kali kepada anggota security dan pimpinan security di Universitas Muhammadiyah Makassar untuk mengetahui solidaritas sosial yang terjadi di kalangan security.
b. Dokumentasi
Dokumentasi menurut sugiono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumentasi yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai anggota security. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif, dimana data yang diperoleh di lapangan, diolah kemudian disajikan dalam bentuk tulisan. Dalam penelitian ini proses analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data, peneliti menyaring data yang diperoleh pada saat melakukan penelitian, baik itu pada saat wawancara dengan kepala security, security, dan mahasiswa. Informasi yang telah disaring tersebut difokuskan dan disusun secara sistematis sehingga mudah dipahami dalam menganalisis solidaritas sosial security dalam melakukan pekerjaan maupun diluar pekerjaan.
2. Penyajian data, peneliti menyajikan data secara keseluruhan dari hasil penelitian.
Cara ini dilakukan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan tentang solidaritas sosial security di Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Kesimpulan, merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yakni solidaritas sosial security di Universitas Muhammadiyah.
Berdasarkan uraian di atas, langkah analisis data ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema Model Analisis Interaktif
I. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data dalam Model Analisis Interaktif oleh Miles dan Huberman
Reduksi data
Pengumpulan data
Penarikan kesimpulan
Sajian data
Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat digunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono (2013: 270) untuk menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Perpanjangan pengamatan. Peneliti melakukan perpanjangan pengamatan pada saat peneliti belum menemukan informasi atau data yang tepat tentang solidaritas sosial security di Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan membentuk hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan kehadiran peneli tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang mengganggu perilaku masyarakat yang sedang dipelajari
2. Meningkatkan ketekunan: peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau benar.
3. Triangulasi: peneliti memeriksa data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
a. Triangulasi Sumber, peneliti menguji kredibilitas data dengan cara mengecek kembali data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini, peneliti mengecek sumber data dari Pihak kepala security, security, dan mahasiswa..
b. Triangulasi Teknik, peneliti menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan menggunakan teknik berbeda dari
sebelumnya. Misalnya, data awal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek kembali dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan wawancara dari Pihak kepala security, security, dan mahasiswa., dicek kembali dengan menggunakan observasi dan
dokumentasi. Ketika digunakan ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut dan menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan wawancara lebih lanjut dengan informan.
c. Triangulasi waktu. Peneliti melakukan pengecekan data dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan kepala security, security, dan mahasiswa. pada pagi hari dan dilanjutkan pada malam hari untuk memberikan data yang sama dan jelas.
4. Menggunakan bahan referensi: peneliti memberikan data tentang hasil wawancara dengan menunjukkan hasil dokumentasi atau rekaman pada saat melakukan proses wawancara dengan kepala security, security, dan mahasiswa. sebagai pendukung untuk membuktikan data tersebut adalah benar.
J. Jadwal Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian direncanakan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.2. jadwal penelitian
No. Jenis Kegiatan
Bulan Ke
Ket.
1 2 3 4 5 6 1. Penyusunan proposal penelitian
2. Konsultasi proposal penelitian 3. Seminar proposal penelitian 4. Melaksanakan penelitian 5. Interpretasi dan analisis data 6. Penulisan laporan hasil penelitian 7. Bimbingan dan konsultasi
8. Seminar hasil penelitian 9. Revisi seminar hasil penelitian 10. Penyajian ujian skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
1. Letak Geografis Universitas Muhammadiyah Makassar
Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) adalah perguruan tinggi swasta yang berdiri pada tanggal 19 juni 1963. Universitas Muhammadiyah Makassar ini memiliki 3 (tiga) kampus. Kampus 1 alamat di Jl. Sultan Alauddin No.
259 Makassar 90221. Fax (0411) 860. Kampus II di Jl. Letjen A. Mappaoddang II No. 17 Makassar 90222. Telp 0411 – 851914 dan fax 0411 – 865588. Kampus III di Jl. Ranggong Dg Romo No. 21 Makassar 90112. Telp (0411) 318791. Fakultas yang disediakan oleh pihak kampus Universitas Muhammadiyah Makassar ( UNISMUH ) ini adalah :
a. Fakultas FKIP b. Fakultas Teknik c. Fakultas Pertanian d. Fakultas Agama Islam e. Fakultas Kedokteran f. Pasca Sarjana
2. Fasilitas Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
Selain fasilitas dan kampus yang dimiliki Universitas Muhammadiyah Makassar dalam memberikan pelayanan, baik pelayanan administrasi maupun pelayanan pengembangan keterampilan dan keintelektualan mahasiswa juga telah disediakan sarana-sarana yang berupa: gedung dan ruang belajar yang permanen, gedung dan ruang untuk pelayanan administrasi, laboratorium komputer,
laboratorium teknik, laboratorium MIPA, lanoratorium bahasa, laboratorium dan hutan pendidikan, laboratorium school, kebun percobaan “Bissoloro”, lapangan olahraga dan arena panjat tebing, perpustakaan, area free hotspot, tempat ibadah, ruang pusat kegiatan mahasiswa, studio gambar dan radio FM, medical center, apartemen mahasiswa, bank, kendaraan bis untuk kegiatan akademik, koperasi karyawan dan mahasiswa, foto copy, wartel, dan koran kampus “Al Amin”, area parkir.
3. Sumber daya Universitas Muhammadiyah Makassar
Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat serta mewujudkan ketercapaian dalam misi dan visinya, Universitas muhammadiyah Makassar senantiasa berupaya selain untuk menciptakan kampus bernuansa akademik islami, juga berupaya mengembangkan kepribadian dan keterampilan seluruh mahasiswa agar mereka selain memiliki keunggulan akademik juga memiliki keunggulan teknologi yang bernuansa keislaman yang sejati. Untuk tujuan ini Universitas Muhammadiyah Makassar benar-benar memperhatikan keprofesional dan kualitas sumber daya manusia.
Selain Universitas muhammadiyah Makassar memiliki dan memanfaatkan tenaga edukatif yang berkualifikasi guru besar, doktor, dan magister yang tersebut di semua fakultas. Demikian halnya dengan pelayanan administrasi untuk memudahkan pelayanan administrasi, baik mahasiswa maupun untuk keperluan lain, Universitas Muhammadiyah Makassar mengangkat dan menempatkan