Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.40300/PP/M.I/16/2012
Jenis Pajak : PPN
Tahun Pajak : 2008
Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Masa Pajak Februari 2008 sebesar Rp30.264.565,00, yang terdiri dari:
1. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean berupa LicenceRp25.299.025,00
2. Pemanfaatan jasa dari luar daerah pabean Rp 4.965.540,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
1. Koreksi Pajak Masukan atas Pemanfaatan Barang tidak berwujud dari luar daerah pabean berupa Licence sebesar Rp25.299.025,00;
Menurut Terbanding : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (8) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 telah dilakukan penelitian terhadap pengkreditan Pajak Masukan. Dari hasil penelitian diketahui terdapat pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP / JKP yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha sebesar Rp 25.299.025,00;
Menurut Pemohon Banding : bahwa penolakan diakuinya biaya license juga berarti bahwa PPN yang telah Pemohon Banding bayar ke Kas Negara menjadi pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
Atas pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang tentu harus dikembalikan kepada pembayarnya. Oleh karena itu melalui mekanisme pengkreditan (yaitu dalam hal PPN yang Pemohon Banding bayar dapat dikreditkan) sesungguhnya secara efektif (bahkan lebih efisien) sama saja berarti pajak yang telah Pemohon Banding bayar juga dikembalikan;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis : bahwa koreksi positif Pajak Masukan atas pemanfaatan BKP tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean berupa Licence berkaitan dengan koreksi biaya licence di PPh Badan yaitu tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha;
bahwa adapun pembahasan koreksi di PPh Badan adalah sebagai berikut :
bahwa menurut Terbanding pada saat pemeriksaan dasar koreksi adalah bahwa biaya tersebut tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan berdasarkan penelitian keberatan diketahui bahwa pembayaran intangible property/royalty diberikan kepada AAA Materialscience AG Germany yang merupakan pemilik 99% PT XXX dan berdasarkan penelitian terhadap dokumen Patent and Technology License Agreement yang disampaikan Pemohon Banding diketahui bahwa tidak terdapat bukti otentik yang menunjukkan bahwa informasi, know how, formula yang disampaikan Pemohon Banding adalah dimiliki oleh AAA AG Germany;
bahwa menurut Pemohon Banding bahwa sesungguhnya sesuai dengan Patent and Technology License Agreement, Pemohon Banding juga telah menerima manfaat informasi teknologi yaitu:
(a) Analisa/optimasi langkah-langkah proses, seperti simulasi reaktor (rates of adding components, post reaction times) dengan menggunakan model reaktor dan perhitungan cairan dinamis (computational fluid dynamics), (b) Rekomendasi-rekomendasi agar prosedur distilative work-up dan polyol
berjalan optimal, (c) alih pengetahuan tentang standard safety operation (OSS) dan insulasi tanki bahan baku (EO),
(d) Penentuan resep produk baru yang disebut A-1362. Bukti-bukti korespondensi atas pemberian informasi teknis tersebut sudah disampaikan sebelumnya. Fakta-fakta ini seharusnya juga dijadikan data bahwa adalah wajar Pemohon Banding membayar royalty kepada BMS AG, mengingat Pemohon Banding juga menerima manfaat secara nyata untuk keperluan usaha Pemohon Banding;
bahwa dalam persidangan Terbanding menjelaskan bahwa pembayaran license berupa patent teknologi pembuatan polyol, dari dokumen Pemohon Banding disimpulkan:
- ada teknologi DMC yang belum dipakai dalam proses produksi, padahal teknologi yang dipakai adalah KOH;
- patent AAA AG belum didaftarkan ke Kemeterian Hukum dan HAM, dan hak patent merupakan hak teritorial;
bahwa menurut Terbanding untuk meyakinkan siapa pemilik patent, seharusnya patent AAA AG didaftarkan di Indonesia, sehingga dapat diyakini bahwa beneficial owner adalah AAA AG;
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menjelaskan bahwa bukti kepemilikkan tidak harus dari sertifikat patent, bukti kepemilikan sudah ditunjukkan ke Terbanding;
bahwa Pemohon Banding menjelaskan tekhnologi DMC belum dipakai dan tidak ada pembayaran royalty terkait dengan tekhnologi DMC, sesungguhnya DMC dan KOH hanya material kecil sebagai katalis untuk pembuatan polyol, katalis DMC adalah paling mutahir dan digunakan apabila dibutuhkan kapasitas yang lebih tinggi dengan semikian DMC dan KOH hanya merupakan proses kecil dari hasil atau output yang teknologinya sangat luas, KOH adalah material yang sangat umum, namun ada rumusan agar KOH dibutuhkan untuk menghasilkan produk secara maksimal, KOH hanya 2% dari 100% untuk menghasilkan out put;
bahwa Pemohon Banding memberikan dokumen tambahan berupa :
- bukti terjadinya pemberian Technical Information sebagaimana dimaksud dalam Patent and Technology License Agreement;
- Uraian Data Tambahan Mengenai Proses Pembuatan Polyol;
- Surat Tambahan Keterangan sehubungan dengan Informasi yang Mengemuka dalam Persidangan dengan surat nomor : BMSI/TC/03/2012 yang menjelaskan dasar pembayaran royalty sebagai berikut :
1. Pembayaran royalti (license fee) yang dilakukan Pemohon sebagai konsekuensi dari penggunaan teknologi polyol yang dimiliki oleh AAA Material Sciense AG (BMS AG) yang didasarkan atas perjanjian yang disepakati bersama dengan BMS AG;
2. Berkenaan dengan setifikat patent yang belum didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM sesungguhnya bukanlah kewajiban bagi si pemilik patent (inventor) untuk mendaftarkannya di Indonesia. Dalam hal suatu temuan tidak dipatenkan maka akan berakibat behwa temuan tersebut tidak terlindungi secara hukum jika ada pihak lain yang mengguakan atau memanfaatkan tanpa seijin pemiliknya dengan demikian keberadaan setifikat patent hanyalah untuk keperluan perlindungan hukum kepada pihak lain yang menggunakan tanpa seijinnya. Oleh karena itu jika ada kasus suatu perjanjian penggunaan temuan antara dua pihak sedangkan sipemilik temuan tidak mematenkan temuannya bukan berarti pihak yang menggunakannya terbebas dari kewajiban pembayaran atas penggunaan temuan tersebut, berkenaan dengan prinsip hukum tersebut Pemohon mendapatkan tehnologi dari BMS AG melalui cara perjanjian maka Pemohon wajib membayarkan royalty.
3. Sepanjang pengetahuan Pemohon prinsip perpajakan tidak mengenal legalitas baik dari sisi penghasilan maupun biayanya. Dalam kasus Pemohon jelas biaya royalti merupakan biaya atas penggunaan tehnologi untuk membuat produk yang akan dijual, sehingga biaya royalti adalah biaya untuk mendapatkan penghasilan yang seharusnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Pemohon;
4. bahwa patent adalah salah satu intellectual properti, disamping itu ada juga know how, trade secret dan trade mark dimana trade secret dan know how tidak harus didaftarkan, hal ini juga ditegaskan OECD Transfer Pricing Guidelines for MNE and Tax Administration tahun 2010 chapter VI halaman 193;
5. bahwa sesuai dengan perjanjian antara Pemohon dengan BMS AG menggunakan tehnologi know how yang tidak harus didaftarkan;
6. bahwa dengan demikian koreksi Terbanding harus dibatalkan;
bahwa berdasarkan data, fakta dan penjelasan dalam persidangan Majelis berpendapat bahwa pembayaran license fee ke AAA Material Science (BMS) AG berhubungan dengan produk yang dijual (polyol yang menggunakan tehnologi KOH) oleh Pemohon Banding;
bahwa berdasarkan dokumen setifikat kepemilikan Intellectual Property dari instansi yang berwenang di Jerman, diketahui bahwa AAA MaterialScience (BMS) AG adalah pemilik patent atas polyol yang menggunakan tehnologi KOH dan kepemilikan patent tidak harus didaftarkan di Indonesia;
bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas Majelis dapat meyakini bahwa pemilik licence yang sebenarnya adalah AAA MaterialScience AG, sehingga Pajak Masukan yang dibayar terkait dengan pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean tersebut mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
bahwa dengan demikian Majelis berpendirian bahwa koreksi Terbanding atas Pajak Masukan sebesar Rp. 25.299.025,00 tidak dapat dipertahankan;
2. Koreksi Pajak Masukan atas Pemanfaatan Jasa dari Luar Daerah Pabean sebesar Rp4.965.540,00
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Terbanding : Terbanding berpendapat bahwa koreksi Pemeriksa atas Pajak Masukan sebesar
Rp4.965.540,00 terkait dengan Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean sebagaimana pokok sengketa di atas sudah tepat;
Menurut Pemohon Banding : bahwa penolakan diakuinya biaya IT service juga berarti bahwa PPN yang telah Pemohon Banding bayar ke Kas Negara menjadi pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
Atas pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang tentu harus dikembalikan kepada pembayarnya. Oleh karena itu, melalui mekanisme pengkreditan (yaitu dalam hal PPN yang Pemohon Banding bayar dapat dikreditkan) sesungguhnya secara efektif (bahkan lebih efisien) sama saja berarti pajak yang telah Pemohon Banding bayar juga dikembalikan;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (8) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, Terbanding melakukan Koreksi terhadap pengkreditan Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha sebesar Rp4.965.540,00;
bahwa Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, menyatakan : “Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.”
bahwa berdasarkan Surat Pemohon Banding Nomor : 2/BMSI TaxObj PPh2008 tanggal 9 Maret 2011 diketahui bahwa koreksi tersebut terkait dengan pembayaran yang dilakukan Pemohon Banding kepada AAA (South East Asia) Pte Ltd, Singapore untuk membayar Pemanfaatan Jasa Tehnologi Informasi (IT Service) dalam rangka pengelolaan informasi untuk keperluan pembuatan Laporan Keuangan guna kepentingan kontrol perusahaan dan juga bermanfaat dalam rangka pembuatan Laporan Keuangan secara global;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena Jasa Manajemen dan Teknologi Informasi (IT) tentu berhubungan dengan kegiatan usaha, yaitu pengeluaran untu kegiatan produkri barang yang dijual Pemohon Banding;
bahwa Terbanding berpendapat bahwa AAA (South East Asia) Pte Ltd, Singapore adalah anak perusahaan AAA Jerman yang didirikan khusus untuk menangani IT anak perusahaannya di regional ASEAN, dimana seluruh anak perusahaan diharuskan untuk menggunakan system IT tersebut dan diharuskan membayar kepada AAA German melalui AAA SEA Singapore, dan karena Pemohon Banding tidak memberikan penjelasan mengenai detil manfaat yang diperoleh Pemohon Banding, AAA SEA Singapore, AAA Material science AG Germany dan AAA Germany atas pemanfaatan service IT tersebut, dan karena Biaya Administrasi berupa Service IT yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding tersebut merupakan kegiatan untuk kepentingan bersama, maka Terbanding berpendapat seharusnya biaya tersebut dibebankan kepada parent company, walaupun dibutuhkan oleh Pemohon Banding dalam rangka pembuatan laporan keuangan dan kontrol perusahaan terkait produksi;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding tersebut karena AAA SEA sebenarnya tidak didirikan khusus untuk menangani IT anak perusahaan AAA di regional ASEAN, namun kegiatan layanan IT ini merupakan sebagian dari kegiatan AAA SEA;
bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa Pemohon Banding telah menjelaskan detail manfaat layanan yang diperoleh Pemohon Banding melalui Surat Nomor : 2/BMSI TaxObj PPh2008 tanggal 9 Maret 2011 maupun dalam wawancara antara Terbanding dengan Pemohon Banding pada tanggal 24 Maret 2011, bahwa manfaat yang Pemohon Banding terima dari Jasa Manajemen IT AAA SEA adalah untuk efisiensi dan efektifitas Manajemen Pembelian, Persediaan, Penjualan dan Penyusunan Laporan Keuangan;
bahwa Terbanding berpendapat bahwa pembayaran IT Sevices yang ditagihkan AAA (South East Asia) Pte Ltd Singapore kepada Pemohon Banding tersebut lebih dominan untuk kepentingan owner yaitu AAA MaterialScience AG;
bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa AAA SEA merupakan pemberi jasa/pemberi manfaat (bukan penerima manfaat) dan AAA AG tidak pernah menerima manfaat dari AAA SEA, dan karena Pemohon Banding (PT BMSI) secara nyata-nyata menerima manfaat dari layanan jasa IT tersebut maka tidak tepat jika biaya tersebut harus ditanggung oleh AAA AG (parent company);
bahwa berdasarkan data, fakta dan penjelasan dalam persidangan, Majelis berpendapat bahwa pembayaran Jasa Tehnologi Informasi (IT Service) ke AAA (South East Asia) Pte Ltd Singapore sebesar Rp4.965.540,00 bukan semata-mata untuk kepentingan parent company tapi Pemohon Banding mendapatkan manfaat yang lebih besar atas pemasangan aplikasi sistim tersebut;
bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Majelis dapat meyakini bahwa pengeluaran untuk perolehan Jasa kena Pajak berupa Service IT berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, dengan demikian Koreksi Terbanding atas atas Pemanfataan Jasa dari Luar Daerah Pabean sebesar Rp4.965.540,00, tidak dapat dipertahankan;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menimbang : bahwa oleh karena atas jumlah PPN yang masih harus /(lebih) dibayar yang disengketakan oleh Pemohon sebesar Rp. 60.529.130,00, dikabulkan seluruhnya oleh Majelis, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding;
Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang- undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;
Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-1002/WPJ.07/2011 tanggal 26 April 2011, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Februari 2008 Nomor:
00213/207/08/052/10 tanggal 12 Februari 2010, atas nama : PT XXX sehingga perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Masa Pajak Pebruari 2008 yang masih harus (lebih) dibayar menjadi sebagai berikut:
DPP PPN Rp. 29.058.545.410,00 Pajak Keluaran Rp. 2.890.716.522,00 Jumlah Pajak yang dapat
diperhitungkan
(Rp. 6.221.192.425,00) PPN yang kurang
dibayar/(lebih) dibayar
(Rp. 3.330.475.903,00) Dikompensasikan ke masa
pajak berikutnya
Rp 3.330.475.903,00 Jumlah yang masih harus
dibayar /(lebih)dibayar
Rp. 0,00 Sanksi Administrasi Rp. 0,00 PPN yang masih harus
dibayar/(lebih) dibayar
Rp. 0,00