• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI ANTIKANKER TUMBUHAN DAUN BANGUN- BANGUN (Plectranthus amboinicus Lour.) SKRIPSI OLEH: MUTYA AZRAI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI ANTIKANKER TUMBUHAN DAUN BANGUN- BANGUN (Plectranthus amboinicus Lour.) SKRIPSI OLEH: MUTYA AZRAI NIM"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI ANTIKANKER TUMBUHAN DAUN BANGUN- BANGUN (Plectranthus amboinicus Lour.)

SKRIPSI

OLEH:

MUTYA AZRAI NIM 171501215

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

POTENSI ANTIKANKER TUMBUHAN DAUN BANGUN- BANGUN (Plectranthus amboinicus Lour.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MUTYA AZRAI NIM 171501215

v

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Antikanker Tumbuhan Daun Bangun-Bangun (Plectranthus amboinicus Lour.)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan pembimbing skripsi kedua saya. Ibu Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing pertama saya, yang telah membimbing saya selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ibu Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt. selaku ketua penguji dan Ibu Dewi Pertiwi S.Farm, M.Si., Apt. selaku anggota penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Bapak Mariadi, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen penasihat akademik yang telah membimbing saya selama masa perkuliahan saya di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orangtua, ayahanda Azrai dan Ibunda Susilawati tercinta, serta keluarga atas doa, dorongan, dan pengorbanan baik moril maupun material dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga kepada Maulidina Sari, Maulida Aprilia, Sri Wahyuni, dan Yuniken Anggia atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

(5)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Medan, 23 Juli 2021 Penulis,

Mutya Azrai NIM 171501215

(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Mutya Azrai Nomor Induk Mahasiswa : 171501215 Program Studi : Sarjana Farmasi

Judul : Potensi Antikanker Tumbuhan Daun Bangun- Bangun (Plectranthus amboinicus Lour.)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah hasil karya saya sendiri, bukan plagiat dan apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya ini plagiat karena perbuatan saya, maka saya menerima sanksi yang diberikan oleh Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dalam keadaan sehat dan dapat digunakan sebagaimana semestinya.

Medan, 22 Juli 2021

Mutya Azrai NIM 171501215

(7)

POTENSI ANTIKANKER TUMBUHAN DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus Lour.)

ABSTRAK

Latar Belakang: Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus L.) merupakan tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antikanker. Kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid, terpenoid, dan tanin pada tumbuhan ini menunjukkan adanya efek penghambatan pertumbuhan sel.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan bangun-bangun (Plectranthus amboinicus L.) yang berpotensi sebagai antikanker serta menelaah potensi tumbuhan bangun-bangun sebagai agen kemopreventif.

Metode: Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan artikel-artikel, baik berupa research article maupun review article yang berhubungan dengan subjek yang ditelitian. Dilanjutkan dengan mereview artikel-artikel yang terkait dengan tumbuhan bangun-bangun tersebut sehingga dihasilkan suatu narrative review.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian daun bangun-bangun terdapat kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid, terpeneoid, tanin, dan saponin. Sedangkan pada bagian batang bangun-bangun terdapat kandungan flavonoid dan fenol. Metode uji MTT dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak bangun-bangun efektif terhadap beberapa sel kanker. Perlakuan menggunakan ekstrak etilasetat menunjukkan adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan sel yang tinggi. Nilai IC50 ekstrak etilasetat, yaitu 7,647 µg/mL.

Kesimpulan: Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang memiliki nilai IC50 terkecil yaitu terdapat pada ekstrak etilasetat dan nilai IC50 tertinggi yaitu pada essential oil. Sehingga ekstrak etilasetat mempunyai potensi agen kemopreventif yang tinggi.

Kata Kunci: anticancer, apoptosis, cell cycle, cytotoxic assay, Plectranthus amboinicus (bangun-bangun)

(8)

THE ANTICANCER POTENTIAL OF BANGUN-BANGUN LEAVES (Plectranthus amboinicus Lour.)

ABSTRACT

Background: Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus L.) is a plant which has the potential as an anti-cancer. The secondary metabolite constituents such as flavonoid, terpenoid, and tannin in this plant shows an inhibitory effect on growth cell.

Objective: The aims of this study were to examine the secondary metabolite constituents in bangun-bangun (Plectranthus amboinicus L.) which has the potential as an anti-cancer agents and to examine the potential of bangun-bangun as chemopreventive agents.

Method:. This research was conducted by collecting articles, both research articles and review articles related to the subject. This is followed by reviewing articles that related to bangun-bangun so that a narrative review was produced.

Results: The results showed that bangun-bangun leaves contained secondary metabolites such as flavonoids, terpenoids, tannins, and saponins. Meanwhile, the stems of bangun-bangun contained flavonoids and saponins. The MTT method was used to showed that the extract of bangun-bangun was effective against several cancer cells. The treatment using ethylacetate extract showed high inhibitory activity of growth cells. The IC50 value of the ethylacetate extract was 7,647 µg/mL

Conclusion: The results was showed that the research with the lowest IC50 value was ethylacetate extract and the highest IC50 value was essential oil. So, the ethylacetate extract has the highest potential for chemopreventive agent.

Keywords: anticancer, apoptosis, cell cycle, cytotoxic assay, Plectranthus amboinicus (bangun-bangun)

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 4

BAB II TINJAUN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Tumbuhan... 6

2.1.1 Sistematika Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) ... 6

2.1.2 Deskripsi Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) ... 6

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) ... 7

2.1.4 Kandungan Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) ... 8

2.1.4.1 Alkaloid ... 9

2.1.4.2 Flavonoid ... 11

2.1.4.3 Terpenoid ... 11

2.1.5 Khasiat dan Manfaat Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) 11 2.2 Kanker ... 12

2.2.1 Pengertian dan Prevalensi Kanker ... 12

2.2.2 Penyebab Terjadinya Kanker ... 13

2.2.3 Mekanisme Terjadinya Kanker ... 14

2.2.4 Karsinogenesis ... 14

2.2.5 Siklus Sel dan Proliferasi ... 15

2.2.6 Apoptosis ... 16

2.2.7 Pengobatan Pada Penyakit Kanker... 18

2.2.8 Efek Samping Pengobatan pada Kanker ... 20

2.2.9 Hubungan Inflamasi dan Kanker ... 21

2.2.10 Antioksidan dan Pencegahan Kanker... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

3.3 Populasi Penelitian ... 23

3.4 Sampel Penelitian ... 23

3.5 Prosedur Penelitian... 24

3.6 Menelusuri Artikel ... 25

(10)

3.7 Pengumpulan Database ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil ... 28

4.2 Pembahasan ... 33

4.2.1 Kandungan Metabolit ... 33

4.2.2 Bangun-bangun Memiliki Efek Antikanker ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 46

(11)

DAFTAR TABEL

4.1 Daftar artikel hasil pencarian ... 29 4.2 Nilai IC50 (µg/mL) ekstrak/fraksi daun bangun-bangun ... 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 5

2.1 Daun dan bunga dari tumbuhan bangun-bangun ... 6

2.2 Fase siklus sel (pembelahan sel) ... 16

3.1 Diagram alir penelusuran artikel ... 33

4.1 Hasil mikroskop sel T47D ... 38

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kanker adalah masalah kesehatan yang menjadi perhatian global sejak bertahun-tahun yang lalu. Statistik kanker memproyeksikan bahwa pada tahun 2030, akan ada 17 juta kematian dan 26 juta kasus baru per tahun.. Menurut WHO (World Health Organization), 2020 terdapat 19,29 juta kasus baru penyakit kanker yang dimana total 10,06 juta kasus baru pada pria dan 9,22 juta kasus baru pada wanita, dengan angka kematian pada wanita yaitu 5,52 juta (Rai dkk., 2016).

Di Indonesia, angka terjadinya penyakit kanker berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia pada urutan ke-23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki laki yaitu sebesar 19,4 juta/100.000 penduduk dengan rata- rata kematian 10,9 juta/100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan adalah sebesar 42,1 juta/100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 juta/100.000 penduduk. Prevalensi kanker tertinggi bearada di provinsi DI Yogyakarta, yaitu 4,86 juta/1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 juta/1000 (DepKes, 2019).

Penyebab penyakit kanker tidak dapat diketahui secara pasti. Tetapi diyakini faktor genetik, karsinogen, dan gaya hidup dapat memicu terjadinya kanker. Faktor lainnya, yaitu adanya gen-gen yang berfungsi pada proses pertumbuhan tumor atau pada saat proses siklus sel (Wulandari dkk., 2018).

Menurut Warganegara dan Nur (2016) faktor risiko utama kanker adalah penggunaan tembakau atau merokok, mengkonsumsi alkohol, faktor makanan (termasuk kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah), aktivitas fisik yang kurang,

(14)

infeksi kronis dari Helycobacter pylori, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan beberapa jenis Human Papilloma Virus (HPV), serta lingkungan dan risiko kerja yang berhubungan dengan pengion dan radiasi.

Pengobatan kanker saat ini mempunyai tujuan pengobatan kuratif, paliatif, dan profilaksis (preventif). Pengobatan kuratif merupakan pengobatan tunggal untuk penyembuhan kanker. Pengobatan paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara menghilangkan gejala kanker. Sedangkan pengobatan profilaksis (preventif) merupakan pengobatan untuk mencegah kemungkinan terjadinya metastasis atau kejadian berulang (Fitriatuzzakiyyah dkk., 2017). Pengobatan awal yang dilakukan sebelum kanker menyebar menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pengobatan kanker. Ada tiga terapi utama dalam pengobatan kanker, yaitu pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi yang mana tiga terapi ini disebut sebagai pengobatan metode konvensional (Ryamizard dkk., 2018).

Adapun prinsip pengobatan kanker, yaitu untuk menyembuhkan sel kanker secara lokal (local control) dan berupaya agar tidak menyebar atau tidak mempengaruhi ke area yang lain. Pengobatan yang ditujukan pada sel kanker dapat mempengaruhi sel tubuh yang normal. Beberapa pengobatan kanker secara medis yang terdapat di Indonesia yaitu operasi, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Efek samping yang umum terjadi pada pengobatan kemoterapi, yaitu mual, muntah, anoreksia, rambut rontok, fatigue, supresi sum-sum tulang seperti anemia, dan lain-lain (Sofia dkk., 2018). Disamping itu pengobatan kanker seperti kemoterapi memerlukan biaya yang relatif mahal. Sehingga dibutuhkan pengobatan baru untuk kanker, yaitu dengan menggunakan tanaman herbal

(15)

sebagai agen kemopreventif. Agen kemopreventif merupakan zat yang dapat mencegah perkembangan sel kanker (Sukohar dan Arisandi, 2016).

Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) merupakan tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antiepileptik, antimutagen, antitumor, antigenotoksik, antiklastogenisitas, antiinflamasi, diuretik, antioksidan, dan radio protektif (Sulaiman dkk., 2018). Adapun kandungan metabolit sekunder pada bangun- bangun (Plectranthus amboinicus) yang telah diuji beberapa diantaranya, yaitu flavonoid dan terpenoid. Flavonoid diduga mempunyai aktivitas untuk menghambat proliferasi sel kanker, memicu apoptosis, dan menangkal radikal bebas (Arifin dan Ibrahim, 2018).

Sedangkan terpenoid, menurut Hasibuan dkk. (2020) yang terkandung dalam tumbuhan daun bangun-bangun mempunyai kemampuan menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis. Senyawa metabolit yang terdapat pada daun bangun-bangun seperti triterpenoid, quercetine, ursolic acid menunjukkan adanya kemampuan untuk menginhibisi (menghambat) proliferasi dan menghambat apoptosis pada banyak sel kanker. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian review article yang bertujuan untuk mereview kandungan metabolit sekunder pada tumbuhan bangun-bangun yang terbukti mempunyai efektivitas antikanker melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan dalam rentang tahun 2010-2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penggunaan Plectranthus amboinicus dapat menjadi pilihan pengobatan antikanker?

(16)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah tumbuhan bangun-bangun memiliki potensi sebagai agen kemoprevensi.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji tumbuhan bangun-bangun yang memiliki potensi sebagai agen kemoprevensi.

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang antikanker dari tumbuhan bangun-bangun sehingga menambah pengetahuan tentang potensi tumbuhan ini sebagai pilihan pengobatan kanker.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Dalam kerangka pikir terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berikut yang dapat dijadikan variabel bebas dan variabel terikat, yaitu :

Variabel terikat : Potensi antikanker

Variabel bebas : Pelarut yang digunakan (Fraksi/ekstrak daun bangun- bangun

(17)

Gambar 1.1 : Kerangka pikir penelitian Pelarut yang digunakan

(fraksi/ekstrak daun bangun-bangun):

1. Ekstrak etanol 2. Ekstrak etilasetat 3. Fraksi etilasetat 4. Nanopartikel ekstrak etanol

5. Ekstrak kloroform 6. Ekstrak metanol 7. Ekstrak n-heksana 8. Essential oil

Variabel terikat Parameter

Potensi Antikanker Parameter yang digunakan:

 Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50)

Variabel bebas

(18)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Sistematika Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) Tumbuhan bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) memiliki sistematika sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Plectranthus

Spesies : Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng (Silalahi, 2018).

Gambar 2.1. Tumbuhan bangun-bangun (Siregar dkk., 2019).

2.1.2 Deskripsi Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus)

Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) berasal dari bahasa Yunani, yaitu “plectron” yang artinya taji (spur) atau bulat telur dan “anthos” yang artinya bunga sehingga Plectranthus mempunyai arti sebagai bunga yang berbentuk taji atau bulat telur (spur-shaped flowers). Bangun-bangun mempunyai banyak nama sinonim seperti Coleus ambonicus Lour, Coleus aromaticus Benth, Coleus carnosa Hassk yang merupakan tumbuhan herbal dengan siklus hidup 3-10 tahun

(19)

dan merupakan tumbuhan asli dari wilayah Indonesia. Menurut Pinheiro dkk.

(2019) bangun-bangun yang juga dikenal sebagai Indian borage atau Mexican mint ini merupakan spesies tumbuhan yang kemungkinan berasal dari Afrika atau India dan kemudian tersebar luas dikarenakan terdapat kandungan monoterpen fenolik di dalamnya (Silalahi, 2018).

Tumbuhan bangun-bangun merupakan tumbuhan yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan ini termasuk dalam family Labiatae. Tumbuhan Bangun-bangun tersebar luas di wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda- beda. Di daerah Sumatera, tumbuhan ini dikenal dengan nama bangun-bangun atau torbangun (Nasution dkk., 2017), daun Jinten pada daerah Jawa, ajeran daerah Sunda, majhanereng pada daerah Madura, pada daerah Bali dikenal dengan nama iwak, golong pada daerah Flores, dan kumuetu pada daerah Timor (Tafzi dkk., 2017).

Tumbuhan bangun-bangun di Indonesia awalnya berasal dari daerah Sumatera. Lalu selanjutnya dibawa oleh pendatang ke daerah Sumatera Barat.

Sehingga saat ini tumbuhan bangun-bangun mempunyai sebaran yang luas di Indonesia (Siregar dkk., 2019).

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus)

Bangun-bangun mempunyai tinggi sekitar 100-120 cm, tidak mempunyai umbi, daunnya berbentuk bulat telur yang melebar atau berbentuk orbicular (bundar, panjangnya sama dengan lebar) atau reniform (daun bentuk ginjal, pendek dan lebar, seperti daun waru), daunnya berdaging dan tebal. Bunganya tersusun vertisilaster (berkas semu atau karangan semu) yang terdapat pada bagian terminal batang. Kelopak bunganya 5, panjang mahkota sekitar 8-12 cm berwarna

(20)

merah muda hingga biru, dan tekstur mahkota halus. Tumbuhan ini tumbuh dengan baik sampai dengan ketinggian 1500 mdpl. Pada permukaan atas dan bawah daun terdapat trikoma dan permukaan atas mempunyai kutikula (Silalahi, 2018).

Tumbuhan ini menunjukkan ciri-ciri morfologi yang hampir sama pada tiap daerah, seperti mempunyai tinggi sekitar 50-100 cm, dengan jumlah cabang per tanaman sekitar 9-24 buah, panjang daun sekitar 5-8 cm, lebar daun sekitar 5- 8 cm, panjang tangkai daun sekitar 4-7 cm, dan jumlah daun per satu tumbuhan, yaitu sekitar 97-206 buah daun (Siregar dkk., 2019). Tumbuhan ini mempunyai bentuk batang yang persegi, cabangnya berbentuk melengkung ke atas, batang dan tangkai daun berwarna merah atau hijau kemerahan, ujung daunnya tumpul, permukaan daun bagian atas dan bawah berwarna hijau, tulang daun tumbuhan berwarna hijau, dan mempunyai aroma daun yang kuat (Nasution dkk., 2017).

Intensitas cahaya dapat mempengaruhi pertumbuhan, perubahan morfologi, karakter fisiologi, aktivitas metabolit primer dan sekunder dari setiap tumbuhan termasuk tumbuhan bangun-bangun. Tumbuhan bangun-bangun akan memiliki pertumbuhan yang optimal apabila tumbuh pada wilayah yang mempunyai intensitas cahaya yang relatif rendah. Jika tumbuhan ini ditanam pada wilayah yang terkena langsung sinar matahari maka daun akan berwarna kekuningan, daunnya menggulung, dan pertumbuhannya tidak baik (Andriyanto dkk., 2017).

2.1.4 Kandungan Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) Bagian dari tumbuhan ini yang paling banyak dimanfaatkan adalah daunnya. Daun pada tumbuhan bangun-bangun mempunyai kandungan

(21)

magnesium, zat besi, zinc, kalsium, alfa-tocopherol, beta-karoten, minyak atsiri, polifenol, saponin, flavonoid seperti eriodyctiol dan crisimaritin, pentacyclic triterpen, essential oil, niasin, carvacrol, asam oksalat, asam lemak, tanin,dan steroid (Yuliana dkk., 2018; Tarigan dkk., 2018; Nazliniwaty dan Laila, 2019).

Daun pada tumbuhan bangun-bangun juga mengandung alkaloid dan kuinon.

Lingkungan dan cara budidaya pertumbuhan bangun-bangun dapat mempengaruhi kadar senyawa metabolit sekunder, terutama kadar flavonoid yang terkandung (Farida dkk., 2020; Aisyah dkk., 2020).

Pada bagian daun bangun-bangun juga mempunyai kandungan senyawa kimia, seperti apigenin, thymol, beta-caryophyllene, cholorogenic acid, rosmarinic acid, kaempferol, quecetin, rutin, caffeic acid, myricetin, luteolin, caryophyllene, caryophyllene oxide, alfa-caryophyllene, terpinene-4, alfa- bergamotene, beta-limonene, beta-pinene, dan alfa-terpinene. Tumbuhan ini juga mengandung karbohidrat, lemak, kadar abu, dan serat kasar. Sedangkan pada bagian akar dari tumbuhan bangun-bangun terdapat senyawa-senyawa yang mempunyai sifat polar dan semi polar, yaitu senyawa flavonoid, glikosida, dan saponin (Iwansyah dkk., 2016; Mota dkk., 2018; Andriyanto dkk., 2017).

2.1.4.1 Alkaloid

Alkaloid yang terdapat pada bangun-bangun mempunyai potensi sebagai antioksidan dan dapat bersifat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Selain sebagai antioksidan, alkaloid juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri (antimikroba) (Hazimah dkk., 2013).

Pada alkaloid telah diujikan bahwa alkaloid yang terdapat pada tumbuhan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara dan prostat (Silalahi, 2018).

(22)

2.1.4.2 Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada semua tumbuhan hijau. Senyawa ini merupakan senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom C (karbon) yang membentuk 2 cincin aromatik (Farida dkk., 2020). Menurut Ekawati dan Aziz (2016), salah satu komponen dari senyawa flavonoid adalah antosianin yang mempunyai efek antioksidan, yaitu sebagai cardioprotective. Arifin dan Ibrahim (2018) menyatakan bahwa, saat ini telah ada lebih dari 9000 flavonoid yang sudah dilaporkan. Jumlah kebutuhan flavonoid pada setiap orang antara 20-50 mg yang dapat ditemukan pada suplemen makanan, teh, anggur merah, apel, bawang, dan tomat. Senyawa flavonoid dapat ditemukan pada tumbuhan yang mempunyai pigmen berwarna kuning, merah, oranye, biru, dan ungu pada bagian buah, bunga, maupun daun dari suatu tumbuhan. Flavonoid termasuk ke dalam famili polifenol yang kelarutannya larut dalam air.

Menurut Widyanto dkk. (2020), senyawa flavonoid merupakan antioksidan yang dapat menghambat sel kanker, melalui ikatan pada death receptor (TNF-R) dan Fas Associated Death Domain (FADD) sehingga terbentuk kompleks Death Inducing Signaling Complex (DISC). DISC ini kemudian akan mengaktifkan caspase 8 yang dapat menstimulasi protein Bid sehingga dapat merangsang Bax ke dalam membran mitokondrial dan mengeluarkan molekul proapoptopik, yaitu Sitokrom C. Sitokrom C ini lalu akan mengikat apoptosis Activating Factor 1 (APAF-1) sehingga membentuk apoptosom. Apoptosom kemudian mengaktivasi terjadinya proses apoptosis.

Flavonoid telah diketahui sebelumnya mampu memicu terjadinya apoptosis

(23)

melalui proses penurunan regulasi anti apoptosis (Bcl2 dan Bcl-xl) sehingga mampu memicu terjadinya apoptosis pada sel kanker. Senyawa ini juga dapat menghambat enzim yang dapat mengaktivasi karsinogenik, melalui proses penghambatan ekspresi gen CYP 1A1 (enzim sitokrom 450) yang berfungsi membantu metabolisme toksin, sehingga kerusakan DNA dapat diminimalisir dan mengembalikan keseimbangan seluler dan genetik. Senyawa flavonoid dapat meningkatkan aktivasi dari antioksidan endogen dan mengurangi radikal bebas.

Senyawa ini juga dapat menghambat enzim yang bertanggungjawab untuk memproduksi superoksida seperti xantin oksidase dan dapat menghambat siklooksigenase dan lipooksigenase, sehingga flavonoid apat mengurangi produksi dari radikal bebas di dalam tubuh (Tarigan dkk., 2018).

2.1.4.3 Terpenoid

Terpenoid pada bangun-bangun menunjukkan aktivitas antimikroba yang signifikan. Terpenoid dapat meningkatkan proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi mikroba pada kulit. Selain itu, terpenoid juga dilaporkan mempunyai aktivitas antioksidan, antijamur, antiurolitiasis, antiepilepsi, antitumor, dan antimutagenik (K dkk., 2016).

2.1.5 Khasiat dan Manfaat Tumbuhan Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus)

Tumbuhan bangun-bangun telah banyak dilaporkan mempunyai beragam manfaat dan aktivitas farmakologi, seperti terbukti adanya aktivitas antiinflamasi, antibakteri, antiepilepsi, larvasida, analgesik, urolithiasis, fungitoxic, antitumor, antioksidan, efek radioprotektif, antiepilepsi. Juga ada beberapa penelitian yang melaporkan bahwa pada bangun-bangun terdapat aktivitas penyembuhan luka,

(24)

meningkatkan epitelisasi, deposisi kolagen, dan kontraksi luka. Daun bangun- bangun banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti mengobati alergi kulit, batuk kronis, asma, radang artritis, dan demam malaria (Leu dkk., 2019; Farida dkk., 2020; Nguyen dkk., 2020; Swamy dkk., 2017; Rai dkk., 2016).

Di Indonesia sendiri tepatnya pada masyarakat suku Batak, tumbuhan bangun-bangun merupakan tumbuhan yang penting. Hal ini dikarenakan, daun pada tumbuhan bangun-bangun mempunyai khasiat sebagai sayur yang dapat meningkatkan produksi ASI dan mempercepat penyembuhan pasca melahirkan.

Biasanya daun bangun-bangun dikonsumsi sebagai sup. Beberapa penelitian yang lain telah menunjukkan adanya potensi daun dari tumbuhan bangun-bangun sebagai antikanker, antibiofilm, diuretik, dan sitotoksisitas (Aisyah dkk., 2020).

2.2 Kanker

2.2.1 Pengertian dan Prevalensi Kanker

Kanker merupakan salah satu penyakit utama yang menyebakan kematian di berbagai negara, yang diikuti dengan penyakit jantung dan penyakit kardiovaskular (Hasibuan dkk., 2020). Sukohar dan Arisandi (2016), menyatakan bahwa kanker merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel pada jaringan di tubuh sehingga berubah menjadi sel kanker. Sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya dapat menyebabkan kondisi yang semakin buruk hingga kematian.

Menurut data GLOBOCON (2020) di seluruh dunia, ada total 19,2 juta kasus kanker baru, dimana ada sebanyak 10,06 juta pada pria dan 9,2 juta pada wanita, dengan kasus kanker yang berbeda-beda. Menurut data tersebut, pada kanker payudara ada sebanyak 2,2 juta (11,7%) kasus baru di seluruh dunia yang

(25)

diikuti oleh kanker paru-paru sebanyak 2,2 juta (11,4%), kanker colorectum 1,9 juta (10%), kanker prostat 1,4 juta (7,3%), kanker perut 1,08 juta (5,6%), kanker hati 905 ribu (4,7%), kanker serviks uteri 604 ribu (3,1%), kanker esofagus 604 ribu (3,1%), dan kanker lainnya sebanyak 8,2 juta (42,9%) kasus kanker baru di seluruh dunia pada tahun 2020.

Sedangkan menurut data GLOBOCAN (2020) Indonesia, ada total 396.914 kasus kanker baru yang terjadi di Indonesia pada tahun 2020, dimana total 183.368 kasus kanker baru pada pria dan sebanyak 213.546 kasus baru pada wanita. Penyakit kanker umum yang biasanya terjadi di Indonesia pada tahun 2020 adalah kanker payudara dengan total sebanyak 65.858 (16,6%), kanker saluran serviks sebanyak 36.633 (9,2%), kanker paru-paru sebanyak 34.783 (8,8%), kanker colorectum sebanyak 34.189 (8,6%), kanker hati sebanyak 21.392 (5,4%), dan kanker lainnya sebanyak 204.059 (51,4 %). Adapun resiko terjadinya kanker pada pria yang berumur sebelum 75 tahun, yaitu sebesar 15,0% dan pada wanita sebesar 14,9% dengan angka kematian kasus kanker pada pria sebanyak 124.698 dan pada wanita sebanyak 109.813.

2.2.2 Penyebab Terjadinya Kanker

Meningkatnya angka kejadian kasus kanker baru dan angka kematian akibat penyakit kanker disebabkan oleh beberapa faktor resiko dan pola makan yang tidak sehat. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi, kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah, kurangnya melakukan aktivitas fisik, merokok, dan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan.

Menurut Virginia (2020), sindrom metabolik juga dapat mengakibatkan terjadinya kanker pada tubuh. Faktor resiko lainnya juga dapat disebabkan oleh perilaku

(26)

seksual, infeksi, obat-obatan medis, food additive, terpapar radiasi, dan terpapar sinar UV terus menerus dalam jangka waktu lama. Faktor yang diduga merupakan faktor utama terjadinya kanker adalah diet atau indeks massa tubuh yang tinggi yang juga didukung oleh adanya berbagai jenis senyawa yang dapat bersifat mutagen dan karsinogen pada bahan pangan terutama makanan berprotein tinggi yang diolah pada suhu yang tinggi (Kalonio dkk., 2017; Pato, 2016).

2.2.3 Mekanisme Terjadinya Kanker

Kanker dimulai dengan adanya agen karsinogenik atau agen yang dapat memicu terbentuknya sel kanker masuk ke dalam tubuh. Pada kondisi normal, sel yang mengalami kelainan genetik atau mutasi genetik akan mempunyai kemampuan untuk melakukan proses apoptosis untuk mencegah perkembangan dari sel kanker atau mutasi tersebut. Tetapi pada kondisi kanker, sel yang mengalami kelainan genetik tadi akan meningkatkan resistensi terhadap induksi apoptosis sehingga sel kanker atau sel yang bermutasi akan tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan tumor host dan kemudian akan menyebar ke dalam tubuh sehingga terjadi kanker (Suryawinata dan Sukohar, 2016).

2.2.4 Karsinogenesis

Karsinogenesis adalah proses dimana awal terbentuknya neoplasma atau kanker. Karsinogenesis merupakan proses bertahap yang diakibatkan adanya akumulasi perubahan genetik yang multipel atau kompleks sehingga dapat mengakibatkan transformasi fenotipe. Proses karsinogenesis secara umum dapat terjadi dalam tiga tahap, yaitu inisiasi, promosi, dan progresi. Tahap inisiasi dan dan promosi merupakan proses awal karsinogenesis. Pada tahap ini senyawa karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh akan membentuk lesi pada DNA dalam

(27)

waktu beberapa menit setelah adanya paparan dari karsinogenik. Hal tersebut akan mengakibatkan adanya kerusakan jaringan kronis, perubahan sistem imun tubuh, perubahan susunan komposisi protein tubuh, dan perubahan gambaran histologi dan biokimiawi sel pada tubuh. Kemudian pada tahap progresi, terjadi pertumbuhan dan penyebaran sel yang sangat cepat. Tahap progresi dikarenakan terjadinya proliferasi sel yang tidak terkontrol, atau disebut dengan sel kanker hingga terjadinya keganasan pada sel kanker di dalam tubuh (Suryawinata dan Sukohar, 2016; Puspita, 2016).

2.2.5 Siklus Sel dan Proliferasi

Proliferasi sel diatur oleh gen yang mempunyai peran sebagai pengontrol siklus sel. Siklus sel terdiri dari 4 fase, yaitu fase Gap 1 (G1), fase S (Sintesis), fase Gap 2 (G2), dan fase M (Mitosis). Setelah melalui fase Mitosis (M), sel akan memasuki fase G1 (fase dimana sel sangat aktif tetapi tidak mensintesis DNA atau memasuki fase G0 untuk istirahat). Pada fase G0/G1 kandungan DNA sel yaitu diploid (2N). Selanjutnya sel tadi akan berpindah ke fase S saat terjadi sintesis DNA dan kandungan DNA tadi berubah menjadi 4N (tetraploid). Kemudian sel akan berada pada fase G2 sebelum masuk ke fase M (fase dimana sel membelah diri menjadi 2 sel diploid). Waktu untuk satu siklus sel bergantung pada jenis sel dan perbedaan waktu, khususnya pada fase G1. Jika diperlukan siklus sel akan berhenti pada fase G1 atau pada interfase G1/S (Romadhon, 2013).

Siklus sel fungsi kerjanya terjadi pada “check point” fase G1 dan S.

Penghentian siklus sel pada “check point” disebut juga sebagai fase G1 istirahat dan fase S istirahat. Ketika siklus sel istirahat, ada gen aktif yang berkontribusi di dalam fase tersebut yang disebut sebagai Tumor Suppressor Genes (TSG),

(28)

contohnya seperti p53, p21, p27, dan gen lainnya. Apabila fungsi dari TFG terganggu, mekanisme kontrol sel yang normal dalam tubuh juga akan terganggu, sehingga siklus sel yang awalnya berjalan normal akan berjalan tanpa kontrol.

Jika fungsi kontrol pada bagian “check point” bekerja dengan normal dan terjadi perbaikan sel-sel abnormal di dalam tubuh, maka sistem kontrol tubuh bekerja sesuai dengan mekanismenya. Tetapi apabila fungsi kontrol tadi terganggu maka sel-sel yang abnormal akan masuk pada proses apoptosis atau menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak normal. Proses apoptosis yang terjadi akan mengambil alih fungsi kontrol siklus sel, khususnya oleh p53 (Sanif dan Nurwany, 2017; Fachrunisa dkk., 2019). Menurut Kalonio dkk. (2017), aktivitas antiproliferasi bekerja melalui inaktivasi MMP-9 dan induksi cell cycle arrest.

Gambar 2.2 Fase siklus sel (pembelahan sel) (Romadhon, 2013).

2.2.6 Apoptosis

Apoptosis merupakan kematian sel yang telah terprogram (programed cell death) yang mempunyai tujuan untuk mempertahankan kestabilan populasi sel (jumlah sel). Adanya kegagalan dalam proses pengaturan apoptosis dapat menyebabkan sel membelah tidak terkendali. Hal ini disebut sebagai sel kanker.

Sel kanker berkembang cepat pada lingkungan yang dapat memicu proses apoptosis sel normal, seperti hipoksia (Nugrahaningsih dan Yuniastuti, 2014).

(29)

Sukohar dan Arisandi (2016) menyatakan bahwa proses dari apoptosis merupakan proses kematian sel yang dipicu oleh sel itu sendiri. Apoptosis dikendalikan oleh 2 pengikat gen yang mempunyai fungsi yang antagonis, yaitu gen p53 (fungsinya memicu apoptosis) dan gen BCL-2 (gen yang menghambat kerja apoptosis). Gen p53 merupakan gen proapoptotik yang penting untuk memicu apoptosis pada sel yang tidak mampu memperbaiki DNA. Mekanisme kerja dari p53 diperantarai oleh adanya pengaktivasian transkripsional BAX. BAX ini mempunyai peranan untuk merangsang terjadinya apoptosis dengan cara mendorong pelepasan sitokrom C yang dihasilkan oleh mitokondria. Proses apoptosis terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur sinyal reseptor kematian CD95 dan jalur kerusakan DNA. Pada jalur sinyal reseptor kematian CD95 ditandai dengan adanya ikatan antara reseptor dengan ligannya, yaitu CD95L sehingga menyebabkan CD95 mengalami trimerisasi dan menarik protein adaptor FADD dan juga menarik procaspase 8 untuk membentuk sinyal kematian. Lalu caspase 8 mengaktivasi caspase 3, yaitu suatu caspase eksekutor yang dapat memecah DNA dan substrat lain yang menyebabkan kematian sel. Sedangkan pada jalur kerusakan DNA, dimulai dengan mitokondria menghasilkan sitokrom C. Sitokrom C akan membentuk APAF-1, procaspase 9 dan ATP. Procaspase kemudian akan diaktivasi membentuk caspase 9 dan membentuk caspase 3. Pada tahap ini jalur sinyal reseptor kematian CD95 akan bertemu dengan jalur kerusakan DNA.

Menurut Kalonio dkk. (2017), aktivitas dari apoptosis ditunjukkan oleh adanya peningkatan rasio Bax/Bcl-2 dan adanya peningkatan ekspresi caspase 9.

Aktivitas antipoliferasi melalui innaktivasi MMP-9 dan diinduksi oleh cell cycle arrest. Sedangkan aktivitas antikanker ditunjukkan melalui aktivitas antioksidan.

(30)

2.2.7 Pengobatan Pada Penyakit Kanker

Kanker merupakan penyakit yang mempunyai dampak serius pada fisik dan psikologis bagi penderitanya. Diagnosis dan pengobatan kanker diketahui mempunyai dampak signifikan terhadap kesejahteraan fisik, psikologis, informasi, dan sosial, sehingga dalam perawatannya membutuhkan dukungan yang kuat dari berbagai hal. Gangguan fungsi fisik ketika menjalani pengobatan kanker sering dikaitkan dengan gejala distress, sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari (Putri, 2017). Menurut Hasanah dan Widowati (2016), pengobatan penyakit kanker yang baik harus dapat memenuhi beberapa kriteria fungsi, yaitu pengobatannya dapat menyembuhkan (kuratif), dapat mengurangi rasa sakit (paliatif), dan dapat mencegah timbulnya kembali penyakit (preventif).

Sampai saat ini pengobatan yang paling utama pada penyakit kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan hormonterapi atau terapi endokrin, imunoterapi, dan targeted therapy. Pada pengobatan kanker yang dilakukan dengan pembedahan, tujuannya untuk mengambil sel kanker yang telah berkembang daam tubuh dan memperbaiki komplikasi yang kemungkinan terjadi.

Pengobatan radioterapi dilakukan dengan menggunakan sinar ionisasi untuk menghancurkan sel kanker. Kemoterapi yang dilakukan bertujuan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti kanker (sitostatika). Sedangkan pengobatan dengan hormonterapi dilakukan untuk mengubah lingkungan hidup dari sel kanker sehingga pertumbuhan sel-sel kanker tersebut terganggu, dan akhirnya sel tersebut mati. Keberhasilan pada pengobatan ini tergantung pada keputusan penderita dan tergantung pada tingkat stadiumnya (Anita, 2019;

Fitriatuzzakkiyah dkk., 2017).

(31)

Pengobatan dengan imunoterapi mempunyai berbagai macam metode, seperti terapi antibodi, vaksinasi, adoptive T cell transfer, dan T cell receptor gene transfer. Pengobatan imunoterapi dengan terapi antibodi merupakan pengobatan yang menggunakan antibodi monoklonal yang berikatan secara spesifik pada sel kanker dan menginduksi terjadinya respon imun dan apoptosis pada sel kanker. Adapun antibodi monoklonal yang disetujui penggunaanya oleh Food and Drug Administration (FDA) sebagai terapi, seperti epidermal growth factor receptor (misalnya cetuximab dan erbitux), vascular endothelial growth factor (VEGF) (misalnya bevacizumab dan avastin), dan epidermal growth factor receptor (misalnya panitumumab dan vectibix). Pengobatan imunoterapi dengan vaksinasi menggunakan antigen tumor yang spesifik yang berasal dari peptide, protein, dan DNA yang bertujuan untuk menghasilkan respon imun yang berupa pembentukan antitumor limfosit yang selanjutnya akan bermigrasi ke lokasi tumor dan membunuh sel tumor. Pengobatan imunoterapi dengan adoptive T cell transfer merupakan imunoterapi pasif pada pasien yang mengalami kanker dan sangat efektif digunakan untuk melawan kanker. Adoptive T cell transfer ini melibatkan pembentukan antitumor limfosit T dari jaringan tumor primer yang kemudian dikembangkan dan diaktivasi secara in vitro, lalu disuntikkan sebanyak 109-1011 sel T ke pasien sehingga antitumor akan berpindah ke lokasi tumor dan membunuh sel tumor. Sedangkan pengobatan imunoterapi dengan metode T cell receptor gene transfer bekerja dengan cara mentransfer sel R secara langsung. Hal ini akan melawan antigen histokompatibiliti minor yang diekspresikan oleh sel hematopoietik, sehingga terapi ini dapat menjadi penemuan baru dalam pengobatan kanker yang mempengaruhi sel hematopoietik (Cahyawati, 2018).

(32)

Pada anak, penyakit kanker juga merupakan permasalahan yang sangat serius, sehingga penanganan dan pengobatan kanker pada anak harus ditangani secara berkualitas. Pengobatan/penanganan kanker pada anak saat ini dapat meliputi kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi, terapi cryotherapy, transplantasi sumsum tulang, dan transplantasi sel darah perifer (peripheral blood stem cell).

Tetapi biasanya yang sering dilakukan untuk pengobatan kanker pada anak yaitu kemoradioterapi (Nurhidayah dkk., 2016).

Pengobatan lainnya yang dapat digunakan pada penyakit kanker yaitu pengobatan komplementer alternatif. Pengobatan ini merupakan salah satu pengobatan kanker yang banyak diminati oleh masyarakat. Pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan yang menggabungkan pengobatan atau pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional dan terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal yang meliputi anamnesis (pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, dan EKG), penegakan diagnosis dengan ilmu kedokteran, pemberian obat herbal hanya pada pasien yang dewasa, pemberian terapi yang berdasarkan hasil diagnosis yang sebelumnya telah ditegakkan, penggunaan obat herbal yang dilakukan dengan menggunakan tanaman yang berkhasiat, mencatat semua intervensi (seperti dosis, bentuk sediaan, dan cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi semua hal yang terjadi pada pasien, termasuk efek samping (Hasanah dan Widowati, 2016).

2.2.8 Efek Samping Pengobatan pada Kanker

Pengobatan dengan menggunakan kemoterapi merupakan pengobatan yang masih dianjurkan. Kemoterapi sendiri merupakan terapi yang dilakukan

(33)

untuk membunuh sel-sel kanker dengan cara mengganggu fungsi dan reproduksi sel dengan tujuan untuk penyembuhan, pengontrolan, dan paliatif. Tetapi pengobatan kemoterapi dapat menimbulkan dampak atau efek samping pada fisiologis dan psikologis penderita. Efek samping fisilogis yang biasanya terjadi, yaitu adanya rasa lelah, lesu, kerontokan rambut (alopecia), gangguan usus, gangguan rongga mulut, gangguan sumsum tulang belakang, kemandulan, gangguan menstruasi, menopause, dan gangguan yang terjadi pada organ lainnya.

Sedangkan efek samping psikologis yang terjadi, yaitu adanya gangguan harga diri, seksualitas, dan adanya gangguan kesejahteraan pada pasien seperti kecemasan (Pratiwi dkk., 2017).

Pengobatan immunoterapi merupakan pengobatan yang memiliki efek samping yang masih dapat diatasi. Contoh dari efek samping yang terjadi pada pengobatan dengan metode immunoterapi, yaitu terkait adanya kekebalan immune-related adverse events (irAEs), pneumonitis, peningkatan fungsi hati, gangguan hematologik meskipun jarang terjadi, munculnya ruam pada kulit, colitis, hepatitis, immune-related endocrinopathies yang berupa gangguan kelenjar tiroid, dan hipofisis (Andayani dan Julisafrida, 2020).

2.2.9 Hubungan Inflamasi dan Kanker

Menurut Sari dkk. (2016), inflamasi kronik yang terjadi pada tubuh, mempunyai peran dalam timbulnya sel kanker. Hal ini dimulai dengan sel adiposit yang merupakan sumber protein untuk timbulnya sitokin inflamasi. Sel adiposit ini mensekresikan adinopektin yang merupakan protein dari sel adiposit dan mempunyai peran penting dalam pengaturan sensitifitas insulin dan inflamasi dengan kanker. Respon inflamasi sistemik ini ditandai dengan meningkatnya

(34)

konsentrasi C-reactive protein yang berhubungan dengan timbulnya sel kanker pada tubuh dan apabila kadar adinopektin berkurang dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jenis kanker tertentu

2.2.10 Antioksidan dan Pencegahan Kanker

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan endogen dan antioksidan eksogen. Antioksidan endogen merupakan enzim-enzim yang bersifat antioksidan, seperti Superoksida Dismutase (SOD), katalase (Cat), dan glutathione peroksidase (Gpx). Sedangkan antioksidan eksogen merupakan antioksidan yang bias didapat dari luar tubuh manusia atau dapat didapat dari makanan. Antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif.

Dimana stres oksidatif merupakan kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas (senyawa yang mengandung satu atau lebih elektron) dengan jumlah antioksidan yang ada di dalam tubuh. Antioksidan ini mempunyai sifat yang sangat mudah dioksidasi, sehingga radikal bebas akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi molekul lain yang ada di dalam sel dari kerusakan yang diakibatkan oksidasi oleh radikal bebas atau oksigen reaktif (Werdhasari, 2014).

Antioksidan merupakan zat yang dapat melindungi sistem biologis tubuh terhadap potensi adanya efek berbahaya dari proses reaksi oksidasi. Antioksidan mempunyai fungsi untuk menghambat terjadinya oksidasi lemak. Hal ini akan menyebabkan tertangkapnya radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses proliferasi sel kanker, baik pada tahapan inisiasi, promosi, maupun progresi dan menjadikannya sebagai agen antikanker dan antiinflamasi. Antioksidan juga berfungsi untuk inaktivasi peroksida dan spesies oksigen reaktif lainnya, khelasi logam, dan pendinginan logam (Arifin dkk., 2018; Widyanto dkk., 2020).

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur tentang potensi antikanker dari tumbuhan bangun-bangun. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan serangkaian artikel baik berupa research article maupun review article yang berkenaan dengan subjek yang diteliti. Kemudian dilanjutkan dengan mereview artkel-artikel tersebut tumbuhan bangun-bangun tersebut sehingga dihasilkan narrative review.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Juli 2020 s/d Maret 2021. Penelitian akan dilakukan secara daring (dalam jaringan).

3.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah jurnal-jurnal hasil penelitian maupun artikel review yang terbit pada tahun 2010 hingga 2020. Sumber data penelitian diperoleh dengan search engine pada Google Scholar, PubMed, Research Gate, dan Science direct sehingga didapatkan jurnal-jurnal yang bermutu dari berbagai negara, seperti Indonesia dan Inggris.

3.4 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah jurnal ilmiah yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Kriteria sampel penelitian adalah sebagai berikut:

Kriteria inklusi, yaitu :

(36)

a. Jurnal yang diterbitkan antara tahun 2010-2020 dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris

b. Jurnal yang memiliki full text/ dapat diakses dengan teks lengkap bukan hanya sebagian atau sepotong jurnal

c. Jurnal yang berfokus pada kanker dan yang terkait dengan penyakit kanker dan tumbuhan bangun-bangun (Plectranthus amboinicus)

Kriteria eksklusi, yaitu :

a. Jurnal yang tidak lengkap (hanya abstrak)

b. Jurnal yang menggunakan bahasa selain bahasa Inggris dan Indonesia

Kata kunci yang digunakan, yaitu anticancer, apoptosis, cell cycle, cytotoxic assay, dan Plectranthus amboinicus (bangun-bangun).

3.5 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini adalah :

a. Mengajukan izin melakukan penelitian research article kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

b. Mengumpulkan jurnal-jurnal yang berfokus pada antikanker dan tumbuhan Plectranthus amboinicus (bangun-bangun)

c. Mengelompokkan jurnal-jurnal tersebut sesuai dengan topik penelitian menggunakan software Mendeley

d. Menelaah artikel-artikel tersebut dan menentukan batasan bahasan untuk narrative review yang dilakukan, yaitu :

1) Membaca isi teks jurnal secara keseluruhan 2) Memahami isi teks jurnal secara keseluruhan 3) Membuat kesimpulan dari artikel yang dibaca

(37)

3.6 Menelusuri Artikel

Pengerjaan tugas akhir dilakukan dengan mencari/menelusuri artikel- artikel terkait, baik research maupun review artikel dengan menggunakan Google Scholar, PubMed, Research Gate, dan Science direct. Berikut adalah tahapan untuk mendapatkan jurnal- jurnal tersebut yaitu:

a) Buka halaman browser yang sering dijadikan halaman mencari seperti : chrome, mozilla,dll.

b) Setelah aplilkasi pencarian terbuka, diketik kata “Google Scholar”,

“PubMed”, “Research Gate”, dan “Science direct“ pada halaman pencarian.

c) Setelah memasuki halaman ada dihalaman “Google Scholar”, “PubMed”,

“Research Gate”, dan “Science direct“. Lalu dimasukkan kata kunci untuk pencarian jurnal seperti “Plectranthus amboinicus, cancer, dan lain-lain”.

d) Sebelum menekan tanda search, diatur terlebih dahulu rentang waktu seperti tahun 2010 sampai dengan 2020.

e) Ditekan search maka jurnal yang kita inginkan akan muncul semua. Lalu dibaca dan dipilih mana jurnal yang akan diambil.

f) Apabila artikel-artikel telah terkumpul semua dari berbagai situs web, makalangkah selanjutnya semua jurnal tersebut disimpan dalam satu folder.

g) Artiel-artikel yang sudah diperoleh disimpan dalam aplikasi mendeley agar tersusun rapi

Keunggulan aplikasi Mendeley yaitu:

a) Jurnal yang kita simpan di aplikasi tersebut tersusun rapi

(38)

b) Kita bisa mengurutkan jurnal berdasarkan nama pengarang, tahun pembuatan jurnal, serta tanggal penyimpanan jurnal ke dalam aplikasi tersebut

c) Kita dapat membaca jurnal dalam jumlah yang sangat banyak yang tersimpan di aplikasi tersebut

d) Aplikasi ini juga bisa membuat dapus yang berguna untuk tugas akhir ke dalam word

3.7 Pengumpulan database

Artikel-artikel yang dikumpulkan dan digunakan sebagai referensi pada penelitian diperoleh dari jurnal-jurnal yang bereputasi. Adapun informasi tentang reputasi jurnal dilihat pada situs SJR (Scientific Journal Rank). Jurnal dinyatakan bereputasi bila terindeks pada lembaga pengindeks seperti Scopus. Jumlah artikel yang dikumpul dan ditelaah pada penelitian adalah sebanyak 12 artikel yang berasal dari baik itu mengunakan bahasa Indonesia maupun menggunakan bahasa Inggris.

(39)

Gambar 3.1 Diagram alir penelusuran literatur Pencarian menggunakan keyword

melalui database science direct, research gate, PubMed, dan google scholar.

N = 904

Identifikasi abstrak N = 253

Jurnal dari 10 tahun terakhir dan menggunakan bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia

N = 796

Excluded (n= 241)

- Rumusan masalah (n= 160) - Tujuan penelitian tidak

sesuai (n= 81) Excluded (n = 103) Problem/Population :

- Tidak sesuai dengan topik (n= 78)

Intervention :

- Tidak sesuai dengan intervensi (n= 12)

Outcome :

- Tidak ada hubungan (n= 9) Study design

- Literatur review (n= 4) - Sistematik review (n=0) - Buku (n=0)

Seleksi keterkaitan topik dan judul N = 356

Jurnal akhir yang dapat dianalisa sesuai rumusan masalah dan tujuan N = 12

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengumpulan artikel sebagai referensi utama yang telah ditelaah dalam penelitian ini dan setelah dilakukan penyeleksian, diperoleh jumlah artikel yaitu sebanyak 12 yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian 12 artikel yang telah memenuhi inklusi diseleksi kembali berdasarkan kesesuaian dengan tujuan penelitian dan kualitas quartile jurnal yang dikeluarkan oleh Scopus dan SchimagoJr, sehingga didapat 7 artikel yang dijadikan sebagai referensi utama.

Artikel yang telah ditelaah merupakan artikel dari jurnal Q3 yaitu 4 artikel, dari jurnal Q2 yaitu 3 artikel, dan 5 artikel lain yang tidak terindeks Scopus.

Dikarenakan jurnal yang mengenai tentang tumbuhan daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus) masih terbilang sedikit, tercatat awal penelitian tahun 2010-2020, oleh karena itu jurnal yang tidak terindeks Scopus tetap dimasukkan.

Jurnal yang telah diperoleh ditabulasi dan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

(41)

Tabel 4.1 Daftar artikel hasil pencarian No

.

Nama Peneliti Tahun Judul Populasi Metode

Penelitian

Ekstrak Hasil

1. Manjamalai, A., V, M.B.G

2013 The

Chemotherapeutic Effect of Essential Oil of Plectranthus amboinicus (Lour) on

Lung Metastasis Developed by B16F-

10 Cell Line in C57BL/6 Mice

Sel B16F-10 (Kanker paru-paru)

Uji Sitotoksik (Uji MTT)

Essential Oil daun bangun-

bangun

Essential oil yang diberikan, menunjukkan

aktivitas menghambat pertumbuhan pada sel kanker B16F-10 dan essential oil terbukti dapat menginduksi tingkat apoptosis pada sel

B16F-10 2. Hasibuan,

P.A.Z., Rosidah., Syafruddin, I.,

M, P.N

2013 Antioxidant and Cytotoxic Activities

of Plectranthus amboinicus (Lour.)

Spreng. Extracts

Sel MCF-7 (Kanker Payudara)

Uji Sitotoksik (Uji MTT)

Ekstrak n- heksana, etilasetat, dan

etanol daun bangun-

bangun

Ekstrak n-heksana dan etilasetat menunjukkan aktivitas menghambat pertumbuhan pada sel kanker MCF-7, dimana

ekstrak etilasetat yang mempunyai aktivitas sitotoksik yang paling

tinggi.

3. Rosidah., Poppy, A.Z.H

2014 Cytotoxic Effect of n- hexane, Ethylacetate and Ethanol Extracts

of Plectranthus amboinicus, (Lour.) Spreng.) on HeLa and

Vero Cells Lines

Kanker Sel HeLa dan Vero

Uji Sitotoksik (Uji MTT)

Ekstrak n- heksana (EnDBB),

etanol (EEDBB), dan etil asetat

(EADBB) daun bangun-

EnDBB dan EEDBB menunjukkan aktivitas

menghambat pertumbuhan pada sel kanker HeLa, dimana EnDBB yang paling

tinggi aktivitas hambatannya.

(42)

bangun 4. Hasibuan,

P.A.Z., Jessy, C., Denny, S

2015 Combination Effect of Ethylacetate

Extracts of Plectranthus amboinicus (Lour.)

Spreng. With Doxorubicin Against

T47D Breast Cancer Cells

Sel T47D (Kanker Payudara)

Uji Sitotoksik (Uji MTT) dan Uji Flowcytomet

ry

Ekstrak Etilasetat , doxorubicin,

dan kombinasi daun bangun-

bangun

Ekstrak kombinasi menunjukkan terjadinya penghambatan siklus sel,

menginduksi apoptosis, dan menurunkan ekspresi

Cyclin D1 dan COX-2.

5. Hasibuan, P.A.Z., Rosidah

2015 Combination Effect of N-Hexane Extract

of Plectranthus amboinicus (Lour.)

Spreng. with Doxorubicin Againts

HeLa Cell Lines

Sel HeLa (Kanker Payudara)

Uji Sitotoksik (Uji MTT),

Uji Flowcytomet

ry, dan Uji Immunoche

mistry

Ekstrak n- heksana

(PAN), doxorubicin,

dan kombinasi daun bangun-

bangun

PAN, doxorubicin, dan kombinasi menunjukkan

adanya aktivitas menghambat pertumbuhan sel HeLa,

dimana ekstrak kombinasi (PAN + doxorubicin) yang paling

tinggi aktivitas hambatannya.

6. Thirugnanasa mpandan, R.,

Gunasekar, R., Madhusudhan

an, G., Rajarajeswara

n, J., M, S.K

2015 Evaluation of Cytotoxic, DNA Protecting and LPS

Induced MMP-9 Down Regulation

Activities of Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng. Essential Oil

Sel MCF-7 (Kanker Payudara) dan HT-29

(Kanker Kolorektal)

Uji Sitotoksik (Uji MTT)

Essential Oil daun bangun-

bangun

Essential oil menunjukkan aktivitas

menghambat pertumbuhan pada sel MCF-7 dan sel HT-29.

Essential oil juga mereduksi ekspresi

MMP-9.

7. Rai, V., 2016 A Preliminary Sel MCF-7 Uji Ekstrak PAE menunjukkan

(43)

Vinitha, R.P., Pratapchandra

, K

Evaluation of Anticancer and Antioxidant Potential

of Two Traditional Medicinal Plants from Lamiaceae-

Pogostemon heyneanus and

Plectranthus amboinicus

(non metastasis)

dan sel MDA-MB-

231 (metastasis)

Kanker Payudara

Sitotoksik (Uji MTT), Uji aktivitas

antioksidan

Etanol (PAE), metanol (PAM), dan

kloroform (PAC) daun

bangun- bangun

aktivitas menghambat pertumbuhan sel MCF-7

yang paling tinggi dibanding PAM dan PAC. Sedangkan pada sel

MDA-MB-231, PAE tidak efektif menghambat

pertumbuhan sel.

8. Yulianto, W., Nuri, A., Puspo, E.G.,

Joko, P

2017 Bioactive

Compounds From Torbangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng) Chloroform

Fraction Induce Apoptosis in Breast

Cancer (MCF-7 Cells) In Vitro

Sel MCF-7 (Kanker Payudara)

Uji apoptosis menggunaka

n PCR

Ekstrak Kloroform daun bangun-

bangun

Pemberian ekstrak kloroform menunjukkan

adanya aktivitas apoptosis pada sel MCF-

7 secara kualitatif

9. S, L.D.M., Darsan, B.M

2017 Essential Oil Extracted from

Plectranthus amboinicus Induces

Apoptosis in the Lung Cancer Cells

via Mitochondrial Pathway

Sel A549 dan HEK293

Kanker Paru-paru

Uji Sitotoksik (Uji MTT)

Essential oil daun bangun-

bangun

Essential oil menunjukkan aktivitas

menghambat pertumbuhan pada sel A549 dan sel HEK293.

Essential oil juga menginduksi apoptosis

pada sel kanker A549.

10. Hasibuan, P.A.Z.,

2019 The Anti-

Proliferative and Pro-

Sel T47D (Kanker

Uji Sitotoksik

Nanopartikel ekstrak etanol

Nanopartikel ekstrak etanol menunjukkan

(44)

Sumaiyah, S Apoptotic Properties of Ethanol Plectranthus amboinicus (Lour.)

Spreng. Leaves Ethanolic extract Nanoparticles on T47D Cell Lines

Payudara) (Uji MTT), Uji Flowcytomet

ry, dan Uji Immunoche

mistry

daun bangun- bangun

aktivitas menghambat pertumbuhan sel T47D

melalui mekanisme penghambatan proliferasi

dan apoptosis.

11. Hasibuan, P.A.Z., Sumaiyah, S

2019 Cyclin D1 , Caspase 9 and P53 Expressions in T47D

Cell Lines after Treatment of Plectranthus amboinicus, ( Lour .)

Spreng . Leaves Ethanolic Extract

Nanoparticles

Sel T47D (Kanker Payudara)

Uji Flowcytomet

r dan Uji Immunoche

mistry

Nanopartikel ekstrak etanol daun bangun-

bangun

Nanopartikel ekstrak etanol terbukti dapat menghentikan siklus sel T47D dan menginduksi

apoptosis.

12. Hasibuan, P.A.Z., Rosidah., Pandapotan,

N., Syafruddin,

2020

2020 Effect of Plectranthus amboinicus , Lour . Spreng . n - Hexane Extract on T47D

Cells Line : Proliferation , Apoptosis and It’s Combination with

Doxorubicine

Sel T47D Kanker Payudara

Uji Sitotoksik (Uji MTT)

Ekstrak n- heksana dan Kombinasi (n-

heksana+

doxorubicin) daun bangun-

bangun

Ekstrak n-heksana menunjukkan aktivitas

menghambat pertumbuhan sel T47D dan dapat menginduksi terjadinya apoptosis.

(45)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kandungan Metabolit

Kemampuan ekstrak suatu tumbuhan untuk mempengaruhi pertumbuhan suatu sel disebabkan oleh kandungan yang terdapat pada tumbuhan tersebut.

Tumbuhan bangun-bangun sendiri mempunyai beragam kandungan senyawa metabolit yang telah diteliti oleh banyak peneliti. Seperti pada bagian daun, tumbuhan bangun-bangun diantaranya mengandung flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, steroid, terpenoid, dan glikosida. Bangun-bangun juga memiliki senyawa lain seperti β-caryophyllene, quercetin, asam ursolic, asam triterpenoid, α-pinene, β-pinene, timol, eugenol, carvacrol, 1,8-cineole, β-phellandrene, p-cymene, salvigenin, crismaritin, dan chrysoeriol (Hasibuan dkk., 2019). Diketahui bahwa tumbuhan yang mengandung senyawa ursolic acid mempunyai aktivitas untuk menginduksi terjadinya apoptosis pada banyak sel kanker (S dan Menon, 2017).

Ursolic acid ini termasuk dalam kelompok terpenoid yang juga dapat menekan proliferasi dan menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon dengan cara mengaktifkan caspase 3 dan 9 serta menekan fosforilasi dari EGR (Epidermal Growth Factor Human) melalui jalur MAPK (Mitogen-Activated Protein Kinase) (Hasibuan dkk., 2020). Saponin telah diketahui mempunyai efek sitotoksik yang telah terbukti dengan adanya kematian sel yang efektif pada pemberian ekstrak kloroform bangun-bangun (Rai dkk., 2016). Sedangkan menurut Andriyanto dkk.

(2017) saponin mempunyai efek sebagai antimikroba dengan cara menurunkan tegangan permukaan yang mengakibatkan naiknya permeabilitas sehingga terjadi kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Pada ekstrak batang bangun-bangun yang telah diskrining fitokimia, menunjukkan adanya

(46)

kandungan total fenol, flavonoid, dan proanthocyanidins. Sedangkan pada uji identifikasi senyawa bioaktif dengan menggunakan HPLC menunjukkan adanya rosmarinic acid, caffeic acid, rutin, gallic acid, quercetin, dan p-coumaric acid.

Jika suatu tumbuhan mengandung senyawa polifenol seperti flavonoid, flavonol, proanthocyanidins, phenolic acid, dll, maka tumbuhan tersebut akan mempunyai aktivitas antioksidan, antibakteri, antikanker, dan antiplatelet. Rosmarinic acid, yang merupakan turunan ester dari caffeic acid telah dilaporkan menunjukkan adanya aktivitas efek antiproliferasi pada sel mesangial tikus melalui mekanisme yang melibatkan inhibisi (penghambatan) platelet-derived growth factor (PDGF) dan faktor nekrosis tumor (Tumor Necrosis Factor/TNF). Gallic acid sendiri dilaporkan menunjukkan adanya penghambatan proliferasi sel kanker. Sementara quercetin dan glikosida quercetin seperti rutin mempunyai aktivitas agregasi antiplatelet yag kuat, antikanker, dan antibakteri (Bhatt dkk., 2013).

4.2.2 Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus Lour.) Memiliki Efek Antikanker

Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa ekstrak daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus Lour.) memiliki aktivitas sebagai antikanker. Uji toksisitas yang telah dilakukan dengan menggunakan uji MTT oleh beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai IC50 yang diperoleh membuktikan bahwa ekstrak bangun-bangun efektif terhadap beberapa sel kanker, seperti pada kanker payudara (sel MCF-7 dan T47D), kanker serviks (sel HeLa), kanker paru-paru (sel A549 dan B16F-10), dan kanker kolorektal (sel HT-29).

Hasil uji toksisitas terhada beberapa ekstrak bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini :

(47)

Ekstrak / Fraksi

IC50 (µg/mL)

Referensi Sel Kanker

HeLa T47D MCF-7 A549 HT-29 B16F-10

n-heksana 76,322 44,716 63,644 - - -

Rosidah dan Hasibuan (2014), Hasibuan dkk. (2020), Hasibuan dkk. (2013)

Etilasetat - - 7,647 - - - Hasibuan dkk. (2013)

Fraksi etilasetat 46,045 111,19 250,57 - - - Hasibuan dkk. (2019)

Etanol

- 89,166 60 ± 1,15

1382,806 - - -

Hasibuan dan Sumaiyah (2019), Rai dkk. (2016), Hasibuan dkk. (2013) Nanopartikel

Ekstrak Etanol - 89,166 - - - -

Hasibuan dan Sumaiyah (2019)

Metanol - - 100,33±0,33 - - - Rai dkk. (2016)

Kloroform - - 167±7,21 - - - Rai dkk. (2016)

Essential Oil - - 53000±0,01 10,74 ± 0,83

87000 ±

0,01 50

Thirugnanasampandan dkk. (2015), S dan Menon (2017), Manjamalai dan

Grace (2013)

Tabel 4.2 Nilai IC50 (µg/mL) ekstrak/fraksi daun bangun-bangun

(48)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa daun bangun-bangun telah diujikan pada 6 sel kanker, yaitu sel HeLa (kanker serviks), sel T47D dan sel MCF-7 (kanker payudara), sel A549 dan sel B16F-10 (kanker paru-paru), dan sel HT-29 (kanker kolorektal). Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa sel kanker MCF-7 (kanker payudara) paling banyak diteliti dengan pemberian ekstrak/fraksi daun bangun-bangun. Setelah diuji dengan pemberian 9 ekstrak/fraksi daun bangun-bangun pada 6 sel kanker tersebut, didapat hasil nilai IC50 yang paling tinggi pada pemberian ekstrak etilasetat yang diberikan pada sel kanker MCF-7 (kanker payudara) dengan nilai IC50 sebesar 7,647 µg/mL (Hasibuan dkk., 2013).

Dilanjutkan dengan essential oil yang diberikan pada sel kanker A549 (kanker paru-paru) dengan nilai IC50 sebesar 10,74 ± 0,83 µg/mL (S dan Menon, 2017) dan ekstrak n-heksana yang diberikan pada kanker T47D (kanker payudara) dengan nilai IC50 sebesar 44,716 µg/mL (Hasibuan dkk., 2020). Sehingga ketiga ekstrak ini mempunyai potensi menghambat pertumbuhan sel kanker pada kanker payudara dan kanker paru-paru.

Pada kanker serviks (sel kanker HeLa) yang telah diteliti oleh Hasibuan dkk. (2019), didapat nilai IC50 yang paling tinggi terdapat pada fraksi etilasetat II daun bangun-bangun, yaitu 46,045 µg/mL dan menunjukkan adanya aktivitas menghambat pertumbuhan sel kanker HeLa pada kanker serviks. Sedangkan kanker kolorektal (sel kanker HT-29) yang telah diteliti oleh Thirugnanasampandan dkk. (2015) dengan metode uji yang sama, didapat nilai IC50 pada essential oil daun bangun-bangun sebesar 87 ± 0,01 mg/mL (87000 ± 0,01 µg /mL) . Hal ini menunjukkan bahwa essential oil daun bangun-bangun yang telah diuji pada kanker kolorektal tidak efektif untuk dapat menghambat

(49)

pertumbuhan sel kanker. Dimana menurut Hasibuan dkk. (2020), sebuah ekstrak dikatakan mempunyai potensi sebagai penghambat pertumbuhan pada sel kanker jika ekstrak tersebut mempunyai nilai IC50 ≤ 100 µg/mL. Semakin rendah nilai IC50 yang didapat maka semakin tinggi aktivitas sitotoksik yang ada. Sedangkan menurut Kaban dan Yusmarlisa (2018) jika nilai IC50 yang didapat < 50 µg/mL menunjukkan aktivitas sitotoksik yang sangat kuat, nilai IC50 50-100 µg/mL menunjukkan aktivitas sitotoksik yang kuat, nilai IC50 101-150 µg/mL menunjukkan aktivitas sitotoksik yang sedang, dan nilai IC50 151-200 µg/mL menunjukkan aktivitas sitotoksik yang lemah.

Selain menggunakan uji sitotoksik dalam menilai apakah bangun-bangun mempunyai potensi sebagai agen kemoterapi, dilakukan juga uji apoptosis.

Apoptosis sendiri merupakan mekanisme kematian sel yang terprogram secara genetik untuk mempertahankan keseimbangan sel di dalam tubuh. Apoptosis bisa diidentifikasi dengan cara mengamati morfologi sel karena kematian sel yang terprogram ditandai dengan adanya karakteristik morfologi yang berbeda (Yulianto dkk., 2017). Uji flowcytometry dan obserfasi morfologi sel menggunakan metode double staining merupakan beberapa metode yang dapat dilakukan untuk melihat apakah terjadi proses apoptosis dalam suatu sel.

Pada apoptosis dengan menggunakan metode uji flowcytometry didapat bahwa kombinasi antara ekstrak etilasetat daun bangun-bangun dan doxorubicin mempunyai persen apoptosis awal yang tinggi dibandingkan dengan ekstrak tunggal etilasetat atau doxorubicin tunggal. Dimana persen apoptosis awal yang didapat pada kombinasi antara ekstrak etilasetat daun bangun-bangun-bangun dan doxorubicin, yaitu sebesar 15,48 % (Hasibuan dkk., 2015). Pada nanopartikel

Gambar

Gambar 1.1 : Kerangka pikir penelitian Pelarut yang digunakan
Gambar 2.1. Tumbuhan bangun-bangun (Siregar dkk., 2019).
Gambar 2.2 Fase siklus sel (pembelahan sel) (Romadhon, 2013).
Gambar 3.1 Diagram alir penelusuran literatur Pencarian  menggunakan  keyword
+4

Referensi

Dokumen terkait

When Nb2a cells expressing the a isoform of CaM calmodulin dependent, and Ca -independent activity was kinase II (Nb2a a cells) were stimulated, they showed induced

[r]

Before you start your work on this example, in the next couple of sections we'll i rst look at the tools that you need to easily work with Three.js and how you can download

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa variabel praktik TQM yang terdiri atas (1) Kepemimpinan; (2) Perencanaan strategis; (3) Fokus pada

Begitu hal juga ketika masyarakat mencari informasi dari sebuah instansi atau perusahaan, masyarakat cenderung mencari website instansi tersebut untuk mempercepat

Dengan dibuatnya suatu situs untuk pemesanan rumah maka semua proses jual beli didalam suatu perusahaan property menjadi lebih efisien dan mudah bila dibandingkan dengan cara

Aplikasi ini berupa papan permainan monopoli yang bertujuan untuk refreshing, sekaligus mendidik, dikarenakan memiliki unsur edukasi. Dalam membuat aplikasi ini, penulis