• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDIOM MUSIKAL MINANGKABAU DALAM KOMPOSISI KARAWITAN INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG: TESIS ERIZON NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDIOM MUSIKAL MINANGKABAU DALAM KOMPOSISI KARAWITAN INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG: TESIS ERIZON NIM"

Copied!
285
0
0

Teks penuh

(1)

SEBUAH ANALISIS DALAM KONTEKS ADAPTASI MUSIKAL

TESIS

Oleh :

ERIZON NIM. 127037006

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii

M E D A N 2015

IDIOM MUSIKAL MINANGKABAU DALAM KOMPOSISI KARAWITAN

INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG :

SEBUAH ANALISIS DALAM KONTEKS ADAPTASI MUSIKAL

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.)

dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Erizon

NIM. 127037006

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

Judul Tesis : IDIOM MUSIKAL MINANGKABAU DALAM KOMPOSISI KARAWITAN INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG : SEBUAH ANALISIS DALAM KONTEKS ADAPTASI MUSIKAL

Nama : ERIZON

Nomor Pokok : 127037006

Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui Komisi Pembimbing

Drs. Irwansyah, M.A.

Ketua

NIP. 19621221 199703 1 001

Dr. Ridwan Hanafiah, SH, M.A.

Anggota

NIP. 19560705 198903 1 002

Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Ketua

Drs. Irwansyah, M.A.

NIP. 19621221 199703 1 001

Fakultas Ilmu Budaya Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

(4)

iv

Tanggal Lulus : 11 Pebruari 2015 Telah diuji pada

Tanggal, 11 Pebruari 2015

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. ( ___________________)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. ( ___________________)

Anggota I : Prof. DR. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. (_________________)

Anggota II : Dr. Ridwan Hanafiah, SH, M.A. ( ___________________)

Anggota III : Dra. Rithaony, M.A. (___________________)

(5)

ABSTRACT

The title of this research is Minangkabau Musical Idioms in the Karawitan Composition in Indonesia Fine Art Institute of Padangpanjang: an Analytical to Musical adaptation context. This reasearch attend to answere the problems as : (a) analyzing and understanding the meaning about terminology of composition and working methode so that the term arranging and composing can be understood contextualy, (b) analyzing and understanding the the making of Minangkabau musical idioms that developed in use of the Wastern musical instruments and elemens till to be a musical work, and (c) analyzing and understanding the adaptating of Minangkabau tradional music to the concepts of Western music in the musical work at Karawitan Department of Indonesia Fine Art Institute of Padangpanjang. This research is a field, laboratorium, and literature studies. The field research covered the observation, interview, recording. The laboratorium study covered treatment, sellection, and filtering the field data. Qualitative and verificative method is used in this research and started by collected field, interview, and literature data and then finding out the theorycal approach to analyzed the datas. The analyzed shows (a) There are misunderstanding to the term of composition. The meaning of composition term is ambigue to the term of arranging. There is treference to say the karawitan musical work by the term composition. The analyzed shows that Galodo Saluang Panjang is obsolutely used partly or fully the melodic structure of Duo Duo song. The work Bagaluik Di Nan Batingkah is absolutely used the talempong interlocking pattern as tradtionaly used. The making process of the work is done by group or colletively so that the work is not purely as a product of creativity by someone personaly. In fact the musical work is in the name of personaly, (b) there are using the Western musical elemen and instrumentasion like a tertian harmoni, homophonic and polyphonic texture, flute, alto saxophone, tenor saxophone,trumpet, trombone, tuba, electical guitar, electrical bass, keyboard, and drum set, and (c) Minangkabau traditional music have adaptated to the Western Music. In the academical context, it has adaptated Minangkabau music to the Western music in the Indonesia Fine Art Institute of Padangpanjang musical work in form.

Key words : idiom, minangkabau, composition, adaptation, and diatonic.

(6)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Idiom Musikal Minangkabau dalam Komposisi Karawitan Institut Seni Indonesia Padangpanjang: Sebuah Analisis dalam Konteks Adaptasi Musikal.Penelitian bertujuan menjawab permasalahan-permasalahan berikut: (a) Memahami dan menganalisis pengertian tentang terminologi komposisidan metode penggarapan sehingga istilah-istilah komposisidan aransemenbisa dipahami secara kontekstual, (b) Memahami dan menganalisis penggarapan idiom musikal Minangkabau yang dikembangkan dengan menggunakan elemen dan instrumen musik Barat hingga menjadi sebuah karya musik, dan (c) Memahami dan menganalisis pengadaptasian karawitan Minangkabau ke konsep musik Barat dalam sebuahkarya musik di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang.Penelitian ini bersifatkerja lapangan, laboratorium, dan kepustakaan. Penelitian lapangan meliputi observasi, wawancara, dan perekaman. Pekerjaan di laboratorium meliputi pengolahan, penyeleksian, dan penyaringan data lapangan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif verivikatifyang diawali dengan pengumpulan data baik lapangan, wawancara, dan kepustakaan kemudian mencari pendekatan teoretis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh.Hasil analisis menunjukkan (a) Adanya persepsi yang kurang tepat terhadap istilah komposisi. Pengertian istilah komposisi menjadi rancu dengan istilah aransemen. Ada kecenderungan menganggap setiap karya karawitan disebut dengan istilah komposisi. Hasil analisis menunjukkan bahwa karya Galodo Saluang Panjang nyata-nyata masih menggunakan struktur melodi yang sudah ada yaitu lagu Duo-Duo. Karya Bagaluik Di Nan Batingkah nyata- nyata masih menggunakan pola permainan talempong Cak Din Din. Penggarapan karya cenderung dilakukan secara kolektif sehingga hasil garapan tidak murni dari hasil kreatifitas si pemilik karya. Padahal karya musik tersebut diatasnamakan seseorang saja. (b) Terdapat penggunaan elemen dan instrumen musik Barat dalam karya musik karawitan berupa harmoni tersian, tekstur homofoni dan polifoni serta penggunaan instrumen flute, saksofon alto, saksofon tenor, terompet, trombon, tuba, gitar, gitar bas, keyboard dan drum set. (c) Karawitan Minangkabau beradaptasi terhadap musik Barat. Dalam konteks akademis, di ISI Padangpanjang telah terjadi adaptasi karawitan Minangkabau terhadap musik Barat dalam bentuk karya musik.

Kata kunci : idiom,minangkabau,komposisi,adaptasi, dan diatonis.

(7)

PRAKATA

Bismillahir Rahmanir Rahim. Alhamdu Lillahi Rabbil Alamin. Dengan pertolongan dan ridho Allah tesis ini dapat saya selesaikan.

Saya mengucapkan terimakasih kepada

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan fasilitas dan sarana pembelajaran sehingga penulis dapat belajar di kampus Universitas Sumatera Utara dalam kondisi nyaman.Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Irwansyah M.A. selaku ketua Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara dan bapak Drs. Torang Naiborhu selaku Sekretaris Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, atas kesempatan, bimbingan dan pelayanan yang diberikan kepada saya dalam mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan studi Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Universitas Sumeatera Utara.

3. Bapak Drs. Irwansyah, M.A dan bapak Dr. Ridwan Hanafiah, SH, M.A.

selaku pembimbing tesis.

4. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin, M.Si dan ibu Dra. Rithaony, M.A. selaku penguji tesis.

(8)

viii

5. Seluruh dosen di Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Universitas Sumeatera Utara yang banyak membantu dalam pengembangan wawasan keilmuan saya hingga dapat menyelesaikan studi.

6. Ayahanda Irsyad Adam, Bapak Hajizar, S.Kar., M.Sn, bapak Elizar Koto, S.Sn, M.Sn, bapak M Halim, M.Sn (Mak Lenggang), bapak Yunaedi, S.Sn, M.Sn, bapak Admiral, M.Sn.

7. Saudara-saudaraku: Darmansyah, S.Sn, M.Sn, Jumaidi Syafei, S.Sn, M.Sn, Hafif HR, M.Sn, Fahmi Marh, S.Sn, M.Sn, Agusten Huri, S.Sn, M.Sn, dan Siswandi, S.Sn.

8. Teman-teman sesama mahasiswa Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumeatera Utara Angkatan 2012, selamat berjuang. Terimakasih khusus kepada saudaraku Muhammad Yusuf Sinuhaji dan kakanda Anton Sitepu atas lecutan semangat untuk saya.

Semoga hari-hari yang pernah kita lalui dengan penuh suka cita selama kuliah di program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Universitas Sumeatera Utara menjadi kenangan yang indah untuk persahabatan kita di masa yang akan datang. Amin.

9. Nelli Herniwati ummi dari dua anakku yang baik hati Muhammad Alfajri Ahsanal Haditsi dan Asyrata Aina. Alhamdulillah. Berkat doa dan kesabaran kalian buya bisa menyelsaikan studi S2 Penciptaan Dan Pengkajian Seni. Semoga Allah meridoi amal saleh kita. Amin.

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erizon, S.T, S.Sn

Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Penuh, 15 Juli 1971

Alamat : Jl. H M Yamin Gg. Manggis No. 08 Medan

Agama : Islam

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : 1. Mengajar di SMA Amir Hamzah 2. Mengajar di Jurusan Sendratasik Unimed

Pendidikan :

1. Sarjana Seni dari Sekolah Tinggi SeniIndonesiaPadangpanjang 2004

2. Sarjana Teknik dari Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (1998)

3. SMA Negeri I Sungai Penuh (1990)

Pada tahun 2012/2013 diterima menjadi mahasiswa pada program studi magister (S2) Penciptaan dan pengkajian seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(10)

x

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka.

(ERIZON)

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tetrakord dengan interval setengah berada di ujung ... 48

Gambar 2.Tetrakord Dengan Interval Setengah Berada di tengah ... 48

Gambar 3. Tetrakord Dengan Interval Setengah Berada di pangkal ... 48

Gambar 4.Susunan interval tangga nada doris ... 49

Gambar 5. Susunan interval tangga nada frigis ... 49

Gambar 6. Susunan interval tangga nada lydis ... 49

Gambar 7. Rentang suara normal sebagaimana dalam sebuah chorus ... 56

Gambar 8. Posisi nada-nada keyboard dalam notasi balok ... 61

Gambar 9. Nada-nada kromatik ... 62

Gambar 10. Whole step dan Semitone ... 63

Gambar 11. Birama dan garis bar ... 65

Gambar 12. Skala mode mayor dan minor ... 74

Gambar 13. Penataan alat musik dalam orkestra ... 75

Gambar 14. Notasi lagu Malereang Tabiang dari Agam (Bukittinggi) .. 79

Gambar 15. Notasi lagu Duo Duo dari Muara Labuh ... 79

Gambar 16. Notasi lagu Tak Tong Tong dari Darek ... 79

Gambar 17. Lagu Simarantang dari Kabupaten 50 Kota ... 80

Gambar 23. Notasi vokal lagu Duo-Duo... 163

Gambar 24. Notasi tetrakord lagu Duo Duo ... 164

Gambar 25. Dua tetrakord berhimpitan ... 164

Gambar 26. Notasi analisis modus ... 165

Gambar 27. Notasi nada yang sering dipakai pada frase A ... 166

Gambar 28. Notasi nada yang sering dipakai pada frase A’ ... 167

(12)

xii

Gambar 29. Notasi nada berdurasi paling panjang ... 167

Gambar 30. Notasi nada awal, tengah dan akhir ... 168

Gambar 31. Notasi nada paling rendah dan tepat di tengah ... 168

Gambar 32. Notasi nada dengan ritme paling kuat ... 169

Gambar 33. Notasi nada akhir ... 169

Gambar 34. Notasi interval lagu Duo Duo... 172

Gambar 35. Notasi frase lagu Duo Duo ... 174

Gambar 36. Frase A lagu Duo Duo ... 176

Gambar 37. Frase A' lagu Duo Duo ... 177

Gambar 38. Notasi subfrase lagu Duo Duo ... 179

Gambar 39. Notasi subfrase A-a lagu Duo Duo ... 179

Gambar 40. Notasi subfrase A-b lagu Duo Duo ... 180

Gambar 41. Notasi subfrase A'-a' lagu Duo Duo ... 181

Gambar 42. Notasi subfrase A'-b' lagu Duo Duo ... 181

Gambar 43. Notasi motif lagu Duo Duo ... 183

Gambar 44. Notasi motif a ... 183

Gambar 45. Notasi motif b ... 184

Gambar 46. Notasi motif b1 ... 184

Gambar 47. Notasi motif b2 ... 184

Gambar 48. Notasi motif c ... 185

Gambar 49. Notasi motif c1 ... 185

Gambar 50. Notasi motif c2 ... 185

Gambar 51. Notasi teknik silabis ... 186

Gambar 52. Notasi teknik melismatis ... 187

Gambar 53. Notasi silabis lagu Duo Duo ... 188

(13)

Gambar 56. Bagan komposisi Galodo Saluang Panjang ... 193

Gambar 57. Notasi instrumentasi Galodo Saluang Panjang ... 194

Gambar 58. Full score Galodo Saluang Panjang birama ke-1 s.d. 13 .... 196

Gambar 59. Notasi penutup Ad Libitum saluang ... 196

Gambar 60. Notasi motif dasar penutup solo saluang ... 197

Gambar 61. Notasi melodi descending yang dikembangkan ... 197

Gambar 62. Notasi respon terhadap solo saluang panjang ... 197

Gambar 63. Notasi motif dasar respon ... 198

Gambar 64. Notasi condenced score birama ke-1 s.d. 13 ... 199

Gambar 65. Notasi garis melodi birama ke-2 s.d. 4 ... 199

Gambar 66. Notasi konstruksi harmoni birama ke-2 s.d. 4 ... 199

Gambar 67. Notasi orkestrasi dalam bentuk full score ... 200

Gambar 68. Notasi jalur suara birama ke-2 s.d. 4 ... 201

Gambar 69. Notasi scoring birorkestrasi birama ke-2 s.d. 4 ... 201

Gambar 70. Skema orkestrasi birama ke-2 s.d. 4 ... 202

Gambar 72. Notasi talempong birama ke-12 s.d. 17 ... 204

Gambar 73. Sumber bentuk dasar motif talempong ... 204

Gambar 74. Notasi pengembangan motif talempong ... 204

Gambar 75. Notasi Galodo Saluang Panjang birama ke-18 s.d. 26 ... 205

Gambar 76. Notasi susunan instrumen birama ke-18 s.d. 26 ... 206

Gambar 77. Notasi condenced score birama ke-18 s.d. 26 ... 207

Gambar 78. Skema orkestrasi birama ke-18 s.d. 26 ... 207

Gambar 80. Notasi motif birama ke-26 ... 208

Gambar 81. Notasi sekuaensi turun berasal dari motif birama ke-26 .... 209

Gambar 82. Notasi sumber pengembangan motif birama ke-26 ... 209

(14)

xiv

Gambar 83. Notasi birama ke-26 s.d. 33 ... 210

Gambar 85. Notasi full score birama ke-34 s.d. 37 ... 211

Gambar 86. Notasi susunan harmoni birama ke-34 s.d. 37 ... 211

Gambar 87. Notasi condenced score susunan orkestrasi birama ke-34 s.d. 37 ... 212

Gambar 88. Skema orkestrasi birama ke-34 s.d. 37 ... 212

Gambar 89. Grafik tekstur birama ke-34 s.d. 37 ... 213

Gambar 90. Notasi birama ke-38 s.d. 41 ... 214

Gambar 91. Notasi harmoni birama ke-37 s.d. 41 ... 214

Gambar 92. Susunan orkestrasi dalam bentuk skor piano birama ke-37 s.d. 41 ... 214

Gambar 94. Notasi birama ke-41 s.d. 46 ... 216

Gambar 95. Notasi birama ke-47 s.d. 50 ... 216

Gambar 96. Notasi birama ke-51 s.d. 54 ... 217

Gambar 97. Notasi solo Ad Libitum saluang panjang ... 218

Gambar 98. Notasi full score birama ke-57 s.d. 60 ... 219

Gambar 99. Notasi full score birama ke-61 s.d. 64 ... 219

Gambar 100. Notasi full score birama ke-65 s.d. 68 ... 220

Gambar 101. Notasi subfrase A-a ... 220

Gambar 102. Notasi respon birama ke-57 s.d. 60 ... 221

Gambar 103. Notasi subfrase A-b ... 221

Gambar 104. Notasi scoring orkestrasi birama ke-59 s.d. 62 ... 221

Gambar 105. Skema orkestrasi birama ke-59 s.d. 62 ... 222

Gambar 106. Notasi susunan harmoni birama ke-59 s.d. 62 ... 222

Gambar 107. Notasi susunan harmoni birama ke-65 s.d. 68 ... 222

Gambar 109. Notasi vokal dan instrumen birama ke-69 s.d. 72 ... 224

(15)

Gambar 110. Notasi vokal dan instrumen birama ke-73 s.d. 76 ... 224

Gambar 111. Notasi vokal kanon birama ke-69 s.d. 76 ... 225

Gambar 113. Notasi Ad Libitum saluang birama ke-77 s.d. 80 ... 226

Gambar 114. Notasi tutti birama ke-80 s.d. 83 ... 227

Gambar 115. Notasi tutti birama ke-84 s.d. 89 ... 227

Gambar 116. Notasi susunan harmoni birama ke-80 s.d. 89 ... 228

Gambar 117. Notasi scoring orkestrasi birama ke-80 s.d. 89 ... 228

Gambar 119. Notasi pola ritme Gua Cak Din Din ... 231

Gambar 120. Notasi pola ritme bas meniru Talempong Paningkah ... 232

(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Grafik dua dimensi musik (pitch dan time) ... 68

Grafik 2. Grafik tekstur ... 70

Grafik 3. Grafik tekstur polifoni imitatif ... 71

Grafik 4. Grafik tekstur polifoni non imitatif ... 71

Grafik 5. Grafik tekstur homofoni ... 72

Grafik 6. Grafik kontur frase A-a lagu Duo Duo ... 195

Grafik 7. Grafik kontur frase A-b lagu Duo Duo ... 209

Grafik 8. Grafik tekstur birama ke-2 s.d. 4 ... 203

Grafik 9. Grafik tekstur birama ke-18 s.d. 26 ... 214

Grafik 10. Grafik tekstur birama ke-26 s.d. 33 ... 216

Grafik 11. Grafik tekstur birama ke-34 s.d. 37 ... 221

Grafik 12. Grafik tekstur birama ke-37 s.d. 41 ... 215

Grafik 13. Grafik tekstur birama ke-59 s.d. 62 ... 228

Grafik 14. Grafik tekstur vokal kanon birama ke-69 s.d. 76 ... 230

Grafik 15. Grafik tekstur birama ke-84 s.d. 89 ... 234

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kuantitas nada lagu Duo Duo ……… 173

Tabel 2. Wilayah Nada Lagu Duo Duo ……… 177

Tabel 3.Ambitus Lagu Duo-Duo dalam notasi balok ……….. 178

Tabel 4 Interval Lagu Duo-Duo ……… 179

Tabel 5. Pola-Pola Kadens Lagu Duo Duo ………. 181 Tabel 6. Bentuk Kadens Dari Anteseden dan Konsekuen Lagu Duo Duo 182

(18)

xviii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ix

HALAMAN PERNYATAAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR ISI ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 17

1.3 Tujuan Penelitian ... 18

1.4 Manfaat Penelitian ... 19

1.5 Tinjauan Pustaka ... 19

1.6 Landasan Teori ... 24

1.6.1 Konsep Adaptasi ... 29

1.6.2 Teori Adaptasi ... 36

1.6.3 Teori Bobot Tangga Nada ... 38

1.7 Metode Penelitian ... 39

1.7.1 Penelitian Lapangan ... 39

1.7.2 Kerja Laboratorium ... 42

1.7.3 Metode Grafik Pitch and Time ... 42

(19)

1.8 Sistematika Penulisan ... 42

BAB II MUSIK DIATONIS DALAM BEBERAPA ASPEK ... 44

2.1 Tetrachord Awal ... 47

2.2 Modalitas Gregorian ... 50

2.2.1 Tetrachord Gregorian ... 51

2.3 Syarat Bunyi (Sound Property ) ... 52

2.4. Elemen Musik (Music Element) ... 54

2.4.1 Pitch (Tinggi Randah Nada) ... 55

2.4.1.1 Interval Oktaf (Octave Interval) ... 56

2.4.2 Dinamik (Dynamic) ... 57

2.4.3 Warna bunyi (Tone color) ... 58

2.4.4 Tangga Nada (Scale) ... 59

2.4.5 Tangga nada diatonis (The Diatonic scale) ... 60

2.4.5.1 Tangga nada kromatik (The Chromatics scale) .. 61

2.4.5.2 Instrumen dan Tangga Nada (Scales And Instrument) ... 62

2.4.5.3 Langkah Setengah dan Langkah Penuh ... 63

2.4.6 Waktu (rhythm) ... 64

2.4.6.1 Ketukan (beat) ... 64

2.4.6.2 Tekanan (accent) ... 64

2.4.6.3 Meter (meter) ... 65

2.4.6.4 Waktu dan ritme (rhythm dan rhythms) ... 66

2.4.7 Tempo ... 66

2.4.7.1 Petunjuk Tempo (Tempo indication) ... 67

2.5 Tinggi-Rendah Nada dan Waktu (Pitch dan Time) ... 68

(20)

xx

2.6 Struktur Musik (The Structure Of Music) ... 68

2.6.1 Melodi (melody) ... 68

2.6.2 Anyaman (texture) ... 69

2.6.3 Key dan Mode ... 72

2.7 Bentuk dan Stil Musik (Musical Form and Musical Style) ... 75

2.7.1 Bentuk Musik (Form in Music) ... 76

2.7.2 Stil Musik (Musical Style) ... 76

2.8 Musik Diatonis di Sekolah-Sekolah ... 77

2.9 Tetrakord Diatonis Dalam Lagu-lagu Tradisional Minangkabau 78 2.10 Musik Diatonis Di Indonesia (Awal Penyebaran) ... 80

2.11 Musik Diatonis Di Minangkabau (Peran Sekolah Belanda)... 82

2.12 Peran Beberapa Tokoh dalam memeperkenalkan musik diatonis di Minangkabau ... 85

2.13 Komposisi dan Aransemen ... 98

2.13.1Komposisi ... 98

2.13.2 Aransemen ... 100

BAB III KARAWITAN MINANGKABAU DAN JURUSAN KARAWITAN INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG ... 102

3.1 Minangkabau (Sebuah Nama) ... 104

3.2 Daerah Minangkabau ... 108

3.3 Adat Minangkabau ... 112

3.3.1 Bunyi-bunyian Dalam Konteks Adat Minangkabau ... 114

3.3.2 Karawitan Minangkabau ... 118

3.4 Jenis-Jenis Karawitan Minangkabau ... 118

(21)

3.4.1 Salueng ... 119

3.4.1.1 Salueng Darek ... 120

3.4.1.2 Salueng Sirompak ... 121

3.4.1.3 Salueng Sungai Pagu ... 124

3.4.1.4 Salueng Paueh ... 126

3.4.2 Rabab ... 127

3.4.2.1 Rabab Darek ... 128

3.4.2.2 Rabab Pariaman ... 130

3.4.2.3 Rabab Pesisir ... 132

3.4.3 Talempong ... 132

3.5 Konsep Penggarapan Komposisi Musik (Peran Pekan Komponis Dan Festifal IKI ... 138

3.6 Institut Seni Indonesia Padangpanjang ... 147

3.6.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran ISI Padangpanjang ... 149

3.6.2 Visi, Misi, dan Tujuan Program Studi Seni Karawitan ... 151

3.7 Musik Dalam Masyarakat Melayu Minangkabau ... 152

3.8 Mata Kuliah Komposisi Musik di Jurusan Karawitan ISI Padang Padangpanjang ... 160

3.9 Mata Kuliah Musik Barat di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang ... 163

BAB IV IDIOM MUSIKAL MINANGKABAU DALAM KOMPOSISI KARAWITAN ÎNSTITUSI ... 165

4.1 Lagu Duo Duo Dalam Komposisi Galogo Saluang Panjang. 169

4.1.1 Analisis Tangga nada ... 170

4.1.2 Analisis Modus ... 172

4.1.3 Ànalisis Nada Dasar ... 173

(22)

xxii

4.1.4 Analisis Wilayah Nada ... 177 4.1.5 Analisis Interval ... 178 4.1.6 Analisis Pola Kadens ... 180 4.1.7 Analisis Formula Melodi ... 183 4.1.8 Analisis Bentuk Lagu Duo Duo ... 185 4.1.9 Identifikasi Tema lagu Duo Duo ... 189 4.1.10 Analisis Hubungan Teks Dengan Musik ... 193 4.1.11 Analisis Kontur Melodi ... 194 4.1.12 Analisis Meter... ... 196 4.2 Komposisi Galodo Saluang Panjang ... 198 4.2.1 Instrumentasi Galodo Saluang Panjang ... 199 4.2.2 Analisis Sub Bagian A ... 200 4.2.3 Analisis Sub Bagian B ... 209 4.2.4 Analisis Sub Bagian C ... 223 4.3 Gua Cak Din Din Dalam Komposisi Bagaluik Di Nan Batingkah 234 4.3.1 Bentuk Musik Bagaluik di Nan Batingkah ... 237 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 240 5.1 Kesimpulan ... 240 5.2 Saran ... 244 DAFTAR PUSTAKA ………. 246 LAMPIRAN ………... 249

(23)

ABSTRACT

The title of this research is Minangkabau Musical Idioms in the Karawitan Composition in Indonesia Fine Art Institute of Padangpanjang: an Analytical to Musical adaptation context. This reasearch attend to answere the problems as : (a) analyzing and understanding the meaning about terminology of composition and working methode so that the term arranging and composing can be understood contextualy, (b) analyzing and understanding the the making of Minangkabau musical idioms that developed in use of the Wastern musical instruments and elemens till to be a musical work, and (c) analyzing and understanding the adaptating of Minangkabau tradional music to the concepts of Western music in the musical work at Karawitan Department of Indonesia Fine Art Institute of Padangpanjang. This research is a field, laboratorium, and literature studies. The field research covered the observation, interview, recording. The laboratorium study covered treatment, sellection, and filtering the field data. Qualitative and verificative method is used in this research and started by collected field, interview, and literature data and then finding out the theorycal approach to analyzed the datas. The analyzed shows (a) There are misunderstanding to the term of composition. The meaning of composition term is ambigue to the term of arranging. There is treference to say the karawitan musical work by the term composition. The analyzed shows that Galodo Saluang Panjang is obsolutely used partly or fully the melodic structure of Duo Duo song. The work Bagaluik Di Nan Batingkah is absolutely used the talempong interlocking pattern as tradtionaly used. The making process of the work is done by group or colletively so that the work is not purely as a product of creativity by someone personaly. In fact the musical work is in the name of personaly, (b) there are using the Western musical elemen and instrumentasion like a tertian harmoni, homophonic and polyphonic texture, flute, alto saxophone, tenor saxophone,trumpet, trombone, tuba, electical guitar, electrical bass, keyboard, and drum set, and (c) Minangkabau traditional music have adaptated to the Western Music. In the academical context, it has adaptated Minangkabau music to the Western music in the Indonesia Fine Art Institute of Padangpanjang musical work in form.

Key words : idiom, minangkabau, composition, adaptation, and diatonic.

(24)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Idiom Musikal Minangkabau dalam Komposisi Karawitan Institut Seni Indonesia Padangpanjang: Sebuah Analisis dalam Konteks Adaptasi Musikal.Penelitian bertujuan menjawab permasalahan-permasalahan berikut: (a) Memahami dan menganalisis pengertian tentang terminologi komposisidan metode penggarapan sehingga istilah-istilah komposisidan aransemenbisa dipahami secara kontekstual, (b) Memahami dan menganalisis penggarapan idiom musikal Minangkabau yang dikembangkan dengan menggunakan elemen dan instrumen musik Barat hingga menjadi sebuah karya musik, dan (c) Memahami dan menganalisis pengadaptasian karawitan Minangkabau ke konsep musik Barat dalam sebuahkarya musik di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang.Penelitian ini bersifatkerja lapangan, laboratorium, dan kepustakaan. Penelitian lapangan meliputi observasi, wawancara, dan perekaman. Pekerjaan di laboratorium meliputi pengolahan, penyeleksian, dan penyaringan data lapangan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif verivikatifyang diawali dengan pengumpulan data baik lapangan, wawancara, dan kepustakaan kemudian mencari pendekatan teoretis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh.Hasil analisis menunjukkan (a) Adanya persepsi yang kurang tepat terhadap istilah komposisi. Pengertian istilah komposisi menjadi rancu dengan istilah aransemen. Ada kecenderungan menganggap setiap karya karawitan disebut dengan istilah komposisi. Hasil analisis menunjukkan bahwa karya Galodo Saluang Panjang nyata-nyata masih menggunakan struktur melodi yang sudah ada yaitu lagu Duo-Duo. Karya Bagaluik Di Nan Batingkah nyata- nyata masih menggunakan pola permainan talempong Cak Din Din. Penggarapan karya cenderung dilakukan secara kolektif sehingga hasil garapan tidak murni dari hasil kreatifitas si pemilik karya. Padahal karya musik tersebut diatasnamakan seseorang saja. (b) Terdapat penggunaan elemen dan instrumen musik Barat dalam karya musik karawitan berupa harmoni tersian, tekstur homofoni dan polifoni serta penggunaan instrumen flute, saksofon alto, saksofon tenor, terompet, trombon, tuba, gitar, gitar bas, keyboard dan drum set. (c) Karawitan Minangkabau beradaptasi terhadap musik Barat. Dalam konteks akademis, di ISI Padangpanjang telah terjadi adaptasi karawitan Minangkabau terhadap musik Barat dalam bentuk karya musik.

Kata kunci : idiom,minangkabau,komposisi,adaptasi, dan diatonis.

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang adalah sebuah Perguruan Tinggi Seni dengan visi “Seniman dan Ilmuan Seni Budaya Melayu Berjaya”.

Salah satu misinya adalah menyelenggarakan pendidikian seni dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar budaya Melayu1

Penelitian ini berkaitan erat dengan musik tradisional Minangkabau (karawitan Minangkabau) yang dalam perkembangannya beradaptasi dengan musik luar Minangkabau. Musik luar Minangkabau yang dimaksud adalah musik diatonis atau dikenal juga sebagai musik Barat. Secara akademis, karawitan Minangkabau dipelajari di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang di samping musik dari rumpun Melayu lainnya serta musik Nusantara. Selain itu, dipelajari juga musik Barat dalam bentuk mata kuliah Teori Musik, Solfegio, Piano, dan Transkripsi Analisis. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan memahami bagaimana, secara akademis,idiom musikal Minangkabau dijadikan bahan-bahan dasar penciptaan dan kemudian diproses dan dikembangkan dengan melibatkan

. Seni Budaya Melayu dipelajari di beberapa fakultas yang ada di ISI Padangpanjang. ISI Padangpanjang terdiri dari dua fakultas yaitu Fakultas Seni Pertunjukan Dan Fakultas Seni Rupa dan Desain.

1 Buku Panduan Akademik Mahasiswa ISI Padangpanjang 2012/2013. Hal. 5.

(26)

xxiv

elemen dan instrumen musik Barat hingga tercipta sebuah komposisi musik baru di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang.Tesis ini merupakan kajian yang didasarkan pada teori adaptasi dengan menggunakan anilisis atas sebuah komposisi musik.Sebagai pelengkap tesis ini, penulis juga menghadirkan kilasan sejarah tentang musik Barat atau diatonis di Minangkabau, orang-orang yang berperan penting, dan hingga berdirinya Institut Seni Indonesia Padangpanjang.

Selama kuliah di STSI Padangpanjang (sekarang ISI) tahun 2000-2004 penulis kerap mengamati dan menyaksikan proses pengerjaan sebuah karya musik karawitan baik oleh dosen maupun mahasiswa. Mereka berkumpul pada sebuah tempat atau ruangan dengan peralatan musik masing-masing dan menerima arahan dari seseorang (komposer); mencoba memainkan seperti yang diinstruksikan komposer; pemain menyumbangkan ide-ide dan pemikirannya kepada komposer.

Jika sumbang-saran itu cocok dengan apa yang dipikirkan oleh komposer maka usulan itu diterima untuk dimasukkan ke dalam bagian komposisi. Kemudian mereka memainkan secara bersama-sama bahan-bahan yang telah mereka proses tadi di bawah pengawasan dan arahan sang komposer.

Penulis menggunakan istilah komposer untuk orang yang memiliki gagasan musikal, yang memegang kendali, mengambil keputusan, serta yang memberikan arahan dalam proses penciptaan. Di kalangan Jurusan Karawitan pun digunakan istilah komposer. Meskipun istilah komposerini masih kerap dipahami secara sepihak oleh berbagai kalangan, namun untuk sementara penulis menggunakan istilah ini untuk menunjuk person yang memiliki, menggagas, dan memegang kendali sebuah proses penciptaan karya musik.

(27)

Ide-ide musikal yang mereka pakai dalam penggarapan komposisi kebanyakan berasal dari idiom karawitan Minangkabau. Sebagian mereka ada yang menggunakan secara utuh sebuah lagu atau dendang untuk diolah dan memadupadankannya dengan lagu-lagu lain hingga menjadi sebuah karya musik.

Sebagian lainnya ada yang mengambil cuplikan motif melodi atau pun motif ritme dari sebuah lagu atau permainan perkusi Minangkabau untuk kemudian diolah dan dikembangkan menjadi sebuah karya musik yang baru, sehingga berbeda dari melodi atau ritme asli yang terdapat dalam sumber ide. Tidak jarang pula mereka menggunakan kombinasi dari kedua cara di atas, yaitu mengambil melodi asli dan kemudian membuat pengembangannya berdasarkan motif-motif yang ada pada melodi asli tersebut. Itulah yang untuk sementara dapat penulis amati dari aktifitas berkarya musik di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang yang selanjutnya perlu dikaji lebih jauh mengenai terminologi yang berhubungan dengan kekaryaan musik seperti katakomposisidan aransemen.

Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang berada di bawah Fakultas Seni Pertunjukan yang merupakan sebuah jurusan yang mengkaji, meneliti, dan menyajikan musik rumpun Melayu dengan konsentrasi yang lebih besar pada musik-musik tradisional Minangkabau. Materi-materi musik Minangkabau yang dipelajari mencakup seni vokal (dendang) dan instrumen-instrumen musik tradisional.

Setiap akhir perkuliahan penciptaan musik, Tugas Akhir masa studi, dan dalam berbagai even kreatifitas seni,masing-masing mahasiswa dari minat penciptaan musik Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang dituntut untuk

(28)

xxvi

mempresentasikan karya musik sendiri sebagai syarat perkuliahan hingga mendapatkan gelar kesarjanaan di bidang seni (Sarjana Seni, S.Sn). Karya musik yang mereka sajikan umumnya menggunakanidiom musikal Minangkabau. Idiom- idiom tersebut dapat berasal dari dendang (musik vokal Minangkabau), bansi, saluang (-darek, -sirompak, -panjang, -pauah), pupuik (-sarunai, -gadang/liolot, - tanduak), rabab (-pariaman, -pasisie, -darek, -badoi), gandang (-tambua, - sarunai, -adok, -katindiek, -rapa’i, -rabana), talempong (-pacik, -unggan, - kreasi), kucapi payokumbuah, genggong,atau pun hal-hal musikalyang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tertentu (bailau 2 , misalnya), dan sebagainya3

Kreatifitas dan vitalitas orang-orang muda ini sangat menarik untuk disimak dan dikaji melalui karya-karya musik mereka. Sebagai mahasiswa yang notabene adalah orang-orang muda, karya-karya musik mereka tentunya akan

.

Mahasiswa (baca: orang-orang muda) ini, sebagai generasi muda Minangkabau yang posisinya sebagai “ujung tombak” kebudayaan, tentunya bagaikan wadah yang menyerap dan menampung berbagai informasi dan pelajaran dari generasi pendahulunya. Generasi pendahulu ini bisa berupa orang- orang Minangkabau yang tidak sezaman dengan mereka, para seniman, dosen, dan sebagainya. Dalam diri (pemikiran) merekalah bersemayam kultur seni Minangkabau yang beradaptasi dengan elemen-elemen seni (musik) Barat.

2Sejenis ratapan untuk sesosok jenazah orang yang sudah meninggal dunia (penulis).

Ratapan tersebut memiliki unsur-unsur vokal yang musikal. Bailau merupakan tradisi Minangkabau yang terdapat di daerah Solok. Unsur-unsur musikal bailaupernah dijadikan sebagai ide dasar karya musik.

3Wawancara dengan Darmansyah, M.Sn, via telepon, salah seorang tenaga pengajar di jurusan Karwitan ISI Padangpanjang.

(29)

mempengaruhi perkembangan musik Minangkabau pada era-era selanjutnya. Jadi, keberadaan mereka yang di “garis depan” generasi Minangkabau menjadi alasan bagi penulis untuk melihat dan memahami bagaimana sebuah proses adaptasi di sebuah titik kekinian.

Fenomena penciptaan karya musik dengan berlatar belakang idiom musikal Minangkabau di ISI Padangpanjang ini memiliki sejarah yang cukup menarik. Kreatifitas di bidang musik sudah ada sejak adanya Konservatori Karawitan (KOKAR)4

Penyajian karya musik pada awal-awal ASKI dulu sangat bersahaja jika dibandingkan dengan keadaan sekarang baik mengenai seting alat, tata panggung, tata cahaya, kostum, posisi pemain, dan sebagainya. Berdasarkan wawancara dengan Elizar Koto

yang membawahi Jurusan Minangkabau kemudian berubah menjadi Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padangpanjang, berubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang, dan terakhir menjadi Institut Seni Indonesi (ISI) Padangpanjang saat ini.

5

4 KOKAR adalah singkatan dari Konservatorium Karawitan. Kata “konservatori”

digunakan untuk memberi penekanan pada usaha pelestarian kesenian tradisional Indonesia.

Konservatori jelas sebuah istilah yang dipinjam dari “Barat” yang biasa digunakan untuk menunjuk institusi—termasuk lembaga pendidikan—yang bergerak pada urusan konservasi atau pelestarian (periksa buku Sejarah Kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media, 2009.

Editor: Mukhlis PaEni. Hal. 154-155.).

5 Elizar Koto adalah dosen di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang dan juga seorang komposer.

, beliau menceritakan bahwa dulunya (kira-kira tahun 1970- 80-an) karya-karya musik Minangkabau ini dituangkan dalam media-media instrumen tradisional Minangkabau saja. Alat-alat musik tersebut diset sedemikian rupa supaya bisa dimainkan dalam posisi duduk. Kostum yang mereka gunakan adalah kostum-kostum tradisional Minangkabau. Tata cahaya dan tata

(30)

xxviii

panggung sangat sederhana. Hanya ada lampu penerang yang bersifat statis terkadang (lebih sering) tanpa warna-warni. Sekarang ini,aturan penggunaan alat musik, tata panggung, tata cahaya, kostum, posisi saat bermain, dan sebagainya sudah lebih bebas dan longgar.

Wawancara yang penulis adakan dengan beberapa komposer yang juga dosen di jurusan karawitan mengungkap hal-hal menarik seputar kreatifitas berkarya musik. Wawancara dilakukan dengan santai dan penuh rasa kekeluargaan dalam bahasa Minangkabau. Wawancara dilaksanakan mulai dari tanggal 30,31 Mei sampai dengan 01 Juni 2014 di tempat dan waktu yang berbeda. Penulis berkesempatan membuat pertanyaan silang untuk masing-masing komposer sehingga dapat diketahui hal-hal yang khas dan menarik dari masing- masing mereka kecuali Nedy Winuza (almarhum) yang belum lama berselang telah meninggal dunia sehingga penulis tidak sempat mewawancarainya secara langsung. Wawancara bersifat bebas tetapi penulis tetap pada satu fokus yaitu kekaryaan musik yang berbasis idiom musikal Minangkabau.

Beberapa komposer (mereka juga sebagai dosen) masa-masa ASKI Padangpanjang yang gigih berkarya dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi baru adalah bapak Hajizar, Hanefi, dan kemudian dilanjutkan oleh Elizar Koto, Nedy Winuza, M Halim (Mak Lenggang), Yunaidi, Rafiloza, dan lain-lain.

Mereka mengalami era “lama” yang bersahaja hingga era “baru” yang lebih longgar dan banyak tersedia kemudahan baik teknis, informasi, peralatan, dan sebagainya. Mereka sering mempertunjukkan karya musik baik di dalam maupun luar negeri. Intensitas mereka yang tinggi dalam berkarya membuat ciri khas dan

(31)

gaya karya mereka lebih mudah di kenal. Masing-masing mereka menguasai dengan baik berbagai permainan alat musik tradisional Minangkabau.

Penciptaan musik berdasarkan idiom-idiom musikal Minangkabau tidak hanya dikerjakan oleh dosen atau mahasiswa dari Jurusan Karawitan saja. Pada tahun 1990-an Yoesbar Djaelani, seorang dosen di Jurusan Musik, membuat sebuah motto untuk menggairahkan kehidupan musik di ASKI (sekarang ISI) Padangpanjang, yang berbunyi“Angkat Tradisi Raih Prestasi". Sejak saat itu bermunculan karya-karya dari dosen-dosen (jurusan musik) dan mahasiswa dengan mengambil ide-ide dasar dari idiom musikal Minangkabau. Djaelani sendiri membuat beberapa karya musik yang salah satunya berjudul Langkisau dan Simarantang6. Langkisau merupakan sebuah lagu populer Minangkabau (1970-an) ciptaan Syahrul Tarun Yusuf (seorang penulis lagu Minangkabau- populer) dan Simarantang adalah lagu rakyat yang selalu hadir dalam acara Randai.7

Yoesbar Djaelani menuliskan dalam laporan karya musik Langkisau dan Simarantang (1990), bahwa karya ini sepenuhnya dikerjakan dengan teknik komposisi zaman Barok, Klasik, dan Romantik untuk instrumen musik Barat dan teknis komposisi musik tradisi Minangkabau untuk instrumen tradisi Minangkabau.8

6 Yoesbar Djaelani, Langkisau dan Simarantang, Laporan Pergelaran Karya Seni, 1991.

7Randai merupakan sebuah seni pertunjukan khas Minangkabau yang di dalamnya terdapat seni musik, tari, dan teater (pen.). Dalam Kamus Musik Pono Banoe (2003), randai diartikan sebagai jenis kesenian rakyat Sumatera Barat (Minangkabau, pen.) berupa nyanyian dengan paduan gerak silat.

8 Yoesbar Djaelani. 1991. Langkisau dan Simarantang. hal. 3.

(32)

xxx

Djaelani menjelaskan, bahwa instrumen musik pendukung dari sektor musik tradisi Minangkabau yang ia gunakan dalam Langkisau Simarantangterdiri dari: bansi (sejenis rekorder sopran), saluang (suling diagonal), talempong,canang(sejenis bonang pada gamelan), ganto (genta atau cowbell), tambua (tambur atau grand cassa). Dari sektor musik Barat digunakan alat musik sebagai berikut: flute, klarinet, trompet, saksofonalto, saksofontenor, trombon, biola, biola alto, cello, kontrabas, baselektrik, drums, koor (paduan suara), dan secara khusus tepukan tangan9

Kecenderungan mengangkat idiom-idiom musikal Minangkabau dengan elemen musikal dan medium alat musik Barat terus berlanjut. Pada tahun 2003 beberapa orang dosen dari Jurusan Karawitan membuat karya musik sebagai Tugas Akhir untuk memperoleh gelar Magister Seni dari Program Pasca Sarjana STSI Surakarta (sekarang ISI Surakarta) Jurusan Penciptaan dan Pengkajian Seni.

Mereka adalah Nedy Winuza, Elizar Koto, Rafiloza, dan Yunaidi. Keempat komposer tersebut sama-sama mengangkat ide-ide yang berasal dari idiom musikal Minangkabau. Masing-masing mereka memiliki kekhasan ide dan penggunaan instrumen musik tertentu dalam karya mereka. Dari keempat komposer tersebut, Yunaidi memiliki keunikan tersendiri. Yunaidi yang memasukkan elemen Musik Barat (alat musik strings, flute, saxophone, dan brass) ke dalam komposisi musiknya yang berjudul “Renungan Rantau: Penciptaan Musik Asimilasi”.Yunaidi menggunakan seksi Strings (violin, viola, dan kontra bass) dan seksi Woodwind-Brass (flute, saxophone, trumpet, dan trombone)

.

9Ibid. hal. 4.

(33)

untuk komposisinya disamping penggunaan instrumen tradisional Minangkabau (rabab pasisie, talempong, rapa’i), Bali (gendang, suling), Batak (taganing), Bengkulu (dol), dan lain-lain untuk memperkuat/mencerminkan konsep Merantau dalam komposisinya itu. Yunaidi dibimbing oleh Prof. Dr. Rahayu Supanggah dan Dr. Waridi (Alm.).

Mahasiswa jurusan karawitan terinspirasi oleh karya Renungan Rantau.Mereka meniru dengan menuangkan ide-ide musikalnya yang berdasarkan idiom musikalMinangkabau dengan menggunakan format instrumentasi campuran antara instrumen musik tradisional Minangkabau dengan instrumen musik Barat (seperti strings dan brass section) serta elemen musik Barat. Fenomena memasukkan elemen musik Barat ke dalam karya karawitan Minangkabau ini ternyata terus berlanjut di kalangan mahasiswa jurusan karawitan hingga sepuluh tahun terakhir (sekarang, 2014) yang di awali dari karya musik Siswandi dengan judul Galodo Saluang Panjangpada tahun 2004.

Berdasarkan wawancara via telepon dengan Siswandi, ia mengatakan, bahwa dalam berkarya, dirinya berangkat dari idiom musikal Minangkabau berupa lagu (dendang)yang berjududl Duo Duo(salah satu lagu Saluang Panjang) khas Sungai Pagu Muaralabuh, Solok Selatan. Siswandi menggunakan instrumen musik Minangkabau berupa saluang panjang, talempong, canang, gandang tambua, saluang darek, dan bansi. Sedangkan instrumen musik Barat yang ia gunakan adalah flute, saksofonalto, saksofontenor, terompet, trombon, dan tuba.

Siswandi, pada waktu itu, cukup mendapat tantangan dari dosen pembimbingnya maupun lingkungan akademis. Pembimbing tidak setuju dengan

(34)

xxxii

adanya penggunaan instrumen musik Barat dalam karyanya sehingga Siswandi harus menjalani beberapa kali ujian kelayakan di tingkat jurusan untuk mempertahankan ide-ide musikalnya. Akhirnya,Siswandi berhasil meyakinkan dosen pembimbing dan penguji pada waktu itu hingga ia bisa ujian sampai ke tingkat final.

Keberhasilan Siswandi merupakan kemenangan ide-ide baru dari “orang- orang muda” karawitan. Setelah karya Siswandi ini, penggunaan elemen musik Barat dan instrumen campuran Barat dan Timur (khususnya Minangkabau) untuk komposisi Tugas Akhir menjadi semacam trend di kalangan mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang hingga saat ini.

Penulis merangkum, bahwa fenomena penggunaan instrumen dan elemen musik Barat dalam karya musik yang berlatar idiom musikal Minangkabau di ISI Padangpanjang dimulai dari karya-karya Yoesbar Djaelani (1990), dilanjutkan oleh Yunaedi (kalangan dosen) dan kawan-kawan di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang (2003), dan kemudian oleh Siswandi (kalangan mahasiswa) dan kawan-kawan (2004-sekarang). Sebagai catatan, di Jurusan Musik ISI Padangpanjang juga terjadi hal yang sama hingga sekarang. Jika di Jurusan Karawitan ide-ide penciptaan musik berasal dari musik Minangkabau dengan medium ungkap instrumen tradisional dan Barat maka di Jurusan musik lebih cenderung mengambil idiom musikal dari musik Minangkabau dan medium ungkapnya berupa instrumen musik Barat saja. Namun, beberapa dari mahasiswa Jurusan Musik ada juga (sedikit) yang menggunakan instrumen campuran Minangkabau dan Barat.

(35)

Penulis mencermati ternyata tidak hanya dari segi instrumentasi saja hal- hal dari musik Barat yang diadopsi untuk komposisi oleh mahasiswa karawitan ISI Padangpanjang tetapi juga hal-hal yang menyangkut harmoni10

10 Mardjani Martamin dan Rizaldi dalam tulisan mereka Harmoni dalam Karawitan Minangkabau membuat kesimpulan tentang harmoni dari beberapa sumber. Harmoni dalam musik adalah kombinasi bunyi yang terdengar sebagai akibat dari rangkaian nada yang terdengar secara simultan yang diatur menurut aturan tinggi-rendah, panjang-pendek, lemah-kuat, cepat-lambat, ritme, warna nada, dan sebagainya.

. Hal menarik yang perlu diteliti dari proses penciptaan komposisi oleh mahasiswa Jurusan Karawitan adalah (1) pemanfaatan idiom musikal Minangkabau yang potensinya beragam untuk dijadikan dasar penciptaan komposisis musik, (2) pemanfaatan elemen dan instrumen musik Barat dalam komposisi mereka di samping instrumen-instrumen tradisional Minangkabau. Mengapa menarik? Karena mereka secara akademis atau khusus (mahasiswa JurusanKarawitan) belum mempelajari teknik instrumentasi, teknik orkestrasi untuk instrumen-instrumen musik Barat (seperti karakter suara pada register tinggi, sedang, dan rendah dari instrumen tersebut dan juga tingkat-tingkat kesulitan tekniknya.), harmoni, kontrapung, dan sebagainya. Kalaupun mereka bisa menangani instrumentasi Barat dalam sebuah komposisi itu adalah karena sebuah sifat kegigihan belajar yang tidak hanya mengharap dari kelas formal. Penulis berpendapat bahwa buah karya mereka menarik dan layak untuk dikaji karena mereka memilki disiplin ilmu yang mandiri yaitu karawitan Minangkabau. Penulis penasaran dan ingin mengetahui serta memahami bagaimana sebuah idiom musikal Minangkabau dikembangkan dan diadaptasikan dengan kaidah-kaidah musik non tradisional Minangkabau (dalam hal ini musik Barat).

(36)

xxxiv

Kendala dapat pula terjadi bila instrumen tradisional dimainkan bersamaan dengan instrumen musik Barat. Si komposer dituntut harus menguasai pengetahuan tentang karakter alat musik tradisional agar tidak terjadi penutupan/penimpaan bunyi yang mengakibatkan bunyi instrumen yang diinginkan malah tidak muncul. Contohnya, ketika satu buah saluang (woodwind), yang berkarakter lembut, dimainkan bersamaan dengan brass section, secara akustik berakibat bunyi saluang akan tenggelam (tertutup oleh brass). Kasus-kasus lain mungkin saja muncul karena ketidak mengertian tentang instrumentasi dan orkestrasi. Penulistidaklah memposisikan diri untuk mencari- cari kesalahandari sebuah karya musik, namun lebih kepada tujuan mempelajari dan menganalisis bagaimana sebuah adaptasi dapat dipelajari dari sebuah karya musik.

Hal lain yang mungkin dapat terjadi akibat dari penggunaan multi instrumen (berdasarkan pengalaman penulis) adalah ketidak seimbangan kekuatan atau ketebalan bunyi dari beberapa jalur melodi/suara yang membentuk tekstur tertentu: monofoni, homofoni, polifoni, dan sebagainya sebagai akibat dari ketidakcermatan pengorkestrasian.

Persoalan harmoni dan kontrapung Barat tentunya sangat menentukan keutuhan sebuah karya musik yangidiom musikalnya berasal dari skala nada yang

“bukan diatonik”. Harmonisasi diatonik terhadap melodi yang bukan berasal dari skala diatonik dapat saja menunjang kualitas karya musik namun ketidak cermatan penanganan nada per nada yang berhubungan dengan pitch maupun durasi dapat membuat musik berkesan tidak “Minangkabau” lagi tetapi betul-betul

(37)

sudah seperti musik Barat. Terungkap dalam kesempatan wawancara dengan M Halim, 30 Mei 2014, beliau mengatakan bahwa pada bagian solo vokal (Tenor) Langkisau Simarantang karya Yoesbar Djaelani ada sesuatu yang janggal dimana frase-frase vokal tersebut memiliki jeda yang terlalu panjang, berbeda dengan karakter aslinya sehingga kesan ketradisonalannya tidak muncul dan terasa janggal di “telinga” (telinga tradisional). Tentunya hal ini merupakan sebuah kritik, bahwa ternyata tidak mudah untuk memasukkan elemen musikal Barat ke dalam sebuah karya yang berangkat dari idiom-idiom musikal Minangkabau.

Tetapi, M Halim dengan tulus mengungkapkan bahwa ia sangat terkesan dengan teknik orkestrasi yang digunakan oleh Yoesbar Djaelani sehingga ia pun terinspirasi menggunakan teknik-teknik orkestra tersebut dalam karyanya.

Penulis ingin mengetahui dan memahami bagaimana seorang komposer menangani berbagai persoalan yang berhubungan dengan pengembangan idiom musikal, harmoni, instrumentasi, orkestrasi serta mengadaptasi hal-hal tersebut untuk kebutuhan karya musiknya dalam perspektif pelestarian dan pengembangan karawitan Minangkabau. Penulis mengambil sampel dari karya musik mahasiswa jurusan karawitan yang merupakan generasi muda atau sebagai orang yang berada di penghujung zaman dalam konteks kekiniannya. Sehingga, penulis dapat mempelajari terjadinya sebuah adaptasi karawitan Minangkabau terhadap musik Barat yang sudah berlangsung sejak dulu, selama kurun waktu tertentu, dalam wujud sebuah komposisi musik.

Penulis juga memaparkan secara singkat beberapa fakta sejarah yang melatari persinggungan orang Minangkabau dengan musik diatonis melalui

(38)

xxxvi

pendidikan di Sekolah Nagari, Kweekschool, hingga ada yang menempuh pendidikan konservatori musik di Eropa. Tinjauan kesejarahan ini penulis paparkan agar dapat dipahami bahwa persinggungan orang Minangkabau dengan musik Barat merupakan sebuah kesinambungan dan bukanlah sesuatu yang hadir secara tiba-tiba. Keberadaan Institut Seni Indonesia Padangpanjang tidak lepas kaitannya dengan orang-orang tertentu yang nota bene adalah orang-orang yang mengecap pendidikan musik Barat baik di Indonesia maupun di Eropa. Mereka inilah yang membawa masuk dan memperkenalkan musik Barat ke dalam institusi musik di Minangkabau.

Mengenai keaslian penelitian ini, sejauh pengetahuan penulis belum pernah ada orang yang mengangkat tentang ide-ide musikal Minangkabau dalam bentuk sebuah kajian adaptasi serta permasalahan teknik orkestrasi, instrumentasi, tekstur, harmoni dan kontrapung sebagai objek kajian untuk penulisan tesis.

Pernah ada kajian musik Barat tentang orkestra oleh Herna Hirza, S.Pd, M.Sn namun kajian tersebut berkisar tentang sejarah dan keberadaan kelompok- kelompok orkestra di kota Medan dari masa ke masa. Tesis tersebut di tulis untuk memperoleh gelar Magister Seni dari Program Pasca Sarjana Jurusan Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011.

Penulis sengaja tidak memasukkan persoalan bentuk dan struktur yang mengacu pada bentuk dan struktur musik Barat seperti sonata, concerto, rondo, dan sebagainya ke dalam kajian ini dengan latar belakang pemikiran—meminjam pendapat—Suka Hardjana mengenai bentuk musik Nusantara, ia menuturkan,

(39)

bahwa “seni karawitan Indonesia mengacu pada konsentrasi batin, bukan ketegangan yang mengacu pada suatu klimaks seperti pada konsepsi seni di banyak negara Barat. Contoh, Gamelan Indonesia mengacu pada hakikat rasa, bukan (permainan) bentuk dan struktur: Ia berpusar pada keselarasan bukan kontras, dan keseluruhan (wholenese), bukan bagian-bagian”11

Kata idiom dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan jenis kata benda dalam bidang Liguistik berarti 1) a konstruksi dalam unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain. b konstruksi yang maknanya tidak sama dengan

. Sedangkan untuk struktur musik, penulis akan merujuk pada pengetahuan struktur musik Barat untuk dapat memahami, menganalisis dan menjelaskan struktur komposisi musik yang dibuat oleh mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang tetapi tidak dengan maksud membandingkannya dengan sonata, concerto, rondo, dan sebagainya.

Berkenaan dengan judul tesis ini yakni: Idiom Musikal Minangkabau dalam Komposisi Karawitan Institut Seni Indonesia Padangpanjang, penulis merasa perlu menerangkan beberapa kata dari judul tersebut supaya tesis ini dapat lebih dipahami dan menjembatani antara pemikiran penulis dan pembaca.

Penulis memaparkan pengertian kata tersebut dalam konteks pengertian umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemudian membandingkannya dengan pengertian yang lebih khusus.

11 Suka Hardjana. Antara Kritik dan Apresiasi. hal. 266.

(40)

xxxviii

gabungan makna anggota-anggotanya. 2) Dalam bidang arkeologi, berarti bahasadan dialek yang khas menandai suatu bangsa, suku, kelompok, dll.

Berdasarkan pengertian dari KBBI di atas, kata idiom musikal Minangkabau dalam konteks musik dapat diartikan sebagai konstruksi musik yang berasal dari elemen-elemen musik yang kekhasannya merujuk pada musik sebuah bangsa, suku, atau pun kelompok yang bernamaMinangkabau. Bentuk- bentuk idiom musikal dapat kita temukan dalam nyanyian, permainan instrumen atau pun bunyi-bunyian yang khas dari suatu kultur musik.

Kata musikal menurut KBBI merupakan adjektiva yang berarti 1) berkenaan dengan musik; 2) mempunyai kesan musik; 3) mempunyai rasa peka terhadap musik. Kata musikal sebagai nomina berarti cerita untuk pentas yang seringkali jenaka dan sentimental, menggunakan nyanyian, tari, dan dialog. Dalam Kamus Musik (Pono Banoe, 2003:287) kata musikal berarti: hal-hal yang berkenaan dengan musik; orang yang berkemampuan musik.

Kata Minangkabau merujuk pada Alam Minangkabau yang di sebut sebagai Luhak Nan Tigo, yaitu: Luhak Agam,Luhak Tanah Datar, dan Luhak Limapuluh Kota. Ketiga Luhak tersebut merupakan kampung halaman atau tempat asal orang Minangkabau yang sekaligus merupakan pusat kebudayaan orang Minangkabau dengan Pariangan Padangpanjang sebagai nagari tuo. Secara administratif, Minangkabau termasuk ke dalam wilayah pemerintahan Propinsi Sumatera Barat Republik Indonesia.

Kata komposisi dalam KBBI merupakan nomina yang berarti 1) susunan;

2) tata susunan; 3) gubahan, baik instrumental maupun vokal; 4) teknik menyusun

(41)

karangan agar diperoleh cerita yang indah dan selaras; 5) dalam bidang kesenian (rupa, pen.) berarti integrasi warna, garis, dan bidang untuk mencapai kesatuan yang harmonis. Berdasarkan The New Groove Dictionary of Music and Musicians kata komposisi (Ingg.: composition) diartikan sebagai: The activity or process of creating music, and the product of such activity.

Kata karawitan dalam KBBI merupakan nomina yang berhubungan dengan kesenian yang berarti seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Pengertian ini bersifat sempit dalam lingkup wilayah yang terbatas pada budaya Jawa saja karena kata karawitan memang berasal dari bahasa Jawa. Dalam kamus musik (Pono Banoe, 2003: 210), karawitan berarti keindahan; gamelan; musik tradisi berbagai wilayah Indonesia. Arti karawitan yang lebih luas untuk menunjukkan sebuah cabang seni adalah seni bunyi-bunyian atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan buni-bunian. Dengan demikian, kata karawitan sudah dimaknai secara umum untuk menunjukkan seni bunyi- bunyian tradisional yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia, misalnya karawitan Jawa, karawitan Sunda, karawitan Batak, karawitan Minang, dan sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah mengapa dan bagaimana idiom musikal Minangkabau diadaptasikan dengan elemen dan instrumen musik Barat. Mengapa tidak menggunakan elemen dan instrumen musik Minangkabau saja?

(42)

xl

Hal penting dari kajian ini adalah dari mana idiom musikal secara spesifik diperoleh dan bagaimana idiom itu ditransformasikan ke dalam teknik-teknik tertentu. Penulis juga merasa perlu mengamati sejauh mana struktur musik Barat digunakan dalam komposisi musik mahasiswa jurusan karawitan. Jadi, Secara garis besar penulis akan mengamati bagaimana idiom musikal mula-mula dikembangkan, struktur, pemilihan elemen musik, gaya musikal, pemilihan instrumen, dan proses berkarya sampai karya tersebut tercipta secara utuh.

Berdasarkan semua paparan di atas penulis mengajukan rincian batasan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman tentang terminologi komposisi dan metode penggarapan sehingga istilah-istilah komposisidanaransemen bisa dipahami secara kontekstual?

2. Bagaimana dan mengapa sebuah idiom musikal Minangkabau yang berasal dari sebuah tangga nada yang berjumlah lima nada dikembangkan menjadi sebuah komposisi musik baru dengan menggunakan elemen dan instrumen musik Barat?

3. Hal-hal apa saja dari karya musik karawitan Minangkabau yang diadaptasikan dengan elemen dan instrumen musik Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan- permasalahan yang telah dirumuskan dalam batasan masalah sebagai berikut:

(43)

1. Memahami dan menganalisis pengertian tentang terminologi komposisidan metode penggarapan sehingga istilah-istilah komposisidan aransemenbisa dipahami secara kontekstual.

2. Memahami dan menganalisis proses penggarapan idiom musikal Minangkabau yang berasal dari sebuah tangga nada yang terdiri dari lima nada yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan elemen dan instrumen musik Barat hingga menjadi sebuah karya musik.

3. Memahami dan menganalisis pengadaptasian karawitan Minangkabau ke konsep musik Barat (musik diatonis) dalam sebuahkarya musik di Jurusan Karawitan ISI Padangpanjang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memperoleh gelar kesarjanaan Magister Seni di bidang Pengkajian Seni

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan pedoman dalam kajian seni selanjutnya khususnya kajian tentang sumber-sumber ide musikal tradisi musik tertentu dalam sebuah komposisi musik dalam perspektif teori adaptasi budaya.

1.5. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini akan diperkuat dengan referensi dari berbagai buku, di antaranya, buku-buku orkestrasi, instrumentasi, tekstur, harmoni, kontrapung, dan buku-buku lain yang relevan dan menunjang penulisan tesis ini. Berikut ini beberapa buku yang penulis jadikan referensi:

(44)

xlii

1. The Technique of Orchestration karangan Kent Wheeler Kennan (1970).

Buku ini menjelaskan teknik orkestrasi dan berbagai karakter instumentasi berbagai jenis alat musik.

2. “Langkisau dan Simarantang”sebuah analisis karya aransemen oleh Yoesbar Djaelani (1991) yang meliputi bentuk, orkestrasi, dan instrumentasi.

3. “Orkestrasi”karangan Budi Ngurah (tanpa tahun) berisi panduan praktis tentang orkestrasi dan instrumentasi.

4. Introduction to Musickarangan Ronald Pen (1992). Buku ini membahas tentang dasar-dasar musik, penjelasan tentang elemen dasar bunyi, periodesasi musik Eropa, dan yang paling dibutuhkan dari buku ini adalah keterengan tentang Music as the Measure of Space yang berkaitan dengan teknik orkestrasi.

5. Listen karangan Joseph Kerman (1987). Buku ini memuat tentang elemen musik, struktur dan bentuk musik, tekstur dalam musik, periodesasi zaman musik, tokoh-tokoh musik, instrumen musik, dan analisis karya musik.

6. Menuju Apresiasi Musik karangan Remy Sylado (1983). Buku ini berisi tentang tuntunan untuk mengapresiasi musik, sejarah, dan kritik musik.

7. Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu Dan Kinikarangan Suka Hardjana.

Buku ini memuat 27 topik tentang musik kontemporer dalam hubungannya dengan isu-isu mendasar dari aspek perkembangan sejarah, sistem dan ideologi musik seni, konflik faham-faham aliran, hakekat musik, dan pengaruh penyebab perubahan kebudayaan musik.

(45)

8. Musik Antara Kritk dan Apresiasikarangan Suka Hardjana (2004). Buku ini memuat kumpulan kritik dan esai musikus Suka Hardjana yang menanggapi peristiwa musik yang pernah terjadi di Jakarta. Buku ini berfokus pada musik klasik, kontemporer, jazz, gamelan, dan berbagai musik lainnya.

9. Sejarah Kebudayaan IndonesiakaranganMukhlis PaEni (2009). Buku ini memaparkan perkembangan seni pertunjukan di Indonesia dari waktu yang sejauh mungkin dapat diketahui di masa silam hingga ke masa kini.

10. World Music dan Kreativitas Penciptaan Musik karanganIrwansyah Harahap, M.A (2013). Buku ini memuat tentang kreatifitas penciptaan musik dalam fenomena world music dan menerangkan beberapa tokoh world music. Buku ini memuat karya musik Irwansyah Harahap yang berjudul Born yang mendasarkan kreatifitas, konsep, tekstur, maupun idiom musikal dari tradisi musi Batak Toba.

11. Esai dan Kritik Musikkarangan Suka Hardjana (2004). Berisi tentang catatan- catatan kritis tentang peristiwa musik dan seni di Indonesia.

12. Teori Budaya karangan David Kaplan (2013). Buku ini berisi tentang pembandingan antropologis secara sistematis. Di dalam buku ini juga terdapat penjelasan tentang konsep adaptasi antara budaya dan lingkungan.

13. Asal-Usul Elite Minangkabau Modern: Respon Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XXkarangan Elizabeth E. Graves (2007). Buku ini mengupas tentang reaksi bumiputera terhadap kekuasaan kolonial Belanda di Minangkabau. Salah satu aspek yang menjadi fokus Graves ialah kebijakan

(46)

xliv

dan organisasi pendidikan Barat yang diperkenalkan Belanda sejak abad ke- 19.

14. Menelusuri Sejarah Minangkabau(2002),merupakan kumpulan makalah yang disampaikan dalam “Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau” yang berlangsung pada tanggal 1-7 Agustus 1970 di Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Datar. Buku ini memuat banyak hal tentang keberadaan Minangkabau yang ditulis dalam bentuk makalah seminar.

15. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologikarangan Dr. Hari Poerwanto. Buku ini membahas hubungan manusia dengan lingkungan serta pemahaman terhadap strategi adaptasi dalam keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial di Indonesia yang memunculkan pola strategi adaptasi.

16. Dimensi Mistik dan Bunyikarangan Hazrat Inayat Khan (2002). Buku ini menjelaskan sisi-sisi non fisik dari kekuatan bunyi.

17. Instrumentation and Orchestrationkarangan Alfred Blatter (1980). Buku ini menguraikan tentang orkestrasi dan karakter instrumen. Juga menjelaskan tentang teknik arranging, scoring musical element, serta instrument substitution.

18. Modern Arranging Technique karangan Gordon Delamont (1965). Buku ini merupakan sebuah pendekatan komprehensif untuk menggubah dan mengorkestrasi stage band, dance band, dan studio orchestra.

19. Arranging Popular Music karangan Genichi Kawakami (tt). Buku ini merupaka sebuah panduan praktek menulis aransemen.

(47)

20. Music for Analisiskarangan Thomas Benjamin dkk. (1970). Buku berisi tentang analisis harmoni mulai dari akor sederhana sampai yang rumit dan juga memuat analisis harmoni abad 20 hingga twelve tone-serialism.

21. Orchestration karangan Cecil Forsyth (1982). Buku ini merupakan penjelasan tentang instrumentasi dan teknis yang cukup detail mulai dari perkusi, brass,woodwind, dan strings.

22. Basic Formal Structure in Musickarangan Paul Fontaine. Buku ini membahas detil dari struktur sebuah musik mulai dari motif, subfrase, frase, grup frase, bentuk sonata, tema dan variasi, fuga, dan canon.

23. Hamony, Counterpoint, and Improvisation book I and IIkarangan Benyamin Dale dkk. (1940). Buku ini memuat ilmu harmoni dasar, kontrapung ketat, dan teknik membuat melodi dalam improvisasi.

24. Technical Terms and Musical Device used in Musical Composition karangan H.S. Yong (1994). Buku ini memuat istilah-istilah dalam komposisi yang diambil langsung dari karya-karya asli.

25. A Concentrate Course in Traditional Harmony bagian I karangan Paul Hindemith (1944). Buku ini memuat dasar-dasar harmoni hingga akor dominan sekunder.

26. Harmony in Practice karangan Anna Butterworth (1999). Buku ini membahas tentang harmoni dan ada bagian khusus tentang dekorasi melodis dengan non harmonic tone dan dekorasi harmonis dengan borrowed chord.

27. Twentieth Century Harmony: Creative Aspect and Practicekarangan Vincent Persichetti. Buku ini merupakan buku harmoni modern yang tidak lagi hanya

(48)

xlvi

sekedar memaparkan harmoni berdasarkan sistem ters atau super imposse third tetapi berdasarkan interval 2, 4, 5, dan 7.

28. Advanced Harmony, Teory and Practice karangan Robert W. Ottman (1961).

Buku ini pada bagian akhir membahas tentang akor sembilan, sebelas, dan tiga belas.

29. Elementary Harmonykarangan Robert W. Ottman (1961). Buku memuat dasar-dasar harmoni empat suara.

30. Harmony karangan Walter Piston (1978). Buku ini membahas cukup lengkap aspek harmoni dari tradisional hingga abad XX.

31. Tonal Harmonykarangan Stefan Kostka dan Dorothy Payne. Buku ini memuat studi tentang harmoni tradisional hingga harmoni abad XX.

32. Guidelines to Instrument of the Orchestrakarangan Lee Ching Ching (1996).

Buku ini membahas secara sederhana dan menarik tentang instrumentasi dan orkestrasi.

33. Orchestration karangan Walter Piston (1955). Sebuah buku instrumentasi dan orkestrasi. Di samping menjelaskan teknik orkestrasi yang cukup kompleks buku ini juga memuat teknik mengorkestrasi satu garis melodi dengan pemilihan instrumen yang cocok hingga terbentuk melodi paralel oktaf yang berkesan lebih tebal dengan colour (timbre) baru.

34. Music Manuscipt Preparation a Concise Guide karangan Mona Mender (1991). Buku ini menjelaskan teknik-teknik penulisan manuskrip musik.

1.6. Landasan Teori

Gambar

Gambar 1. Tetrakord Dengan Interval Setengah Berada Di Ujung
Gambar 7. Rentang suara normal sebagaimana dalam sebuah chorus
Gambar 8. Posisi nada-nada keyboard dalam notasi balok  (Sumber : Kerman)
Gambar 9. Nada-nada kromatik  (Sumber : Kerman)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, Yang Berhormat Menteri dan juga pegawai-pegawai kita di kementerian, saya harap perbelanjaan yang kita akan lakukan di dalam tahun ini sebelum

Dari sini dapat disimpulkan bahwa fenomena pembakaran mushaf al-Qur’an dalam tradisi masyarakat Muslim merupakan sebuah resepsi dari sisi praktis yang muncul dari

Dalam makalah ini saya ingin membahas bahasa Mandarin sebagai representasi budaya Tiongkok di mana pentingnya peran pemerintah Tiongkok mendorong Mandarin untuk dapat

Ada beberapa kontrak yang masih berlaku yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan ada juga

 Apapun jenis animasinya, yang penting adalah p p j y , y g p g memberikan efek “hidup” (visual efek) pada gambar atau obyek..  Visual efek dapat dibuat

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Menjelaskan penerapan Strategi Pembelajaran Index Card Match dalam meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak materi sifat

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh dari jenis pereaksi, waktu dan nisbah mol pereaksi untuk hidroksilasi melalui metanol pada proses pembuatan poliol dari minyak

Penyebab utama dari rasa nyeri atau pegal di bahu (Gambar 2), dikarenakan posisi statis yang dialami pengrajin saat memproduksi keset, serta kondisi kursi dan meja yang tidak