• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan materi Pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan materi Pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model conservation scout untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN KESADARAN

DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN

MODEL

CONSERVATION SCOUT

UNTUK SISWA KELAS V A

SD N JETIS 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Adiktia Kurniawati

NIM: 131134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN KESADARAN

DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN

MODEL

CONSERVATION SCOUT

UNTUK SISWA KELAS V A

SD N JETIS 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Adiktia Kurniawati

NIM: 131134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Allah SWT yang selalu memberi kemudahan dan kelancaran bagi hamba-hamba-Nya.

Orang tua tercinta Bapak Bintoro dan Ibu Sutipni yang selalu memberikan dukungan dan doa restunya.

Kakak tercinta Yenni Sadono yang memberikan dukungan dan semangatnya. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

Sahabatku yang selalu kompak memberikan dukungannya dan tidak berhenti untuk menyemangati satu sama lain.

(6)

v

MOTTO

Jika kau sudah setengah berjalan, maka teruslah berjalan

Percuma jika kau mundur

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Pengembangan Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan Menggunakan Model Conservation Scout untuk Kelas V A

SD N Jetis 1 Yogyakarta

Adiktia Kurniawati Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara sebagai analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti. Wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah, guru, dan lima orang siswa menunjukkan adanya kebutuhan akan materi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan. Materi yang dikembangkan merupakan hasil dari penggabungan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran hari pertama dan hari kedua, materi eksperimen, serta panduan eksperimen karya peneliti dan rekan peneliti. Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and Development). Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur pengembangan materi menurut Brian Tomlinson (Harsono, 2015).

Validasi dilakukan oleh ahli IPA, ahli bahasa, guru kelas V, dan siswa kelas V A sebelum materi diimplementasikan. Validasi materi yang dilakukan oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas V didapatkan skor rata-rata 3,52. Rata-rata skor yang diperoleh menunjukkan bahwa materi yang dikembangkan dapat dikategorikan sangat layak untuk diimplementasikan. Khusus pada panduan eksperimen dan panduan kebun konservasi divalidasi oleh lima orang siswa melalui wawancara. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kelima siswa sangat tertarik serta dapat memahami langkah-langkah di dalam panduan eksperimen dan panduan kebun konservasi yang telah mereka baca. Materi diimplementasikan sekali dalam skala terbatas, yakni di kelas V A selama dua hari dengan melibatkan 23 siswa

Implementasi penggunaan panduan eksperimen dan panduan kebun konservasi dilakukan kepada 23 siswa. Kegiatan implementasi yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dari 23 siswa terdapat lebih dari 20 siswa memahami langkah-langkah di dalam panduan. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa panduan eksperimen dan panduan kebun konservasi layak digunakan karena siswa dapat melakukan dua kegiatan tersebut dengan bantuan buku panduan. Dengan data yang diperoleh saat implementasi dan hasil validator, materi pendidikan kesadaran dan kepedulian yang dikembangkan dikategorikan sudah layak untuk dikembangkan secara luas di dalam pembelajaran.

(10)

ix

ABSTRACT

Development of Educational Materials of Awareness and Care about The Environment by Using Conservation Scout Model to The V A Grade

Students of SD N 1 Jetis Yogyakarta

Adiktia Kurniawati Sanata Dharma University

2017

The background of this research was based on observation and interview as necessary analysis conducted by researcher. Interview that was held to principals, teachers, and five students indicated the necessary for experimental material. This research was aimed to develop educational materials of awareness and care about the environment. The developed material was the result of merging the first and second day lesson plan, experiment material, and guidance experiment by the researcher and the researcher’s partner. The type of research was the R & D (Research and Development). The development procedure used in this study was development material procedure according to Brian Tomlinson (Harsono, 2015)

The validating was conducted by scientist, linguist, V grade teacher, and V A grade students before the material was implemented. Validating material that was conducted by scientist, linguist, and V grade teacher got average score 3.52. The average score showed that the developed material was proper to be implemented. Particularly on the experiment guide and garden conservation were validated by five students through interview. The result showed that the five students were very interested and could understand the steps in the experiment guide and the conservation garden they had read. The material was implemented once in the limited scale, and it involves 23 students of V A grade during two days.

The implementation of the use of experiment guide and conservation garden were conducted toward 23 students. The implementatition of the activities that had been carried out obtained results that 20 students out of 23 students could understand the steps in the guide. From these results, it could be argued that the experimental guides and conservation garden guides were worthy of use because students could do these two activities with a manual help. Based on data obtained during the implementation and validator results, it showed that the educational materials of awareness and care developed were categorized as feasible to be widely developed in the learning process.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. atas segala anugerah, hidayah, serta inayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Materi Pendidikan Kesadaran dan

Kepedulian Lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk Siswa

Kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta” disusun untuk syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, S.Pd, M.Hum., Ph.D dan Ibu Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukkan, dan motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

(12)

xi

ahli bahasa yang telah berkenan memberikan komentar dan saran kepada peneliti selama melaksanakan penelitian. Kepala Sekolah SD N Jetis 1 Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti dalam melakukan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini, guru kelas V SD N Jetis 1 Yogyakarta yang senantiasa telah memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan selama melaksanakan kegiatan penelitian. Para guru kelas I hingga kelas IV SD N Jetis 1 Yogyakarta yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan bimbingan selamat kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang dijalankan oleh peneliti dan rekan-rekan peneliti.

(13)
(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii

ABSTRAK ...viii

1.6 Definisi Operasional ... 8

1.7 Spesifikasi Materi yang Dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

(15)

xiv

2.2 Penelitian yang Relevan ... 32

2.2.1 Penelitian tentang Model Conservation Scout ... 32

2.2.2 Penelitian tentang Kesadaran Lingkungan ... 33

2.2.3 Penelitian tentang Kepedulian Lingkungan ... 34

2.3 Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Setting Penelitian ... 38

3.2.1 Subjek Penelitian ... 38

3.2.2 Objek Penelitian ... 39

3.2.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

3.3 Prosedur Penegmbangan ... 39

3.3.1 Analisis Kebutuhan ... 41

3.3.2 Desain ... 41

3.3.3 Implementasi ... 43

3.3.4 Evaluasi ... 44

3.3.5 Revisi ... 44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Observasi ... 44

3.4.2 Wawancara ... 45

3.4.3 Kuesioner ... 46

3.4.4 Dokumentasi ... 47

3.5 Instrumen Penilaian ... 47

(16)

xv

3.6.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 50

3.6.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Kajian Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaran ... 54

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 55

4.2.1 Proses Pengembangan Materi ... 55

4.2.1.1 Analisis Kebutuhan ... 55

4.2.1.2 Desain ... 68

4.2.1.2.1 Desain Materi Sebelum Di Validasi ... 69

4.2.1.2.2 Desain Materi Setelah Di Validasi ... 79

4.2.1.3 Impelmentasi ... 90

4.2.1.3.1 Implementasi Hari Pertama ... 91

4.2.1.3.2 Implementasi Hari Kedua ... 96

4.2.1.4 Evaluasi ...104

4.2.1.5 Revisi ...109

4.3 Deskripsi Kualitas Materi ...113

BAB V PENUTUP ...117

5.1 Kesimpulan ...117

5.2 Keterbatasan Penelitian ...119

5.3 Saran ...119

DAFTAR PUSTAKA ...120

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan

Kepala Sekolah... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan Guru Kelas V ... 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa Kelas VA ... 48

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Validasi Materi Eksperimen oleh Siswa ... 49

Tabel 3.5 Komponen Penilaian Validasi Instrumen Wawancara ... 49

Tabel 3.6 Hasil Validasi Instrumen Wawancara dari Ahli IPA dan Ahli Bahasa ... 50

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Ideal ... 51

Tabel 3.8 Kriteria Skor Skala Empat ... 53

Tabel 4.1 Prinsip Pengembangan Materi yang Digunakan ... 78

Tabel 4.2 Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Ahli IPA ... 80

Tabel 4.3 Saran dan Komentar RPP Hari Pertama dari Ahli IPA serta Revisi ... 80

Tabel 4.4 Saran dan Komentar RPP Hari Kedua dari Ahli IPA serta Revisi ... 82

Tabel 4.5 Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Bahasa ... 83

Tabel 4.6 Saran dan Komentar RPP Hari Kedua dari Ahli Bahasa serta Revisi ... 84

(19)

xviii

Tabel 4.8 Saran dan Komentar RPP Hari Kedua dari Guru Kelas V A

serta Revisi ... 86 Tabel 4.9 Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran

oleh Guru Kelas V B ... 87 Tabel 4.10 Saran dan Komentar RPP Hari Pertama dari Guru Kelas V B

serta Revisi ... 88 Tabel 4.11 Penerapan Prinsip Pengembangan Materi dalam

Implementasi ...102 Tabel 4.12 Hasil Rekapitulasi Penilaian oleh Validator ...114 Tabel 4.13 Hasil Wawancara Validasi Panduan Eksperimen Sederhana “Uji

Amilum” Siswa Kelas V A ...114 Tabel 4.14 Hasil Wawancara Validasi Panduan Kebun Konservasi “Teknik

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Model Conservation Scout ... 25

Gambar 4.1 Sislabus Hari Pertama dan Silabus Hari Kedua ... 73

Gambar 4.2 RPP Hari Pertama dan RPP Hari Kedua ... 73

Gambar 4.3 Sampul dan Isi Panduan Pertama untuk Guru ... 75

Gambar 4.4 Sampul dan Isi panduan Pertama untuk Siswa ... 75

Gambar 4.5 Sampul dan Isi Panduan Kedua untuk Guru ... 76

Gambar 4.6 Sampul dan Isi Panduan Kedua untuk Siswa ... 76

Gambar 4.7 Sampul Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan untuk Kelas V ... 78

Gambar 4.8 Poin H pada Hari Pertama (sebelum direvisi) ... 81

Gambar 4.9 Poin H pada RPP Hari Pertama (setelah revisi) ... 81

Gambar 4.10 Alat dan Bahan Kegiatan Eksperimen “Uji Amilum” (sebelum direvisi) ... 81

Gambar 4.11 Alat dan Bahan Kegiatan Eksperimen “Uji Amilum” (setelah direvisi) ... 82

Gambar 4.12 Poin H pada RPP Hari Kedua (sebelum direvisi) ... 82

Gambar 4.13 Poin H pada RPP Hari Kedua (setelah direvisi) ... 83

Gambar 4.14 Alat dan Bahan Kegiatan Eksperimen “Uji Amilum” (sebelum revisi) ... 84

Gambar 4.15 Alat dan Bahan Kegiatan Eksperimen “Uji Amilum” (setelah revisi) ... 84

Gambar 4.16 Alat dan Bahan Kegiatan Kebun Konservasi “Teknik Menanam Vertikultur” (sebelum revisi) ... 85

(21)

xx

Gambar 4.18 Alat dan Bahan Kegiatan Kebun Konservasi

“ Teknik Menanam Vertikultur” (sebelum revisi) ... 86

Gambar 4.19 Alat dan Bahan Kegiatan Kebun Konservasi “ Teknik Menanam Vertikultur” (setelah revisi) ... 87

Gambar 4.20 Poin H pada RPP hari Pertama (sebelum revisi) ... 88

Gambar 4.21 Poin H pada RPP hari Pertama (setelah revisi) ... 88

Gambar 4.22 Proses Implementasi Hari Pertama ... 95

Gambar 4.23 Proses Implementasi Hari Kedua ...100

Gambar 4.24 Rincian Kegiatan Inti RPP Hari Pertama No.8 (sebelum direvisi) ...110

Gambar 4.25 Rincian Kegiatan Inti RPP Hari Pertama No.8 (setelah direvisi) ...110

Gambar 4.26 Rincian Kegiatan Inti RPP Hari Pertama No.9 (sebelum direvisi) ...111

Gamabr 4.27 Rincian Kegiatan Inti RPP Hari Pertama No.9 (setelah direvisi) ...111

Gambar 4.28 Rincian Kegiatan Inti RPP Hari Kedua No.6 (sebelum direvisi) ...112

Gambar 4.29 Rincian Kegiatan Inti RPP Hari Kedua No.6 (sesudah direvisi) ...112

Gambar 4.30 Rincian Kegiatan Inti RPP Hari Kedua No.7 dan No.9 (sebelum direvisi) ...113

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian. ...124 Lampiran 2. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah ...125 Lampiran 3. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ...126 Lampiran 4. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ...127 Lampiran 5. Lembar Wawancara Validasi Materi oleh Siswa ...129 Lampiran 6. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah ...130 Lampiran 7. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ...131 Lampiran 8. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa ...133 Lampiran 9. Hasil Wawancara Validasi Materi oleh Siswa ...136 Lampiran 10. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran ...140 Lampiran 11. Instrumen Validasi Materi Eksperimen ...143 Lampiran 12. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran

oleh Ahli IPA ...146 Lampiran 13. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen

oleh Ahli IPA ...147 Lampiran 14. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran

oleh Ahli Bahasa ...147 Lampiran 15. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen

oleh Ahli Bahasa ...148 Lampiran 16. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran

oleh Guru Kelas V A ...149 Lampiran 17. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen

oleh Guru Kelas V A ...150 Lampiran 18. Hasil Validasi Kualitas Perangkat Pembelajaran

oleh Guru Kelas V B ...151 Lampiran 19. Hasil Validasi Kualitas Materi Eksperimen

(23)

xxii

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: (1.1) latar belakang masalah, (1.2) rumusan masalah, (1.3) batasan masalah, (1.4) tujuan penelitian, (1.5) manfaat penelitian, (1.6) spesifikasi produk yang dikembangkan, serta (1.7) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dan lingkungan memang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Lingkungan sangat tergantung pada manusia, sebaliknya manusia juga sangat tergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidup mereka di muka bumi. Hubungan manusia dengan lingkungan juga dapat dikatakan memiliki sifat sirkuler (Soemarwoto dalam Hamzah, 2013). Sifat ini bermakna bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungannya, akan memberikan dampak yang kembali pada manusia itu sendiri sesuai dengan apa yang mereka lakukan terhadap lingkungannya. Dampak yang diberikan lingkungan dapat berupa dampak keuntungan maupun kerugian bagi manusia.

(25)

mempengaruhi perilaku manusia terhadap lingkungan, sebenarnya disebabkan oleh manusia itu sendiri. Manusia yang memiliki daya pikir yang lemah terkadang memanfaatkan teknologi dengan seenaknya. Perilaku seenaknya terhadap teknologi inilah yang menyebabkan lingkungan menjadi berubah. Hal tersebut juga diperkuat dengan berbagai artikel baik di media cetak maupun elektronik yang membuktikan tentang perilaku seenaknya manusia terhadap teknologi yang berakibat negatif terhadap lingkungan.

Rabu (22/4/2015), Kota Yogya mengalami kondisi yang sangat mengherankan bagi sejumlah warga . Hal itu diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang mengakibatkan terendamnya sejumlah pemukiman warga. Menurut Djah Mardianto Kepala Pusat Studi (PSBA) UGM, hal tersebut dapat terjadi di kota besar seperti Yogya. Beliau berpendapat, Yogya seharusnya memiliki 30 persen ruang terbuka hijau (RTH). Akan tetapi, sampai saat ini Kota Yogya belum memenuhi syarat tersebut. Justru ruang-ruang yang ada dipersempit dengan munculnya bangunan-bangunan (Kompas.com).

(26)

Kedua artikel di atas merupakan salah satu bukti nyata perilaku manusia yang salah dalam pemanfaatan teknologi yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain perilaku manusia terhadap kemajuan teknologi, kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan juga berakibat fatal bagi lingkungan. Sebagai bukti nyata tentang kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dapat diamati di SD N Jetis 1 Yogyakarta. Dilihat dari analisis kebutuhan terhadap lingkungan, siswa SD N Jetis 1 Yogyakarta masih perlu mengembangkan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Di lingkungan sekolah ini sudah memiliki peraturan-peraturan tentang peduli terhadap tumbuhan. Salah satunya adalah peraturan tentang 10 menit menyiram tanaman sebelum bel masuk kelas. Akan tetapi, peraturan ini tidak dijalankan oleh para siswa sebagai mana mestinya. Tumbuhan-tumbuhan yang berada di lingkungan sekolah dirawat oleh penjaga sekolah dengan menyiram dan mencabuti gulma setiap hari.

(27)

sikap sadar dan peduli terhadap lingkungan di dalam lingkungan keluarga. Hal ini menurut beliau yang menyebabkan siswa jarang merawat tumbuhan.

Dilihat dari kedua artikel serta hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, membuktikan bahwa manusia masih kurang sadar dan peduli terhadap lingkungan mereka. Terlebih beberapa anak yang merupakan generasi muda saat ini masih memiliki sikap kurang sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Padahal anak-anak merupakan generasi penerus yang diharapkan sebagai salah satu generasi yang memperbaiki kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menyadarkan manusia, khususnya anak-anak untuk mengembangkan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan adalah melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan ini dapat mulai ditanamkan kepada anak-anak kelas V SD N Jetis 1 Yogyakarta sejak dini. Hal tersebut karena pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara individu maupun kelompok dalam mencari alternatif atau solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru (UNESCO dalam Hamzah, 2013).

(28)

yang akan digunakan. Model yang akan digunakan berkaitan langsung dengan eksperimen IPA yang terdapat di dalam mata pelajaran IPA. Kegiatan eksperimen IPA ini, peneliti mengacu pada model Conservation Scout. Conservation Scout

adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang berupa konservasi sederhana dengan tujuan untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada anak (Suseno, 2016). Model Conservation Scout memiliki empat metode, yaitu kebun konservasi, area konservasi di dalam ruangan, minitrip (perjalanan menyenangkan ke alam terbuka), serta eksperimen sederhana dan kampanye.

(29)

tumbuhan yang mereka tanam karena tumbuhan sangat penting bagi manusia sesuai dengan percobaan pertama yang telah mereka lakukan.

Kegiatan eksperimen sederhana dan kebun konservasi yang dilakukan akan dikembangkan peneliti sebagai materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk kelas V. Kedua materi tersebut masing-masing memiliki judul yang berbeda, materi eksperimen sederhana memiliki judul “Eksperimen Sederhana Uji Amilum”, sedangkan untuk materi

kebun konservasi memiliki judul “Kebun Konservasi Teknik Menanam

Vertikultur”. Salah satu isi dari materi-materi tersebut, diantaranya adalah panduan

kegiatan eksperimen dan kebun konservasi. Di dalam panduan berisikan definisi secara singkat kegiatan yang akan dilakukan, alat dan bahan yang akan digunakan, langkah kerja, tingkat kesulitan, dan daftar referensi. Selain itu peneliti juga menambahkan gambar untuk mempermudah memahami alat dan bahan yang dibutuhkan, serta langkah kerja. Panduan eksperimen ini juga dibuat menjadi 2 versi, yaitu untuk guru dan siswa. Peneliti berharap dengan membuat 2 versi , guru akan terbantu untuk menyiapkan peralatan atau kegiatan yang dibutuhkan siswa. Sedangkan untuk siswa, peneliti berharap dapat membantu siswa untuk memahami kegiatan yang dilakukan dengan bahasa yang lebih sederhana. Materi ini juga diharapkan peneliti untuk membantu mengembangkan kesadaran dan kepedulian siswa kelas V A terhadap tumbuhan di lingkungan sekolah mereka.

1.2 Batasan Masalah

(30)

1.2.1 Materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan yang dikembangkan, yaitu “Materi Eksperimen Sederhana Uji Amilum” dan “Kebun Konservasi Teknik Menanam Vertikultur”.

1.2.2 Subjek yang akan digunakan adalah siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana mengembangkan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017? 1.3.2 Bagaimana kualitas materi pendidikan kesadaran dan kepedulian

lingkungan menggunakan model Conservation Scout yang dikembangkan untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

(31)

1.4.2 Mengetahui kualitas materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:

1.5.1 Bagi peneliti:

Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan menghasilkan produk berupa materi yang berhubungan dengan pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan.

1.5.2 Bagi guru:

Guru mendapatkan salah satu sarana berupa materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas V SD.

1.5.3 Bagi siswa:

Siswa memperoleh sumber belajar berupa materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan yang dapat membantu siswa untuk menyadarkan akan pentingnya tumbuhan.

1.6 Definisi Operasional

(32)

1.6.2 Kesadaran adalah keadaan mengatur akal pikir untuk mengerti serta mengenali perasaan mengenai sesuatu di lingkungan itu sendiri.

1.6.3 Kepedulian merupakan keadaan yang membuat seseorang terkait dengan orang lain.

1.6.4 Materi merupakan bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam melakukan kegiatan belajar.

1.6.5 Model Conservation Scout merupakan sebuah kegiatan konservasi lingkungan untuk mengajarkan tentang pendidikan lingkungan yang memiliki empat metode, yaitu, area konservasi dalam ruangan, minitrip kebun konservasi, eksperimen sederhana dan kampanye.

1.7 Spesifikasi Materi yang Dikembangkan

Spesifikasi materi yang dikembangkan adalah:

1.7.1 Materi yang dikembangkan berjudul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan untuk Kelas V”

1.7.2 Materi dikembangkan dengan menggunakan Model Conservation Scout dan disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, serta disesuaikan dengan latar belakang masalah.

(33)

1.7.4 Gambar disertakan di dalam materi untuk memudahkan guru dan siswa memahami langkah kerja

(34)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, landasan teori dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya kajian pustaka yang akan menjelaskan tentang metode penelitian dan pengembangan (R&D), pengembangan materi, pendidikan yang di dalamnya juga mengaitkan tentang pendidikan emansipatoris dan pendidikan lingkungan, kesadaran dan kepedulian lingkungan, serta model Conservation Scout yang dikaitkan dengan perkembangan anak berdasarkan teori perkembangan Maria Montessori, Jean Piaget, serta Lev Semionovich Vygotsky. Selain itu di dalam bab ini juga akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian yang relevan yang berhubungan dengan model Conservation Scout, kesadaran lingkungan, kepedulian lingkungan, serta bagian terakhir, yaitu kerangka berpikir.

2.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang digunakan peneliti meliputi metode penelitian dan pengembangan (R&D), pengembangan materi, pendidikan, kesadaran dan kepedulian lingkungan, dan model Conservation Scout.

2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (R&D)

(35)

tertentu dan kemudian menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2015: 407). Selain itu di dalam bukunya, Sugiyono juga menjelaskan bahwa untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan, sedangkan untuk menguji keefektifan produk diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

(36)

dunia pendidikan. Metode penelitian dan pengembangan juga merupakan metode penelitian yang menguji keefektifan produk tersebut.

Metode penelitian dan pengembangan tidak terbatas menghasilkan produk dan media pembelajaran, akan tetapi juga dapat mengembangkan suatu materi. Brian Tomlinson merupakan salah satu ahli pengembangan materi untuk pembelajaran bahasa yang menjelaskan bahwa produk hasil penelitian dan pengembangan dapat berupa material atau bahan yang dapat digunakan untuk membantu mengajar pembelajaran. Material atau bahan tersebut dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, koran/surat kabar, maupun paragraf yang ditulis di papan tulis (Tomlinson, 1998: xi dalam Harsono, 2015).

Metode penelitian dan pengembangan (R&D) memiliki beragam langkah-langkah atau prosedur dalam pelaksanaannya. Salah satu prosedur dalam metode penelitian dan pengembangan adalah prosedur menurut Tomlinson dalam pengembangan materi. Prosedur menurut Brian Tomlinson (dalam Harsono, 2015), diantaranya adalah analisis kebutuhan, desain, implementasi, evaluasi, dan revisi.

(37)

Desain yang sudah terbentuk berdasarkan garis besar materi pembelajaran, kemudian digunakan untuk implementasi di dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanan pembelajaran dengan materi yang telah didesain. Evaluasi ini dilakukan untuk menganalisis kelemahan dan kelebihan dari materi yang dikembangkan. Selanjutnya, langkah terakhir dalam prosedur pengembangan materi menurut Tomlinson adalah revisi. Revisi dilakukan untuk memperbaiki maupun mengubah materi yang telah dievaluasi (Harsono, 2015).

2.1.2 Pengembangan Materi

Pengembangan materi dapat menghasilkan beragam bentuk, seperti buku teks, buku kerja (LKS), CD-ROM, video, maupun paragraf yang ditulis di papan tulis. Brian Tomlinson (dalam Harsono, 2015) juga menjelaskan bahwa material atau bahan yang dihasilkan dapat berupa apapun yang bisa digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa baik visual maupun audiotory. Material atau bahan tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti bahan-bahan pelajaran, experiental, ataupun yang berhubungan dengan penyelidikan suatu penemuan.

(38)

tidak mudah bosan; (3) Materi dapat membantu pembelajar untuk mengembangkan kepercayaan diri. Prinsip ke-3 ini menjelaskan bahwa kenyamanan dan kepercayaan diri akan lebih cepat berkembang, jika pembelajar merasa bahwa materi yang mereka pelajari tidak susah atau dapat dipelajari sesuai dengan keahlian mereka.

Prinsip selanjutnya adalah (4) materi yang dipelajari harus relevan dan berguna bagi pembelajar; (5) Materi harus memiliki daya tarik. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi pembelajar agar materi tersebut dapat menyatu dengan diri mereka sendiri; (6) Materi harus memberikan pembelajar pencerahan melalui petunjuk, nasihat yang diberikan untuk kegiatan dan ucapan lisan serta tulisan teks di dalam materi; (7) Materi harus mempertimbangkan gaya belajar yang berbeda yang dimiliki oleh pembelajar; (8) Materi juga harus mempertimbangkan sikap afektif pembelajar yang berbeda-beda; (9) Materi harus memaksimalkan pembelajaran yang potensial dengan meningkatkan kemampuan intelektual, estetis, serta emosional yang menstimulasi kegiatan otak kanan maupun otak kiri; (10) Materi harus memberikan kesempatan untuk mewujudkan feedback setelah pembelajaran dilakukan. Ke-10 prinsip pengembangan materi yang digunakan disesuaikan dengan pengembangan materi yang ingin diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, penggunaan ke-10 prinsip juga disesuaikan dengan pengembangan materi di dalam bidang pendidikan.

2.1.3 Pendidikan

(39)

1945 pasal 31 ayat 1, yang menyebutkan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Pendidikan sejatinya diselenggarakan dalam rangka

membebaskan manusia dari beragam persoalan hidup yang melingkupinya. Paulo Freire yang merupakan ahli di bidang pendidikan menjelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia yang terhindar dari penindasan, kebodohan, hingga ketertinggalan (Freire dalam Yunus, 2007: 1). Seorang ahli pendidikan Indonesia, Y.B. Mangunwijaya juga menjelaskan hal yang sama seperti yang diutarakan oleh Paulo Freire. Kedua ahli ini memiliki cita-cita yang sama di bidang pendidikan, yaitu untuk mewujudkan pendidikan yang dijadikan sebagai alat pembebasan bagi semua masyarakat, karena bagi mereka pendidikan harus mampu menciptakan ruang untuk mengidentifikasi serta menganalisis secara bebas dan kritis terhadap transformasi sosial (Yunus, 2007: 7).

Pendidikan yang mengarah kepada kebebasan bukan sebagai alat untuk mengurung, merupakan pendidikan yang diharapkan di berbagai negara. Pendidikan gaya bank yang melihat guru senantiasa “berdiri” di depan kelas untuk mengajar, sedangkan peserta didik yang dengan setia “duduk” mendengarkan guru

(40)

adalah teori kritis. Teori kritis ini menjelaskan bahwa pendidikan memiliki fungsi untuk membantu pembelajar berpikir secara kritis mengenai segala sesuatu yang terjadi di dalam dunianya. Harapan dari pembelajar yang mampu berpikir secara kritis adalah pembelajar mampu menyadari keberadaannya dan kemudian dapat menentukan tindakannya (Sastrapratedja, dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 50).

Berpikir secara kritis perlu dikembangkan di dalam diri anak-anak. Hal tersebut karena dengan kemampuan berpikir secara kritis di dalam diri anak, akan memberikan keberhasilan dalam pendidikan dan kehidupan bermasyarakatnya. Kemampuan berpikir secara kritis dapat diajarkan melalui proses pembelajaran. Akan tetapi tidak semua proses pembelajaran dapat mengasah kemampuan berpikir kritis seorang anak. Hanya proses pembelajaran yang mendorong diskusi dan banyak memberikan kesempatan berpendapat, memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dalam tulisan, mendorong kerja sama dalam mengkaji dan menemukan pengetahuan, mengembangkan tanggung jawab, serta refleksi diri yang akan mengembangkan berpikir kritis pada siswa (Suprijono, 2016: 39).

(41)

Humanisasi dapat diciptakan melalui pemikiran yang kritis. Pemikiran yang kritis inilah yang akan menghasilkan suatu kesadaran yang kritis di dalam diri seseorang. Pemikiran kritis ditimbulkan dengan adanya dialog-dialog dalam bentuk mempertanyakan sistem untuk menemukan realitas (Winarti dan Anggadewi, 2015: 54).

Menurut Suprijono (2016: 28), pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang memusatkan perhatian pada siswa sebagai subjek dan menandaskan pentingnya keterlibatan siswa. Pendidikan emansipatoris mengajak siswa untuk merefleksikan apa yang diperbuatnya dalam belajar, serta memahami makna tindakan-tindakan belajarnya. Selain itu, Giroux (dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 53) menjelaskan bahwa pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang menekankan terwujudnya masyarakat yang adil dan demokratis. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang melibatkan siswa di dalam pembelajaran.

(42)

Dalam siklus konteks, siswa diajak untuk mencermati konteks kehidupan yang terjadi pada diri siswa. Pendidik dalam hal ini, berperan sebagai penggali konteks pengetahuan lama siswa yang didapat dari kehidupan mereka. Pendidik kemudian akan mengamati sejauh mana pencapaian siswa terhadap perkembangan pribadinya mengenai materi yang akan diajarkan. Ketika siswa mulai memahami konteksnya, maka pendidik akan memberi mereka stimulus untuk memperoleh pengalaman mendalam tentang pengetahuan lama mereka yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. Proses memperoleh pengalaman mendalam ini dilakukan dengan melibatkan keseluruhan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengalaman yang diberikan dapat berupa pengalaman langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung dapat diberikan melalui kegiatan diskusi dan pengamatan. Sedangkan pengalaman tidak langsung dapat diberikan melalui kegiatan mendengarkan, melihat, dan membaca (Subagya, 2010: 43-52).

(43)

membentuk siswa yang memiliki kepribadian yang utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, dan bersedia untuk makin berkembang. Selain itu, melalui siklus di dalam Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat mengembangkan kesadaran dan kepedulian melalui kegiatan pembelajaran.

2.1.4 Kesadaran dan Kepedulian

Kesadaran berasal dari kata sadar yang berarti insyaf, tahu, dan mengerti (KBBI, 2005: 570). Kata sadar mendapat imbuhan ke-an, sehingga menjadi kesadaran. Dilihat dari arti sadar, kesadaran dapat diartikan keinsafan atau keadaan mengerti. Bagi Murphy (dalam Neolaka, 2008: 18) kesadaran adalah keadaan sadar yang mengatur akal pikiran untuk memilih sesuatu yang diinginkan. Kesadaran juga dapat diartikan sebagai hasil dari cara berpikir sekelompok masyarakat, yang masing-masing pemikirannya terpisah satu sama lain. Jika menghendaki suatu perubahan dalam masyarakat, baik skala besar atau kecil, maka langkah pertama ialah merubah cara berfikirnya (Simorangkir dalam Jamanti, 2014: 24)

(44)

Bertanggung jawab, yang diartikan menanggung segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko. Ranah ke empat ini merupakan ranah paling tinggi.

Kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan di dalam pikiran manusia (Sigmund Freud dalam Fadillah, 2012: 1). Jika diibaratkan kesadaran itu seperti gunung es yang muncul di permukaan laut yang terlihat kecil, namun besar di bagian dasar lautnya. Kesadaran dimiliki oleh setiap orang untuk mengenali perasaan dan keadaan yang berbeda dari pikirannya. Jadi dapat dikatakan bahwa kesadaran adalah keadaan mengatur akal pikir untuk mengerti serta mengenali perasaan mengenai sesuatu di lingkungan manusia itu sendiri.

Sedangkan kepedulian berasal dari kata peduli yang berimbuhan ke-an. Kata peduli menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002: 841), peduli berarti mengindahkan, menghiraukan, memperhatikan. Sedangkan menurut Swanson (dalam Sihombing, 2014: 24), kepedulian dapat diartikan sebagai salah satu cara yang digunakan untuk memelihara hubungan dengan orang lain, dimana orang lain merasakan komitmen dan tanggung jawab secara pribadi. Jika kita peduli dengan orang lain, maka kita akan merespon positif apa yang dibutuhkan oleh orang lain dan mengekspresikan menjadi sebuah tindakan. Leininger (1981) juga menyimpulkan bahwa kepedulian adalah perasaan yang ditunjukan kepada orang lain, dan itulah yang memotivasi dan memberikan kekuatan untuk bertindak atau beraksi, serta mempengaruhi kehidupan secara positif.

(45)

yang di dalamnya memiliki makna untuk kehidupan orang tersebut; (2) Turut hadir merupakan cara menyampaikan perasaan atau emosi dan memantau keadaan orang lain apakah perasaan atau emosi tersebut mengganggu ketika diberikan; (3) Melakukan, contohnya membantu orang lain untuk mengatasi masalahnya sesuai dengan kemampuan dan keahlian diri sendiri; (4) Memungkinkan, dalam hal ini dapat dimaksudkan sesuatu yang memfasilitasi perjalanan maupun kejadian yang pernah dialami oleh orang lain yang disampaikan dengan cara memberikan informasi, penjelasan, maupun dukungan; (5) Dimensi yang terakhir adalah mempertahankan keyakinan. Mempertahankan keyakinan merupakan sesuatu yang mendukung keyakinan orang lain untuk menjalani masa transisi dalam kehidupannya, kemudian menghadapi masa yang akan datang. Berbagai pendapat tentang kepedulian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepedulian adalah suatu tindakan yang termotivasi dari perasaan yang timbul terhadap lingkungan sekitar yang dapat merubah kondisi menjadi lebih bermanfaat bagi dirinya, orang lain, maupun lingkungannya.

2.1.5 Lingkungan

(46)

terdiri dari lingkungan mati (abiotik) seperti udara, air, tanah, dan lingkungan hidup (biotik) seperti flora dan fauna. Pendapat lain tentang lingkungan juga disampaikan oleh Gustao (dalam Hamzah, 2013: 5), yang menjelaskan bahwa lingkungan adalah jumlah total dari semua kondisi yang mempengaruhi eksistensi, pertumbuhan, dan kesejahteraan dari suatu organisasi yang ada di bumi.

Lingkungan dan manusia memiliki hubungan yang bersifat sirkuler. Sifat sirkuler ini dijelaskan oleh Soemarwoto (dalam Hamzah, 2013: 3), yaitu sifat yang memiliki makna “apapun yang manusia lakukan terhadap lingkungan baik

perlakuan positif maupun negatif, akan berdampak pada manusia itu sendiri sesuai dengan apa yang mereka lakukan terhadap lingkungan”. Lingkungan dan manusia

tidak lepas dari hubungan saling timbal balik. Naluri manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya membutuhkan lingkungan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian juga lingkungan, lingkungan juga membutuhkan manusia untuk terus berkembang agar apa yang diambil oleh manusia tidak mudah habis maupun rusak. Hubungan timbal balik yang terjadi antara manusia dan lingkungan juga tidak lepas dari dampak yang akan ditimbulkan bagi keduanya. Hamzah (2013: 1) menuturkan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh perlakuan manusia terhadap lingkungan akan memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup manusia itu sendiri.

(47)

pendidikan lingkungan di Tbilisi, ibukota Georgia (dalam Hamzah, 2013: 37) mengungkapkan peran dan tujuan dari pendidikan lingkungan, yaitu: “Pendidikan

lingkungan perlu dipahami dengan baik. Hal tersebut karena pendidikan lingkungan merupakan pendidikan sepanjang hayat yang komprehensif, satu tanggapan terhadap perubahan dunia yang sangat cepat. Pendidikan lingkungan akan menyiapkan setiap individu seumur hidup melalui suatu pemahaman terhadap masalah utama dunia pada saat ini dan membekali setiap individu dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berperan produktif untuk meningkatkan kualitas hidup serta melindungi lingkungan dengan kepedulian dan nilai-nilai etika”.

(48)

2.1.6 Model Conservartion Scout

Model Conservation Scout merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada lingkungan yang dapat digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Selain itu model ini juga dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk memelihara lingkungan (Widodo, 2014: 2). Beberapa jurnal yang diterbitkan tentang Conservation Scout (Suseno, 2016: 3) (Ritmawati, 2014: 6), memaparkan bahwa model Conservation Scout merupakan model pembelajaran inovatif berbasis lingkungan yang berupa konservasi sederhana (mini konservasi). Model Conservation Scout memiliki empat metode yang dapat dikembangkan, diantaranya: (1) area konservasi di dalam ruangan; (2) minitrip; (3) pojok konservasi atau kebun konservasi; serta (4) eksperimen dan kampanye. Metode-metode di dalam Conservation Scout dapat digambarkan melalui skema berikut:

Gambar 2.1 Skema Model Conservation Scout

Metode pertama adalah area konservasi di dalam ruangan. Metode ini digunakan jika anak-anak tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk melakukan

Conservation Scout

Area konservasi di dalam ruangan

Minitrip

Pojok konservasi atau kebun konservasi

(49)

konservasi. Anak-anak dapat melakukan kegiatan untuk membuat akuarium dengan beragam hewan yang mereka rawat, maupun akurium dengan beragam tanaman atau sering disebut dengan terrarium. Metode selanjutnya di dalam Conservation Scout adalah minitrip. Minitrip merupakan salah satu metode Conservation Scout

yang mengajak anak-anak untuk melakukan perjalanan sederhana ke beberapa tempat konservasi. Tempat-tempat konservasi tersebut dapat berupa kebun binatang, tempat pusat studi lingkungan, dan lain sebagainya.

Di dalam model Conservation Scout juga terdapat metode pojok konservasi atau kebun konservasi. Pojok konservasi atau kebun konservasi merupakan salah satu metode dari model Conservation Scout yang memanfaatkan lahan yang ada untuk dipergunakan oleh anak-anak sebagai tempat konservasi sederhana. Konservasi sederhana yang dapat dilakukan, misalnya konservasi tanaman obat, menanam tumbuhan pangan dengan teknik vertikultur, dan konservasi tanaman lainnya yang sesuai dengan lahan serta kebutuhan anak-anak.

(50)

penelitian kali ini. Teknik peer tutoring menjadikan anak sebagai duta lingkungan dengan mengajak orang lain untuk menjaga lingkungannya. Melalui pengalaman yang didapat dari kegiatan di dalam model Conservation Scout anak akan belajar untuk membagi pengalaman mereka melalui teknik peer tutoring.

Model Conservation Scout yang digunakan dalam penelitian kali ini, didasarkan pada pandangan beberapa ahli yang berkaitan dengan perkembangan anak, ahli-ahli tersebut diantaranya:

a. Montessori

Di dalam ide dan teori-teorinya mengenai anak-anak, Maria Montessori berpendapat bahwa keliru jika kita mengasumsikan anak-anak adalah sesuatu yang kita buat, karena mereka ternyata belajar dengan cara mereka sendiri. Selain itu anak-anak juga sering berpikir dan belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa (Montessori dalam Crain, 2007: 100). Teori Montessori memiliki komponen utama, yaitu konsep periode-periode kepekaan (sensitive periods) yang mirip dengan periode-periode kritis. Periode-periode kepekaan tersebut terdiri dari periode kepekaan akan keteraturan, periode kepekaan anak detail, periode kepekaan bagi penggunaan tangan, periode kepekaan untuk berjalan, dan periode kepekaan bahasa.

(51)

dikarenakan anak usia 0-6 tahun memiliki kepekaan yang luar biasa dan tajam terhadap benda-benda di sekelilingnya. Kepekaan inilah yang membangkitkan minat dan antusiasme anak terhadap lingkungannya. Montessori juga berpendapat bahwa keberhasilan tahapan usia 0-6 tahun pada anak menentukan keberhasilannya pada tahapan-tahapan selanjutnya (Montessori, 2008: XII-XIII).

Tahap perkembangan anak yang kedua menurut Montessori adalah kelompok usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak memiliki stabilitas mental, fisik yang baik dan memiliki sistem pemikiran yang sudah berkembang dengan baik. Tahap ini lebih dikenal dengan masa operasional konkret, karena anak sudah mampu untuk memahami lingkungan sekitarnya (Montessori, 2008: XIII-XVIII). Tahap perkembangan anak yang terakhir menurut Montessori adalah kelompok usia 12-18 tahun. Pada tahap ini anak mengalami perubahan-perubahan fisik pada tubuhnya dan akan mencapai kedewasaan sepenuhnya (Montessori, 2008: 32).

b. Jean Piaget

(52)

kemudian membiarkan mereka menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan cara mereka sendiri (Piaget dalam Crain, 2007: 209). Selain pendidikan, Jean Piaget juga melakukan penelitian tentang perkembangan anak. Di dalam penelitiannya dia berhasil memperoleh beberapa periode perkembangan anak. Periode-periode tersebut, diantaranya Periode I: Kepandaian sensorik-motorik (dari lahir-2 tahun); Periode II: Pikiran pra-operasional (2-7 tahun); Periode III: Operasi-operasi berpikir konkret (7-11 tahun); Periode IV: Operasi-Operasi-operasi berpikir format (11 tahun-dewasa).

(53)

Model Conservation Scout yang digunakan dalam penelitian ini mendasarkan pada masa operasional konkret dan periode III operasi-operasi berpikir konkret. Masa operasional konkret menurut Montessori adalah kelompok anak usia 6-12 tahun, sedangkan periode III menurut Piaget adalah kelompok anak usia 7-11 tahun. Pada kelompok usia ini, anak-anak sudah duduk di bangku sekolah dasar. Anak-anak pada usia ini juga sudah mampu untuk memahami lingkungan sekitar melalui aktivitas-aktivitas yang nyata. Oleh karena itu, model Conservation Scout didasarkan pada teori perkembangan anak Montessori dan Piaget. Hal tersebut karena metode yang digunakan dalam model Conservation Scout

melibatkan siswa di dalam aktivitas-aktivitas yang nyata, seperti eksperimen sederhana dan kebun konservasi. Selain mendasarkan pada teori perkembangan Montessori dan Piaget, model Conservation Scout juga didasarkan pada teori perkembangan anak Vygotsky.

c. Vygotsky

Lev Semenovich Vygotsky lahir di Rusia tahun 1896, yang merupakan seorang ahli psikologi. Tulisan-tulisan Vygotsky telah memberikan pengaruh pada disiplin-disiplin ilmu, seperti pendidikan, psikologi, dan linguistik. Salah satu tulisan ilmiahnya “The Methods of Reflexo Logical and Psychological

Investigation” atau dalam bahasa Indonesia “Metode-Metode Penelitian

Refleksologi dan Psikologi” merupakan tulisan ilmiah Vygotsky yang mengkritik

(54)

manusia dan hewan. Vygotsky berpendapat bahwa, tidak seperti hewan yang hanya bereaksi terhadap lingkungan, akan tetapi manusia memiliki kapasitas untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keperluan mereka (Schunk, 2012: 338).

Selain pandangan di atas, Vygotsky juga memiliki pandangan tentang perkembangan manusia yang dijelaskan melalui teori-teorinya. Teori perkembangan Vygotsky menitikberatkan interaksi dari faktor-faktor interpersonal (sosial), kultural-historis, dan individual sebagai kunci dari perkembangan manusia (Tudge & Scrimsher dalam Schunk, 2012: 339). Ketiga faktor-faktor tersebut, faktor interpersonal menjadi perhatian banyak peneliti dan ahli. Dalam faktor ini, Vygotsky menganggap bahwa lingkungan sosial mengubah atau mentransformasi pengalaman-pengalaman belajar.

(55)

Model Conservation Scout didasarkan pada teori perkembangan anak Vygotsky. Hal ini dikarenakan konsep ZPD dalam teori Vygotsky berhubungan dengan metode di dalam model Conservation Scout. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini mengarahkan adanya interaksi antara guru dan siswa, serta interaksi siswa dan siswa. Adanya interaksi-interaksi tersebut dapat mendorong perkembangan kognitif pada siswa melalui aktifitas-aktifitas di dalam model

Conservation Scout.

2.2 Penelitian yang Relevan

Berikut ini penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini:

2.2.1 Penelitian Tentang Model Conservation Scout

(56)

Suseno (2016) meneliti tentang pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan pada anak melalui model Conservation Scout. Penelitian yang dilakukan melibatkan anak kelas IV sebanyak 24 siswa di SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Penelitian dilakukan hari Kamis 5 November 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan kepada anak kelas IV SD Kanisius Eksperimental Mangunan, Yogyakarta. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah siswa kelas IV SD Kanisius Eksperimental Mangunan menjadi duta lingkungan yang bertugas untuk mendidik teman-teman lainnya agar memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan ditunjukkan siswa dengan melakukan peer tutoring dan kampanye sederhana untuk peduli lingkungan khususnya terhadap pelestarian tumbuhan menggunakan poster hasil karya siswa.

2.2.2 Penelitian Tentang Kesadaran Lingkungan

(57)

dimana sumbangan efektif yang diberikan kesadaran lingkungan pada subjective well-being remaja adalah sebesar 25,6%.

2.2.3 Penelitian Tentang Kepedulian Lingkungan

Handayani (2013) dalam penelitiannya mengenai peningkatan sikap peduli lingkungan melalui implementasi pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran IPA kelas IV di SD N Keputran “A”. Penelitian ini memiliki tujuan

untuk mengetahui langkah-langkah implementasi pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa kelas IV.1 di SD N Keputran “A”. Jenis penelitiannya adalah

penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif dengan subjek penelitian siswa kelas

IV.1 SD N Keputran “A” yang berjumlah 28. Instrumen-instrumen yang digunakan

adalah lembar observasi sikap peduli lingkungan siswa, lembar observasi aktivitas guru dalam menerapkan pendekatan STM, lembar observasi aktivitas guru dalam menanamkan sikap peduli lingkungan, dan angket sikap peduli lingkungan siswa. Hasil penelitian ini terlihat ketika peneliti melakukan siklus yang kedua. Hasil yang diperoleh adalah pendekatan STM dapat meningkatkan sikap peduli terhadap lingkungan dengan perolehan hasil observasi sebanyak 27 sisa (96,43%) berada pada kategori tinggi, sebanyak 1 siswa (3,57%) berada pada kategori sedang.

Dilihat dari kajian tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan, sudah ada penelitian tentang pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout. Akan tetapi, pengembangan materi tentang pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model

(58)

materi. Oleh karena itu, peneliti hendak meneliti pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout

untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

Berikut adalah literatur map dari penelitian yang relevan hingga dilakukan penelitian oleh peneliti:

Bagan 2.1 Literatur Map dan Penelitian Selanjutnya

Penelitian tentang model Mini Konservasi di Sekolah Dasar

(59)

2.3 Kerangka Berpikir

Materi yang dihasilkan dari pengembangan yang dilakukan dapat beragam bentuk, seperti buku panduan, buku materi, LKS (lembar kerja siswa), maupun kalimat-kalimat yang menyatu di dalam paragraf. Pengembangan materi yang dilakukan untuk menghasilkan suatu materi yang layak dan memberikan dampak positif bagi siswa, sebaiknya memperhatikan prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson. Dalam penelitian ini, prinsip pengembangan yang digunakan adalah 10 prinsip dari 16 prinsip pengembangan materi.

Bidang pendidikan memerlukan materi yang digunakan sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Materi yang dihasilkan diharapkan dapat mengubah gaya pendidikan menjadi pendidikan yang menghumanisasikan manusia. Pendidikan seharusnya dapat menciptakan interaksi guru dan siswa, bukannya siswa dianggap sebagai boneka yang tidak mengetahui apa-apa. Salah satu pendidikan yang menghumanisasikan manusia dapat ditemui di dalam pendidikan emansipatoris. Melalui pendidikan emansipatoris, siswa dan guru sama-sama belajar satu sama lain. Terlebih dengan salah satu model pendidikan emansipatoris, yaitu Pedagodi Ignasian atau lebih dikenal dengan Paradigma Pedagogi Reflektif, yang mengajarkan anak melalui lima tahapan. Ke lima tahap tersebut adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

(60)

pendidikan lingkungan anak akan memperoleh kesadaran lingkungan dan pengetahuan yang dapat menghasilkan tindakan baik secara pribadi maupun kelompok untuk memecahkan masalah lingkungan hidup.

(61)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini metode penelitian dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

Research and Development (R&D). Research and Development di dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penelitian dan pengembangan. Bagi Putra (2015: 67)

Research and Development merupakan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan, menghasilkan, serta menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain dari Tomlinson yang lebih memfokuskan pada pengembangan materi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan lebih sesuai dengan penelitian yang menghasilkan produk berupa materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout di SD N Jetis 1 Yogyakarta.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

(62)

3.2.2 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pengembangan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout

untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2016/2017.

3.2.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Jetis 1 yang beralamatkan di Jalan Pasiraman No. 02, Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan selama 7 bulan, di mulai dari bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Januari 2017.

3.3 Prosedur Pengembangan

(63)

Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Materi

Analisis Kebutuhan Siswa wawancara 2. Wawancara

Garis-Garis Besar

Revisi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Langkah V

Revisi

Implementasi Hari Pertama

(64)

3.3.1 Analisis Kebutuhan Siswa

Kegiatan analisis kebutuhan yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi kegiatan observasi dan wawancara. Kegiatan observasi yang dilakukan, digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa kelas V A di dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk mengetahui kegiatan siswa ketika istirahat terhadap lingkungan sekitar sekolah. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan wawancara yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan siswa kelas V A yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan kebutuhan akan bahan ajar tentang lingkungan. Kegiatan wawancara juga dilakukan terhadap kepala sekolah dan guru kelas V A untuk mendapat data yang dibutuhkan oleh peneliti. Hasil yang diperoleh dari observasi dan wawancara analisis kebutuhan, kemudian akan dijadikan sebagai dasar dari pengembangan materi untuk siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

3.3.2 Desain

Kegiatan yang kedua adalah kegiatan mendesain produk yang dikembangkan. Langkah pertama dalam mendesain produk adalah mengkaji ke-10 prinsip dari 16 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson. Ke-10 prinsip yang digunakan adalah prinsip-prinsip yang menurut peneliti relevan dengan produk yang dikembangkan oleh peneliti yang berupa materi. Materi yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan materi yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPA.

(65)

data yang diperoleh dari analisis kebutuhan. Garis-garis besar tersebut meliputi, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator. Garis-garis besar yang tersusun kemudian dikembangkan menjadi silabus. Silabus yang telah terbentuk selanjutnya dikembangkan kembali menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang digunakan di SD N Jetis 1 Yogyakarta.

Selain mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), peneliti juga mendesain panduan eksperimen yang digunakan untuk bahan ajar pendukung dan sarana terlaksananya model Conservation Scout yang digunakan di dalam perangkat pembelajaran. Materi pembelajaran yang disusun oleh peneliti diberi judul “Materi Kebun Konservasi Teknik Menanam Vertikultur”.

Materi pembelajaran yang didesain kemudian disatukan dengan materi pembelajaran yang didesain oleh rekan peneliti, Desy Riska Martyassanti. Hal tersebut karena kedua materi pembelajaran didasarkan pada kesamaan hasil analisis kebutuhan yang diperoleh peneliti dan rekan peneliti. Rekan peneliti juga mendesain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan panduan eksperimen. Materi pembelajaran yang disusun oleh rekan peneliti diberi judul “Materi Eksperimen Sederhana Uji Amilum”.

Kedua materi pembelajaran yang telah tersusun kemudian disatukan dengan judul “Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan untuk Kelas V”.

(66)

Selain beberapa ahli, materi juga divalidasi oleh guru kelas V A dan guru kelas V B. Panduan eksperimen juga divalidasi oleh siswa kelas V A dengan melakukan wawancara terhadap lima siswa yang telah diberikan panduan di hari sebelumnya.

Hasil validasi dari ahli IPA dan ahli bahasa, serta guru kelas V A dan guru kelas V B, digunakan oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki materi yang telah dirancang, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran. Selain itu hasil dari validasi siswa terhadap panduan eksperimen juga digunakan peneliti untuk memperbaiki kualitas materi, khususnya panduan eksperimen.

3.3.3 Implementasi

Implementasi dilakukan setelah desain materi selesai divalidasi oleh para ahli dan guru kelas V. Implementasi penggunaan desain materi dilakukan di dalam kegiatan belajar mengajar kelas V A SD N Jetis 1 yang sebelumnya meminta izin terlebih dahulu kepada guru kelas V A. Kegiatan implementasi penggunaan materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan disertai juga dengan pengumpulan data-data untuk mengetahui kualitas dari materi. Implementasi penelitian dilakukan sebanyak dua kali pengajaran. Hari pertama implementasi penelitian menggunakan “Materi Eksperimen Sederhana Uji Amilum”, sedangkan

hari kedua pelaksanaan penelitian menggunakan “Materi Kebun Konservasi Teknik Menanam Vertikultur”. Dalam implementasi, peneliti juga melakukan wawancara

(67)

3.3.4 Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah proses implementasi penelitian hari pertama dan hari kedua. Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan ketika implementasi penelitian juga dianalisis untuk mendapatkan data-data yang empiris. Data-data yang telah dianalisis digunakan peneliti untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan yang dikembangkan.

3.3.5 Revisi

Revisi dilakukan setelah peneliti melakukan analisis kelemahan dan kelebihan materi dari kegiatan evaluasi. Kegiatan revisi merupakan kegiatan akhir yang dilakukan untuk memperbaiki dan mengembangkan isi dari materi, sehingga lebih berkualitas dan layak untuk digunakan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian R&D. Hal itu dikarenakan tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2015: 308). Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi.

3.4.1 Observasi

(68)

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang diamatinya dan dia juga tidak melakukan sesuatu bentuk interaksi sosial dengan pelaku yang diamati (Suparlan dalam Gunawan, 2013: 155). Jadi, dalam observasi ini peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran siswa kelas V A di sekolah.

Kegiatan observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kebutuhan materi ajar yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan siswa kelas V A. Tidak hanya melakukan observasi di dalam pembelajaran, peneliti juga melakukan observasi aktivitas-aktivitas siswa kelas V A pada saat istirahat yang berhubungan dengan perilaku mereka terhadap tumbuhan sekitar lingkungan sekolah. Waktu pelaksanaan observasi dilakukan selama empat bulan pada saat kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Hasil yang diperoleh kemudian dicatat dan dikembangkan.

3.4.2 Wawancara

(69)

Kegiatan wawancara yang dilakukan mengambil narasumber siswa kelas V A, guru kelas V A, dan kepala sekolah SD N Jetis 1 Yogyakarta. Informasi yang ingin diperoleh dari narasumber berbeda-beda, diantaranya: (1) Kegiatan wawancara siswa kelas V A dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai proses pembelajaran IPA di kelas, kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran, dan harapan yang diinginkan selama mengikuti pembelajaran IPA; (2) Kegiatan wawancara guru kelas V A mengenai pelaksanaan pembelajaran, penggunaan sumber dan media pembelajaran, kendala yang dihadapi, dan usaha yang dilakukan saat pembelajaran IPA; dan (3) wawancara kepala sekolah mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah serta ketersediaan dan penggunaan sumber dan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di SD N Jetis 1 Yogyakarta.

3.4.3 Kuesioner

(70)

3.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi biasanya berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan dokumentasi yang berupa foto. Foto-foto yang diperoleh merupakan foto-foto ketika peneliti melakukan penelitian di SD N Jetis 1 Yogyakarta. Foto-foto yang diperoleh juga akan digunakan sebagai pelengkap dari data-data yang diperoleh sebelumnya. 3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis yang berkaitan dengan wawancara, maupun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk mendapatkan informasi (Gulo, 2005: 123). Sedangkan di dalam Sugiyono (2015: 148), instrumen penelitian merupakan alat ukur dalam penelitian yang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Kedua instrumen yang digunakan menyebabkan data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif.

(71)

kebutuhan siswa, guru, dan kepala sekolah, serta kisi-kisi wawancara validasi materi eksperimen oleh siswa:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah

No Aspek Nomor Item

1. Informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan eksperimen pada pembelajaran IPA

1

2. Kesulitan yang dialami guru terkait pelaksanaan kegiatan eksperimen pada pembelajaran IPA

2,3

3. Penggunaan panduan eksperimen IPA dalam pembelajaran

4,5,6

4. Pendapat Bapak/Ibu mengenai panduan materi eksperimen yang layak digunakan

7

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan Guru Kelas V

No Aspek Nomor Item

1. Informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

eksperimen pada pembelajaran IPA

1

2. Kesulitan yang dialami guru berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan eksperimen pada pembelajaran IPA

2

3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam

melaksanakan kegiatan eksperimen pada pembelajaran IPA

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa Kelas VA

No Aspek Nomor Item

1. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA di kelas 1,2 2. Informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

eksperimen pada pembelajaran IPA

3, 4

3. Kesulitan yang dialami siswa berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatann eksperimen pada pembelajaran IPA

5, 6

4. Penggunaan materi dalam kegiatan eksperimen pada

pembelajaran IPA

7, 8

5. Pendapat siswa mengenai panduan materi eksperimen

yang layak digunakan

Gambar

Gambar 2.1 Skema Model Conservation Scout
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan Kepala Sekolah
Tabel 3.5 Komponen Penilaian Validasi Instrumen Wawancara
Tabel. 3.6 Hasil Validasi Instrumen Wawancara dari Ahli IPA dan Ahli Bahasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa peran teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia, serta peran internal audit telah baik dilakukan tapi masih ada beberapa hal

Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

[r]

Kalau backlink dilakukan secara manual dan sendiri tidak jadi masalah, karena ada kemampuan terbatas dari seseorang untuk melakukan backlink dalam sehari.. Yang jadi masalah

Pemberian kombinasi konsentrasi koagulan alami biji trembesi 2.200 mg/L dan kecepatan pengadukan 200 rpm pada BOD menghasilkan persentase penyisihan 60,61%, Pada

Dan bagian administrasi akan memeriksa buku yang ada digudang sesuai dengan permintaan pelanggan, dan setelah melakukan pemeriksaan bagian administrasi akan

ahqihqanic d.flr 4t@tntu... MlnidrrjMrr{i !j.annh4nnij

Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan mengembangkan sistem pembelajaran menggunakan Audio Visual Aids (AVA) dalam mata pelajaran Sejarah, menggunakan metode