PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK REALITA
DALAM MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF
SISWA KELAS X IPA 3 MAN 2 MODEL
MEDAN T.A 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan
OLEH:
DEWI SARTIKA
NIM. 1103151014
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK REALITA
DALAM MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF
SISWA KELAS X IPA 3 MAN 2 MODEL
MEDAN T.A 2014/2015
SKRIPSI
OLEH:
DEWI SARTIKA
NIM. 1103151014
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya. Maka selayaknyalah ungkapan ‘Alhamdulillah’ sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Layanan Konseling
Kelompok Realita Dalam Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan Tahun Ajaran 2014/2015”. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabat serta seluruh generasi setelahnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari
hambatan-hambatan dan banyak kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun dengan
usaha dan kerja keras yang maksimal dan bantuan dari segala pihak terutama
kepada Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra.Kemali Syarif, M.Pd yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penulisan skripsi, penelitian sampai skripsi ini selesai dan memberikan
kesempurnaan pada skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan
2. Bapak Drs. Nasrun, M.S Selaku Dekan, bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S
iii
Pembantu Dekan II, dan bapak Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd selaku
Pembantu Dekan III
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan dan juga ibu Dra. Nurarjani, M.Pd selaku
sekertaris Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Medan
4. Ibu Dra. Kemali Syarif, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA)
yang telah banyak memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Dosen - dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang sangat
membangun dalam skripsi ini yaitu Ibu Nani Barorah Nasution, S.Psi,
MA, Ibu Dra. Nurarjani, M.Pd serta Ibu Dra.Zulhaini S
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang
telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dukungan, saran dan motivasi
kepada penelitian selama berada didalam maupun di luar perkuliahan.
7. Seluruh Staff dan pegawai fakultas Ilmu Pendidikan, pegawai
perpustakaan Universitas Negeri Medan atas kerjasama dan bantuan
kepada peneliti terutama dalam usaha surat-menyurat.
8. Bapak DR. Burhanuddin, M.Pd selaku Kepala Sekolah MAN 2 Model
Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di MAN 2 Model Medan, serta bantuan dan kerjasama kepada
penulis selama penelitian di sekolah tersebut.
9. Rasa hormat dan terimakasih penulis kepada Bapak Khairun Na’im, S.Pd.I
selaku guru BK, guru – guru bidang studi, dan seluruh staf pegawai di
iv
atas sikap kekeluargaan yang penulis terima sejak mulai melakukan
observasi sehingga selesai di MAN 2 Model Medan.
10.Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Bonirin dan
Ibunda Almh. Sarinah yang telah banyak memberi kasih sayang kepada
penulis dalam segi moril, materil, dan spiritual, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Pendidikan S1 pada Program Studi Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan / BK FIP Universitas Negeri Medan. Terima kasih selalu
mendoakan dan memperjuangkan penulis dengan sepenuh hati dalam
menyelesaikan studi sampai ke perguruan tinggi.
11.Saudara – saudaraku yang sangat ku sayangi Karta Sasmita dan istri, Beni
Sumitra dan istri, serta Ade Irma Dani dan suami. Serta keponakan –
keponakanku yang telah banyak menghibur penulis disaat penulis mulai
jenuh Putri Aulia Sika, Hafizh Teguh Kesuma, Khaylila Zelvia Bilbina,
Fabian Puja Bentama, Andra Aditya Gasali, dan Agiskya Anjani Fazila.
12.Buat seluruh saudara – saudara penulis yang telah memberikan bantuan,
dukungan dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
13.Sahabat – sahabatku tersayang Lailan, Syeiha, Mei, Febri dan Nisa, serta
Andri Pranata yang selalu memberikan dukungan, doa, dan telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14.Buat teman – teman BK Reguler B tanpa terkecuali , dan teman – teman
satu bimbingan terkhusus (surnia dan mawaddah), serta teman – teman BK
v
15.Dan tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada siswa/i MAN 2 Model
Medan yang membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
16.Juga untuk teman-teman PPLT 2013 SMKN 1 Siantar. serta semua pihak
yang tidak tersebutkan oleh penulis, terima kasih atas dukungan dan
doanya.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan baik dari isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, saya ucapkan terima kasih.
Medan, September 2014
Penulis
Dewi Sartika
i
ABSTRAK
Dewi Sartika. NIM. 1103151014. Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Realita Dalam Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2014.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Realita Dalam Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Realita Dalam
Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain Pre-Test dan Post-Test. Subjek dalam penelitian ini adalah 8 siswa yang memiliki perilaku asertif rendah. Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data adalah angket perilaku asertif. Sebelum digunakan, angket ini terlebih dahulu diuji cobakan terhadap 30 orang sebanyak 54 item pernyataan. Setelah diuji coba ditemukan 34 item yang valid sedangkan yang tidak valid sebanyak 20 item. Teknik analisis data menggunakan Uji tanda wilcoxon.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Realita Dalam Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh
dari rata – rata Pre-Test perilaku asertif = 63,75 dan rata – rata Post-Test perilaku
asertif=103,875. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji tanda wilcoxon yang
menunjukkan bahwa pada taraf signifikan 5% Jtabel = 4 maka nilai Jhitung < Jtabel =
0 < 4 serta Zhitung < Ztabel = -2,52 < -1,96. Sehingga, Perilaku Asertif siswa yang mendapatkan Layanan Konseling Kelompok Realita lebih tinggi daripada sebelum mendapatkan Layanan Konseling Kelompok Realita. Maka Hipotesis dapat diterima.
vi
A. Pengertian Perilaku Asertif ... 10
B. Aspek – Aspek Perilaku Asertif ... 12
C. Karakteristik Perilaku Asertif ... 14
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif ... 15
vii
2.1.2 Konseling Kelompok ... 18
A. Pengertian Konseling Kelompok ... 18
B. Tujuan Konseling Kelompok ... 20
C. Kekuatan Konseling Kelompok ... 21
D. Tahap – Tahap Konseling Kelompok ... 23
2.1.3 Pendekatan Realita ... 26
A. Pengertian Pendekatan Realita ... 26
B. Konsep Utama Pendekatan Realita ... 28
C. Ciri – Ciri Pendekatan Realit ... 30
D. Kelebihan Pendekatan Realita ... 31
E. Prosedur Pendekatan Realita ... 32
2.1.4 Meningkatkan Perilaku Asertif Melalui Konseling Kelompok Realita ... 35
2.2 Kerangka Konseptual ... 37
3.5 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 43
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.6.1 Angket ... 44
viii
3.6.3 Reliabilitas ... 47
3.7 Teknik Analisis Data ... 48
3.7.1 Uji Wilcoxon ... 48
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ... 51
4.2.1 Uji Validitas ... 52
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 53
4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 54
4.3.1 Data Pre-test Perilaku Asertif Siswa ... 54
4.3.2 Data Post-test Perilaku Asertif Siswa ... 54
4.4 Uji Hipotesis ... 56
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 61
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Karakteristik Perilaku Asertif ... 14
Tabel 3.1 : Pemberian Skor Angket Berdasarkan Skala Likert ... 44
Tabel 3.2 : Kisi – Kisi Instrumen Angket Perilaku Asertif Uji Coba ... 45
Tabel 4.1 : Kisi – Kisi Instrumen Angket Perilaku Asertif Valid ... 52
Tabel 4.2 : Penomoran Angket Perilaku Asertif Valid ... 53
Tabel 4.3 : Hasil Pre - Test ... 54
Tabel 4.4 : Hasil Post - Test ... 54
Tabel 4.5 : Deskripsi Data Pre-test dan Post-test ... 55
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4.1 Grafik Data Pre – Test dan Post Test Perilaku
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Angket Uji Coba Perilaku Asertif ... 65
Lampiran 2 : Uji Validitas Angket Perilaku Asertif ... 68
Lampiran 3 : Perhitungan Uji Validitas Angket Perilaku Asertif ... 70
Lampiran 4 : Perhitungan Reliabilitas Angket Perilaku Asertif ... 74
Lampiran 5 : Angket Valid Perilaku Asertif ... 78
Lampiran 6 : Sebaran Data Pre - Test ... 81
Lampiran 7 : Sebaran Data Post - Test... 82
Lampiran 8 : Tabulasi Data Penelitian ... 83
Lampiran 9 : Perhitungan Kategori Perilaku Asertif Sebelum Layanan Konseling Kelompok Realita ... 84
Lampiran 10 : Perhitungan Harga Rata – Rata (M) dan Standart Deviasi (SD) Pre - Test ... 86
Lampiran 11 : Perhitungan Kategori Perilaku Asertif Sesudah Layanan Konseling Kelompok Realita ... 87
Lampiran 12 : Perhitungan Harga Rata – Rata (M) dan Standart Deviasi (SD) Post –Test ... 88
Lampiran 13 : Uji Hipotesis ... 89
xii Lampiran 15 : Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok (RPLKK) ... 94
Lampiran 16 : Daftar Hadir Peserta KKp Realita ... 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan
yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan
yang lain merupakan suatu gejala yang wajar dalam kehidupan. Dalam hubungan
tersebut komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting. Corak
komunikasi akan banyak ditentukan oleh latar belakang orang yang
berkomunikasi, seperti kebiasaan dan kepribadian. Agar komunikasi berlangsung
secara efektif seseorang perlu memiliki kemampuan asertif. Kemampuan asertif
adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan menegaskan
hak-hak seseorang tetap menghargai perasaan dan hak orang lain ( dalam
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan-kemampuan-asertif/).
Asertif berasal dari bahasa inggris yaitu ascertain yang berarti
menentukan,menetapkan. Joseph Wolpe (dalam
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan-kemampuan-asertif/) mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku individu yang penuh
keyakinan diri. Berdasarkan pengertian diatas dapat diartikan bahwa perilaku
asertif adalah perilaku yang merupakan pengungkapan perasaan, minat, pikiran,
kebutuhan, pendapat yang dilakukan secara bijaksana, adil, serta penuh keyakinan
diri, tepat dan tegas, bertanggung jawab serta tetap memperhatikan penghargaan
atas kesetaraan dan hak orang lain.
2
Bersikap tegas (perilaku asertif) adalah ekspresi yang jujur dan tepat
mengenai perasaan, opini, dan kebutuhan. Orang yang tegas mampu memberitahu
orang lain tentang hal – hal yang diinginkan dan tidak diinginkan. Ketegasan
berarti kemampuan untuk menyatakan keinginan dengan tenang, apa yang
diinginkan atau tidak diinginkan oleh seseorang dan bagaimana ia ingin
diperlakukan (Hadfield dan Hasson, 2010 : 8)
Perilaku asertif membuat seseorang menjadi lebih percaya diri dan merasa
berharga, memiliki konsep diri yang tepat dalam kehidupan sehari-hari, serta
memperoleh hubungan yang adil dengan orang lain dan orang lain akan memberi
respon yang positif terhadapnya. Asertif adalah ketegasan, keberanian
menyatakan pendapat sekaligus tetap menghormati dan peka terhadap kebutuhan
orang lain, sehingga menemukan kompromi yang sama-sama menguntungkan.
Ketekunan, keyakinan diri, semangat, tanggungjawab, disiplin, dan kesadaran diri
yang dimiliki oleh individu yang asertif akan mempermudah untuk mencapai
tujuannya(dalamhttp://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan
-kemampuan-asertif/).
Kemampuan asertif sangat perlu dimiliki oleh siswa SMA. Tapi pada
kenyataannya banyak siswa yang belum mampu berperilaku asertif. Hal ini sesuai
dengan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di MAN 2 Model Medan
ditemukan beberapa siswa yang memiliki perilaku tidak asertif. Hal ini terlihat
pada siswa yang tidak berani menolak memberikan contekan kepada teman
sebangkunya dikarenakan segan setiap hari temannya tersebut mau mengantar
jemputnya pulang pergi sekolah, siswa yang tidak berani menolak ketika ia
3
temannya tersebut, siswa yang tidak berani meminta kembali barang yang
dipinjam temannya hanya karena segan, siswa yang tidak berani menolak ketika
diajak merokok temannya karena takut dijauhi, siswa yang setiap harinya
dikompasi oleh temannya namun ia tidak berani melawannya, dan siswa yang
tidak berani menolak ketika disuruh- suruh membeli makanan di kantin pada saat
jam istirahat sekolah karena takut dijauhi teman – temannya. Mereka tidak berani
untuk mengambil sikap secara tegas dan tidak mampu mengungkapkan ekspresi
mengenai perasaan, opini dan kebutuhan secara lugas dan percaya diri. Mereka
seringkali mengikuti kemauan teman – temannya padahal mereka tidak
menghendakinya hanya karena mereka takut dijauhi oleh teman – temannya.
Selain dari hasil observasi diatas, peneliti juga melakukan wawancara
dengan guru BK di sekolah tersebut. Dan hasil yang di dapat tidak jauh berbeda
dengan hasil observasi tersebut, yaitu masih kurangnya kemampuan siswa untuk
berperilaku asertif dikarenakan terlalu memikirkan perasaan teman – temannya
dan menyampingkan perasaan sendiri serta sebagian siswa takut dijauhi oleh
temannya jika ia tidak mengikuti semua kemauan temannya tersebut. Dan
berdasarkan hasil wawancara tersebut guru BK menyampaikan siswa yang kurang
mampu berperilaku asertif sebagian besar berada di kelas X IPA 3, maka kelas
tersebutlah yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini.
Kasus dalam dunia pendidikan adalah remaja yang tidak tegas atau takut
menolak teman yang ingin mencontek. Biasanya siswa yang mengalami situasi
tersebut merasa takut, malu atau sungkan mengemukakan keinginan atau
pendapatnya secara terbuka, tidak percaya diri, takut dijauhi, dan disepelekan oleh
4
Banyak remaja non-asertif yang amat dihinggapi rasa takut sehingga
mereka tidak mau menyatakan perasaan, kebutuhan, dan pendapatnya yang paling
biasa sekalipun, sehingga remaja selalu merasa bersalah atas segala tindakan atau
keputusan yang diambilnya itu. Banyak remaja yang menyatakan ide atau
kebutuhannya dengan cara begitu tidak menonjolkan diri, sehingga orang lain
tidak menghargai atau bahkan meremehkan mereka. Oleh karena itulah remaja
cenderung enggan bersikap asertif, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan yaitu adanya rasa takut apabila nantinya dijauhi oleh teman-temannya
atau kelompoknya (dalam
http://voeaddie.blogspot.com/2007/09/pengaruh-perilaku-asertif-terhadap.html).
Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk
meminta bantuan atau minta tolong orang lain, kecakapan untuk mengekspresikan
perasaan – perasaan positif maupun negatif. Kecakapan untuk melakukan inisiatif
dan memulai pembicaraan. Bentuk perilaku asertif sebagai kecakapan,
mengekspresikan emosi baik secara verbal maupun non verbal ( Iriani, dalam
Sanovaria, 2013:2)
Perilaku asertif mempunyai peranan yang penting bagi penyesuaian sosial.
Bila individu berperilaku asertif, maka ia mampu menyatakan perasaan dan
keyakinan terbuka, langsung, jujur dan sebagaimana mestinya akan
mengembangkan dirinya lebih percaya diri, lebih luwes dan ramah serta lebih
pandai bergaul sehingga akan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Selain itu
dengan berperilaku asertif memiliki banyak keuntungan, diantaranya : dengan
5
dikendalikan orang lain, efektif dalam berinteraksi, lebih dihargai orang lain,
menjadi lebih percaya diri dan memiliki rasa puas (Sanovaria, 2013:3-4).
Konseling merupakan suatu proses intervensi yang bersifat membantu
individu untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan hubungannya
dengan orang lain. Konseling bisa dilakukan secara individual ataupun kelompok.
Konseling kelompok berorientasi pada perkembangan individu dan usaha
menemukan kekuatan – kekuatan yang bersumber pada diri individu itu sendiri
dalam memanfaatkan dinamika kelompok. Kegiatan konseling kelompok
merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara
sadar, perasaan – perasaan, dan perilaku – perilaku anggota untuk meningkatkan
kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Melalui
konseling kelompok, individu menjadi sadar akan kelemahan dan kelebihannya,
mengenali keterampilan, keahlian dan pengetahuan serta menghargai nilai dan
tindakannya sesuai dengan tugas – tugas perkembangan (Wibowo, 2005 : 33-34 ).
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam konseling
kelompok. Tinggal tiga pendekatan untuk diterapkan dalam konseling kelompok
yaitu Rational Emotive Therapy, Konseling Behavioristik, dan wawancara untuk
menyesuaikan diri (Interview for Adjustment) (Winkel, 2006:619). Konseling
Behavioristik terbagi dalam Terapi Realita dan Multimodal Counseling. Maka
dalam penelitian ini peneliti menganggap pendekatan yang paling sesuai untuk
diterapkan adalah Terapi Realita.
Terapi realitas menekankan pertimbangan – pertimbangan nilai. Terapi
realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai
6
kegagalan yang dialaminya. Terapi ini beranggapan bahwa perubahan mustahil
terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan
mengenai sifat – sifat konstruktif dan destruktifnya. Jika para klien menjadi sadar
bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka inginkan dan bahwa
tingkah laku mereka merusak diri, maka ada kemungkinan yang nyata untuk
terjadinya perubahan positif, semata – mata karena mereka menetapkan bahwa
alternatif – alternatif bisa lebih baik daripada gaya mereka sekarang yang tidak
realistis (Corey, 2005 : 266 – 267)
Dari uraian – uraian diatas dapat di simpulkan bahwa dengan konseling
kelompok realita, siswa dapat terbantu untuk dapat bertanggung jawab terhadap
tingkah lakunya dalam bentuk nyata, dapat memahami dirinya dalam menemukan
jalan yang lebih efektif, mengetahui hak – hak pribadinya tanpa melanggar hak
orang lain, dan dapat mengembangkan serta membina kepribadian atau kesehatan
mental siswa secara sukses.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dengan memberikan layanan
konseling kelompok realita dapat membantu siswa untuk mengatasi masalahnya
mengenai perilaku asertif karena dalam layanan konseling kelompok realita ini
siswa diminta untuk dapat bertindak sesuai realita agar bisa meningkatkan harga
dirinya. Sehubungan dengan hal ini maka penulis ingin melakukan penelitian
yang berjudul “ Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Realita Dalam
7
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasikan
masalah penelitian ini adalah :
a. Siswa tidak bisa untuk berkata tegas terhadap diri sendiri maupun orang lain
b. Siswa tidak berani untuk berkata “ Tidak”
c. Siswa tidak bisa mengungkapkan keinginannya secara lugas dan percaya diri
d. Siswa tidak mampu menyampaikan ekspresi yang jujur dan tepat mengenai
perasaan, opini dan kebutuhannya
e. Siswa merasa takut dijauhi teman – temannya
f. Siswa tidak mampu meminta pertolongan orang lain pada saat ia
membutuhkannya
g. Siswa tidak mampu menolak ajakan temannya yang dianggapnya salah
h. Siswa tidak mampu mempertahankan hak – hak pribadinya
1.3 Batasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki baik waktu, kemampuan
dan dana untuk melakukan penelitian ini. Peneliti perlu membatasi masalah
penelitian pada masalah perilaku asertif, dengan strategi layanan konseling
kelompok realita. Dan siswa yang menjadi objeknya adalah siswa kelas X IPA 3
8
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
dalam penelitian ini adalah : “ Apakah ada pengaruh layanan konseling kelompok
realita dalam meningkatkan perilaku asertif siswa kelas X IPA 3 MAN 2 Model
Medan T.A 2014/2015”?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui
pengaruh layanan konseling kelompok realita dalam meningkatkan perilaku
asertif siswa kelas X IPA 3 MAN 2 Model Medan T.A 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Manfaat Konseptual
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan teori Bimbingan Konseling khususnya mengenai Layanan
Konseling Kelompok Realita dan menjadi tambahan referensi untuk kajian –
kajian psikologi dan komunikasi interpersonal khususnya tentang perilaku asertif.
b. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi :
1. Bagi Konselor
Dapat dijadikan bahan evaluasi untuk menangani masalah siswa yang berperilaku
9
2. Bagi Orang Tua
Dapat dijadikan bahan tambahan untuk menangani masalah anak yang berperilaku
tidak asertif dirumah.
3. Bagi Siswa
Dapat dijadikan masukan untuk bisa berperilaku asertif dalam kehidupan sehari –
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan pemberian layanan konseling kelompok realita dalam meningkatkan
perilaku asertif siswa kelas X MAN 2 Model Medan. Hasil perhitungan pada
kelompok perlakuan diperoleh Jhitung = 0, Dengan α = 0,05 dan n=8, maka
berdasarkan daftar, Jtabel = 4. Dari data tersebut terlihat bahwa Jhitung lebih kecil
dari Jtabel (0 < 4). Karena J hitung lebih kecil dari J tabel, maka Hipotesis Ho
ditolak hal ini diperkuat dengan persamaan rumus Z. Karena nilai z hitung adalah
-2,52 dan itu lebih kecil dari nilai z tabel yaitu -1,96 . Maka hipotesis ditolak
artinya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sehingga,
perilaku asertif siswa sesudah mengikuti layanan konseling kelompok realita lebih
tinggi daripada sebelum mengikuti layanan konseling kelompok realita.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis dalam penelitian ini adalah :
a) Bagi pihak sekolah terutama kepada guru BK agar lebih memperhatikan
masalah perilaku asertif siswa, salah satunya dengan cara mengadakan
layanan konseling kelompok realita.
b) Untuk konselor sekolah hendaknya mengadakan kegiatan-kegiatan yang
menarik, seperti menggunakan layanan informasi secara klasikal dengan
berbagai media seperti video dan media bimbingan kelompok untuk
meningkatkan perilaku asertif.
62
c) Kepada peneliti lain yang menaruh perhatian untuk meneliti tentang
perilaku asertif, agar lebih memperhitungkan aspek – aspek lain yang
memiliki hubungan dengan konsep diri siswa seperti aspek fisik, aspek
moral, aspek pribadi, aspek keluarga, dan aspek sosial. Karena perilaku
asertif berkaitan dengan aspek – aspek tersebut.
d) Untuk para siswa hendaknya dapat meningkatkan perilaku asertif, dan bagi
yang belum mampu berperilaku asertif hendaknya mau mengikuti kegiatan
– kegiatan yang dapat meningkatkan perilaku asertif siswa seperti layanan
63
DAFTAR PUSTAKA
A’yuni, Qurotul. 2010. Perbedaan Tingkat Asertivitas Antara Siswa Dari
Keluarga Lengkap Dengan Siswa Dari Keluarga Single Parent Di
SMK Negeri 1 Pakong Pamekasan Pakong. Malang: Fakultas Psikologi
UIN Maulana Malik Ibrahim MALANG. Skripsi diterbitkan (online)
(http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06410098.pdf ,diakses 12 Februari 2014)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Calhoun, James F dan Acocella, Joan Ross. 1990. Psychology of Adjustment and
Human Relationships. New York: Trump Medium dari Ruttle,
Shaw & Wetherill.
Christiani, Lusi. 2013. Meningkatkan Harga Diri Siswa Melalui Penerapan
Konseling Realita di Kelas XI SMA Negeri 19 Medan Kecamatan
Seruwai Belawan Tahun Ajaran 2012/2013. Medan: BK FIP
UNIMED. Skripsi tidak diterbitkan.
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Hadfield, Sue dan Hasson, Gill.2010. Bersikap Tegas Dalam Segala Sesuatu. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Http://voeaddie.blogspot.com/2007/09/pengaruh-perilaku-asertif-terhadap.html diakses 07 januari 2014
Http://bimbingandan konseling 07.blogspot.com/2012/11/reality-therapy.html
diakses 06 juni 2014
Marini, Liza dan Andriani, Elvi. 2005. Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau
Dari Pola Asuh Orang Tua. Jurnal Psikologi. Vol 1 No 2.
(online)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15714/1/psi-des2005- %20%281%29.pdf , diakses 08 Januari 2014).
O’brien, Paddy. 1995. Sikap Tegas ( Sebuah Petunjuk Kerja ). Jakarta: Gunung
Mulia.
64
Rosita, Herni. 2007. Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Kepercayaan
DiriPadaMahasiswa.(online)(http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/
graduate/psychology/2007/ Artikel_1050 2099.pdf , diakses 10 Januari 2014).
Rumeangan, Jemmy. 2010. Metode Penelitian dengan SPSS. Batam: Uniba Press.
Sanovaria. 2013. Pengaruh Penggunaan Tekhnik Assertive Training Dalam
Konseling Individu Untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Pada Siswa
Kelas X SMA RK Deli Murni Delitua. Medan: BK FIP UNIMED.
Skripsi tidak diterbitkan.
Sudjana. 2008. Metode statistika ed. 6. Bandung: PT Tarsito Bandung
Susanto, Hadi. 2013. Meningkatkan Kemampuan Asertif. (online).
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan-kemampuan-asertif/, diakses 05 Januari 2014
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Wibowo, E, Mungin, H. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UPT UNNES Press.
Winkel, W.S dan Hastuti, Sri. 2006. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yasdiananda, W. E . 2013. Hubungan Antara Self Esteem Dengan Asertivitas
Pada Siswa kelas X SMAN 5 MERANGIN. Jurnal Psikologi. Vol 1 No 1.
(online)(http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/psi/article/view/602/3