• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek antidiabetes infusa daun paitan (Tithonia diversifolia) 10% pada tikus jantan galur wistar terinduksi streptozotosin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek antidiabetes infusa daun paitan (Tithonia diversifolia) 10% pada tikus jantan galur wistar terinduksi streptozotosin"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK ANTIDIABETES INFUSA DAUN PAITAN (Tithonia diversifolia) 10% PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI

STREPTOZOTOSIN

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Progam Studi Farmasi

Oleh :

Masrial Zalukhu

NIM : 138114061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEK ANTIDIABETES INFUSA DAUN PAITAN (Tithonia diversifolia) 10% PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI

STREPOZOTOSIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Masrial Zalukhu

NIM : 138114061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk segala sesuatu “ADA MASANYA” untuk apapun dibawah langit “ADA WAKTUNYA”

― Pengkhotbah 3:1―

(7)

vi PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuha Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang

telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan naskah skripsi yang berjudul “Efek Antidiabetes Infusa Daun Paitan

(Tithonia Diversifolia) 10% Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Streptozotosin”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Univeritas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan serta bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak drh. Sugiyono, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah membimbing dan mendampingi dengan sangat baik selama

proses pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah

memberi kritik dan saran yang sangat membangun untuk penelitian ini.

4. Ibu Dr. Yustina Hartini, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah

memberi kritik dan saran yang sangat membangun untuk penelitian ini.

5. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku Dosen

Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini.

6. Ibu Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku Kepala Penanggung Jawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam

penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian.

7. Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, Pak Wagiran, Pak Sigit, Pak

Parlan, selaku laboran yang telah membantu selama penelitian.

8. Keluarga tercinta Bapak Deliana Zalukhu dan Ibu Merina Hulu, kakak

terkasih Marta Lisna Wati Zalukhu, Pakde Fatizaro hulu dan Bude Tuti

(8)

vii

9. Rekan-rekan tim “MAN dan ATUNG yaitu Meliana, Ajeng Dwi

Kartika Sari, Vania Jessica Ongkers, Gregorius Kevin Besari, Willy

Sandjojo, Willy Juneidi Sine, Aloysius Alpha Dewo Suryo

Kusharyadiatas” atas segala kerjasama, dukungan serta bantuan selama

proses pengerjaan skripsi.

10. Sahabat-sahabat terkasih Sari, Priska, ucil, yoke, prisil, tiwi dan Aven

yang selalu mengasihi, mendukung dan membantu dalam berbagai

situasi dan kondisi.

11.Teman-teman FSM B 2013, FKK B 2013 dan Keluarga Besar Farmasi

2013, terimakasih atas kebahagiaan dan kebersamaan selama ini.

12.Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan naskah skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini, oleh

karena itu kritik dan saran yang dapat membangun sangat diharapkan dari semua

pihak.Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Yokyakarta, 5 Juni 2017

(9)
(10)

ix DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

KESIMPULAN ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 17

(11)

x

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel I. Rerata Kadar Glukosa Darah (Mean±SD) ... 6

Tabel II. Hasil Uji LSD Kadar Glukosa Darah Hari ke-14 ... 9

Tabel III. Rerata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah... 10

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Rerata Kadar Glukosa Darah (Mean±SD) ... 7

Gambar 2. Selisih Rerata Penurunan kadar Glukosa Darah Hari 4-14 ... 13

Gambar 3. Pohon paitan ... 18

Gambar 4. Daun paitan ... 18

Gambar 5. Serbuk daun paitan ... 18

Gambar 6. Proses pembuatan infusa daun paitan 10% ... 18

Gambar 7. Proses pembuatan infusa daun paitan 10% ... 18

Gambar 8. Infusa daun paitan 10% ... 18

Gambar 9. Asam sitrat... 19

Gambar 10. Natrium sitrat... 19

Gambar 11.Proses pembuatan buffer sitrat pH 5.5 (asam sitrat) ... 20

Gambar 12. Proses pembuatan buffer sitrat pH 5.5 (natrium sitrat) ... 20

Gambar 13. Buffer sitarat pH 5,5 ... 21

Gambar 14. Streptozotosin ... 21

Gambar 15. Proses pemuasaan tikus sebelum diambil darah ... 21

Gambar 16. Proses pengambilan darah tikus ... 21

Gambar 17.Proses penginduksian tikus dengan streptozotosin secara i.p ... 21

Gambar 18. Proses pemberian infusa daun paitan 10% dan glibenklamid secara p.o ... 21

Gambar 19.Alat sentrifuge ... 22

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Daun paitan dan infusa daun paitan 10% ... 18

Lampiran 2. Cara pembuatan buffer sitrat pH 5,5 dan streptozotosin ... 19

Lampiran 3. Pengukuran kadar glukosa darah dan pemberian infusa daun paitan 10% ... 21

Lampiran 4. Alat sentrifuge dan pengukuran kadar glukosa darah ... 22

Lampiran 5. Surat pengesahan determinasi Tithonia diversifolia [Hemsley] A. Gray... 23

Lampiran 6. Surat hasil uji kadar air simplisia daun paitan ... 24

Lampiran 7. Surat Ethical Clearance (EC) ... 25

Lampiran 8. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data secara statistik ... 26

Lampiran 9. Brosur Reagen GOD-FS ... 27

Lampiran 10. Perhitungan ... 28

Lampiran 11. Bagan skema kerja ... 31

Lampiran 12. Hasil analisis uji statistik kadar glukosa darah ... 32

Lampiran 13. Rata-rata kadar glukosa darah dengan standard Deviation (SD) ... 33

Lampiran 14. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai kadar glukosa darah ... 35

Lampiran 15. Hasil analisis statistika data selisish penurunan kadar glukosa darah hari ke (4-14) ... 38

(14)

xiii ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan penyakit serius, kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup (hormon yang mengatur gula darah), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan.Paitan merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antidiabetes.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas infusa daun paitan 10% sebagai antidiabetes terhadap tikus galur Wistar terinduksi Streptozotosin.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan sederhana acak lengkap pola searah. 18 ekor .tikus jantan galur Wistar dibagi dalam 6 kelompok secara acak. Kelompok I sebagai kontrol basal, kelompok II sebagai kontrol pankreotoksik terinduksi streptozotosin dosis 40 mg/kg BB, kelompok III sebagai kontrol positif diberikan glibenklamid 0,45 mg/kg BB, kelompok III-IV sebagai kelompok perlakuan diberikan infusa daun paitan 10% dengan tiga peringkat dosis 2000;1000 dan 500 mg/kg BB. Pada hari ke-0, 4, 7 dan 14 kadar glukosa darah diukur menggunakan metode enzimatik. Berdasarkan hasil penelitian, infusa daun paitan 10% memiliki aktivitas antidiabetes.Persentase penurunan kadar glukosa darah infusa daun paitan 10% dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut yaitu, dosis 500 mg/kgBB (98,40%); 1000 mg/kgBB (98,14); dan dosis 2000 mg/kgBB (89,40%).

(15)

xiv

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a serious and chronic disease that occurs either when the pancreas does not produce enough insulin (a hormone that regulates blood sugar), or when the body can not effectively used the insulin produced. Paitan is one of the plants that can be used antidiabetic agents. This research aimed to prove the antidiabetic effect of paitanleaves infusion 10%.This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. EighteenWistarrats were devided randomly into six treatment groups. Group I was basal, group II was induced streptozotocin 40 mg/kg BW , group IIIwas given glibenklamid 0.45 mg/kg BW, and group IV-VI were given paitanleaves infusion 10% dosed of 2000;1000 dan 500 mg/kgBW by orally. On days 0, 4, 7 and 14 blood glucose levels were measured using enzymatic methods.The results of this research showed that paitanleaves infusion 10% had an antidiabetic activity.The percentage of blood glucose level reduction bypaitanleaves infusion 10% from the highest to the lowest respectively that is, dose 500 mg / kgBB (98.40%); 1000 mg / kgBW (98.14%); And dose of 2000 mg / kgBB (89.40%).

(16)

1 PENDAHULUAN

Diabetes mellitus merupakan penyakit serius, kronis yang terjadi baik

ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup (hormon yang mengatur

gula darah), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

yang dihasilkan (WHO, 2016). Berbagai keluhan yang dapat ditemukan pada

penyandang diabetes adalah poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat

badan serta keluhan lain yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita (PERKENI, 2011).

Pada umumnya diabetes mellitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe

1 dan diabetes mellitus tipe 2.Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan kurangnya

produksi insulin didalam tubuh sehingga orang dengan penyakit diabetes mellitus

tipe 1 membutuhkan pemberian insulin harian untuk mengatur jumlah glukosa

didalam darah (WHO, 2016).Diabetes mellitus tipe 2 merupakan ketidakefektifan

tubuh dalam menggunakan insulin (WHO, 2016).Faktor genetik dan pengaruh

lingkungan yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus tipe 2, antara lain

obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan (Depkes,

2005).

Pada umumnya, pengobatan DM dibagi menjadi 2 yaitu pemberian

insulin dan obat hipoglikemik oral (OHO) seperti glibenklamid. Namun, seiring

dengan berkembangnya teknologi dan pengetahuan dalam berbagai aspek

kehidupan termasuk dalam bidang kesehatan, membuat banyak masyarakat

beralih lebih memilih pengobatan secara tradisional karena dianggap lebih

menguntungkan dengan efek samping yang lebih kecil dan harga yang lebih

terjangkau dibandingkan obat-obat modern. Salah satu tumbuhan yang dapat

digunakan sebagai alternatif pengobatan DM yaitu tanaman paitan [Tithonia

diversifolia (Hemsl.) Gray].

Berdasarkan penelitian Olayinka, (2015) tanaman paitan memiliki

kandungan yaitu alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, flavonoid dan fenol yang

tersebar pada daun, batang dan akar.Komponen seperti alkaloid, saponin, tannin,

terpenoid, dan flavonoid secara signifikan menunjukkan hasil tertinggi

(17)

2

secara signifikan menunjukan hasil tertinggi pada akar dibandingkan dengan daun

dan batang (Olayinka, 2015). Senyawa flavonoid dapat meningkatkan penggunaan

glukosa di jaringan perifer dan menghambat pengangkutan glukosa melewati

usus(Jadhav and Puchchakayala, 2011). Selain itu, flavonoid memiliki efek

antioksidan melalui kerjanya yang menghambat pembentukan reactive oxygen

species (ROS) dan memicu regenerasi sel β-pankreas (Thongsomdkk., 2013).

Senyawa yang terkandung pada daun paitan yang berfungsi sebagai antidiabetes

dapat diekstraksi menggunakan metode infusa dengan konsentrasi 10%.

Pemilihan metode infusa ini berdasarkan cara masyarakat yang sering

memanfaatkan tanaman sebagai bahan obat dengan metode rebusan. Menurut

Amanatie (2015), flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenol yang

memiliki banyak gugus –OH dengan adanya perbedaan keelektronegatifan yang

tinggi, sehingga sifatnya polar. Golongan senyawa ini mudah terekstrak dalam

pelarut aquades yang memiliki sifat polar karena adanya gugus hidroksil,

sehingga dapat terbentuk ikatan hidrogen.

Penelitian Miura dkk. (2005) menunjukkan bahwa ekstrak air daun paitan

(100, 500, 1500 mg/kg) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit

hiperglikemik setelah 7 jam pemberian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Prasetyo dkk. (2015) menunjukkan bahwa infusa daun paitan (250, 500, 750

mg/kg BB) yang dibandingkan dengan metformin dosis 63 mg/kg BB

menggunakan penginduksi aloksan dapat menurunkan kadar glukosa darah secara

bermakna setelah 7 hari pemberian. Dosis infusa daun paitan 10% yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 2000, 1000 dan 500 mg.kg BB dengan lama

pemmberian 9 hari setelah tikus dinyatakan mengalami diabetes. Penginduksi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah streptozotosin. Streptozotosin merupakan analog dari glukosa toksik yang terakumulasi dalam sel β pankreas melalui transporter glukosa GLUT2 dan bersifat diabetogenik (Nugroho, 2006).

Menurut Manik dkk. (2017) streptozotosin lebih baik dan lebih disukai dalam

menginduksi diabetes mellitus tipe 2 dengan beberapa keuntungan jika

dibandingkan dengan alloksan, yaitu waktu paruh lebih lama, mempertahankan

(18)

3

sel beta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antidiabetes

dan berapa persen aktivitas antidiabetes infusa daun paitan 10%,

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalama penelitian ini adalah seperangkat alat gelas

(beaker glass, labu ukur, gelas ukur, erlenmeyer, corong, pipet tetes, pengaduk),

mortir dan stamper, spuit injeksi, spuit oral, pipa kapiler hematokrit, tabung

effendorf, tabung reaksi, mikropipet 100µL dan 1000µL, yellow tip, blue tip, panci

enamel, kain flannel, timbangan analitik, timbangan tikus, hot plate, sentrifuge,

vortex, Microvitalab-200, oven, mesin penyerbuk, ayakan dengan nomor mesh

40, gelas obyek, gelas penutup, mikroskop. Bahan yang digunakan adalah tikus

jantan galus Wistar, daun paitan, glibenklamid, reagen GOD-FS (Diasys), asam

sitrat, natrium sitrat, penginduksi streptozotosin (Nacalai Tesque, Japan),

aquadest, carboxymethyl cellulose (CMC) Na 0,5%, formalin, dan eter.

Penyiapan Daun paitan

Daun paitan didapatkan dari CV. Merapi Farma Herbal Yogyakartaypada

bulan Oktober 2016.Daun paitan yang telah didapatkan dicuci dengan air

mengalir kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 30-40˚C selama 2

hari. Daun paitan yang telah kering diserbuk dengan mesin penyerbuk kemudian

diayak dengan ayakan nomor mesh 40. Serbuk yang digunakan pada penelitian ini

adalah serbuk yang berada diantara ayakan nomor mesh 40.

Pembuatan Infusa Daun paitan

Serbuk daun paitan yang telah ditimbang sebanyak ±10 g, dimasukkan ke

dalam panci enamel dan dibasahi dengan pelarut aquades sebanyak dua kali bobot

serbuk daun paitan yang telah ditimbang yaitu 20 mL.serbuk dan aquades yang

telah dicampur didalam pancil enamel ditambahkan dengan pelarut aquades

sebanyak 100 mL, kemudian dipanaskan menggunakan penangas air selama 15 menit terhitung saat suhunya 90˚C. Hasil infusa disaring selagi panas menggunakan kain flannel, untuk mendapatkan hasil perasan infusa 100 mL dapat

ditambahkan aquades melalui ampasnya hingga didapat 100 mL (Prasetyo dkk.,

(19)

4 Peringkat Dosis Infusa

Tiga peringkat dosis infusa daun paitan ditentukan berdasarkan

berdasarkan volume maksimal pemberian yaitu 2000, 1000 dan 500 mg/kg BB.

Perlakuan hewan uji

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari The Medical and Health

Research Ethics Committee (MHREC) Fac. of Medicine Gadjah Mada University.

Pada penelitian ini digunakan sebanyak 18 ekor tikus yang dibagi secara acak

kedalam 6 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor

tikus. Hewan uji kemudian diadaptasikan dengan lingkungan sekiar selama 3 hari.

Kelompok I (Basal) tidak diberi perlakuan apapun, kelompok II (Pankreotoksik)

diinduksi dengan streptozotosin 40 mg/kg BB secara intraperitoneal dan tidak

diberi terapi, kelompok III (Kontrol positif) diinduksi dengan streptozotosin 40

mg/kg BB secara intraperitoneal dan diterapi dengan glibenklamid 0,45 mg/kg

BB, kelompok IV-VI diinduksi dengan streptozotosin 40 mg/kg BB secara

intraperitoneal dan diterapi dengan infusa daun paitan dengan tiga peringkat dosis

yaitu 2000; 1000; dan 500 mg/kg BB. Sebelum hewan uji diinduksi dan dilakukan

pengukuran kadar glukosa darah, terlebih dahulu tikus dipuasakan selama 8-12

jam dengan tetap memberi minum.

Penetapan dan Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah tikus ditetapkan secara enzimatis dengan reagen

GOD-PAP Dyasis dan diukur dengan menggunakan mikrovitalab 200.Sampel

darah tikus diambil melalui plexus retro orbitalis pada mata kemudian disentrifuge

pada kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.Serum yang terbentuk diambil

sebanyak 10 µL dan ditambahkan reagen sebanyak 1000 µL kemudian

divortex.Campuran tersebut didiamkan selama operating time 10 menit dan

serapannya dibaca dengan mikrovitalab 200.Kadar glukosa darah dinyatakan

dalam mg/dL. Pengukuran kadar glukosa darah tikus dilakukan pada hari ke 0, 4,

7, dan 14.

Persiapan dan Pembuatan Tikus Diabetes

Hewan percobaan diinduksi menjadi diabetes dengan menggunakan

(20)

5

ke 1 tikus diinduksi dengan streptozotosin secara intraperitoneal. Pada hari ke 4

setelah penyuntikan kadar glukosa darah tikus kembali diukur dan tikus dikatakan

diabetes apabila kadar glukosa darah >200 mg/dL (Soviana dkk., 2014).

Analisis Data

Data kadar glukosa darah dihitung dengan menggunakan Mean±SD dan

persentase penurunan kadar glukosa darah dihitung menggunakan rumus :

% Penurunan hari ke-14 = � � � − −�� � −

� � � − x 100%

(Fahri dkk., 2005) Hasil dianalisis dengan menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui

distribusi data. Berdasarkan uji tersebut didapatkan hasil bahwa semua kelompok

memiliki distribusi normal (p>0,05). Kemudian dilakukan uji homogenitas dengan

menggunakan levene test untuk mengetahui apakah data mempunyai varian yang

sama atau tidak. Data mempunyai varian yang sama apabila p>0,05. Analisis

dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan jika

p<0,05yang menunjukkan bahwa paling tidak terdapat perbedaan rerata kadar

glukosa darah yang bermakna pada dua kelompok maka analisis dilanjutkan

dengan Post Hoc mengggunakan uji LSD untuk mengetahui kelompok yang

berbeda bermakna (Dahlan, 2008).

Hasil Determinasi Tanaman Paitan

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa serbuk daun

paitan dengan sediaan infusa.Daun paitan didapatkan dari CV. Merapi Farma

Yogyakarta pada bulan Oktober 2016. Determinasi dilakukan diDepartemen

Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Berdasarkan hasil yang didapatkan, membuktikan bahwa tanaman yang

digunakan adalah benar tanaman Tithonia diversifolia (Hemsl.) Gray.

Penetepan Kadar Air Serbuk Daun Paitan

Penetapan kadar air menggunakan metode gravimetri yang dilakukan

diLaboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah

Mada. Penetapan kadar air serbuk daun paitan bertujuan untuk mengetahui

kandungan air yang terdapat didalam serbuk sehingga dapat memastikan bahwa

(21)

6

serbuk yang baik adalah memiliki kandungan air <10% (BPOM, 2014).

Berdasarkan hasil yang didapatkan, kadar air serbuk daun paitan adalah 3,84%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan air yang terdapat didalam serbuk

daun paitan telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Aktivitas Antidiabetes Infusa Daun Paitan 10%

Pengujian aktivitas antidiabetas bertujuan untuk mengetahui aktivitas

antidiabetes dan persentase aktivitas antidiabetes infusa daun paitan 10%.Hewan

uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur Wistar berumur

2-3 bulan dengan keseragaman bobot 140-200g.Hal ini bertujuan untuk

memperkecil variasi biologis antar hewan uji sehingga didapatkan respon yang

hampir seragam.Sebelum diberi perlakuan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu

8-12 jam dengan tetap memberi minum.Hal ini bertujuan untuk menghindari

kemungkinan adanya interaksi antara makanan dengan senyawa uji yang dapat

mempengaruhi hasil.

Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran kadar glukosa darah pada hari

ke-0, 4, 7 dan 14 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel I. Rerata Kadar Glukosa Darah (Mean±SD)

Kelompok Hari ke-0 Hari ke -4 Hari ke -7 Hari ke -14 I 75,67  3,51 96,00  2,00 82,33  11,06 95,00  10,15 II 82,67  6,51 469,67  10,02 232,33  20,98 146,33 

20,82 III 82,00  4,00 461,33  14,64 380,67  23,96 102,00  7,94 IV 86,67± 9,29 563 ± 299.04 320,67 ± 162,77 137,33 ± 8,69 V 75,33 ± 11,02 506,67 ± 221,85 315,67 ± 59,88 83,33 ± 20,21 VI 96,00 ± 11,14 381,00 ± 49,67 198,67 ± 108,77 100,67 ±

21,07 Keterangan:

Mean = Rata-rata Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

SD = Standard Deviation

I = Kontrol Basal

II = Kontrol Pankreotoksik III = Kontrol Positif

(22)

7

V = Infusa Daun Paitan 10% Dosis 1000 mg/kg BB VI = Infusa Daun Paitan 10% Dosis 500 mg/kg BB

Gambar 1. Rerata kadar glukosa darah antar waktu

Pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-0 bertujuan untuk melihat apakah

kadar glukosa darah tikus sebagai subyek uji berada dalam batas normal sebelum

diberi perlakuan. Menurut Wolfensohn dan Maggie (2003) kadar glukosa darah

tikus normal adalah 50-135 mg/dL. Berdasarkan Gambar 1 dan Tabel 1 pada hari ke-0 menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tikus pada kelompok basal,

pankreotoksik, positif, infusa daun paitan dosis 2000, 1000, dan 500 mg/kg BB

memiliki kadar dengan Mean±SD secara berturut-turut, yaitu 75,67  3,51; 82,67

 6,51; 82,00  4,00; 86,67± 9,29; 75,33 ± 11,02; 96,00 ± 11,14. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tikus pada semua kelompok perlakuan

pada hari ke-0 berada dalam batas normal.

Tikus pada kelompok pankreotoksik, positif dan infusa daun paitan 10%

dosis 2000, 1000, 500 mg/kg BB kemudian diinduksi dengan streptozotosin dosis

40 mg/kg BB secara intraperitoneal. Streptozotosin merupakan analog dari

glukosa toksik yang terakumulasi dalam sel β pankreas melalui transporter

glukosa GLUT2. Aktivitas alkilasi STZ dihubungkan dengan gugus nitrosourea.

Nitrosourea bersifat lipofilik dan diserap jaringan melalui membran plasma

dengan proses yang cepat. STZ akan terakumulasi dalam sel β pankreas melalui

transporter glukosa GLUT2 dan berikatan dengan carbon-2 dari glukosa. Hal ini

menyebabkan terjadinya perpindahan gugus metal dari STZ ke molekul DNA

sehingga terjadi alkilasi DNA (Lenzen, 2008). Streptozotosin juga mampu

0 100 200 300 400 500 600

Kontro Basal Kontrol Pankreotoksik

Kontrol Positif Infusa 10% 2000 mg/kg BB

Infusa 10% 1000 mg/kg BB

Infusa 10% 500 mg/kg BB

H-0

H-4

H-7

(23)

8

membangkitkan oksigen reaktif yang mempunyai peran tinggi dalam kerusakan sel β pankreas. Pembentukan anion superoksida karena aksi STZ dalam mitokondria dan peningkatan aktivitas xantin oksidase. Dalam hal ini, STZ

menghambat siklus Krebs dan menurunkan konsumsi oksigen mitokondria.

Produksi ATP mitokondria yang terbatas selanjutnya mengakibatkan pengurangan secara drastis nukleotida sel β pankreas (Nugroho, 2006). Sedangkan buffer sitrat yang digunakan sebagai pelarut tidak memberikan efek terhadap penginduksian

(Sellamuthu et al, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tokan

(2014), setelah 3 hari penginduksian streptozotosin kadar glukosa darah tikus

mengalami kenaikan. Tikus dinyatakan diabetes apabila kadar glukosa darah >200

mg/dL (Soviana dkk, 2014). Pada Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa

pada hari ke-4 terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada kelompok

pankreotoksik, positif, infusa daun paitan dosis 2000, 1000, dan 500 mg/kg BB

jika dibandingkan dengan grafik kadar glukosa darah tikus pada hari ke-0.

Mean±SD kadar glukosa darah pada kelompok pankreotoksik, positif, infusa daun

paitan dosis 2000, 1000, dan 500 mg/kg BB, yaitu 469,67  10,02; 461,33 

14,64; 563 ± 299.04; 506,67 ± 221,85; 381,00 ± 49,67. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa tikus mengalami hiperglikimia dan perlakuan dilanjutkan

sesuai kriteria dari masing-masing kelompok yang sudah ditentukan.

Tabel II. Hasil Uji LSD Kadar Glukosa Darah Hari ke-7

Kelompok I II III IV V VI

I - BTB BB BB BB BTB

II BTB - BTB BTB BTB BTB

III BB BTB - BTB BTB BB

IV BB BTB BTB - BTB BTB

V BB BTB BTB BTB - BTB

VI BTB BTB BB BTB BTB -

Keterangan :

(24)

9

Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah hari ke-7 kelompok kontrol

basal, pankreotoksik, positif, infusa daun paitan 10% 2000, 1000, dan 500 mg/kg

BB pada Gambar 1 dan Tabel 1 secara berturut-turut, yaitu 82,33  11,06; 232,33  20,98; 380,67  23,96; 320,67 ± 162,77; 315,67 ± 59,88; 198,67 ±

108,77. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada kelompok

basal tetap pada batas normal. Kelompok basal digunakan untuk mengetahui

kadar glukosa darah normal tikus. Sedangkan pada kelompok kontrol

pankreotoksik kadar glukosa darah mengalami penurunan yang seharusnya tidak

terjadi penurunan karena tidak diberi terapi. Kontrol pankreotoksik bertujuan

sebagai gambaran populasi hewan uji yang mengalami hiperglikemia. Menurut

penelitian Tokan (2014) penurunan kadar glukosa darah yang terjadi pada

kelompok kontrol pankreotoksik mungkin disebabkan karena kerusakan sel β

pankreas yang terjadi pada tikus terinduksi streptozotosin tidak rusak secara

permanen sehingga sel-sel β pankreas dewasa yang mengandung sel β prekusor

mengalami regenerasi. Sel yang tidak terpengaruh oleh streptozotosin sebagai

penginduksi nekrosis, akan menunjukkan terjadinya peningkatan mitosis,

apoptosis dan hipertrofi. Hipertrofi diduga berhubungan dengan peningkatan

massa sel β yang mengalami kematian sel dan hal ini merupakan mekanisme

regulasi yang berkaitan dengan angka mitosis, sehingga dapat mempertahankan

jumlah sel islet yang cukup. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan adanya

transdiferensiasi atau perubahan dari sel non β menjadi sel penghasil insulin

(Damasceno dkk., 2014). Berdasarkan hasil uji LSD kadar glukosa darah pada

hari ke-7 kelompok kontrol positif, infusa daun paitan 10% dosis 2000 dan 1000

mg/kg BB menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p<0,05) jika dibandingkan

dengan kelompok basal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian glibenklamid dan

infusa daun paitan 10% dosis 2000 dan 1000 mg/kg BB mampu menurunkan

kadar glukosa darah tikus yang terinduksi streptozotosin, namun penurunan kadar

glukosa darah yang dihasilkan belum sebanding dengan kadar glukosa normal

pada kelompok basal atau hewan uji masih dalam kondisi diabates karena kadar

glukosa darah masih >200 mg/dL. Sedangkan infusa daun paitan dosis 500 mg/kg

(25)

10

dibandingkan dengan kontrol basal. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar

glukosa darah yang dihasilkan oleh infusa daun paitan 10% dosis 500 mg/kg BB

hampir mencapai kadar glukosa normal tikus pada kelompok basal dengan

rata-rata penurunan kadar glukosa darah yang dihasilkan dibawah 200 mg/dL.

Sedangkan pada kelompok infusa daun paitan 10% dosis 2000 dan 1000 mg/kg

BB menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna (p>0,05) jika dibandingkan

dengan kelompok kontrol positif yang diberikan glibenklamid. Hal ini

menunjukkan bahwa infusa daun paitan dosis 2000 dan 1000 mg/kg BB mampu

menurunkan kadar glukosa darah setara dengan kelompok yang diberikan

glibenklamid. Namun kadar glukosa darah yang dihasilkan belum mencapai kadar

glukosa normal jika dibandigkan dengan kelompk basal. Jika kelompok infusa

daun paitan 10% dosis 500 mg/kg BB dibandingkan dengan kontrol postif

glibenklamid dosis 0,45 mg/kg BB, menunjukkan hasil yang berbeda bermakna

(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa infusa daun paitan 10% dosis 500 mg/kg

BB memiliki aktivitas menurunkan kadar glukosa darah lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok yang diberikan glibenklamid. Hasil uji LSD antara kelompok

infusa daun paitan dosis 2000, 1000 dan 500 mg/kg BB menunjukkan hasil

berbeda tidak bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar

glukosa darah yang antara tiga peringkat dosis infusa daun paitan 10% pada hari

ke-7 memiliki aktivitas yang sama. Sehingga berdasarkan hasil yang didapatkan

perlakuan masih dilanjutkan sampai hari ke-13 karena sebagian besar dari semua

kelompok memiliki rata-rata kadar glukosa darah masih >200 mg/dL, kemudian

kadar glukosa darah kembali diukur pada hari ke-14. Glibenklamid digunakan

sebagai kontrol positif karena glibenklamid merupakan salah satu obat pilihan

bagi penderita diabetes mellitus tipe 2. Glibenklamid merupakan obat golongan

sulfonilurea generasi kedua yang bekerja dengan merangsang sel beta pankreas

untuk melepaskan insulin yang tersimpan sehingga bermanfaat pada pasien yang

masih masih mampu mensekresi insulin (Sudoyo, 2009). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Tokan (2014), pada kelompok kontrol negatif yang diberikan

CMC Na 0,5% memiliki kadar glukosa darah yang tidak berbeda bermakna

(26)

11

langerhans secara struktural dengan persentase kerusakan sebesar 0%. Hal

tersebut membuktikan bahwa CMC Na 0.5% sebagai pelarut glibenklamid yang

digunakan dalam penelitian ini tidak mempengaruhi kadar glukosa darah pada

tikus.

Tabel III. Hasil Uji LSD Kadar Glukosa Darah Hari ke-14

Kelompok I II III IV V VI

I - BB BTB BB BTB BTB

II BB - BB BTB BB BB

III BTB BB - BB BTB BTB

IV BB BTB BB - BB BB

V BTB BB BTB BB - BTB

VI BTB BB BTB BB BTB -

Keterangan :

BB = Berbeda Bermakna (p<0,05) BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)

Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah hari ke-14 kelompok

kontrol basal, pankreotoksik, positif, infusa daun paitan 10% 2000, 1000, dan 500

mg/kg BB pada Gambar 1 dan Tabel 1 secara berturut-turut, yaitu 95,00  10,15; 146,33  20,82; 102,00  7,94; 137,33 ± 8,69; 83,33 ± 20,21; 100,67 ±

21,07. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada kelompok

basal tetap pada batas normal sedangkan pada kelompok kontrol pankreotoksik

kadar glukosa darah mengalami penurunan sampai hari ke-14 yang seharusnya

tidak terjadi penurunan karena tidak diberi terapi. Hal ini mungkin disebabkan karena kerusakan sel β pankreas yang terjadi pada tikus terinduksi streptozotosin tidak rusak secara permanen sehingga sel-sel β pankreas dewasa yang mengandung sel β prekusor mengalami regenerasi (Tokan, 2014). Sel yang tidak

terpengaruh oleh streptozotosin sebagai penginduksi nekrosis, akan menunjukkan

terjadinya peningkatan mitosis, apoptosis dan hipertrofi. Hipertrofi diduga

berhubungan dengan peningkatan massa sel β yang mengalami kematian sel dan

(27)

12

sehingga dapat mempertahankan jumlah sel islet yang cukup. Bahkan beberapa

penelitian menunjukkan adanya transdiferensiasi atau perubahan dari sel non β

menjadi sel penghasil insulin (Damasceno dkk., 2014). Berdasarkan hasil uji LSD

kadar glukosa darah pada hari ke-14 kelompok kontrol positif, infusa daun paitan

dosis 1000 dan 500 mg/kgBB menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna

(p>0,05) jikadibandingkan dengan kelompok basal. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian glibenklamid dan infusa daun paitan 10% dosis 1000 dan 500

mg/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang terinduksi

streptozotosin. Penurunan kadar glukosa yang dihasilkan sebanding dengan kadar

glukosa normal tikus pada kelompok basal. Sedangkan pada kelompok infusa

daun paintan dosis 2000 mg/kg BB menunjukkan hasil yang berbeda bermakna

(p<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok basal. Hal ini menunjukkan bahwa

infusa daun paitan dosis 2000 mg/kg BB mampu menurunkan kadar glukosa

darah tikus yang terinduksi streptozotosin, namun penurunan kadar glukosa darah

yang dihasilkan belum sebanding dengan kadar glukosa normal pada kelompok

basal. Jika kelompok infusa daun paitan dibandingkan dengan kontrol postif

glibenklamid dosis 0,45 mg/kg BB, infusa daun paitan dosis 2000 mg/kgBB

menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan kontrol positif. Hal ini

menunjukkan bahwa infusa daun paitan 10% dosis 2000 mg/kg BB memiliki

aktivitas antidiabetes lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan

glibenklamid. Sedangkan pada kelompok infusa daun paitan 10% dosis 1000 dan

500 mg/kgBB menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna jika dibandingkan

dengan kontrol positif. Hal ini berarti pemberian infusa duan paitan 10% dosis

1000 dan 500 mg/kgBB memilki aktivitas antidiabetes setara dengan kelompok

yang diberikan glibenklamid.

Tabel IV. Rerata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah

Kelompok Hari Ke 4-0 Hari Ke 4-14

Positif 379.33 359,33

Infusa Daun Paitan 10% Dosis 2000 mg/kg

BB 476.33 425,67

Infusa Daun Paitan 10% Dosis 1000 mg/kg

BB 431.33 423,33

(28)

13

Tabel V. Persentase Rerata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah

Kelompok Hari Ke 4-14

Kontrol Positif 94,73 %

Infusa Daun Paitan 10% Dosis 2000 mg/kg

BB 89,36 %

Infusa Daun Paitan 10% Dosis 1000 mg/kg

BB 98,14%

Infusa Daun Paitan 10% Dosis 500 mg/kg BB 98,36 %

Gambar 2. Selisih Rerata Penurunan kadar Glukosa Darah Hari 4-14 Tabel VI. Hasil Uji LSD Rerata Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah Hari ke

4-14

Kelompok I II III IV

I - BTB BTB BTB

II BTB - BTB BTB

III BTB BTB - BTB

IV BTB BTB BTB -

Berdasarkan Tabel IV, persentase selisih penurunan kadar glukosa darah dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut yaitu, infusa daun paitan 10%

dosis 500 mg/kgBB (98,36%); 1000 mg/kg BB (98,14%); kontrol positif

(94,73%); dan infusa daun paitan 10% dosis 2000 mg/kgBB (89,36%). Hasil uji

LSD perbandingan antar semua kelompok pada persentase penurunan kadar

gluosa darah menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini menunjukkan

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Positif infusa 10% 2000 mg/kg BB

infusa 10% 1000 mg/kg BB

(29)

14

bahwa kelompok kontrol positif, infusa daun paitan 10% dosis 2000, 1000, dan

500 mg/kg BB memiliki persentase aktivitas penurunan kadar glukosa darah yang

sama antar semua kelompok.

Dosis 500 mg/kg BB pada penelitian ini dipilih sebagai dosis efektif,

karena dosis tersebut merupakan dosis terkecil infusa daun paitan 10% dengan

persentase tertinggi dalam menurunkan kadar glukosa darah. Dosis efektif

merupakan dosis terkecil infusa daun paitan 10% yang dapat menimbulkan efek

antidiabetes. Apabila dosis 500 mg/kg BB dikonversi ke dalam dosis manusia

maka didapatkan dosis 6.05 g/70 kg BB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga peringkat dosis infusa daun

paitan 10% memiliki aktivitas sebagai antidiabetes, namun kemampuan yang

dihasilkan sebagai antidiabetes berbeda-beda. Senyawa yang bertanggung jawab

sebagai antidiabetes dari infusa daun paitan 10% ini adalah flavonoid. Pada

penderita diabetes, hiperglikemia menyebabkan terjadinya peningkatan reactive

oxygen species (ROS), peningkatan stress oksidataif dan kurangnya antioksidan

merupakan awal mula terjadinya komplikasi. Flavonoid berperan penting

melindungi dari kerusakan oksidatif pada penderita diabetes mellitus. Flavonoid

memiliki efek antioksidan melalui kerjanya yang menangkap radikal bebas akibat

stres oksidatif, menghambat pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan memicu regenerasi sel β-pankreas (Thongsom, dkk., 2013). Selain itu, senyawa flavonoid dapat meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan perifer dan

menghambat pengangkutan glukosa melewati usus (Jadhav and Puchchakayala,

2011).

KESIMPULAN

Infusa daun paintan 10% memiliki aktivitas antidiabetes.Persentase selisih

penurunan kadar glukosa darah infusa daun paitan 10% dari yang tertinggi sampai

yang terendah berturut-turut yaitu, dosis 500 mg/kgBB (98.36%); 1000 mg/kgBB

(98.14); dan dosis 2000 mg/kgBB (89.36%).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan uji histopatologi

(30)

15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Vol.5,

Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, 1-3.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014, Persyaratan Mutu Obat

Tradisional, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia, Jakarta, 11.

Dahlan, M.S., 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Ed. 3, Salemba

Medika, Jakarta, 53-58, 85-105.

Damasceno, D. C., Netto, A. O., Iessi, I. L., Gallego, F. Q., Corvino, S. B.,

Dallaqua, B., Sinzato, Y. K., Bueno, A., Calderon, I. M. P., and

Rudge1, M. V. C., 2014, Streptozotocin-Induced Diabetes Models:

Pathophysiological Mechanisms and Fetal Outcomes, BioMed Research

International, Brazil, pp. 3.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pharmaceutical Care untuk

Penyakit Diabtes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan

Klinik Direktorat Jenderal, 13-19.

Fahri, C., Sutarno, dan Listyawati, S., 2005.Kadar Glukosa dan Kolesterol Total

DarahTikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemik Setelah

Pemberian EkstrakMetanol Akar Meniran (Phyllanthus niruri L.).

Biofarmasi, 3(1): 4.

Jadhav, R., and Puchchakayala, G., 2011, Hypoglycemic and Antidiabetic

Activity of Flavonoids: Boswellic Acid, Ellagic Acid, Quercetin, Rutin

on Streptozotocin-Nicotinamide Induced Type 2 Diabetic Rats,

International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, India,

4(2), 251-256.

Lenzen, S., 2008, The Mechanisms of Alloxan- and Streptozotocin-induced

Diabetes, Diabetologia, Vol. 51, pp. 216-226.

Islam, M., Rupeshkumar , M., and Reddy, K. B., , 2017, Streptozotocin Is More

Convenient Than Alloxan For The Induction Of Type 2 Diabetes,

(31)

16

Miura, T., Nosaka, K., Ishii, H., dan Ishida, T., 2005, Antidiabetic Effect of

Nitobegiku, The Herb Tithonia diversifolia, in KK-Ay Diabetic Mice,

Pharmaceutical Society of Japan, Japan, 28(11), 2152-2154.

Nugroho, A.D., 2006, Hewan Percobaan Diabetes Mellitus: Patologi dan

Mekanisme Aksi Diabetogenik, Review, 7 (4), 381-382.

Olayinka, Raiyemo, B.U., Alex, D., Etejere, Obukohwo, E., 2015, Phytochemical

and Proximate Copmposition of Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray,

16(1), 196-197.

PERKENI, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabtes Melitus Tipe

2 di Indonesia , Perkeni, Jakarta, 6-7, 21-25.

Prasetyo, A., Denashurya, T.G., Putri, W.S., Ilmiawan, M.I., 2016, Perbandingan

Efek Hipoglikemik Infusa Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia

(Hamsley) A. Gray) dan Metformin pada Tikus yang Diinduksi

Aloksan, IAI, Indonesia, 91-94.

Soviana, E., Rachmawati, B., dan W, N. S., 2014, Pengaruh Suplementasi β -Carotene terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kadar Malondialdehida

pada Tikus Sprague Dawley yang Diinduksi Streptozotocin, Jurnal

Gizi Indonesia, 2 (2), 43-35.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S., Siti, S., 2009, Buku Ajar

Penyakit Dalam, Interna Publishing Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta,

1887-1888.

Thongsom, M., Chunglok, W., Kuanchuea, dan R., Tangpong, J., 2013,

Antioxidant and Hypoglycemic Effects of Tithonia diversifolia Aqueous

Leaves Extract in Alloxan-Induced Diabetic Mice, Advanced in

Enviromental Biology, Thailand, 7(9), 211-2125.

Tokan, I.R., 2014. Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol Daun Artocarpus altilis

(Park.)Foesberg pada Tikus Terinduksi Streptozotosin. Skripsi, Fakultas

Farmasi,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Wolfenshon, S., and Maggie, L., 2003, Handbook of Labolatory Animal

(32)

17

World Health Organization, 2016, Global Report On Diabetes, Genewa : World

(33)

18 LAMPIRAN

[image:33.595.87.516.156.764.2]

Lampiran 1. Daun paitan dan infusa d aun paitan 10%

Gambar 3. Pohon paitan

Gambar 6. Proses pembuatan infusa daun paitan 10%

Gambar 7. Proses pembuatan infusa

daun paitan 10% Gambar 8. Infusa daun paitan 10% Gambar 5. Serbuk daun

paitan

(34)

19

[image:34.595.87.507.113.672.2]

Lampiran 2. Cara pembuatan buffer sitrat pH 5,5 dan streptozotosin

Gambar 9. Asam sitrat Gambar 10. Natrium sitrat

Gambar 11. Proses pembuatan buffer sitrat pH 5,5 (asam sitrat)

(35)

20 Gambar 13. Buffer sitarat

pH 5,5,

[image:35.595.81.514.118.628.2]
(36)

21

Lampiran 3. Pengukuran kadar glukosa darah dan pemberian infusa daun paitan

10%

Gambar 15. Proses pemuasaan tikus sebelum diambil darah

Gambar 16. Proses pengambilan darah tikus

Gambar 17. Proses penginduksian tikus dengan streptozotosin secara i.p

[image:36.595.86.508.156.679.2]
(37)

22

[image:37.595.86.509.153.634.2]

Lampiran 4. Alat sentrifuge dan pengukuran kadar glukosa darah

Gambar 19. Alat sentrifuge (Thermorex)

(38)

23

Lampiran 5. Surat pengesahan determinasi Tithonia diversifolia [Hemsley] A.

(39)

24

(40)
(41)

26

(42)
(43)

28 Lampiran 10. Perhitungan

a. Konsentrasi Streptozotosin

Perhitungan konsentrasi streptozotosin berdasarkan dosis yang digunakan

yaitu 40 mg/kg BB, volume maksimal pemberina secara i.p, dan berat badan

maksimal yang digunakan dalam penelitian.

Dosis streptozotosin : 40 mg/kgBB

Berat badan tikus : 200 g

Volume maksimal : 5 ml

D x BB = C x V

C = ×

V =

g

gBB x g

= 1,6 mg/ml

b. Dosis Glibenklamid

Dosis glibenklamid yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dosis

hasil konversi dari dosis manusia sebesar 5 mg dengan berat badan 70 kg.

Nilai konversi berat badan manusia (70 kg ) ke tikus (200 g) = 0.018

Dosis glibenklamid = 5 mg x 0.018

= 0,09 mg/200gBB tikus

= 0,45 mg/kgBB tikus

c. Dosis infusa daun paitan 10%

Tiga peringakan dosis infusa daun paitan 10% yang digunakan pada penelitian

ini ditentukan dari konsentrasi infusa daun paitan 8%, volume pemberian

maksimal secara p.o dan menggunakan berat badan maksimal sesuai dengan

kriteria penelitian ini.

Konsentrasi : 8%  80 g/mL

Volume pemberian : 5 ml

Berat badan tikus : 200 g

D x BB = C x V

D = x V =

g x

g = 2000 mg/kgBB

(44)

29

maka dosis peringkat 2 dibagi dua. Sehingga didapatkan peringkat dosis yaitu : 2000; 1000; 500 mg/kgBB.

d. Konversi dosis dari tikus ke manusia

Faktor konversi dari tikus 200 g ke manusia 70 kg adalah 60.5. Rumus :

Dosis manusia = dosis tikus 200gBB × faktor konversi i. Dosis I (2000 mg/kg BB)

Dosis Tikus = 2000 mg/kg BB

= 400 mg / 200gBB Tikus Dosis manusia = 400 mg/ 200gBB × 60.5

= 24.200 mg / 70kgBB Manusia = 24.2 g / 70kgBB manusia ii. Dosis II

Dosis Tikus = 1000 mg/ kg BB

= 200 mg / 200gBB Tikus Dosis manusia = 200 mg/ 200gBB × 60.5

= 12.100 mg / 70kgBB manusia = 12.1 g / 70kgBB manusia iii. Dosis III

Dosis Tikus = 500 mg/ kg BB

= 100 mg / 200gBB Tikus Dosis manusia = 100 mg/ 200gBB × 60.5

(45)

30

e. Perhitungan persentase penurunan kadar glukosa darah tikus % penurunan hari 4-14 = e a − e a a

e a a− e a a x %

Keterangan : Pra-perlakuan = Rerata kadar glukosa darah tikus hari ke-4

dikurangi hari ke-0

Post-perlakuan = Rerata kadar glukosa darah tikus hari ke-4

dikurangi hari ke-14

Positif = .

. x % = 94.73%

Infusa dosis 2000 mg/kg BB = .

. x % = 89.36%

Infusa dosis 1000 mg/kg BB = .

. x % = 98.14%

Infusa dosis 500 mg/kg BB = .

(46)

31 Lampiran 11.Bagan Skema Kerja

Induksi STZ 40 mg/kgBB i.p.

Kontrol (P) Kelompok IV-VI

Kelompok VI Diterapi Infusa daun paitan 10% 500mg/kgBB mg/kgBB Hari ke-0 Diukur kadar glukosa darah

Hari ke-1

Kontrol basal

Kontrol(+)

18 ekor tikus dipuasakan selama 8-12 jam

Hari ke-4

Diukur kadar glukosa darah >200 mg/dL

Kontrol basal Tanpa perlakuan apapun Kontrol (+) Diberi glibenklamid 0,45 mg/kg BB

Kelompok V Diterapi Infusa daun paitan 10% 1000mg/kgB B Kelompok IV Diterapi Infusa daun paitan 10% 2000mg/kgBB Kontrol P Induksi STZ 40 mg/kgBB hari ke-1

Hari ke-7 dan ke-14 Diukur kadar glukosa darah

(47)

32

Lampiran 12. Hasil analisis statistika data Kadar Glukosa Darah

Tests of Normality

Kelompok KGD infusa 10%

Kolmogorov-Smirnova

Shapir o-Wilk Statisti

c df Sig.

Statisti c Delta KGD

Infusa 10%

Basal .229 3 . .981

Pankreotoksik .301 3 . .912 Positif .237 3 . .977 Infusa Dosis Tinggi

(2000 mg/kg BB) .335 3 . .859 Infusa Dosis Tinggi

(1000 mg/kg BB) .231 3 . .980 Infusa Dosis Tinggi

(48)

33

Lampiran 13. Rata-rata kadar glukosa darah dengan standard Deviation (SD)

Descriptives N Mea n Std. Deviat ion Std. Erro r 95% Confidence Interval for

Mean Min imu m Lower Bound Upper Bound KGD Infusa 10% H0 Basal

3 75.6

7 3.512 2.02

8 66.94 84.39 72 Pankreotoksik

3 82.6

7 6.506 3.75

6 66.50 98.83 76 Positif

3 82.0

0 4.000 2.30

9 72.06 91.94 78 Infusa Dosis

Tinggi (2000 mg/kg BB)

3 86.6

7 9.292 5.36

4 63.59 109.75 79

Infusa Dosis Tinggi (1000 mg/kg BB)

3 75.3

3 11.015 6.36

0 47.97 102.70 68

Infusa Dosis Tinggi (500 mg/kg BB)

3 96.0

0 11.136 6.42

9 68.34 123.66 84

Total

18 83.0

6 9.979 2.35

2 78.09 88.02 68 KGD

Infusa 10% H4

Basal

3 96.0

0 2.000 1.15

5 91.03 100.97 94 Pankreotoksik

3 469.

67 10.017 5.78

3 444.78 494.55 460 Positif

3 461.

33 14.640 8.45

2 424.97 497.70 448 Infusa Dosis

Tinggi (2000 mg/kg BB)

3 563. 00 299.04 3 172. 653 -179.87 1305.8 7 220

Infusa Dosis Tinggi (1000 mg/kg BB)

3 506. 67

221.84 8

128.

084 -44.43

1057.7 7 278

Infusa Dosis Tinggi (500 mg/kg BB)

3 381.

00 49.669 28.6

76 257.62 504.38 324

Total

18 412. 94

202.60 9

47.7

(49)

34 KGD

Infusa 10% H7

Basal

3 82.3

3 11.060 6.38

6 54.86 109.81 72 Pankreotoksik

3 232.

33 20.984 12.1

15 180.21 284.46 216 Positif

3 380.

67 23.965 13.8

36 321.13 440.20 353 Infusa Dosis

Tinggi (2000 mg/kg BB)

3 320. 67

162.77 1

93.9

76 -83.68 725.01 134

Infusa Dosis Tinggi (1000 mg/kg BB)

3 315.

67 59.878 34.5

70 166.92 464.41 247

Infusa Dosis Tinggi (500 mg/kg BB)

3 198. 67

108.76 7

62.7

97 -71.53 468.86 129

Total

18 255. 06

123.18 1

29.0

34 193.80 316.31 72 KGD

Infusa 10% H14

Basal

3 95.0

0 10.149 5.85

9 69.79 120.21 84 Pankreotoksik

3 146.

33 20.817 12.0

19 94.62 198.04 123 Positif

3 102.

00 7.937 4.58

3 82.28 121.72 96 Infusa Dosis

Tinggi (2000 mg/kg BB)

3 137.

33 8.963 5.17

5 115.07 159.60 127

Infusa Dosis Tinggi (1000 mg/kg BB)

3 82.3

3 19.399 11.2

00 34.14 130.52 60

Infusa Dosis Tinggi (500 mg/kg BB)

3 100.

67 21.008 12.1

29 48.48 152.85 80

Total

18 110.

61 27.240 6.42

(50)

35

Lampiran 14.Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai kadar glukosa darah

Test of Homogeneity of Variances Levene

Statistic df1 df2 Sig. KGD Infusa 10% H0 1.611 5 12 .231 KGD Infusa 10% H4 6.322 5 12 .004 KGD Infusa 10% H7 7.323 5 12 .002 KGD Infusa 10%

H14 1.248 5 12 .347

ANOVA

Sig. KGD Infusa 10% H0 Between Groups .077

Within Groups Total

KGD Infusa 10% H4 Between Groups .034 Within Groups

Total

KGD Infusa 10% H7 Between Groups .012 Within Groups

Total

KGD Infusa 10% H14 Between Groups .002 Within Groups

(51)

36 Post Hoc Test (LSD)

Kadar Glukosa Darah Hari ke-7

(I) Kelompok KGD infusa 10%

(J) Kelompok KGD infusa 10%

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound Basal Pankreotoksik -150.000 69.159 .051 -300.69 .69

Positif -298.333* 69.159 .001 -449.02 -147.65 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -238.333

*

69.159 .005 -389.02 -87.65

Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) -233.333

* 69.159 .006 -384.02 -82.65

Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) -116.333 69.159 .118 -267.02 34.35 Pankreotoksik Basal 150.000 69.159 .051 -.69 300.69 Positif -148.333 69.159 .053 -299.02 2.35 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -88.333 69.159 .226 -239.02 62.35 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) -83.333 69.159 .251 -234.02 67.35 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) 33.667 69.159 .635 -117.02 184.35 Positif Basal 298.333* 69.159 .001 147.65 449.02 Pankreotoksik 148.333 69.159 .053 -2.35 299.02 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) 60.000 69.159 .403 -90.69 210.69 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) 65.000 69.159 .366 -85.69 215.69 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) 182.000

* 69.159 .022 31.31 332.69

Infusa Dosis Tinggi (2000 mg/kg BB)

Basal 238.333* 69.159 .005 87.65 389.02 Pankreotoksik 88.333 69.159 .226 -62.35 239.02 Positif -60.000 69.159 .403 -210.69 90.69 Infusa Dosis

Sedang(1000 mg/kg BB) 5.000 69.159 .944 -145.69 155.69 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) 122.000 69.159 .103 -28.69 272.69 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB)

Basal 233.333* 69.159 .006 82.65 384.02

Pankreotoksik 83.333 69.159 .251 -67.35 234.02 Positif -65.000 69.159 .366 -215.69 85.69 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -5.000 69.159 .944 -155.69 145.69 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) 117.000 69.159 .116 -33.69 267.69 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB)

Basal 116.333 69.159 .118 -34.35 267.02 Pankreotoksik -33.667 69.159 .635 -184.35 117.02 Positif -182.000* 69.159 .022 -332.69 -31.31

Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -122.000 69.159 .103 -272.69 28.69 Infusa Dosis Sedang

(52)

37 Post Hoc Test (LSD)

Kadar Glukosa Darah Hari ke-14

Multiple Comparisons

(I) Kelompok KGD infusa 10%

(J) Kelompok KGD infusa 10%

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound Basal Pankreotoksik -51.333* 12.898 .002 -79.44 -23.23

Positif -7.000 12.898 .597 -35.10 21.10 Infusa Dosis Tinggi

(2000 mg/kg BB) -42.333

*

12.898 .007 -70.44 -14.23

Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) 12.667 12.898 .345 -15.44 40.77 Infusa Dosis Rendah

(500 mg/kg BB) -5.667 12.898 .668 -33.77 22.44 Pankreotoksik Basal 51.333* 12.898 .002 23.23 79.44 Positif 44.333* 12.898 .005 16.23 72.44 Infusa Dosis Tinggi

(2000 mg/kg BB) 9.000 12.898 .499 -19.10 37.10 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) 64.000

*

12.898 .000 35.90 92.10

Infusa Dosis Rendah

(500 mg/kg BB) 45.667

*

12.898 .004 17.56 73.77

Positif Basal 7.000 12.898 .597 -21.10 35.10

Pankreotoksik -44.333* 12.898 .005 -72.44 -16.23

Infusa Dosis Tinggi

(2000 mg/kg BB) -35.333

*

12.898 .018 -63.44 -7.23

Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) 19.667 12.898 .153 -8.44 47.77 Infusa Dosis Rendah

(500 mg/kg BB) 1.333 12.898 .919 -26.77 29.44 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB)

Basal 42.333* 12.898 .007 14.23 70.44

Pankreotoksik -9.000 12.898 .499 -37.10 19.10 Positif 35.333* 12.898 .018 7.23 63.44

Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) 55.000

* 12.898 .001 26.90 83.10

Infusa Dosis Rendah

(500 mg/kg BB) 36.667

*

12.898 .015 8.56 64.77

Infusa Dosis Sedang (1000 mg/kg BB)

Basal -12.667 12.898 .345 -40.77 15.44 Pankreotoksik -64.000* 12.898 .000 -92.10 -35.90 Positif -19.667 12.898 .153 -47.77 8.44 Infusa Dosis Tinggi

(2000 mg/kg BB) -55.000

*

12.898 .001 -83.10 -26.90

Infusa Dosis Rendah

(500 mg/kg BB) -18.333 12.898 .181 -46.44 9.77 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB)

Basal 5.667 12.898 .668 -22.44 33.77 Pankreotoksik -45.667* 12.898 .004 -73.77 -17.56

Positif -1.333 12.898 .919 -29.44 26.77 Infusa Dosis Tinggi

(2000 mg/kg BB) -36.667

*

12.898 .015 -64.77 -8.56

Infusa Dosis Sedang

(53)

38

Lampiran 15. Hasil analisis statistika data selisih penurunan kadar glukosa darah

hari ke (4-14)

Tests of Normality

Kelompok KGD infusa 10%

Shapiro-Wilka df Sig. Delta KGD Infusa

10%

Basal 3 .739

Pankreotoksik 3 .424

Positif 3 .706

Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) 3 .264

Infusa Dosis Tinggi (1000

mg/kg BB) 3 .730

Infusa Dosis Tinggi (500 mg/kg

(54)

39

Lampiran 16. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai selisih penurunan hari ke (4-14)

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. Delta KGD Infusa 10%

6.761 5 12 .003

ANOVA

Sig. Delta KGD Infusa 10% Between Groups .020

(55)

40 Post Hoc Test

(I) Kelompok KGD infusa 10%

(J) Kelompok KGD infusa 10%

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidenc e Interval Lower Bound Upper Bound Basal Pankreotoksik

-98.667 127.36

4 .454 -376.17 178.84 Positif

-372.000* 127.36

4 .013 -649.50 -94.50 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -438.333

* 127.36

4 .005 -715.84 -160.83 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) -437.000

* 127.36

4 .005 -714.50 -159.50 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) -293.000

* 127.36

4 .040 -570.50 -15.50 Pankreotoksik Basal

98.667 127.36

4 .454 -178.84 376.17 Positif

-273.333 127.36

4 .053 -550.84 4.17 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -339.667

* 127.36

4 .021 -617.17 -62.16 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) -338.333

* 127.36

4 .021 -615.84 -60.83 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) -194.333 127.36

4 .153 -471.84 83.17 Positif Basal

372.000* 127.36

4 .013 94.50 649.50 Pankreotoksik

273.333 127.36

4 .053 -4.17 550.84 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -66.333 127.36

4 .612 -343.84 211.17 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) -65.000 127.36

4 .619 -342.50 212.50 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) 79.000

127.36

4 .547 -198.50 356.50 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB)

Basal

438.333* 127.36

4 .005 160.83 715.84 Pankreotoksik

339.667* 127.36

4 .021 62.16 617.17 Positif

66.333 127.36

4 .612 -211.17 343.84 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) 1.333 127.36

4 .992 -276.17 278.84 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) 145.333 127.36

4 .276 -132.17 422.84 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB)

Basal

437.000* 127.36

4 .005 159.50 714.50 Pankreotoksik

338.333* 127.36

4 .021 60.83 615.84 Positif

65.000 127.36

4 .619 -212.50 342.50 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -1.333

127.36

4 .992 -278.84 276.17 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB) 144.000 127.36

4 .280 -133.50 421.50 Infusa Dosis Rendah (500

mg/kg BB)

Basal

293.000* 127.36

4 .040 15.50 570.50 Pankreotoksik

194.333 127.36

4 .153 -83.17 471.84 Positif

-79.000 127.36

4 .547 -356.50 198.50 Infusa Dosis Tinggi (2000

mg/kg BB) -145.333 127.36

4 .276 -422.84 132.17 Infusa Dosis Sedang

(1000 mg/kg BB) -144.000 127.36

(56)

41

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Efek Antidiabetes Infusa Daun Paitan (Tithonia Diversifolia) 10% Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Streptozotosin” yang memiliki nama lengkap Masrial Zalukhu, lahir di Holi,

13 Mei 1996. Penulis merupakan putri kedua dari dua

bersaudara pasangan Bapak Deliana Zalukhu dan Ibu

Merina Hulu.Pendidikan formal yang ditempuh penulis

yaitu pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Salo’o Hilina’a (2001-2007), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lolomoyo (2007-2010) dan pendidikan

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sedayu (2010-2013).Penulis

melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

(2013). Semasa menempuh pendidikan sarjana penulis aktif dalam berbagai

kepanitiaan antara lain menjadi anggota divisi Konsumsi Donor Darah (2014),

sebagai koordinator dana dan usaha pada 3 ON 3 (2015), anggota divisi Medis

INSADHA (2015), dan anggota divisi Humas Sanata Dharma Championship

(2015). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biokimia (2015)

Gambar

Tabel I. Rerata Kadar Glukosa Darah (Mean±SD) ....................................
Tabel I. Rerata Kadar Glukosa Darah (Mean±SD)
Gambar 1. Rerata kadar glukosa darah antar waktu
Tabel II. Hasil Uji LSD Kadar Glukosa Darah Hari ke-7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meloxicam secara bermakna menunjukkan resiko yang lebih kecil terhadap insiden saluran cerna daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan dalam hal keluhan nyeri

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input (tebu, jam tenaga kerja, dan jam mesin) terhadap jumlah gula pasir yang dihasilkan, besarnya tingkat elastisitas input

Nilai Sig yang dimiliki adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari pada nilai α = 5%, maka variabel Tingkat Kemudahan Penggunaan E-Filing berpengaruh signifikan terhadap Tingkat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga.. SKRIPSI THE CORRELATION OF LANGUAGE

• PLTO terapung, hanya menahan ombak/gelombang di atas, tidak menahan arus bawah kembali dari pantai sehingga tidak menyebabkan sedimentasi. • Konstruksi PLTO yang seperti

Model Lipsitch merupakan perluasan dari model SEIR ( susceptible-exposed-infected-recovered ) yang memiliki populasi exposed ( E ): individu yang terinfeksi penyakit, namun

Monitor merupakan salah satu perangkat keras (Hardware) yang digunakan sebagai penampilan output video dari pada sebuah CPU, dan kegunaannya tersebut tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, a. Metode Strategi Kepemimpinan MTs. Muhammadiyah Tanetea adalah 1) memberi perintah kepada bawahan, 2) Memberi Teguran Kepada