• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesulitan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi kubus dan balok pada siswa kelas VIII A SMP Institut Indonesia tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesulitan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi kubus dan balok pada siswa kelas VIII A SMP Institut Indonesia tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESULITAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII A SMP INSTITUT INDONESIA

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

VERONIKA DWI KRISTANTI NIM: 131414088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS KESULITAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII A SMP INSTITUT INDONESIA

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

VERONIKA DWI KRISTANTI NIM: 131414088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan (Mazmur 37)

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya

(Yesaya 40:29)

Your talent is God’s gift to you, what you do with it is your gift back to God

~Leo Bascaglia~

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Keluargaku: Marjono, Tumirah, Hendra Sukmana, Dimas Triantoro, Adek Setiawan

Ardian Adi Saputra

Bruder Y. Sarju, SJ.

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juli 2017

Peneliti,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Veronika Dwi Kristanti

Nomor Induk Mahasiswa : 131414088

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Kesulitan dan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIII A SMP Institut Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Juli 2017

Yang menyatakan,

(8)

vii ABSTRAK

Veronika Dwi Kristanti. 2017. Analisis Kesulitan dan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIII A SMP Institut Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi kubus dan balok (2) mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi kubus dan balok (3) mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi kubus dan balok, serta (4) mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Institut Indonesia tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 23 siswa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2017. Data diperoleh dengan cara observasi, tes hasil belajar, dan wawancara.

Setiap data atau informasi yang diperoleh diolah atau dianalisis dalam bentuk deskriptif. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar dianalisis berdasarkan teori kesalahan yang dilakukan siswa menurut Newman. Kemampuan yang dimiliki siswa pada saat mengerjakan soal materi kubus dan balok dianalisis berdasarkan teori dari Krulik dan Rudnick. Kemudian kesulitan yang dialami siswa dianalisis berdasarkan hasil kesalahan yang dilakukan siswa dan berdasarkan hasil saat wawancara. Kesulitan yang dialami siswa dilihat berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Martini.

Hasil penelitian ini adalah (1) kesalahan yang dilakukan siswa pada saat mengerjakan soal materi kubus dan balok menurut Newman yaitu (a) kesalahan mentrasformasikan (b) kesalahan keterampilan proses (c) kesalahan menuliskan jawaban, (2) kemampuan yang dimiliki siswa saat mengerjakan soal materi kubus dan balok menurut Krulik dan Rudnick adalah (a) kemampuan read and think (b) kemampuan explore and plan (c) kemampuan select a strategy (d) kemampuan find an answer (e) kemampuan reflect and extend, (3) kesulitan yang dialami siswa saat mengerjakan soal materi kubus dan balok menurut Martini yaitu (a) kelemahan dalam menghitung (b) kesulitan dalam mentrasfer pengetahuan (c) pemahaman bahasa matematika yang kurang (d) kesulitan dalam persepsi visual, dan (4) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yaitu (a) guru mengajar terlalu cepat (b) guru tidak memberikan respon yang baik kepada siswa yang bertanya atau meminta guru menjelaskan ulang materi (c) suasana kelas tidak kondusif (d) suasana belajar di rumah tidak mendukung (e) teman pergaulan yang tidak mendukung (f) siswa tidak menyukai matematika (g) siswa malas belajar matematika.

(9)

viii ABSTRACT

Veronika Dwi Kristanti. 2017. The difficulties and ability analysis in solving mathematical problems on the materials of cube and block of class VIII A SMP Institut Indonesia in the academic year of 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research aims to (1) find out the students’ mistake(s) in solving math problems on material of cube and block (2) perceive students’ capabilities in solving math problems on material of cube and block (3) discover any difficulties that students face on solving math problems on material of cubes and block, and (4) ascertain severals factors causing students’ adversity at studying mathematic. The subjects of this research were students of class VIII A SMP Institut Indonesia academic year of 2016/2017 which numbered about 23 students. The research made use of descriptive qualitative method. The data gathering had been conducted in March-April 2017. The data were obtained by observation, learning result test, and interview.

Any data or information obtained is processed or analyzed in descriptive. Errors that students do in the test of learning outcomes are analyzed based on students' error theory according to Newman. The abilities students possess when working on material of cubes and block are analyzed based on theories of Krulik and Rudnick. Then the difficulties experienced by students are ana lyzed based on the results of errors made by students and based on results during the interview. Difficulties experienced by students are seen based on the theory proposed by Martini.

The results of this study are (1) the mistakes students make when working on material of cubes and block according to Newman are (a) transformation error (b) process skills error (c) encoding error, (2) the ability of the students when working on the material of cubes and block according to Krulik and Rudnick are (a) read and think (b) explore and plan (c)select a strategy (d) reflect and extend, (3) difficulties experienced by students when working on material matters of cubes and blocks according to Martini that is (a) weakness in calculating (b) difficulties in transferring knowledge (c) understanding of mathematics language less (d) difficulties in perception visual, and (4) factors that cause learning difficulties (a) teachers teach too fast (b) teachers do not respond well to students who ask or ask teachers to re-explain material (c) the atmosphere of the class is not conducive (d) the home study atmosphere does not support (e) unsupportive social friends (f) students do not like mathematics (g) students lazy to learn mathematics.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kesulitan dan

Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Kubus dan

Balok pada Siswa Kelas VIII A SMP Institut Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017”.

Penulis menyadari skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan,

bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing, memotivasi,

dan membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan

baik.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik.

5. Bapak Martanto Adi P, S.Pd. selaku guru matematika kelas VIII A SMP

Institut Indonesia yang telah berkenan memberikan waku, membimbing,

dan membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan

(11)

x

6. Bapak Marcellinus Parjiono, SE. selaku kepala SMP Institut Indonesia yang

telah memberikan izin untuk penulis melakukan penelitian di SMP Institut

Indonesia.

7. Siswa kelas VIII A SMP Institut Indonesia tahun ajaran 2016/2017 yang

telah bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Kedua orang tuaku, kakakku dan adik-adikku yang selalu mendukung,

mendoakan, dan memberikan kasih, tawa, dan canda.

9. Bruder Y. Sarju, SJ yang selalu membimbing dan mendukungku.

10.Ardian Adi Saputra yang selalu memberikan doa, semangat, kasih, canda

dan tawa kepada peneliti.

11.Teman-teman Prodi Pendidikan Matematika angkatan 2013.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

membantu, membimbing, mendukung, dan mendoakan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, masukan dan

saran penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Yogyakarta, 17 Juli 2017

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PENGESAHAN……….iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Pembatasan Masalah ... 5

F. Batasan Istilah ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Hakikat Matematika ... 9

B. Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ... 11

C. Kesulitan Belajar Matematika ... 13

D. Penyebab Kesulitan Belajar ... 17

E. Kesalahan dalam Mengerjakan Soal Matematika ... 18

(13)

xii

G. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

D. Bentuk Data ... 38

E. Metode Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Validasi Instrumen ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 46

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 47

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Penelitian ... 51

B. Analisis ... 62

C. Pembahasan ... 91

D. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal tes hasil belajar ... 42

Tabel 3.2 Format validasi instumen soal tes hasil belajar ... 45

Tabel 4.1 Kegiatan selama penelitian ... 51

Tabel 4.2 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 63

Tabel 4.3 Pengelompokan siswa dalam tes hasil belajar ... 64

Tabel 4.4 Analisis kesalahan menurut Newman ... 66

Tabel 4.5 Rekapan jenis kesalahan yang dilakukan siswa menurut Newman ... 74

Tabel 4.6 Kemampuan yang dimiliki siswa……… ... 75

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Kubus ABCD. EFGH ... 21

Gambar 2 2AC Diagonal Bidang Kubus ABCD. EFGH……….………...22

Gambar 2 3ABGHBidang Diagonal KubusABCD. EFGH ... 24

Gambar 2 4 AGDiagonal Ruang Kubus ABCD. EFGH ... 24

Gambar 2 5 Jaring-Jaring KubusABCD. EFGH ... 26

Gambar 2 6KubusABCD. EFGHdengan Panjang Rusuk a Satuan Panjang. ... 27

Gambar 2 7 BalokABCD. EFGH ... 28

Gambar 2 8Diagonal Bidang BalokABCD. EFGH ... 29

Gambar 2 9ACEG Bidang Diagonal BalokABCD. EFGH ... 30

Gambar 2 10Diagonal Ruang BalokABCD. EFGH ... 31

Gambar 2 11 Jaring-Jaring Balok ABCD. EFGH ... 32

Gambar 2 12 BalokABCD. EFGH dengan Panjang p, Lebar l, dan Tinggi t. ... 33

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian ... 115

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 116

LAMPIRAN 3 Instrumen Observasi ... 117

LAMPIRAN 4 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 121

LAMPIRAN 5 Instrumen Pedoman Wawancara ... 121

LAMPIRAN 6 Lembar Validasi Instrumen Observasi ... 129

LAMPIRAN 7 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar ... 133

LAMPIRAN 8 Validasi Pedoman Wawancara ... 141

LAMPIRAN 9 Hasil Observasi ... 147

LAMPIRAN 10 Hasil Tes ... 177

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar dan pembelajaran menjadi bekal pokok untuk mengalami

perkembangan di berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan

sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung

seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Evelin &

Hartini, 2011:3). W.S. Winkel (dalam Suyono & Hariyanto, 2011:14)

menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas metal atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai

sikap.

Menurut Hamalik (1983:112) kesulitan belajar adalah hal-hal atau

gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadi gangguan

yang dapat menghambat kemajuan belajar. Sejalan dengan pendapat Hamalik,

menurut Blassic & Jones (dalam Irham dan Wiyani, 2013:253), kesulitan

(18)

prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh

siswa pada kenyataannya (prestasi aktual).

Matematika merupakan ilmu yang pemakaiannya sering kali kita temui

dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi banyak siswa yang menganggap

matematika merupakan sesuatu yang menakutkan dan sering dihindari.

Sebagian dari siswa yang belajar matematika karena ingin mengejar nilai yang

harus dipenuhi di sekolah dan kurang dimaknai dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika di sekolah siswa cenderung berpusat pada hasil akhir yang mereka

dapatkan dengan menghafal rumus-rumus yang diberikan oleh guru tanpa

memahami proses yang mereka lakukan. Dengan menghafalkan rumus-rumus

yang diberikan oleh guru, siswa cenderung sulit memahami materi matematika

yang telah dipelajari selama proses pembelajaran matematika

Peneliti telah beberapa kali melakukan praktik pembelajaran dalam tugas

mata kuliah dan melakukan observasi di SMP Institut Indonesia. Pada saat

melakukan praktik pembelajaran di SMP Institut Indonesia siswa di SMP

Institut Indonesia cenderung pasif dan ramai saat pembelajaran berlangsung.

Siswa cenderung tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan

kelas dan siswa hanya mengobrol sendiri ataupun sibuk dengan aktivitasnya

masing-masing. Pada saat melakukan observasi untuk tugas mata kuliah,

peneliti juga menjumpai beberapa siswa yang kurang paham dengan konsep

dasar matematika, misalnya saja siswa tidak paham bahwa

6= .

Selain pengalaman yang peneliti miliki selama melakukan praktik

(19)

3

dengan Kepala SMP Institut Indonesia tentang karakteristik siswa yang ada di

sana. Menurut beliau, siswa di SMP Institut Indonesia merupakan siswa yang

tidak diterima di sekolah-sekolah negeri maupun sekolah swasta yang memiliki

kualitas pendidikan yang bagus (siswa yang tersisih dan terpinggirkan). Peneliti

juga melakukan wawancara dengan guru matematika SMP Institut Indonesia,

dari hasil wawancara guru matematika kelas VIII SMP Institut Indonesia

mengungkapkan bahwa siswa merasa kesulitan dalam menghitung luas

permukaan dan volume kubus dan balok. Beliau juga mengatakan bahwa

materi yang diajarkan hanya materi yang sering terdapat dalam UN (Ujian

Nasional) saja tanpa menjelaskan konsep dasar dari materi yang diajarkan dan

beliau juga tidak pernah memberikan tugas kelompok maupun tugas individu

kepada siswa.

Kesulitan yang dialami siswa dalam materi kubus dan balok dapat dilihat

dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa saat mengerjakan soal-soal pada

materi kubus dan balok. Faktor kesulitan belajar siswa dapat disebabkan dari

faktor-faktor yang berada di sekeliling siswa maupun faktor yang berasal dari

dalam diri siswa tersebut. Selain memiliki kesulitan siswa juga memiliki

kemampuan dalam mengerjakan soal-soal materi kubus dan balok. Berdasarkan

(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa di SMP Institut Indonesia merupakan siswa yang tidak

diterima di sekolah-sekolah negeri maupun sekolah swasta unggulan.

2. Siswa cenderung ramai dan pasif saat pembelajaran.

3. Siswa kurang memahami konsep dasar matematika.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti menarik

beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Apa saja jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi kubus dan balok?

2. Apa saja kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi kubus dan balok?

3. Bagaimana kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi kubus dan balok?

4. Apa saja faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa dalam

(21)

5

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi kubus dan balok.

2. Mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi kubus dan balok.

3. Mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi kubus dan balok.

4. Mengetahui faktor penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika pada materi kubus dan balok.

E. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah

yang akan diteliti agar penelitian menjadi lebih fokus pada siswa kelas VIII A

SMP Institut Indonesia. Materi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

kubus dan balok. Penelitian ini akan menganalisis kesulitan yang dialami siswa

kelas VIII A SMP Institut Indonesia dalam menyelesaikan soal matematika

pada materi kubus dan balok. Penelitian ini juga akan menganalisis kemampuan

yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi kubus

(22)

F. Batasan Istilah 1. Analisis

Analisis diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya

dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

2. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam

kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan

perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang

diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah/Menyelesaikan soal

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan siswa dalam

mengolah informasi yang diperoleh dengan didukung beberapa kemampuan

dasar matematika untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respon

terhadap masalah yang dihadapi.

4. Kubus dan Balok

A cube is a rectangular solid with equal length, width, and height.”

Artinya, kubus merupakan bangun ruang segi empat pejal yang mempunyai

panjang, lebar, dan tinggi yang sama.

“A rectangular solid is a uniform solid whose base is a rectangle

and whose height is perpendicular to its base.” Artinya, balok adalah

bangun ruang sisi datar pejal yang mempunyai alas persegi panjang dan

(23)

7

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, siswa dapat mengetahui kesalahan -kesalahan yang dilakukan

ketika mengerjakan soal matematika pada materi kubus dan balok. Siswa

juga dapat mengetahui kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan

soal matematika.

2. Bagi guru, guru dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa dan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal matematika pada materi

kubus dan balok. Guru juga dapat mengetahui kemampuan siswa dalam

mengerjakan soal matematika pada materi kubus dan balok.

3. Bagi peneliti, sebagai calon guru dapat mengetahui letak kesalahan dan

kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal matematika

dan dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika.

H. Sistematika Penulisan

Bab I : Membahas tentang pendahuluan, yang berisi latar belakang

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

pembatasan masalah, batasan istilah, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II : Membahas tentang kajian pustaka yang meliputi kajian teori antara

lain hakikat matematika, kemampuan memecahkan masalah

(24)

belajar, kesalahan dalam mengerjakan soal matematika, materi

kubus dan balok, dan kerangka berpikir.

Bab III : Membahas tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian,

subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, bentuk

data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, validasi

instrumen, teknik analisis data, dan prosedur pelaksanaan penelitian

secara keseluruhan.

Bab IV : Membahas tentang deskripsi analisis dan pembahasan yang meliputi

deskripsi penelitian, analisis dan pembahasan, keterbatasan

penelitian.

(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika

Matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian

logika, pengetahuan terstruktur yang memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat

secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau

teori yang dibuktikan kebenarannya (Johnson dan Rising, 1972 dalam

Ruseffendi (1988:2)) dalam Mubiar Agustin (2014:46). Menurut Paling (dalam

Abdurrahman, 2009:252) ide matematika berbeda-beda, tergantung pada

pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa

matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi;

tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri, dan

trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup

segala sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis. Paling juga

mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan

jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan

informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,

menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting

adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan

menggunakan hubungan-hubungan. Berdasarkan pendapat Paling tersebut

dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang

(26)

masalah yang akan dihadapi; (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan

ukuran; (3) kemampuan untuk menghitung; (4) kemampuan untuk mengingat

dan menggunakan hubungan-hubungan. Sedangkan menurut Fanu (dalam

Mubiar Agustin, 2014:45) elemen-elemen yang dibutuhkan dalam belajar

matematika adalah kemampuan membaca dan menulis, kemampuan

membedakan suatu ukuran, kemampuan mengidentifikasi urutan-urutan,

kemampuan menggunakan simbol-simbol abstrak, kemampuan aritmatika,

kemampuan spatial, kemampuan menggunakan logika, short term and long

term memory. Selanjutnya, menurut Johnson & Myklebust (dalam

Abdurrahman, 2003:252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi

praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sedangkan teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari

SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan

tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius (dalam Abdurrahman

2003:253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena

matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal

pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan

kreativitas, (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan

(27)

11

B. Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berarti

kesanggupan; kecakapan; kekuatan; kita berusaha dengan diri sendiri. Selain

itu, menurut Munandar (2004), kemampuan merupakan daya untuk melakukan

suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.

Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan

keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera

dapat dicapai. Adapun langkah pemecahan masalah menurut Polya (dalam

Erman Suherman, 2003:91), adalah sebagai berikut.

1. Memahami masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa

tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

2. Merencanakan penyelesaian masalah

Kemampuan ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam

menyelesaikan masalah. Semakin bervariasi pengalaman siswa, ada

kemungkinan siswa akan semakin kreatif dalam menyusun rencana

penyelesaian masalah.

3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis

maupun tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai

(28)

4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah

dikerjakan.

Dengan langkah terakhir ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu

dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban

yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Sedangkan menurut Krulik dan Rudnick (1996:5) lima tahap pemecahan

masalah, yaitu:

1. Read and think.

Pada tahapan ini permasalahan dianalisis, pertanyaan diidentifikasi dan

ditentukan, hubungan antara bagian-bagian dari masalah dibuat. Fakta

yang ada diperiksa dan dievaluasi. Permasalahan yang terdapat dalam

soal diubah ke dalam bahasa yang mudah dipahami.

2. Explore and plan

Tahap eksplorasi dan perencanaan pemecahan masalah, data dianalisis

dan menentukan apakah ada cukup informasi yang dapat digunakan

untuk pemecahan masalah. Data disusun dalam tabel, gambar, grafik,

model, dsb. Dari sini sebuah rencana untuk menemukan jawabannya

dikembangkan.

3. Select a strategy

Memilih strategi yang diperkirakan dapat digunakan, misalnya

menemukan pola, bekerja mundur, tebak dan uji serta simulasi atau

percobaan. Strategi adalah bagian dari proses pemecahan masalah yang

(29)

13

menemukan jawabannya. Siswa harus berusaha memecahkan masalah

dengan strategi sebaik mungkin.

4. Find an answer

Tahap ini meliputi estimasi solusi, penggunaan kemampuan komputasi,

serta penggunaan keahlian aljabar dan geometri. Keterampilan

matematika dalam tahap ini sangat dibutuhkan untuk menemukan

jawaban.

5. Reflect and extend

Solusi yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya diperiksa kembali

kebenarannya, kemudian menentukan solusi alternatif dan membuat

perluasan atau generalisasi.

C. Kesulitan Belajar Matematika

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner

(dalam Abdurrahman, 2009:259)). Diskalkulia dikenal juga sebagai gangguan

perkembangan aritmetika, adalah kesulitan belajar yang melibatkan kesulitan

dalam perhitungan matematika (Santrock 2009:248). Istilah diskalkulia

memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan

gangguan sistem syaraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh

Kirk (dalam Abdurrahman, 2009:259) disebut akalkulia (acalculia).

Martini (2014:188) menemukan bahwa kesulitan yang dialami oleh anak

(30)

1. Kelemahan dalam menghitung

Siswa memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai konsep

matematika, tetapi siswa tidak mempunyai kemampuan yang baik dalam

berhitung. Siswa melakukan kesalahan karena salah membaca

simbol-simbol matematika dan mengoperasikan angka secara tidak benar.

2. Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan

Salah satu kesulitan yang dialami oleh siswa yang berkesulitan matematika

adalah tidak mampu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan

kenyataan yang ada. Misalnya, pemahaman siswa tentang kubus belum

tentu dapat ditransfer dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan

kubus, seperti mencari volume bak mandi yang bententuk kubus.

3. Pemahaman bahasa matematika yang kurang

Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan

yang bermakna matematika. Seperti dalam soal cerita, pemahaman tentang

soal cerita perlu diterjemahkan ke dalam operasi matematika yang

bermakna. Masalah ini disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan

kemampuan bahasa, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berbicara.

4. Kesulitan dalam persepsi visual

Siswa yang mengalami masalah persepsi visual akan mengalami kesulitan

dalam memvisualkan konsep-konsep matematika. Masalah ini dapat

diidentifikasi dari kesulitan yang dialami anak dalam menentukan panjang

(31)

15

konsep matematika membutuhkan kemampuan dalam menggabungkan

kemampuan berpikir abstrak dengan kemampuan persepsi visual.

Menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2009:259) ada beberapa

karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:

1. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan

Konsep hubungan keruangan seperti − ℎ, −

, ℎ − , �� − ℎ, − �, dan

− ℎ . Umumnya telah dikuasai oleh anak. Anak memperoleh

hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam

berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka. Adanya gangguan dalam

memahami konsep-konsep hubungan keruangan dapat mengganggu

pemahaman anak tentang sistem bilangan secara keseluruhan.

2. Abnormalitas persepsi visual

Anak berkesulitan belajar matematika seringkali mengalami kesulitan untuk

melihat berbagai obyek dalam hubungannya dengan kelompok atau set.

Kesulitan semacam ini merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas

persepsi visual. Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual akan

mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumlahkan dua

kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota.

Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap

kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Ada juga anak yang

memiliki abnormalitas persepsi visual sering kali tidak mampu

(32)

semacam itu tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar

matematika, terutama tentang memahami berbagai simbol.

3. Asosiasi visual-motor

Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua,

tiga, empat, lima.” Anak mungkin baru memegang benda ketiga tetapi telah

mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima tapi

baru mengucapkan “tiga”. Anak semacam ini dapat memberikan kesan

mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.

4. Perseverasi

Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu obyek saja dalam jangka

waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut

perseverasi.

5. Kesulitan mengenal dan memahami simbol

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan-kesulitan

dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, −,

=, <, >, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh

adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya

gangguan persepsi visual.

6. Gangguan penghayatan tubuh

Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan adanya

gangguan penghayatan tubuh (body image). Anak demikian merasa sulit

(33)

17

7. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di

bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut

kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang

mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam

memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.

8. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sekor Verbal IQ.

Rendahnya sekor PIQ pada anak berkesulitan belajar matematika

tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan,

gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan asosiasi visual-motor.

D. Penyebab Kesulitan Belajar

Penyebab kesulitan belajar sesungguhnya belum dapat dipastikan. Berikut

ini beberapa penyebab kesulitan yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh

(dalam Santrock (2009:249)).

1. Kesulitan belajar cenderung menurun dalam keluarga dengan satu orang tua

yang memiliki kesulitan seperti diseleksia atau diskalkulia, meskipun

transmisi genetika dari kesulitan belajar belum diketahui (McCrory, dkk.,

2005; Monuteaux, dkk., 2005; Petrill, dkk., 2006).

2. Kesulitan belajar kemungkinan besar tidak melibatkan lokasi otak tertentu,

tetapi lebih disebabkan oleh masalah-masalah dalam mengintegrasikan

(34)

struktur dan fungsi otak (Berninger, 2006; Vinckenbosch, Robichon, &

Eliez, 2005).

3. Kemungkinan lain adalah bahwa beberapa kesulitan belajar disebabkan oleh

masalah-masalah selama perkembangan sebelum kelahiran atau proses

kelahiran. Sejumlah studi menemukan bahwa kesulitan belajar lebih lazim

terjadi pada bayi-bayi yang memiliki berat badan yang ringan saat lahir

(Litt, dkk., 2005).

Mubiar Agustin (2014:48) menyebutkan penyebab diskalkulia merupakan

masalah yang disebabkan oleh fungsi fisiologis tubuh, seperti:

1. Diskalkulia berkolerasi dengan luka pada area spesifik otak yaitu:

supramarginal dan angular gyri yang menjembatani lobus temporal dan

pariental pada kulit otak.

2. Diskalkulia berkolerasi dengan defisit pada kemampuam memori jangka

pendek.

3. Anak dengan gejala diskalkuia berkecenderungan untuk memiliki anggota

keluarga dengan gejala yang sama.

E. Kesalahan dalam Mengerjakan Soal Matematika

Menurut Clements & Ellerton (1996) analisis kesalahan Newman pertama

kali diperkenalkan oleh Anne Newman, seorang guru bidang studi matematika

di Australia pada tahun 1977. Newman merekomendasikan lima kegiatan untuk

membantu mengklasifikasikan kesalahan yang terjadi pada pekerjaan siswa

(35)

19

1. Silakan bacakan pertanyaan tersebut untuk saya. (reading)

2. Beri tahu saya pertanyaan yang diminta untuk kamu kerjakan.

(comprehension)

3. Beri tahu saya metode yang kamu gunakan untuk menemukan dan

menjawab pertanyaan tersebut. (transformation)

4. Tunjukan kepada saya bagaimana kamu mengerjakan jawaban atas

pertanyaan tersebut. Jelaskan kepada saya apa yang anda kerjakan. (process

skills)

5. Tuliskan jawabanmu atas pertanyaan itu. (Encoding)

Menurut Singh (2010:266-267), tahap-tahap kesalahan menurut prosedur

kesalahan Newman, yaitu sebagai berikut.

a. Reading Error (Kesalahan Membaca)

Kesalahan membaca dilakukan saat siswa membaca soal. Kesalahan ini

terjadi ketika siswa tidak mampu membaca kata-kata maupun simbol

sebagai informasi utama dari soal sehingga siswa tidak menggunakan

informasi tersebut dalam mengerjakan soal dan jawaban dari siswa tidak

sesuai dengan maksud dari soal.

b. Comprehension Error (Kesalahan Memahami)

Kesalahan memahami terjadi setelah siswa mampu membaca soal tetapi

siswa kurang mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk mengerjakan soal

terutama dalam konsep, siswa tidak mengetahui apa yang sebenarnya

ditanyakan dalam soal, maupun siswa salah menangkap informasi yang

(36)

c. Transformation Error (Kesalahan Transformasi)

Kesalahan transformasi merupakan kesalahan yang terjadi ketika siswa

mampu memahami pertanyaan dari soal yang diberikan tetapi siswa

belum dapat mengubah soal kedalam bentuk matematika yang benar

maupun siswa gagal dalam memilih operasi matematika yang tepat untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut.

d. Process Skills Error (Kesalahan Keterampilan Proses)

Kesalahan keterampilan proses terjadi apabila siswa mampu memilih

operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan namun siswa

tidak dapat menjalankan prosedur dengan benar. Kesalahan keterampilan

proses juga terjadi karena siswa belum terampil dalam melakukan

perhitungan.

e. Encoding Error (Kesalahan Menuliskan Jawaban)

Kesalahan masih tetap bisa terjadi meskipun siswa selesai memecahkan

permasalahan matematika, yaitu bahwa siswa salah menuliskan apa yang

dimaksudkan. Kesalahan ini juga terjadi karena siswa melakukan

kesalahan dalam proses penyelesaian.

F. Materi Kubus dan Balok 1. Kubus

Steve Slavin & Ginny Chrisonino (2005:164) disebutkan “A cube is a

rectangular solid with equal length, width, and height.” Kalimat tersebut

(37)

21

yang mempunyai panjang, lebar, dan tinggi yang sama. Berikut ini adalah

[image:37.595.83.512.177.629.2]

gambar kubus . .

Gambar 2 1 Kubus .

Kubus . mempunyai:

a. Rusuk

Rusuk kubus adalah perpotongan dua buah persegi pada kubus berupa

ruas garis. Kubus mempunyai 12 rusuk. Rusuk yang terdapat dalam

kubus mempunyai panjang yang sama. Rusuk-rusuk kubus dalam kubus . adalah ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅,

dan ̅̅̅̅.

b. Titik sudut kubus

Titik sudut kubus adalah titik potong antara tiga buah rusuk kubus

(pertemuan tiga rusuk kubus). Sembarang tiga buah rusuk berpotongan

di suatu titik disebut titik sudut. Misal: ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅ berpotongan di

titik .

Kubus mempunyai 8 titik sudut, yaitu , , , , , , , .

Kubus . dengan

(38)

c. Sisi kubus

Sisi kubus adalah daerah persegi yang membatasi bagian luar dengan

bagian dalam dari suatu kubus.

Kubus . dibatasi oleh bidang , , ,

, , dan . Bidang-bidang tersebut disebut sisi-sisi

kubus . .

d. Diagonal bidang

Diagonal bidang suatu kubus adalah ruas garis yang

menghubungkan dua buah titik sudut dari sisi kubus, yang mana ruas

garis itu melewati permukaan sisi kubus dan bukan merupakan rusuk

kubus. Kubus . mempunyai 12 diagonal bidang yang sama

[image:38.595.85.513.215.680.2]

panjang, yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.

(39)

23

̅̅̅̅ merupakan salah satu diagonal sisi kubus . .

Panjang diagonal bidang ̅̅̅̅ dapat dicari dengan melihat hubungan

antara rusuk ̅̅̅̅ dan rusuk ̅̅̅̅.

Misalnya, panjang rusuk kubus . adalah satuan

panjang. Dengan menggunakan Teorema Pythagoras, dapat diperoleh

hubungan berikut.

= +

⟺ = √ +

= √ +

= √

= √

Jadi, diagonal bidang sisi kubus . adalah √ satuan

panjang.

e. Bidang diagonal

Bidang diagonal suatu kubus adalah suatu bidang yang dibatasi oleh

dua rusuk dan dua diagonal bidang suatu kubus.

Kubus . mempunyai 6 bidang diagonal, antara lain bidang

, bidang , bidang , bidang , bidang , dan

(40)
[image:40.595.88.509.107.702.2]

Gambar 2 3 Bidang Diagonal Kubus . f. Diagonal ruang

Diagonal ruang suatu kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua

buah titik sudut dan tidak terletak pada satu sisi kubus tersebut.

Kubus . mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjang,

yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅,̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.

(41)

25

Misalkan, panjang rusuk kubus . adalah satuan panjang.

Dengan menggunakan teorema Pythagoras, akan diperoleh hubungan

berikut.

= +

⟺ = √ +

Oleh karena ̅̅̅̅ adalah diagonal bidang kubus . maka

panjang ̅̅̅̅ adalah √ satuan panjang. Dengan demikian,

= √ +

= √( √ ) +

= √ +

= √

= √

Jadi, . adalah sebuah kubus dengan panjang rusuk satuan

panjang maka diagonal ruang kubus tersebut adalah √ satuan

panjang.

g. Jaring-jaring kubus

Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat

menurut ruas-ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan

membentuk bangun kubus. Berikut ini adalah contoh jaring-jaring

(42)
[image:42.595.86.507.112.628.2]

Gambar 2 5 Jaring-Jaring Kubus . (i)

(43)

27

h. Luas permukaan kubus

Kubus mempunyai 6 sisi yang sama.

Misalkan panjang rusuk dari kubus

adalah , maka luas salah satu sisinya: � = ×

=

Luas 6 sisinya:

� = ×

=

Jadi, luas permukaan kubus =

Sedangkan menurut Marsigit (2009:189), karena kubus merupakan

prisma maka luas permukaan kubus dapat dicari dengan menggunakan

rumus luas permukaan prisma. Misalnya, � adalah luas permukaan

kubus dan adalah panjang rusuk kubus, maka:

� = × + � × ��

= × × + × ×

= +

=

Jadi, luas permukaan kubus dengan panjang rusuk adalah . Gambar 2 6 Kubus .

[image:43.595.88.513.134.631.2]
(44)

2. Balok

“A rectangular solid is a uniform solid whose base is a rectangle and whose

height is perpendicular to its base.” (Steve Slavin & Ginny Chrisonino

2005:168) Artinya, balok adalah bangun ruang sisi datar pejal yang

mempunyai alas persegi panjang dan mempunyai tinggi yang tegak lurus

[image:44.595.88.514.224.675.2]

dengan alas.

Gambar 2 7 Balok .

Balok . mempunyai:

a. Rusuk

Rusuk balok adalah perpotongan dua buah daerah persegi panjang pada

balok berupa ruas garis. Balok . mempunyai 12 rusuk.

Rusuk-rusuk balok yang sejajar memiliki panjang rusuk yang sama.

Rusuk-rusuk balok yang sama panjang adalah sebagai berikut.

i. ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅

ii. ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ = ̅̅̅̅

(45)

29

b. Titik sudut

Titik sudut balok adalah titik potong antara tiga buah rusuk (pertemuan

tiga rusuk) balok. Balok . memiliki 8 titik sudut. Titik-titik

sudut tersebut adalah , , , , , , dan .

c. Sisi balok

Sisi balok adalah daerah persegi panjang yang membatasi bagian luar

dengan bagian dalam dari suatu balok.

Balok . mempunyai 6 sisi (bidang) berbentuk persegi

panjang yang tiap pasangnya kongruen. Sisi (bidang) tersebut adalah

≅ , ≅ , dan ≅ .

d. Diagonal bidang balok

Diagonal bidang suatu balok adalah ruas garis yang menghubungkan

dua titik sudut dari sisi balok, yang mana garis itu melewati permukaan

sisi balok dan bukan merupakan rusuk balok.

[image:45.595.86.515.186.709.2]

Balok mempunyai 12 diagonal bidang, yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.

(46)

e. Bidang diagonal balok

Bidang diagonal suatu balok adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk

dan dua diagonal bidang suatu balok.

Balok . memiliki 6 bidang diagonal yang berbentuk

persegi panjang dan tiap pasangnya kongruen. Keenam bidang diagonal

[image:46.595.88.512.242.614.2]

tersebut adalah ≅ , ≅ , dan ≅ .

Gambar 2 9 Bidang Diagonal Balok .

f. Diagonal ruang balok

Diagonal ruang pada balok adalah ruas garis yang menghubungkan dua

titik sudut dan tidak terletak pada satu sisi balok tersebut.

Balok . memiliki 4 diagonal ruang yang sama panjang dan

(47)
[image:47.595.83.511.121.639.2]

31

Gambar 2 10 Diagonal Ruang Balok .

g. Jaring-jaring balok

Jaring-jaring balok adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat

menurut ruas-ruas garis pada dua persegi panjang yang berdekatan akan

membentuk bangun balok. Berikut ini adalah contoh jaring-jaring balok.

(48)
[image:48.595.85.506.121.679.2]

Gambar 2 11 Jaring-Jaring Balok . (ii)

(49)

33

h. Luas permukaan balok

Balok mempunyai tiga pasang sisi yang tiap pasangnya sama dan

sebangun, yaitu

i. ≅

ii. ≅

iii. ≅

Akibatnya diperoleh

Gambar 2 12 Balok . dengan Panjang , Lebar , dan Tinggi

Luas permukaan = Luas permukaan = ×

Luas permukaan = Luas permukaan = ×

Luas permukaan = Luas permukaan = ×

Dengan demikian, luas permukaan balok sama dengan jumlah luas

permukaan ketiga pasang sisi yang saling kongruen pada balok tersebut.

Luas permukaan balok dirumuskan sebagai berikut. � = × + × + ×

= [ × + × + × ]

Dengan � = luas permukaan balok

= panjang balok

= lebar balok

[image:49.595.86.512.159.688.2]
(50)

3. Volume Kubus dan Balok

Dalam buku Travers (1987:490), Postulat 21: “The volume of a rectangular

parallelepiped is the product of the altitude and the area of the base. (� =

ℎ, where represets the area of the base and ℎ the height.)” Postulat 21

tersebut berarti volume dari paralelepidum yang mempunyai alas persegi

panjang adalah hasil kali dari tinggi dan luas alas. (� = ℎ, dimana

merupakan luas alas dan ℎ adalah tinggi.) Kubus dan balok termasuk dalam

paralelepidum yang mempunyai alas persegi panjang. Kubus yang panjang

rusuknya mempunyai luas alas × , sehingga berdasarkan Postulat 21

volume kubus adalah luas alas kali tinggi, yaitu × × . Sedangkan, balok

dengan panjang , lebar , dan tinggi mempunyai luas alas × dan

(51)

35

G. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh

peneliti. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan analisis untuk

mengetahui kesulitan dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam

mengerjakan soal matematika materi kubus dan balok. Materi kubus dan balok

ini dipelajari oleh siswa kelas VIII pada Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Untuk mengetahui kesulitan dan kemampuan yang dimiliki siswa pada

materi kubus dan balok peneliti melakukan observasi kelas untuk mengetahui

proses belajar mengajar yang terjadi, keaktifan siswa selama pembelajaran, dan

sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi kelas ini

dilakukan selama pembelajaran materi Kubus dan Balok berlangsung.

Selanjutnya, peneliti memberikan tes hasil belajar siswa, tes ini berupa soal

essay dan dikerjakan secara individu tanpa menggunakan alat bantu hitung. Tes

ini dilaksanakan untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dialami

siswa serta mengetahui kemampuan mengerjakan soal yang dimiliki siswa.

Berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan tes

hasil belajar, peneliti melakukan analisis untuk mengetahui kesulitan apa yang

dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Peneliti juga

melakukan analisis untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa

dalam mengerjakan soal matematika.

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara terhadap subjek penelitian.

Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dan

(52)

matematika. Dengan menganalisis hasil observasi, tes hasil belajar siswa, dan

hasil wawancara, peneliti dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam

menyelesaikan soal matematika, faktor penyebab kesulitan, dan kemampuan

yang dimiliki siswa dalam mengerjakan soal matematika pada materi kubus dan

(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesalahan,

kesulitan dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika. Peneliti

mendeskripsikan kesalahan, kesulitan dan kemampuan siswa dalam

memecahkan soal matematika pada materi kubus dan balok. Oleh karena itu,

jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk

menggambarkan (to describe), menjelaskan, dan menjawab

persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang

fenomena sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai

variabel dalam suatu fenomena (Arifin, 2011: 41).

Lexy J. Meleong (dalam Prastowo, 2011: 23-24) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (contohnya: perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya) secara holistik, dan dengan

cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

(54)

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A di SMP Institut Indonesia

pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 23 siswa dari 23

siswa tersebut kemudian diambil beberapa siswa yang akan digunakan sebagai

subjek wawancara. Objek pada penelitian ini adalah kesalahan, kemampuan,

kesulitan dan faktor penyebab kesulitan yang dialami oleh siswa dalam

mengerjakan soal matematika pada materi kubus dan balok.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VIII A SMP Institut Indonesia, Jl. Jend.

Urip Sumoharjo Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017

yaitu bulan Maret - April 2017, sedangkan untuk penyusunan Bab 1 sampai

dengan Bab 5 serta kelengkapan lainnya dimula dari bulan November 2016

hingga Juni 2017.

D. Bentuk Data

Data penelitian diperoleh dari observasi, hasil pekerjaan siswa dalam

mengerjakan soal matematika, dan wawancara dengan subjek penelitian. Data

(55)

39

dari aktivitas siswa tersebut peneliti mengamati kesulitan maupun kemampuan

yang dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Data penelitian dari hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal

matematika digunakan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa dalam mengerjakan soal matematika. Data penelitian yang diperoleh dari

wawancara terhadap subjek penelitian akan digunakan untuk mendeskripsikan

kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, faktor yang menyebabkan siswa

mengalami kesulitan tersebut serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk

menyelesaikan soal matematika. Hasil wawancara juga dapat digunakan untuk

memperkuat hasil yang diperoleh dari data observasi dan data pekerjaan siswa

dalam menyelesaikan soal matematika.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

tiga tahapan, yaitu:

1. Observasi

Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono,

2007:158). Observasi kelas dilakukan selama proses pembelajaran

matematika pada materi Kubus dan Balok. Observasi ini dilakukan untuk

mengetahui proses belajar siswa selama pembelajaran Kubus dan Balok.

Observasi juga digunakan untuk mengetahui kesulitan dan kemampuan

(56)

pembelajaran, dan pengerjaan latihan soal. Observasi dilakukan dengan

mencatat setiap kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung.

2. Tes Hasil Belajar

Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada

seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan

dasar bagi penetapan skor angka (Margono, 2007:170). Tes hasil belajar

dilakukan kepada siswa kelas VIII A SMP Institut Indonesia sebagai

ulangan harian materi Kubus dan Balok. Tes dilaksanakan untuk

mengetahui letak kesalahan yang dialami siswa dan mengetahui

kemampuan yang dimiliki oleh siswa pada materi Kubus dan Balok. Tes

dikerjakan secara individu, tanpa alat bantu hitung, dan buku tertutup. Hal

ini dilakukan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan kondisi siswa yang

sebenarnya.

3. Wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk memperoleh informasi secara

mendalam dari setiap siswa. Hal ini sesuai dengan definisi wawancara yang

dikemukakan oleh Margono (2007:165). Wawancara merupakan alat

pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara

lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri-ciri utama wawancara adalah

kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer)

dan sumber informasi (interviewee). Wawancara pada subjek penelitian

(57)

41

penyebab kesulitan yang dialami siswa. Dengan adanya wawancara, peneliti

dapat mengetahui cara berpikir siswa dalam mengerjakan soal matematika.

Selain itu, jawaban-jawaban siswa dari hasil wawancara dapat memperkuat

hasil dari tes hasil belajar siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman observasi

Peneliti melakukan observasi dengan mengamati secara langsung kondisi

kelas yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas. Pedoman observasi

ini digunakan oleh peneliti untuk menguatkan hasil wawancara untuk

mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan. Adapun hal-hal yang diamati

oleh peneliti dalam observasi kelas ini adalah:

a. Keaktifan guru dan siswa

b. Proses pembelajaran yang berlangsung

c. Cara belajar yang diterapkan guru

d. Respon guru dan siswa selama pembelajaran

e. Kegiatan yang dilakukan siswa selama di kelas

2. Soal tes hasil belajar

Soal tes hasil belajar siswa ini dibuat dalam bentuk essay sebanyak 4 soal

dan dikerjakan dalam waktu 75 menit. Soal tes hasil belajar ini dibuat

(58)

matematika kelas VIII A di SMP Institut Indonesia sendiri. Adapun kisi-kisi

[image:58.595.84.514.171.650.2]

soal dalam tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal tes hasil belajar

No. Indikator Nomor Soal

1.

Siswa dapat menentukan panjang kawat yang digunakan untuk membuat kerangka kubus atau balok

1

2. Siswa dapat menghitung volume kubus 2 3. Siswa dapat menerapkan volume kubus atau

balok pada kehidupan sehari-hari 3, 4

Pada soal nomor 1 siswa diminta untuk menghitung panjang kawat

yang digunakan untuk membuat kerangka balok.

Soal No.1: Lintang ingin membuat kerangka balok menggunakan kawat. Lintang memiliki kawat sepanjang 1,5 m. Balok yang ingin dibuat oleh Lintang

mempunyai panjang, lebar dan tinggi berturut-turut adalah 15 cm, 11 cm, dan

9 cm. Berapa panjang kawat Lintang yang tersisa?

Pada soal nomor 2 siswa diminta untuk menghitung volume kubus

yang diketahui diagonal bidang kubus tersebut.

Soal No.2: Pak Andi mempunyai akuarium berbentuk kubus. Pak Andi mengisi akuarium tersebut dengan air. Jika akuarium mempunyai panjang

diagonal bidang √ cm, berapakah volume air dalam akuarium Pak Andi?

(Asumsikan akuarium tersebut hanya berisi air).

Pada soal nomor 3 siswa diminta untuk mencari tinggi kenaikan air

jika diketahui panjang dan lebar balok serta panjang rusuk kubus yang

(59)

43

kenaikan air diasumsikan volume balok sama dengan volume kubus dan

tinggi kenaikan air sama dengan tinggi balok.

Soal No.3: Pak Beni mempunyai akuarium berbentuk balok pada suatu saat Pak Beni memasukkan kubus kedalam akuarium tersebut sehingga kubus

tersebut tenggalam dan permukaan air menjadi naik. Berapakah tinggi kenaikan

air jika akuarium mempunyai alas berukuran 100 ×80 dan kubus yang

dimasukkan mempunyai panjang rusuk 40 cm. (Asumsikan volume balok sama

dengan volume kubus).

Pada soal nomor 4 siswa diminta untuk menghitung debit air jika

diketahui volume balok dan lamanya waktu yang digunakan untuk mengisi

balok tersebut.

Soal No.4: Sebuah bak mandi memiliki bentuk balok dengan panjang 80cm, lebar 45cm, dan tinggi 60 cm. Bak mandi tersebut dapat diisi dengan air selama

20 menit dari suatu kran. Berapakah debit air dari kran tersebut?

3. Pedoman wawancara

Pedoman yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan wawancara yaitu

sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal materi kubus dan balok

a. Pendapat siswa tentang soal yang diberikan sulit atau tidak

b. Kemampuan memahami soal matematika yang diberikan

c. Kemampuan mengubah soal cerita menjadi model matematika

d. Kemampuan menggunakan rumus dalam mengerjakan soal

matematika materi kubus dan balok.

(60)

a. Perasaan siswa dalam mengikuti pembelajaran

b. Siswa belajar secara mandiri diluar jam pembelajaran untuk

memahami materi

3. Faktor penyebab kesulitan dan kemampuan yang dialami siswa dari

lingkungan sekolah dan teman sekolah

a. Efektivitas kegiatan belajar dan mengajar

b. Hubungan yang terjalin antar siswa dengan guru maupun siswa

dengan siswa

4. Faktor penyebab kesulitan dan kemampuan yang dialami siswa dari

lingkungan keluarga

a. Orang tua memberikan semangat ketika belajar

b. Hubungan antara siswa dan orang tua

G. Validasi Instrumen

Validasi instrumen pada penelitian ini menggunakan validasi pakar. Pakar

yang menjadi validator instrumen tes hasil belajar siswa dalam penelitian ini

yaitu dosen yang mengampu materi geometri dan guru mata pelajaran

matematika kelas VIII A SMP Institut Indonesia, sedangkan untuk instrumen

pedoman observasi kelas dan pedoman wawancara validatornya adalah dosen

yang memiliki gelar magister pendidikan.

Instrumen tes hasil belajar siswa memuat soal-soal yang akan diberikan

kepada siswa. Sebelum soal tersebut diberikan, soal tersebut akan diteliti dan

(61)

45

dengan soal tes, kesesuaian tingkat kesukaran dengan soal tes, kesesuaian antara

waktu yang digunakan untuk tes dengan soal tes, dan pedoman penilaian yang

digunakan. Aspek-aspek tersebut akan diteliti oleh pakar (dosen yang

mengampu geometri dan guru mata pelajaran matematika). Jika terdapat

ketidaksesuaian dan kesalahan dalam instrumen, maka peneliti akan malakukan

perbaikan (revisi) instrumen tes hasil belajar siswa tersebut. Adapun tabel

[image:61.595.85.523.251.666.2]

format validasi pakar yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Format validasi instrumen soal tes hasil belajar

No. Aspek yang diamati Skala Keterangan

1 2 3 4 1. Bahasa yang digunakan mudah untuk

dipahami siswa kelas VIII.

2. Kesesuaian antara indikator dengan soal tes.

3. Kesesuaian tingkat kesukaran dengan soal tes.

4. Kesesuaian antara waktu yang digunakan untuk tes dengan soal.

5. Pedoman penilaian yang digunakan sesuai dengan jawaban.

Keterangan:

Makna dari skala penilaian adalah sebagai berikut:

1 = Sangat Kurang Baik

2 = Kurang Baik

3 = Baik

4 = Sangat Baik

Pedoman observasi dan pedoman wawancara yang akan digunakan peneliti

dalam melakukan penelitian sebelumnya telah divalidasi. Validasi yang

(62)

pendidikan). Ketika terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian dalam instrumen,

peneliti melakukan perbaikan (revisi) sesuai dengan kesalahan yang telah

ditemukan oleh validator.

H. Teknik Analisis Data 1. Tes hasil belajar siswa

Penelitian menggunakan data dari tes hasil belajar siswa pada materi

kubus dan balok yang dikerjakan secara individu oleh siswa. Dari tes hasil

belajar tersebut kemudian peneliti dapat melihat letak kesalahan-kesalahan

yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal materi kubus balok tersebut.

Dari kesalahan yang dilakukan siswa tersebut, kemudian peneliti

melakukan analisis kesalahan yang dilakukan siswa dengan teori Newman.

Selain itu, peneliti juga dapat melihat kemampuan yang dimiliki siswa

dalam mengerjakan soal materi kubus dan balok. Kemampuan siswa dalam

mengerjakan soal dianalisis dengan melihat setiap langkah yang dikerjakan

oleh siswa. Langkah-langkah yang dikerjakan oleh siswa tersebut kemudian

disesuaikan dengan teori dari Krulik dan Rudnick untuk mengetahui

kemampuan yang dimiliki siswa.

Setelah data diperoleh, peneliti melakukan analisis dengan tahapan

sebagai berikut.

a. Peneliti mengkoreksi hasil pekerjaan siswa

b. Peneliti menganalisis kesalahan yang dilakukan siswa sesuai

(63)

47

c. Peneliti menganalisis kemampuan yang dimiliki oleh siswa

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Krulik dan

Rudnick.

d. Peneliti menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa

berdasarkan kesalahan yang dilakukan siswa menurut teori

Martini.

2. Wawancara

Peneliti melakukan konfirmasi tes hasil belajar siswa dengan

melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan membahas tentang

soal-soal tes yang diberikan dan menggali informasi tentang penyebab

kesulitan yang dialami siswa. Pada wawancara ini, peneliti merekam

pembicaraan yansg terjadi, kemudian peneliti menuliskan hasil dari

wawancara tersebut. Hasil wawancara tersebut kemudian dianalisis secara

deskriptif kualitatif untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dan

penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa pada soal tes hasil belajar

materi kubus dan balok. Dengan melakukan wawancara ini,

informasi-informasi yang belum didapatkan saat observasi maupun mengerjakan tes

dapat diperoleh secara terperinci dari siswa yang bersangkutan.

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan

Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti ini terbagi kedalam

(64)

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah:

a. Melakukan observasi untuk mencari tahu permasalahan yang terjadi di

SMP Institut Indonesia khususnya kelas VIII A.

b. Membuat surat izin untuk melakukan penelitian di SMP Institut

Indonesia.

c. Bertemu dengan kepala SMP Institut Indonesia untuk menyerahkan

surat izin dan menjelaskan maksud dari penelitian yang akan

dilaksanakan.

d. Bertemu dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII A untuk

mencari tahu informasi-informasi tentang kelas VIII A dan

menyesuaikan jadwal pengambilan data.

e. Membuat instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.

f. Melakukan validasi pakar untuk instrumen-instrumen yang telah dibuat.

2. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan untuk melihat secara langsung proses

pembelajaran yang terjadi pada materi kubus dan balok. Selama proses

pembelajaran berlangsung, peneliti akan mampu memahami kemampuan

dan kesulitan siswa yang terjadi selama proses pembelajaran terjadi. Dari

hasil pengamatan langsung tersebut, peneliti akan mampu menganalisis

kemampuan dan kesulitan yan

Gambar

Tabel 4.1 Kegiatan selama penelitian ..................................................................
Gambar 2 1 Kubus ����. ����
Gambar 2 2 Diagonal Bidang Kubus ����. ����
Gambar 2 3 Bidang Diagonal Kubus ����. ����
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisa yang dilakukan meliputi analisa fisik ( cooking time, cooking loss, tensile strength , persen elongasi), analisa kimia (kadar air), dan analisa

Menu Home digunakan untuk kembali ke halaman utama (halaman index), menu Registrasi Perusahaan digunakan untuk mendaftar perusahaan, menu Lihat Lowongan untuk melihat semua

Metode wawancara ini dilakukan oleh penulis guna mencari informasi mengenai data produk, visi misi dan kelebihan perusahaan yang mendukung proses desain logo dan buku

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ditemukan belum adanya pendekatan dalam bentuk kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan

 Penurunan arus ( I a ) yang terjadi dalam percobaan Franck – Hertz dikarenakan adanya electron yang melepaskan energinya setelah bertumbukan dengan atom neon

Adapun hasil dari penelitian ini, didapat bahwa likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) dan solvabilitas yang diproksikan dengan Total Debt to Aset Ratio

Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi penurunan Ib sebesar 0,62 persen yang disebabkan oleh turunnya indeks harga konsumsi rumahtangga dan indeks biaya produksi