i
KECEMASAN MATEMATIKA PADA SISWA SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
EPI SAMOSIR
NIM: 131134236
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana dan jauh dari sempurna ini kupersembahkan bagi:
1. Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santu Yosef yang menjadi
kekuatan dalam hidup saya
2. Kedua orangtua dan saudara-saudariku yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan kepadaku.
3. Kongregasi Suster Santu Yosef Medan.
4. Dosen-dosen yang dengan sabar dan setia membimbing dan mendidikku
menjadi calon pendidik yang baik.
5. Teman-teman yang selalu mendoakan, mendukung dan menyemangatiku
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Almamaterku, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
v MOTTO
Bila hari ini kamu jatuh sebagai orang yang gagal, keesokan
hari bangunlah sebagai manusia yang baru
-Paus Fransiskus-
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, karena semuanya akan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Mei 2017
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Epi Samosir
Nomor Mahasiswa : 131134236
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul
KECEMASAN MATEMATIKA PADA SISWA SD
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Mei 2017
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
KECEMASAN MATEMATIKA PADA SISWA SD
Oleh
Epi Samosir
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan mengenai siswa yang mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Ada pandangan bahwa siswa yang mengalami kecemasan dalam belajar matematika akan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematikanya. Namun, pada kenyataan, ada siswa yang mengalami kecemasan dalam belajar matematika tetapi memperoleh hasil yang baik dalam mata pelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan siswa cemas dalam belajar matematika.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah seorang siswa yang bernama Ian (Psedonyum) duduk di kelas V SD Maju yang mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Dalam penelitian ini, peneliti juga meminta informasi dari orang-orang yang ikut terlibat dalam proses belajar matematika yakni, guru kelas, guru matematika kelas V sekaligus guru matematika kelas IV ketika partisipan duduk di bangku kelas IV, guru matematika kelas III, dan orangtua partisipan yang mendampingi saat belajar di rumah. teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis dengan sistem pengcodingan sesuai langkah metode grounded theory.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan matematika yang dialami oleh Ian disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor kepribadian dan faktor lingkungan sosial. Faktor kepribadian meliputi, kurangnya rasa percaya diri dalam diri Ian, dan kurang fokus, Faktor lingkungan sosial meliputi, adanya tuntutan yang tinggi dari orangtua, penerapan sistem punishment dan reward, dan pengalaman masa lalu terhadap matematika. Kecemasan yang dialami oleh Ian menjadi alarm yang berfungsi untuk mengantisipasi masalah yang akan datang. Dari hasil penelitian ditemukan kecemasan matematika yang dialami Ian merupakan kecemasan yang positif karena dengan adanya rasa cemas membuat Ian semakin mempersiapkan diri untuk belajar matematika.
ix ABSTRACT
MATHEMATIC ANXIETY IN ELEMENTARY STUDENT By
Epi Samosir
Sanata Dharma University Yogyakarta 2017
This research was conducted based on the facts that happened in the field about students who experiencing anxiety in learning mathematic. There is a view that students who experiencing anxiety in learning mathematic will impact their mathematic achievement. However, in reality, there are students who experiencing anxiety in learning mathematic but obtain good results in math subjects. This study aims to identify what causes that make students experiencing anxiety in learning mathematic.
The type of this research is qualitative research using grounded theory method. Participants in this study is a 5th grader in SD Maju named Ian (Pseudonym) who experiencing anxiety in learning mathmatic. In this study, researcher also requested information from people that involved in the process of learning mathematic. These people are the classroom teacher, the mathematic teacher of grade V who also the mathematic teacher of grade IV when participants in the fourth grade, third grade mathematic teacher, and the parents of the participants who accompanying the participants while studying at home. Data collection techniques that used in this research are interviews, observation and documentation studies. Data analysis technique use the encoding system according to the step of grounded theory method.
The results showed that the mathematic anxiety that experienced by Ian is caused by two factors: personality factor and social environment factor. Personality factors include, Ian’s lack of confidence, and lack of focus. Social environment factor include, the high demands Ian’s parents, the application of punishment and reward systems, and past experience of mathematic. The anxiety that experienced by Ian being such an alarm that serves to anticipate problems that will come. The results of the study found that Ian's mathematic anxiety is a positive kind of anxiety because it makes Ian more prepared to learn mathematic.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas kasih karunia dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Kecemasan Matematika pada Siswa SD”. Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mengalami banyak
tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi
peneliti. Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi, namun peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat
banyak bimbingan, saran, masukan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan karyawan
Universitas Sanata Dharma, karena peneliti dapat berproses dengan program yang
telah dibuat oleh Universitas Sanata Dharma. Peneliti juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada bapak Rohandi, Ph D,. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma dan Ibu Christiyanti Aprinastuti,
S.Si., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma, dan bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S.,M.Pd.
selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Sanata Dharma. Tidak lupa peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Ibu Eny Winarti, S.Pd,. M.Hum.,Ph D., selaku dosen
pembimbing I dan Maria Agustina Amelia, S.Si,M.Pd selaku dosen pembimbing
II yang telah membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang dengan
sabar memberikan masukan, saran, nasehat, semangat, dorongan serta pelajaran
yang berharga lewat pengalaman yang dibagikan kepada peneliti. Peneliti
sungguh menyadari bahwa dosen pembimbing memberikan banyak waktu dan
tenaga untuk penyelesaian skripsi ini. Kehadiran pembimbing mengajarkan
kepada peneliti untuk menghargai proses dalam mencapai keberhasilan yang
xi
Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti melalui proses
perkuliahan. Selanjutnya peneliti mengucpkan terimakasih kepada Sekretariat
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma atas
keramahannya dalam melayani dan membantu peneliti selama kuliah hingga
menyelesaikan tugas akhir ini. Yang selalu siap sedia memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti.
Peneliti juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Kepala Sekolah
SD Maju yang sudah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian di SD Maju. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Kos, S.Pd guru matematika kelas V sekaligus guru matematika partisipan ketika
duduk di bangku kelas IV yang telah bersedia memberikan informasi kepada
peneliti selama penelitian ini berlangsung, tidak lupa juga ucapan terimakasih
kepada pak Martin guru kelas V yang selalu meluangkan waktu ketika peneliti
membutuhkan informasi, juga terimakasih kepada Ibu Sri guru kelas III yang
menjadi guru matematika partisipan ketika duduk di bangku kelas III yang harus
memutar kembali memori saat mengajari partisipan belajar matematika. Peneliti
juga mengucapkan terimakasih kepada Ian siswa kelas V yang telah
mengorbankan sebagian waktu bermain untuk memberikan informasi sebagai
partisipan dalam penelitian ini. Ucapan terimakasih juga kepada orangtua Ian
yang sudah memberikan waktu dan mau bercerita ketika peneliti membutuhkan
informasi tentang Ian.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada keluarga yang memberikan
dukungan kepada peneliti. Dan kepada Kongregasi Suster Santu Yosef Medan
yang selalu setia memberikan dukungan moril maupun materil kepada peneliti
selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir ini. Terimakasih
kepada para suster di komunitas St. Sesilia Yogyakarta yang senantiasa
mendoakan dan memberi dukungan kepada peneliti selama penyelesaian skripsi
ini. Ucapan terimakasih juga peneliti sampaikan kepada RD. Simon Sinaga, Pr
yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa bagi peneliti selama proses
xii
saya sebutkan satu persatu. Terimakasih juga untuk kelompok payung skripsi saya
Retno dan Shinta yang selalu hadir dalam suka dan duka yang membantu peneliti
selama dalam proses penelitian ini.
Dengan kerendahan hati peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, berbagai kritik, saran dan masukan sangat diharapkan
demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 30 Mei 2017
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Rumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 5
1.6 Manfaat Penelitian ... 5
1.7 Definisi Operasional ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung ... 8
2.1.1.1 Kecemasan ... 8
2 Aspek Kecemasan ... 10
xiv
2.1.1.2 Matematika ... 16
2.1.1.3 Matematika SD ... 17
2.1.1.4 Kecemasan Matematika ... 18
2.1.2 Penelitian yang Relevan ... 19
2.2 Kerangka Berpikir ... 23
2.3 Pertanyaan Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian... 26
3.2 Setting Penelitian ... 29
3.2.1 Waktu Penelitian ... 29
3.2.2 Tempat Penelitian ... 30
3.2.3 Partisipan Penelitian... 32
3.3 Desain Penelitian ... 33
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.4.1 Wawancara ... 35
3.4.2 Observasi... 37
3.4.3 Studi Dokumentasi ... 38
3.5 Instrumen Penelitian ... 39
3.6 Teknik Keabsahan Data ... 45
3.6.1 Uji Kredibilitas... 45
3.6.2 Uji Transferabilitas ... 48
3.7 Teknik Analisis Data... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Hasil Penelitian ... 50
4.1.2 Rumah Partisipan ... 50
4.1.3 Deskripsi Partisipan Penelitian ... 51
4.1.4 Wawancara dengan Partisipan ... 52
4.1.5 Deskripsi dan Wawancara Informan I ... 58
4.1.6 Deskripsi dan Wawancara Informan II ... 62
4.1.7 Deskripsi dan Wawancara Informan III ... 68
xv
4.2 Pembahasan... 78
BAB V PENUTUP ... 90
5.1 Kesimpulan ... 90
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 91
5.3 Implikasi Penelitian ... 92
5.4 Saran ... 93
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bagan Penelitian Yang Relevan ... 22
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 24
Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik ... 46
Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber ... 47
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman Gambar 3.1 Tabel jadwal Penelitian ... 30
Ganbar 3.2 Tabel Alur Instrumen Penelitian ... 43
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 3.1 Pedoman wawancara dengan Partisipan ... 97
Lampiran 3.2 Pedoman Wawancara dengan Orangtua Partisipan ... 101
Lampiran 3.3 Pedoman Wawancara dengan Guru Matematika ... 103
Lampiran 3.4 Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Matematika ... 106
Lampiran 3.5 Proses Pengolahan Data dengan Pengcodingan ... 107
Lampiran 3.6 Open Coding ... 107
Lampiran 3.7 Selective Coding ... 113
Lampiran 3.8 Axial Coding ... 119
Lampiran 3.9 Theoritical Coding... 120
1 BAB I PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan membahas tujuh hal, yakni: latar belakang penelitian,
identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional
penelitian. Latar belakang penelitian berisi alasan-alasan peneliti untuk melakukan
penelitian ini. Identifikasi masalah penelitian merupakan pengenalan terhadap
masalah yang ada dalam penelitian. Pembatasan masalah penelitian adalah ruang
lingkup masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah penelitian merupakan
pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian memuat
keinginan atau harapan yang ingin dicapai oleh peneliti. Manfaat penelitian berisi
kegunaan atau hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian akhir, peneliti
akan menguraikan definisi operasional penelitian yang berisi beberapa pengertian
atau istilah yang digunakan untuk mempermudah pembaca memahami tujuan
penelitian.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Berdasar amanat Undang-Undang Dasar 1945, pengertian pendidikan di
Sekolah Dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang
bertaqwa, terampil, kreatif dan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di
lingkungannya. Pendidikan Sekolah Dasar merupakan pendidikan bagi anak yang
berusia 6-13 tahun. Siswa Sekolah Dasar ditempa melalui berbagai bidang studi,
khususnya lima bidang ke SD an, yaitu IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn dan
2
mengenai proses belajar matematika. Hudoyo (1988 : 3) mengungkapkan bahwa
matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur
secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena matematika selalu digunakan
dalam segi kehidupan, semua bidang kehidupan di antaranya sebagai sarana
berpikir yang jelas dan logis, memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,
mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, serta
mengembangkan kreativitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya Cornellius (Abdurrahman, 2009 : 3)
Berdasarkan pengalaman peneliti saat PPL, peneliti mendapat informasi
bahwa ada beberapa pandangan yang menyatakan matematika adalah pelajaran
yang sangat penting yang harus dipelajari, dan jika siswa tidak mampu mengikuti
pembelajaran matematika, siswa akan dicap anak yang bodoh dan akan mendapat
ejekan dari teman-temannya. Bidang studi matematika juga, menjadi salah satu
pelajaran yang akan menentukan kelulusan untuk tahap selanjutnya. Pengalaman
bahwa matematika itu merupakan pelajaran yang sulit, juga dialami oleh peneliti.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, mata pelajaran matematika merupakan
pelajaran yang tidak disukai oleh peneliti. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar,
pikiran peneliti sudah terisi oleh pandangan bahwa matematika adalah pelajaran
yang paling utama, dan karena itu, setiap hari siswa mempelajari matematika.
Beberapa guru di SD Maju juga berpandangan bahwa matematika
merupakan pelajaran yang paling penting dan utama membuat siswa, guru
maupun orangtua harus berusaha keras agar matematika mendapat nilai yang lebih
3
putra atau putrinya memenangkan perlombaan dalam mata pelajaran yang lain,
akan tetapi jika orangtua mendengar bahwa putra-putrinya memenangkan
perlombaan matematika, rasa kegembiraan akan sangat besar. Sampai saat ini juga
sangat jarang dijumpai adanya orangtua yang meminta putra-putrinya mengikuti
les Bahasa, IPS ataupun mata pelajaran lainnya, melainkan orangtua akan mencari
berbagai cara supaya anaknya mengikuti les matematika. Hal ini menunjukkan
bahwa matematika masih dianggap sebagai alat ukur bagi prestasi siswa.
Adanya anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dapat
menimbulkan kecemasan dalam diri siswa. Freud (Alwisol, 2005:28)
mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan
reaksi adaptif yang sesuai. Dalam hal ini, kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita
bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu
akan meningkat sampai ego dikalahkan. Sedangkan menurut Musfir (2005:512),
kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan
ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan
yang terbatas maupun hal-hal yang aneh.
Kecemasan yang dialami siswa pada mata pelajaran matematika sering
disebut sebagai kecemasan matematika (mathematics Anxiety). Aschcraft, (2002 :
1) mendefinisikan kecemasan matematika sebagai perasaan ketegangan, cemas
atau ketakutan yang mengganggu kinerja matematika. Siswa yang mengalami
kecemasan terhadap matematika merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak
4
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di salah satu SD
Swasta di Yogyakarta, peneliti menemukan ada seorang siswa yakni Ian
(Pseudonyum), yang beradsarkan pengisian kuesioner dan juga menurut
penuturannya mengalami kecemasan dalam belajar matematika. kuesioner yang
dibagikan oleh peneliti berisi tentang indikator kecemasan. Selain dari pengisisan
kuesioner dan pengakuan Ian sendiri, peneliti juga melakukan pengamatan saat
proses belajar matematika. Ian menunjukkan kecemasan dengan membolak-balik
buku catatan dan buku paket saat guru meminta ia mengerjakan soal. Ian
berulangkali meminta izin kepada guru untuk minum dengan alasan tenggorokan
kering, dan ketika diminta guru mengerjakan soal di papan tulis, Ian menolak
dengan alasan belum selesai mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Ketika
maju ke depan kelas, Ian berulangkali melirik guru matematika yang sedang
berdiri di belakang. Ian terlihat tidak percaya diri dengan jawaban yang
dituliskannya. Hal ini terbukti Ian berulangkali menghapus jawaban yang telah
dituliskannya. Saat guru memintanya menjelaskan hasil pekerjaannya, suara Ian
terdengar bergetar dan bibirnya terlihat pucat. Hal-hal diatas merupakan indikator
dari kecemasan matematika.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, hasil wawancara maupun hasil
observasi, Ian mengalami kecemasan saat belajar matematika. Peneliti tertarik
untuk meneliti Ian lebih dalam lagi karena peneliti mendapat informasi bahwa Ian
adalah termasuk siswa yang cerdas di dalam kelas dan selalu memperoleh nilai
yang memuaskan dalam semua mata pelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan
penjelasan yang diperoleh peneliti terhadap partisipan, peneliti tertarik untuk lebih
5 1.2 Identifikasi Masalah
Di SD Maju, ada seorang anak yang mengalami kecemasan matematika
dan belum diketahui apa penyebab Ian cemas belajar matematika
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti
membatasi masalah penelitian pada: apa yang menyebabkan Ian cemas
dalam belajar matematika
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah di atas, permasalahan penelitian dirumuskan demikian: apa yang
menyebabkan Ian cemas belajar matematika?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan Ian cemas
belajar matematika.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis
1.6.1 Manfaat teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada
dunia pendidikan untuk memahami anak yang mengalami kecemasan
matematika. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang apa yang menyebabkan siswa cemas dalam belajar
6 1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan dalam
memberi pembelajaran matematika kepada siswa. Guru diharapkan dapat
memberikan pendampingan yang khusus bagi siswa yang mengalami
kecemasan dalam belajar matematika.
1.6.2.2 Bagi Orangtua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
orangtua untuk mengetahui apa yang menyebabkan anak cemas dalam
menghadapi pelajaran matematika sehingga orangtua dapat memberikan
pendampingan dalam menemani anak belajar matematika.
1.6.2.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti apa yang
menyebabkan siswa cemas dalam belajar matematika. Selain itu, selama
penelitian ini berlangsung, peneliti banyak belajar tentang karakteristik
siswa sehingga nantinya peneliti dapat mendampingi siswa yang
mengalami kecemasan dalam belajar matematika.
1.7 Definisi Operasional
1.7.1 Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang
merupakan respon terhadap suatu ancaman dan menimbulkan perasaan
tertekan dan tegang.
1.7.2 Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan
7
1.7.3 Kecemasan matematika adalah perasaan-perasaan ketegangan yang
menyebabkan kesalahan dalam angka dan penyelesaian dari masalah
matematika dalam lingkup luas dan dalam kehidupan sehari-hari.
1.7.4 Grounded Theory merupakan sebuah pendekatan yang refleksif dan terbuka,
di mana pengumpulan data, pengembangan konsep-konsep teoritis, dan
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab II ini, peneliti akan menguraikan empat pokok bahasan secara
berurutan, yakni: kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka teori, dan
pertanyaan penelitian. Kajian pustaka berisi tentang teori-teori yang berkaitan
dengan kecemasan matematika pada siswa. Penelitian yang relevan berisi tentang
paparan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang
dapat menunjang penelitian ini. Kerangka berpikir berisi tentang alasan peneliti
melakukan penelitian, sedangkan pertanyaan penelitian berisi tentang
pertanyaan-pertanyaan yang menunjang penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung 2.1.1.1 Kecemasan
Dalam kehidupan sehari-hari, antara cemas dan takut adalah dua kata yang
diyakini memiliki pengertian yang sama. Menurut Emey & Oltmans (2013 : 194)
takut adalah respons terhadap bahaya yang dekat sedangkan kecemasan berkaitan
dengan kejadian yang mungkin terjadi di masa mendatang. Freud (2002 : 429)
mengemukakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan perasaan afektif yang
tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan
orang terhadap bahaya yang akan datang. Sementara ketakutan, menurut Freud
(2002 : 432) berkaitan secara khusus dengan keadaan yang menyebabkan bahaya
ketika bahaya muncul tanpa adanya kesiapan terhadap rasa takut, jadi dapat
9
Durand & Barlow (2006: 158) menyebutkan bahwa kecemasan adalah
keadaan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah
seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Kecemasan juga
merupakan suasana hati yang ditandai oleh aspek negatif dan gejala-gejala
ketegangan jasmaniah di mana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya
bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.
Nevid, dkk (2005 : 163) mengungkapkan bahwa kecemasan melibatkan perasaan,
perilaku, dan respon-respon fisiologis. Anxietas atau kecemasan adalah suatu
keadaan khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk
akan segera terjadi.
Nevid, dkk (2003 : 163) mengungkapkan bahwa banyak hal yang harus
dicemaskan, misalnya : kesehatan, relasi sosial, ujian, dan kondisi lingkungan.
Hal-hal tersebut merupakan beberapa hal yang dapat menjadi sumber kecemasan.
Kecemasan merupakan respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan
bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman,
atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya, yaitu : bila bukan merupakan
respon terhadap perubahan lingkungan.
Gunarsa (1986 : 27) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah rasa
khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan dapat ditimbulkan oleh
bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya yang ada dalam diri seseorang , dan
biasanya ancaman tersebut samar-samar.
Dari pendapat beberapa para ahli, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang merupakan respon
10
Sedangkan takut adalah perasaan yang timbul ketika sesuatu yang dianggap
bahaya ada di dekatnya. Misalnya, ketika hendak menyeberangi jalan raya yang
padat kendaraan, kita merasa khawatir dan panik, hal inilah yang disebut dengan
ketakutan. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa Ian mencemaskan
sesuatu yang belum tentu akan terjadi.
2. Aspek-Aspek Kecemasan
Nevid (2005 : 164 ) berpendapat bahwa aspek kecemasan terdiri dari aspek
fisik, behaviorial, dan kognitif.
a. Kecemasan fisik, meliputi : kegelisahan, kegugupan, Tangan atau anggota
tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat, pening
atau pingsan, mulut dan kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, sulit
berbicara, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak
kencang, suara yang bergetar, jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin,
leher atau punggung terasa kaku, merasa sensitif atau “mudah marah”, diare, panas dingin, tangan yang dingin dan lembab, wajah terasa
memerah, sering buang air kecil, dan terdapat gangguan sakit perut atau
mual.
b. Kecemasan behaviorial, meliputi : perilaku menghindar, perilaku melekat
dan dependen, perilaku terguncang.
c. Kecemasan kognitif, meliputi : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di
masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera
terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan,
11
atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat
perhatian, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia
mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak bisa lagi
dikendalikan, berpikir bahwa semuanya sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa
kabur dari keramaian; kalau tidak nanti akan pingsan, pikiran terasa
bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan
pikiran-pikiran terganggu, berpikir akan segera mati; meskipun dokter tidak
menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal
sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
Kecemasan dapat dilihat dari segi fisik, aspek-aspek kecemasan fisik telah
dijabarkan pada penjelasan di atas. Kecemasan behaviorial adalah aspek
kecemasan yang berhubungan dengan perilaku. Sedangkan aspek
kecemasan kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan pikiran
seseorang. Dari ketiga aspek yang telah dijelaskan di atas, seseorang bisa
saja mengalami ketiga aspek kecemasan tersebut sekaligus, namun ada
juga yang hanya mengalami satu atau dua di antara ketiganya.
Selanjutnya Darajat (1996 : 28) menggolongkan aspek kecemasan menjadi
dua jenis yaitu kecemasan fisik dan kecemasan mental.
a. Kecemasan fisik, meliputi : ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak
teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak,
12
b. Kecemasan mental, meliputi : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya
atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau
rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tentram,ingin lari dari kenyataan
hidup, dan sebagainya.
Supratiknya (1995 : 39) mengungkapkan bahwa penderita gangguan
kecemasan umum menunjukkan simptom-simptom sebagai berikut :
a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang bersifat
tak menentu.
b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa
tidak mampu, minder, depresi serta sedih.
c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, serba takut salah.
d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap
tegang-lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang
secara tiba-tiba atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan
gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti mematah-matahkan buku jari,
mendehem, menggosok-gosok telapak tangan, dan sebagainya.
e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar
bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air
kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.
f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.
g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.
h. Sering mengalami gangguan pernapasan dan berdebar-debar tanpa sebab
13
i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit
bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing,
atau sakit perut.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa kecemasan terdiri dari dua aspek, yakni aspek fisik dan
nonfisik atau mental.
a. Indikator aspek fisik meliputi : jantung berdebar-debar, keringat dingin,
perut mulas, pusing, mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan,
dan lain-lain.
b. Indikator aspek mental meliputi : sering merasa khawatir, tegang, curiga,
takut akan bahaya yang mungkin terjadi, takut tertimpa kecelakaan, selalu
merasa putus asa, minder, selalu takut melakukan kesalahan.
Aspek-aspek kecemasan fisik tentu dapat dilihat secara kasat mata
sedangkan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kecemasan secara
mental atau tidak perlu menggali informasi lebih dalam lagi terhadap orang yang
bersangkutan. Karena kecemasan secara mental hanya bisa diketahui jika yang
bersangkutan mengakuinya atau mengungkapkannya.
3. Macam-macam kecemasan
Darajat (1996 : 28) menggolongkan kecemasan menjadi tiga macam
yakni:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang
mengancam pada dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena
14
jalan, terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya.
Atau seorang siswa yang bermain-main selama proses pembelajaran, akan
merasa cemas ketika ujian tiba.
b. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Yang paling sederhana ialah cemas yang umum, dimana orang merasa
cemas (takut) yang kurang jelas, tidak tertentu dan tidak ada hubungannya
dengan apa-apa, serta takut itu mempengaruhi keseluruhan diri pribadi.
Ada pula cemas dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal
tertentu, misalnya takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil,
tempat yang tinggi, atau orang ramai. Ini berarti bahwa objek yang ditakuti
, tidak seimbang dengan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
benda-benda tersebut atau tidak berbahaya sama sekali. Selanjutnya ada pula
cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan yang menyertai
gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa. Orang merasa cemas karena berpikir
akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia merasa
terancam oleh sesuatu itu.
c. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula
menyertai gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang
umum.
Freud membedakan tiga macam kecemasan, yaitu: kecemasan realitas,
kecemasan neurotik dan kecemasan moral (Suryabrata, 2006 : 139)
a. Kecemasan realitas, yaitu: rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia
15
Kecemasan terhadap pelajaran matematika dapat dimasukkan ke dalam
kecemasan ini, karena siswa SD dihadapkan pada suatu kenyataan yang
dapat menimbulkan perasaan tertekan dan tegang dalam menghadapi
pelajaran matematika.
b. Kecemasan neurotik, yaitu: rasa takut jangan-jangan insting-insting akan
lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa
membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap
insting-insting itu sendiri melainkan ketakutan terhadap hukuman yang
mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.
c. Kecemasan moral, yaitu rasa takut terhadap suara hati. Orang-orang yang
superegonya berkembang dengan baik cenderung akan merasa bersalah jika
mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma moral dimana
mereka dibesarkan. Kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam realitas
di mana di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena
melanggar norma moral dan bisa dihukum lagi.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan terdiri
dari 3 macam yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurotis, kecemasan moral.
Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan dalam menghadapi pelajaran
matematika dapat digolongkan dalam kecemasan realitas. Karena siswa
dihadapkan pada kenyataan menghadapi pelajaran matematika, yang dapat
16 2.1.1.2 Matematika
Menurut Crockholf (Runtukahu, 2014), dewasa ini matematika diajarkan
untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan, teknologi,
dan untuk hampir semua kebutuhan manusia sehari-hari. Seperti yang kita ketahui
di Indonesia, bahkan matematika merupakan salah satu mata pelajaran sebagai
penentu kelulusan sejak tingkat SD sampai dengan SMA. Oleh sebab itu
Matematika dianggap sangat penting untuk dapat dikuasai terutama pada jenjang
sekolah.
Menurut Kline (Runtukahu 2014), matematika adalah pengetahuan yang
tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan
memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Menurut Bruner
(Runtukahu 2014), anak-anak membentuk konsep matematika melalui tiga tahap
sebagai berikut :
a. Tahap enaktif : dalam tahap enaktif, anak langsung terlibat dalam
memanipulasi objek-objek.
b. Tahap ikonik : dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan siswa
berhubungan dengan kegiatan mentalnya terhadap objek-objek yang
dimanipulasinya.
c. Tahap simbolik : anak memanipulasi simbol atau lambang objek-objek
tertentu. Siswa mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada
objek-objek nyata.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti berpendapat bahwa
dalam pembentukan konsep matematika terdapat tahap-tahap yang harus dilalui
17 2.1.1.3 Pelajaran Matematika SD
Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan
masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan (Sujono, 1988 : 4). Bidang
studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar. Matematika
diwajibkan ada karena matematika dapat menjadi sebuah pondasi awal bagi siswa
dalam berpikir bagi pemecahan masalah yang sedang dialami. Peletakan dasar
matematika ketika anak berada pada bangku SD sangatlah penting. Seorang anak
dengan pengetahuan dasar yang kuat dengan mudah memahami instruksi
matematika pada level berikutnya. Pembelajaran matematika pada SD sangat
berpengaruh terhadap keseluruhan proses dalam mempelajari matematika di
tahun-tahun berikutnya. Jika konsep dasar yang diletakkan tidak kuat atau anak
mendapatkan kesan buruk pada perkenalan pertamanya dengan matematika, maka
tahap berikutnya akan menjadi masa-masa sulit dan penuh perjuangan (Setyono,
2008 : 10). Mata pelajaran matematika perlu kepada semua peserta didik untuk
membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistimatis, kritis
dan kreatif serta kemampuan untuk bekerja sama (Daryanto, 2012:240).
Sujono (1988 : 14) mengungkapkan bahwa pada kenyatannya matematika
sering dipandang sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian siswa sekolah. Anak
merasa deg-degan, cemas dan takut setiap belajar matematika di sekolah karena
dihadapkan pada angka-angka yang membutuhkan kemauan, kemampuan, dan
kecerdasan tertentu. Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh peneliti, pelajaran
matematika di sekolah lebih sering membahas teori dari buku, kemudian
18 2.1.1.4 Kecemasan Matematika
Kecemasan matematika merupakan salah satu hambatan yang sangat
serius dalam pendidikan. Kecemasan matematika pada siswa berdampak pada
suasana tidak nyaman selama proses pembelajaran berlangsung. Akibatnya
matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan karena
karakteristik matematika yang abstrak, logis, sistematis, serta penuh dengan
lambang dan rumus. Richardson, (Daneshamooz, 2012 : 12) mengungkapkan
kecemasan matematika digambarkan sebagai perasaan ketegangan dan kecemasan
yang mengganggu mengenai masalah matematika dalam berbagai kehidupan
maupun situasi akademik.
Selanjutnya, Aschraft (Anita, 2011:187) mendefinisikan kecemasan
matematika sebagai perasaan ketegangan, cemas atau ketakutan yang
mengganggu kinerja matematika. Siswa yang mengalami kecemasan matematika
cenderung menghindari situasi dimana mereka harus mempelajari dan
mengerjakan matematika. Berdasarkan defenisi para ahli di atas, kecemasan
matematika merupakan perasaan tidak nyaman, tegang bahkan takut saat
berhadapan dengan matematika.
Kecemasan terhadap matematika tidak bisa dipandang sebagai hal biasa,
karena ketidakmampuan siswa memahami dan menguasai pelajaran menyebabkan
siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematis serta ketakutan dan
fobia terhadap matematika yang pada akhirnya menyebabkan hasil belajar dan
prestasi siswa dalam matematika rendah (Anita, 2000 : 186). Sukarnya siswa
menguasai matematika dapat dilihat dari rendahnya prestasi matematika yang
19 2.1.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Kuntoro (2007) yang berjudul
Kontribusi Perfeksionime Siswa Dan Persepsi Siswa Terhadap Pola Asuh Orang
Tua Siswa Dan Karakteristik Guru Pada Kecemasan Matematika Siswa Sekolah
Menengah Pertama. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
yang positif antara kecemasan matematika dengan perfeksionisme seseorang yang
mempunyai keyakinan atau anggapan bahwa orang disekitarnya mempunyai
standar yang tinggi terhadap perilaku dirinya dan mengharapkan dirinya
sempurna, dimana anggapan itu belum tentu benar. Selain itu, hasil penelitian ini
juga menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara
kecemasan matematika dengan dimensi dari perfeksionisme yaitu seseorang yang
meletakkan standard tinggi untuk dirinya sendiri. Hasil penelitian ini juga
menjelaskan kenyataan yang terjadi di lapangan, mengapa siswa seringkali
menolak untuk mengerjakan soal matematika yang ditugaskan kepadanya di
papan tulis walaupun mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
soal-soal tersebut. Bahkan mereka yang telah berhasil mengerjakan soal-soal tersebut di
buku latihan pun merasa cemas dan menolak ketika diminta mengerjakannya di
papan tulis sebagai contoh bagi siswa lainnya. Jika ditanya mengapa, mereka
menganggap bahwa penyelesaian yang mereka buat tidak cukup sempurna untuk
dijadikan contoh.
Kedua, dilakukan oleh Widyaningrum, (2011) yang berjudul Hubungan
antara kecemasan menjelang ujian nasional dengan prestasi belajar siswa SMP.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk menguji
20
siswa SMP. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Kanisius
Muntilan sebanyak 48 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa
skala kecemasan yang terdiri dari 36 item dengan reliabilitas sebesar 0,947 dan
nilai ujian nasional.
Gangguan pada emosi anak akan berpengaruh jelek pula pada prestasi
belajar siswa, daya tangkap maupun daya ingat akan menurun, keragu-raguan dan
kecemasan selalu melanda diri anak, apabila individu disibukkan oleh kecemasan
bahwa akan gagal dalam ujian yang sedang dihadapi, perhatian individu untuk
menyusun jawaban akan berkurang, setara dengan besarnya kekhawatiran. Orang
yang cemas lebih mudah gagal sekalipun memiliki skor tinggi dalam tes-tes
kecerdasan. Kecemasan juga menghambat kinerja akademis. Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
kecemasan menjelang ujian nasional dengan prestasi belajar siswa SMP.
Penelitian yang ketiga merupakan studi Literatur oleh Ahmad yang
berjudul “Pembelajaran Kooperatif dalam mengatasi kecemasan matematika dan mengembangkan self efficacy matematika siswa SD”. Penelitian ini dilakukan karena dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika
siswa di Indonesia belum memuaskan. Beberapa hal yang mempengaruhi hal ini
adalah adanya kecemasan matematika dan self efficacy matematis pada diri siswa.
Kecemasan matematika merupakan salah satu hambatan utama dalam
perkembangan pengetahuan seseorang. Tingkat kecemasan siswa sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai., apabila individu mampu
mengorganisasikan kecemasannya maka individu tersebut akan mengoptimalkan
21
dikarenakan kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai
positif sebagai motivasi, tetapi apaila intensitasnya berlebih dan bersifat negative
akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis
seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SD umumnya memiliki
pandangan positif terhadap matematika, namun kecemasan mereka terhadap
matematika meningkat ketika mereka memasuki SMP dan SMA. Dengan
timbulnya kecemasan terhadap matematika maka guru berusah untuk mengurangi
kecemasan dengan menerapkan satu model pembelajaran yang disebut dengan
pembelajaran Kooperatif. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
kecemasan ini memberikan dampak negatif pada diri siswa.
Berdasarkan studi literature penelitian tentang kecemasan matematika
pada siswa, peneliti ingin memberikan pandangan yang baru dalam dunia
penelitian khususnya apa yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan dalam
belajar matematika dengan menggunakan penelitian kualitatif metode grounded
theory. Dalam penelitian ini, peneliti menjadi instrument penelitian yang paling
utama. Peneliti mengamati secara langsung hal-hal yang muncul dalam diri siswa
selama melaksanakan proses pembelajaran matematika. Penelitian ini memiliki
keistimewaan yaitu membantu memberikan informasi, wawasan dan pengetahuan
yang baru bagi para orangtua dan para guru untuk menemukan faktor-faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kecemasan dalam belajar matematika. Selain itu
juga, peneliti melakukan wawancara langsung dengan orangtua dan juga
guru-guru yang mendampingi partisipan dalam belajar matematika. Dalam penelitian
22
sebelumnya dengan apa yang diteliti oleh peneliti akan dijelaskan melalui bagan
pada gambar 2.1
2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
Kecemasan Matematika
Kuntoro (2007) yang
berjudul Kontribusi
perfeksionisme siswa dan
persepsi terhadap pola
asuh orang tua siswa dan
karakteristik guru pada
kecemasan matematika
Widyaningrum (2011)
yang berjudul “Hubungan
antara kecemasan
menjelang ujian nasional
dengan prestasi belajar
siswa SMP”
Dzulfikar (2013) yang
berjudul “pembelajaran
kooperatif dalam mengatasi
kecemasan matematika dan
mengembangkan self
efficacy matematis pada diri
siswa SD”
Kecemasan Matematika
23 2.2 Kerangka Berpikir
Pendidikan Sekolah Dasar adalah sebuah cabang pendidikan yang
diselenggarakan untuk mencerdaskan anak bangsa ditingkat awal setelah anak
menyelesaikan masa pendidikan usia dini. Pada jenjang pendidikan Sekolah
Dasar, mata pelajaran yang diajarkan masih beragam, salah satu pelajaran yang
dipelajari di bangku SD dan dianggap sangat penting adalah pelajaran
matematika. Pelajaran matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
bilangan. Dalam pelajaran matematika siswa dituntut untuk memiliki
kemampuan berpikir yang logis membuat banyak siswa kurang menyukai
pelajaran matematika. Pelajaran matematika menjadi salah satu pelajaran inti
yang merupakan penentu bagi kelulusan. Tidak mengherankan jika orangtua,
maupun guru berusaha melakukan berbagai cara supaya siswa bisa mengikuti
pembelajaran matematika dan menghasilkan nilai yang baik.
Adanya pandangan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit,
menimbulkan rasa tidak suka dalam diri siswa. Timbulnya rasa tidak suka
terhadap matematika akan menimbulkan reaksi-reaksi yang kurang wajar saat
belajar matematika yang disebut dengan kecemasan. Siswa yang mengalami
kecemasan dalam belajar matematika akan menunjukkan reaksi yang dapat
dilihat oleh orang lain maupun reaksi yang hanya bisa dirasakan oleh orang
yang bersangkutan.
Berdasarkan observasi di SD Maju, peneliti menemukan ada seorang
siswa yang mengalami kecemasan dalam belajar matematika yang bernama
24
hasil yang rendah. Namun, yang terjadi pada Ian justru sebaliknya. Ian selalu
memperoleh hasil yang baik dalam pelajaran matematika namun mengalami
kecemasan matematika. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencari tahu apa
yang menyebabkan Ian mengalami kecemasan dalam belajar matematika
dengan menggunakan metode grounded theory. Peneliti menggunakan metode
grounded theory karena peneliti ingin menemukan suatu teori yang baru apa
yang menyebabkan Ian cemas dalam belajar matematika. Data akan diperoleh
melalui kegiatan pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh peneliti sendiri.
Peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi untuk
mendapatkan informasi yang terpercaya dari sumber-sumber yang ingin digali
[image:42.595.111.537.269.580.2]oleh peneliti.
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir
Kecemasan Matematika
pada Siswa SD
Siswa SD berprestasi Mengalami Kecemasan
25 2.3 Pertanyaan Penelitian
Jenis wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti hanya
menggali dari jawaban yang telah dikemukakan oleh narasumber berkaitan
dengan tema dan judul penelitian. Pada bagian ini peneliti menyajikan pertanyaan
penelitian yang akan membantu peneliti pada saat penelitian yakni: Apa yang
26 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab III terdiri dari 8 bagian yaitu tentang jenis penelitian, setting
penelitian, desain penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian, teknik pemeriksaan keabsahan data, dan teknik analisis
data. Jenis penelitian memaparkan tentang jenis penelitian yang dilakukan oleh
peneliti beserta alasan yang digunakan. Setting penelitian memuat tempat dan
waktu. Selanjutnya, peneliti mendeskripsikan langkah-langkah penelitian pada
bagian desain penelitian. Metode-metode yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data pada penelitian ini dibahas pada teknik pengumpulan data.
Uraian mengenai pengalaman peneliti sebagai instrument dalam memasuki dunia
sekolah. Peneliti juga menjelaskan mengenai teknik yang digunakan untuk
menguji keabsahan data terdapat pada bagian teknik keabsahan data dan terakhir
mengenai jenis analisis data sekaligus langkah-langkah dalam menganalisis data
yang terdapat pada bagian teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Afrizal (2014: 13) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa
kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti
tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif. Pendapat ini
didukung oleh Moleong (2008 : 5) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang memanfaatkan wawancara untuk menelaah dan memahami sikap,
27
mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh). Kirk dan Miller (1986 :9) mendefenisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan manusia.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian pada penelitian ini dimulai dengan kata tanya apa. Kata apa
yang mengawali rumusan masalah tersebut memberikan arahan untuk
mendeskripsikan hal-hal yang terjadi. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan
yang digunakan untuk mengetahui fenomena-fenomena nyata yang terjadi dan
dialami oleh subyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
fenomena-fenomena nyata yang terjadi di SD Maju. Peneliti memilih
menggunakan penelitian kualitatif dengan metode grounded theory karena peneliti
hendak memaparkan dan menguraikan fenomena-fenomena nyata dari data yang
sudah dikumpulkan oleh peneliti yaitu fenomena kecemasan matematika yang
dialami oleh siswa SD Maju, dan data yang sudah dikumpulkan dideskripsikan
kembali. Arikunto ( Prastowo, 2104 : 203) mengatakan bahwa penelitian deskripsi
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
“apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau
sampling,bahkan samplingnya sangat terbatas. Jika data yang dikumpulkan sudah
mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari
28
kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitatif) data (Kriyantono, 2009 :
56).
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah bagian integral dari data, artinya
peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan
demikian, peneliti menjadi instrument penelitian yang harus terjun di lapangan.
Oleh karena itu penelitian kualitatif bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik,
bukan untuk digeneralisasikan. Desain penelitian dapat berubah ataiu disesuaikan
dengan perkembangan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualititatif dengan
menggunakan metode Grounded Theory. Glaser dan Strauss (dalam Winarti,
2012:83) mengatakan bahwa Grounded Theory adalah “the discovery of the theory from data” (Penemuan teory dari data). Penjelasan Strauss & Corbin
(Denzin & Lincoln, 1994: 273-274) tentang grounded theory adalah sebagai
berikut “In this approach, researches are responsible for developing others
theories the emerge from observing a group. The theories are grounded in the
group’s ob: servable experiences, but researches add their own insight into why
those experiences exist. In essence, grounded theory attempts to reach a theory or
conceptual understanding through stepwise, inductive process. ”Intinya: “Dalam
pendekatan ini, peneliti bertanggung jawab untuk mengembangkan teori-teori lain
yang muncul dari pengamatan terhadap suatu kelompok. Teori-teori itu bersifat
“grounded” dalam pengalaman-pengalaman kelompok yang diamati; tetapi
peneliti menambahkan pemahamannya sendiri ke dalam pengalaman-pengalaman
29
Alasan peneliti menggunakan metode Grounded Theory karena permasalahan
yang diteliti sangat kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin
data pada situasi sosial yang kompleks, dinamis dan belum jelas problemnya
tersebut dijaring dengan penelitian kuantitatif. Selain itu penggunaan metode ini
peneliti maksudkan untuk memahami secara mendalam persoalan anak yang
mengalami kecemasan dalam belajar matematika.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apa yang menyebabkan siswa
mengalami kecemasan dalam belajar matematika di SD Maju dengan cara
melakukan pendataan melalui wawancara tidak terstruktur, observasi partisipan,
dan dokumentasi yang relevan dengan judul yang berkaitan dengan penelitian,
yaitu apa yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan dalam belajar
matematika di SD Maju. Pada penelitian ini, peneliti berusaha menemukan
penyebab siswa mengalami kecemasan dalam belajar matematika.
3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di lapangan selama kurang lebih empat
[image:47.595.118.511.334.505.2]bulan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada
tabel 3.1. Penelitian di lapangan dilaksanakan sejak tanggal 05 Desember 2016-24
30
Gambar 3.1 Tabel jadwal penelitian
No Jenis Kegiatan 12 01 02 03 04 05 06
1. Observasi Keadaan lapangan
2. Pengumpulan Data
3. Penyusunan Proposal
4. Pengecekan Data dan Informasi
5. Pengolahan Data
6. Menyusun Laporan
7. Ujian Skripsi
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian tentang penyebab terjadinya kecemasan matematika dalam diri
siswa ini dilaksanakan terhadap siswa kelas V SD Maju. Tentang sekolah ini
dapat diterangkan dengan dua bagian penting; letak sekolah dan profil sekolah
secara umum. SD Maju terletak di sebuah desa yang berada di Yogyakarta. SD
Maju berbatasan sebagai berikut: Di sebelah Utara SD berbatasan dengan TK
Maju, di sebelah barat terdapat indomart, dan di sebelah Timur terdapat bank BRI.
Lokasi SD Maju ini sangat strategis karena berada di pinggir jalan yang
mempermudah akses siswa menempuh sekolah ini. Sekolah sendiri sudah berusia
93 (sembilanpuluh tiga) tahun. Sekolah tertata rapi dengan tamannya yang asri
dengan pepohonan yang menyejukkan. Gedung sekolah ini termasuk salah satu
31
SD Maju memiliki 12 kelas paralel. Sekolah ini termasuk sekolah yang
diminati oleh masyarakat setempat. Bahkan ada beberapa keluarga yang mengaku
bahwa keluarganya bersekolah di SD Maju turun temurun. Jumlah siswa dari
tahun ke tahun masih stabil dan seleksi untuk masuk ke sekolah ini pun dilakukan
secara ketat. Sarana dan prasarana sekolah sudah termasuk lengkap: ruang
komputer yang memadai, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), ruang
perpustakaan yang nyaman, ruang doa, kantin, dan toilet yang bersih. Ruang
perpustakaan SD Maju berisi koleksi buku-buku cerita anak yang cukup lengkap.
Selain itu, untuk buku-buku pelajaran setiap ruang kelas memiliki perpustakaan
sendiri.
SD Maju terakreditasi A. Keramahan dan kepedulian di bangun di sekolah
ini dengan sangat baik. Hal itu disebut sebagai tiga budaya S yaitu “Senyum, Sapa
dan Salam”. Guru-guru SD Maju dikenal sebagai sekolah yang memiliki guru
yang ramah. Selain itu para guru juga membudayakan pola kelestarian lingkungan
dengan mengajarkan kepada siswa perlunya pemisahan sampah organik dan non
organik.
Latar belakang keluarga siswa SD Maju ini pada umumnya berasal dari
kalangan menengah ke atas. Dengan fasilitasnya yang cukup lengkap sekolah juga
mengharuskan siswanya memiliki nilai akhir minimal 2,75. Hal itu mendorong
semua pemangku kepentingan di sekolah memberikan yang terbaik demi
kemajuan siswa, bila perlu membuat les tambahan di sekolah atau menganjurkan
orang tua murid untuk memberikan les tambahan bagi anaknya di tempat les di
luar sekolah. Pada umumnya orangtua memilih untuk menyertakan anaknya pada
32
menurut mereka les tambahan yang diselenggarakan oleh sekolah lebih
memudahkan siswa untuk memahami materi tertentu, karena ada kesinambungan
antara guru dengan siswa. Siswa dapat mengulang kembali materi pelajaran yang
belum mereka pahami. Les tambahan ini dilaksanakan sesudah pihak sekolah
(dalam hal ini guru mata pelajaran) melaksanakan kesepakatan dengan orangtua
siswa.
Sudah banyak prestasi ditorehkan oleh para siswa dari sekolah ini.
Diantaranya adalah: lomba menulis hingga tingkat nasional dan menerima hadiah
langsung dari presiden, lomba UKS, paduan suara tingkat provinsi, lomba
karawitan tingkat kabupaten, lomba futsal tingkat kabupaten, story telling tingkat
provinsi, dan lomba ilmu sains matematika tingkat kabupaten.
3.2.3 Partisipan Penelitian
Sugiyono (2010 : 13) menjelaskan bahwa partisipan penelitian adalah
fokus atau sasaran penelitian untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu tentang suatu penelitian. Pada penelitian ini, yang menjadi
partisipan penelitian adalah Ian siswa kelas V SD Maju yang mengalami
kecemasan dalam belajar matematika. Selain itu, peneliti juga menggali informasi
dari orang tua partisipan, guru matematika kelas III, guru matematika kelas V
partisipan dan guru kelas partisipan.
Strauss dan Corbin (Winarti, 2012:83) menyampaikan bahwa “the
selection of participants of the data building. For this purpose, the researches
selected participant thar were relevant with the study”. Artinya, bahwa partisipan yang dipilih adalah orang-orang yang paling kaya atau sempurna memberi data
33
informan yang akan membantu peneliti dalam memperoleh informasi tentang
kecemasan matematika yang dialami oleh partisipan. Dengan demikian informan
tersebut hanyalah orang-orang yang sungguh relevan dengan topik penelitian ini,
yakni orang-orang yang memberi informasi tentang kecemasan pada pelajaran
matematika.
3.3 Desain Penelitian
Peneliti menyusun desain penelitian sebagai pedoman dalam
melaksanakan penelitian ini. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan yang pertama yaitu, menyusun rancangan penelitian.
Kerangka penelitian memberikan gambaran bagi peneliti tentang penelitian secara
keseluruhan, latar belakang dilakukannya penelitian, teori-teori yang mendukung
dalam penelitian serta langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Rancangan penelitian membantu peneliti untuk memahami topik yang yang
diteliti sehingga memiliki kesiapan dalam memasuki lapangan.
Langkah yang kedua yaitu peneliti menentukan fokus penelitian. Fokus
penelitian disini merupakan pemilihan masalah yang diteliti secara jelas. Peneliti
menentukan hal-hal yang akan diamati, atau masalah-masalah yang akan diteliti
berdasarkan referensi yang diperoleh dari buku. Hal ini membantu peneliti untuk
membatasi penelitian sehingga tidak terlalu luas dan hasil yang diperoleh akurat.
Fokus penelitian juga menjadi acuan bagi peneliti saat pengambilan data di
lapangan. Adapun fokus pada penelitian ini adalah apa yang menyebabkan siswa
34
Langkah ketiga yaitu, peneliti memilih dan menentukan tempat penelitian.
Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti juga mempertimbangkan akses
menuju lokasi penelitian. Akhirnya, peneliti memilih SD Maju sebagai tempat
penelitian karena akses menuju lokasi mudah dijangkau. Selain akses menuju
lokasi penelitian, peneliti juga memperoleh informasi di SD Maju terdapat siswa
yang mengalami kecemasan dalam belajar matematika.
Langkah keempat yaitu mengurus perizinan. Dalam proses perizinan,
peneliti meminta surat izin penelitian kepada pihak kampus dengan menyerahkan
gambaran umum penelitian dan nama peneliti. Peneliti meminta izin kepada
Kepala Sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah yang dikelola dengan
alasan memiliki peserta didik yang mengalami kecemasan matematika.
Langkah kelima ialah melakukan pengambilan data di lapangan.
Pengambilan data dilakukan pada partisipan yang ditemukan oleh peneliti melalui
tegur sapa dan wawancara singkat di ruang perpustakaan. Pengambilan data pada
penelitian ini dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan diri dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014 : 330). Oleh
sebab itu, ketiga teknik pengumpulan data pada penelitian ini disebut dengan
triangulasi.
Langkah keenam yaitu melakukan analisis data. Analisis data dilakukan
dengan cara melakukan pengcodingan. Pengcodingan dilakukan dengan
mengikuti langkah pemprosesan data dalam Grounded Theory. Dan selanjutnya
35
Langkah ketujuh yaitu melakukan pengecekan data di lapangan. Setelah
peneliti memperoleh kesimpulan dan hasil penelitian, peneliti kembali lagi ke
lapangan untuk mengecek kembali kebenaran data yang diperoleh.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode pengumpulan data
yang umum digunakan. Metode