commit to user LAPORAN KHUSUS
IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001:2007 SERTA
AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA
PENGENDALIAN INSIDEN DI
PT. BUKIT MAKMUR
MANDIRI UTAMA
JOB SITE
LATI
Novianto Joko Widodo R0008126
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Tugas Akhir dengan judul : Implementasi Klausul 4.5.3 OHSAS:2007 Serta Aktual Pelaksanaannya Dalam Upaya Pengendalian Insiden
di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Job site Lati
Novianto Joko Widodo, NIM : R.0008126, Tahun 2011
Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Penguji Tugas Akhir
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
Pada hari………Tanggal………..…20……..
SHEs Section Head
commit to user
iv ABSTRAK
IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001:2007 SERTA AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA PENGENDALIAN INSIDEN DI
PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOB SITE LATI, BERAU,
KALIMANTAN TIMUR
Novianto Joko Widodo1, Putu Suriyasa2, Devi Aliyani3
Tujuan : Penulisan laporan ini untuk mengetahui bagaimana implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati. Untuk mengetahui aktual pelaksanaan investigasi insiden , ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati. Untuk mengetahui tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati dalam upaya pengendalian insiden.
Metode : Sejalan dengan arah dan tujuan penelitian maka penelitian ini dilaksanakan dengan metode diskriktif yaitu dengan menilai meneliti dan mengevaluasi mengenai obyek penulisan. Data diperoleh dengan wawancara, observasi dan buku-buku referensi.
Hasil : Kerangka pemikiran ini menerangkan bahwa tempat kerja yang terdapat potensi bahaya senantiasa akan menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Untuk mengendalikan insiden diperlukan adanya prosedur yang mengatur tentang investigasi linsiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang disesuaikan dengan standar internasional yaitu OHSAS 18001:2007. Pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang sesuai dengan prosedur menunjukkan tingkat imlementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3.
Simpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ketentuan dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 telah diterapkan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site LAti. Aktual pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan telah sesuai dengan prosedur yang didasrkan pada OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3. Presentase tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 adalah 80 %.
Kata Kunci : Tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 Kepustakaan : 13, 1981-2010
1,2,3
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur tak
henti-hentinya peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayat-Nya yang tercurah untuk hamba-hidayat-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan
laporan khusus: “Implementasi Klausul 4.5.3 OHSAS 18001:2007 Serta Aktual Pelaksanaannya Dalam Upaya pengendaliab Insiden di PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama Job Site Lati”.
Magang yang dilaksanakan oleh peneliti merupakan kegiatan yang
termasuk dalam kurikulum perkuliahan yang harus diikuti oleh peneliti. Penulisan
dan penyusunan laporan khusus merupakan salah satu syarat kelulusan peneliti
dari Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok, selaku Pembimbing I dalam
penyusunan laporan ini.
4. Ibu Devi Aliyani, SKM, selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Toto Winarto, selaku SHE Manager PT. Bukit makmur Mandiri Utama
yang telah memperkenankan penulis melaksanakan magang di PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur
6. Bapak Eddy Wijaya selaku Project Manager PT. Bukit Makmur Mandiri
commit to user
vi
memperkenankan penulis untuk magang selama 3 bulan di PT. Bukit Makmur
Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur
7. Bapak Maryones Edward Kairupan selaku SHEs Section Head yang telah
berkenan menerima penulis untuk melakukan magang di SHE Section PT.
Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur
8. Bapak Atang Siliadji selaku pembimbing perusahaan yang telah membimbing
dan mengarahkan dalam penyusunan laporan ini
9. Bapak Djoko Trimanto selaku pembimbing lapangan yang senantiasa
mengarahkan penulis dalam melaksanakan program magang serta
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini
10.Bapak Sugiyono yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan
progaram magang serta senantiasa memberikan saran dalam penyusunan
laporan ini.
11.Seluruh anggota SHE section yang lain di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
job site Lati Berau Kalimantan Timur yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu
12.Ayah, ibu, kakak, adik, keponakan dan segenap keluarga besarku yang
senantiasa menurahkan dukungan,doa,dan kasih sayangnya tiada hentinya
mengalir untuk penulis.
13.Semua teman-teman Hiperkes dan KK angkatan 2008 yang sangat saya cintai,
sangatlah bahagia dan bangga menjadi bagian dari kalian.
Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, Mei 2011
Peneliti,
commit to user
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
B. Kerangka Pemikiran ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ... 32
A. Metode Penelitian ... 32
B. Lokasi Penelitian ... 32
commit to user
viii
D. Sumber Data ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Pelaksanaan ... 34
G. Analisa Data ... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Hasil Penelitian... 37
B. Pembahasan ... 65
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Simpulan ... 77
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 82
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar klausul/elemen OHSAS 18001:2007 ... 28
Tabel 2. Kriteria risiko bisnis ... 40
Tabel 3. Jenis insiden dan ketua tim investiagasi ... 44
Tabel 4. Partisipasi pelaksanaan IUT pengawas ... 62
Tabel 5. Partisipasi pelaksanaan OTT pengawas ... 63
Tabel 6. Partisipasi pelaksanaan Green Card pengawas ... 63
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Piramida insiden ... 15
Gambar 2. Bagan elemen OHSAS 18001:2007 ... 27
Gambar 3. Kerangka pemikiran... 31
Gambar 4. Grafik analisa insiden berdasarkan waktu kejadian ... 47
Gambar 5. Grafik analisa insiden berdasarkan umur pekerja ... 48
Gambar 6. Grafik analisa insiden berdasarkan tempat insiden ... 49
Gambar 7. Grafik analisa insiden berdasarkan alat yang terlibat ... 51
Gambar 8. Grafik analisa insiden berdasarkan masa kerja ... 52
Gambar 9. Grafik analisa insiden berdasarkan section ... 53
Gambar 10. Grafik analisa insiden berdasarkan penyebab dasar ... 54
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang
Lampiran 2. Jadwal kegiatan magang
Lampiran 3. Peta lokasi PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Job site Lati
Lampiran 4. Kebijakan K3LH PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
Lampiran 5. Absensi magang
Lampiran 6. Alur proses pelaporan dan penyelidikan insiden
Lampiran 7. Sketsa insiden
Lampiran 8. Gambar pengambilan data insiden
Lampiran 9. Gambar insiden
Lampiran 10. Absensi investigasi insiden
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu melahirkan
inovasi baru dan era globalisasi yang juga berdampak pada perkembangan di
sektor industry, dewasa ini membawa perubahan terhadap aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. Perkembangan sektor industri memberikan
dampak positif bagi kemajuan perekonomian bangsa dan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat, namun perkembangan sektor industri
juga memberikan dampak negatif yaitu memiliki potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan dan pencemaran
lingkungan.
Potensi bahaya tersebut dapat timbul dari penggunaaan alat-alat modern,
bahan-bahan kimia, proses dengan suhu dan tekanan tinggi yang tidak
diimbangi dengan kesiapan dan sistem untuk mengendalikannya. Adanya
potensi bahaya yang ada di tempat kerja merupakan suatu ancaman bagi
sumber daya manusia, peralatan/mesin, serta lingkungan sekitar sehingga
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dapat mengendalikannya.
Semakin tinggi teknologi yang digunakan akan semakin tinggi tingkat bahaya
yang ada dan semakin tinggi pula ketrampilan, pengetahuan tenaga kerja
yang dibutuhkan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan
commit to user
Teori Domino menyebutkan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan
cidera, terdapat lima faktor secara beruntun yang dinamakan sebagai lima
domino yang berdiri sejajar, yaitu kurangnya pengawasan, kebiasaan,
kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman (Hazard), kecelakaan
serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat.
Misalnya, dengan membuang hazard, satu domino di antaranya (Suardi,
2005).
OHSAS 18001 di buat dan diterbitkan oleh kerjasama
organisasi-organisasi atau badan sertifikasi dunia antara lain BVQI, SGS, DNV, BSI,
LRQA. Dalam Penerapan OHSAS 18001 bersifat Voluntary atau sukarela
tanpa ada kekuatan hukum yang mengaturnya dan bukan merupakan Standard
International
Perbedaan lain dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05/MEN/1996 adalah
Permenaker 05/MEN/1996 memiliki pembagian jumlah/jenis elemen untuk
jenis perusahaan yang tergantung pada besar kecil perusahaan yang
bersangkutan. Sedang persyaratan untuk OHSAS 18001 berlaku untuk semua
jenis organisasi tanpa memperhatikan besar kecilnya perusahaan itu (Suardi,
2005).
Walaupun Permenaker 05/MEN/1996 dan OHSAS 18001 memiliki sistem
penilaian yang berbeda namun sistem penerapan, dokumentasi dan tujuannya
memiliki tujuan yang sama.Beberapa perusahaan mencoba mengintregasi
commit to user
Penerapan OHSAS 18001:2007 sesuai untuk organisasi yang mempunyai
keinginan untuk :
1. Membuat sebuah sistem manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi
atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak
terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.
2. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah
SMK3.
3. Melakukan sertifikasi atau penilaian sendiri (Suardi, 2005).
Selain itu penerapan OHSAS 18001:2007 mempunyai manfaat sebagai :
1. Perlindungan bagi pekerja
2. Kepatuhan terhadap perundangan
3. Menekan biaya
4. Membuat system manajemen menjadi efektif
5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Begitu banyaknya insiden yang terjadi seringkali menghambat jalannya
proses produksi dari suatu perusahaan. Untuk mengendalikan insiden-insiden
maka diperlukan suatu prosedur untuk melaksankan investigasi insiden dan
ketidaksesuaian serta harus adanya analisa dari suatu insiden untuk
mengetahui penyebab-penyebab yang sering kali menjadi dasar terjadinya
suatu insiden. Selain itu juga diperlukan prosedur untuk melaksanakan
tindakan perbaikan dan pencegahan dari insiden dan ketidaksesuaian.
Prosedur investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan
commit to user
18001:2007 akan meningkatkan kepercayaan terhadap suatu perusahaan.
Pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan
pencegahan yang sesuai dengan prosedur dan perundangan yang berlaku akan
dapat meminimalisir terjadinya insiden.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah telah dikemukakan maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah prosedur investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan
dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati sudah
sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation,
non conformity, correction action and preventive action.
2. Bagaimana aktualisasi pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
job site Lati.
3. Bagaimana tingkat implementasi investigasi insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegehan dalam upaya pengendalian insiden dan
ketidaksesuaian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
berdasarkan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation ,non
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sistem pemenuhan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3
incident invetigation ,non conformity, correction action and preventive
action di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
2. Untuk mengetahui aktual pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
job site Lati.
3. Untuk mengetahui tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul
4.5.3 incident invetigation, non conformity, correction action and
preventive action dalam upaya pengendalian insiden dan ketidaksesuaian
di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi :
1. Peneliti
a. Memperoleh data untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat
menyelesaikan study.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemenuhan OHSAS
18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity,
correction action and preventive action, aktual pelaksanaan, dan
commit to user
c. Menggunakan keilmuan yang didapat di bangku kuliah untuk
merumuskan masalah, menganalisa, dan kemungkinan memberikan
solusi dari permasalahan .tersebut
2. Perusahaan
a. Dapat mengetahui gambaran pelaksanaan pemenuhan OHSAS
18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity,
correction action and preventive action, aktual pelaksanaan, dan
kefektifannyadi PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
b. Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk evaluasi pemenuhan
OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non
conformity, correction action and preventive action, aktual
pelaksanaan, dan kefektifannya di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job
site Lati.
c. Diharapkan dapat dijadikan masukan dalam peningkatan kefektifan
investigasi insiden, ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan
di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.
3. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Diharapkan dapat menambah kepustakaan guna meningkatkan
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Organisasi
Organisasi adalah perusahaan, operasi, firma, kelompok usaha,
institusi, atau asosiasi, atau bagian, baik kelompok atau tidak, publik atau
pribadi yang memiliki fungsi dan administrasi sendiri (OHSAS
18001:2007).
2. Sistem Manajeman K3
Permenaker No. PER.05/Men/1996 Pasal 1 ayat (1) menyatakan
bahwa ”Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif”.
3. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kondisi-kondisi dan
faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada kesehatan dan
commit to user
personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja). (OHSAS
18001:2007).
4. Tempat Kerja
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
yang dimaksud tempat kerja adalah “tiap ruangan atau lapangan tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering
dimasuki tenaga kerja”. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnnya yang merupakan bagian–bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut”.
5. Faktor Bahaya
Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang
dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika
faktor–faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 2006)
Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya.
(OHSAS 18001:2007).
Umumnya disemua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang
dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut
Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari :
a. Bangunan, Peralatan dan instalasi
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat
perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat.
commit to user
kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia
penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan
penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan
kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam industri juga
digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak
dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan
bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka–luka atau
cidera.
b. Bahan
Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan
antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi,
menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan
kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio
aktif .
c. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang
digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang
berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan
bahan kimia berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya. Dari
proses ini kadang–kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya
commit to user
d. Cara kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan
orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja
yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api
serta tumpahan bahan berbahaya.
e. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis
bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan
penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja.
Bahaya tersebut adalah :
1) Faktor lingkungan fisik
Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu
dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan , dan
radiasi
2) Faktor lingkungan kimia
Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang
digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi.
Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah,
kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang
digunakan dalam proses.
3) Faktor lingkungan biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga
commit to user
4) Faktor faal kerja atau ergonomi
Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,
peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.
5) Faktor psikologik
Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial
tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa
pada karyawan, seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak
serasi.
6. Prinsip Pencegahan Kecelakaan
Dapat dipastikan bahwa semua orang/ tenaga kerja tidak menginginkan
kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda. Tapi berdasarkan
hasil data kecelakaan ternyata banyak tenaga kerja yang dengan sadar
melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak
menginginkan terjadinya kecelakaan.
Menurut ILO (Internasional Labour Organitation) dalam Dasar-Dasar
K3 (2007), langkah-langkah penanggulangan kecelakaan kerja dapat
dilakukan dengan :
a. Peraturan perundang-undangan
Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
tehnik dan teknologi, penerapan ketentuan dan syarat K3 sejak tahap
rekayasa, penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan
commit to user
b. Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan K3.
c. Inspeksi
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih
memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.
d. Riset teknis, medis, psikologis dan statistik
Riset/ penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi.
e. Pendidikan dan latihan
Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan keterampilan K3 bagi
tenaga kerja.
f. Persuasi
Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui
penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.
g. Asuransi
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan
pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang
memenuhi syarat K3.
h. Penerapan K3 di tempat kerja
Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. Pendekatan yang paling
commit to user
pengendalian kecelakaan adalah dengan menggunakan hirarki
pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan
metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara
keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya
dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai resiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
resiko lebih kecil.
3) Isolasi
Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang
atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap
lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup
jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room
control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi
penghisap dan alat untuk penanganan manual.
4) Administrasi
Pengendalian administratif dengan mengurangi atau menghilangkan
kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi.
Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan
commit to user
(job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan menggunakan
tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada perilaku
manusia untuk mencapai keberhasilan.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan
pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan
itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih
dengan benar.
7. Insiden
Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan dan mengakibatkan
cidera (injury) atau kematian, kerusakan harta benda (property damage),
kerusakan dini (premature failure), kerusakan / pencemaran lingkungan,
penyakit akibat kerja atau kerugian lain. Termasuk di dalam definisi
insiden adalah kejadian hampir celaka (near–miss), keadaan darurat dan
kehilangan barang / asset milik perusahaan ( PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama, 2010). Sedangkan suatu insiden dikatakan sebagai kecelakaan
tambang (Kepmentamben No. 555.K/ 1995) jika memenuhi 5 (lima) unsur
di bawah ini:
a. Benar–Benar Terjadi
b. Mengakibatkan Cidera Pekerja Tambang atau Orang yang Diberi Izin
commit to user
c. Akibat Kegiatan Usaha Pertambangan
d. Terjadi pada Jam Kerja
e. Terjadi di Dalam Wilayah Kegiatan Usaha Pertambangan.
Akibat yang ditimbulkan dari suatu insiden dapat berupa cedera ringan,
cedera kehilangan hari, maupun kematian (fatal). Dapat juga berupa
kerusakan alat, bangunan, harta benda, ekosistem, lingkungan, dan
lain-lain. Kejadian insiden seperti piramida dibawah ini :
Gambar 1.Piramida insiden
damage. Dan 30 insiden cedera ringan / property damage, pasti didahului
oleh sekitar 600 kejadian hampir celaka (near-miss).
Menurut Kepmentamben No. 555.K/ 1995, kecelakaan tambang dapat
dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
commit to user
a. Cidera Ringan
Jika hari hilang akibat insiden : 1 hari–3 minggu.
b. Cidera Berat :
1) Hari hilang akibat insiden > 3 minggu.
2) Cacat tetap.
3) Keretakan tulang : tengkorak, punggung, pinggul, lengan, paha /
kaki.
4) Pendarahan di dalam / pingsan karena kekurangan oksigen.
5) Luka berat / terbuka yg berpotensi cacat tetap.
6) Lepasnya persendian.
c. Mati / Fatalityadalah meninggal ≤ 24 jam setelah insiden.
Saat terjadi kecelakaan berakibat mati (fatality) maka hal yang harus
dilakukan adalah :
a. Wajib segera dilaporkan ke KTT, untuk diteruskan ke Pelaksana
Inspeksi Tambang (PIT).
b. Lokasi insiden tidak boleh diubah, kecuali alasan penyelamatan.
8. Kecelakaan kerja
Adalah semua insiden yang terjadi pada waktu karyawan melakukan
pekerjaan, di dalam area kerja atau di luar area kerja, atau pada saat
karyawan dalam perjalanan berangkat dan pulang dari / ke rumah–tempat
kerja.( PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2010)
9. Ketidaksesuaiaan
commit to user
a. Standar kerja terkait, praktis, prosedur, peraturan perundangan.
b. Persyarakan system manajemen K3.
10.Laporan Investigasi Kecelakaan kerja
Laporan kecelakaan merupakan suatu media komunikasi formal tentang
fakta-fakta penting untuk diketahui oleh orang-orang berkepentingan
terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi. Laporan merupakan suatu
catatan peristiwa kecelakaan yang akan digunakan di dalam program
pengendalian kerugian.Laporan juga umpan balik untuk membantu di
dalam pemecahan masalah yang terjadi. Dengan demikian, setiap kegiatan
investigasi harus dibuat laporan secara tertulis dan disampaikan kepada
pimpinan perusahaan. Selanjutnya pengurus atau pimpinan perusahaan
melaporkan kejadian kecelakaan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat dan
Perusahaan Jamsostek dan pihak terkait lainnya. (Tarwaka, 2008)
11.Investigasi Kecelakaan Kerja
Investigasi didefinisikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk
menemukan/mengungkap penyebab dasar/akar masalah dari suatu masalah
(insiden) dengan tujuan untuk menentukan tindakan perbaikan, sehingga
masalah (insiden) dengan penyebab yang sama dapat dicegah.
( PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2009)
Investigasi kecelakaan kerja merupakan bagian dari program
keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara keseluruhan. Investigasi
insiden merupakan suatu kegiatan tempat kerja secara khusus,yang
commit to user
menimbulkan penderitaan kepada manusia serta menimbulkan kerugian
dan kerusakan terhadap property/harta benda dan asset perusahaan
lainnya. Dengan demikian,investigasi insiden merupakan suatau hal yang
sangat penting dan krusial untuk segera dilakukan setelah setiap adanya
kejadian kecelakaan. Tujauan uama dari investigasi insiden adalah untuk
mencari apa yang sebenarnya terjadi dan mendapatkan solusi terbaik guna
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kecelakaan yang sering
terabaikan. Pelaksanaan investigasi insiden secara efektif antara lain akan
mendapatkan :
a. Menjelaskan tentang apa yang terjadi
Invetigasi secara cermat dapat menyelidiki hal-hal melalui bukti konkrit
dan mendapatkan pernyataa sebenarnya tentang apa yang sedang
terjadi.
b. Menentukan penyebab sebenarnya
Investigasi yang baik dan cermat akan dapat menentukan penyebab
yang sebenarnya mendasari terjadinya insiden.
c. Menentukan resiko kecelakaan
Investigasi yang baik akan dapat memutuskan kemungkinan
terulangnya kecelakan yang sam atau kerugian yang besar.Hal tersebut
merupakan dua faktor penting di dalam menetukan jumlah waktu dan
commit to user
d. Mengembangkan sarana pengendalian
Sarana pengendalian yang tepat untuk mengurangi atau
mengendalikan resiko,sebagian berasal dari hasil investigasi yang
dilakukan dengan sebenarnya dan nyata-nyata dapat memecah masalah
yang terjadi.
e. Mendefinisikan arah kecenderungan
Apabila secara signifikan sejumlah laporan dapat dianalisa ,maka arah
kecenderungan emergency akan dapat diidentifikasi dan ditangani
sesegera mungkin.
f. Mendemontrasikan perhatian
Kejadian kecelakaan akan memberikan suatau tantangan secara
gamblang terhadap orang-orang agar selalu berhati-hati.dengan
demikian investigasi harus dilakukan secara cermat dan objektif. (Bird
dan Germain, 1986)
Sebagai dasar pedoman pelaksanaan program investigasi insiden di
tempat kerja adanya peraturan perundangan bidang K3 secara garis besar
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Undang-undang
Dasar perundang-undangan untuk pelaksanaan investigasi insiden
kecelakaan kerja adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja Pasal 11 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pengurus
commit to user
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.”
b. Peraturan Menteri
1) Permenaker No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan menjelaskan tentang :
a) Pasal 1
(1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia
dan atau harta benda.
(2) Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang
potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.
b) Pasal 2
(1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja pimpinannya.
(2) Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
(a) Kecelakaan Kerja
(b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan
limbah
(c) Kejadian berbahaya lainnya.
c) Pasal 4 (1) : Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud
commit to user
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, b, c dan d
kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam
waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam
terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan
kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I pada
undang-undang ini.
d) Pasal 6 (1) : Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 5,Kepala Kantor Departemen
Tenaga Kerja memerintahkan pegawai pngawas untuk melakukan
pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan. (Tarwaka, 2008).
2) Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/MEN/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja yang didalamnya
mengatur tentang :
a) Kewajiban pengurus untuk melaporkan kedirjen perlindungan
tenaga kerja setempat jika ditemukan penyakit akibat kerja
b) Pelaporan dilakukan dalam waktu 2x24 jam serta bentuk tata cara
pelaporan ditetapkan oleh dirjen perlindungan tenaga kerja
c) Pengurus wajib melakukan tindakan-tindakan preventif agar PAK
tidak terulang ditempat kerja
d) Apabila terdapat keragu-raguan terhadap hasil pemeriksaan
dokter pengurus dapat meminta bantuan depnaker setempat untuk
commit to user
e) Pengurus wajib menyediakan secara Cuma-Cuma APD untuk
mencegah PAK
3) Permenaker No. 5/MEN/1996 lampiran II. 8.3 yang menyatakan
bahwa; ”Perusahaan harus mempunyai prosedur penyelidikan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja”.
4) Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995
a) Pasal 41 Ketentuan Melapor
(1) Pekerja tambang yang cidera akibat kecelakaan tambang yang
bagaimanapun ringannya harus dilaporkan ke ruang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau tempat Perawatan
Kesehatan untuk diperiksa atau diobati sebelum meninggalkan
pekerjaan.
(2) Laporan kecelakaan dan pengobatannya dimaksud dalam ayat
(1), harus dicatat dalam buku yang disediakan khusus untuk itu
(3) Apabila terjadi kecelakaan berakibat cidera berat atau mati
Kepala Teknik Tambang harus segera mungkin
memberitahukan kepada Pelaksana Kepala Inspeksi Tambang.
b) Pasal 42
(1) Kecelakaan Tambang harus diselidiki oleh Kepala Teknik
Tambang atau orang yang ditunjuk dalam waktu tidak lebih
dari 2 X 24 jam dan hasil penyelidikan tersebut dicatat dalam
commit to user
(2) Kecelakaan Tambang harus dicatat dalam formulir dan dikirim
Kepada Kepala Inspeksi Tambang.
c) Pasal 46
(1) Untuk kepentingan penyelidikan, Kepala Teknik Tambang
tidak boleh mengubah keadaan tempat, dan atau kondisi
perbaikan peralatan akibat kecelakaan atau kejadian berbahaya,
kecuali untuk memberikan pertolongan.
(2) Dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan kelangsungan
pekerjaan, keadaaan ditempat kecelakaan atau kejadian
berbahaya hanya dapat diubah dengan persetujuan Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang.
12.Sistem Teknik Analisis Penyebab Kecelakaan
Sistem Teknik Analisis Penyebab Kecelakaan (STAPK) atau systematic
Causal Analisis Technique (SCAT) merupakan suatu alat yang dapat
digunakan untuk menyelidiki atau menginvestigasi kecelakaan atau
insiden dengan potensi kerugian kerusakan besar (Bird dan Germain,
1986). Teknik analisa ini dilakukan dengan mengecek secara cermat pada
setiap tahapan proses investigasi.Sementara itu yang dimaksud dengan
insiden potensi tinggi adalah suatu kecelakaan atau insiden yang
melibatkan kerugian besar (Major Loss) atau bencana besar (Catasthrope)
yang mungkin menyebabkan banyak kematian dan kerusakan lingkungan
secara luas. Namun demikian tidak mentup kemungkinan, bahwa teknik
commit to user
insiden secara umum yang terjadi di tempat kerja.Teknik analisis
penyebab ini terfokus pada penyebab dasar kecelakaan yang meliputi 2
(dua) faktor penyebab yaitu faktor personal pekerja dan faktor pekerjaan.
a. Faktor personal pekerja :
1) Ketidakmampuan
2) Kurang pengetahuan
3) Kurang ketrampilan
4) Stress
5) Kurang motivasi
b. Faktor pekerjaan
1) Kepemimpinan dan pengawasan
2) Teknik
3) Sistem pembelian
4) Sistem pemeliharaan
5) Perkakas dan perlatan kerja
6) Standar kerja
(Tarwaka, 2008)
13.Tindakan Perbaikan
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kejadian
kecelakaan dari setiap penyebab kecelakaan yang terjadi.Salah satunya
dengan menurunkan tingkat kekerapan atau probability terjadinya
kecelakaan. Cara lainnya adalah dengan mengurangi potensi keparahan
commit to user
perbaikan yang dilakukan juga mempunyai tingkat pengaruh yang
berbeda-beda, tingkat kepercayaan yang berbeda-beda, biaya yang
berbeda-beda dan efek samping yang berbeda-beda pula. Secara garis
besar, tindakan perbaikan akibat peristiwa kecelakaan meliputi perbaikan
yang hanya bersifat sementara dan permanen.
a. Tindakan perbaiakan sementara
Sebagaian besar tindakan perbaiakan yang bersifat sementara hanyalah
suatu gejala dari tindakan yang tidak sesuai dengan standard dan
kondisi tidak aman.Tindakan perbaiakan yang dimaksud dapat berupa :
1) Memindahkan peralalatan kerja/mesin yang rusak
2) Menutup lobang di lantai jika ada lobang
3) Memindahkan pengaman yang tidak dapat berfungsi lagi
4) Membersihkan lantai yang kotor dan berdebu
Namun hal yang harus selalu diingat adalah bahwa tindakan tersebut
hanya bersifat sementara dan bukan merupakan solusi dari masalah
yang sebenarnya.
b. Tindakan perbaikan permanen
Tindakan perbaikan yang bersifat permanen sangat diperlukan untuk
mengatasi masalah yang sesungguhnya. Perbaikan harus diarahkan baik
terhadap faktor manusia maupun faktor pekerjaan sebagai penyebab
timbulnya kecelakaan.untuk melakukan tindakan perbaikan permanen
harus ada rekomendasi dari pengurus atau jajaran manejemen atas. Hal
commit to user
adanya sejumlah biaya , waktu, dan bahan yang yang harus mendapat
persetujuan dari pimpinan perusahaan atau pihak eksekutif. Hasil
evaluasi dari resiko yang ada akan dapat membantu investigator dalam
membuat rekomendasi teknis. Tingkat risiko pada situasi tertentu
merupakan suatu kombinasi antar tingkat potensi keparahan dan tingkat
kekerapan yang mungkin terjadi. Suatu potensi keparahan kecelakaan
atau insiden tidak dapat ditentukan hanya dengan apa yang terjadi. Hal
ini disebabkan karena suatu kejadian yang tidak diharapkan mungkin
hanya menyebabkan sedikit kerugian, tetapi mempunyai potensi yang
dapat menyebabkan kerugian besar apabila kecelakaan terulang
kembali. Untuk itu, setiap rekomendasi harus disertai dengan analisa
tingkat kekerapan risiko yang mungkin terjadi dan berapa banyak
tindakan yang direkomendasikan dapat mengurangi risikonya.
Kecelakaan atau insiden yang mempunyai tingkat keparahan tinggi dan
kemungkinan besar dapat terulang kembali harus mendapat perhatian
yang lebih besar. Penilaian risiko merupakan hal yang penting di dalam
membuat keputusan dan penetapan skala prioritas pencegahan dan
pengendalian kecelakaan kerja. (Tarwaka,2008)
14. OHSAS 18001
Seri persyaratan Penilaian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS)
ini menyatakan persyaratan sistem manajemen kesalamatan dan kesehatan
kerja (K3), agar organisasi mampu mengendalikan risiko-risiko K3 dan
commit to user
menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara
lengkap dalam merancang sistem manajemen.
Semua persyaratan dalam Standar OHSAS ini dimaksudkan agar dapat
digabungkan dengan sistem manajemen K3 apapun. Luasnya aplikasi akan
tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan K3 organisasi, sifat dari
aktivitas tersebut dan risiko-risiko serta kompleksitas dari
operasi-operasinya.
Standar OHSAS ini ditujukan untuk mengelola aspek kesehatan dan
keselamatan kerja, dan bukan ditujukan untuk mengelola area-area
kesehatan dan keselamatan lain seperti program-program
kesejahteraan/kesehatan karyawan, keselamatan produk, kerusakan
properti ataupun dampak lingkungan. (Suardi, 2005)
commit to user
4 Perundang-undangan Sistem Manajemen K3
4.1 Persyaratan Umum
4.2 Kebijakan K3
4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi bahaya penilaian risiko dan penetapan pengendalian 4.3.2 Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
4.3.3 Tujuan dan program 4.4 Penerapan dan Operasi
4.4.1 Sumber daya, peran, tanggung Jawab, akuntabilitas, dan wewenang 4.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kepedulian
4.4.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi
4.4.4 Dokumentasi
4.4.5 Pengendalian dokumen 4.4.6 Pengendalian operasinal 4.4.7 Kesiapsiagaan tanggap darurat
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pemantauan dan pengukuran kinerja 4.5.2 Evaluasi kesesuaian
4.5.3 Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan 4.5.3.1 Investigasi insiden
4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan 4.5.4 Pengendalian catatan
4.5.5 Audit Internal
4.6 Tinjauan Manajemen
commit to user
15.Klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan
dan pencegahan” OHSAS 18001:2007
a. Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007
Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007 berisi
tentang :
1) Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mencatat, menginvestigasi dan menganalisa insiden untuk :
a) Menetapkan penyebab insiden
b) Identifikasi kebutuhan perbaikan
c) Identifikasi adanya peluang tindakan pencegahan
d) Identifikasi adanya peluang “continual improvement”
e) Mengkomunikasikan hasil.
2) Penyelidikan harus dilakukan dalam waktu yang terukur
3) Hasil investigasi insiden harus didokumentasikan dan diperlihara
b. Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan”
OHSAS 18001:2007
Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan”
OHSAS 18001:2007 berisi tentang :
1) Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk menangani ketidaksesuaian- ketidaksesuaian yang aktual dan
potensial dan untuk melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
commit to user
a) Mengidentifikasi dan memperbaiki ketidaksesuaian serta
menentukan perbaikan untuk mengurangi resiko
b) Melakukan investigasi ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan
menentukan perbaikan untuk mencegah terulang kembali
c) Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian
dan menerapkan perbaikan
d) Mencatat dan mengkomunikasikan hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan
e) Meninjau keefektifan tindakan perbaikan dan pencegahan yang
dilakukan.
2) Setiap tindakan perbaikan dan tidakan pencegahan yang diambil untuk
menghilangkan akar penyebab ketidaksesuaian yang aktual dan
potensial harus sesuai dengan besarnya masalah dan seimbang dengan
resiko-resiko yang dihadapi.
3) Organisasi harus memastikan bahwa setiap perubahan yang timbul dari
tindakan pebaikan dan pencegahan dibuatkan dalam system manajemen
commit to user
Pelaksanaan tidak sesuai Pelaksanaan sesuai
Potensi,faktor bahaya dan
-Pencemaran lingkungan -Lingkungan kerja aman
-Lingkungan kerja nyaman
Tingkat implementasi Klausul 4.5.3
“ Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan
commit to user
32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dimana peneliti berusaha menggambarkan obyek penelitian
sejelas-jelasnya berdasarkan data-data yang diperoleh yang dijadikan sebagai dasar
dari penelitian ini.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati yang
berada di Desa Sambakungan Kecamatan Gunung Tabur Kabuapten Berau
Kalimantan Timur.
C. Obyek Penelitian
Penelitian ini mangambil obyek penelitian mengenai Prosedur investigasi
insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaiakan dan pencegahan di PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama job site Lati, pelaksanaan dari prosedur tersebut
serta follow up dari tindakan perbaikan dan pencegahan dari investigasi
commit to user
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan data-data sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik
melalui wawancara secara langsung, observasi di lapangan ataupun diskusi
dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
yang sedang diteliti. Data ini diperoleh dari arsip-arsip perusahaan maupun
literature yang lain.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa cara untuk pengumpulan data
antara lain :
1. Observasi lapangan
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap prosedur dan pelaksanaan
investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan
commit to user
2. Wawancara
Wawancara disini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan
pembimbing, karyawan serta orang-orang yang berkompeten sesuai
dengan penelitian ini.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, serta sumber lain
yang berhubungan dengan penelitian ini.
F. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahapan Persiapan
Persiapan yang dilakukan penulis untuk kegiatan magang untuk
penelitian antara lain :
a. Mengikuti test magang yang diadakan oleh PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama yang terdiri dari :
1) Test psikologi
2) Test wawancara oleh HRD
3) Test kerja sama dalam tim dengan sebuah simulasi suatu permainan
membuat bangunan
4) Test wawancara oleh User (Bp. Totok Winarto selaku manajer
HS&E)
b. Pengumuman penerimaan magang oleh PT. Bukit Makmur Utama
commit to user
c. Pengumpulan materi yang diperlukan selama kegiatan praktek kerja
lapangan atau magang.
d. Melaksanakan alur proses magang yang diawali dengan datang ke Head
Office PT. Bukit Makmur Mandiri Utama di Jakarta pada tanggal 1
Februari 2011.
e. Penentuan lokasi magang di job site Lati Berau yang diputuskan pada
tanggal 2 Februari 2011.
2. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 9 Februari 2011 sampai
dengan 5 Mei 2011 di PT Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati yang
berada di Desa Sambakungan Kecamatan Gunung Tabur Kabupaten Berau
Kalimantan Timur.
Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Orientasi ke semua Departemen yang ada di perusahaan untuk
mengetaui gambaran secara umum terhadap peusahaan.
b. On The Job Training di SHEs Perusahaan.
c. Pengamatan secara langsung mengenai kondisi perusahaan, serta
pengamatan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini
d. Diskusi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkompeten yang
berkaiatan denagn penelitian ini.
e. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip perusahaan serta buku
commit to user
3. Tahapan Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa,
dibahas dan disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan
laporan.
G. Analisis Data
Data yang telah didapat kemudian dianalisa dan dievaluasi mengenai
prosedur dan pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan
perbaikan dan pencegahan apakah sudah efektif dan apakah sudah sesuai
commit to user
37 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Hasil Penelitian
Dalam upaya pengendalian insiden dan ketidaksesuaian di lingkungan
pekerjaan PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati senantiasa
mengedepankan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan hidup. Hal
tersebut dibuktikan dengan komitmen untuk selalu menaati peraturan
perundangan serta peraturan Internasional tentang investigasi insiden,
ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan.
1. Pemenuhan klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007
Pemenuhan klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian,
tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007 meliputi :
a. Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007
1) Prosedur pelaporan dan investigasi insiden
Prosedur pelaporan dan investigasi insiden di PT. Bukit Makmur
Mandiri Utama job site Lati telah dibuat oleh SHE Dept. Head PT.
Bukit Makmur Mandiri Utama.Prosedur tersebut ada dalam BMS
SHE No. Dokumen : SHE/09/004/SOP.
Ruang lingkup dari prosedur ini adalah meliputi seluruh
karyawan, Pengawas/Atasan Langsung, Supervisor, Sect./Dept.
commit to user
Dept. Fungsional HO). Prosedur ini menjelaskan tentang adanya
pelaporan insiden, proses investigasi semua jenis insiden, identifikasi
penyebab langsung insiden, penetapan akar masalah, pelaksanaan
perbaikan sampai dengan pembuatan analisa. Tujuan dari prosedur
ini sebagai berikut :
a) Memastikan pengendalian proses pelaksanaan pelaporan dan
penyelidikan insiden sesuai dengan ketentuan perusahaan yang
berlaku.
b) Memastikan pelaksanaan pelaporan dan penyelidikan insiden
dilakukan untuk mengidentifikasi akar masalah penyebab
ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya insiden yang sama.
c) Memastikan terlaksananya tertib administrasi serta dokumentasi
dalam pelaporan dan investigasi insiden sesuai dengan sistem
manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup(QSHE)
2) Waktu penyelidikan berdasarkan prosedur
Dalam upaya efisiensi, penyelidikan dilakukan dalam waktu yang
terukur yaitu memastikan pengumpulan data dan interview
dilaksanakan maksimal 8 jam setelah insiden. Selanjutnya,
pelaksanaan investigasi harus dilakukan maksimal 24 jam setelah
commit to user
3) Pendokumentasian hasil investigasi
Semua hasil investigasi mulai dari berita acara insiden, laporan
awal insiden, laporan insiden didokumentasikan dan dipelihara oleh
SHEs PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.
b. Pemenuhan Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan
pencegahan” OHSAS 18001:2007
1) Prosedur ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan
Dalam upaya mengendalikan ketidaksesuaian serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama job site lati telah memiliki prosedur yang dibuat oleh MDV
Dept. Head .Prosedur tersebut ada pada BMS MDV No. Dokumen :
MDV/09/002/SOP. SOP dimulai dari prosedur ini meliputi dari
identifikasi ketidaksesuaian dan atau potensi ketidaksesuaian,
mereview penyebabnya, jangka waktu penyelesaiannya sampai
dengan identifikasi tindakan untuk menghilangkannya. Tujuan dari
SOP ini adalah untuk :
a) Memastikan pencegahan terhadap terulangnya ketidaksesuaian
yang sama
b) Memastikan penyebab potensial ketidaksesuaian dapat
dihilangkan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian
c) Memastikan terlaksananya tertib administrasi serta dokumentasi
commit to user
dengan sistem manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Lingkungan Hidup (QSHE)
2) Tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan penilaian resiko
Setiap adanya tindakan perbaikan dan pencegahan yang
dilakukan di PT. Bukit Makmur mandiri Utama job site Lati
didasarkan pada penilaian resiko. Penggunaan formulir untuk
mengevaluasi tindak lanjut temuan ketidaksesuaian berdasarkan
kriteria resiko bisnis berikut :
Tabel 2. Kriteria risiko bisnis
KATEGORI KRITERIA
PICA Berat
(No.MDV/F-005)
- Berpotensi dan atau memiliki nilai resiko AA/A
- Temuan/ketidaksesuaian sama yang berulang dari hasil
analisis
- Temuan audit yang termasuk mayor dan minor
- Berpotensi menghambat(sekitar 15 %) dan atau tidak
tercapainya KPI/Sasaran/Target unit kerja
PICA Ringan
(No.MDV/F-005)
- Berpotensi dan atau memiliki nilai risiko B atau C
- Temuan yang sifatnya observasi (pencegahan agar tidak
terjadi ketidaksesuaiaan)
- Temuan yang tidak termasuk dalam criteria PICA Berat
Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
3) Setiap perubahan yang timbul dari tindakan pebaikan dan
pencegahan dibuatkan dalam sistem manajemen K3
Dalam memastikan terlaksananya tertib administrasi serta
dokumentasi dalam pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan
sesuai dengan sistem manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan Hidup (QSHE) PT. Bukit Makmur Mandiri
commit to user
revisi dari setiap tindakan perbaikan dan pencegahan yang dibuat ke
dalam sistem manajemen K3.
2. Investigasi Insiden dan Ketidaksesuaian
Untuk mengendalikan terjadinya insiden PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama job site Lati senantiasa berusaha untuk mencegah insiden yang
disebabkan oleh hal yang sama, sehingga untuk mengetahui akar masalah
dari suatu insiden PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
melakukan investigasi terhadap insiden dan ketidaksesuaian.
a. Insiden yang dicatat dan dilaporkan
Semua insiden harus dicatat dan dilaporkan. Kriteria dari insiden
yang harus dicatat dan dilaporkan adalah sebagai berikut :
1) Semua insiden/kecelakaan tambang menurut pasal 39 Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi nomor : 555.K/26/M.PE/1995 :
a) Benar-benar terjadi;
b) Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi
izin oleh Kepala Teknik Tambang.
c) Akibat kegiatan usaha pertambangan.
d) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang dapat mendapat
cidera atau setiap saat orang yang diberi izin dan
e) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek.
2) Semua kecelakaan kerja
commit to user
4) Semua insiden kebakaran dan kerusakan dini
5) Semua kerugian
b. Investigasi insiden
Untuk menangani insiden PT. Bukit Makmur mandiri Utama job
site Lati melakukan investigasi dari adanya suatu insiden. Tahapan
pelaksanaan investigasi insiden tersebut adalah sebagai berikut :
1) Terjadi suatu insiden di area kerja
Semua insiden ataupun near miss wajib dilaporkan dan selanjutnya
dilakukan investigasi insiden.
2) Pelaporan terjadinya suatu insiden
Untuk insiden yang terjadi di area tambang insiden dilaporkan ke
MCC baik oleh korban ataupun saksi yang melihatnya serta
dilporkan ke kepada atasan / Sect./ Dept. Head, SHEs / Dept. SHE,
Medis, PM dan Section / Departemen terkait (termasuk Dept.
Fungsional HO paling lambat 1 jam setelah kejadian). Sedangkan
insiden yang terjadi tidak di tambang dilaporkan kepada atasan /
Sect./ Dept. Head, SHEs / Dept. SHE, Medis, PM dan Section /
Departemen terkait (termasuk Dept. Fungsional HO paling lambat 1
jam setelah kejadian).
3) Penanganan keadaan darurat dari suatu insiden
Untuk insiden yang menyebabkan keadaan darurat seperti terjadinya
luka serius pada korban penanganan harus dilakukan oleh team ERT
commit to user
mendapatkan pelatiahan mengenai pertolongan pertama gawat
darurat. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses penanganan korban
tidak terjadi hal-hal yang dapat memperparah keadaan korban. Untuk
insiden berat/fatal arus dilporkan ke KTT
4) Pengambilan dan pengumpulan data
Setiap terjadinya suatu insiden harus sesegera mungkin dilakukan
pengambilan dan pengumpulan data di lokasi kejadian insiden.
Lokasi kejadian tidak boleh dirubah kecuali untuk kepentingan
penanganan korban. Pengambilan dan pengumpulan data insiden
harus memuat :
a) Foto kondisi awal sesaat setelah kejadian sebelum diubah (kecuali
untuk kepentingan penyelamatan korban) dan area sekitar
kejadian(foto dari empat sisi)
b) Foto / gambar kondisi terakhir unit setelah kejadian seperti posisi
transmisi dan kondisi mesin.
c) Sketsa kejadian sesuai dengan keterangan saksi.
d) Data-data pengukuran dari jarak antar barang bukti di tempat
kejadian,pemeriksaan urine, P5M, P2H, handphone korban.
e) Catatan dari keterangan saksi-saksi/ interview saksi-saksi.
f) Rekonsrtruksi
g) Berita acara insiden yang diisi oleh korban/pelaku dan saksi-saksi
commit to user
5) Laporan Awal Kejadian
Setelah data-data lapangan terkumpul harus segera membuat dan
mendistribusikan Laporan Awal Kejadian (LAK) (maksimal 12 jam
setelah kejadian) kepada Dept. fungsional HO, SHEs/ SHE,
Insurance Officer HO (khusus untuk Property Damage) dan KTT
(khusus untuk insiden fatal di tambang)
6) Membentuk tim investigasi
Untuk melakukan suatu investigasi insiden harus dibentuk tim
investigasi insiden. Tipe insiden dan susunan tim penanganan,
pengumpulan data dan pelaksanaan investigasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.Jenis insiden dan ketua tim investigasi
Tim investigasi melakukan pengumpulan data pendukung lainnya
yang diperlukan (dokumen terkait, keterangan saksi).
7) Melakukan Investigasi insiden
Setelah terbentuk tim investigasi selanjutnya adalah melakukan
investigasi insiden. Investigasi dilakukan di tempat yang tenang.
Investigasi insiden bertujuan untuk :
commit to user
a) Melakukan identifikasi penyebab langsung
Dalam pelaksanaan invstigasi insiden senantiasa mengidentifikasi
adanya penyebab langsung dari suatu insiden. Penyebab langsung
terjadinya suatu insiden adalah sebagai berikut :
(1)Tindakan tidak aman
Tindakan tidak aman merupakan suatu tindakan yang
berbahaya yang tidak sesuai dengan prosedur keselamatan
yang dapat menyebabkan terjadinya insiden.
(2)Kondisi tidak aman
Kondisi tidak aman merupakan semua kondisi yang
membahayakan keselamatan yang tidak sesuai dengan
prosedur yang dapat menyeabkan terjadinya suatu insiden.
Penetapan penyebab langsung dari suatu insiden didasarkan
pada hasil investigasi kepada korban/pelaku dan saksi-saksi.
b) Menetukan penyebab dasar/ penyebab tidak langsung
Suatu insiden selalu mempunyai penyebab tidak langsung yaitu
terdiri dari :
1) Faktor pribadi
Faktor pribadi disini merupakan suatu penyebab yang tidak
commit to user
2) Faktor pekerjaan
Pekerjaan sering sekali menjadi faktor terjadinya suatu insiden.
Hal tersebut dapat terjadi jika antara tuntutan pekerjaan untuk
lebih produktif tidak sejalan dengan K3LH.
8) Menetukan akar penyebab terjadinya insiden
Seetelah dapat diketahui penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung dari suatu insiden maka dapat ditentukan akar penyebab
terjadinya suatu insiden.
9) Menentukan rencana tindakan perbaikan
Rencana tindakan perbaikan atas akar masalah yang terjadi harus
dilengkapi dengan due date (batas waktu) dan penanggung jawab
pelaksanaan.
10) Membuat laporan insiden
Laporan insiden yang dibuat harus lengkap dengan hasil investigasi
yang telah dilakukan. Laporan insiden di PT. Bukit makmur Mandiri
Utama job site Lati dibuat dalam dua versi yaitu :
a) Dalam formB’Safe untuk dikirim sebagai laporan ke Head office
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama.
b) Dalam form B’Gems untuk dikirim sebagai laporan ke owner
yaitu PT. Berau Coal.
11) Melaksanakan tindakan perbaikan
Semua rencana tindakan perbaikan yang sudah direncanakan harus
commit to user
12) Verifikasi pelaksanaan tindakan perbaikan
Setiap tindakan perbaikan yang dilakukan selanjutnya diverifikasi
untuk mengetahui seberapa jauh tindakan perbaikan yang dilakukan.
Dari setiap insiden atuapun near miss yang terjadi di PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama job site Lati sebagian besar dilaporkan lansung
dan dilanjutkan dengan investigasi insiden. Namun ada juga beberapa
insiden ataupun near miss yang tidak dilaporkan, hal tersebut biasanya
terjadi pada unit yang dioperasikan oleh operator shift malam dan baru
diketahui oleh operator shift pagi pada saat melakukan P2H (Pemeriksaan
Perawatan Harian). Untuk pelaporan insiden ke owner dalam hal ini adalah
PT. Berau Coal ataupun kepada Kepala teknik tambang selalu dilakukan
tidak lebih dari 1x24 jam.
3. Analisa Insiden
a. Berdasarkan waktu kejadian
commit to user
Berdasrkan analisa insiden berdasarkan waktu kejadian sesuai dengan
dapat diketahui bahwa insiden sering terjadi pada jam-jam sebagai
berikut :
1) 14:01 - 15:00 sebanyak 11 %
2) 23:01 - 24:00 sebanyak 11 %
Pada jam 14:01 - 15:00 dan jam 23:01 - 24:00 merupakan jam-jam
rawan yang seringkali terjadi insiden. Pada jam-jam tersebut juga
merupakan saat pergantian shift. Beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadinya insiden pada jam-jam tersebut antara lain :
1) Sudah kurangnya konsentrasi pekerja
2) Kelelahan pekerja
3) Pekerja mengantuk
4) Keinginan untuk cepat pulang, sehingga pekerja terburu-buru dan
akhirnya tidak fokus dalam bekerja
b. Berdasarkan umur
Gambar 5. Grafik analisa insiden berdasarkan umur pekerja Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati
commit to user
Berdasrkan analisa insiden berdasrkan umur dapat diketahui bahwa
umur 21-25 tahun merupakan usia penyumbang insiden sejumlah 35
%. Pada usia tersebut merupakan usia dimana emosi masih belum bisa
dikendalikan dengan baik. Selain emosi yang belum bisa dikendalikan
juga masih kurangnya pengalaman dalam bekerja serta kurangnya
pemahaman akan prosedur kerja.
c. Berasarkan tempat insiden