• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001 2007 SERTA AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA PENGENDALIAN INSIDEN DI PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOB SITE LATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001 2007 SERTA AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA PENGENDALIAN INSIDEN DI PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOB SITE LATI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user LAPORAN KHUSUS

IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001:2007 SERTA

AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA

PENGENDALIAN INSIDEN DI

PT. BUKIT MAKMUR

MANDIRI UTAMA

JOB SITE

LATI

Novianto Joko Widodo R0008126

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Tugas Akhir dengan judul : Implementasi Klausul 4.5.3 OHSAS:2007 Serta Aktual Pelaksanaannya Dalam Upaya Pengendalian Insiden

di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Job site Lati

Novianto Joko Widodo, NIM : R.0008126, Tahun 2011

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Penguji Tugas Akhir

PT. Bukit Makmur Mandiri Utama

Pada hari………Tanggal………..…20……..

SHEs Section Head

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

IMPLEMENTASI KLAUSUL 4.5.3 OHSAS 18001:2007 SERTA AKTUAL PELAKSANAANYA DALAM UPAYA PENGENDALIAN INSIDEN DI

PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOB SITE LATI, BERAU,

KALIMANTAN TIMUR

Novianto Joko Widodo1, Putu Suriyasa2, Devi Aliyani3

Tujuan : Penulisan laporan ini untuk mengetahui bagaimana implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati. Untuk mengetahui aktual pelaksanaan investigasi insiden , ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati. Untuk mengetahui tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati dalam upaya pengendalian insiden.

Metode : Sejalan dengan arah dan tujuan penelitian maka penelitian ini dilaksanakan dengan metode diskriktif yaitu dengan menilai meneliti dan mengevaluasi mengenai obyek penulisan. Data diperoleh dengan wawancara, observasi dan buku-buku referensi.

Hasil : Kerangka pemikiran ini menerangkan bahwa tempat kerja yang terdapat potensi bahaya senantiasa akan menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Untuk mengendalikan insiden diperlukan adanya prosedur yang mengatur tentang investigasi linsiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang disesuaikan dengan standar internasional yaitu OHSAS 18001:2007. Pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan yang sesuai dengan prosedur menunjukkan tingkat imlementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3.

Simpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ketentuan dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 telah diterapkan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site LAti. Aktual pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan telah sesuai dengan prosedur yang didasrkan pada OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3. Presentase tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 adalah 80 %.

Kata Kunci : Tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 Kepustakaan : 13, 1981-2010

1,2,3

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur tak

henti-hentinya peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayat-Nya yang tercurah untuk hamba-hidayat-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan

laporan khusus: “Implementasi Klausul 4.5.3 OHSAS 18001:2007 Serta Aktual Pelaksanaannya Dalam Upaya pengendaliab Insiden di PT. Bukit

Makmur Mandiri Utama Job Site Lati”.

Magang yang dilaksanakan oleh peneliti merupakan kegiatan yang

termasuk dalam kurikulum perkuliahan yang harus diikuti oleh peneliti. Penulisan

dan penyusunan laporan khusus merupakan salah satu syarat kelulusan peneliti

dari Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak

terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok, selaku Pembimbing I dalam

penyusunan laporan ini.

4. Ibu Devi Aliyani, SKM, selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.

5. Bapak Toto Winarto, selaku SHE Manager PT. Bukit makmur Mandiri Utama

yang telah memperkenankan penulis melaksanakan magang di PT. Bukit

Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur

6. Bapak Eddy Wijaya selaku Project Manager PT. Bukit Makmur Mandiri

(6)

commit to user

vi

memperkenankan penulis untuk magang selama 3 bulan di PT. Bukit Makmur

Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur

7. Bapak Maryones Edward Kairupan selaku SHEs Section Head yang telah

berkenan menerima penulis untuk melakukan magang di SHE Section PT.

Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati Berau Kalimantan Timur

8. Bapak Atang Siliadji selaku pembimbing perusahaan yang telah membimbing

dan mengarahkan dalam penyusunan laporan ini

9. Bapak Djoko Trimanto selaku pembimbing lapangan yang senantiasa

mengarahkan penulis dalam melaksanakan program magang serta

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini

10.Bapak Sugiyono yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan

progaram magang serta senantiasa memberikan saran dalam penyusunan

laporan ini.

11.Seluruh anggota SHE section yang lain di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama

job site Lati Berau Kalimantan Timur yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu

12.Ayah, ibu, kakak, adik, keponakan dan segenap keluarga besarku yang

senantiasa menurahkan dukungan,doa,dan kasih sayangnya tiada hentinya

mengalir untuk penulis.

13.Semua teman-teman Hiperkes dan KK angkatan 2008 yang sangat saya cintai,

sangatlah bahagia dan bangga menjadi bagian dari kalian.

Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat

bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, Mei 2011

Peneliti,

(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

(8)

commit to user

viii

D. Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Pelaksanaan ... 34

G. Analisa Data ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian... 37

B. Pembahasan ... 65

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar klausul/elemen OHSAS 18001:2007 ... 28

Tabel 2. Kriteria risiko bisnis ... 40

Tabel 3. Jenis insiden dan ketua tim investiagasi ... 44

Tabel 4. Partisipasi pelaksanaan IUT pengawas ... 62

Tabel 5. Partisipasi pelaksanaan OTT pengawas ... 63

Tabel 6. Partisipasi pelaksanaan Green Card pengawas ... 63

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida insiden ... 15

Gambar 2. Bagan elemen OHSAS 18001:2007 ... 27

Gambar 3. Kerangka pemikiran... 31

Gambar 4. Grafik analisa insiden berdasarkan waktu kejadian ... 47

Gambar 5. Grafik analisa insiden berdasarkan umur pekerja ... 48

Gambar 6. Grafik analisa insiden berdasarkan tempat insiden ... 49

Gambar 7. Grafik analisa insiden berdasarkan alat yang terlibat ... 51

Gambar 8. Grafik analisa insiden berdasarkan masa kerja ... 52

Gambar 9. Grafik analisa insiden berdasarkan section ... 53

Gambar 10. Grafik analisa insiden berdasarkan penyebab dasar ... 54

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang

Lampiran 2. Jadwal kegiatan magang

Lampiran 3. Peta lokasi PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Job site Lati

Lampiran 4. Kebijakan K3LH PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati

Lampiran 5. Absensi magang

Lampiran 6. Alur proses pelaporan dan penyelidikan insiden

Lampiran 7. Sketsa insiden

Lampiran 8. Gambar pengambilan data insiden

Lampiran 9. Gambar insiden

Lampiran 10. Absensi investigasi insiden

(12)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu melahirkan

inovasi baru dan era globalisasi yang juga berdampak pada perkembangan di

sektor industry, dewasa ini membawa perubahan terhadap aspek kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara. Perkembangan sektor industri memberikan

dampak positif bagi kemajuan perekonomian bangsa dan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat, namun perkembangan sektor industri

juga memberikan dampak negatif yaitu memiliki potensi bahaya yang dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan dan pencemaran

lingkungan.

Potensi bahaya tersebut dapat timbul dari penggunaaan alat-alat modern,

bahan-bahan kimia, proses dengan suhu dan tekanan tinggi yang tidak

diimbangi dengan kesiapan dan sistem untuk mengendalikannya. Adanya

potensi bahaya yang ada di tempat kerja merupakan suatu ancaman bagi

sumber daya manusia, peralatan/mesin, serta lingkungan sekitar sehingga

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dapat mengendalikannya.

Semakin tinggi teknologi yang digunakan akan semakin tinggi tingkat bahaya

yang ada dan semakin tinggi pula ketrampilan, pengetahuan tenaga kerja

yang dibutuhkan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan

(13)

commit to user

Teori Domino menyebutkan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan

cidera, terdapat lima faktor secara beruntun yang dinamakan sebagai lima

domino yang berdiri sejajar, yaitu kurangnya pengawasan, kebiasaan,

kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman (Hazard), kecelakaan

serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya

kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat.

Misalnya, dengan membuang hazard, satu domino di antaranya (Suardi,

2005).

OHSAS 18001 di buat dan diterbitkan oleh kerjasama

organisasi-organisasi atau badan sertifikasi dunia antara lain BVQI, SGS, DNV, BSI,

LRQA. Dalam Penerapan OHSAS 18001 bersifat Voluntary atau sukarela

tanpa ada kekuatan hukum yang mengaturnya dan bukan merupakan Standard

International

Perbedaan lain dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05/MEN/1996 adalah

Permenaker 05/MEN/1996 memiliki pembagian jumlah/jenis elemen untuk

jenis perusahaan yang tergantung pada besar kecil perusahaan yang

bersangkutan. Sedang persyaratan untuk OHSAS 18001 berlaku untuk semua

jenis organisasi tanpa memperhatikan besar kecilnya perusahaan itu (Suardi,

2005).

Walaupun Permenaker 05/MEN/1996 dan OHSAS 18001 memiliki sistem

penilaian yang berbeda namun sistem penerapan, dokumentasi dan tujuannya

memiliki tujuan yang sama.Beberapa perusahaan mencoba mengintregasi

(14)

commit to user

Penerapan OHSAS 18001:2007 sesuai untuk organisasi yang mempunyai

keinginan untuk :

1. Membuat sebuah sistem manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi

atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak

terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.

2. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah

SMK3.

3. Melakukan sertifikasi atau penilaian sendiri (Suardi, 2005).

Selain itu penerapan OHSAS 18001:2007 mempunyai manfaat sebagai :

1. Perlindungan bagi pekerja

2. Kepatuhan terhadap perundangan

3. Menekan biaya

4. Membuat system manajemen menjadi efektif

5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

Begitu banyaknya insiden yang terjadi seringkali menghambat jalannya

proses produksi dari suatu perusahaan. Untuk mengendalikan insiden-insiden

maka diperlukan suatu prosedur untuk melaksankan investigasi insiden dan

ketidaksesuaian serta harus adanya analisa dari suatu insiden untuk

mengetahui penyebab-penyebab yang sering kali menjadi dasar terjadinya

suatu insiden. Selain itu juga diperlukan prosedur untuk melaksanakan

tindakan perbaikan dan pencegahan dari insiden dan ketidaksesuaian.

Prosedur investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan

(15)

commit to user

18001:2007 akan meningkatkan kepercayaan terhadap suatu perusahaan.

Pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan

pencegahan yang sesuai dengan prosedur dan perundangan yang berlaku akan

dapat meminimalisir terjadinya insiden.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah telah dikemukakan maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah prosedur investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan

dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati sudah

sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation,

non conformity, correction action and preventive action.

2. Bagaimana aktualisasi pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian,

tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama

job site Lati.

3. Bagaimana tingkat implementasi investigasi insiden, ketidaksesuaian,

tindakan perbaikan dan pencegehan dalam upaya pengendalian insiden dan

ketidaksesuaian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati

berdasarkan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation ,non

(16)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sistem pemenuhan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3

incident invetigation ,non conformity, correction action and preventive

action di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.

2. Untuk mengetahui aktual pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian,

tindakan perbaikan dan pencegahan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama

job site Lati.

3. Untuk mengetahui tingkat implementasi OHSAS 18001:2007 klausul

4.5.3 incident invetigation, non conformity, correction action and

preventive action dalam upaya pengendalian insiden dan ketidaksesuaian

di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi :

1. Peneliti

a. Memperoleh data untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat

menyelesaikan study.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemenuhan OHSAS

18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity,

correction action and preventive action, aktual pelaksanaan, dan

(17)

commit to user

c. Menggunakan keilmuan yang didapat di bangku kuliah untuk

merumuskan masalah, menganalisa, dan kemungkinan memberikan

solusi dari permasalahan .tersebut

2. Perusahaan

a. Dapat mengetahui gambaran pelaksanaan pemenuhan OHSAS

18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non conformity,

correction action and preventive action, aktual pelaksanaan, dan

kefektifannyadi PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.

b. Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk evaluasi pemenuhan

OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 incident invetigation, non

conformity, correction action and preventive action, aktual

pelaksanaan, dan kefektifannya di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job

site Lati.

c. Diharapkan dapat dijadikan masukan dalam peningkatan kefektifan

investigasi insiden, ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan

di PT. Bukit Makmur Mndiri Utama job site Lati.

3. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Diharapkan dapat menambah kepustakaan guna meningkatkan

(18)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Organisasi

Organisasi adalah perusahaan, operasi, firma, kelompok usaha,

institusi, atau asosiasi, atau bagian, baik kelompok atau tidak, publik atau

pribadi yang memiliki fungsi dan administrasi sendiri (OHSAS

18001:2007).

2. Sistem Manajeman K3

Permenaker No. PER.05/Men/1996 Pasal 1 ayat (1) menyatakan

bahwa ”Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem

manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif”.

3. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kondisi-kondisi dan

faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada kesehatan dan

(19)

commit to user

personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja). (OHSAS

18001:2007).

4. Tempat Kerja

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

yang dimaksud tempat kerja adalah “tiap ruangan atau lapangan tertutup

atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering

dimasuki tenaga kerja”. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan,

lapangan, halaman dan sekelilingnnya yang merupakan bagian–bagian

atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut”.

5. Faktor Bahaya

Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan pekerjaan yang

dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika

faktor–faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan (Suma’mur, 2006)

Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi

menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya.

(OHSAS 18001:2007).

Umumnya disemua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang

dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Menurut

Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari :

a. Bangunan, Peralatan dan instalasi

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat

perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat.

(20)

commit to user

kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia

penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan

penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan

kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam industri juga

digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak

dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan

bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka–luka atau

cidera.

b. Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan

antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi,

menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan

kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio

aktif .

c. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang

digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang

berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan

bahan kimia berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya. Dari

proses ini kadang–kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya

(21)

commit to user

d. Cara kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan

orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja

yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api

serta tumpahan bahan berbahaya.

e. Lingkungan kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis

bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan

penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja.

Bahaya tersebut adalah :

1) Faktor lingkungan fisik

Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu

dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan , dan

radiasi

2) Faktor lingkungan kimia

Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang

digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi.

Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah,

kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang

digunakan dalam proses.

3) Faktor lingkungan biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga

(22)

commit to user

4) Faktor faal kerja atau ergonomi

Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,

peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.

5) Faktor psikologik

Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial

tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa

pada karyawan, seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak

serasi.

6. Prinsip Pencegahan Kecelakaan

Dapat dipastikan bahwa semua orang/ tenaga kerja tidak menginginkan

kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda. Tapi berdasarkan

hasil data kecelakaan ternyata banyak tenaga kerja yang dengan sadar

melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak

menginginkan terjadinya kecelakaan.

Menurut ILO (Internasional Labour Organitation) dalam Dasar-Dasar

K3 (2007), langkah-langkah penanggulangan kecelakaan kerja dapat

dilakukan dengan :

a. Peraturan perundang-undangan

Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,

tehnik dan teknologi, penerapan ketentuan dan syarat K3 sejak tahap

rekayasa, penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan

(23)

commit to user

b. Standarisasi

Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan K3.

c. Inspeksi

Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih

memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.

d. Riset teknis, medis, psikologis dan statistik

Riset/ penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi.

e. Pendidikan dan latihan

Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan keterampilan K3 bagi

tenaga kerja.

f. Persuasi

Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui

penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.

g. Asuransi

Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan

pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang

memenuhi syarat K3.

h. Penerapan K3 di tempat kerja

Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya

memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. Pendekatan yang paling

(24)

commit to user

pengendalian kecelakaan adalah dengan menggunakan hirarki

pengendalian, yaitu sebagai berikut :

1) Eliminasi

Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan

metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara

keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya

dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.

2) Substitusi

Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang

mempunyai nilai resiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai

resiko lebih kecil.

3) Isolasi

Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang

atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap

lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup

jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room

control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi

penghisap dan alat untuk penanganan manual.

4) Administrasi

Pengendalian administratif dengan mengurangi atau menghilangkan

kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi.

Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi pemaparan

(25)

commit to user

(job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan menggunakan

tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada perilaku

manusia untuk mencapai keberhasilan.

5) Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung

terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat

mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan

pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan

itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih

dengan benar.

7. Insiden

Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan dan mengakibatkan

cidera (injury) atau kematian, kerusakan harta benda (property damage),

kerusakan dini (premature failure), kerusakan / pencemaran lingkungan,

penyakit akibat kerja atau kerugian lain. Termasuk di dalam definisi

insiden adalah kejadian hampir celaka (near–miss), keadaan darurat dan

kehilangan barang / asset milik perusahaan ( PT. Bukit Makmur Mandiri

Utama, 2010). Sedangkan suatu insiden dikatakan sebagai kecelakaan

tambang (Kepmentamben No. 555.K/ 1995) jika memenuhi 5 (lima) unsur

di bawah ini:

a. Benar–Benar Terjadi

b. Mengakibatkan Cidera Pekerja Tambang atau Orang yang Diberi Izin

(26)

commit to user

c. Akibat Kegiatan Usaha Pertambangan

d. Terjadi pada Jam Kerja

e. Terjadi di Dalam Wilayah Kegiatan Usaha Pertambangan.

Akibat yang ditimbulkan dari suatu insiden dapat berupa cedera ringan,

cedera kehilangan hari, maupun kematian (fatal). Dapat juga berupa

kerusakan alat, bangunan, harta benda, ekosistem, lingkungan, dan

lain-lain. Kejadian insiden seperti piramida dibawah ini :

Gambar 1.Piramida insiden

damage. Dan 30 insiden cedera ringan / property damage, pasti didahului

oleh sekitar 600 kejadian hampir celaka (near-miss).

Menurut Kepmentamben No. 555.K/ 1995, kecelakaan tambang dapat

dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

(27)

commit to user

a. Cidera Ringan

Jika hari hilang akibat insiden : 1 hari–3 minggu.

b. Cidera Berat :

1) Hari hilang akibat insiden > 3 minggu.

2) Cacat tetap.

3) Keretakan tulang : tengkorak, punggung, pinggul, lengan, paha /

kaki.

4) Pendarahan di dalam / pingsan karena kekurangan oksigen.

5) Luka berat / terbuka yg berpotensi cacat tetap.

6) Lepasnya persendian.

c. Mati / Fatalityadalah meninggal ≤ 24 jam setelah insiden.

Saat terjadi kecelakaan berakibat mati (fatality) maka hal yang harus

dilakukan adalah :

a. Wajib segera dilaporkan ke KTT, untuk diteruskan ke Pelaksana

Inspeksi Tambang (PIT).

b. Lokasi insiden tidak boleh diubah, kecuali alasan penyelamatan.

8. Kecelakaan kerja

Adalah semua insiden yang terjadi pada waktu karyawan melakukan

pekerjaan, di dalam area kerja atau di luar area kerja, atau pada saat

karyawan dalam perjalanan berangkat dan pulang dari / ke rumah–tempat

kerja.( PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2010)

9. Ketidaksesuaiaan

(28)

commit to user

a. Standar kerja terkait, praktis, prosedur, peraturan perundangan.

b. Persyarakan system manajemen K3.

10.Laporan Investigasi Kecelakaan kerja

Laporan kecelakaan merupakan suatu media komunikasi formal tentang

fakta-fakta penting untuk diketahui oleh orang-orang berkepentingan

terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi. Laporan merupakan suatu

catatan peristiwa kecelakaan yang akan digunakan di dalam program

pengendalian kerugian.Laporan juga umpan balik untuk membantu di

dalam pemecahan masalah yang terjadi. Dengan demikian, setiap kegiatan

investigasi harus dibuat laporan secara tertulis dan disampaikan kepada

pimpinan perusahaan. Selanjutnya pengurus atau pimpinan perusahaan

melaporkan kejadian kecelakaan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat dan

Perusahaan Jamsostek dan pihak terkait lainnya. (Tarwaka, 2008)

11.Investigasi Kecelakaan Kerja

Investigasi didefinisikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk

menemukan/mengungkap penyebab dasar/akar masalah dari suatu masalah

(insiden) dengan tujuan untuk menentukan tindakan perbaikan, sehingga

masalah (insiden) dengan penyebab yang sama dapat dicegah.

( PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, 2009)

Investigasi kecelakaan kerja merupakan bagian dari program

keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara keseluruhan. Investigasi

insiden merupakan suatu kegiatan tempat kerja secara khusus,yang

(29)

commit to user

menimbulkan penderitaan kepada manusia serta menimbulkan kerugian

dan kerusakan terhadap property/harta benda dan asset perusahaan

lainnya. Dengan demikian,investigasi insiden merupakan suatau hal yang

sangat penting dan krusial untuk segera dilakukan setelah setiap adanya

kejadian kecelakaan. Tujauan uama dari investigasi insiden adalah untuk

mencari apa yang sebenarnya terjadi dan mendapatkan solusi terbaik guna

mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kecelakaan yang sering

terabaikan. Pelaksanaan investigasi insiden secara efektif antara lain akan

mendapatkan :

a. Menjelaskan tentang apa yang terjadi

Invetigasi secara cermat dapat menyelidiki hal-hal melalui bukti konkrit

dan mendapatkan pernyataa sebenarnya tentang apa yang sedang

terjadi.

b. Menentukan penyebab sebenarnya

Investigasi yang baik dan cermat akan dapat menentukan penyebab

yang sebenarnya mendasari terjadinya insiden.

c. Menentukan resiko kecelakaan

Investigasi yang baik akan dapat memutuskan kemungkinan

terulangnya kecelakan yang sam atau kerugian yang besar.Hal tersebut

merupakan dua faktor penting di dalam menetukan jumlah waktu dan

(30)

commit to user

d. Mengembangkan sarana pengendalian

Sarana pengendalian yang tepat untuk mengurangi atau

mengendalikan resiko,sebagian berasal dari hasil investigasi yang

dilakukan dengan sebenarnya dan nyata-nyata dapat memecah masalah

yang terjadi.

e. Mendefinisikan arah kecenderungan

Apabila secara signifikan sejumlah laporan dapat dianalisa ,maka arah

kecenderungan emergency akan dapat diidentifikasi dan ditangani

sesegera mungkin.

f. Mendemontrasikan perhatian

Kejadian kecelakaan akan memberikan suatau tantangan secara

gamblang terhadap orang-orang agar selalu berhati-hati.dengan

demikian investigasi harus dilakukan secara cermat dan objektif. (Bird

dan Germain, 1986)

Sebagai dasar pedoman pelaksanaan program investigasi insiden di

tempat kerja adanya peraturan perundangan bidang K3 secara garis besar

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Undang-undang

Dasar perundang-undangan untuk pelaksanaan investigasi insiden

kecelakaan kerja adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja Pasal 11 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pengurus

(31)

commit to user

yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga

Kerja.”

b. Peraturan Menteri

1) Permenaker No. 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan

Pemeriksaan Kecelakaan menjelaskan tentang :

a) Pasal 1

(1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan

tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia

dan atau harta benda.

(2) Kejadian berbahaya lainnya ialah suatu kejadian yang

potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,peledakan dan bahaya

pembuangan limbah.

b) Pasal 2

(1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan

yang terjadi di tempat kerja pimpinannya.

(2) Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

(a) Kecelakaan Kerja

(b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan

limbah

(c) Kejadian berbahaya lainnya.

c) Pasal 4 (1) : Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud

(32)

commit to user

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, b, c dan d

kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam

waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam

terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan formulir laporan

kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I pada

undang-undang ini.

d) Pasal 6 (1) : Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 5,Kepala Kantor Departemen

Tenaga Kerja memerintahkan pegawai pngawas untuk melakukan

pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan. (Tarwaka, 2008).

2) Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/MEN/1981

tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja yang didalamnya

mengatur tentang :

a) Kewajiban pengurus untuk melaporkan kedirjen perlindungan

tenaga kerja setempat jika ditemukan penyakit akibat kerja

b) Pelaporan dilakukan dalam waktu 2x24 jam serta bentuk tata cara

pelaporan ditetapkan oleh dirjen perlindungan tenaga kerja

c) Pengurus wajib melakukan tindakan-tindakan preventif agar PAK

tidak terulang ditempat kerja

d) Apabila terdapat keragu-raguan terhadap hasil pemeriksaan

dokter pengurus dapat meminta bantuan depnaker setempat untuk

(33)

commit to user

e) Pengurus wajib menyediakan secara Cuma-Cuma APD untuk

mencegah PAK

3) Permenaker No. 5/MEN/1996 lampiran II. 8.3 yang menyatakan

bahwa; ”Perusahaan harus mempunyai prosedur penyelidikan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja”.

4) Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995

a) Pasal 41 Ketentuan Melapor

(1) Pekerja tambang yang cidera akibat kecelakaan tambang yang

bagaimanapun ringannya harus dilaporkan ke ruang

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau tempat Perawatan

Kesehatan untuk diperiksa atau diobati sebelum meninggalkan

pekerjaan.

(2) Laporan kecelakaan dan pengobatannya dimaksud dalam ayat

(1), harus dicatat dalam buku yang disediakan khusus untuk itu

(3) Apabila terjadi kecelakaan berakibat cidera berat atau mati

Kepala Teknik Tambang harus segera mungkin

memberitahukan kepada Pelaksana Kepala Inspeksi Tambang.

b) Pasal 42

(1) Kecelakaan Tambang harus diselidiki oleh Kepala Teknik

Tambang atau orang yang ditunjuk dalam waktu tidak lebih

dari 2 X 24 jam dan hasil penyelidikan tersebut dicatat dalam

(34)

commit to user

(2) Kecelakaan Tambang harus dicatat dalam formulir dan dikirim

Kepada Kepala Inspeksi Tambang.

c) Pasal 46

(1) Untuk kepentingan penyelidikan, Kepala Teknik Tambang

tidak boleh mengubah keadaan tempat, dan atau kondisi

perbaikan peralatan akibat kecelakaan atau kejadian berbahaya,

kecuali untuk memberikan pertolongan.

(2) Dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan kelangsungan

pekerjaan, keadaaan ditempat kecelakaan atau kejadian

berbahaya hanya dapat diubah dengan persetujuan Kepala

Pelaksana Inspeksi Tambang.

12.Sistem Teknik Analisis Penyebab Kecelakaan

Sistem Teknik Analisis Penyebab Kecelakaan (STAPK) atau systematic

Causal Analisis Technique (SCAT) merupakan suatu alat yang dapat

digunakan untuk menyelidiki atau menginvestigasi kecelakaan atau

insiden dengan potensi kerugian kerusakan besar (Bird dan Germain,

1986). Teknik analisa ini dilakukan dengan mengecek secara cermat pada

setiap tahapan proses investigasi.Sementara itu yang dimaksud dengan

insiden potensi tinggi adalah suatu kecelakaan atau insiden yang

melibatkan kerugian besar (Major Loss) atau bencana besar (Catasthrope)

yang mungkin menyebabkan banyak kematian dan kerusakan lingkungan

secara luas. Namun demikian tidak mentup kemungkinan, bahwa teknik

(35)

commit to user

insiden secara umum yang terjadi di tempat kerja.Teknik analisis

penyebab ini terfokus pada penyebab dasar kecelakaan yang meliputi 2

(dua) faktor penyebab yaitu faktor personal pekerja dan faktor pekerjaan.

a. Faktor personal pekerja :

1) Ketidakmampuan

2) Kurang pengetahuan

3) Kurang ketrampilan

4) Stress

5) Kurang motivasi

b. Faktor pekerjaan

1) Kepemimpinan dan pengawasan

2) Teknik

3) Sistem pembelian

4) Sistem pemeliharaan

5) Perkakas dan perlatan kerja

6) Standar kerja

(Tarwaka, 2008)

13.Tindakan Perbaikan

Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kejadian

kecelakaan dari setiap penyebab kecelakaan yang terjadi.Salah satunya

dengan menurunkan tingkat kekerapan atau probability terjadinya

kecelakaan. Cara lainnya adalah dengan mengurangi potensi keparahan

(36)

commit to user

perbaikan yang dilakukan juga mempunyai tingkat pengaruh yang

berbeda-beda, tingkat kepercayaan yang berbeda-beda, biaya yang

berbeda-beda dan efek samping yang berbeda-beda pula. Secara garis

besar, tindakan perbaikan akibat peristiwa kecelakaan meliputi perbaikan

yang hanya bersifat sementara dan permanen.

a. Tindakan perbaiakan sementara

Sebagaian besar tindakan perbaiakan yang bersifat sementara hanyalah

suatu gejala dari tindakan yang tidak sesuai dengan standard dan

kondisi tidak aman.Tindakan perbaiakan yang dimaksud dapat berupa :

1) Memindahkan peralalatan kerja/mesin yang rusak

2) Menutup lobang di lantai jika ada lobang

3) Memindahkan pengaman yang tidak dapat berfungsi lagi

4) Membersihkan lantai yang kotor dan berdebu

Namun hal yang harus selalu diingat adalah bahwa tindakan tersebut

hanya bersifat sementara dan bukan merupakan solusi dari masalah

yang sebenarnya.

b. Tindakan perbaikan permanen

Tindakan perbaikan yang bersifat permanen sangat diperlukan untuk

mengatasi masalah yang sesungguhnya. Perbaikan harus diarahkan baik

terhadap faktor manusia maupun faktor pekerjaan sebagai penyebab

timbulnya kecelakaan.untuk melakukan tindakan perbaikan permanen

harus ada rekomendasi dari pengurus atau jajaran manejemen atas. Hal

(37)

commit to user

adanya sejumlah biaya , waktu, dan bahan yang yang harus mendapat

persetujuan dari pimpinan perusahaan atau pihak eksekutif. Hasil

evaluasi dari resiko yang ada akan dapat membantu investigator dalam

membuat rekomendasi teknis. Tingkat risiko pada situasi tertentu

merupakan suatu kombinasi antar tingkat potensi keparahan dan tingkat

kekerapan yang mungkin terjadi. Suatu potensi keparahan kecelakaan

atau insiden tidak dapat ditentukan hanya dengan apa yang terjadi. Hal

ini disebabkan karena suatu kejadian yang tidak diharapkan mungkin

hanya menyebabkan sedikit kerugian, tetapi mempunyai potensi yang

dapat menyebabkan kerugian besar apabila kecelakaan terulang

kembali. Untuk itu, setiap rekomendasi harus disertai dengan analisa

tingkat kekerapan risiko yang mungkin terjadi dan berapa banyak

tindakan yang direkomendasikan dapat mengurangi risikonya.

Kecelakaan atau insiden yang mempunyai tingkat keparahan tinggi dan

kemungkinan besar dapat terulang kembali harus mendapat perhatian

yang lebih besar. Penilaian risiko merupakan hal yang penting di dalam

membuat keputusan dan penetapan skala prioritas pencegahan dan

pengendalian kecelakaan kerja. (Tarwaka,2008)

14. OHSAS 18001

Seri persyaratan Penilaian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS)

ini menyatakan persyaratan sistem manajemen kesalamatan dan kesehatan

kerja (K3), agar organisasi mampu mengendalikan risiko-risiko K3 dan

(38)

commit to user

menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara

lengkap dalam merancang sistem manajemen.

Semua persyaratan dalam Standar OHSAS ini dimaksudkan agar dapat

digabungkan dengan sistem manajemen K3 apapun. Luasnya aplikasi akan

tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan K3 organisasi, sifat dari

aktivitas tersebut dan risiko-risiko serta kompleksitas dari

operasi-operasinya.

Standar OHSAS ini ditujukan untuk mengelola aspek kesehatan dan

keselamatan kerja, dan bukan ditujukan untuk mengelola area-area

kesehatan dan keselamatan lain seperti program-program

kesejahteraan/kesehatan karyawan, keselamatan produk, kerusakan

properti ataupun dampak lingkungan. (Suardi, 2005)

(39)

commit to user

4 Perundang-undangan Sistem Manajemen K3

4.1 Persyaratan Umum

4.2 Kebijakan K3

4.3 Perencanaan

4.3.1 Identifikasi bahaya penilaian risiko dan penetapan pengendalian 4.3.2 Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya

4.3.3 Tujuan dan program 4.4 Penerapan dan Operasi

4.4.1 Sumber daya, peran, tanggung Jawab, akuntabilitas, dan wewenang 4.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kepedulian

4.4.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi

4.4.4 Dokumentasi

4.4.5 Pengendalian dokumen 4.4.6 Pengendalian operasinal 4.4.7 Kesiapsiagaan tanggap darurat

4.5 Pemeriksaan

4.5.1 Pemantauan dan pengukuran kinerja 4.5.2 Evaluasi kesesuaian

4.5.3 Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan 4.5.3.1 Investigasi insiden

4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan 4.5.4 Pengendalian catatan

4.5.5 Audit Internal

4.6 Tinjauan Manajemen

(40)

commit to user

15.Klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan

dan pencegahan” OHSAS 18001:2007

a. Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007

Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007 berisi

tentang :

1) Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk mencatat, menginvestigasi dan menganalisa insiden untuk :

a) Menetapkan penyebab insiden

b) Identifikasi kebutuhan perbaikan

c) Identifikasi adanya peluang tindakan pencegahan

d) Identifikasi adanya peluang “continual improvement

e) Mengkomunikasikan hasil.

2) Penyelidikan harus dilakukan dalam waktu yang terukur

3) Hasil investigasi insiden harus didokumentasikan dan diperlihara

b. Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan”

OHSAS 18001:2007

Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan”

OHSAS 18001:2007 berisi tentang :

1) Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk menangani ketidaksesuaian- ketidaksesuaian yang aktual dan

potensial dan untuk melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

(41)

commit to user

a) Mengidentifikasi dan memperbaiki ketidaksesuaian serta

menentukan perbaikan untuk mengurangi resiko

b) Melakukan investigasi ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan

menentukan perbaikan untuk mencegah terulang kembali

c) Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian

dan menerapkan perbaikan

d) Mencatat dan mengkomunikasikan hasil tindakan perbaikan dan

pencegahan

e) Meninjau keefektifan tindakan perbaikan dan pencegahan yang

dilakukan.

2) Setiap tindakan perbaikan dan tidakan pencegahan yang diambil untuk

menghilangkan akar penyebab ketidaksesuaian yang aktual dan

potensial harus sesuai dengan besarnya masalah dan seimbang dengan

resiko-resiko yang dihadapi.

3) Organisasi harus memastikan bahwa setiap perubahan yang timbul dari

tindakan pebaikan dan pencegahan dibuatkan dalam system manajemen

(42)

commit to user

Pelaksanaan tidak sesuai Pelaksanaan sesuai

Potensi,faktor bahaya dan

-Pencemaran lingkungan -Lingkungan kerja aman

-Lingkungan kerja nyaman

Tingkat implementasi Klausul 4.5.3

“ Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan

(43)

commit to user

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dimana peneliti berusaha menggambarkan obyek penelitian

sejelas-jelasnya berdasarkan data-data yang diperoleh yang dijadikan sebagai dasar

dari penelitian ini.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati yang

berada di Desa Sambakungan Kecamatan Gunung Tabur Kabuapten Berau

Kalimantan Timur.

C. Obyek Penelitian

Penelitian ini mangambil obyek penelitian mengenai Prosedur investigasi

insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaiakan dan pencegahan di PT. Bukit

Makmur Mandiri Utama job site Lati, pelaksanaan dari prosedur tersebut

serta follow up dari tindakan perbaikan dan pencegahan dari investigasi

(44)

commit to user

D. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan data-data sebagai

berikut :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik

melalui wawancara secara langsung, observasi di lapangan ataupun diskusi

dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

yang sedang diteliti. Data ini diperoleh dari arsip-arsip perusahaan maupun

literature yang lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa cara untuk pengumpulan data

antara lain :

1. Observasi lapangan

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap prosedur dan pelaksanaan

investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan

(45)

commit to user

2. Wawancara

Wawancara disini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan

pembimbing, karyawan serta orang-orang yang berkompeten sesuai

dengan penelitian ini.

3. Studi Pustaka

Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari

dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, serta sumber lain

yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahapan Persiapan

Persiapan yang dilakukan penulis untuk kegiatan magang untuk

penelitian antara lain :

a. Mengikuti test magang yang diadakan oleh PT. Bukit Makmur Mandiri

Utama yang terdiri dari :

1) Test psikologi

2) Test wawancara oleh HRD

3) Test kerja sama dalam tim dengan sebuah simulasi suatu permainan

membuat bangunan

4) Test wawancara oleh User (Bp. Totok Winarto selaku manajer

HS&E)

b. Pengumuman penerimaan magang oleh PT. Bukit Makmur Utama

(46)

commit to user

c. Pengumpulan materi yang diperlukan selama kegiatan praktek kerja

lapangan atau magang.

d. Melaksanakan alur proses magang yang diawali dengan datang ke Head

Office PT. Bukit Makmur Mandiri Utama di Jakarta pada tanggal 1

Februari 2011.

e. Penentuan lokasi magang di job site Lati Berau yang diputuskan pada

tanggal 2 Februari 2011.

2. Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 9 Februari 2011 sampai

dengan 5 Mei 2011 di PT Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati yang

berada di Desa Sambakungan Kecamatan Gunung Tabur Kabupaten Berau

Kalimantan Timur.

Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Orientasi ke semua Departemen yang ada di perusahaan untuk

mengetaui gambaran secara umum terhadap peusahaan.

b. On The Job Training di SHEs Perusahaan.

c. Pengamatan secara langsung mengenai kondisi perusahaan, serta

pengamatan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini

d. Diskusi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkompeten yang

berkaiatan denagn penelitian ini.

e. Pencarian data pelengkap melalui arsip-arsip perusahaan serta buku

(47)

commit to user

3. Tahapan Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa,

dibahas dan disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan

laporan.

G. Analisis Data

Data yang telah didapat kemudian dianalisa dan dievaluasi mengenai

prosedur dan pelaksanaan investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan

perbaikan dan pencegahan apakah sudah efektif dan apakah sudah sesuai

(48)

commit to user

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Hasil Penelitian

Dalam upaya pengendalian insiden dan ketidaksesuaian di lingkungan

pekerjaan PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati senantiasa

mengedepankan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan hidup. Hal

tersebut dibuktikan dengan komitmen untuk selalu menaati peraturan

perundangan serta peraturan Internasional tentang investigasi insiden,

ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan.

1. Pemenuhan klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian,

tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007

Pemenuhan klausul 4.5.3 “ Investigasi insiden, ketidaksesuaian,

tindakan perbaikan dan pencegahan” OHSAS 18001:2007 meliputi :

a. Klausul 4.5.3.1 “ Investigasi insiden” OHSAS 18001:2007

1) Prosedur pelaporan dan investigasi insiden

Prosedur pelaporan dan investigasi insiden di PT. Bukit Makmur

Mandiri Utama job site Lati telah dibuat oleh SHE Dept. Head PT.

Bukit Makmur Mandiri Utama.Prosedur tersebut ada dalam BMS

SHE No. Dokumen : SHE/09/004/SOP.

Ruang lingkup dari prosedur ini adalah meliputi seluruh

karyawan, Pengawas/Atasan Langsung, Supervisor, Sect./Dept.

(49)

commit to user

Dept. Fungsional HO). Prosedur ini menjelaskan tentang adanya

pelaporan insiden, proses investigasi semua jenis insiden, identifikasi

penyebab langsung insiden, penetapan akar masalah, pelaksanaan

perbaikan sampai dengan pembuatan analisa. Tujuan dari prosedur

ini sebagai berikut :

a) Memastikan pengendalian proses pelaksanaan pelaporan dan

penyelidikan insiden sesuai dengan ketentuan perusahaan yang

berlaku.

b) Memastikan pelaksanaan pelaporan dan penyelidikan insiden

dilakukan untuk mengidentifikasi akar masalah penyebab

ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya insiden yang sama.

c) Memastikan terlaksananya tertib administrasi serta dokumentasi

dalam pelaporan dan investigasi insiden sesuai dengan sistem

manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Lingkungan Hidup(QSHE)

2) Waktu penyelidikan berdasarkan prosedur

Dalam upaya efisiensi, penyelidikan dilakukan dalam waktu yang

terukur yaitu memastikan pengumpulan data dan interview

dilaksanakan maksimal 8 jam setelah insiden. Selanjutnya,

pelaksanaan investigasi harus dilakukan maksimal 24 jam setelah

(50)

commit to user

3) Pendokumentasian hasil investigasi

Semua hasil investigasi mulai dari berita acara insiden, laporan

awal insiden, laporan insiden didokumentasikan dan dipelihara oleh

SHEs PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati.

b. Pemenuhan Klausul 4.5.3.2 “Ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan

pencegahan” OHSAS 18001:2007

1) Prosedur ketidaksesuaian,tindakan perbaikan dan pencegahan

Dalam upaya mengendalikan ketidaksesuaian serta melakukan

tindakan perbaikan dan pencegahan PT. Bukit Makmur Mandiri

Utama job site lati telah memiliki prosedur yang dibuat oleh MDV

Dept. Head .Prosedur tersebut ada pada BMS MDV No. Dokumen :

MDV/09/002/SOP. SOP dimulai dari prosedur ini meliputi dari

identifikasi ketidaksesuaian dan atau potensi ketidaksesuaian,

mereview penyebabnya, jangka waktu penyelesaiannya sampai

dengan identifikasi tindakan untuk menghilangkannya. Tujuan dari

SOP ini adalah untuk :

a) Memastikan pencegahan terhadap terulangnya ketidaksesuaian

yang sama

b) Memastikan penyebab potensial ketidaksesuaian dapat

dihilangkan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian

c) Memastikan terlaksananya tertib administrasi serta dokumentasi

(51)

commit to user

dengan sistem manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja

dan Lingkungan Hidup (QSHE)

2) Tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan penilaian resiko

Setiap adanya tindakan perbaikan dan pencegahan yang

dilakukan di PT. Bukit Makmur mandiri Utama job site Lati

didasarkan pada penilaian resiko. Penggunaan formulir untuk

mengevaluasi tindak lanjut temuan ketidaksesuaian berdasarkan

kriteria resiko bisnis berikut :

Tabel 2. Kriteria risiko bisnis

KATEGORI KRITERIA

PICA Berat

(No.MDV/F-005)

- Berpotensi dan atau memiliki nilai resiko AA/A

- Temuan/ketidaksesuaian sama yang berulang dari hasil

analisis

- Temuan audit yang termasuk mayor dan minor

- Berpotensi menghambat(sekitar 15 %) dan atau tidak

tercapainya KPI/Sasaran/Target unit kerja

PICA Ringan

(No.MDV/F-005)

- Berpotensi dan atau memiliki nilai risiko B atau C

- Temuan yang sifatnya observasi (pencegahan agar tidak

terjadi ketidaksesuaiaan)

- Temuan yang tidak termasuk dalam criteria PICA Berat

Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati

3) Setiap perubahan yang timbul dari tindakan pebaikan dan

pencegahan dibuatkan dalam sistem manajemen K3

Dalam memastikan terlaksananya tertib administrasi serta

dokumentasi dalam pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan

sesuai dengan sistem manajemen Mutu, Keselamatan, Kesehatan

Kerja dan Lingkungan Hidup (QSHE) PT. Bukit Makmur Mandiri

(52)

commit to user

revisi dari setiap tindakan perbaikan dan pencegahan yang dibuat ke

dalam sistem manajemen K3.

2. Investigasi Insiden dan Ketidaksesuaian

Untuk mengendalikan terjadinya insiden PT. Bukit Makmur Mandiri

Utama job site Lati senantiasa berusaha untuk mencegah insiden yang

disebabkan oleh hal yang sama, sehingga untuk mengetahui akar masalah

dari suatu insiden PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati

melakukan investigasi terhadap insiden dan ketidaksesuaian.

a. Insiden yang dicatat dan dilaporkan

Semua insiden harus dicatat dan dilaporkan. Kriteria dari insiden

yang harus dicatat dan dilaporkan adalah sebagai berikut :

1) Semua insiden/kecelakaan tambang menurut pasal 39 Keputusan

Menteri Pertambangan dan Energi nomor : 555.K/26/M.PE/1995 :

a) Benar-benar terjadi;

b) Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi

izin oleh Kepala Teknik Tambang.

c) Akibat kegiatan usaha pertambangan.

d) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang dapat mendapat

cidera atau setiap saat orang yang diberi izin dan

e) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau

wilayah proyek.

2) Semua kecelakaan kerja

(53)

commit to user

4) Semua insiden kebakaran dan kerusakan dini

5) Semua kerugian

b. Investigasi insiden

Untuk menangani insiden PT. Bukit Makmur mandiri Utama job

site Lati melakukan investigasi dari adanya suatu insiden. Tahapan

pelaksanaan investigasi insiden tersebut adalah sebagai berikut :

1) Terjadi suatu insiden di area kerja

Semua insiden ataupun near miss wajib dilaporkan dan selanjutnya

dilakukan investigasi insiden.

2) Pelaporan terjadinya suatu insiden

Untuk insiden yang terjadi di area tambang insiden dilaporkan ke

MCC baik oleh korban ataupun saksi yang melihatnya serta

dilporkan ke kepada atasan / Sect./ Dept. Head, SHEs / Dept. SHE,

Medis, PM dan Section / Departemen terkait (termasuk Dept.

Fungsional HO paling lambat 1 jam setelah kejadian). Sedangkan

insiden yang terjadi tidak di tambang dilaporkan kepada atasan /

Sect./ Dept. Head, SHEs / Dept. SHE, Medis, PM dan Section /

Departemen terkait (termasuk Dept. Fungsional HO paling lambat 1

jam setelah kejadian).

3) Penanganan keadaan darurat dari suatu insiden

Untuk insiden yang menyebabkan keadaan darurat seperti terjadinya

luka serius pada korban penanganan harus dilakukan oleh team ERT

(54)

commit to user

mendapatkan pelatiahan mengenai pertolongan pertama gawat

darurat. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses penanganan korban

tidak terjadi hal-hal yang dapat memperparah keadaan korban. Untuk

insiden berat/fatal arus dilporkan ke KTT

4) Pengambilan dan pengumpulan data

Setiap terjadinya suatu insiden harus sesegera mungkin dilakukan

pengambilan dan pengumpulan data di lokasi kejadian insiden.

Lokasi kejadian tidak boleh dirubah kecuali untuk kepentingan

penanganan korban. Pengambilan dan pengumpulan data insiden

harus memuat :

a) Foto kondisi awal sesaat setelah kejadian sebelum diubah (kecuali

untuk kepentingan penyelamatan korban) dan area sekitar

kejadian(foto dari empat sisi)

b) Foto / gambar kondisi terakhir unit setelah kejadian seperti posisi

transmisi dan kondisi mesin.

c) Sketsa kejadian sesuai dengan keterangan saksi.

d) Data-data pengukuran dari jarak antar barang bukti di tempat

kejadian,pemeriksaan urine, P5M, P2H, handphone korban.

e) Catatan dari keterangan saksi-saksi/ interview saksi-saksi.

f) Rekonsrtruksi

g) Berita acara insiden yang diisi oleh korban/pelaku dan saksi-saksi

(55)

commit to user

5) Laporan Awal Kejadian

Setelah data-data lapangan terkumpul harus segera membuat dan

mendistribusikan Laporan Awal Kejadian (LAK) (maksimal 12 jam

setelah kejadian) kepada Dept. fungsional HO, SHEs/ SHE,

Insurance Officer HO (khusus untuk Property Damage) dan KTT

(khusus untuk insiden fatal di tambang)

6) Membentuk tim investigasi

Untuk melakukan suatu investigasi insiden harus dibentuk tim

investigasi insiden. Tipe insiden dan susunan tim penanganan,

pengumpulan data dan pelaksanaan investigasi adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.Jenis insiden dan ketua tim investigasi

Tim investigasi melakukan pengumpulan data pendukung lainnya

yang diperlukan (dokumen terkait, keterangan saksi).

7) Melakukan Investigasi insiden

Setelah terbentuk tim investigasi selanjutnya adalah melakukan

investigasi insiden. Investigasi dilakukan di tempat yang tenang.

Investigasi insiden bertujuan untuk :

(56)

commit to user

a) Melakukan identifikasi penyebab langsung

Dalam pelaksanaan invstigasi insiden senantiasa mengidentifikasi

adanya penyebab langsung dari suatu insiden. Penyebab langsung

terjadinya suatu insiden adalah sebagai berikut :

(1)Tindakan tidak aman

Tindakan tidak aman merupakan suatu tindakan yang

berbahaya yang tidak sesuai dengan prosedur keselamatan

yang dapat menyebabkan terjadinya insiden.

(2)Kondisi tidak aman

Kondisi tidak aman merupakan semua kondisi yang

membahayakan keselamatan yang tidak sesuai dengan

prosedur yang dapat menyeabkan terjadinya suatu insiden.

Penetapan penyebab langsung dari suatu insiden didasarkan

pada hasil investigasi kepada korban/pelaku dan saksi-saksi.

b) Menetukan penyebab dasar/ penyebab tidak langsung

Suatu insiden selalu mempunyai penyebab tidak langsung yaitu

terdiri dari :

1) Faktor pribadi

Faktor pribadi disini merupakan suatu penyebab yang tidak

(57)

commit to user

2) Faktor pekerjaan

Pekerjaan sering sekali menjadi faktor terjadinya suatu insiden.

Hal tersebut dapat terjadi jika antara tuntutan pekerjaan untuk

lebih produktif tidak sejalan dengan K3LH.

8) Menetukan akar penyebab terjadinya insiden

Seetelah dapat diketahui penyebab langsung dan penyebab tidak

langsung dari suatu insiden maka dapat ditentukan akar penyebab

terjadinya suatu insiden.

9) Menentukan rencana tindakan perbaikan

Rencana tindakan perbaikan atas akar masalah yang terjadi harus

dilengkapi dengan due date (batas waktu) dan penanggung jawab

pelaksanaan.

10) Membuat laporan insiden

Laporan insiden yang dibuat harus lengkap dengan hasil investigasi

yang telah dilakukan. Laporan insiden di PT. Bukit makmur Mandiri

Utama job site Lati dibuat dalam dua versi yaitu :

a) Dalam formB’Safe untuk dikirim sebagai laporan ke Head office

PT. Bukit Makmur Mandiri Utama.

b) Dalam form B’Gems untuk dikirim sebagai laporan ke owner

yaitu PT. Berau Coal.

11) Melaksanakan tindakan perbaikan

Semua rencana tindakan perbaikan yang sudah direncanakan harus

(58)

commit to user

12) Verifikasi pelaksanaan tindakan perbaikan

Setiap tindakan perbaikan yang dilakukan selanjutnya diverifikasi

untuk mengetahui seberapa jauh tindakan perbaikan yang dilakukan.

Dari setiap insiden atuapun near miss yang terjadi di PT. Bukit

Makmur Mandiri Utama job site Lati sebagian besar dilaporkan lansung

dan dilanjutkan dengan investigasi insiden. Namun ada juga beberapa

insiden ataupun near miss yang tidak dilaporkan, hal tersebut biasanya

terjadi pada unit yang dioperasikan oleh operator shift malam dan baru

diketahui oleh operator shift pagi pada saat melakukan P2H (Pemeriksaan

Perawatan Harian). Untuk pelaporan insiden ke owner dalam hal ini adalah

PT. Berau Coal ataupun kepada Kepala teknik tambang selalu dilakukan

tidak lebih dari 1x24 jam.

3. Analisa Insiden

a. Berdasarkan waktu kejadian

(59)

commit to user

Berdasrkan analisa insiden berdasarkan waktu kejadian sesuai dengan

dapat diketahui bahwa insiden sering terjadi pada jam-jam sebagai

berikut :

1) 14:01 - 15:00 sebanyak 11 %

2) 23:01 - 24:00 sebanyak 11 %

Pada jam 14:01 - 15:00 dan jam 23:01 - 24:00 merupakan jam-jam

rawan yang seringkali terjadi insiden. Pada jam-jam tersebut juga

merupakan saat pergantian shift. Beberapa hal yang menjadi penyebab

terjadinya insiden pada jam-jam tersebut antara lain :

1) Sudah kurangnya konsentrasi pekerja

2) Kelelahan pekerja

3) Pekerja mengantuk

4) Keinginan untuk cepat pulang, sehingga pekerja terburu-buru dan

akhirnya tidak fokus dalam bekerja

b. Berdasarkan umur

Gambar 5. Grafik analisa insiden berdasarkan umur pekerja Sumber : PT. Bukit Makmur Mandiri Utama job site Lati

(60)

commit to user

Berdasrkan analisa insiden berdasrkan umur dapat diketahui bahwa

umur 21-25 tahun merupakan usia penyumbang insiden sejumlah 35

%. Pada usia tersebut merupakan usia dimana emosi masih belum bisa

dikendalikan dengan baik. Selain emosi yang belum bisa dikendalikan

juga masih kurangnya pengalaman dalam bekerja serta kurangnya

pemahaman akan prosedur kerja.

c. Berasarkan tempat insiden

Gambar

Tabel 1. Daftar klausul/elemen OHSAS 18001:2007 ..................................  28
Gambar 2. Bagan elemen OHSAS 18001:2007 ..........................................  27
Gambar pengambilan data insiden
Gambar 2. Bagan elemen OHSAS 18001:2007
+3

Referensi

Dokumen terkait

Limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening yang terjadi akibat terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar getah

memberikan pengaruh (efek) yang sedang terhadap hasil belajar Peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana dan rehabilitasi terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika...48. Faktor yang mempengaruhi hakim dalam menjatuhkan

Sementara, Lactobacillus plantarum merupakan bakteri probiotik yang banyak digunakan dalam fermentasi sayur dan buah.Penambahan bakteri Lactobacillus plantarum pada ekstrak

• Apakah perlu usaha kecil menjadi sasaran khusus Bank Umum dengan kebijakan yang proaktif • Atau tidak perlu kebijakan khusus,karena usaha kecil akan terjangkau secara alamiah

Pemasyarakatan sebagai warga yang baik, juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan,

Berdasarkan pada nilai post test yang diperoleh, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas ekperimen yang menggunakan model

Bagi peserta didik di sekolah dasar, pembelajaran IPS dianggap mempunyai tingkat kesulitan tersendiri karena sifat materinya yang abstrak sehingga mengharuskan