• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESERASIAN BELANJA, EFISIENSI, DAN PERTUMBUHAN BELANJA PADA BARENLITBANGDA KOTA SAWAHLUNTO PERIODE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KESERASIAN BELANJA, EFISIENSI, DAN PERTUMBUHAN BELANJA PADA BARENLITBANGDA KOTA SAWAHLUNTO PERIODE SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESERASIAN BELANJA , EFISIENSI, DAN PERTUMBUHAN BELANJA PADA BARENLITBANGDA KOTA SAWAHLUNTO

PERIODE 2014 – 2018

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam ( IAIN ) Batusangkar

Oleh:

YUDI ELVA 15301210125

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2020/1441 H

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

Yudi Elva, NIM. 15301210125, dengan judul skripsi: “Analisis Keserasian Belanja, Efisiensi, dan Pertumbuhan Belanja Pada BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018, ”. Jurusan Ekonomi Syariah/Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kenaikan anggaran belanja tidak tetap setiap tahunnya begitu juga dengan realisasi belanja yang tidak tercapai sesuai dengan anggaran yang ditetapkan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa data laporan realisasi anggaran belanja daerah Badan Perencanaan Penelitian Pengembangan Daerah (BARENLITBANGDA) Kota Sawahlunto tahun 2014-2018.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja modal pada tahun 2015 berada pada kriteria tidak serasi dan belum berada pada porsi umumnya. Belanja langsung pada tahun 2014,2016,2017, dan 2018 memiliki kriteria cukup serasi. Sementara tahun 2015 memiliki kriteria kurang serasi dan belanja tidak langsung pada tahun 2014,2016,2017,dan 2018 memiliki kriteria cukup serasi sementara pada tahun 2015 memiliki kriteria serasi. Berdasarkan tingkat belanja modal menurut Mahmudi pada tahun 2014 dan 2015 belum berada pada tingkat semestinya.

Namun pada tahun 2016-2018 sudah berada pada tingkat semestinya. Rasio efisiensi pada tahun 2016,2017,dan 2018 memiliki kriteria cukup efisien.

Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 memiliki kriteria kurang efisien. Rasio pertumbuhan belanja pada tahun 2015 memiliki kriteria tidak baik dan berukuran negatif. Sedangkan pada tahun 2016-2018 memiliki kriteria baik dengan ukuran positif.

Kata kunci: Analisis Keserasian Belanja, Efisiensi, dan Pertumbuhan Belanja

(6)

v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 7

G.Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Landasan Teori ... 9

1. Laporan Realisasi Anggaran ... 9

a. Tujuan standar dan pelaporan laporan realisasi anggaran... 10

b. Manfaat informasi realisasi anggaran ... 10

c. Unsur-unsur laporan realisasi anggaran ... 11

d. Struktur dan isi laporan realisasi anggaran ... 15

e. Persamaan akuntansi Laporan Realisasi Anggaran... 18

2. Belanja daerah ... 19

f. Definisi belanja daerah ... 19

g. Akuntansi belanja ... 20

h. Belanja daerah dalam APBD ... 21

i. Tujuan belanja daerah ... 24

j. Klasifikasi belanja daerah ... 25

(7)

vi

3. Analisis Belanja ... 26

a. Rasio belanja modal terhadap total belanja ... 26

b. Rasio belanja langsung dan tidak langsung terhadap total belanja. ... 28

4. Rasio efisiensi ... 30

5. Rasio pertumbuhan belanja ... 32

B. Penelitian Relevan ... 34

C.Kerangka Berfikir ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A.Jenis Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 39

C.Sumber Data ... 40

D.Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 44

1. Gambaran Umum BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto ... 44

2. Struktur Organisasi BARENLITBANGDA, yang terdiri dari: ... 44

3. Visi, Misi dan Motto BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto ... 51

4. Arah Kebijakan, Tujuan, Strategi dan Prioritas ... 52

5. Bagan Struktur Organisasi BARENLITBANGDA ... 54

6. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Barenlitbangda 55 B. Pembahasan ... 57

1. Analisis Belanja ... 57

a. Analisis Belanja Modal Terhadap Total Belanja ... 57

b. Analisis Belanja Langsung dan tidak langsung terhadap total belanja ... 62

2. Rasio Efisiensi ... 70

3. Analisis Pertumbuhan Belanja ... 74

BAB V PENUTUP ... 77

A.KESIMPULAN ... 77

(8)

vii

B. SARAN ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN

(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Laporan Realisasi Anggaran Belanja BARENLITBANGDA Kota

Sawahlunto Periode 2014-2018 ... 4

Tabel 2. 1 Pedoman Penilaian Keserasian Belanja Modal ... 28

Tabel 2. 2 Pedoman Penilaian Keserasian Belanja Langsung dan Tidak Langsung ... 30

Tabel 2. 3 Kriteria Tingkat Efisiensi ... 32

Tabel 2. 4 Skala Pengukuran Pertumbuhan Belanja ... 33

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian... 39

Tabel 3. 2 Pedoman Penilaian Keserasian Belanja Modal ... 41

Tabel 3. 3 Pedoman Penilaian Keserasian Belanja Langsung dan Tidak Langsung ... 42

Tabel 3. 4 Kriteria Tingkat Efisiensi ... 42

Tabel 3. 5 Skala Pengukuran Pertumbuhan Belanja ... 43

Tabel 4. 1 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan ... 52

Tabel 4. 2 Laporan Realisai Anggaran Belanja BARENLITBANGDA Periode 2014-2018 ... 57

Tabel 4. 3 Laporan Realisasi Belanja Modal BARENLITBANGDA Periode 2014-2018 ... 57

Tabel 4. 4 Rincian Belanja Modal BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018 ... 58

Tabel 4. 5 Hasil Analisis Belanja Modal Terhadap Total Belanja BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto ... 60

Tabel 4. 6 Laporan Realisasi Belanja Langsung dan Tidak Langsung BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018 ... 62

Tabel 4. 7 Hasil Analisis Belanja Langsung Terhadap Total Belanja BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto periode 2014-2018 ... 64

Tabel 4. 8 Hasil Analisis Belanja Tidak Langsung Terhadap Total Belanja BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018 ... 67

Tabel 4. 9 Keseimbangan Realisasi belanja langsung dan tidak langsung BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018 ... 69

(10)

xi

Tabel 4. 10 Laporan Realisasi Anggaran Belanja BARENLITBNAGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018 ... 70 Tabel 4. 11 Hasil Efisiensi Belanja BAREANLITBANGDA Periode 2014-2018

... 72 Tabel 4. 12 Realisasi Belanja BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode

2014-2018 ... 74 Tabel 4. 13 Hasil Analisis Pertumbuhan Belanja BARENLITBANGDA Kota

Sawahlunto Periode 2014-2018 ... 75

(11)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir ... 38 Gambar 4. 1 Bagan Struktur Organisasi BAREANLITBANGDA ... 54

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini seluruh instansi-instansi untuk memajukan perusahaan/organisasi dan untuk mencapai visi dan misi dari instansi perlu menyususun sebuah rencana yang matang agar tujuan yang diinginkan tercapai, untuk mencapai tujuan tersebut suatu instansi perlu menganggarkan semua yang di perlukan, oleh sebab itu suatu isntansi perlu membuat sebuah laporan yang berfungsi sebagai pedoman dan acuan serta memberikan arah sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan dari instansi di waktu yang akan datang.

Oleh sebab itu sebuah instansi harus membuat sebuah anggaran agar visi dan misi yang ingin dicapai terwujud dengan baik dan anggaran yang disusun harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam kaitannya dengan Islam tentang persoalan anggaran dapat dijelaskan dalam surat Al-Hasyr ayat 18:























 













“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(18)”

Imam Ahmad meriwayatkan dari al- munzir bin jarir dari ayahnya ia berkata : “ kami pernah bersama rasulullah di permulaan siang. Lalu datang suatu kaum datang kepada Rasulullah dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakian, membungkus diri dengan kulit macan, atau sejenis mantel dengan menyandang pedang yang berasal dari suku Mudhar. Maka raut waja Rasulullahpun berubah ketika melihat keadaan mereka yang demikian miskin itu.

(13)

Kemudian beliau masuk, lalu keluar lagi lalu memerintahkan bilal untuk mengumandangkan azan. Maka bilal mengumandangkan azan lalu ikomah. Lalu beliau mengerjakan shalat, setelah itu beliau berkutabh, beliau berkata:” wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan klian dari jiwa yang satu”, sampai ahir ayat. Lalu beliau membaca ayat yang terdapat dalam surat al hasyar. “ dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”.(Tafsir Ibnu Katsir).

Hubungannya disini tentang anggaran yaitu terdapat pada potongan ayat yang artinya “dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”. Hubungannya dengan anggaran yaitu anggaran digunakan untuk meramalkan keadaan masa yang akan datang.

Belanja adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum negara/

bendahara umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah (SAP,2010). Berdasarkan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan pelaksanaan tugas organisasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan serta harus mempunyai dasar hukum yang melandasinya (Permendagri No.33,2019). Semua hal yang bersangkutan dengan pengeluaran dalam hal belanja dituangkan dalam sebuah anggaran yang dinamakan anggaran pendapatan dan belanja pemerintah.

Anggaran pendapatan dan belanja pemerintah terdiri dari dua macam yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sedangkan APBD adalah rencana keuangan

(14)

tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) (SAP,2010).

Salah satu laporan anggaran yang terdapat dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah Laporan Realisasi Anggaran.

Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Laporan realisasi anggaran berisi berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar (Faud,2016).

Belanja dalam laporan realisasi anggaran merupakan komponen penting yang mengundang perhatian publik. Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah (Amin,2019).

Penggunaan anggaran belanja diharapkan dapat menjadi penunjang tercapainya visi dan misi suatu instansi. Semakin kecil dana yang dianggarkan untuk membiayai program agar tercapainya visi dan misi maka akan semakin baik juga tingkat efisiennya suatu anggaran yang disusun dan semua anggran akan bisa terealisasi dengan baik.

Penggunaan anggaran belanja terdiri dari belanja modal, belanja langsung dan tidak langsung. Belanja modal adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap lainnya (Amin,2019).

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan dan belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan secara langsung ( Pamungkas,2013).

(15)

Analisis tingkat efisiensi keuangan daerah dapat dihitung dengan menggunakan rasio efisiensi, yaitu rasio yang menggambarkan perbandingan antara output dan input atau realisasi pengeluaran dengan realisasi penerimaan daerah. Supaya visi dan misi tersebut tercapai juga perlu dilakukannya pengukuran terhadap pertumbuhan belanja yang terjadi setiap tahunnya (Sudaryo,2017).

Rasio pertumbuhan belanja merupakan rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah tercapai dari periode ke periode berikutnya. (Faud,2016)

Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BARENLITBANGDA ) adalah suatu satuan kerja perangkat daerah yang ada di pemerintah Kota Sawahlunto. Instansi ini merupakan perangkat daerah yang bertugas untuk melakukan perencanaan terhadap pembangunan yang dibutuhkan oleh Kota Sawahlunto kedepannya yang disesuaikan dengan visi dan misi Kota Sawahlunto.

BARENLITBANGDA merupakan salah satu organisasi pemerintah daerah yang juga menyusun anggaran belanja, tujuan di susunnya anggaran tersebut adalah supaya visi dan misi dapat dicapai untuk memajukan Kota Sawahlunto.

Berikut ini adalah laporan realisasi anggaran belanja BARENLITBANGDA tahun 2014 – 2018 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. 1

Laporan Realisasi Anggaran Belanja BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018

Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

2014 5.121.045.531 4.300.921.317

2015 4.578.534.980 4.219.850.533

2016 6.283.526.097 5.723.774.171

2017 7.363.060.662 6.313.394.053

2018 8.166.978.394 6.850.080.190

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Belanja BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Tahun 2014 – 2018.

(16)

Pada tahun 2014 dalam melaksanakan anggaran belanjanya BARENLTBANGDA menghabiskan anggaran sebesar Rp. 4.300.921.317 dan memiliki sisa dana yang tidak terealisasi sebesar Rp. 820.124.214 dari target anggaran yang ditetapkan. Pada tahun 2015 dalam menjalankan kegiatannya BARENLITBANGDA menganggarkan anggaran belanjanya lebih kecil dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.4.219.850.533 dan memiliki sisa anggaran yang tidak terealisasi sebesar Rp.358.684.447.

Pada tahun 2016 BARENLITBANGDA meningkatkan nilai anggarannya dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.5.723.774.171 dan memiliki sisa anggaran yang tidak terealisasi sebesar Rp.514.751.926.

Pada tahun 2017 BARENLITBANGDA dalam melaksanakan programnya menghabiskan anggaran sebesar Rp.6.313.394.053 dan memiliki sisa anggaran yang tidak terealisasi sebesar Rp.1.050.666.609.

Pada tahun 2018 BARENLITBANGDA dalam menjalankan kegiatannya menghabiskan anggaran sebesar Rp.6850.080.190 dan memiliki sisa anggaran yang tidak terealisai sebesar Rp.1.316.898.204. Pada tahun 2018 anggaran yang disusun lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya dan sias anggaran yang tidak terealisasi juga lebih tinggi dari tahun 2017.

Dapat dilihat dari tabel anggaran belanja yang disusun mulai dari tahun 2014 sampai 2018 anggaran yang disusun cendrung meningkat, namun pada tahun 2014 ke tahun 2015 anggaran belanja yang disusun mengalami penurunan.

Oleh karena itu penulis ingin mendalami lebih jauah tentang analisis belanja BARENLITBANGDA untuk mengevaluasi apakah BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto telah menggunakan anggaran belanjanya secara efisien, apakah belajanja yang dilakukan BARENLITBANGDA tersebut baik dan serasi dan juga melihat sejauh mana tingkat pertumbuhan belanja BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto selama kurun waktu 2014 – 2018.

(17)

Dari uraian latar belakang di atas penulis ingin membahas lebih jauh dengan melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Keserasian Belanja, Efisiensi, dan Pertumbuhan Belanja pada BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Periode 2014-2018”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Anggaran yang disusun mengalami penurunan pada tahun 2014-2015.

2. Target anggaran yang disusun mengalami kenaikan setiap tahunnya mulai dari tahun 2015 sampai 2018 walaupun anggaran tersebut belum tentu terealisasi seperti yang diharapkan .

3. Sisa anggaran yang tidak terealisasai semakin besar dari tahun 2015- 2018.

4. Anggaran yang disusun pada taun 2018 lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya dan sisa anggaran yang tidak terealisasi juga lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi batasan masalah yang dibahas dalam pembahasan ini adalah:

1. Bagaimana porsi dan tingkat keserasian belanja laporan realisasi anggaran BARENLITBANGDA Kota Sawhlunto

2. Bagaimana perbandingan realisasi anggaran terhadap target anggaran.

3. Bagaimana kenaikan atau pertumbuhan belanja BARENLITBANGDA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah “ Bagaimana Analisis Belanja, Rasio Efisiensi, dan Pertumbuhan Belanja pada BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto selama periode 2014 – 2018“.

(18)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui rasio belanja terhadap total belanja pada BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto selama periode 2014-2018.

2. Untuk mengetahui Efisiensi Belanja pada BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto Selama peroide 2014-2018.

3. Untuk mengetahui Pertumbuhan Belanja pada BARENLITBANGDA Kota Sawahlunto selama periode 2014-2018.

F. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. ManfaatPenelitian

a. Bagi Penulis.

Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah pemahaman penulis mengenai Realisasi Anggaran Belanja.

Disamping itu, juga sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

b. Manfaat Penelitian Bagi Akademik.

Manfaat penelitian ini bagi akademik adalah sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

c. Manfaat Penelitian Bagi Instansi.

Manfaat penelitian bagi perusahaan atau instansi yaitu dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan anggaran untuk periode selanjutnya.

2. Luaran Penelitian

Dapat menjadi referensi di perpustakaan IAIN Batusangkar dan dijadikan jurnal ilmiah bidang akuntansi nantinya.

(19)

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah:

Analisis belanja dilakukan dengan menggunakan:

1. Rasio belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar belanja yang dialokasikan dalam laporan realisasi anggaran yang terdiri dari:

a. Rasio belanja modal terhadap total belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar porsi belanja yang dialokasikan untuk belanja modal.

b. Rasio belanja langsung terhadap total belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar porsi belanja yang digunakan untuk belanja langsung.

c. Rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja digunakan untuk mengukur seberapa besar dana yang dialokasikan untuk belanja tidak langsung.

2. Rasio efisiensi rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisienkah suatu instansi dalam mengalokasikan belanjanya.

3. Rasio pertumbuhan belanja merupakan rasio yang digunkan untuk mengukur seberapa besar tingkat pertumbuhan belanja yang terjadi selama satu tahun ke tahun berikutnya.

(20)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Faud,2016).

Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan realisasi anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas laporan keuagan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran, seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu dan dijelaskan. Laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos neto, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (silpa/sikpa) pendapatan, transfer, belanja, surplus dan defisit, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, pembiayaan (Faud,2016)

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan dalam laporan realisasi anggaran, dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada catatan atas laporan keuangan. Transfer masuk dalam laporan realisasi anggaran merupakan penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum ke kas negara/daerah

(21)

yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah. Laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan realisasi anggran tahunann disajikan dengan satu periode yang lebih panjang atau pendek dalam satu periode (Faud,2016).

a. Tujuan standar dan pelaporan laporan realisasi anggaran

Adapun tujuan dari standar dan pelaporan laporan realisasi anggaran menurut standar akuntansi pemerintahan nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan adalah sebagai berikut:

1) Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah menetapkan dasar- dasar penyajian laporan realisasi anggran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebgaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

2) Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan (SAP,2010).

b. Manfaat informasi realisasi anggaran

Manfaat informasi laporan realisasi anggaran mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya, informasi tersebut berguna bagi para pengguana laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomis, akuntabilitas, dan ketaatan etnis pelaporan terhadap anggaran dengan:

(22)

a) Menyediakan informasi mengenai sumber alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomis.

b) Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran.

2) Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomis yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif.

Laporan realisai anggaran dapat menyedikan imformasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomis (Faud,2016).

c. Unsur-unsur laporan realisasi anggaran

Unsur-unsur yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.

Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pendapatan dalam laporan realisasi anggaran adalah penerimaan oleh bendahara umum negara/bendahara umum daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Pendapatan daerah terdiri dari tiga komponen yaitu ( Mahmudi,2019):

a. Pendapatan asli daerah

Pendapatan asli daerah terdiri dari:

a) pendapatan pajak daerah b) pendapatan retribusi daerah

c) pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d) lain-lain PAD yang sah

(23)

b. Pendapatan transfer

Pendapatan transfer terdiri dari:

a) Transfer pemerintah pusat berupa dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

b) Transfer pemerintah pusat lainnya yang terdiri dari dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian

c) Transfer pemerintah provinsi ( khusus untuk pemerintah kabupaten dan kota) terdiri dari pendapatan bagi hasil pajak dan pendapatan bagi hasil lainnya.

c. Lain-lain pendapatan yang sah

Lain-lain pendapatan yang sah terdiri dari:

a) Pendapatan hibah b) Pendapatan dana darurat c) Pendapatan lainnya

2) Belanja adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum negara/bendahara umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggraan yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pos belanja diklasifikasikan menjadi tiga yaitu,

a. Belanja operasi

Belanja operasi terdiri dari:

a) Belanja pegawai b) Belanja barang c) Bunga

d) Subsidi e) Hibah

f) Bantuan sosial b. Belanja modal

Belanja modal meliputi:

a) Belanja tanah

(24)

b) Belanja peralatan dan mesin c) Belanja gudang dan bangunan d) Belanja jalan, irigasi, dan jaringan e) Belanja aset tetap lainnya

f) Belanja aset lainnya c. Belanja tak terduga

Belanja tak terduga atau belanja lain-lain merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatkan tidak biasa dan tidak berulang atau rutin terjadi ( Mahmudi,2019). Belanja tidak terduga bisa berupa:

a) Bantuan bencana alam b) Bantuan bencana sosial c) Bantuan korban politik

3) Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Transfer pada dasarnya juga merupakan bagian dari belanja pemerintah daerah. Untuk pemerintah Provinsi pengeluaran transfer berupa transfer/ bagi hasil pendapatan ke Kabupaten/ Kota, meliputi ( Mahmudi,2019):

a) Bagi hasil pajak ke Kabupaten/ Kota b) Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/ Kota

c) Bagi hasil pendapatan Lainnya ke Kabupaten/ Kota

Untuk pemerintah Kabupaten/ Kota pengeluaran transfer berupa transfer/ bagi hasil pendapatan ke Desa, meliputi:

a) Bagi hasil pajak b) Bagi hasil retribusi

c) Bagi hasil pendapatan lainnya d) Alokasi dana desa

4) Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengekuaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali

(25)

dan akan diterima kembali, baik pda tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil investasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan pernyataan modal pemerintah (SAP,2010).

Pembiayaan dikategorikanmenjadi dua, yaitu( Mahmudi,2019):

a. Penerimaan pembiayaan

Penerimaan pembiayaan terdiri atas:

a) Penggunaan SiLPA tahun lalu b) Pencairan dana cadangan

c) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan d) Pinjaman dalam negeri ke pemerintah pusat

e) Pinjaman dalam negeri kepada pemerintah daerah lainnya f) Pinjaman dalam negeri kepada lembaga keuangan bank g) Pinjaman dalam negeri kepada lembaga keuangan bukan bank h) Pinjaman dalam negeri- pengeluaran obligasi pemerintah

daerah

i) Pinjaman dalam negeri lainnya

j) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara k) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan daerah l) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah

lainnya

b. Pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan terdiri atas:

a) Pembentukan dana cadangan

b) Penyertaan modal pemerintah daerah

c) Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri kepada pemerintah pusat

(26)

d) Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri kepada pemerintah daerah lainnya

e) Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri kepada lembaga keuangan bank

f) Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri kepada lembaga keuangan bukan bank

g) Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri-obligasi pemerintah pusat

h) Pembayaran pokok pinjaman dalam negeri-lainnya i) Pemebrian pinjaman kepada perusahaan negara j) Pemberian pinjaman kepada perusahaan daerah

k) Pemberian pinjaman kepada pemerintah daerah lainnya

Selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran dicatat dalam pos pembiayaan netto (Mahmudi,2019).

5) Surplus/ Defisit

Selisish antara pendaptn dan belanja dicatatdalam pos surplus/defisit.

Surplus adalah selisih antara pendapatan dan belanja selama satu periode anggaran, sedangkan defisit merupakan selisih kurang antara pendapatan dengan belanja selama satu periode anggaran.

6) SiLPA/SiLKA

Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiLKA) adalah selisih lebih atau kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah selama periode anggaran. SiLPA/SiLKA dapat dihitung dari nilai pada pos surplus/defisit ditambah dengan pos pembiayaan netto ( Mahmudi,2019).

d. Struktur dan isi laporan realisasi anggaran

Laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:

(27)

1) Pendapatan

a) Pendapatan LRA diakui pada saat diterima pada rekening kas umum negara/daerah

b) Pendapatan LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan c) Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan

lain

d) Akuntani pendapatan LRA dilaksanakan berdasrkan asas bruto e) Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan LRA bruto

bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai maka asas bruto dapat dikecualikan

f) Dalam hal layanan umum pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan

g) Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan LRA pada peroide penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan LRA

h) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan pendapatan LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan LRA dibukukan sebgai pengurang pada pendaptan LRA pada periode yang sama

i) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan pendapatan LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang saldo anggaran lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

2) Belanja

a) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum daerah

b) Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggung jawaban atas

(28)

pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan

c) Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum

d) Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi ( jenis belanja), organisasi, dan fungsi

e) Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran

f) Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanaja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan LRA dalam pos pendapatan lain-lain LRA.

3) Transfer

Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.

4) Surplus/ defisit LRA

Merupakan selisih antara pendapatan LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.

5) Penerimaan pembiayaan

a) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas umum negara/daerah

b) Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonnya.

6) Pengeluaran pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas umum negara/daerah.

(29)

7) Pembiayaan netto

Pembiayaan netto merupakan selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan.

8) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA)

Merupakan selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan (Riyanto,2015).

e. Persamaan akuntansi Laporan Realisasi Anggaran

Struktur APBD terdiri atas tiga komponen utama, yaitu pendapatan, belanaj, dan pembiayaan. Apabila seluruh pendapatan yang diperoleh selama periode akuntansi lebih besar dari seluruh belanja yang dikeluarkan selama periode yang sama maka keuangan pemerintah daerah akan mengalamisurplus anggaran. Namun sebaliknya, apabila total belanja yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diterima, maka pemerintah daerah akan menderita defisit anggaran. Surpul maupun defisit anggaran di pemerintah daerah bukan merupakan hasil final atau tujuan dari laporan relisasi anggaran. Hal ini berbeda dengan sektor bisnis yang mana rugi atau laba bersih dalam laporan laba rugi merupaka tujuan ahirnya. Dalam laporan realisasi anggaran terdapat komponen pembiayaan. Komponen pembiayaan diklasifikasikan menjadi dua yaitu pembiayaan penerimaan dan pembiayaan pengeluaran. Apabila terjadi surplus anggaran, maka surplus tersebut akan diperhitungkan dalam pembiayaan pengeluaran, sedangkan apabila terjadi defisist maka akan ditutup melalui pembiayaan penerimaan. Jadi meskipun defisit, pemerintah daerah belum benar-benar mengalami kebangkrutan karena masih memiliki sumber untuk menutup defisit dari pembiayaan penerimaan ( Mahmudi,2019) .

Surplus/ defisit dalam APBD ditutup oleh pos pembiayaan. Jika terjadi. Jika terjadi surplus ( pendapatan lebih besar dari pada belanja) maka akan dialokasikan kepada pos pembiayaan berupa pengeluaran daerah dan sebaliknya jika terjadi defisit ( pendapatan lebih kecil dari belanja) maka ditutup oleh pos pembiayaan berupa penerimaan daerah

(30)

( Mahmudi,2019).

2. Belanja daerah

Belanja dalam laporan realisasi anggaran merupakan komponen penting yang mengundang perhatian publik. Hal itu disebabkan karena masyarakat sebgai pemberi dana publik ( Public Fund) melalui pajak daerah yang mereka bayarkan berkepentingan untuk mengetahui apakah dana tersebut telah digunakan semestinya, efisien, efektif, dan berorientasi pada kepentingan publik. Belanja daerah disebut jugamencerminkan kebijakan pemerintah daerah dan arah pembangunan daerah. Dalam organisasi menghasilkan pendapatan merupakan suatu hal yang sulit dibandingkan membelanjakan. Karena sifat belanja yang relatif mudah digunakan dan rentan akan terjadinya inefisiensi dan kebocoran, maka perencanaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap belanja sangat penting dilakukan. Setelah dibelanjakan dan dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran dan laporan operasioanal analisis terhadap belanja ini punnmutlak harus dilakukan untuk dijadikan dasar evaluasi, koreksi, dan perbaikan kedepan

( Mahmudi,2019).

f. Definisi belanja daerah

Belanja dapat dipahami sebagai kewajiban pemerintah daerah yang mengurangi kekayaan bersih yang terjadi akibat transaksi masa lalu.

Namun dalam hal ini perlu dipahami bahwa belanja daerah berbeda dengan pengeluaran daerah. Tidak semua pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah yang menyebabkan berkurangnya kas di rekening kas umum daerah dikategorikan sebagai belanja. Namun setiap belanja merupakan pengeluaran pemerintah daerah. Pengeluaran pemerintah daerah dapat berupa belanja atau bisa juga merupakan pengeluaran pembiayaan. Kedua jenis pengeluaran ini baik belanja daerah maupun pengeluaran pembiayaan sama-sama membutuhkan bukti pengeluaran kas. Perbedaaanya adalah untuk pengeluaran pembiayaan

(31)

membutuhkan bukti pendukung berupa bukti memorial dan perlu persetujuan DPRD ( Mahmudi,2019).

Halim (2002) dengan mengutip dari IASC framework menjelaskanbahwa biaya atau belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar, atau deplasi adet, atau terjadinya hutang yang menyebabkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada para ekuitas dana.

Sedangkan menurut undang-undang republik indonesia nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang dikaui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Lebih lanjut, PP No. 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan, menyatakan bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bresangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Definisi belanja daerah juga terdapat dalam Permendagri No 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri no 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaaan keuangan daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih (Amin,2019).

g. Akuntansi belanja

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari tekening kas umum daerah/negara. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengluaran, pengakuannya terjadi pada saat pertanggung jawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi pembendaharaan. Dalam hal badan layanan umum belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang badan layanan umum. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah

(32)

pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksankan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga. Subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga(Faud,2016).

Klasifikasi menurut fungsi organisasi, yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi pemerintah daerah , antara lain belanja sekretariat DPRD, sekretariat pemerintah provinsi, kabupaten, kota, dinas pemerintahan tingkat provinsi/kabupaten/kota/dan lembaga taknis daerah provinsi/kabupaten/kota. Kalsifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memeberikan pelayana pada masyarakat (Faud,2016).

Realisasi anggaran dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Koreksi atas belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengeluaran belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain (Faud,2016).

h. Belanja daerah dalam APBD

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian dijabarkan dalam Permendagri 13 tahun 2006, belanja pemerintah daerah diklasifikasin berdasarkan dua jenis belanja yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegaiatan. Dalam struktur APBD, kelompok belanja langsung ini antara lain:

1) Belanja pegawai

Belanja pegawai dalm kelompok belanja langsung tersebut dimaksudkan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam

(33)

melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. Belanja daerah dalam bentuk honorarium ini merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh pemerintah kepada pegawai terkait dengan kontribusi pegawai dalam mendukung kerja suatu kegiatan atau proyek.

Namun apabila pegawai tidak melakukan pekerjaan, maka upah tidak akan dibayarkan karena pegawai tersebut tidak brekontribusi terhadap kegiatan atau proyek yang dilaksanakan Pemda.

2) Belanja barang dan jasa

Belanja barang dan jasa ini mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/pengadaan, sewa rumah/gedung, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas, dan pemulangan pegawai.

3) Belanja modal

Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap lainnya (Amin,2019).

Di sisi lain, sebagaiamana diatur dalam Permendagri 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini dibagi menurut jenis belanja terdiri dari:

1) Belanja pegawai

Penganggaran belanja penghasilan pimpinan dan anggota DPRD, gaji pokok dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah

(34)

serta gaji pokok dan tunjangan pegawai negeri sipil, tambahan penghasilan.

2) Belanja bunga

Penganggaran pembayaran bunga atau utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.

3) Belanja subsidi

Penganggaran subsidi kepada masyarakat melalui lembaga tertentu yang telah diaudit, dalam rangka mendukung kemampuan daya beli masyarakat untuk meningikatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Lembaga penerima belanja subsidi wajib menyampaikan laporan pertangguang jawaban penggunaan dana subsidi kepada kepala daerah.

4) Belanja hibah

Penganggaran pemberian bantuan dalam bentuk uang, barang atau jasa kepada pihak-pihak tertentu yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus yang terlebih dahulu dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dengan penerimaan hibah, dalam rangka peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah, peningkatan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan layanan dasar umum, peningkatan pasrtisipasi dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah.

5) Belanja bantuan sosial

Penganggaran pemberian bantuan dalam bentuk uang dan barang kepada masyarakat yang tidak secara terus menerus/berulang dan selektif untuk memenuhi instrumen keadilan dan pemerataan yang bretujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk bantuan parpol.

(35)

6) Belanja bagi hasil

Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota yang dibagihasilkan kepada pemerintah desa sesuai dengan ketentuan perungang-undangan.

7) Bantuan keuangan

Penganggaran bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabuparen/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan peningkatan kemampuan keuangan.

8) Belanja tak terduga

Menurut paragraf 35 PASP ( persyaratan Standar Akuntansi pemerintahan) Nomo 2 tahun 2010, istilah belanja lain-lain digunakan oleh pemerintah pusat, sedangkan belanja tak terduga digunakan oleh pemerintah daerah. Penganggaran belanja atas kegiatan yang sifatnya tidak bisa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengambilan atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup (Amin,2019).

i. Tujuan belanja daerah

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 58 tentang keuangan daerah dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tujuan dari belanja daerah dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut:

1) Merupakan rasionalisasi atau gambaran kemampuan dan pengguanaan sumber-sumber finansial dan material yang tersedia pada suatu negara atau daerah.

(36)

2) Sebagai upaya untuk penyempurnaan berbagai rencana kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya sehingga hasilnya akan lebih baik.

3) Sebagai alat untuk memperinci penggunaan sumber-sumber yang tersedia menurut objek pembelanjaannya sehingga memudahkan pengawasan atas pengeluarannya.

4) Sebagai landasan yuridis formal dari penggunaan sumber penerimaan yang dapat dilakukan pemerintah serta sebagai alat untuk pembatasan pengelauran.

5) Sebagai alat untuk menampung, menganalisis, serta mempertimbangkan dalam membuat keputusan seberapa besar alokasi pembayaran program dan proyek yang diusulkan.

6) Sebagai pedoman atau tolak ukur serta alat pengawasan atas pelaksanaan kegiatan, program, dan proyek yang dilakukan pemerintah (Amin,2019).

j. Klasifikasi belanja daerah

Klasifikasi belanja pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, dijelaskan bahwa klasifikasi belanja daerah meliputi:

1) Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi/kabupaten/kota yang terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.

2) Klasifikasi belanja menurut fungsi bertujuan untuk keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2004 tentang standar akuntansi pemerintahan. Menurut klasifikasi ini, belanja terdiri atas pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi,

(37)

lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan dan perlindungan sosial.

3) Klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung. Pengklasifikasian belanja ini berdasarkan kriteria apakah suatu belanja mempunyai kaitan langsung dangan program/kegiatan atau tidak. Belanja yang berkaitan dengan program/kegiatan ( misalnya belanja honorarium, belanja barang, belanja modal) diklasifikasikan sebgai belanja buletin teknis penyajian dan pengungkapan belanja pemerintah langsung, sedangkan belanja yang tidak secara langsung dengan program/kegiatan ( misalnya gaji dan tunjangan bulanan, belanja bunga, donasi, bantuan keuangan, belanja hibah, dan sebgainya) diklasifikasikan sebgai belanja tidak langsung .( Amin,2019).

3. Analisis Belanja

Analisis belanja sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi apakah pemerintah daerah telah menggunakan APBD secara ekonomis, efisien, dan efektif. Sejauah mana pemerintah daerah telah melakukan efisiensi anggaran, menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan pengeluaran yang tepat sasaran. Dengan digunakannya sistem penganggaran berbasis kinerja, semangat untuk melakukan efisiensi ( penghemaran) atas setiap belanja mutlak harus tertanam dalam jiwa setiap pegawai pemerintah daerah. Pemerintah tidak perlu lagi berorientasi untuk menghabiskananggaran yang berakibat terjadinya pemborosan anggaran, tetapi hendaknya berorientasi pada output dan input dan outcome dari anggaran (Mahmudi,2019).

Berdasrkan informasi pada laporan realisai anggaran, kita dapat membuat analisis anggaran khususnya analisis belanja antara lain berupa:

a. Rasio belanja modal terhadap total belanja

Rasio belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total belanja. Berdasarkan

(38)

rasio ini pembaca laporan keuangan dapat mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalambentuk belanja modal dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Berbeda dengan belanja operasi yang bersifat jangka pendek dan rutin, pengeluaran belanja modal yang dilakukan saat ini akan memberikan manfaat jangka menengah dan panjang. Selain itu, belanja modal juga tidak bersifat rutin. Belanja modal ini akan mempengaruhi neraca pemerintah daerah, yaitu menambah aset daerah. Kebalikan dengan belanja operasi, pemerintah daerahdengan tingkat pendapatan daerah yang rendah pada umumnya justru memiliki proporsi tingkat belanja modal yang lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi. Hal ini disebabkan pemerintah daerah dengan pendapatan rendah berorientasi untuk giat melakukan belanja modal sebagai bagian dari investasi modal jangka panjang, sedangkan pemerintah daerah yang pendapatannya tinggi biasanya telah memiliki aset modal yang mencukupi (Mahmudi,2019).

Belanja modal di definisikan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/ pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk dilakukan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya (Djanegara,2017).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Belanja Modal =

X 100%

Untuk mengetahui apakah belanja modal yang dainggarkan tersebut serasi atau tidak maka dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

(39)

Tabel 2. 1

Pedoman Penilaian Keserasian Belanja Modal

Persentase Kriteria

0%-20% Tidak Serasi

20%-40% Kurang Serasi

40%-60% Cukup Serasi

60%-80% Serasi

80%-100% Sangat Serasi

Sumber: Sudaryo,2017. Keuangan di Era Otonomi Daerah

Berikut ini adalah penjelasan tentang kriteria keserasian belanja modal:

a. Jika pencapaian antara 0%-20% maka belanja dikatakan tidak serasi.

b. Jika pencapaian antara 20%-40% maka belanja dikatakan kurang serasi.

c. Jika pencapaian antara 40%-60% maka belanja dikatakan cukupserasi.

d. Jika pencapaian antara 60%-80% maka belanja dikatakan serasi.

e. Jika pencapaian antara 80%-100% maka belanja dikatakan sangat serasi ( Sudaryo,2017).

Pada umumnya porsi belanja modal terhadap total belanja daerah adalah berkisar antara 5%-20% (Mahmudi,2019).

b. Rasio belanja langsung dan tidak langsung terhadap total belanja.

Rasio proporsi belanja langsung dan tidak langsung beranfaat untuk kepentingan manajemen internal pemerintah daerah, aitu untuk pengendalian biaya dan pengendalian anggaran (cost & budgetary control). Belanja langsung dan tidak langsung biasanya tidak menjadi bagian dari laporan keuangan eksternal, namun informasi tersebut sangat penting bagi manajemen internal. Pemgklasifikasian belanja langsung dan belanja tidak langsung merupakan klasifikasi berdsarkan aktifitas, sedangkan pengkalsifikasian belanja ke dalam belanja

(40)

opersai dan belanja modal adalah klasifikasi berdasarkan jangka waktu manfaat yang dinikmati atas belanja tersebut (Mahmudi,2019).

Belanja yang berkaitan dengan program/kegiatan ( misalnya belanja honorarium, belanja barang, belanja modal) diklasifikasikan sebagai belanja buletin teknis penyajian dan pengungkapan belanja pemerintah langsung. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dapat dikendalikan melalui penetapan anggaran ketat dan efisiensi belanja. Dilihat dari sudut pandang sistem penegendalian manajemen sektor publik belanja langsung dikategorikan sebagai biaya teknik. Belanja langsung dapat dikendalikan melalui manajemen aktifitas, penetapan standar belanja dan standar harga unit. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Pamungkas,2013).

Rasio Belanja Langsung =

X 100%

Sedangkan belanja yang tidak secara langsung dengan program/kegiatan (misalnya gaji dan tunjangan bulanan, belanja bunga, donasi, bantuan keuangan, belanja hibah, dan sebagainya) diklasifikasikan sebgai belanja tidak langsung. Belanja tidak langsung merupakan pengeluaran belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan secara langsung. Jika dilihat dari sudut pandang sistem penegndalian manajemenbelanja tidak langsung dikategorikan sebagai biaya kebijakan. Belanja tidak langsung dapat dikendalikan melalui penetapan anggaran ketat dan efisiensi anggaran (Pamungkas,2013).

Rasio Belanja Tidak Langsung (RBTL) dapat dirumuskan dengan:

RBTL

=

X 100%

Analisis belanja langsung dan tidak langsung digunakan untuk mengetahui seberapa besar total belanja langsung dan tidak langsung yang dianggarkan dalam anggaran yang telah disusun (Mahmudi,2019) .

(41)

Untuk mengetahui apakah belanja langsung dan tidak langsung yang dianggarkan tersebut serasi atau tidak maka dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. 2

Pedoman Penilaian Keserasian Belanja Langsung dan Tidak Langsung

Persentase Kriteria

0%-20% Tidak Serasi

20%-40% Kurang Serasi

40%-60% Cukup Serasi

60%-80% Serasi

80%-100% Sangat Serasi

Sumber: Sudaryo,2017. Keuangan di Era Otonomi Daerah

Berikut ini adalah penjelasan tentang kriteria keserasian belanja langsung dan tidak langsung:

f. Jika pencapaian antara 0%-20% maka belanja dikatakan tidak serasi.

g. Jika pencapaian antara 20%-40% maka belanja dikatakan kurang serasi.

h. Jika pencapaian antara 40%-60% maka belanja dikatakan cukupserasi.

i. Jika pencapaian antara 60%-80% maka belanja dikatakan serasi.

j. Jika pencapaian antara 80%-100% maka belanja dikatakan sangat serasi ( Sudaryo,2017).

Semestinya belanja langsung lebih besar dari belanja tidak langsung sebab belanja langsung sangat mempengaruhi kualitas output kegiatan (Mahmudi.2019).

4. Rasio efisiensi

Jika ekonomi hanya berbicara mengenai input,yaitu bagaimana cara memperoleh input dengan biaya atau harga yang lebih rendah, maka efisiensi berbicara mengenai input dan output. Efisiensi terkait dengan

(42)

hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output dengan input atau dengan istilah output per unit input. Suatu organisai, program, atau kegiatan dapat dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya. Konsep efisiensi juga merupakan konsep yang bersifat relatif, tidak absolut. Konsep efisiensi juga terkait dengan produktivitas, produktivitas merupakan perbandingan antara input dengan output. Karena efisiensi merupakan sebuah rasio, maka untuk memperbaiki efisiensi dapat dilakukan tindakan berikut:

a. Meningkatkan output untuk jumlah input yang sama.

b. Meningkatkan output dengan proporsi kanaikan output yang lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan input.

c. Menurunkan input dengan jumlah ouput yang sama.

d. Menurunkan input dengan proporsi penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan proprsi penurunan output.

Dalam pusat pertanggung jawaban teknik, untuk mengukur efisiensi dilakukan dengan cara membandingkan biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar. Biaya standar menunjukkan biaya yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan output tertentu. Dalam organisasi sektor publik setiap pengeluaran perlu dibuat standar belanjanya sabagai bentuk biaya standar.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan cara membandingkan realisasi belanja dengan standar belanjanya. Pendapatan standar belanja tersebut sebelumnya juga harus mempertimbangkan aspek ekonomi serta standar pelayanan publik minimum yang harus dipenuhi.

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisai yang diterima. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah semakin baik dalam hal pengalokasian biayanya (Faud,2016).

Adapun rumus yang daipakai dalam menghitung rasio efisiensi adalah:

(43)

Rasio Efisiensi

=

X 100%

Dengan kriteria efisiensi sebagai berikut:

Tabel 2. 3

Kriteria Tingkat Efisiensi PRESENTASE KINERJA

KEUANGAN KRITERIA

100% keatas Tidak efisien

90% - 100% Kurang efisien

80% - 90% Cukup efisien

60% - 80% Efisien

Di bawah dari 60% Sangat efisien

Sumber: Sudaryo.2017.Keuangan di Era Otonomi Daerah

Tingkat efisiensi diukur dengan cara membandingkan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.

Berikut adalah penjelasan tentang kriteria efisiensi:

a. Jika hasil perbandingan lebih dari 100%, maka anggaran belanja dikatakan tidak efisien

b. Jika hasil pencapaian antara 90%-100%, maka anggaran belanja dikatakan efisien

c. Jika hasil pencapaian antara 80%-90%, maka anggaran belanja dikatakan cukup efisien

d. Jika hasil pencapaian antara 60%-80%, maka anggaran belanja dikatakan efisien

e. Jika hasil pencapaian dibawah 60%, maka anggaran belanja dikatakan sangar efisien (Sudaryo,2017).

5. Rasio pertumbuhan belanja

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah tercapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pandapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi-potensi mana yang mendapat perhatian (Faud,2016)

(44)

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan belanja dari tahun ke tahun. Pada umumnya belanja memiliki kecendrungan selalu naik. Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuaian faktor makro ekonomi. Namun demikian dangan perbandaingan paradigma baru otonomi daerah, pemerintah daerah harus dapat mengendalikan belanja daerah, melakukan efisiensi belanja adn penghematan anggaran. Analisis pertumbuhan belanja dilakukan untuk mengetahui berapabesar pertumbuhan masing-masing belanja, apakah pertumbuhan tersebut rasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Pertumbuhan belanja harus diikuti dengan pertumbuhan pendapatan yang seimbang, sebab jika tidak maka dalam jangka menengah dapat menganggu kesinambungan dan kesehatan fiskal daerah ( Mahmudi,2019).

Untuk menghitung Rasio Pertumbuhan (RP) dapat digunakan rumus:

RP =

X 100%

Tabel 2. 4

Skala Pengukuran Pertumbuhan Belanja

No Analisis Belanja Ukuran Kriteria

1 Pertumbuhan Belanja Positif Baik 2 Pertumbuhan Belanja Negatif Tidak Baik Sumber:Oldison Santoso,dkk. Jurnal EMBA Vol.2 No.3 September

2014

Apabila realisai anggaran belanja tahun yang dianalisis lebih besar dari pada tahun sebelumnya, maka pertumbuhan belanja dikatakan positif atau mendapatkan kriteria baik. Sebalikanya, apabila realisasi belanja tahun yang dianalisis lebih kecil dari tahun sebelumnya, maka pertumbuhan belanja dikatakan negatif atau mendapatkan kriteria tidak baik

(45)

B. Penelitian Relevan

Supaya lebih terarah penulis mengguanakan penelitian yang relevan sebagai berikut: nama, tahun.judl,tujuan,jenis,hasil.perbedaan

1. Rukayah, Nugrahini Kusumawati, Raden Irna Afriani.(2017).Analisis Realisasi Anggaran dengan Menggunkan Rasio Efektifitas dan Rasio Efisiensi pada Kantor Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Serang. Metode yang digunkan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk menggambarkan karakteristik individu atau kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektivitas Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Serang Tahun Anggaran 2014 sampai dengan Tahun 2016 dilihat dari perhitungan rata-rata Rasio Efektivitasnya diperoleh sebesar 102% termasuk dalam Kriteria Sangat Efektif. Hal ini berarti Pemerintah Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Serang dikatakan berhasil Merealisasikan Pendapatan dengan Anggaran Pendapatannya. Efisiensi Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Serang Tahun Anggaran 2014 sampai dengan Tahun 2016. Dilihat dari perhitungan rata-rata Rasio Efisiensinya diperoleh sebesar 92% termasuk dalam Kriteria Kurang Efisien. Hal ini berarti Pemerintah Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Serang dapat dikatakan Kurang berhasil dalam Merealisasikan Belanja dengan Anggaran Belanjanya.

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu Rukayah dalam penelitiannya meneliti tentang analisis efisiensi dan efektifitas serta tempat penelitian yang dilakukan yaitu di Kabupaten Serang.

2. Ardon Fridolin Honga, dan Ventje Ilat.(2014). Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Bitung.

Tujuan penelitian yaitu untuh menganalisa dan mengetahui realisasi pendapatan dan belanja daerah pemerintah kota Bitung. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan mempelajari

(46)

akuntansi sektor publik ataupun sistem akuntansi pemerintahan yang diterapkan dilapangan menurut analasisis rasio-rasio keuangan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Badan Pengelola Keuangan Dan Barang Milik Daerah (BPK-BMD) Pemerintah Kota Bitung dimana pada saat laporan realisasi anggaran diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku serta untuk pertanggung jawaban, BPK-BMD Kota Bitung membuat laporan keuangan untuk dipertanggungjawabkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa APBD pemerintah kota Bitung terrealisasi dengan baik karna realisasi anggaran tidak melebihi target yang dianggarkan. Pemahaman teknis tentang realisasi kinerja keuangan pemerintah yang baik yaitu dengan menerapkan sistim akuntansi pemerintahan. Realisasi anggaran pendapatan, anggaran belanja dan realisasi kinerja keuangan telah dilaksanakan dengan baik dalam laporan realisasi anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.

Perbedaan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian ini yaitu teknik analisis data yang digunakan dalan jurnal ini menggunakan beberapa ratio yang berbeda dari yang penulis lakukan yaitu analisis desentralisasi, rasio efektivitas pajak, dan analisis variansi serta tempat penelitian yang ditelitinya.

3. Cenissa Sajow, Jenny Morasa Heince R. N Wokas.(2017). Analisis Anggaran Belanja Daerah padaPemerintah Kota Tomohon dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis realisasi anggaran belanja daerah pada pemerintah Kota Tomohon dan pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Data yang digunakan adalah laporan realisasi anggaran tahun anggaran 2013-2015.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini yaitu dari tingkat efektivitas belanja, Kota Tomohon lebih efektif dibandingkan dengan Kabupaten Minahasa Selatan. Tingkat efisiensi belanja, Kota Tomohon lebih efisien dibandingkan dengan Kabupaten Minahasa Selatan. Kota Tomohon dan

Referensi

Dokumen terkait

πως πιάσανε οι χωριανοί κάποιον γνωστό κακούργο και τον σκοτώσανε στο ξύλο , κι ύστερα κάνα δυο του βγάλανε την καρδιά και το συκώτι , τα τηγάνισαν και

Setelah terbentuk Analysis Services Project, lanjutkan dengan membuat Data Source, fungsi Data Source adalah sebagai sumber data yang akan digunakan untuk melakukan analisis

Sebelumnya telah dilakukan penelitian untuk mengklasifikasikan 514 kabupaten/kota di Indonesia menjadi daerah yang memiliki nilai indikator IPM rendah, sedang,

Ringkasan Laporan Keuangan – 1 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri

Akhir-akhir ini stres oksidatif diketahui berperan penting dalam patogenesis akne vulgaris.Terdapat laporan yang menyatakan bahwa ROS, dibentuk oleh neutrofil pada dinding

Pembatasan ini dimaksudkan agar lebih fokus dan agar lebih mudah dimengerti, bukan untuk membedakan kurban yang ada dalam agama Hindu di dunia, karena sebenarnya

sebagainya. Kita tak perlu keluar rumah untuk jalan-jalan keliling dunia untuk mengetahui sesuatu hal di belahan bumi lain. Mungkin TENAH juga perlu membuka

mengacungkan pisau itu. “Aku didiagnosa menderita kegilaan turunan, seperti ibuku yang mati bunuh diri karena gila, ibuku bukan mati karena kecelakaan, dia mati karena