• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Problem Solving

Metode problem solving adalah sistem pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran, siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Pemecahan masalah atau problem solving adalah suatu lang-kah pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara siswa mencari kebenaran penge-tahuan dan informasi tentang konsep, hukum, prinsip, kaidah, dan sejenisnya, mengadakan percobaan, bertanya secara tepat serta mencari jawaban masalah ber-dasarkan pemahaman konsep, prinsip dan kaidah yang telah dipelajari.

Djamarah dan Zain (2002:103) mengemukakan salah satu metode mengajar ada-lah metode problem solving. Metode problem solving atau sering disebut metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupa-kan suatu metode berfikir, sebab dalam metode problem solving harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.

(2)

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Pendapat di atas mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode problem solving harus mengikuti langkah-langkah dari menentukan masalah apa yang ingin dipecahkan hingga pada tahap mencari kesimpulan agar siswa mampu memecahkan masalah. Dengan memecahkan masalah berarti siswa memperoleh sesuatu yang baru, yaitu pelajaran baru yang dihasilkan dari pemikiran siswa saat memecahkan masalah berdasarkan aturan-aturan yang pernah dipelajarinya. Nasution (1992 : 139) menyatakan, :

“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan

menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kombinasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus dilalui berbagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala langkah perlu ia berpikir”.

(3)

Metode problem solving ini lebih baik dibandingkan dengan metode lain, seperti metode diskusi dan kerja kelompok, sebagaimana yang dikemukakakn oleh Djsastra (1985:26) yaitu :

“Dalam praktek mengajar di kelas metode problem solving ini sebaiknya diper-gunakan bersama-sama dengan metode diskusi dan metode proyek, tetapi yang jelas metode problem solving ini akan lebih produktif (lebih stabil) bila disatukan dengan metode diskusi”.

Kelebihan dan kekurangan metode problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002:104) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan metode problem solving

a. metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan metode problem solving

a. menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

(4)

c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

B. Berfikir Kritis

Salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah ketrampilan berpikir. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama da-lam upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

Mengajarkan keterampilan berpikir dan memadukannya dengan materi pembe-lajaran dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara efektif. Menurut Ennis (1996:54): Critical thinking is reasonable,

reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do.

(5)

Harjasujana (dalam Achmad, 2007) mengidentifikaasi lima perilaku yang sistematis dalam berpikir kritis. Perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. keterampilan menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengor-ganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar siswa mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan.

b. keterampilan mensintesis

Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menun-tut siswa untuk menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi yang dipelajarinya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpi-kir bebas terkontrol.

c. keterampilan mengenal dan memecahkan masalah

(6)

menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru. d. keterampilan menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak menca-pai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain. Keterampilan ini menuntut siswa untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah kesim-pulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.

e. keterampilan mengevaluasi atau menilai

Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghen-daki siswa agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan meng-gunakan standar tertentu.

Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan melalui aspek-aspek perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan dasar, (3) membuat inferensi, (4) membuat penjelasan lebih lanjut, dan (5) mengatur strategi dan taktik.

(7)

kredibilitas sumber informasi, (5) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, (6) membuat deduksi dan menilai deduksi, (7) membuat induksi dan menilai induksi, (8) mengevaluasi, (9) mendefinisikan dan menilai definisi, (10) mengidentifikasi asumsi, (11) memutuskan dan melaksanakan, (12) berinteraksi dengan orang lain.

C. Penguasaan Konsep

Menurut Sofyani (2008) penguasaan konsep dapat diperoleh melalui pembelajaran melalui penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Karakteristik media sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai pada akhir pembelajaran. Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasa-an konsep merupakPenguasa-an dasar dari penguasaPenguasa-an prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes formatif.

Menurut Bukhori (dalam Arikunto, 1993)

Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.

(8)

Menurut Dahar (dalam Yulfiza, 2007 ) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempuyai atribut yang sama.

Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Piaget dalam (Dimyati dan Madjiono, 2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya inter-aksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Posner (dalam Suparno, 1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin (dalam Suparno, 1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah

perkembangan konsep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa

(9)

mengetahui siswa apakah sudah menguasai konsep pada suatu siklus secara menyeluruh.

D. LKS (Lembar Kerja Siswa)

LKS merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digu-nakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh siswa. Dengan dipergunakannya LKS dalam proses pembe-lajaran akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi pepembe-lajaran dan mengefektifkan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono (1992 : 11):

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dahar R.W (dalam Septiekosari, 2009) mengungkapkan bahwa “Lembar Kerja Siswa” (LKS) adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas belajar, melalui praktek atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan

Intruksional” (perintah).

(10)

Menurut Suyitno (dalam Anonim, 2007) tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.

1. Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa. 2. Memeriksa tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah

disajikan.

3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses. 4. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. 5. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui

kegiatan belajar. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

(11)

E. Koloid

1. Pengertian koloid

Berdasarkan komposisi penyusunnya, zat dapat dikelompokkan menjadi zat murni (unsur dan senyawa) dan campuran. Campuran dapat dikelompokkan berdasarkan fase yang terbentuk menjadi campuran homogen (larutan) dan campuran

heterogen. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun koloid. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi dapat disimpulkan dalam tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 1. Perbandingan sifat larutan , koloid, dan suspensi

Larutan Koloid Suspensi

Contoh : larutan gula dalam air

Contoh : campuran susu dengan air

Contoh : campuran tepung terigu dengan air 1) Homogen, tidak dapat

dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra 2) Ukuran partikel kurang dari 1 nm (10-9m). 3) Satu fase 4) Stabil

5) Tidak dapat disaring

1) Secara mikroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra 2) Ukuran partikel 1-100

nm 3) Dua fase

4) Pada umumnya stabil 5) Tidak dapat disaring

kecuali dengan penyaring ultra

1) Heterogen

2) Ukuran partikel lebih besar dari 100 nm 3) Dua fase

4) Tidak stabil 5) Dapat disaring

2. Jenis-jenis koloid

(12)

terlarut disebut fase terdispersi dan fase zat pelarut disebut medium pendispersi. Penggolongan suatu sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan penggolongan tersebut terdapat 8 jenis koloid yang tercantum pada Tabel 2.2.

Tabel 2. Jenis-jenis koloid No. Fase

Terdispersi

Fase Pendispersi

Nama Koloid Contoh

1 2 3 4 5 6 7 8 Padat Padat Padat Cair Cair Cair Gas Gas Gas Cair Padat Gas Cair Padat Cair Padat Aerosol Sol cair Sol padat Aerosol Emulsi Emulsi padat Buih Buih padat

Asap (smoke), debu di udara Tinta, cat, sol belerang Intan hitam, perunggu Kabut, awan

Susu, santan, minyak ikan Keju, mentega, jelly Buih sabun, krim kocok Karet busa, batu apung

3. Sifat-sifat koloid a. efek Tyndall

(13)

berasap/berdebu, dan berkas sinar melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.

b. gerak Brown

Jika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris. Gerak Brown merupa-kan salah satu faktor yang menstabilmerupa-kan koloid.

c. adsorpsi

Sifat lain yang dimiliki partikel koloid adalah adsorpsi, yaitu penyerapan partikel oleh permukaan zat. Hal itu dapat terjadi karena permukaan koloid mempunyai luas permukaan yang besar. Sifat adsorpsi partikel-partikel koloid tersebut dapat dimanfaatkan antara lain : pemutihan gula pasir, pewarnaan tekstil, dan penjernihan air.

d. dialisis

(14)

e. koagulasi

Koagulasi adalah proses penggumapalan dan pengendapan partikel-partikel koloid. Koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan akan menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Koagulasi koloid disebabkan oleh penam-bahan elektrolit. Ion yang bermuatan lebih besar lebih efektif dalam menggumpalkan koloid.

f. elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik. Alat yang digunakan untuk mengetahui muatan listrik adalah sel elektroforesis. Pada saat kedua elektroda dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel yang bermuatan negatif akan menuju elektroda positif (anoda) dan partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju elektroda negatif (katoda).

g. koloid lofob dan liofil

Koloid yang medium pendispersinya cair dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil adalah koloid yang medium pendispersinya suka kepada zat terdispersi sehingga memi-liki gaya tarik menarik yang kuat. Koloid liofob adalah koloid yang medium pendispersinya tidak suka kepada zat terdispersi.

4. Penggunaan sistem koloid a. bidang industri

(15)

kebutuhan manusia dibuat dalam bentuk koloid. Hal ini karena koloid mempunyai bentuk yang umumnya stabil.

b. kosmetik

Bahan-bahan kosmetik umumnya dibuat dalam wujud koloid. Hal ini disebabkan karena koloid mudah dibersihkan dan tidak merusak kulit dan rambut. Macam-macam jenis kosmetik adalah sebagai berikut:

(1) bahan kosmetik berbentuk aeroseol, misalnya parfum, deodorant spray, dan penghilang bau mulut.

(2) Bahan kosmetik berbentuk sol, misalnya krim pembersih muka dan kulit, cairan masker, dan cat kuku.

(3) Bahan kosmetik berbentuk gel, misalnya deodorant stick dan minyak rambut.

(4) Bahan kosmetik berbentuk sol padat, misalnya pemerah bibir, pensil alis, dan maskara.

c. makanan

Makanan umumnya dibuat dalam bentuk koloid, sepersi aerosol padat (tahu dan tempe), sol padat (sosis dan bumbu masak), dan emulsi (susu kental manis). Makanan yang dibuat koloid menjadi lebih menarik, beraroma, dan memiliki cita rasa dan lezat.

5. Pembuatan koloid a. cara kondensasi

(16)

merupakan cara kimia, seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan penggantian pelarut.

b. cara dispersi

Cara dispersi berarti partikel kasar dihaluskan menjadi partikel koloid. Dengan kata lain, cara dispersi adalah penghalusan partikel kasar

(suspensi) menjadi partikel halus (koloid). Cara ini merupakan cara fisika, seperti cara mekanik, cara peptidasi, cara busur Bredig, dan cara

ultrasonik.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan sifat larutan , koloid, dan suspensi
Tabel 2. Jenis-jenis koloid  No.  Fase

Referensi

Dokumen terkait

Pada mesin kendaraan bermotor saat ini telah dilengkapi dengan sistem ECU (Electronic Control Unit), dimana jumlah udara dan bahan bakar yang dicampurkan diruang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data VLLE untuk sistem n-Butanol + Air dan Isobutanol + Air pada 101,3 kPa,mengkorelasikan data eksperimen yang didapatkan

Untuk melihat keterkaitan ini, maka dirumuskan model ekonometrika yang merupakan model simultan dengan persamaan terdiri dari 11 persamaan perilaku dan 2 persamaan identitas,

c) Pembayaran yuran / lain-lain bayaran / hutang tertunggak boleh dibuat menggunakan kaedah “Financial Processing Exchange” dengan melayari laman sesawang UTeM

kategori pilihan, yakni (a) dengan memilih vari- asi dari bahasa yang sama (intra language varia- tion), misalnya seorang penutur bahasa Jawa berbicara dengan orang

Retrofitting AC Cassette dapat diartikan sebagai suatu proses penggantian / pensubtitusian bahan pendingin yang digunakan oleh mesin pendingin AC Cassette dalam hal

Pada gambar tersebut, berdasarkan perhitungan dan grafik yang terlihat nilai P-Value tertinggi ternyata diperoleh dari distribusi Lognormal, yaitu sebesar 0.923, maka untuk

Personal Skill (kecakapan personal) diberikan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan atau kecakapan secara individu agar masing-masing anak atau siswa mampu