• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KECAMATAN SEI NAGALAWAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KERTAS KARYA OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KECAMATAN SEI NAGALAWAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KERTAS KARYA OLEH"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

DI KECAMATAN SEI NAGALAWAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

KERTAS KARYA

OLEH

SEFTY ANDRIANA BR SINAGA 132204017

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KECAMATAN SEI NAGALAWAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

OLEH

SEFTY ANDRIANA BR. SINAGA 132204017

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Haris Sutan Lubis, MSP. Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19670523 199203 2 001 NIP. 19580615 198703 1 001

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI

KAWASAN EKOWISATA DI

KECAMATAN SEI NAGALAWAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Oleh : SEFTY ANDRIANA BR. SINAGA

NIM : 132204017

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S.

NIP. 19600805198703 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E.,M.Si.

NIP. 19640821199802 2 001

(4)

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Hutan mangrove di Kecamatan Sei Nagalawan sangat memiliki potensi sebagai kawasan ekowisata, dimana hampir seluruh daerah di Indonesia telah memiliki kawasan ekowisata sebagai objek wisata andalan bagi daerah masing-masing. Ekowisata hutan mangrove mempunyai fungsi yang sangat kompleks, antara lain peredam gelombang laut dan badai, pelindung pantai dari proses abrasi dan erosi, sebagai tempat berlindung dan mencari makan, serta tempat berpijah berbagai spesies biota perairan payau, sebagai tempat rekreasi, dan penghasil kayu. Dengan adanya hubungan yang baik dan kerja sama yang giat antara masyarakat lokal, pemerintah lokal dan pemerintah pusat, bukan tidak mungkin potensi hutan mangrove sebagai kawasan ekowisata di Kecamatan Sei Nagalawan dapat dikembangkan dan menjadi salah satu objek wisata bahari yang sangat digemari dan menjadi andalan bagi Kabupaten Serdang Bedagai.

Kata Kunci : Ekowisata, Hutan Mangrove di Kecamatan Sei Nagalawan

(5)

Bismillahirrahmanirahiim.

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu. Salawat beriring salam juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhamamd SAW karena beliaulah yang membawa peradaban umat manusia menjadi lebih baik.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan sumber bacaan yang diperoleh, untuk itu dengan hati yang terbuka penulis bersedia menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini.

Dalam kesempatan ini dengan bangga penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih banyak kepada pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian kertas karya ini, yaitu kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, MSP., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

(6)

dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Bapak Solahuddin Nasution, S.E, MSP., selaku Koordinator Praktek Program Studi Pariwisata Bidang Usaha Wisata.

6. Untuk yang tersayang dan tercinta Ayahanda Lambas Sinaga dan Ibunda Sry Edy Ukur Br. Karo yang telah banyak memberikan dorongan moral maupun materil dan kasih sayang yang tiada tara terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu.

7. Keluarga besar penulis yang telah memberi semangat dan motivasi agar penulis cepat menyelesaikan perkuliahan dan bisa segera mendapatkan pekerjaan. Amin!

8. Kawan seperjuangan penulis yang mendorong penulis untuk tidak menunda dalam mengerjakan segala hal dan selalu menemani dalam suka dan duka, Ririn Zuinanita Sirait, Revita Dwi Mandasari, Ade Khairi Putri, Ria Maya Sari, Naufal Limas Safwatullah, Muhammad Ridho, M. Ikhram Nasution, Husnaini dan Ria Defitri. Terima kasih semua dan sukses selalu untuk kita.

Amin!

9. Teman seangkatan Usaha Wisata dan Perhotelan 2013, terima kasih untuk moment yang sudah kita lewati selama di bangku perkuliahan, sukses selalu untuk kita ya. Amin!

(7)

untuk kita ya. Amin!

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Alhamdulillahirabil‟alamiin.

Medan, September 2016 Penulis,

Sefty Andriana Br. Sinaga NIM. 132204017

(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Metode Penulisan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan... 3

BAB II. URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata ... 5

2.2 Pengertian Industri Pariwisata ... 10

2.3 Pengertian Objek Wisata ... 11

2.4 Pengertian Wisatawan ... 13

2.5 Jenis-jenis Wisata... 17

2.6 Pengertian Ekowisata ... 18

2.7 Pengertian Hutan Mangrove ... 26

2.8 Kondisi Lingkugan Indonesia ... 28

BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG KABUPATEN SEDANG BEDAGAI 3.1 Sejarah Kabupaten Serdang Bedagai ... 31

3.2 Letak Geografis... 37

(9)

3.4 Mata Pencaharian ... 40

3.5 Sarana dan Prasarana... 42

BAB IV. POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KECAMATAN SEI NAGALAWAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 4.1 Ekowisata Hutan Mangrove ... 45

4.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove... 49

4.3 Pembudidayaan Hutan Mangrove ... 50

4.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekowisata ... 52

4.5 Keterlinatan Pemerintahan Dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove ... 54

4.6 Potensi Hutan Mangrove Sebagai Kawasan Ekowisata di Kecamataan Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai ... 55

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Wisatawan saat ini sangat peka terhadap permasalahan lingkungan.

Menyesuaikan dengan kondisi positif ini, konsep-konsep pariwisata dikembangkan sehingga timbul inovasi-inovasi baru dalam kepariwisataan. Salah satu konsep pariwisata yang sedang marak ialah ekowisata, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan prioritas–prioritas, dengan berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Konsep ekowisata ini dinilai cocok untuk dikembangkan di Indonesia, dengan beberapa alasan yang melandasinya, pertama; Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati dan ekowisata bertumpu pada sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi.

Namun disisi lain Indonesia juga mengalami ancaman terbesar dari degradasi keanekaragaman hayati baik darat maupun laut, sehingga memerlukan startegi yang tepat dan alat/sarana yang tepat pula, guna melibatkan kepedulian banyak pihak, untuk menekan laju kerusakan alam. Kedua perlibatan masyarakat, konsep ini cocok untuk mengubah kesalahan-kesalahan dalam konsep pengelolaan pariwisata terdahulu, yang lebih bersifat komersial dan memarginalisasikan masyarakat setempat, serta mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Maka dari itu penulis

(11)

ingin mengangkat judul kertas karya ini dengan “Potensi Hutan Mangrove Sebagai Kawasan Ekowisata Di Kecamatan Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai”.

Pengelolaan dan pelestarian mangrove bisa diterapkan melelui ekowisata hutan mangrove, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan prioritas–prioritas. Dengan berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah, penulis membahas mengenai potensi hutan mangrove sebagai kawasan Ekowisata di Kecamatan Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai, serta manfaat pengembangan ekowisata mangrove bagi lingkungan dan masyarakat setempat.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya Program pendidikan Diploma III, Jurusan Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui fungsi dan manfaat hutan mangrove sebegai kawasan ekowisata.

3. Mengetahui pentingnya potensi alam berbasis ekowisata seperti hutan mangrove yang masih jarang diobservasi.

(12)

4. Menambah referensi tentang manfaat hutan mangrove dalam pengembangan ekowisata.

1.4 Metode Penulisan

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan dua metode penelitian yaitu:

1. Library Research

Metode penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, brosur maupun hasil laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.

2. Field Research

Dengan mengumpulkan data ataupun informasi langsung dari lokasi penelitian secara langsung (observasi).

1.5 Sistematika Penulisan

Secara sistematika penulisan kertas karya ini dibagi atas lima bab, yang setiap bab mencakup hal-hal sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian pariwisata, pengertian industri pariwisata, pengertian objek wisata, pengertian ekowisata, jenis-jenis wisata,

(13)

pengertian ekowisata, pengertian hutan mangrove dan kondisi lingkungan hidup Indonesia.

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Dalam bab ini membahas tentang sejarah Kabupaten Serdang Bedagai, letak geografis, kependudukan, mata pencaharian, sarana dan prasarana.

BAB IV : POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KECAMATAN SEI NAGALAWAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Dalam bab ini menguraikan pembahasan tentang ekowisata hutan mangrove, fungsi dan manfaat hutan mangrove, pembudidayaan hutan mangrove, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata, keterlibatan pemerintah dalam pengembangan kawasan ekowisata hutan mangrove, dan potensi hutan mangrove sebagai kawasan ekowisata di Kecamatan Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat kira-kira pada abad ke- 18, khususnya setelah revolusi industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apapun selain bukan melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau gaji. Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman dan perjalanan bagi wisatawan.

Arti kata pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan pariwisata indonesia. kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata.

Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pariwisata berarti perjalanan atau bepergian yang dilakukan berkali-kali atau berkeliling. Pariwisata adalah padanan kata untuk istilah tourism dalam bahasa Inggris.

Pengertian pariwisata menurut batasan yang diberikan WATA (World Assosiation of Travel Agent) adalah perlawatan keliling yang memakan waktu lebih dari 3 (tiga) hari,yang diselenggarakan oleh travel agent di suatu kota dan antara lain acaranya yaitu meninjau beberapa tempat atau kota, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

(15)

Menurut undang-undang no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Menurut WTO (World Tourism Organization), Pariwisata adalah berbagai aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk dan tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis, dan keperluan lain.

Adapun definisi pariwisata menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : o Menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987).

Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

o Menurut Hunziger dan krapf

Pariwisata adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberi keuntungan yang bersifat permanent maupun sementara.

o Richardson and fluker (2004)

Pariwisata merupakan kegiatan-kegiatan atau orang-orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di luar lingkungan mereka selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lainnya.

(16)

o Koen Meyers (2009)

Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.

o Kodhyat (1998)

Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasiaan dan kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

o Menurut Prof. Salah Wahab dalam Oka A Yoeti (1994 : 116)

Pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/

diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

o James J. Spillane (1982)

Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

(17)

o Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992 : 8)

Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

o Richard Sihite.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan tamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

o Mathieson dan Wall (1982)

Pariwisata sebagai serangkaian aktivitas berupa aktivitas perpindahan orang untuk sementara waktu ke suatu tujuan di luar tempat tinggal maupun tempat kerjanya yang biasa, aktivitas yang dilakukannya selama tinggal di tempat tujuan tersebut, dan kemudahan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya baik selama dalam perjalanan maupun di lokasi tujuannya.

o Kusdianto (1996).

Pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian.

(18)

o Anonymous (1986)

Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan pada waktu kunjungan dan motivasi kunjungan.

o Hermann V. Schulalard

Pariwisata adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.

o Gamal (2002)

Pariwisata suatu proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ke tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiaanya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain.

o E. Guyer Freuler

Pariwisata dalam artian modern adalah fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan dari pada alat-alat pengangkutan.

o Soekadijo (1996)

Pariwisata adalah gejala yang komplek dalam masyarakat, didalamnya terdapat hotel, objek wisata, souvenir, pramuwisata, angkutan wisata, biro perjalanan wisata, rumah makan dan banyak lainnya.

(19)

o Suwantoro (1997)

Pariwisata adalah suatu proses kepergiaan sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain dari luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kepergian yang menghasilkan uang.

2.2 Pengertian Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (Undang-Undang Pariwisata no 10 tahun 2009).

Jika ditinjau dari sudut pandang para ahli kepariwisataan maka akan kita peroleh batasan yang bervariasi seperti:

o Menurut Kusdianto Hardiroto(pendit,1994:37) “industri pariwisata adalah suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan orangorang yang bepergian (pelancong/musafir)”.

o W.Hunzieker dari Bern University (pendit, 1994 : 38) memberikan rumusan tentang industri pariwisata sebagai berikut: “tourism enterprises are all busness entities which, by combining various mean of production, provide goods and services of specially tourist nature”.

o Sedangkan menurut G.A Schmoll dalam bukunya Tourist Promotion (yoeti, 1985 : 143) mengatakan bahwa “ tourism is ahigly decentralized industry consisting of enterprises different size, location, function,type organization, range of servive provide, and methods use to market and sell them”.

(20)

Batasan yang dikemukakan oleh G.A Schmoll tersebut diatas lebih cenderung menganilisis cara-cara melakukan pemasaran dan promosi hasil produk industri pariwisata. Industri Pariwisata dalam hal ini bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda suatu dengan yang lainnya.

Perbedaan itu katanya tidak hanya dalam yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat, kedudukan letak, secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metoda pemasarannya.

2.3 Pengertian Objek Wisata

Objek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tuju an wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.

Menurut SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87, Obyek Wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Menurut Spilanne (2002), daya tarik pariwisata adalah hal-hal yang menarik perhatian wisatawan yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata. Ada lima unsur penting dalam suatu objek wisata, yaitu :

o Attraction atau hal-hal yang menarik perhatian wisatawan.

o Facilities atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

o Infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata.

o Transportation atau jasa-jasa pengangkutan

(21)

o Hospitality atau keramahtamahan.

Suatu tempat atau daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata harus memenuhi hal pokok berikut :

o Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

o Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

o Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

Umumnya di beberapa daerah atau negara, untuk memasuki suatu Objek Wisata para wisatawan diwajibkan untuk membayar biaya masuk atau karcis masuk yang merupakan biaya retribusi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas Objek Wisata tersebut. Beberapa Objek Wisata ada yang dikelola oleh Pemerintah dan adapula yang dikelola oleh pihak swasta.

(22)

2.4 Pengertian Wisatawan

Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata.

Wisatawan sangat beragam, tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda.

Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris.

Kata itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010 : 12).

Adapun pengertian wisatawan antara lain:

o Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009 : 16), menjelaskan bahwa wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.

o Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009 : 17) membagi wisatawan kedalam tiga bagian yaitu:

1. Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya.

(23)

2. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga.

b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.

3. Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar.

4. Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12), “wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa”.

5. U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam Irawan, 2010 : 12), menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji.

Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori :

a. Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan.

(24)

b. Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang

dikunjunginya tanpa bermalam.

6. Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam Irawan, 2010 : 12), “setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama–

lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”.

7. Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam Irawan, 2010 : 13) dijelaskan bahwa “wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.

Ciri-ciri wisatawan :

o Perjalanan dilakukan lebih dari 24jam

o Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu

o Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah ditempat atau negara yang dikunjunginya.

Jenis dan macam wisatawan :

o Wisatawan asing adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki negara lain yang bukan merukapan negara dimana dia tinggal.

o Domestic foreign tourist adalah orang asing yang berdiam pada suatu negara, yang melakukan perjalanan wisata di wilayah negara dimana dia tinggal.

o Domestic tourist adalah orang yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan.

(25)

o Indigenous foreign tourist adalah warga negara suatu negara tertentu yang karena tugasnya atau jabatannya di luar negeri, pulang ke negara asal dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

o Transit tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu, yang menumpang kapal udara atau laut atau kereta api, yang terpaksa singgah ke suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

o Business tourist adalah orang yang melakukan perjalanan wisata setelah tujuan utamanya selesai.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor (Kusumaningrum, 2009 : 17).

Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009 : 18) :

1. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual.

2. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok.

3. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.

(26)

4. Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.

2.5 Jenis-Jenis Wisata

Menurut Yulianda (2006), wisata dapat diklasifikasikan menjadi :

o Wisata alam (nature tourism), merupakan aktifitas wisata yang ditujukan pada pemanfaatan sumber daya alam atau daya tarik panoramanya.

o Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

o Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumber daya alam atau lingkungan dan industri kepariwisataan.

o Wisata Maritim atau Bahari, jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih-lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah-daerah atau negara-negara maritim.

o Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi), untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh

(27)

para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat- tempat lain.

o Wisata Pertanian (Agrowisata), wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

2.6 Pengertian Ekowisata

Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu. Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke

(28)

alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993).

Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal.

Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggung jawab. Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to provide employment opportunities, to increase standard of leaving and, in the case of international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development tool and as a means of diversifying economics (Wall, 1995 : 57).

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler. Kemudian menurut Nasikun, mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.

(29)

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco- traveler ini pada hakekatnya konservasionis (Anonim, 2000).

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga (Anonim, 2000).

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Menurut Eplerwood Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata. Dari kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini (Anonim, 2000).

(30)

Pariwisata diartikan sebagai seluruh kegiatan orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan kesehariannya untukjangka waktu tidak lebih dari setahun untuk bersantai (leisure), bisnis dan berbagai maksud lain (Agenda 21, 1992).

Pariwisata di Indonesia menurut UU Kepariwisataan No. 9 tahun 1990 pasal 1 (5) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidangnya. Indonesia memiliki sumber daya wisata yang amat kaya dengan aset alam, budaya, flora dan fauna dengan ciri khas Asia dan Australia di setiap wilayah perairan dan pulau di Indonesia (Gunawan M.P., 1997). Indonesia tercatat mendapatkan ranking ke-enam pada Top Twenty Tourism Destinations in East dan The Pasific (WTO,1999).

Dalam paradigma lama, pariwisata yang lebih mengutamakan pariwisata masal, yaitu yang bercirikan jumlah wisatawan yang besar/berkelompok dan paket wisata yang seragam (Faulkner B., 1997), dan sekarang telah bergerak menjadi pariwisata baru, (Baldwin dan Brodess, 1993), yaitu wisatawan yang lebih canggih, berpengalaman dan mandiri, yang bertujuan tunggal mencari liburan fleksibel, keragaman dan minat khusus pada lingkungan alam dan pengalaman asli.

Ekowisata dapat dipahami sebagai perjalanan yang disengaja ke kawasan- kawasan alamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut sambil menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari upaya pelestarian sumber daya alam (Astriani, 2008).

(31)

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu tempat lingkungan baik alam yang alami maupun yang buatan serta budaya yang ada bersifat inormaif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial budaya.

Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Jadi kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Hakim, 2004)

Ekowisata pesisir dan laut adalah wisata yang berbasis pada sumberdaya pesisir dan laut dengan menyertakan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekosistem pesisir dan laut. Dengan demikian, ekowisata pesisir dan laut merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan berkelanjutan dimana pengelolaan bentang alam diarahkan pada kelestarian sumberdaya pesisir dan laut, pengelolaan budaya masyarakat diarahkan pada kesejahteraan masyarakat pesisirdan kegiatan konservasi diarahkan pada upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberr daya pesisir untuk waktu sekarang dan masa mendatang (Tuwo, 2011).

Disamping itu ekowisata juga merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Dalam kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas dari ekowisata (Damanik dan Weber, 2006).

(32)

Menurut Tuwo (2011), pengembangan ekowisata pesisir dan laut harus mempertimbangkan dua hal, yaitu aspek tujuan wisata dan aspek pasar. Meskipun pengembangan ekowisata menganut konsep pengarusutamaan produk atau pasar, namun pengembangan produk wisata tetap menjamin kelestarian sumberdaya alam dan budaya masyarakat pesisir dan laut. Pengembangan ekowisata pesisir dan laut lebih dekat kepada aspek pelestarian karena di dalamnya sudah terkandung aspek keberlanjutan. Pelestarian sumberdaya alam dan budaya masyarakat akan menjamin terwujudnya keberlanjutan pembangunan. Dalam pelaksanaannya, ekowisata pesisir dan laut hampir tidak dilakukan eksploitasi sumber daya alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dam psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek, ekowisata pesisir dan laut merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Artinya, ekowisata pesisir dan laut tidak hanya menjual tujuan atau objek, menjual filosofi dan rasa. Dari aspek inilah ekowisata pesisir dan laut tidak akan mengenal kejenuhan pasar.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat.

Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam

(33)

dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

Ekowisata (eco-tourism) disebutkan di UU No.9 tahun 1990 pasal 16 sebagai kelompok-kelompok obyek dan daya tarik wisata, yang diperkuat oleh perpu No. 18 tahun 1994, sebagai perjalanan untuk menikmati gejala keunikan alam di taman nasional, hutan raya, dan taman wisata alam. Berbagai pendapat lain tentang ekowisata adalah Lascurain dan Ceballos (1988) yang lebih menekankan pada faktor daerah alami, oleh The Ecotourism Society (1993) sebagai suatu perjalanan bertanggung jawab ke lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan kesejateraan penduduk setempat. Ziffer (1989) menekankan pada sektor sejarah dan budaya, Whelan (1991) pada faktor etnis, Boo (1992) pada faktor pendidikan lingkungan, Steele (1993) tentang proses ekonomi, Cater and Lowman (1994) tentang pemanfaatan bertanggung jawab dan imbuhan kata „eco‟(seperti ecotour, ecotravel, ecosafari, ecovacation, ecocruise, dll), Hudman et.al. (1989) pada faktor budaya, Lindberg (1991) pada faktor pelestarian, Gunn (1994) pada faktor petualangan, Brandon (1996) pada faktor pengetahuan dan konservasi, Kususdianto (1996) memberikan batasan ruang lingkup usaha ekowisata, dan Silver C. (1997) yang memberikan batasan-batasan berikut:

 Menginginkan pengalaman asli,

(34)

 Layak dijalani secara pribadi maupun sosial,

 Tak ada rencana perjalanan yang ketat,

 Tantangan fisik dan mental,

 Interaksi dengan budaya dan penduduk setempat,

 Toleran pada ketidaknyamanan,

 Bersikap aktif dan terlibat,

 Lebih suka petualangan daripada pengalaman.

Sedangkan Choy, Low dan Heilbron (1996) memberikan batasan lima faktor pokok yang mendasar yaitu:

 Lingkungan,

 Masyarakat,

 Pendidikan dan Pengalaman,

 Keberlanjutan,

 Manajemen.

Ecoturism Research Group (1996), yang membatasi tentang wisata bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang terkait dengan :

 Mendidik tentang fungsi dan manfaat lingkungan,

 Meningkatkan kesadaran lingkungan,

 Bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi,

 Menyumbang langsung pada keberkelanjutan.

(35)

2.7 Pengertian Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air.

Menurut Steenis (1978) mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Nybakken (1988) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semakyang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Soerianegara (1990) bahwa hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daearah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh :

 Tidak terpengaruh iklim ;

 Dipengaruhi pasang surut ;

 Tanah tergenang air laut;

 Tanah rendah pantai;

 Hutan tidak mempunyai struktur tajuk;

 Jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada

(Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), nipah (Nypa sp.) dll.

Mangrove merupakan pohon yang sudah beradaptasi sedemikian rupa sehingga akan mampu untuk hidup di lingkungan berkadar garam tinggi seperti lingkungan laut. Sedangkan hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis

(36)

dan subtropis yang didominasi beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Nontji, 1993).

Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup diantara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat msngrove seringkali ditemukan ditempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau payau. (Murdiyanto,2003).

Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau. Tanaman dikotil adalah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis hutan mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Hutan mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa.

Hutan pantai yaitu hutan yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak pernah mengalami genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai dapat terdapat disepanjang pantai yang curam di atas garis pasang air laut. Kawasan ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan mungkin berbatu-batu. Juga merupakan hutan yang terdapat di daerah-daerah kering tepi pantai dengan kondisi tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang tertinggi. Pada daerah seperti ini, umumnya jarang tergenang oleh iar laut, namun sering terjadi atau terkena angin kencang dengan hembusan garam. Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam kawasan yang selalu tergenang air tawar. Oleh karena itu, hutan rawa terdapat di daerah yang landai, biasanya terletak di belakang hutan payau. Hutan rawa

(37)

juga merupakan hutan yang tumbuh dan berkembang pada kawasan atau wilayah yang selalu tergenang air tawar. Hutan rawa juga biasanya terdapat di belakang hutan payau atau mangrove. Secara periodik hutan rawa juga terbentuk pada daerah-daerah yang terletak di dekat aliran sungai bila adanya hujan yang selalu tergenang.

2.8 Kondisi Lingkungan Hidup Indonesia

Indonesia dengan luas daratan yang hanya 1,3 % dari seluruh permukaa bumi, kaya akan akan berbagai jenis kehidupan liar dan berbagai tipe ekosistem yang sebagaian besar diantaranya tidak dijumpai di bagian lain di bumi ini.

Kekayaan bumi Indonesia menurut World conservation Monitoring Committee (1994) mencakup 27, 500 jenis tumbuhan berbunga (merupakan 10% dari seluruh jenis timbuhan di dunia), 515 jenis mamalia (12% jenis di dunia), 1.539 jenis burung (merupakan 17% dari jenis seluruh burung di dunia). 781 jenis reptilian dan ampibi di dunia, selain itu, Indonesia memiliki tingkat endemitas keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan potensi tersebut, Indonesia layak menyandang predikat sebagai Negara Megabiodivesiti, baik dari segi keanekaragaman genetic, jenis maupun ekosistemnya.

Untuk terus menjaga kelestarian keanekaragaan hayati tersebut maka dibentuklah pola-pola pengelolaan kawasan untuk perlindungan keanekaragaman hayati tersebut, seperti :

 Kawasan Konservasi : Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan hutan lindung.

(38)

 Kawasan Suaka Alam : Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat

maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

 Cagar Alam : Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai

kekhasan tumbuhanan atau satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

 Suaka Margasatwa : Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas yang

berupa keanekaragaman atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

 Taman Nasional : Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,

dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.

 Taman Wisata Alam : Kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

 Taman Hutan Raya : Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, budaya pariwisata, dan rekreasi.

 Taman Buru : Kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat diselenggarakannya perburuan secara teratur.

(39)

 Hutan Lindung : Kawasan hutan karena keadaan dan sifat alamnya diperuntukkan guna pengatur tata air, pencegahan banjir ,erosi abrasi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

(40)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

3.1 Sejarah Kabupaten Serdang Bedagai

Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai. Kesultanan Serdang dimulai ketika terjadi perebutan tahta kesultanan Deli setelah Tuanku Panglima Paderap (pendiri kesultanan Deli) mangkat pada tahun 1723. tuanku Gandar Wahid, anak kedua Tuanku Panglima Paderap mengambil alih tahta dengan tidak memperdulikan abangnya Tuanku Jalaludin dan adiknya Tuanku Umar. Tuanku Jalaludin tidak bisa berbuat banyak karena cacat fisik, sementara Tuanku Umar terpaksa mengungsi ke wilayah Serdang.

Melihat hal ini beberapa petinggi wilayah yakni Datuk Sunggal Serbanyaman, Raja Urung Sinembah, Raja Ulung Tanjong Morawa dan Kejuruan Lumu sebagai wakil Aceh menabalkan Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Shah Kejuruan Junjungan sebagai Sultan Serdang pertama pada tahun 1728. wilayah kesultanan ini berpusat di Kampung Besar tempat dimana ibunya, Tuanku Ampunan Sampali tinggal. Tuanku Umar atau Raja Osman akhirnya tewas saat pasukan kerajaan Siak ingin menaklukan kerajaan-kerajaan Melayu di pesisir Sumatera Timur di tahun 1782. makam Tuanku Umar sampai kini masih ada di tengah-tengah perkebunan Sampali. Kesultanan Serdang kemudian dilanjutkan oleh putranya Tuanku Ainan Johan Alam Shah. Sedangkan adiknya Tuanku Sabjana ditempatkan sebagai Raja Muda di kampung Kelambir pinggir Sungai Tuan. Di bawah kepemimpinan Tuanku

(41)

Ainan, Kesultanan Serdang mengalami perkembangan dengan melebarkan wilayah kekuasaan hingga ke Percut dan Serdang Hulu. Kesultanan Siak memberi gelar

”Sultan” pada Tuanku Ainan di tahun 1814. istrinya adalah putri dari Raja Perbaungan, yakni Tuanku Sri Alam. Anak-anak Tuanku Ainan membuka dan memimpin perkampungan-perkampungan baru.

Tahun 1817, Tuanku Ainan mangkat dan diganti oleh putra keduanya, Tengku Sinar karena putra pertamanya Tengku Zainal Abidin tewas dalam pertempuran membantu mertuanya di Kampung Punggai. Tengku Sinar di Kampung Punggai.

Tengku Sinar kemudian diberi gelar Paduka Sri Sultan Thaf Sinar Bashar Shah. Pada zaman inilah Kesultanan Serdang mengalami kejayaan dengan perdegangan dan pemerintahan yang adil. Perjanjian dagang dengan Inggris dibuat tahun 1823.

Tercatat ekspor ketika itu berjumlah 8.000 pikul terdiri lada, tembakau, kacang putih, emas dan kapur barus. Sedangkan Inggris memasok kain-kain buatan Eropa.

Wilayah kekuasan sudah melebar mulai dari Percut, Padang Bedagai, Sinembah, Batak Timur sampai Negeri Dolok. Sultan Serdang keempat adalah Tengku Muhammad Basyaruddin yang kemudian bergelar Paduka Sri Sultan M.

Basyarauddin Syaiful Alam Shah. Ia ditabalkan di tahun 1850 sesaat setelah ayahandanya mangkat. Basyaruddin merupakan putra keempat Tuanku Ainan.

Selama pemerintahannya, Kesultanan Serdang melebarkan wilayah jajahannya hingga ke Batubara (Lima Laras), seluruh Senembah dan menembus kawasan Karo dan Batak Timur.

(42)

Ketika pengaruh Belanda semakin kuat, Sultan Basyarudiin dengan tegas memihak pada Kesultanan Aceh dan melakukan perlawanan. Hal ini membuat ia diberi mandat sebagai Wajir (kuasa) Sultan Aceh dengan wilayah kewajirannya meliputi Langkat hingga Asahan. Sebagai wajir, ia menghadapi kedatangan ekspedisi Belanda yang dipimpin Netscher tahun 1862. Di sisi lain, Sultan Basyaruddin berusaha menjaga perdamaian dengan Kesultanan Deli yang memiliki hubungan akrab dengan Belanda. Namun peperangan dengan Kesultanan Deli sempat pecah ketiak Serdang merebut kembali wilayah Denai. Demikian juga ketika Kesultanan Aceh mengirim 200 kapal perang untuk menyerang Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat, Sultan Basyaruddin turut membantu. Dalam melawan Belanda, Sultan Basyaruddin didukung oleh para raja dan orang-orang besar jajahannya seperti raja Kampung Kelambir: Raja Muda Pangeran Muda Sri Diraja M Takir, Wajir Bedagai:

Datuk Putera Raja Negeri Serdang Ahmad Yudha, Wajir Senembah: Kejuruan Seri Diraja Sutan Saidi.

Melihat perlawanan yang begitu kuat, akhirnya Belanda pada Agustus 1865 menurunkan ribuan pasukannya di Batubara dan Tanjung Balai. Penyerangan ini diberi sandi Ekspedisi Militer melawan Serdang dan Asahan. 30 September, pasukan Belanda sampai di Serdang dan langsung mengejar Sultan Basyaruddin yang bertahan di pedalaman, hingga akhirnya perlawanan tersebut dipatahkan pada 3 Oktober dan Sultan Basyaruddin ditawan Belanda. Belanda kemudian merampas tanah-tanah jajahan Serdang seperti Padang, Bedagai, Percut dan Denai. 20 Desember 1879, Sultan Basyaruddin mangkat di Istana Bogak, Rantau Panjang dan dimakamkan di dekat Stasiun Araskabu. Kesultanan Serdang diteruskan pada Tengku Sulaiman yang

(43)

saat itu masih dibawah umur, 13 tahun. Ia ditabalkan menjadi Paduka Sri Sultan Tuanku Sulaiman Syariful Alam Shah. Untuk menghindari kekosongan kekuasaan pamannya Tengku Mustafa bergelar Raja Muda Sri Maharaja diangkat sebagai Wali Sultan. Penabalan ini dilaksanakan di Istana Tanjung Puteri, Bogak, Rantau Panjang.

Pengangkatan ini tidak serta merta diakui oleh Residen Belanda. Mereka memberi 3 syarat jika Sultan Sulaiman ingin diakui yakni: Serdang tidak menuntut daerah- daerah yang telah dirampas Belanda, penetapan tapal batas antara Deli dan Serdang serta Sultan harus tunduk pada kekuasaan Belanda. Namun Sultan Sulaiman tidak perduli. Tahun 1882, Belanda memaksa agar sebagian wilayah Senembah diserahkan kepada Deli dengan imbalan Deli akan menyerahkan kembali Negeri Denai. Sultan Sulaiman baru diakui pada tahun 1887 walau ia tetap tidak setuju atas tapal batas dengan Deli yang ditentukan Belanda.

Tahun 1891 Kontrolir Belanda, Douwes Dekker memindahkan ibukota Kesultanan Serdang ke Lubuk Pakam karena Rantau Panjang selalu mengalami banjir. Namun Sultan Sulaiman tidak mau. Ia yang telah membangun istana Kota Galuh dan mesjid Sulaimaniyah di Persimpangan Tiga Perbaungan pada tahun 1886 justru pindah ke istana tersebut. Kota ini menjadi tandingan kota Lubuk Pakam karena sultan kemudian membangun kedai, pasar dan pertokoan sehingga ramai.

Daerah-daerah taklukan Serdang yang dikuasai Belanda dijadikan perkebunan seperti di Denai, Bedagai, Senembah dan Percut. Seluruh perkebunan ini mengikat kontrak dengan Sultan Deli. Walau diakui namun kekuasaan sultan pelan-pelan dibatasi Belanda. Bahkan ketika pulang bertemu dengan Kaisar Jepang Tenno Heika Meiji Mutshuhito, tapal batas dengan Bedagai telah diperkecil Belanda. Belanda juga

(44)

menghapus jabatan-jabatan penting kesultanan setelah yang menyandangnya meninggal dunia.

Di bawah pimpinan Sultan Sulaiman, kesultanan Serdang membangun 2.000 bahu lahan persawahan lengkap dengan irigasinya. Kemudian di tahun 1903 didatangkan transmigran masyarakat Banjar untuk mengolahnya. Sultan juga membuka pabrik belacan dan sabun di Pantai Labu serta membuka perkebunan tembakau di Kuala Bali. Bank Batak dibangun Sultan di Bangun Purba sebagai penunjang roda perekonomian di Serdang. Di bidang pendidikan Sultan mendirikan sekolah Syairussulaiman di Perbaungan. Dalam buku Kronik Mahkota Kesultanan Serdang yang ditulis Tuanku Luckman Sinar Basarsyah, Sultan Sulaiman digambarkan orang yang anti Belanda. Misalnya Sultan Sulaiman adalah orang yang memperjuangkan agar rakyat yang tinggal di sekitar perkebunan tembakau konsesi dibenarkan mengerjakan lahan untuk tanaman padi saat areal perkebunan dibelukarkan. Untuk memastikannya ia membuat kodefikasi tentang Hak Adat Rakyat Penunggu di tahun 1922, hak ini membenarkan siapa saja yang memenuhi syarat untuk memperoleh hak jaluran. Sultan Sulaiman juga dikenal akrab dengan kesenian dan kebudayaan. Ia mendirikan teater ”Indera Ratu” yang membawakan cerita-cerita Melayu, India dan Barat. Sekali setahun teater ini menggelar pertunjukan ke berbagai pelosok Serdang untuk menghibur rakyat secara gratis. Sultan juga menghidupkan teater tradisional ”Makyong” dan wayang kulit jawa yang dihadiahkan oleh Sultan Hamengkubowono VIII. Biasanya kesenian ini digelar pada tiap hari raya di depan Istana Perbaungan.Saat perang dunia kedua, Jepang yang masuk ke Serdang

(45)

melalui Pantai Perupuk Tanjung Tiram, Batubara. Namun pasukan ini terkejut ketika masuk ke istana menemukan gambar Tenno Heika Meiji tergantung di dinding istana.

Sejak itu hubungan Sultan Sulaiman dengan tentara pendudukan Jepang terjalin baik. Bahkan Sultan diberikan mobil dengan plat no. 1. Jepang juga berjanji tidak akan mengambil pekerja paksa dari Serdang dengan syarat Serdang harus menyuplai beras ke markas-markas Jepang. Sultan Sulaiman juga segera mengibarkan bendera merah putih ketika mendengar proklamasi 17 Agustus 1945 melalui gubernur Sumatera Timur, TM Hassan, Sultan mengirimkan sebuah telegram kepada Presiden Soekarno yang menyatakan kesultanan Serdang serta seluruh daerah taklukannya mengakui kekuasaan pemerintah Republik Indonesia dan dengan segala kekuatan akan mendukungnya. Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar Negara Sumatera Timur (NST) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk permusyawaratan Rakyat se-Sumatera Timur menentang kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional.

Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur tidak bersedia. Akhirnya pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain UUDS Kesatuan

(46)

yang berdasar dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan UUD 1945. Atas dasar itu kesultanan Serdang masuk dalam kabupaten Deli Serdang. Karena Sumatera Timur dibagi atas 5 afdeling, salah satu diantaranya adalah Deli dan Serdang.

Afdeling ini dipimpin oleh seorang Asisten Residen serta terbagi atas 4 (empat) onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota di Medan, Bovan Deli beribukota di Pancur Batu, Serdang beribukota di Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota di Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh seorang kontrolir.

Proses lahirnya undang-undang tentang pembentukan Sergai sebagai kabupaten pemekaran merujuk pada usulan yang disampaikan melalui Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Deli Serdang.

Kemudian Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Atas Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten (Kabupaten Deli Serdang (Induk), dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten yang luasnya mencapai 1.900,22 kilometer persegi ini, terdiri atas 243 desa/kelurahan yang berada dalam 17 kecamatan.

3.2 Letak Geografis

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai

(47)

terletak pada posisi 20 57‟‟ Lintang Utara, 30 16‟‟ Lintang Selatan, 980 33‟‟ - 990 27‟‟ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan. Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

o Sebelah Utara : Selat Malaka

o Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun o Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun

o Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Potensi utama dari Kabupaten Serdang Bedagai dalam bidang Pariwisata adalah letak geografisnya. Kabupaten Serdang Bedagai menawarkan pesona wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya yang menakjubkan. Serdang Bedagai yang memiliki panjang pantai kurang lebih 95 Km ini, merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari. Dalam waktu dekat Wisata Agro akan juga di kembangkan hal ini dikarenakan Kabupaten Serdang Bedagai memiliki banyak perkebunan dan areal pertanian yang dapat dimanfaatkan menjadi wisata agro yang juga dapat dimanfaatkan menjadi wisata belajar (Ekowisata). Selain itu Pulau Berhala juga akan dipersiapkan menjadi marine tourism (wisata bahari). Hal ini ditandai dengan akan disetujuinya pengembangan objek wisata bahari di lokasi itu oleh investor. Hal ini diharapkan dapat menambah pemasukan PAD dari sektor Pariwisata.

(48)

Sebagian dari lokasi objek wisata pantai didaerah ini dikelola secara sederhana, tetapi salah satu diantaranya telah dikembangkan secara profesional bekerjasama dengan investor Malaysia, yakni Kawasan Wisata Theme Park Pantai Cermin sebagai ikon Pariwisata di Sumatera Utara akan terus dikembangkan terlebih letaknya cukup strategis dan tidak terlalu jauh dari pusat kota Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara. Untuk wisata alam, wilayahnya dilalui banyak sungai besar, sedang dan kecil yang berasal dari pegununan Bukit Barisan. Air gunung yang sejuk dan segar mengalir berliku-liku mengukir panorama alam yang indah dan mempesona menuju Selat Malaka. Kondisi ini menjadikan Serdang Bedagai memiliki beberapa obyek wisata pemandian alam yang telah dikelola sebagai tempat wisata. Sedangkan untuk wisata budaya, penduduknya yang terdiri dari berbagai jenis etnis yakni Melayu sebagai etnis asli serta Simalungun, Batak Toba, Jawa, Karo, Mandailing dan lain-lain sebagai etnis pandatang, memiliki beragam adat istiadat dan budaya yang layak dilestarikan. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki satu pulau diantara 12 pulau terluar dari Indonesia yaitu Pulau Berhala yang letaknya 70 mil dari Belawan dan 21 mil dari Tanjung Beringin yang memiliki panorama pantai yang unik dan indah, keindahan terumbu karang, hutan tropis jenis flora dan fauna dan akan dikembangkan tempat wisata yagn berwawasan ramah lingkungan.

3.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2012 berjumlah 604.026 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 303.039 jiwa dan

(49)

perempuan 300.987 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2012 adalah sebesar 318 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 910 jiwa/km2, disusul Kecamatan Teluk Mengkudu 624 jiwa/km2, kemudian Sei Bamban 602 jiwa/km2. Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Kotarih 103 jiwa/km2, dan Kecamatan Bintang Bayu 112 jiwa/km2.

Ditinjau dari persebaran penduduk, jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 101.557 jiwa atau 16,81 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 8.104 jiwa atau 1,34 persen.

3.4 Mata Pencaharian

Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai pesisir pantai yang cukup panjang, sekitar 95 km yang mencakup lima kecamatan yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Bandar Khalifah. Dengan kondisi tersebut maka tidak heran apabila banyak penduduk berprofesi sebagai nelayan. Namun demikian, kegiatan perikanan tangkapnya masih didominasi oleh penangkapan skala kecil dengan menggunakan alat tangkap purse seine, gillnet, trammel net dan pancing. Hal ini dibuktikan data tahun 2007, dimana secara keseluruhan, armada kapal penangkapan ikan di Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 1.898 unit, yang terdiri atas kapal motor sebanyak 1.507 unit, dan perahu tanpa motor sebanyak 391 unit. Untuk kapal motor,

(50)

masih didominasi oleh kapal motor berukuran 3-5 GT sebanyak 798 unit, kurang dari 3 GT 565 unit, 6-9 GT sebanyak 120 unit dan 24 unit kapal berukuran 10-20 GT.

Pada umumnya masyarakat pesisir memiliki mata pencaharian yang saling bertumpang tindih. Umumnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir ini masih rendah dengan taraf ekonomi yang juga tergolong rendah. Sebagian besar masyarakat sekitar mangrove di sepanjang pantai timur Kabupaten Serdang Bedagai menggantungkan kehidupannya sebagai nelayan. Pada umumnya masyarakat pesisir memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar mereka untuk membuat tempat-tempat mereka bermukim.

Namun seringkali kondisi ini dieksploitasi oleh pihak-pihak lain untuk kepentingan pihak tertentu. Hal ini disebabkan tingkat pemahaman, sumber daya manusia maupun perekonomian yang tergolong rendah. Seperti dalam pembukaan tambak, dulunya (sekitar era tahun 1970 s/d 1980) kawasan tersebut merupakan kawasan vegetasi mangrove yang pada saat itu merupakan tegakan tumbuhan dalam bentuk pohon.

Pada saat itu masyarakat memang sudah mulai melakukan perambahan hutang mangrove untuk dimanfaatkan kayunya sebagai kayu bakar, namun perambahan yang dilakukan tidak sampai merusak pohon, apalagi lahan hutan mangrove. Kemudian kondisi ini berubah sekitar tahun 1982, dimana pada saat itu komoditi udang jenis tiger merupakan komoditi yang menjadi primadona pada saat itu. Kegiatan budidaya udang jenis tiger tersebut tumbuh menjamur di sekitar kawasan tersebut ditandai dengan pembuatan tambak-tambak di sekitar kawasan. Pembuatan tambak-tambak tersebut pada awalnya dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat dalam skala

Gambar

Gambar  1.  Kondisi  Kawasan  Hutan  Mangrove  di  Kecamatan  Sei  Nagalawan  Kabupaten Serdang Bedagai

Referensi

Dokumen terkait

[r]

3D city models based on such standards are increasingly used by engineers and urban planners in the environmental and energy sector. Previously 2D, spatial data

Using artificial networks algorithms for the interpolation and optimisation based on the IDW method with GA could be estimated the high precise

Beyond the usual analysis that suggests the most suitable power plants based on the yearly yield, we use a decision tree that selects plants based on the match of its power

The movement data are provided by the Metropolitan Police Automatic Personnel Location System (APLS), which records officers’ location stamps with the

Pengungkapan potensi geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat mengandung arti bahwa potensi sumber daya alam Indonesia yang berada di permukaan dan bawah

The extracted temperature data were compared to observed temperatures and showed a good correlation, with differences of 152oc.The variability of these retrieved

In recent years compact and light weight FMCW radar systems in the millimetre and also lower terahertz domain become appli- cable for mobile mapping scenarios.. Operational airborne