• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Singkat 2.2. Karakteristik Jambu Biji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Singkat 2.2. Karakteristik Jambu Biji"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Singkat

Jambu biji (Psidium guajava L) merupakan tanaman buah yang berasal dari daerah tropik Amerika yaitu berasal dari daerah antara Meksiko dan Peru (Ashari 2005). Penyebaran jambu biji pada awalnya dilakukan oleh burung, biji tersebut jatuh di suatu area kemudian tumbuh di daerah tersebut. Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis

Pada awalnya penyebaran jambu biji dibawa oleh orang Spanyol ke Philipina dan oleh orang Portugis diintroduksi ke India, sehingga sampai saat sekarang jambu biji menyebar hampir di daerah tropik dan sub tropik.

2.2. Karakteristik Jambu Biji

Jambu biji termasuk dalam famili Myrtaceae yang memiliki 80 genus dan 3000 spesies (Nakasone dan Paull, 1999). Jumlah spesies Psidium diperkirakan sebanyak 150 spesies. Jambu biji dapat berbuah sepanjang waktu, puncak musim berbuah yaitu pada bulan Januari dan Maret. Buah dapat dipanen setelah 120-200 hari antesis. Penyerbukan bersifat menyerbuk sendiri, tetapi juga dapat menyerbukan sendiri 35 persen.

Tanaman jambu biji berupa perdu, tingginya 3-10 m, tajukya lebar, bercabang dari pangkal dan mengeluarkan anakan. Batang mempunyai ketebalan 10-30 cm. Jenis lain yaitu jambu biji semak, tingginya 6-9 m batangnya berdiameter 30 cm atau lebih. Bentuk buahnya beragam ( oval, bulat, bentuk pear) dan diameternya 1.2-10 cm, warna kulit buahnya matang, warna daging buahnya beragam (kuning, merah muda, putih, dan putih kekuningan) serta teksturnya ada yang kasar dan ada yang licin.

Menurut Nakasoke dan Paul (1999) terdapat 14 kultivar jambu biji yang sudah dibudidayakan diantaranya berasal dari India, Hawai, Burma, Hongkong, Florida dan Indonesia. Satuhu dan Sjaifullah (1991) menyatakan beberapa varietas jambu di Indonesia diantaranya jambu Bangkok, jambu Susu, jambu Paris, jambu

(2)

Sukun dan jambu Klutuk. Spesies lain yang sudah dibudidayakan adalah jambu merah Getas, jambu Pasar Minggu, jambu Sari, jambu Apel.

2.3. Manfaat dan Kandungan Buah Jambu Biji

Jambu biji mengandung vitamin C yang tinggi yaitu 85-218 mg per 100 g buah (Satuhu dan Sjaifullah 1991). Kandungan nutrisi yang terdapat dalam 100 g daging buah yaitu C 10-2000 mg, fosfor 23-37 mg, kalsium 14-30 mg, besi 0.6-1.4 mg dan vitamin A serta vitamin-vitamin lain seperti vitamin B1, B2, B6 dan disamping itu jambu biji merah lonjong mempunyai kadar vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan jambu merah bulat, jambu merah Getas, jambu Susu, dan jambu Bangkok. Selain itu juga ekstrak jambu biji dapat menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab demam berdarah dan dapat meningkatkan trombosit sampai 100.000 mm3dalam waktu dua hari.

Satuhu dan Sjaifullah (1991) menyatakan bahwa manfaat lain tanaman Jambu biji ini selain sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi. Jambu biji juga berguna sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias, daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional serta kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan keras.

2.4. Budidaya Jambu Biji

Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 oC di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan.

(3)

Jambu biji merupakan tanaman yang sangat toleran pada cekaman lingkungan seperti kekeringan, lahan berbatu dan pH yang rendah yaitu pada pH 4.5-8. Menurut Ashari (1995) jambu biji dapat tumbuh didaerah tropik pada ketinggian 0-1500 meter dpl. Pada pertumbuhan Jambu biji ini pH yang optimum adalah 5-7 dengan tanah yang berdrainasi baik dan banyak mengandung bahan organik. Disamping itu kelembaban mempengaruhi karena kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh didataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji.

2.4.1. Sistem Budidaya Jambu Biji 2.4.1.1. Pembibitan

Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung. Berikut ini beberapa tahap pembibitan dalam budidaya jambu biji yang umumnya dilakukan.

1) Persyaratan benih

Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari a) Buah yang sudah cukup tua b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang. 2). Penyiapan Benih,

Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25 persen Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya

direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk menghidari jamur, biji dapat

(4)

dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggian 5-6 meter bibit yang disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telah bergaris tengah 1 cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan ditaruh dalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru dipindah kelokasi yang telah disiapkan.

3) Teknik Penyemaian Benih

Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yang ideal sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng satu meter, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg atau satu karung dengan keadaan sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan. Biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorong pertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambah sekitar umur 1-1,5 bulan. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng pembibitan,

(5)

penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari sampai menjelang mata hari terbit

5) Pemindahan Bibit

Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.

2.4.1.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan

Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan khususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsur nitrogen, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk kandang dengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan.

2) Pembukaan Lahan

Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang

(6)

cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 meter dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar.

3) Pembentukan Bedengan

Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yang berukuran 3 m lebar, panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar 4 meter, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5 meter dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 meter, untuk sarana lalu-lintas para pekerja dan dapat digunakan sebagai saluran air pembuangan, untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang.

4) Pengapuran

Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baru terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lubang-lubang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lubang, guna menetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk kandang.

5) Pemupukan

Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama diberi NPK. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang peggunaannya tidak dapat sembarangan, terlebih-lebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri.

(7)

2.4.1.3. Teknik Penanaman 1) Penentuan Pola Tanaman

Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur ditempatan pada bedeng-bedang yang telah siap. Untuk menghindari sengatan sinar matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh.

2) Pembuatan Lubang Tanaman

Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat penanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian dibuat lubang-lubang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan untuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1 minggu dimaksudkan agar jasad renik yang akan mengganggu tanaman musnah sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m.

3) Cara Penanaman

Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah seperti semula dan tanah di bagian atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1 blek ± 20 liter) pupuk kandang yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun baru bibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan untuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu.

(8)

Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara alamiah.

2.4.1.4. Pemeliharaan Tanaman

Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang diperhatikan dengan baik akan memberikan imbalan hasil yang memuaskan. 1) Penjarangan dan Penyulaman

Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.

2) Penyiangan

Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.

3) Pembubunan

Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak.

(9)

4) Pemangkasan

Agar tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya. 5) Pemupukan

Usaha menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala. Untuk menjaga kesuburan tanah pada lahan jambu biji, tanah disekitar jambu biji perlu diberikan pupuk. Biasanya pupuk yang diberikan adalah pupuk organik (kandang) dan pupuk anorganik ( NPK, KCL,KCL dan lain-lain). Agar tanaman jambu biji tetap memiliki buah produktif, baiknya digunakan pupuk yang sudah matang dan di tanam dengan jarak 30 centimeter dari tanaman.

6) Pengairan dan Penyiraman

Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman.

7) Panen

Jambu biji merah Getas dapat berbuah sepanjang tahun hal ini menjadi alasasan kenapa banyak dibudidayakan oleh petani disamping memiliki manfaat yang beranekaragam, puncak musim berbuah yaitu pada bulan Januari sampai Maret. Ciri-ciri jambu biji yang sudah matang biasanya

(10)

terlihat menjadi warna hijau muda ke putih putihan dan aroma jambu biji sudah mulai tercium. Pohon dapat berbuah maksimum setelah 5-8 tahun tergantung pada kondisi jarak tanam. Masa pertumbuhan dari jambu biji sangat panjang bisa mencapai 40 tahun, tetapi tanaman ini dapat berbuah lebat selama 15-25 tahun.

2.4.2. Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama atau penyakit pada tanaman jambu biji mulai fase pembibitan, tanaman muda, hingga tanaman yang sudah berbunga dan berbuah. Penyakit yang sering mengganggu adalah pohon jambu biji adalah sebagai berikut

2.4.2.1. Hama

Hama sangat menggangu pada pertumbuhan jambu biji, jenis hama yang sering dijumpai adalah seperti ulat daun (trabala pallida), ulat keket (Ploneta diducta). Sedangkan untuk semut dan tikus. Pengendaliannya adalah dengan penyemprotan Furadan sedangkan kalong dan bajing keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik, dimana yang termasuk faktor biotik seperti persediaan makanan sehingga untuk pengendaliannya adalah dengan menggunakan musuh secara alami.

Hama lain yang sering muncul adalah Ulat putih gejala yang timbul seperti buah menjadi berwarna putih hitam, pengendaliannya dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan dan untuk ulat penggerek batang (Indrabela Sp) yang membuat kulit kayu dan mampu membuat lubang sepanjang 30 cm. Pengendaliannya sama dengan ulat putih sedangkan untuk ulat jengkal (Berta chrysolineate) atau ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat dan beruas-ruas, gejala yang timbul yakni pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning. Pengendalian yang dilakukan adalah sama dengan ulat putih.

(11)

2.4.2.2. Penyakit

Penyakit yang sering timbul adalah seperti 1) Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons) menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan. Gejalanya adalah adanya bercak bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan 1) menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin. 2) Jamur Ceroospora psidil, Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil, gejala yang timbul adalah bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin, 3) Penyakit karena cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus, gejala yang timbul adalah rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin

2.4.2.3. Gulma

Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman jambu biji yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar tanaman jambu biji yang mengganggu. Gejala yang timbul adalah timbulnya bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyempotakan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin.

2.4.3. Pasca Panen

Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug. Penyortiran dan penggolongan bertujuan untuk menyortir buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai harga jualnya tinggi.

Biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran

(12)

diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Penyortiran dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan digabung dengan jenis yang lain. Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu lama dan sementara belum terjual, dapat ditampung dalam gubug-gubug atau gudang agar terhindar dari gangguan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Hasil peneliti Tirtayasa (2009) Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Petani Primatani Di Kota Depok Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawangan Kelurahan Pasir Putih dan Kota Depok Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan usahatani jambu biji petani Primatani di Kota Depok dan menganalisis efisiensi pendapatan usahatani jambu biji petani Primatani dibandingkan dengan petani non Primatani. Metode penelitian yang digunakan adalah menghitung pendapatan usahatani dan menganalisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio)

Pendapatan usahatani yang dianalisis pendapatan sistem penjualan per kilogram. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai imbangan penerimaan dan biaya atau Return to Cost Ratio (R/C). Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani jambu biji pada daerah Primatani adalah sebesar Rp 379.384.460,- pada tahun 2008 dan pendapatan biaaya total sebesar Rp. 317.833.326,-. Nilai imbangan dan biaya atau Return to Cost Rasio (R/C) atas biaya total pada usahatani jambu biji di daerah tersebut sebesar 1,88 dan R/C atas biaya tunai sebesar 2,27. Bila dibandingkan dengan daerah Non Primatani pendapatan atas biaya tunai pada usahatani jambu biji pada aerah Non Primatani sebesar Rp. 308.963.752,- pada tahun 2008, dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 262.177.418,-. Nilai imbangan dan biaya atau Return to Cost Rasio (R/C) atas biaya total pada usahatani jambu biji di daerah tersebut sebesar 2,07 dan R/C atas biaya tunai sebesar 2,56. Sama halnya dengan daerah Primatani, daerah Non Primatani R/C rasio juga diatas angka satu, maka usahatani jambu biji di daerah Kota Depok baik untuk daerah Primatani dan Non Primatani efisien untuk dijalankan.

Hasil penelitian Husen (2006), dalam penelitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas

(13)

Dewa-Propinsi Jawa Barat. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menghitung tingkat pendapatan usahatani belimbing dengan membandingkan sistem penjualan yang terjadi lokasi penelitian, mengindentifikasi pola rantai pasokan belimbing dari petani hingga konsumen akhir baik yang melalui pasar tradisional maupun yang melalui pasar modern, menganalisis perilaku lembaga pemasaran yang terkait dengan rantai pasokan yang terjadi di pasar tradisonal dan pasar modern. Metode penelitian yang digunakan adalah menghitung pendapatan usahatani dan menganalisis rantai pasokan (saluran pemasaran).

Hasil penelitian tersebut diperoleh nilai imbangan penerimaan dan biaya atau return to cost ratio (R/C) total per buah adalah 2,29. Sedangkan untuk R/C tunai per buah diperoleh nilai 2,69, adapun untuk R/C ratio total usahatai Belimbing Depok pada sistem penjualan per kilogram diperoleh nilai sebesar 3,60 dan untuk R/C tunai sebesar 4,6. Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga rantai pasokan. Dari tiga rantai pasokan tersebut diketahui bahwa 70 persen petani Belimbing Depok memasarkan produknya langsung ke tengkulak, 16,7 persen petani menjual Belimbing Depok ke pedagang besar dan 13,3 persen petani menjual Belimbing Depok langsung ke pedagang pengecer. Sedangkan fungsi pemasaran fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Hasil analisis margin yang diterima petani (farmer’s share) tidak tersebar secara merata antara ketiga pasokan yang ada.

Daton (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Mete di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur menjelaskan bahwa Usahatani Jambu Mete di Desa Ratulodong, pendapatan tunai yang diterima atas total biaya usahatani jambu mete sebesar Rp. 660.333,33 per hektar, sehingga pendapatan tunai yang diperoleh adalah sebesar Rp. 2.318.600,00 per hektar. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,34 maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu mete di Desa Ratulodong saat ini menguntungkan.

Ekawati (2005) juga dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor menjelaskan bahwa Analisis Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor di Desa Sukaharja produksi dari Nenas Bogor sangat kecil bila dibandingkan dengan

(14)

produksivitas nasional, keterbatasan lahan, modal menjadi kendala yang dialami para petani Nenas Bogor. Pendapatan atas biaya total pada Analisis Usahatani Nenas Bogor di Desa Sukaharja untuk masa tanam selama dua tahun adalah Rp 5.352.789,11 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 16.031.848,11 per hektar per dua tahun. Nilai R/C rasio atas biaya total usahatani tersebut adalah 1,50. Analisis pemasaran diketahui bahwa petani memiliki posisi tawar yang lemah dalam menetukan harga jual. Saluran pemasaran yang banyak dipilih petani adalah saluran dari petani-pedagang keliling-konsumen akhir. Margin pemasaran yang paling besar terdapat pada saluran 3 (petani-tengkulak-pedagang pengecer-konsumen akhir) yaitu sebesar Rp 2.600,- Dari analisis farmer’s share diketahui bahwa saluran 1 memberi farmer’s share yang paling tinggi yakni sebesar 81,25 persen dan yang terendah 13,3 persen

Terdapat juga penelitian yang telah membahas tentang analisis pendapatan untuk komoditi non-buah-buahan. Tiku (2008) meneliti tentang pendapatan usahatani untuk komoditas padi sawah. Tiku membandingkan pendapatan usahatani pada padi sawah dengan sistem Mina padi dengan pendapatan usahatani pada sawah dengan sistem non Mina padi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji keragaan usahatani padi awah di Desa Tapos I dan Desa Tapos II, baik sistem Mina padi maupun non Mina padi, menganalisis pendapatan usahatani sistem Mina padi maupun sistem non Mina padi dan menganalisis perbandingan antara pendapatan usahatani dan sistem Mina padi dan non Mina padi (R/C). Metode penarikan sampel yang digunakan adalah dengan sengaja dengan sistem sample stratifikasi sederhana. Hasil penelitian dapat dikaji bahwa irigasi merupakan faktor yang sangat memiliki peranan penting dalam menentukan luas tanam padi secara umum dan luas penerapan sistem Mina padi secara khusus di lokasi penelitian. Hasil analisis pendapatan usahatani dapat diketahui bahwa pendapatan sistem Mina padi atas biaya tunai dan atas biaya total lebih besar dari sistem non Mina padi, jika tidak terserang penyakit (hama pengganggu tanaman padi). Jika terkena gangguan hama dan penyakit tanaman padi maka akan terjadi kondisi sebaliknya.

(15)

Hasil analisis dengan rata-rata lahan yang sama, sistem Mina padi menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan sistem non Mina padi. Jika dilihat dari perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi (R/C ratio) baik dari petani yang menggunakan sistem Mina padi dan non Mina padi, masih sama-sama menguntungkan karena posisi R/C masih diatas satu.

Beberapa hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa usahatani buah-buahan dan komoditi pertanian non buah-buahan yaitu pada usahatani padi di berbagai daerah memiliki prospek untuk dikembangkan karena memberikan pendapatan yang positif. Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya untuk lokasi yang berbeda, komoditas yang sama dan berbeda.

Referensi

Dokumen terkait

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena

Para PNS lingkungan Kecamatan dan Kelurahan wajib apel pagi setiap hari senin di Halaman Kantor Kecamatan Kebayoran Baru, dan akan diberikan teguran kepada yang tidak ikut apel

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sari dan Rina Harimurti dengan judul Sistem Pakar untuk Menganalisis Tingkat Stres Belajar pada Siswa

Kinerja Algoritma C4.5 yang digunakan untuk meenyelesaian masalah yang dihadapi direktur utama dalam penentuan pegawai yang direkomendasikan untuk promosi

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan

Upacara Uleak dalam bahasa Suku Bangsa Rejang disebut juga dengan alek atau umbung (yang berarti pekerjaan atau kegiatan yang diaturr selama pesta

Namun pada neonatus dengan gejala klinis TB dan didukung oleh satu atau lebih pemeriksaan penunjang (foto toraks, patologi anatomi plasenta dan mikrobiologis darah v.umbilikalis)

Data hasil observasi dalam penelitian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jajargenjang dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas IV