• Tidak ada hasil yang ditemukan

VISI MISI STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA. Visi. Misi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VISI MISI STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA. Visi. Misi"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

VISI MISI STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

Visi

Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dan religious dalam pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat pada tahun 2030.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bidang kesehatan secara komperhensif dengan mengedepankan nilai religius.

2. Menyelenggarakan penelitian dengan pihak terkait dan memanfaatkan hasil penelitian untuk pengembangan institusi dan masyarakat.

3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset.

4. Menyelenggarakan system manajemen pendidikan tinggi dengan menerapkan asas-asas otonomi, evaluasi diri, dan akuntabilitas.

5. Menyediakan Sumber Daya Manusia yang memadai.

6. Menyediakan fasilitas penunjang penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga buku panduan praktikum Keperawatan Medikal Bedah (KMB)sistem pencernaan ini dapat diselesaikan sebagai alat untuk membantu mahasiswa Program Studi Ners STIKES Panrita Husada Bulukumba dalam meningkatkan keterampilan praktek klinik Keperawatan Medikal Bedah (KMB).

Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan buku panduan praktikum ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mengharapkan pembaca/pengguna buku ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu yang ada dengan selalu membaca berbagai buku lainya dan tidak selalu terpaku pada buku petunjuk praktikum ini.

Tak ada gading yang retak, saran dan masukan yang ditunjukan untuk penyempurnaan buku panduan praktikum ini sangat kami harapkan. Semoga buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Bulukumba, Maret 2021

Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ...1

BAB II KOMPETENSI CAPAIAN ...2

A. Kompetensi ...2

BAB III PROSES PEMBELAJARAN...4

A. Metode ...4

B. Tempat Praktek...15

1. Kriteri pemilihan tempat ...15

2 Jenis Ruang Perawatan ...15

3 Pengaturan Ruang Praktek ...15

BAB IV Ketentuan dan Aturan Umum ...16

A. Ketentuan Umum . ...16

B. Ketentuan Akademik ...17

C. Ketentuan Administrasi ...17

D. Ketentuan Pelaksanaan ...17

E. Tata Tertib. ...19

BAB V PROSES PELAKSANAAN PRAKTEK ...20

A. Kegiatan Pembelajaran ...20

B. Pelaksanaan Praktek Klinik ...20

C. Penugasan Klinik ...25

(5)

C. Diagnosis KeperawatanYang Sering Muncul Pada Sistem Pencernaan ...53

D. Pengkajian Nutrisi dan Sistem Pemcernaan ...54

E. Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan ...66

F. Uji Diagnostik...75

BAB VIII DIARE ...82

A. Konsep Medis Diare ...82

B. Proses Keperawatan pada Pasien Diare...89

C. Konsep Dasar Hipovolemi pada Diare ...92

D. Asuhan Keperawatan Diare dengan Masalah Keperawatan Hipovolemia ...95

E. Tindakan Untuk Penanganan Kasus pada Diare ... 103

F. Contoh Soal UKOM Untuk Sistem Pencernaan ... 110

BAB IX KONSEP HOME CARE PADA KMB ... 116

A. Latar Belakang ... 116

B. Landasan Hukum ... 117

C. Konsep Home Care ... 117

D. Tujuan Home Care ... 119

BAB X KOMPETENSI HOME CARE PADA KMB ... 120

A. Deskripsi Mata Kuliah ... 120

B. Standar Kompetensi ... 120

C. Kompetensi ... 120

Daftar Pustaka . ... 123

(6)

BAB I PENDAHULUAN

Praktik profesi Keperawatan Medikal Bedah (KMB) Sistem Pencernaan merupakan program yang menghantarkan mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk dapat menerima pendelegasian, kewenangan secara bertahap ketika melakukan asuhan keperawatan profesional, memberikan pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokat pada klien, membuat keputusan legal dan etik serta menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan keperawatan pada orang dewasa. Praktik profesi Keperawatan Medikal Bedah (KMB) sistem pencernaan mencakup asuhan keperawatan pada klien dewasa dalam konteks keluarga yang mengalami masalah pemenuhan kebutuhan dasarnya akibat gangguan satu sistem (organ) ataupun beberapa (organ) tubuhnya pada sistem pepncernaan.

Mata ajar keperawatan medikal bedah menguraikan tentang teori dan konsep keperawatan medikal bedah, isu personal dan proffesional terkait perawatan medikal bedah, berbagai peran perawat dalam bidang keperawatan medikal bedah serta aspek etik dan legal keperawatan medikal bedah. Tatalaksana perawatan palliatie akan diuraikan dengan runtut dalam berbagai aspek yang terkait yaitu : aspek sosial, budaya, lingkungan dan etik legal.

(7)

BAB II KOMPETENSI A. Kompetensi

Setelah mengikuti praktik profesi Keperawatan Medical Bedah sistem pencernaan preceptee mampu:

1. Melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan pada orang dewasa.

2. Menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim.

3. Menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif dan bertanggung jawab.

4. Menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien dewasa ditatanan klinik dengan gangguan :

a. Keperawatan Medikal Bedah (KMB) sistem pencernaan

5. Menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan etis dan legal.

6. Memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai etnik, agama atau factor lain dari setiap klien yang unik.

7. Mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan klien dewasa.

8. Mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai dengan standar yang berlaku atau secara kreatif dan inovatif agar pelayanan yang diberikan efisien dan efektif.

9. Mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis dalam mengembangkan asuhan keperawatan orang dewasa.

10. Memberikan asuhan yang berkualitas secara holistic, kontinyu dan konsisten.

(8)

11. Menjalangkan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien agar dapat mengambil keputusan untuk dirinya.

12. Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui pengunaan strategi manajemen kualitas dan manajemen resiko.

13. Melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang berlaku dalam bidang kesehatan.

14. Memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan akontabilitas asuhan keperawatan yang diberikan.

15. Mewujudkan lingkungan bekerja yang kondusif.

16. Mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan profesioanl.

17. Berkontribusi dalam pengembangan profesi keperawatan.

18. Menggunakan hasil penelitian untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan.

(9)

BAB III

PROSES PEMBELAJARAN A. Metode

Metode pembelajaran klinik yang digunakan pada mata ajar KMB sistem pencernaan profesi ini yaitu Pre dan post konferens, tutorial individu, diskusi kasus, laporan kasus, pendelegasian kewenangan bertahap, seminar, problem solving for better health, dan belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan. Berikut ini merupakan tabel mengenai deskripsi, tujuan dan tahapan tata cara pelaksanaan dari tiap-tiap metode pembelajaran tersebut yang ditunjukkan pada tabel 1

Tabel 1

Deskripsi, Tujuan, Tahapan tata cara pada metode pembelajaran klinik dan metode evaluasi yang digunakan pada praktik klinik keperawatan medical bedah Profesi Metode

pembelaja ran klinik

Deskripsi Tujuan Tahapan tata cara Metode Evaluas

i Pre dan

post conference

Diskusi kelompok yang membahas berbagai aspek- aspek praktik klinik

Pre Konferens : diskusi untuk melakukan pengecekan terhadap kesiapan mahasiswa dan rencana kegiatan.

Post Konferens : diskusi untuk mengevaluasi kegiatan/tindakan

mahasiswa, evaluasi diri mahasiswa, per review dan rencana kegiatan selanjutnya, melatih kemampuan pemecahan

1. Mahasiswa telah mempersiapkan rencana dan kontrak belajar untuk diperlihatkan kepada preceptor klinik sebagai dasar dalam melakukan pre dan post konferens

2. Preceptor klinik berperan sebagai fasilitator dan

LogBoo k

(10)

masalah. narasumber.

Preceptor harus bersikap terbuka, tidak mendominasi, focus menciptakan diskusi yang

nyaman dan

menstimulasi partisipasi semua mahasiswa.

3. Sebelum melakukan konferens

mahasiswa harus mempelajari hal-hal

yang akan

didiskusikan

4. Preceptor klinik dan mahasiswa menyampaikan kesimpulan konferens Diskusi

Kasus

Mendisku sikan kasus

Memberikan pemahaman lebih dalam tentang kasus yang dikelola

1. Diskusikan dengan Preceptor klinik serta memilih

Problem Solving

(11)

riset keperawat an

Medikal Bedah

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Tutorial Individu

Pemberian proses bimbingan secara intensif

Memberikan pemahaman lebih mendalam terkait masalah kogntif, afektif, dan psikomotor yang didapatkan ditatanan klinik

Preceptee dibimbing oleh preceptor institusi dan preceprot klinik yang dilakukan secara terjadwal atau pun sesuai dengan inisiatif dari preceptee

Case Report

Memprese ntasikan kasus.

Kasus yang dipresenta sikan sesuai dengan kompetens i yang akan dicapai dan dilakukan secara individual dihadapan mahasisw a lain.

 Terjadi sharing pengalaman mengasuh pasien

 Mengeksplorasi kemampuan

presentasi, diskusi, dan argumentasi.

 Lebih belajar menghargai pendapat orang lain, jujur dan mengendalikan emosi

 Mengoptimalkan hard skill dan soft skill

Presentasi kasus dilaksanakan setelah mehasiswa

memberikan asuhan keperawatan selama tiga hari

Kasus lengkap, kasus Singkat

Pendelegas Metode  Memberi kesempatan 1. Setiap minggu Direct

(12)

ian

kewenanga n bertahap

belajar untuk mengasah kemandiri an

mahasisw a dengan memberik an

delegasi kewenang an secara bertahap

pada mahasiswa menggunakan teori dan konsep dalam praktik

 Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengasah keterampilan klinik.

 Mensosialisasikan profesi keperawatan sedini mungkin pada mahasiswa

mahasiswa

mengelola beberapa kasus sesuai dengan kompetensi pada keperawatan

gawatdarurat

2. Sesuai dengan kasus yang didapatkan, mahasiswa

melakukan tindakan (Bantuan minimal dan mandiri)

3. CI klinik segera memberikan umpan balik terhadap tindakan/kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa

Observa sional of procedur e skill

Seminar Seminar kecil/mini seminar dilaksanak an sesuai kebutuhan dan

Kegiatan seminar dilaksanakan dengan tujuan membahas penyakit yang diderita klien serta membahas berbagai alternative penatalaksanaannya,

Laporan kasus didiskusikan dengan preceptor klinik dan institusi

Kasus Lengkap , Kasus singkat

(13)

diikuti oleh semua mahasisw a yang stase di departeme n yang sama pada satu siklus Problem

solving for better health

Belajar memecahk an

masalah dengan tujuan memperol eh

outcome perawatan yang lebih baik

Pemberian penugasan terstruktur kepada mahasiswa melalui penulisan refarat sehingga mahasiswa benar benar dihadapkan pada bagaimana caranya memberikan asuahan keperawatan sesuaia dengan teori dan konsep terbaru atau pemberian asuhan keperawatan yang berbasis bukti (evidence- based learning)

1. Menyusun

scenario klinik berdasarkan

permasalahan yang telah

teridentifikasi dalam asuhan yang sedang disusun 2. Melakukan

analisis PICOT 3. Menelesuri jurnal 4. Melakukan telaah

jurnal

Problem solving skill

Belajar berinovasi dalam pengelolaa n asuhan

 Belajar bedasarkan evidence

 Melatih mahasiswa untuk mecari bukti- bukti dan dukungan dari hasil penelitian yang terkait, terkini dan terpercaya

1. Mengidentifikasi masalah atau isu praktek klinis

2. Penerapan praktik keperawatan

berbasis bukti dilakukan setelah dilakukan Analisa masalah klinik

Kasus Lengkap , kasus singkat

(14)

dengan PICO/PICOT (Problem, Intervention, Comparasion, Output, Time) dan studi literature melalui jurnal yang terkait dengan masalah yang diperoleh di Rumah Sakit. Format PICOT

menyediakan

kerangka kerja yang efisien untuk mencari database elektronik, yang dirancang untuk mengambil hanya artikel-artikel yang relevan dengan pertanyaan klinis.

3. Menentukkan evidence terbaik dengan

(15)

pembiayaan, sumber daya manusia yang terlibat dalam penerapan EBN, ketersedian fasilitas pendukung dan kebiasaan institusi tempat penerapan EBN

4. Kritis menilai bukti.

Setelah memperoleh literature/artikel yang mendukung maka dilakukan critical apparaisal terhadap artikel tersebut. artikel yang dipilih harus cepat dinilai untuk menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan berlaku untuk pertanyaan klinis.

Penilaian kritis yang cepat menggunakan tiga pertanyaan penting untuk mengevaluasi

sebuah studi :

a. Apakah hasil penelitian valid? Ini pertanyaan validitas

(16)

studi berpusat pada apakah metode penelitian yang cukup ketat untuk membuat temuan sedekat mungkin dengan kebenaran.

Sebagai contoh, apakah para peneliti

secara acak

menetapkan mata pelajaran untuk pengobatan atau kelompok kontrol dan memastikan bahwa mereka merupakan kunci karakteristik

sebelum perawatan?

Apakah instrumen yang valid dan reliabel digunakan untuk mengukur hasil kunci?

b. Apakah hasilnya

(17)

hasil, dan kemungkinan

memperoleh hasil yang sama dalam pengaturan praktek dokter sendiri.

Untuk studi

kualitatif, ini meliputi penilaian apakah pendekatan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, bersama dengan

mengevaluasi

aspek-aspek lain dari penelitian ini seperti apakah hasilnya bisa dikonfirmasi.

c. Akankah hasil membantu saya merawat pasien saya? Ini pertanyaan penelitian penerapan mencakup

pertimbangan klinis seperti apakah subyek dalam penelitian ini mirip dengan pasien sendiri, apakah manfaat lebih besar

(18)

daripada risiko, kelayakan dan efektivitas biaya, dan nilai-nilai dan preferensi pasien.

Setelah menilai studi masing- masing, langkah berikutnya adalah untuk mensintesis

studi untuk

menentukan apakah mereka datang ke kesimpulan yang sama, sehingga mendukung

keputusan EBP atau perubahan.

5. Persentasi hasil telaah jurnal

6. Hasil telaah menjadi bahan untuk melakukan perubahan di tatanan klinik yang

(19)

dilaksanakan 2. Mahasiswa

membuat laporan kasus

3. LP dan laporan kasus dibuat sesuai dengan pedoman

yang telah

ditentukan Mandiri Proses

belajar klinik dimana mahasisw a

melakuka n

pemberian tindakan atau melakuka n

observasi klinik tanpa kehadiran CI klinik

Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk meningkatkan rasa percaya diri dan bertindak sebagai profesi dalam memberikan tindakan/pelayanan dan aktif dalam kegiatan pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat.

1. Mahasiswa

menetukan tujuan belajar mandiri setiap harinya.

2. Mahasiswa memberikan asuhan/tindakan sesuai dengan target keterampilan pada keperawatan

medical bedah II 3. Mahasiswa

memberikan

penyuluhan kepada pasien

4. Mahasiswa meminta umpan balik dari CI klinik terhadap pengalaman yang telah dijalani.

(20)

B. Tempat Praktek

1. Kriteria pemilihan rumah sakit.

Rumah Sakit yang digunakan terutama rumah sakit pendidikan untuk tenaga kesehatan. Pemilihan rumah sakit terutama didasarkan pada ketersediaan kasus sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, ketersediaan pembimbing klinik yang sesuai dengan standar pembimbing klinik di program studi pendidikan Profesi Ners dan lokasi Rumah sakit disesuaikan.

2. Jenis ruang perawatan

Sesuai dengan pendekatan praktek yang digunakan pada mata ajar keperawatan dasar yaitu pendekatan proses keperawatan pada kasus-kasus sederhana dan kompleks, maka ruang/unit perawatan yang digunakan adalah ruang perawatan yang merawat pasien kasus-kasus terkait yaitu ruang interna, perawatan bedah, perawatan saraf dan UGD.

3. Pengaturan ruang praktek

Kelompok mahasiswa menggunakan ruang praktek selama dua minggu pada ruangan yang telah ditentukan.

(21)

BAB IV

KETENTUAN DAN ATURAN-ATURAN UMUM A. Ketentuan Umum

1. Pada hari Senin sebelum praktik diruangan masing-masing, preceptee wajib melakukan orientasi ruangan dan sekaligus mengambil kasus atas saran preceptor klinik.

2. Kegiatan Orientasi meliputi : pengenalan dengan pembimbing ruangan, jumlah dan jenis kasus yang ada, dan berbagai macam prosedur tetap yang ada.

3. Pre conference dilaksanakan tiap hari dan preceptee sudah berada di ruangan 15 menit sebelum pre conference dengan pakaian dinas lengkap.

4. Sebelum pre conference, preceptee wajib menyiapkan Laporan Pendahuluan kebutuhan, jika tidak membawa Laporan Pendahuluan, maka preceptee dilarang praktik di ruangan tersebut karena dianggap belum siap.

5. Post conference dilakukan pada setiap hari dengan laporan kegiatan lengkap.

6. Preceptee wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan pada masing- masing stase yang sedang dijalani pada program profesi ners sesuai dengan perencanaan pada buku panduan.

7. Preceptee wajib mengganti kerusakan alat-alat/inventaris pada rumah sakit yang digunakan praktik akibat kelalaian preceptee sesuai dengan kententuan.

8. Preceptee diwajibkan mematuhi segala peraturan yang ada di Rumah Sakit 9. Preceptee wajib menjaga nama baik institusi pendidikan, rumah sakit dan klien.

10. Preceptee wajib membawa Nursing Kit serta perlengkapan universal precaution (masker, handscoon, sabun antiseptic dan skort) setiap hari untuk menunjang proses pembelajaran praktik klinik.

(22)

11. Preceptee wajib mengisi daftar hadir dan ditandatangani oleh preceptor klinik dan preceptor institusi, dengan kehadiran praktik klinik adalah 100 %.

12. Preceptee wajib menyerahkan portofolio kepada pihak akademik pada hari terakhir praktikum di stase/mata ajar keperawatan dasar yang telah ditandatangani oleh Preceptor klinik dan Preceptor Institusi.

13. Ujian komprehensif dilaksanakan pada minggu keempat untuk setiap Preceptee.

14. Preceptee tidak diperbolehkan menggunakan make up yang terlalu tebal (menor) 15. Precepte wajib menyerahkan buku nilai pada bagian akademik paling lambat 3 hari

setelah praktik klinik Kep. Medikal Bedah (KMB) B. Ketentuan Akademik

Telah melakukan registrasi pada semester I C. Ketentuan Administrasi

Telah melunasi administrasi pada semester yang bersangkutan (tiap semester sesuai ketentuan administrasi)

D. Ketentuan Pelaksanaan 1. Pakaian Seragam

Pembimbing diwajibkan menggunakan pakaian seragam yang telah ditentukan institusi yaitu atas putih (kombinasi abu-abu), bawahan abu-abu, sepatu putih, kerudung segitiga abu-abu (sesuai warna bawahan)/kap putih, lengkap dengan

(23)

a. Ijin dapat dilakukan jika Preceptee ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan*) dengan diketahui langsung oleh Preceptor klinik dan preceptor institusi dengan ketentuan penggantian.

b. Bila Preceptee tidak hadir lebih dari 3 hari secara keseluruhan dengan alasan izin dan alpa dan 6 hari secara keseluruhan dengan alas an sakit maka wajib mengulang pada stase/mata ajar yang bersangkutan.

c. Jenis Ijin yang dipertimbangkan: Keluarga meninggal dunia dan keluarga sakit d. Penggantian praktik.

a. Bila Preceptee absen 1 hari tanpa alasan akan mengganti dinas selama 2 hari &

bila tidak hadir karena alasan sakit/ijin mengganti dinas sebanyak hari sakit/ijin, disertai bukti surat sakit dan surat ijin dari institusi

b. Preceptee diberikan kesempatan untuk mengganti dinas, mengulang kegagalan mata kuliah pada jadwal remedial dan tidak diperkenankan penggantian 2 shift dalam sehari.

c. Ketentuan jam Dinas Pagi : 07.00 – 14.00, Siang: 13.30 – 21.00, Malam: 20.30 – 07.00.

3. SANKSI

Sanksi diberlakukan bagi Preceptee yang tidak mengikuti aturan baik yang disengaja atau tidak disengaja. Bentuk sanksi :

a. RINGAN, berupa teguran lisan dari pembimbing institusi/lahan dengan bukti tertulis pada lembar perkembangan Preceptee.

b. SEDANG, berupa surat pernyataan dari preseptee yang diketahui oleh preceptor klinik, preceptor akademik, dan ketua Program Studi.

c. BERAT, berupa pernyataan tidak lulus pada stase/mata ajar yang bersangkutan

(24)

d. SANGAT BERAT, yaitu diberhentikan sementara dari seluruh kegiatan sampai ditentukan melalui rapat Program Studi

4. Kategori Sanksi :

a. Ringan : jika melakukan pelanggaran tata tertib 1- 2 kali b. Sedang : jika melakukan pelanggaran tata tertib 3-4 kali c. Berat : jika melakukan pelanggaran tata tertib 4-5 kali

d. Sangat berat : jika melakukan pelanggaran tata tertib > 5 kali E. KETENTUAN LAIN (TATA TERTIB)

1. Preceptee hadir 15 menit sebelum kegiatan dimulai.

2. Preceptee dilarang memanjangkan kuku, menggunakan cat kuku, memakai perhiasan (anting, kalung, gelang, cincin, dll.).

3. Preceptee wajib memakai jam tangan yang mempunyai detik.

4. Preceptee menggunakan atribut lengkap, apabila tidak lengkap maka tidak diperkenankan mengikuti praktik.

5. Preceptee wajib menggunakan pakaian seragam praktek sesuai ketentuan institusi dan menggunakan sepatu putih-putih

6. Tidak diperkenankan meninggalkan praktek kecuali seizin pembimbing.

7. Preceptee yang meninggalkan ruangan (di lahan praktik) tanpa seizin pembimbing pada jam praktik lebih dari 30 menit dianggap tidak hadir.

(25)

BAB V

PROSES PELAKSANAAN PRAKTIK A. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan praktik KMB profesi termasuk kegiatan ujian dan pemberian asuhan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien kelolaan.

Tabel 2

Kegiatan praktik KMB Profesi

I II III IV V

Pre dan post konfrence, Tutorial individu, Diskusi kasus, Laporan kasus,

Pendelegasian kewenangan bertahap, Problem solving for better helth(PSBH), belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan

Pre dan post konfrence, Tutorial individu, Diskusi kasus, Laporan kasus, Pendelegasian kewenangan

bertahap, Problem solving for better helth(PSBH), belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan

Pre dan post konfrence, Tutorial individu, Diskusi kasus, Laporan kasus,

Pendelegasian kewenangan bertahap, belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan, Ujian komprehensif/Skill

Pre dan post konfrence, Tutorial individu, Diskusi kasus, Laporan kasus, Pendelegasian kewenangan bertahap,

Problem solving for better

helth(PSBH), belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan

Pre dan post konfrence, Tutorial individu, Diskusi kasus, Laporan kasus, Pendelegasian kewenangan bertahap, belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan,

Seminar, Ujian tulis

B. Pelaksanaan Praktik klinik

Pelaksanaan praktik klinik diselenggarakan melalui keterlibatan aktif antara preceptee dan preceptor klinik. Interaksi keduanya senantiasa dibina melalui

(26)

saling pengertian, saling menghormati dan menghargai hal-hak dan kewajiban masing-masing.

1. Keterlibatan preceptee dilahan praktik.

Selama melakukan praktik KMB profesi di rumah sakit, preceptee tetap berperan sepenuhnya sebagai preceptee (bukan staf rumah sakit) seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh preceptee diinformasikan kepada preceptor klinik agar mendapat perhatian dan bimbingan sesuai dengan tingkatan preceptoran yang diperlukan (mandiri, minimal, supervise ketat).

2. Keterlibatan preceptor klinik

Preceptor klinik baik yang berasal dari institusi maupun dari rumah sakit, berperan sebagai fasilitator, motivator, evaluator, contoh peran dan narasumber sesuai dengan bidang keahliannya. Semua preceptor klinik senantiasa melakukan fungsi bimbingannya secara aktif sesuai dengan keubutuhan para preceptee

3. Pengelolaan kasus di klinik

Selama praktek klinik keperawatan medikal bedah (KMB), preceptee diwajibkan untuk mengelola kasus sesuai dengan tujuan mata ajar, dengan rincian: a) Minggu I: 1 Kasus sederhana, b) Minggu II: 1 Kasus kompleks, dan c) Minggu III: 1 Kasus kompleks. Kasus kelolaan tersebut dirawat mahasiswa

(27)

Mahasiswa diwajibkan untuk datang keruangan yang akan digunakan untuk praktik atau menelpon pembimbing klinik dilapangan satu hari sebelum melakukan praktik. Sebaiknya pilihlah kasus yang belum pernah dikelola oleh mahasiswa kelompok sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan, karena mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk melakukan pengkajian secara lebih mendalam jika menggunakan kasus yang belum pernah dikelola. Selain ini pilihlah kasus yang sesuai dengan tujuan belajar.

Jika karena suatu hal, misalnya pasien kelolaan pulang/pindah ruangan/meninggal dunia, maka preceptee harus mencari pasien lain dengan kasus yang sejenis. Apabila kasus sejenis tidak tersedia preceptee dapat mengambil kasus lain yang sesuai dengan derajat ketergantungan dengan kebutuhan pencapaian kompetensi. Perubahan kasus ini harus segera dilaporkan pada preceptor.

4. Dokumentasi keperawatan

Preceptee harus menggunakan format dokumentasi keperawatan yang telah ditentukan oleh institusi. Preceptee juga harus melakukan pencatatan pada format tindakan keperawatan yang ada diruang raawat jika melakukan intervensi pada pasien.

5. Laporan pendahuluan

Disesuaikan dengan kasus dan diibuat sbelum hari pertama praktik diruangan.

Isi laporan pendahuluan meliputi :

a. Konsep Medis (Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan).

b. Konsep Keperawatan (aspek pengkajian dan Renpra harus dibuat keseluruhannya sesuai dengan teori)

(28)

6. Proses pelaksanaan kegiatan praktik a. Tahap pra interaksi

- Tahap ini bertujuan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang pasien (basis data pasien) sebelum berinteraksi dengan pasien - Gunakan status medis, status keperawatan dan diskusi dengan dokter,

perawat yang bertanggungjawab terhadap pasien untuk mendapatkan informasi mengenai pasien.

- Untuk mengetahui secara sistematis dan apa saja yang dibutuhkan dari pasien, gunakan LP kebutuhan sebagai pedoman.

b. Tahap perkenalan

- Tahap ini digunakan oleh mahaiswa untuk meperkenalkan diri dan membuat kontrak dengan pasien.

- Saat berkenalan :

Sapalah pasien dengan menggunakan namanya, jika memungkinkan lakukan juga dengan jabat tangan dengan psien.

Sampaikan bahwa saudara adalah mahasiswa yang sedang melakukan praktek dan minta kesediaannya untuk dapat dibantu oleh saudara.

Sampaikan jadwal praktek saudara

(29)

Diskusikan dengan preceptor jika saudara mendapatkan masalah pada tahap ini.

c. Tahap kerja

- Lakukan pengkajian keperawatan (wawancara/pemeriksaan fisik/memanfaatkan status medis/perawatan) selalu pertahankan privacy pasien saat melakukan pengkajian.

- Gunakan struktur yang sudah saudara tuliskan pada LP saudara dan lakukan validasi data.

- Mintalah preceptor klinik terhadap tindakan yang dilakukan jika saudara belum mampu melakukannya secara mandiri atau menginginkan umpan balik dari PK

- Dokumentasikan pada catatan keperawatan ruangan dan dilembaran kompetensi mahasiswa dan mintalah tanda tangan pembimbing/perawat yang ditunjuk.

- Evaluasi kasus kelolaan setiap hari dengan menggunakan sistematika subjektif, objektif, analisis dan planning (SOAP).

d. Tahap terminasi

- Setiap hari sebelum pulang dinas, laporkan perkembangan tiap klien pada perawat di ruangan.

- Saat akan pindah keruangan lain, lakukan terminasi pada pasien dan semua petugas yang ada diruangan tersebut

7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

Dimanapun saudara melakukan praktik klinik saudara, ingatlah selalu bahwa saudara tidak bekerja sendirian, saudara adalah bagian tim. Biasanya diruang tempat saudara melakukan praktik ada tim kesehatan lain yang juga berada

(30)

diruang tersebut, mereka adalah : dokter (coass, dokter residen, dokter chief, dokter supervisor ruangan, dokter konsulen, dari berbagai spesialisasi), mahasiswa dari instansi pendidikan lain, ahli gizi, ahli farmasi dan ahli fisioterapi.

a. Amati tim kesehatan lain, siapa saja yang ada diruangan

b. Perkenalkan diri saudara pada mereka (terutama perawat, dokter dan ahli gizi) dan sampaikan pada pasien mana yang menjadi tanggung jawab saudara dan minta kesediaan mereka untuk dapat bekerja sama/membantu saudara.

c. Amatilah bagaimana perawat ruangan melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya

d. Diskusikan dengan PK apa yang saudara amati C. Penugasan klinik

Penugasan klinik yang harus dipenuhi oleh preceptee selama melakukan praktek profesi KMB ditunjukkan pada tabel

Tabel 4 Penugasan klinik

No Jenis penugasan Jumlah Diperlihatkan/Pengumpulan Keterangan 1. Kontrak belajar Setiap hari Hari I praktek di ruangan Individu

(31)

 Kasus Kompleks

 Pembuata soal Vignatte

(1)

 Kasus kompleks (3)

 Kasus 1 soal/

minggu 7 Presentasi Kasus

Kelolaan kelompok :

 Kasus Kompleks

 Artikel jurnal kebutuhan dasar

 Kasus Kompleks (1)

 Artikel jurnal keperawatan medical bedah (1)

Minggu III

Kelompok

8 Pendidikan Kesehatan 1 x selama praktek (Minggu II)

Jumat Kelompok

D. Peralatan yang dibutuhkan untuk praktik

Sebagai penunjang praktik klinik, mahasiswa wajib memiliki perangkat alat praktik klinik pribadi

1. (Nursing Kit) yang berisi : a. Senter kecil (pen light) b. Tensimeter

c. Termometer d. Stetoskop e. Pinset anatomis f. Gunting plester g. Meteran

h. Hammer i. Jam detik

(32)

2. APD (alat pelindung diri) : a. Masker

b. Handscoen c. Sandal khusus

3. Seperangkat perawatan diri : a. Shampoo

b. Sabun mandi c. Handuk kecil

d. Alat pemotong kuku kecil e. Baki kecil

Peralatan harus dibawa setiap hari untuk melaksanakan praktik klinik.

(33)

BAB VI EVALUASI A. Tujuan

Secara umum evaluasi praktik klinik KMB 1 tahan profesi bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi preceptee dalam menerapkan asuhan keperawatan pada bidang KMB

B. Cakupan dan Bobot

Caupan dan bobot e valuasi ditunjukkan pada tabel 5 Tabel 5

Cakupan dan Bobot evaluasi

No Bentuk Evaluasi Pembobotan

1 Pre dan Post Konference (Log Book, Rencana Kegiatan, dan Kontrak Belajar)

10%

2 Laporan pendahuluan dan laporan kasus (Askep) 25%

3 Penyuluhan 10%

4 Target Keterampilan 20%

5 Diskusi Kasus Kelomok & Presentasi Kasus/seminar 10%

6 Ujian Komprehensif 15%

7 Ujian Tulis 10%

C. Tata cara evaluasi

Proses pelaksanaan evaluasi mengikuti tatacara berikut ini : 1. Evaluasi laporan pendahuluan (LP)

a. LP dievalusi pada hari pertama praktik klinik oleh preceptor masing- masing ruangan

(34)

b. PK dapat meminta preceptee untuk memperbaiki laporan pendahuluan jika diperlukan

2. Evaluasi kinerja klinik dilakukan 4 kali untuk setiap preceptee (ditiap bagian yang berbeda)

a. Preceptee menyiapkan format evaluasi yang akan digunakan b. PK melakukan evaluasi

c. Hasil evaluasi disampaikan pada preceptee dan disimpan oleh PK D. Kriteria kelulusan

Preceptee dinyatakan lulus jika : 1. Mendapat Nilai :

a. A : 80 – 100 b. B : 70 – 79 c. C : 60 -69

d. E : 0 (<60, tidak Lulus) 2. Memenuhi kehadiran 100%

3. Memenuhi semua tata tertib 4. Memenuhi 80% target ketermpilan

(35)

BAB VII TINJAUAN TEORI A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan merupakan saluran panjang sepanjang tubuh yang menjadi tempat bagi pencernaan dan penyerapan makanan. Bahan makanan ditelan dan berpindah secara berurutan melewati mulut, esofagus, lambung, usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum), dan usus besar (Colon), keluar dari tubuh melalui anus (Brunner & Suddarth 2002).

Fungsi saluran pencernaan diatur oleh beberapa sistem kontrol yang rumit meliputi sistem hormonal, saraf serta system lokal. Sistem saraf enterik mengintegrasikan aktivitas sensorik dan motorik pada saluran pencernaan. Ganglion merupakan neuron sensorik yang bereaksi terhadap suhu, bahan kimia, dan perubahan mekanik (misal: peregangan). Ganglion juga mempunyai neuron efektor yang bekerja pada otot polos, sel sekretori, sel endokrin dan sel autokrin. Secara umum, gerak dan sekresi saluran dirangsang oleh saraf parasimpatis, dan dihambat oleh saraf simpatis.

Hormon pencernaan yang berfungsi mengontrol gerak dan sekresi saluran cerna ditemukan di lambung dan usus halus. Hormon pencernaan merupakan faktor pertumbuhan penting yang merangsang proliferasi saluran cerna untuk meningkatkan kapasitas penyerapan (Mansjoer, Arif, 2000).

Aluran pencernaan mempunyai sistem kekebalan yang luas yang disebut Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang merupakan 80% dari sel yang memproduksi imunoglobulin tubuh. Sel-sel ini penting karena saluran pencernaan bersifat terbuka terhadap lingkungan luar. Berdasarkan buku (Black

(36)

& Hawks, 2014), beberapa bagian-bagian metabolisme dari sistem pencernaan, sebagai berikut:

1. Struktur saluran cerna

Pada potongan melintang, pada umumnya saluran pencernaan memiliki empat lapisan berbeda : lapisan paling dalam disebut sebagai mukosa, tempat sel epitel bersinggungan dengan makanan yang ditelan. Lapisan mukosa umumnya mempunyai mikrovili untuk meningkatkan luas permukaan yang digunakan untuk penyerapan makanan. Lapisan dibawah mukosa disebut sebagai submukosa (lamina propria) yang didalamnya terdapat kelenjar, pembuluh darah, dan limfonodi. Lapisan selanjutnya adalah lapisan muskularis yang disusun oleh otot polos sirkular maupun longitudinal.

Lapisan paling luar adalah lapisan serosa jaringan penyokong.

Otot skelet saluran cerna ditemukan pada bagian awal saluran cerna (mulut dan esofagus bagian atas) bagian akhir (sfingter anal eksternal), dan sebagian bekerja secara sadar. Bagian saluran cerna yang lain disusun oleh otot polos yang bekerja secara tidak sadar. Otot polos saluran cerna dihubungkan secara elektrik oleh gap Junction yang memungkinkan gelombang depolarisasi dan kontraksi berjalan sepanjang saluran cerna.

Makanan dikunyah (mastikasi) kemudian bercampur dengan saliva di

(37)

lambung. Gagal akut dari sfingter esofagus bagian bawah mengakibatkan terjadinya esofagitis (Heart Burn) dan refluks esofagus yang kronis mengakibatkan kerusakan esofagus (Barrett’s esofagus) yang bisa berakhir sebagai kanker. Sebaliknya, terdapat kelainan yang disebut sebagai akalasia yaitu terjadinya kegagalan sfingter esofagus bagian bawah untuk berelaksasi secara optimal sehingga makanan tidak bisa diteruskan ke lambung.

Lambung terdiri atas tiga bagian yaitu fundus, badan (corpus), dan antrum. fundus dan korpus merupakan bagian yang mudah mengembang dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan yang ditelan. Makanan dapat disimpan didalam fundus dan korpus sampai 1 jam dalam kondisi tidak tercampur. selama itu dapat terjadi pemisahan makanan. berdasarkan kepekatannya, lemak akan mengembang pada bagian atas sedangkan cairan akan berkumpul pada bagian bawah. Cairan akan meninggalkan lambung pertama kali dan kemudian diserap di usus. Isi lambung yang disebut kimus bergerak dari antrum menuju duodenum melewati pilorus. Persambungan gastroduodenal berurutan mengeluarkan asam di lambung dan empedu di duodenum.

Usus halus dibagi menjadi duodenum (25 cm), jejunum (2,5 m), dan ileum (3,6 meter). duodenum dan jejunum merupakan tempat utama dari proses pencernaan dan penyerapan. Pankreas dan saluran bilier menyalurkan enzim pencernaan, bikarbonat, dan empedu ke dalam lumen dari duodenum.

Lapisan sel epitel sepanjang usus halus memisahkan isi lumen dari tubuh dan menjadi penghalang dari luar agar nutrien dapat diserap dengan semestinya. sel epitel berganti dengan cepat dan mengalami pengelupasan (eksfoliasi) di puncak dari mikrovili.

(38)

Komponen makanan yang tidak diserap akan berlanjut ke katup ileosekal (sfingter) yang kemudian masuk usus besar. Usus besar (kurang lebih panjangnya 1,5 m) mencakup sekum (Sebuah kantong tempat usus halus dan usus bertemu dan usus buntu (appendix) menempel. Kolon asenden, transversum, descendents dan sigmoid serta rektum. Usus besar mempunyai sel Goblet yang memproduksi mukus, dan sel halus untuk penyerapan air, tidak ditemukan adanya vili dan tidak memproduksi enzim pencernaan. Sfingter internal (Otot polos) dan filter eksternal (otot volunter) mengatur pengeluaran feses (defekasi).

2. suplai darah dan aliran limfe saluran cerna

Darah arteri mengalir ke traktus gastrointestinal melalui berbagai cabang Arteri utama. Aliran vena sedikit berbeda karena aliran vena traktus gastrointestinal bermuara pada vena porta hepatica. Darah vena porta melalui hati sebelum mengalir ke vena cava. aliran ini memungkinkan hati melakukan proses detoksifikasi berbagai zat yang diserap oleh lambung dan usus sebelum saat ini memasuki peredaran darah secara umum.

Esofagus diperdarahi oleh Arteri esofagus, arteri thyroidea inferior, dan arteri gastrica sinistra. Daerah gastroesophageal diperdarahi oleh Arteri gastrica sinistra dan Arteri phrenica inferior. Aliran darah vena kembali

(39)

Arteri siliaka memperdarahi lambung melalui dua cabang yaitu kurvatura mayor dan kurvatura minor. Dua cabang arteri dan arteri splenica memperdarahi daerah lambung dan kurvatura. aliran vena dari lambung dialirkan melalui vena porta. Vena gastro epiploica sinistra menampung aliran vena dari kurvatura mayor sedangkan vena gastrica dextra dan koronaria menampung aliran vena dari kurvatura minor. Kelenjar getah bening dari lambung terletak di lapisan submukosa dan mengalir ke duktus torasikus.

Suplai darah dari usus halus diperdarahi oleh arteri mesenterika superior, kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri hepatika. Aliran darah vena mengalir melalui vena mesenterika superior, yang bersama vena mesenterika inferior, vena splenica, dan vena gastrica membentuk sistem portal.

Sekum dan kolon diperdarahi oleh cabang arteri mesenterika superior dan inferior. Dan mendapatkan perdarahan dari arteri rektal superior, media, dan inferior. vena mesenterika superior dan inferior menampung aliran darah vena dari usus besar kemudian dilanjutkan ke vena porta hepatica untuk kemudian dibawa ke hati.

Kanalis analis mempunyai panjang kurang lebih 1 inci. Susunan penting ditemukan pada batas dari kriptus yang disebut linea dentata atau linea pectinata. Struktur penting ini membagi 1) epitel skuamosa pada bagian bawah dan epitel kolumnar pada bagian atas dan 2) dan persarafan somatis pada bagian bawah dan persarafan otonom pada bagian atas. Garis ini juga menjadi batas pembagian dari hemoroid.

(40)

3. Pengaturan Saraf Saluran Cerna (Black & Hawks, 2014) a. Sistem saraf enterik (Saluran cerna)

Sistem saraf enterik mengatur motilitas dan sekresi seluruh traktus gastrointestinal. sistem saraf enterik dapat berfungsi secara independen (tidak tergantung pada) sistem saraf pusat. Refleks berasal dari saraf sensorik traktus gastrointestinal dan bersinar di pleksus submukosa atau pleksus mienterikus, saraf eferen akan merangsang otot polos dan kelenjar.

Aktivitas enterik dapat dipacu oleh input dari luar khususnya saraf simpatis. dan parasimpatis.

Plexus auerbach (fungsi motorik) dan pleksus meissner (fungsi sensorik) mempersarafi lambung bagian dalam. Kedua plexus dan membentang sepanjang saluran cerna. Perangsangan pada pleksus eurbach (diantara lapisan otot sirkular dan longitudinal) akan peningkatan motilitas lambung, peningkatan kekuatan dan kecepatan kontraksi, dan pelepasan gastrin dari antrum. Plexus meissner (terletak di lapisan submukosa) berfungsi bersama plexus eurbach untuk mengatur aktivitas sensorik dan motorik dari mukosa lambung.

b. Sistem saraf simpatis dan parasimpatis

Sistem saraf simpatis yang mempersarafi traktus gastrointestinal

(41)

otot sirkuler dan beberapa sfingter dan lewat penghambatan tidak langsung dari peristaltik.

Nervus vagus merupakan serabut saraf parasimpatis utama dari traktus gastrointestinal pada semua bagian dari kelenjar ludah sampai dengan kolon transversum. Serabut saraf dari pleksus hipogastrika mempersarafi bagian akhir dari kolon. Ganglion parasimpatik terletak plexus intramural. Secara umum, aktivitas parasimpatis akan merangsang aktivitas motorik, aktivitas sekretorik, dan sekresi endokrin.

c. Fungsi sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal memisahkan makanan yang ditelan dan menyediakan tempat untuk pencernaan dan penyerapan zat gizi. Fungsi utama traktus gastrointestinal meliputi: (1)motilitas, (2)sekresi, (3)Pencernaan, (4) penyerapan (Makmuriana, Lestari, Usman & Wuriani, 2019).

1. Motilitas a) Otot polos

Otot polos dari traktus gastrointestinal secara elektrik berhubungan dengan gap Junction yang memungkinkan gelombang depolarisasi dan kontraksi berjalan sepanjang saluran tersebut. pemacu sepanjang traktus gastrointestinal membuat frekuensi kontraksi gelombang lambat. hal ini dipengaruhi oleh saraf dan hormon yang kemudian akan mempengaruhi motilitas saluran cerna.

Otot polos saluran cerna menghasilkan kontraksi yang panjang dan kuat. Irama dasar otot menghasilkan kontraksi

(42)

meskipun dalam kondisi istirahat dan dipengaruhi oleh neurotransmitter, hormon, dan obat. peregangan saluran cerna akan meningkatkan frekuensi potensial aksi (aktivasi tegangan).

Dan diikuti dengan penurunan kembali ke kontraksi semula (relaksasi tegangan).

Peristaltik merupakan gelombang kontraksi lapisan otot longitudinal yang teratur yang menyebabkan makanan menjauh dari mulut. Peregangan sebagian otot usus akan menyebabkan refleksi kontraksi, akibatnya otot Polos yang berada pada bagian distal akan relaksasi dan memungkinkan makanan untuk bergerak. Hal ini akan terus berulang dan menyebabkan makanan berpindah sebelum kemudian gelombang melemah dan hilang.

Gelombang peristaltik ke arah bawah akan memicu relaksasi sfingter, diperantarai oleh nitrit oksida dan neurotransmitter peptida intestinal vasoaktif dari nervus vagus. Penurunan aktivitas kolinergik dari nervus vagus juga akan menyebabkan relaksasi.

Pengaturan internal menggunakan interneuron untuk mengkoordinasikan aktivitasnya. sistem saraf enterik

(43)

membantu pergerakan isi lumen menjauhi mulut, kontraksi dari otot sirkuler akan mencampur dan meningkatkan kontak dengan mikrovili.

b) Mulut hingga esofagus

Fase esofageal dari menelan terjadi secara involunter. pada saat menelan, laring akan bergerak untuk menutup jalan nafas dan membuka esofagus. Sfingter esofagus bagian atas akan berelaksasi untuk membuat makanan bisa masuk ke dalam esofagus. gelombang peristaltik primer yang dikendalikan oleh pusat menelan di otak menggerakkan makanan melalui esofagus dalam waktu 10 detik. peristaltik sekunder diawali oleh peregangan esofagus oleh sistem saraf enterik yang mendorong sisa makanan yang masih ada di dalam esofagus ke dalam lambung.

c) Lambung

Kontraksi lambung setelah masuknya makanan terjadi setiap 3 menit. Kontraksi ini berawal dari bagian tengah dari korpus lambung. Kecepatan dan kekuatan dari kontraksi ini akan meningkat ketika makanan mendekati antrum.

Mempunyai kontraksi kuat yang memecahkan makanan menjadi bagian yang lebih halus dan mencampurnya dengan cairan lambung sebagai awal dari pencernaan. Frekuensi dari kontraksi akan meningkat oleh gastrin dan menurun oleh sekretin. Serabut saraf sensorik aferen dari lambung akan mengatur keseimbangan dari proses ini. Meningkatnya tekanan

(44)

dalam lambung, peregangan lambung, keasamaan lambung, dan rasa nyeri akan menurunkan nafsu makan.

d) Sambungan gastroduodenal

Isi lambung akan dikeluarkan melalui bulbus duodenum secara teratur. Pilorus dan bagian akhir dari antrum berkontraksi secara bersamaan yang menyebabkan masuk ke duodenum. Kontraksi antral yang lain akan mendorong isi antrum kembali (retropulsi) yang membuat makanan tercampur lagi. Kecepatan pengosongan lambung harus seimbang dengan daya tampung dari duodenum, sehingga tidak menyebabkan kerusakan mukosa duodenal atau ulkus duodenum karena asam. Akan mencegah kembalinya dari isi duodenum ke dalam lambung, dan mencegah terjadinya kerusakan mukosa lambung atau ulkus Gaster karena empedu.

Kecepatan kimus masuk ke dalam duodenum diatur dengan rapi untuk membantu terjadinya pencernaan. Duodenum (pH < 3,5) menurunkan kecepatan pengosongan lambung. akan menyebabkan pelepasan

(45)

lambung. Kolesistokinin (CCK) yang dilepaskan oleh duodenum dan jejunum akan membuat pilorus berkontraksi.

Selain itu peptida insulinotropic tergantung glukosa juga memainkan peranan dalam hal ini. Asam lemak (khususnya lemak tak jenuh) juga menurunkan kecepatan pengosongan lambung. Meningkatkan kontraktilitas. Asam amino triptofan dan peptida di dalam duodenum akan memperlambat pengosongan lambung melalui pelepasan gastrin, yang akan menyebabkan pilorus berkontraksi.

e) Usus halus

Peristaltik menggerakkan kimus secara aboral (menjauh dari mulut), dengan kecepatan 10 cm perkontraksi, dan kimus membutuhkan 2-4 jam untuk bergerak dalam usus halus sepanjang 6 m. Kontraksi usus yang paling sering adalah segmentasi dilakukan secara ritmik, dan di beberapa lokasi mengalami perubahan dalam kontraksi dan relaksasi. Makan akan memperlambat pergerakan kimus secara aboral, sistem saraf enterik mengendalikan frekuensi dari segmentasi dan peristaltik. Kecepatan intrinsik berkisar 11-13 kontraksi per menit di dalam duodenum, Dan menurun menjadi 8-9 per menit di ileum terminal. Kecepatan ini dipengaruhi oleh faktor saraf dari luar dan masukan hormon.

f) Kompleks perpindahan Mioelektrik

Komplek perpindahan mioelektrik menghasilkan aktivitas elektrik yang kuat dalam periode tertentu, diikuti

(46)

oleh periode istirahat yang panjang. Kontraksi yang dihasilkan bermula di lambung dan berjalan ke seluruh usus halus. Terdapat bukti bahwa nervus vagus dan hormon (motilin) berperan dalam tahap awal, dan sistem saraf enterik berperan dalam proses penjalaran. proses ini akan membersihkan usus dan mencegah gerakan balik bakteri dari kolon ke dalam usus halus.

g) Usus besar

Kontraksi terpisah membagi kolom menjadi beberapa haustra, Pergerakan masa terjadi 3 kali sehari dan merupakan mekanisme pengeluaran. yang efektif. Saraf enterik umumnya menghambat kontraksi otot polos dari kolon. Penyakit hinsprung adalah kelainan kongenital yang ditandai ketiadaan saraf enterik, dan kolon mengalami sumbatan karena kontraksi tonik (berulang tanpa henti).

Meskipun kimus bisa melewati usus halus dalam waktu 2-4 jam, dibutuhkan waktu 1-3 hari untuk melewati seluruh usus besar. Kolon menyerap kembali air dan garam sejumlah 1500 ml per hari yang berasal dari usus halus Dan

(47)

waktu. Pergerakan kimus abnormal yang cepat melalui usus besar akan mengakibatkan terjadinya diare, sedangkan pergerakan abnormal yang lambat akan menyebabkan konstipasi.

Bagian terakhir dari usus besar adalah rektum dan kanalis analis, yang terletak dari kolon sigmoid sampai dengan anus. Dua otot sfingter (internal dan eksternal) mengendalikan pembukaan anus. Bagian distal dari dinding rektum membentuk lipatan yang disebut volume rectalis dan kolumna analis. Lipatan ini berakhir di sekitar 12 inci dari anus dan saling terhubung satu sama lain oleh lipatan transversal jaringan yang disebut valvula. Bagian yang terbentuk dari valvula ini disebut sebagai sinus atau kriptus oleh karena bagian luar dari pembukaan anus berbatasan dengan kulit perubahan mukosa pada daerah ini sering disebut sebagai perbatasan mukokutaneus.

h) Defekasi

Rektum pada umumnya kosong sejalan dengan pergerakan massa, maka rektum akan terisi, sfingter internal relaksasi, dan sfingter eksternal secara refleks akan berkontraksi. Proses ini akan memicu keinginan untuk defekasi. Kanalis analis normalnya dalam kondisi tertutup. relaksasi dari sfingter eksternal akan menyebabkan defekasi dimulai dan dibantu oleh peningkatan tekanan intra abdominal.

(48)

i) Muntah

Muntah mengeluarkan isi lambung melalui mulut. muntah diawali dengan mual yaitu ketika isi lambung bergerak menuju esofagus dan bukan laring. refleks muntah mengikuti urutan sebagai berikut:

1. dimulai pada pertengahan usus halus

2. sfingter pilorus dan lambung relaksasi untuk menerima isi duodenum

3. inspirasi kuat melawan glotis yang tertutup akan menurunkan tekanan intratorakal

4. kontraksi kuat dari otot abdomen meningkatkan tekanan intra abdomen

5. sfighter esofageal bagian bawah relaksasi, pilorus, dan antrum berkontraksi

6. isi lambung memasuki esofagus

7. mual terjadi ketika sfingter esofagus bagian atas tetap tertutup

8. muntah terjadi ketika sfingter esofagus bagian atas terbuka

(49)

bagian belakang tenggorokan dapat memicu muntah dengan merangsang reseptor pada lambung dan duodenum atau dengan mengaktifkan chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada daerah otak.

2. Sekresi

Sebagian besar Makanan yang dicerna tidak dapat langsung diserap. Sekresi dari saluran cerna mencerna makanan menjadi bagian yang dapat diserap, membantu penyerapan, dan membantu mencegah autodigesti. Sekresi saluran cerna diatur oleh serangkaian mekanisme umpan balik hormonal dan saraf. Selain enzim pencernaan, sekresi juga menghasilkan pelumas, ion, pembantu penyerapan, serta empedu.

a. Pelumas

Mengunyah makananan (mastikasi) merupakan langkah awal dalam pencernaan. Mengunyah, mencampur makanan dengan air ludah, mengurai makanan, dan memaparkan karbohidrat dengan amilase ludah. Mengunyah membantu pemecahan makanan secara mekanik, tetapi bukan merupakan bagian penting dari proses pencernaan.

Air liur, baik berupa sekresi mukus dan air, membantu melumasi makanan ketika masuk ke saluran cerna. Kelenjar saliva menghasilkan ludah sekitar 1,5 liter per hari untuk saluran cerna. Lambung menyekresi sekitar 2 liter per hari, dan pankreas menyekresi sekitar 1,5 liter per hari, untuk membantu mencairkan kimus. Usus halus menyekresi 1,5 liter per hari dan

(50)

usus besar menyekresi 400 ml perhari, Selain itu 0,25-1,5 L sekresi hepar masuk ke duodenum setiap harinya.

Sekresi lambung akan memulai pencernaan protein dan melindungi epitel lambung. Setelah makan, terdapat 3 fase sekresi lambung yang berbeda (1) fase sefalik, disebabkan oleh refleks saraf yang dipicu penglihatan, rasa, bau makanan. Penurunan pH antral akan berpengaruh langsung pada sel parietal untuk memperkuat fase sefalik. (2) Fase gastric, disebabkan peregangan lambung karena adanya makanan di dalam lambung. (3) fase intestinal, dimulai ketika kimus masuk ke dalam duodenum.

Sekresi asam lambung (HCl) oleh sel parietal melibatkan peran asetilkolin, gastrin, dan sel tipe kedua yang disebut sel enterokromafin. Interaksi synergistic yang kuat dari rangsangan- rangsangan ini menyebabkan sulitnya menurunkan sekresi asam hanya dengan memblok satu mekanisme, sekresi HCl dapat diblok oleh atropin atau obat penghambat reseptor histamin, tetapi belum ditemukan penghambat gastrin. Ulkus Gaster meskipun dihubungkan dengan peningkatan sekresi HCl, tetapi

(51)

b. pembantu penyerapan dan ion

Enzim pankreas sangat penting untuk penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat secara normal.

c. sirkulasi empedu dan enterohepatik

Empedu diproduksi oleh sel hati di dalam hati, mengalir melalui saluran-saluran empedu yang masuk ke dalam hati.

Asam empedu disekresi oleh hepar dalam bentuk empedu, disimpan dalam kandung empedu, dan dilepaskan ke duodenum sebagai respon terhadap makanan. Empedu dapat berfungsi sebagai pembersih, membantu emulsifikasi lemak dan membantu penyerapan lemak di usus halus. Asam empedu akan diserap kembali dengan cara difusi dan transpor aktif di terminal, dan dikembalikan ke hati melalui vena porta hepatica. Hati kemudian secara aktif asam empedu dari darah vena porta menyekresi asam empedu yang telah diserap kembali menjadi empedu, dan memulai proses yang baru. Hanya sekitar 15-35 % asam empedu terkumpul yang hilang melalui feses setiap harinya dan digantikan dengan pembentukan asam empedu yang baru.

Empedu disalurkan dan disimpan dalam kandung empedu di antara waktu makan melalui kontraksi sfingter oddi yang terdapat pada persambungan duktus biliaris dan duodenum. kandung empedu mengeluarkan ion natrium secara aktif, anion melalui elektron netralisasi, dan air secara osmotik, membuat konsentrasi empedu lebih pekat.

(52)

Kolesistokinin merupakan rangsangan utama bagi kandung empedu untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya ke dalam duodenum. Nervus vagus juga membuat kandung empedu berkontraksi dan spingter oddi berelaksasi. Rangsangan simpatis bekerja secara antagonis dan menghambat pengosongan kandung empedu.

Gangguan sekresi empedu akan membentuk terjadinya kristal atau batu empedu. batu empedu umumnya adalah kristal kolesterol yang mengelilingi inti kristal bilirubin. Bila kadar kolesterol melebihi kemampuan sel untuk mencerna, crystal kolesterol akan terbentuk dan menjadi inti dari batu empedu, batu pigmen empedu atau garam kalsium dari bilirubin yang tidak terkonjugasi juga dapat terbentuk.

3. Pencernaan dan Penyerapan

Karbohidrat kompleks akan dipecah menjadi monogliserida yang dapat diserap. protein besar yang sulit diserap akan dipecah menjadi monopeptida, dipeptida, dan tripeptida. lipase pankreas akan mencerna lemak menjadi asam lemak dan komponen trigliserida yang kemudian akan diserap.

(53)

pengangkut. Flora mikro metabolisme karbohidrat yang melewati kolon, memproduksi gas, meningkatkan motilitas, mengakibatkan diare. Diagnosis malabsorpsi ditegakkan dengan paparan karbohidrat spesifik pada atau biopsi dari sel epitel jejunum. Pengobatan dilakukan dengan pembatasan diet atau pemberian enzim pencernaan.

b. Protein

Asupan protein normal mencapai 0,5g/kg/hr dan asupan lebih banyak dibutuhkan pada masa pertumbuhan. Asupan makanan bervariasi pada latar belakang budaya yang berbeda. Selain dari asupan, tubuh mendaur ulang sejumlah protein dari usus. sebagian besar dari sekresi pencernaan (20 g/hr) dan dari pelepasan sel epitel (20 g/hr). berasal dari bakteri kolon, kerusakan sel, dan protein dari sekresi mukus colon.

Pencernaan terjadi di lambung dan usus halus, dan penyerapan terjadi di duodenum dan jejunum. Protein besar sulit untuk diserap. Isomer-L, asam amino tunggal, dipeptida, dan tripeptida dibentuk melalui asam pencernaan dan diserap secara aktif melalui proses pengikatan natrium. Gangguan malabsorpsi genetik dan intoleransi mempengaruhi protein pengangkut intestinal maupun tubulus proksimal ginjal.

c. Lemak

Trigliserida merupakan komponen utama dari lemak yang dikonsumsi. Komponen lain adalah sterol, Ester sterol, dan fosfolipida. Lemak bersifat hidrofobik dan terpisah dari kimus

(54)

sebagai bagian minyak di dalam lambung. Lemak Misela bersama asam empedu di dalam duodenum. Misela diserap Di brush border dari usus. sebagian pencernaan terjadi di usus dan lambung, tetapi tempat utama pencernaan lemak adalah di duodenum dan dilakukan oleh lipase pankreas.

Misela Berperan penting untuk meningkatkan permukaan penyerapan di duodenum dan Jejunum. Kolesterol lipofilik, asam lemak, dan lisofosfatida berdifusi melewati membran sel. Lemak berkumpul di retikulum endoplasma halus dan disintesis ulang menjadi trigliserida, fosfolipid, dan steroid Ester kolesterol. Selanjutnya dibentuk menjadi kilomikron dan keluar dari sel secara eksositosis. Kilomikron akan melewati aliran limfa dan memasuki sirkulasi vena melalui duktus toraksikus.

Lemak yang ditemukan di feses umumnya berasal dari mikroflora kolon dan pengelupasan sel. Malabsorpsi lemak terkait dengan terganggunya pencernaan atau penyerapan. Kekurangan empedu total mengurangi penyerapan

(55)

akan mengganggu penyerapan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K).

d. Air dan Elektrolit

Saluran cerna menyerap 99% air yang ditelan. penyerapan terbesar terjadi di jejunum dan paling kecil di kolon karena berhimpit dengan sel epitel. Jejunum juga merupakan tempat utama penyerapan natrium, sekunder untuk asam amino dan transpor karbohidrat. Kalium diserap kembali di jejenum dan ileum, tetapi keseimbangan kalium bersih di ditentukan oleh kolon. kolon menyerap kalium bila kadar kalium dalam lumen tinggi dan menyekresi kalium ke dalam lumen bila kadar Kalium rendah terjadi bersama maka terjadi diare.

Kadar klorida usus berasal dari asupan dan sekresi. klorida, ileum, dan kalau. Kadar bikarbonat usus didapatkan dari sekresi pankreas. Bikarbonat diserap di jejunum dan dapat disekresi di ileum dan kolon oleh pertukaran HCO3-/Cl-. terdapat sekresi bersih bila kadar HC03- rendah ( asidosis).

e. Ion Usus dan Keseimbangan Cairan

Aktivitas simpatis mempercepat penyerapan air dan natrium klorida (NaCl), dan sebaliknya aktivitas parasimpatis akan menurunkan penyerapan air dan natrium klorida. Hormon aldosteron merupakan hormon utama yang mengatur keseimbangan ion kolon dengan menyerap kembali Na dan

(56)

melepas K. Hormon lain yang mempengaruhi Penyerapan air dan natrium klorida adalah enkefalin (peptida opioid), yang mempercepat Penyerapan air dan NaCl di usus, serta somatostatin yang meningkatkan Penyerapan air dan NaCl di kolon.

Sekresi saluran cerna yang berlebihan merupakan masalah klinis yang penting sekresi Na, C, dan air dalam Kristus di usus halus dapat melebihi kemampuan penyerapan bagian saluran cerna yang lain. toksin dapat sekresi sel, juga merangsang siklus Adenosine Monofosfat (cAMP) lain seperti VIP dan prostaglandin. kolera pankreatitis terjadi karena tumor pankreas yang menyekresi VIP. kolera akan mengakibatkan diare yang parah.

Diare juga dapat disebabkan oleh paparan dari bahan osmotik yang berlebihan, seperti pada sonde ( slang makanan). Kimus yang pekat akan menarik air dan menyebabkan diare. Sindrom malabsorbsi lemak dan karbohidrat juga memberikan efek yang sama.

Penyerapan kalsium di duodenum dan jejunum dirancang

(57)

pH dan di duodenum proksimal dan mempercepat keterlarutan dan pengangkutan dari besi ferritin. Ketika produksi asam lambung dihambat (misal dengan penghambat ekskresi asam), penyerapan besi akan sangat terhambat. beberapa makananan mempengaruhi penyerapan besi dan mencegah pengangkutannya. Phytate banyak terdapat pada gandum dan sereal lain, sedang tannin Banyak dijumpai pada teh (non herbal).

f. Flora

Flora pada usus halus didominasi oleh bakteri gram positif seperti lactobacillus, streptokokus, aerobacter aerogenes, bacteroides, Candida albicans, escherichia colli, proteus, pseudomonas, dan streptokokus facealis juga ditemukan. Asam empedu dan asam lambung dapat menghambat pertumbuhan bakteri di dalam usus. Lingkungan dalam usus memungkinkan pertumbuhan untuk organisme, ini meliputi escherichiacoli, streptokokus facealis, clostridium perfringens dan lactobacillus.

Bakteri mengubah menjadi garam

dan amonia. Kerja bakteri di usus besar menyebabkan pembentukan gas, yang membantu dan mendorong mengeluarkan feses. Bakteri ini juga menyintesis beberapa faktor gizi seperti vitamin K, thiamin riboflavin, vitamin B12, Asam folat, biotin, dan asam nikotinat.

(58)

g. Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi penting yang harus diserap dari sumber makanan. Vitamin terlarut air dapat diserap melalui transpor protein membran. Asam folat dan asam nikotinat diserap melalui difusi atau difusi terfasilitasi. Riboflavin dan piridoksin juga diserap melalui difusi. transpor aktif sekunder menyerap vitamin C di ileum, biotin di duodenum dan jejunum, asam folat di. penyerapan vitamin B12 memerlukan faktor intrinsik yang disekresi oleh lambung. Vitamin diserap dalam misela. Vitamin ini meliputi A, D, E, dan K. Bahan yang mengganggu penyerapan lemak juga akan mengganggu penyerapan vitamin larut lemak.

B. PENYAKIT YANG SERING MUNCUL PADA SISTEM PENCERNAAN (www.omni-hospital.com).

1. Diare 2. Gastritis 3. Hemoroid 4. Apendisitis

(59)

4. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan 5. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif D. PENGKAJIAN NUTRISI DAN SISTEM PENCERNAA

Nutrisi yang cukup dan tepat merupakan dasar dari keberhasilan terapi medis. Kesehatan gizi memerlukan saluran cerna yang berfungsi dengan baik untuk menerima, mengangkut, menyerap, dan metabolisme zat gizi. Begitu juga halnya nutrisi yang cukup dan tepat dibutuhkan oleh saluran cerna agar dapat berfungsi dengan baik untuk itulah pengkajian traktus gastrointestinal dan status gizi terkait satu sama lain, dilakukan secara bersamaan atau berkesinambungan dan berurutan. Pengkajian status gizi dan saluran cerna bagian atas yang sistematis dan menyeluruh dari pasien dapat mendeteksi berbagai permasalahan kesehatan yang sedang dialami. Pengkajian ini akan fokus pada pengkajian status gizi dan saluran cerna bagian atas meliputi mulut, esofagus, lambung, dan usus halus.

1. PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN

Beberapa hal yang harus dikaji dalam sistem sistem pencernaan berdasarkan buku pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan (Black &

Hawks, 2014 dan Le Mode, Burke & Bauldoff, 2014):

a. Kesehatan gizi

Kesehatan gizi didapatkan ketika kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat dipenuhi secara konsisten. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan gizi, saluran cerna harus mampu menghantarkan, mengangkut, dan menyerap zat gizi. Selanjutnya, gizi yang sudah diserap harus dimetabolisme dan digunakan di tingkat seluler. Sangat sulit untuk menentukan secara tepat jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh setiap klien

(60)

secara Individual karena pengaruh berbagai faktor seperti usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, metabolisme, dan tingkat aktivitas. Bagaimanapun, kebutuhan zat gizi pasien dapat diperkirakan dengan membandingkan karakteristik individual pasien kepada kelompok acuan yang terstandarisasi.

Untuk menentukan apakah pasien mendapatkan zat gizi yang, dan mengukur informasi mengenai asupan makanan. tanyakan pada pasien jumlah dan jenis makanan serta minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir dan tanyakan apakah ini merupakan asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. bila tidak, minta kepada pasien untuk menggambarkan asupan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Catatan asupan makanan 24jam umumnya mudah dan cepat untuk didapatkan, tetapi sangat bergantung pada kemampuan pasien untuk mengingat. Meminta pasien untuk membuat catatan mengenai makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 1-3 hari merupakan cara terbaik untuk mengumpulkan informasi pola makan. Selain mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu, catatan makanan harus mencakup jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, bagaimana makanan dan minuman itu disajikan

(61)

yang direkomendasikan untuk orang sehat pada umumnya dan dapat dilihat di buku ajar gizi atau website.untuk menentukan kecukupan asupan zat gizi spesifik pasien (misal, vitamin, mineral, dan unsur micro) lakukan konsultasi dengan ahli gizi.

b. Malnutrisi

Kelaparan dan obesitas merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi. Kelaparan primer dan sekunder didefinisikan sebagai ketidakcukupan asupan zat gizi pada periode waktu tertentu. Kelaparan primer terjadi ketika zat gizi dalam jumlah cukup UPH tidak dapat masuk ke dalam saluran cerna bagian atas (anoreksia, sumbatan mekanik saluran cerna) dan kelaparan sekunder terjadi ketika saluran cerna bagian atas gagal dalam menyerap, metabolis, atau menggunakan zat gizi (iskemia usus atau penyakit Crohn). Gangguan gizi kelaparan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kecukupan kalori dan atau protein. Kwashiorkor, marasmus, dan malnutrisi tipe campuran adalah istilah internasional yang digunakan untuk menunjukkan kekurangan asupan protein, kalori, dan protein-kalori.

Malnutrisi mikronutrien merupakan salah satu bentuk gangguan gizi kelaparan terjadi saat vitamin, mineral, dan elemen penting tidak dapat dihantarkan, diserap dan digunakan oleh tubuh. Pada umumnya konsumsi makanan yang tidak mencukupi jarang menyebabkan kekurangan satu mikronutrien, karena sebagian besar makanan mengandung lebih dari satu mikronutrien. Pada umumnya, klien menampakan tanda kekurangan beberapa mikronutrien sekaligus, metode terbaik mengidentifikasi gangguan atau potensi kekurangan mikronutrien adalah

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Sebab pemikiran Islam berasal dari wahyu atau bersandarkan pada penjelasan wahyu, sedangkan pemikiran-pemikiran yang lain yang berkembang di antara manusia, baik itu berupa

i+. )ekurangan guru sains.. %ersekola!an merupakan satu proses pemasyarakatan  kerana sekola! A. Menyediakan pengajaran yang selaras dengan ke!endak masyarakat.. #. Membimbing

Prodia Diagnostic Line Epoxy Floor Coating 2019 Gereja Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk Gereja Regina Caeli Cat Dinding Exterior dan Cat Dinding Interior 2019 PT.. Indopoly

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tesis dengan judul

Superego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah dari luar (khususnya orang tua) sedemikian rupa sehingga akhirnya terpencar

banyak memberikan beasiswa kepada mahasiswa untuk belajar di luar negeri untuk memajukan pembangunan bangsai Indonesia ini kedepannya.. PERKEMBANGAN IPTEK DI INDONESIA SEBELUM

Zindandan Mehmed'e Mektup Kaldırımlar Sonsuzluk Kervanı Serseri Sabır Peygamber Hep Nefis Çocuk Benim Nefsim Ben Allah Derim Aralık Kapı Bizim Yunus