• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGANIAYAAN YANG DIKENAKAN PASAL 170 AYAT (2) KE 2 DAN 3 KUHP (STUDI PUTUSAN NOMOR 526/PID.B/2018/ PN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGANIAYAAN YANG DIKENAKAN PASAL 170 AYAT (2) KE 2 DAN 3 KUHP (STUDI PUTUSAN NOMOR 526/PID.B/2018/ PN."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGANIAYAAN YANG DIKENAKAN PASAL 170 AYAT (2) KE 2 DAN 3 KUHP (STUDI

PUTUSAN NOMOR 526/PID.B/2018/ PN.DPK)

Arief Baharsyah

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: ariefbaharsyah8@gmail.com)

Ermania Widjajanti

(Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: ermania.w@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

Tindak pidana penganiayaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sehingga seringkali dalam pembuktian unsur-unsurnya digunakan pasal kekerasan secara bersama-sama karena antara pengroyokan dengan kekerasan perbuatannya agak sulit untuk dibedakan. Seperti halnya dalam kasus yang diangkat penulis terhadap pelaku dengan terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi yang melakukan penganiayaan terhadap korban Darma Aji dan korban Nicolaus Boyvianus Kego Moi yang dibuktikan dengan tindak pidana kekerasan secara bersama-sama. Permasalahan yang diangkat adalah 1) apakah perbuatan pelaku memenuhi unsur Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 KUHP ? dan 2) bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK ?.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh melakukan studi kepustakaan dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penjatuhan sanksi pidana yang diberikan kepada terdakwa dengan menggunakan ketentuan Pasal 170 ayat (2) ke 3 dan ke 4 KUHP adalah kurang tepat dan analisis pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK Majelis hakim dalam menjatuhkan putusannya menggunakan teori pertimbangan hakim antara lain teori keseimbangan, teori pendekatan seni dan intuisi, teori pendekatan keilmuan, teori pendekatan pengalaman dan teori pendekatan Ratio Decidendi.

Kata Kunci : : Kata Kunci : Hukum Pidana, Tindak Pidana Penganiayaan Yang

Dikenakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP

(2)

A. Pendahuluan

Kejahatan jalanan menjadi dominasi dari sekian jenis tindak kriminal karena pelemahan ekonomi sangat berdampak pada masyarakat kelas bawah.

1

Selain tindak pidana penganiayaan yang banyak dilakukan dalam masyarakat ada juga tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama dimuka umum atau yang sering disebut dengan tindakan pengeroyokan yang menjadi suatu fenomena yang sulit juga untuk dihilangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai tindak pengeroyokan yang sering terjadi seperti pemukulan dan kekerasan fisik yang dilakukan secara bersama-sama terhadap orang lain seringkali mengakibatkan luka pada bagian atau anggota tubuh korban, juga tidak jarang membuat korban menjadi cacat fisik seumur hidup bahkan sampai mengalami kematian. Selain itu tindakan penganiayaan juga tidak jarang menimbulkan efek atau dampak psikis terhadap korbannya seperti trauma, ketakutan, ancaman,bahkan terkadang ada korban penganiayaan yang mengalami gangguan jiwa dan mental. Fenomena tindak penganiayaan bukanlah hal baru dalam aksi-aksi kekerasan fisik dan psikis, dan dapat dijumpai di ingkungan keluarga, di tempat umum, maupun di tempat lain serta dapat menimpa siapa saja bila menghadapi suatu masalah dengan orang lain.

Tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama dimuka umum didalam KUHP diatur dalam ketentuan Pasal 170 KUHP.

Dalam Pasal 170 KUHP mengatur mengenai akibat hukum untuk mereka yang melakukan perbuatan melanggar hukum di muka umum kepada orang atau barang. Dapat dibilang bahwa Pasal 170 KUHP identik dengan Pasal 351 KUHP jo. Pasal 55 KUHP. Tetapi, jika ditelaah lebih dalam maka akan terlihat perbedaan dari keduanya, baik itu dari segi pengertian ataupun tujuan yang diinginkan oleh masing-masing pasal tersebut. Suatu ketelitian diperlukan untuk menerapkan Pasal 170 KUHP karena dapat menyentuh isi dari ketentuan dalam Pasal 351 KUHP. Maka dari itu, sering sekali Penuntut Umum mempergunakan jenis dakwaan alternatif, yang nantinya hakim dapat memilih

1 Online tersedia di https://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/19/01/08/pkwt8f313- angka-kriminalitas-naik-atau-turun (diunduh pada 15 Januari 2020).

(3)

untuk menentukan dakwaan mana yang sekiranya tepat serta sesuai dengan fakta atau hasil pembuktian di persidangan.

Seperti halnya dalam kasus yang penulis angkat dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK, terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi yang telah melakukan suatu tindak pidana kekerasan dengan menggunakan tenaga bersama sehingga menyebabkan korban mengalami luka berat dan kemudian menyebabkan korban meninggal dunia. Dengan dasar teori keseimbangan yang menyatakan bahwa pelaku dipidana dengan Pasal 170 ayat (2) dan (3) KUHP. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan perbuatan pelaku. Bila dilihat dari kronologis kasusnya terdakwa dengan korban melakukan perkelahian disebuah Café El KEKI Jl.Raya Bogor Kecamatan Cimanggis Kota Depok, terdakwa dalam melakukan perbuatannya tersebut kepada korban tidak dilakukan dengan bersama-sama teman korban, akan tetapi terdakwa melakukan sendiri perbuatannya dan teman-teman korban dan teman-teman saksi hanya melihat atau saling menjaga supaya tidak ada yang membantu perkelahian antara korban dan terdakwa, sehingga korban mengalami luka yang parah. Berdasarkan hasil Visum et Repertum No.

03/Ver/VIII/2018 tanggal 06 Agustus 2018 yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Angkatan Darat RSPAD Gatot Subroto yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Arief Widya Taufiq, Sp.B-TKV yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Darma Aji.

Luka tusuk dada kiri yang disebabkan luka tusuk benda tajam. Karena itu orang yang bersangkutan menjadi sakit atau mendapat halangan untuk menjalankan pekerjaan dan jabatannya selama dirawat dari tanggal tujuh bulan Juni tahun dua ribu delapan belas sampai tanggal delapan bulan Juni tahun dua ribu delapan belas. Pasien kini telah meninggal dunia di ICU RSPAD Gatot Subroto pada tanggal delapan bulan Juni dua ribu delapan belas, Pukul 12.40 wib.

Melihat kronologis kasus tersebut putusan pertimbangan hakim tidak

sesuai dengan perbuatan pelaku, seharusnya hakim memutuskan Pasal 351 ayat

(2) dan (3) karena terlihat jelas perbedaan antara putusan dan perbuatannya.

(4)

Dimana perbuatan perkelahian pelaku tidak langsung mengakibatkan kematian terhadap korban serta perbuatannya tersebut hanya dilakukan sendiri tanpa bantuan dari teman-teman pelaku. Serta Korban sempat mengalami perawatan medis di rumah sakit atas perbuatan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban.

Melihat latar belakang yang dijelaskan diatas oleh karena itu peneliti tertarik untuk membahasnya kedalam suatu penulisan skripsi. Adapun judul yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: “Tinjauan Yuridis Mengenai Penganiayaan Yang Dikenakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP (Studi Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/ PN.DPK)".

Pokok Permasalahan

Permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut :

1. Apakah perbuatan pelaku memenuhi unsur Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 KUHP ?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK ?

B. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian

Penelitian dalam penulisan skripsi ini “Tinjauan Yuridis Mengenai Penganiayaan Yang Dikenakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP (Studi Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK)” termasuk dalam penelitian yuridis–normatif, yaitu penelitian ini mencangkup norma–norma hukum yang berkaitan dengan tindak pidana penganiayaan yang bersumber pada norma hukum yang tertulis dalam peraturan perundang–undangan yang ditetapkan secara konkrit yaitu Kibat Undang– Undang Hukum Pidana (KUHP) dikaitan dengan pemasalahan.

2

2 Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2014), h. 12.

(5)

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yakni penelitian yang dimaksud untuk memberikan gambaran mengenai data seteliti mungkin mengenai kaidah–kaidah, norma, asas–asas dan peraturan hukum yang telah tersedia. Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa–hipotesa agar dapat membantu di dalam memperkuat teori lama maupun teori baru.

3

2. Data dan Sumber Data

Berdasarkan dari jenisnya maka data yang diperlukan untuk menganalisis penelitian ini adalah data sekunder,

4

yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis. Data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini digolongkan dalam dua bahan hukum, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan–bahan hukum yang mengikat.

5

Bahan hukum primer yang terkait dalam skripsi ini berupa Peraturan Perundang–Undangan yaitu KUHP dan Putusan Pengadilan Negeri (Studi Kasus Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK).

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer

6

, terdiri dari buku– buku, literatur, artikel yang berhubungan dengan permasalahan.

3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah studi dokumen terhadap data sekunder, dimana data tersebut mengambil beberapa buku, peraturan perundang–undangan yang berkaitan, serta mengakses data dari melalui media internet

7

. Studi kepustakaan dilakukan di beberapa tempat yaitu di

3 Ibid.

4 Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : 2005), h.53.

5 Ibid.

6 Ibid.

7 Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2014), h. 15.

(6)

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, dan maupun mengakses dari media internet.

4. Analisis Data

Data yang terkumpul yaitu data sekunder, dianalisis sesuai dengan sifat penelitan, karena sifat penelitian skripsi ini adalah deskriptif,

8

maka analisis yang dilakukan secara kualitatif untuk memperoleh jawaban yang dapat menjadi suatu kesimpulan. Metode secara kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menekankan pada kualitas atau isi dari data tersebut dengan tujuan untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat.

5. Cara Penarikan Kesimpulan

Setelah seluruh data diolah dan dianalisis, maka perlu dilakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil pengolahan dan analisis tersebut.

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan pola pikir deduktif , artinya adalah metode menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari penyataan-pernyataan yang bersifat umum

9

. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau konsep-konsep umum dalam KUHP yang kemudian ditarik kedalam data yang bersifat khusus. Adapun kajian mengenai penganiayaan tersebut akan dianalisis secara khusus pada Putusan Pengadilan Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Analisis perbuatan pelaku terhadap pemenuhan unsur Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP

Kasus yang penulis angkat dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK, terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi yang telah melakukan suatu tindak pidana kekerasan dengan menggunakan tenaga bersama sehingga menyebabkan korban mengalami luka berat dan kemudian menyebabkan korban meninggal dunia. Bahwa pelaku dipidana dengan Pasal 170 ayat (2) ke 2

8 Ibid.

9 Soerjono Soekanto, Op.Cit.,h.54.

(7)

dan 3 KUHP. Bila dilihat dari kronologis kasusnya terdakwa dengan korban melakukan perkelahian disebuah Café El KEKI Jl.Raya Bogor Kecamatan Cimanggis Kota Depok, terdakwa dalam melakukan perbuatannya tersebut kepada korban tidak dilakukan dengan bersama-sama teman korban, akan tetapi terdakwa melakukan sendiri perbuatannya dan teman-teman korban dan teman-teman saksi hanya melihat atau saling menjaga supaya tidak ada yang membantu perkelahian antara korban dan terdakwa, sehingga korban mengalami luka yang parah. Berdasarkan hasil Visum et Repertum No.

03/Ver/VIII/2018 tanggal 06 Agustus 2018 yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Angkatan Darat RSPAD Gatot Subroto yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Arief Widya Taufiq, Sp.B-TKV yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Darma AJI dengan hasil pemeriksaan yaitu :

1. Luka tusuk di ICS 7-11 (sinistra), pendarahan ada, suara napas kiri menurun, tidak ada wheezing, Ronchi.

2. Mata tampak anemi.

Luka tusuk dada kiri yang disebabkan luka tusuk benda tajam. Karena itu orang yang bersangkutan menjadi sakit atau mendapat halangan untuk menjalankan pekerjaan dan jabatannya selama dirawat dari tanggal tujuh bulan Juni tahun dua ribu delapan belas sampai tanggal delapan bulan Juni tahun dua ribu delapan belas. Pasien kini telah meninggal dunia di ICU RSPAD Gatot Subroto pada tanggal delapan bulan Juni dua ribu delapan belas, Pukul 12.40 wib.

Majelis hakim dalam kasus ini menggunakan ketentuan Pasal 170 Ayat (2) Ke-3 KUHP dan Pasal 170 Ayat (2) Ke-2 KUHP, yang menyebutkan bahwa :

(2) Yang bersalah diancam :

Ke-3 dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

Dengan terpenuhinya semua unsur dalam dakwaan pertama dengan

menggunakan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke

(8)

3 KUHP tersebut maka terdakwa oleh majelis hakim dijatuhi sanksi pidana kepada Terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Alias Bagus Bin Hidayat Umasugi dengan pidana penjara selama 15 (lima belas) Tahun.

Menurut penulis, penjatuhan sanksi pidana yang diberikan kepada terdakwa dengan menggunakan ketentuan Pasal 170 ayat (2) ke 3 dan ke 4 KUHP adalah kurang tepat, karena apabila dilihat dari perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa berdasarkan dari fakta persidangan, maka terdakwa dapat dikenakan dengan menggunakan ketentuan Pasal 351 KUHP jo Pasal 55 KUHP Penganiayaan yang menyebabkan kematian dan penganiayaan berat yang dilakukan secara bersama-sama.

Terkait dengan perbuatan Terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Alias Bagus Bin Hidayat Umasugi yang menganiaya korban Darma Aji (Almarhum) dan Nicolaus Boyvianus Kego Moi. Dalam perbuatan penganiayaan yang dilakukan oleh terdakwa tersebut, agar terdakwa dapat dipidana maka perbuatan penganiayaan tersebut harus dibuktikan.

Ketentuan Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP menyebutkan bahwa :

(2) Jika perbuatan tersebut menyebabkan luka berat pada tubuh, maka orang yang bersalah dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya lima tahun.

(3) Jika perbuatan tersebut menyebabkan kematian, maka orang yang bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Dalam Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP hanya disebutkan kualifikasi delik saja yaitu penganiayaan. jadi dalam Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP tersebut tidak ada unsur-unsur tindak pidana, akan tetapi disini dapat dibuktikan tentang tindak pidana penganiayaan tersebut.

Menurut doktrin Oorsprinkelijke Regerins Onterwerp atau yang disebut

dengan O.R.O. penganiayaan adalah perbuatan yang mengakibatkan letzel

atau luka dan pijn atau sakit, adapun yang dimaksudkan dengan luka itu

adalah terdapat apabila terjadi perubahan di dalam bentuk pada badan

(9)

manusia yang berlainan dengan bentuk semula, sedangkan mengenai pengertian rasa sakit itu adalah perubahan dalam bentuk dari badan tidak menjadi syarat mutlak, cukup jika menimbulkan rasa sakit.

Terkait dengan unsur Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP, maka disini telah tersirat bentuk kesalahan pelaku adalah bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja.

Secara teoritis menurut Moeljatno, sengaja adalah seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja, harus menghendaki serta menginsafi tindakan tersebut dan/ atau akibatnya. Jadi dapatlah dikatakan, bahwa sengaja berarti menghendaki dan mengetahui apa yang dilakukan.

Menurut teori mengetahui maka terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi mengetahui timbulnya akan akibat perbuatannya sehingga perbuatan penganiayaan yang menyebabkan korban Darma Aji meninggal dunia karena mendapatkan tusuk pada dada korban. Sedangkan berdasarkan teori menghendaki maka terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi, dalam melakukan perbuatannya tersebut memang dikendaki yang dilakukan dengan cara sengaja menusuk korban Darma Aji tersebut sehingga mengakibatkan korban mengalami kematian.

Dengan demikian maka bentuk kesalahan terdakwa yang tersirat dalam Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP tersebut melakukan penganiayaan dengan sengaja.

Selain itu juga penganiayaan yang dilakukan oleh terdakwa Bagoes

Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi terhadap korban

Nicolaus Boyvianus Kego Moi juga dilakukan dengan sengaja karena

terdakwa dalam menganiaya korban Nicolaus Boyvianus Kego Moi

menggunakan benda tajam di dearah perut kanan atas yang mengenai organ

dalam (hati dan ginjal kanan), Kencing bercampur darah. Dengan

melakukan perbuatan tersebut maka mengakibatkan korban Nicolaus

Boyvianus Kego Moi menjadi sakit atau mendapat halangan untuk

menjalankan pekerjaan dan jabatannya 21 hari dari tanggal 7 Juni 2018

(10)

sampai tanggal 28 Juni 2018, serta orang yang bersangkutan berada mengalami luka berat. Pasien kini belum sembuh.

Ketentuan mengenai luka berat didalam KUHP diatur dalam Pasal 90 KUHP, dalam kasus ini yang termasuk dalam Luka Berat adalah jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

Namun akibat dari luka berat tersebut korban Darma Aji akhirnya meninggal dunia sedangkan untuk korban Nicolaus Boyvianus Kego Moi mengalami luka yang sampai dengan saat ini belum sembuh.

Terdakwa pada saat melakukan perbuatannya itu hanya lah terdakwa sendiri yang melakukan penusukan yang menyebabkan kematian dan pemukulan terhadap korban sedangkan teman-teman terdakwa hanya menghalangi supaya teman korban tidak membantu korban pada saat dipenganiayaan terjadi, hal tersebut dapat dilihat perbuatan terdakwa yang berjalan menghampiri saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi, Sdr. Darma Aji (Almarhum) yang sedang duduk di sofa, kemudian terdakwa langsung mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku celana yang dikenakan oleh terdakwa dan memukul wajah saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi dan Sdr.

Darma Aji (Almarhum) secara bergantian dengan menggunakan tangan

kanan terdakwa yang menggenggam pisau lipat. Selanjutnya saksi Iwan

Mofu langsung mendorong saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi ke arah

meja bilyard supaya saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi terpisah dengan

sdr. Darma Aji (Almarhum), lalu terdakwa melihat sdr. Darma Aji

(Almarhum) terjatuh di sofa dekat dengan meja kasir. Kemudian terdakwa

kembali memukul satu kali ke wajah sebelah kiri sdr. Darma Aji

(Almarhum), lalu terdakwa memukul satu kali ke arah perut sdr. Darma Aji

(Almarhum) dan menusuk ke arah perut sebelah kiri sdr. Darma Aji

(Almarhum) dengan menggunakan pisau lipat milik terdakwa. Sedangkan

saksi Iwan Mofu (berkas terpisah) dan saksi Rahmat Setyawan (berkas

terpisah) menahan saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi supaya tetap berada

di dekat meja bilyard.

(11)

Setelah selesai memukul dan menusuk sdr. Darma Aji (Almarhum), terdakwa meninggalkan sdr. Darma Aji (Almarhum) menuju saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi dan langsung menusuk perut sebelah kanan saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi dengan menggunakan pisau lipat milik terdakwa,

Berdasarkan Visum et Repertum No. 03/Ver/VIII/2018 tanggal 06 Agustus 2018 yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Angkatan Darat RSPAD Gatot Subroto yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Arief Widya Taufiq, Sp.B-TKV yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Darma Aji dengan hasil pemeriksaan yaitu Luka tusuk di ICS 7-11 (sinistra), pendarahan ada, suara napas kiri menurun, tidak ada wheezing, Ronchi dan Mata tampak anemi. Luka tusuk dada kiri yang disebabkan luka tusuk benda tajam. Karena itu orang yang bersangkutan menjadi sakit atau mendapat halangan untuk menjalankan pekerjaan dan jabatannya selama dirawat dari tanggal tujuh bulan Juni tahun dua ribu delapan belas sampai tanggal delapan bulan Juni tahun dua ribu delapan belas. Pasien kini telah meninggal dunia di ICU RSPAD Gatot Subroto pada tanggal delapan bulan Juni dua ribu delapan belas, Pukul 12.40 wib.

Selain itu berdasarkan Visum et Repertum No. 04/Ver/VIII/2018 tanggal

06 Agustus 2018 yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Angkatan Darat

RSPAD Gatot Subroto yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Yudi

Susanto, Sp.B-KBD yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Nicolaus

Boyvianus Kego Moi dengan hasil pemeriksaan yaitu Luka benda tajam di

dearah perut kanan atas yang mengenai organ dalam (hati dan ginjal kanan)

dan Kencing bercampur darah. Luka dalam benda tajam perut kanan atas

yang mengenai organ dalam perut (hati dan ginjal kanan) yang disebabkan

oleh benda tajam. Karena itu orang yang bersangkutan menjadi sakit atau

mendapat halangan untuk menjalankan pekerjaan dan jabatannya selama

dua puluh satu hari dari tanggal tujuh bulan Juni tahun dua ribu delapan

belas sampai tanggal dua puluh delapan bulan Juni tahun dua ribu delapan

(12)

belas, serta orang yang bersangkutan berada dalam bahaya maut. Pasien kini belum sembuh.

Sehingga dengan demikian maka perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi telah memenuhi rumusan unsur Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP.

Terhadap semua perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tersebut yaitu penganiayaan dengan luka berat dan penganiayaan yang menyebabkan kematian tersebut belum ada putusan pidana dari hakim yang dijatuhkan kepada terdakwa.

Oleh karenanya berdasarkan hal tersebut maka terdakwa telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan melakukan perbuatan concursus realis.

2. Analisis pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK.

Hakim sebagai pelaksana dari kekuasaan kehakiman mempunyai kewenangan dalam peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan hal ini dilakukan oleh hakim melalui putusannya. Fungsi hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan, di mana dalam perkara pidana, hal itu tidak terlepas dari sistem pembuktian negatif, yang pada prinsipnya menetukan bahwa suatu hak atau peristiwa atau kesalahan dianggap telah terbukti, disamping adanya alat-alat bukti menurut undang- undang juga ditentukan keyakinan hakim yang dilandasi dengan integritas moral yang baik.

Secara kontekstual ada tiga esensi yang terkandung dalam kebebasan

hakim dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman yaitu: a. Hakim hanya

tunduk pada hukum dan keadilan; b. Tidak seorangpun termasuk pemerintah

dapat mempengaruhi atau mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh

hakim; c. Tidak ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam

menjalankan tugas dan fungsi yudisialnya.

(13)

Dalam kasus penganiayaan yang menyebabkan kematian dan luka berat yang dilakukan oleh terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi, majelis hakim dalam menjatuhkan putusannya menggunakan teori pertimbangan hakim antara lain :

Teori Keseimbangan. Dalam kasus ini terlihat bahwa hakim telah mempertimbangkan terbuktinya unsur-unsur pasal yang didakwakan serta hal-hal yang memberatkan dan meringankan. Hal-hal yang memberatkan : Terdakwa telah meresahkan masyarakat, Terdakwa telah mencoreng nama baik Kepolisan Republik Indonesia, karena terdakwa adalah anggota kepolisian tidak mencerminkan sikap yang baik sebagai anggota kepolisian.

Keadaan yang meringankan antara lain Terdakwa berterus terang mengakui perbuatannya dan terdakwa menyesali perbuatannya;

Teori Pendekatan Seni Dan Intuisi. Dalam hal ini para saksi yang diajukan dipersidangan antara lain Saksi Putra Aria Bagita, Saksi Nicolaus Boyvianus Kego Moi (Nico), Saksi Petrus Alexander Hutabarat.

Keterangan ahli yaitu Dr. Arief Widya Taufiq SP B TKV yang merupakan Dokter spesialis Bedah Thorax Kardio Vaskular yang berdinas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto yang beralamat di Jl.

Dr Abdur Rachman Saleh Jakarta Pusat dan Keterangan terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi. Alat Bukti Surat yaitu berupa Hasil Visum et Repertum No. 03/Ver/VIII/2018 tanggal 06 Agustus 2018 yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Angkatan Darat RSPAD Gatot Subroto yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Arief Widya Taufiq, Sp.B-TKV yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Darma Aji.

Hasil Visum et Repertum No. 04/Ver/VIII/2018 tanggal 06 Agustus 2018

yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Angkatan Darat RSPAD Gatot

Subroto yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Yudi Susanto, Sp.B-KBD

yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Nicolaus Boyvianus Kego

Moi. Petunjuk yaitu 3 (tiga) rekaman cctv Café El Keki pada tanggal 07 Juni

2018 pukul 04.00 s.d 04.59.

(14)

Teori Pendekatan Keilmuan. Pendekatan keilmuan yang dilakukan hakim dalam memutus perkara ini dengan melihat fakta peristiwa pidana, sehingga hakim mengganggap bahwa perkara terdakwa yang melakukan tindak pidana kekerasan yang mengakibat bahaya maut dan luka berat tersebut dianggap oleh hakim telah melanggar ketentuan yang terdapat dalam Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 KUHP dengan menjatuhkan sanksi pidana penjara selama 15 tahun.

Teori Pendekatan Pengalaman. Berdasarkan pengalaman dari hakim bahwa mengenai sanksi pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa maka, terdakwa telah melakukan dau perbuatan berdiri sendiri dan diacam dengan pidana sejenis pasal 65 KUHP dimana hukumannya adalah maksimum hukuman tertinggi ditambah sepertiganya, yang lamanya akan ditentutkan dalam amar putusan ini.

Teori Ratio Decidendi. Dalam kasus ini Jaksa Penuntut Umum menggunakan dakwaan alternative, yaitu dakwaan pertama dengan menggunakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 KUHP serta dakwaan kedua dengan menggunakan Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP. Pada kasus ini majelis hakim menggunakan dakwaan yang pertama karena menurut majelis hakim perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa tersebut lebih mendekati pada perbuatan seperti dalam dakwaan pertama yaitu dengan menggunakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 KUHP sebagai dasar dalam menjatuhkan sanksi pidana kepada terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi.

D. Penutup

1. Kesimpulan

a. Analisis perbuatan pelaku terhadap pemenuhan unsur Pasal 170 ayat (2)

ke 2 dan 3 KUHP, karena pasal ini termasuk dalam delik pemberatan,

maka unsur pokok dari pasal ini sama dengan Pasal 170 ayat (1),

sehingga yang menjadi unsur dari Pasal 170 Ayat (2) ke 2 dan ke 3

KUHP, antara lain Barangsiapa, Dengan tenaga bersama, Menggunakan

kekerasan terhadap orang mengakibatkan luka berat, Jika kekerasan

(15)

mengakibatkan maut (kematian). Penjatuhan sanksi pidana yang diberikan kepada terdakwa dengan menggunakan ketentuan Pasal 170 ayat (2) ke 3 dan ke 4 KUHP adalah kurang tepat, karena apabila dilihat dari perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa berdasarkan dari fakta persidangan, maka terdakwa dapat dikenakan dengan menggunakan ketentuan Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) jo Pasal 55 KUHP Penganiayaan yang menyebabkan kematian dan penganiayaan berat yang dilakukan secara bersama-sama. Selain itu juga perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa termasuk dalam concurcus realis sesuai dengan ketentuan Pasal 65 KUHP, terdakwa telah melakukan tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan luka berat yang diatur dalam Pasal 351 ayat (2) KUHP serta terdakwa juga melakukan tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan kematian yang diatur dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP.

b. Analisis pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK Majelis hakim dalam menjatuhkan putusannya menggunakan teori pertimbangan hakim antara lain teori kesimbangan, teori Pendekatan Seni dan Intuisi, teori pendekatan keilmuan, teori pendekatan pengalaman dan teori pendekatan Ratio Decidendi.

2. Saran

Diharapkan kepada para hakim agar lebih teliti dalam menangani kasus- kasus mengenai tindak pidana kekerasan karena antara tindak pidana kekerasan dengan tenaga bersama-sama yang diatur dalam ketentuan 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 dengan tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam ketentuan Pasal 351 ayat (2) dan ayat (3) KUHP jo Pasal 55 KUHP sehingga memenuhi rasa keadilan bagi terdakwa maupun bagi korban itu sendiri.

E. Daftar Pustaka

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum

Progresif, Jakarta : Sinar Grafika, 2018.

(16)

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan’ Menuju Kepada ‘Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan’, Jakarta: Kencana, 2008.

Bambang Purnomo, Hukum Pidana, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1982.

D. Schaffmeister. Hukum Pidana, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2007.

Eddy O.S Hairej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi, Yogyakarta: PT Cahaya Atma Kusuma, 2016.

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Indonesia, Jakarta:

Rajawali Pers, 2013.

Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: PT Sinar Grafik, 2005.

Mety Rahmawati, Dasar-Dasar Penghapus Penuntutan,Penghapus Peringan Dan Pemberat Pidana Dalam KUHP, Jakarta: Universitas Trisakti, 2014.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2015.

Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2014.

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Kumpulan Kuliyah Bagian Dua, Jakarta : Balai lektur Mahasiswa, 1998.

Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : 2005.

Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, cet. ke-2. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, cet.5, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2014.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung:

Reksa Aditama, 2003.

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta;

Renika Cipta, 2002.

Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Cet Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri dan di kelas kontrol dengan menggunakan

[r]

[r]

Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R yang menunjukkan korelasi berganda, yaitu faktor pola komunikasi keluarga, percaya diri, introversi, dan harga

Capaian Pembelajaran : Memiliki kemampuan membuat, menganalisis, menyajikan rencana pembelajaran matematika serta mendemonstasikan pembelajaran sebaya untuk materi

5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan

Dari segi memaknai pekerjaannya, dari keenam Subjek Penelitian yang merupakan pemadam kebakaran perempuan (Srikandi Baruna) bekerja bukan karena tuntutan ekonomi