TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGANIAYAAN YANG DIKENAKAN PASAL 170 AYAT (2) KE 2 DAN 3 KUHP (STUDI
PUTUSAN NOMOR 526/PID.B/2018/ PN.DPK)
Arief Baharsyah
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: ariefbaharsyah8@gmail.com)
Ermania Widjajanti
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: ermania.w@trisakti.ac.id)
ABSTRAK
Tindak pidana penganiayaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sehingga seringkali dalam pembuktian unsur-unsurnya digunakan pasal kekerasan secara bersama-sama karena antara pengroyokan dengan kekerasan perbuatannya agak sulit untuk dibedakan. Seperti halnya dalam kasus yang diangkat penulis terhadap pelaku dengan terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi yang melakukan penganiayaan terhadap korban Darma Aji dan korban Nicolaus Boyvianus Kego Moi yang dibuktikan dengan tindak pidana kekerasan secara bersama-sama. Permasalahan yang diangkat adalah 1) apakah perbuatan pelaku memenuhi unsur Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 KUHP ? dan 2) bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK ?.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh melakukan studi kepustakaan dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penjatuhan sanksi pidana yang diberikan kepada terdakwa dengan menggunakan ketentuan Pasal 170 ayat (2) ke 3 dan ke 4 KUHP adalah kurang tepat dan analisis pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK Majelis hakim dalam menjatuhkan putusannya menggunakan teori pertimbangan hakim antara lain teori keseimbangan, teori pendekatan seni dan intuisi, teori pendekatan keilmuan, teori pendekatan pengalaman dan teori pendekatan Ratio Decidendi.
Kata Kunci : : Kata Kunci : Hukum Pidana, Tindak Pidana Penganiayaan Yang
Dikenakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP
A. Pendahuluan
Kejahatan jalanan menjadi dominasi dari sekian jenis tindak kriminal karena pelemahan ekonomi sangat berdampak pada masyarakat kelas bawah.
1Selain tindak pidana penganiayaan yang banyak dilakukan dalam masyarakat ada juga tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama dimuka umum atau yang sering disebut dengan tindakan pengeroyokan yang menjadi suatu fenomena yang sulit juga untuk dihilangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai tindak pengeroyokan yang sering terjadi seperti pemukulan dan kekerasan fisik yang dilakukan secara bersama-sama terhadap orang lain seringkali mengakibatkan luka pada bagian atau anggota tubuh korban, juga tidak jarang membuat korban menjadi cacat fisik seumur hidup bahkan sampai mengalami kematian. Selain itu tindakan penganiayaan juga tidak jarang menimbulkan efek atau dampak psikis terhadap korbannya seperti trauma, ketakutan, ancaman,bahkan terkadang ada korban penganiayaan yang mengalami gangguan jiwa dan mental. Fenomena tindak penganiayaan bukanlah hal baru dalam aksi-aksi kekerasan fisik dan psikis, dan dapat dijumpai di ingkungan keluarga, di tempat umum, maupun di tempat lain serta dapat menimpa siapa saja bila menghadapi suatu masalah dengan orang lain.
Tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama dimuka umum didalam KUHP diatur dalam ketentuan Pasal 170 KUHP.
Dalam Pasal 170 KUHP mengatur mengenai akibat hukum untuk mereka yang melakukan perbuatan melanggar hukum di muka umum kepada orang atau barang. Dapat dibilang bahwa Pasal 170 KUHP identik dengan Pasal 351 KUHP jo. Pasal 55 KUHP. Tetapi, jika ditelaah lebih dalam maka akan terlihat perbedaan dari keduanya, baik itu dari segi pengertian ataupun tujuan yang diinginkan oleh masing-masing pasal tersebut. Suatu ketelitian diperlukan untuk menerapkan Pasal 170 KUHP karena dapat menyentuh isi dari ketentuan dalam Pasal 351 KUHP. Maka dari itu, sering sekali Penuntut Umum mempergunakan jenis dakwaan alternatif, yang nantinya hakim dapat memilih
1 Online tersedia di https://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/19/01/08/pkwt8f313- angka-kriminalitas-naik-atau-turun (diunduh pada 15 Januari 2020).
untuk menentukan dakwaan mana yang sekiranya tepat serta sesuai dengan fakta atau hasil pembuktian di persidangan.
Seperti halnya dalam kasus yang penulis angkat dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK, terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi yang telah melakukan suatu tindak pidana kekerasan dengan menggunakan tenaga bersama sehingga menyebabkan korban mengalami luka berat dan kemudian menyebabkan korban meninggal dunia. Dengan dasar teori keseimbangan yang menyatakan bahwa pelaku dipidana dengan Pasal 170 ayat (2) dan (3) KUHP. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan perbuatan pelaku. Bila dilihat dari kronologis kasusnya terdakwa dengan korban melakukan perkelahian disebuah Café El KEKI Jl.Raya Bogor Kecamatan Cimanggis Kota Depok, terdakwa dalam melakukan perbuatannya tersebut kepada korban tidak dilakukan dengan bersama-sama teman korban, akan tetapi terdakwa melakukan sendiri perbuatannya dan teman-teman korban dan teman-teman saksi hanya melihat atau saling menjaga supaya tidak ada yang membantu perkelahian antara korban dan terdakwa, sehingga korban mengalami luka yang parah. Berdasarkan hasil Visum et Repertum No.
03/Ver/VIII/2018 tanggal 06 Agustus 2018 yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Angkatan Darat RSPAD Gatot Subroto yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Arief Widya Taufiq, Sp.B-TKV yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Darma Aji.
Luka tusuk dada kiri yang disebabkan luka tusuk benda tajam. Karena itu orang yang bersangkutan menjadi sakit atau mendapat halangan untuk menjalankan pekerjaan dan jabatannya selama dirawat dari tanggal tujuh bulan Juni tahun dua ribu delapan belas sampai tanggal delapan bulan Juni tahun dua ribu delapan belas. Pasien kini telah meninggal dunia di ICU RSPAD Gatot Subroto pada tanggal delapan bulan Juni dua ribu delapan belas, Pukul 12.40 wib.
Melihat kronologis kasus tersebut putusan pertimbangan hakim tidak
sesuai dengan perbuatan pelaku, seharusnya hakim memutuskan Pasal 351 ayat
(2) dan (3) karena terlihat jelas perbedaan antara putusan dan perbuatannya.
Dimana perbuatan perkelahian pelaku tidak langsung mengakibatkan kematian terhadap korban serta perbuatannya tersebut hanya dilakukan sendiri tanpa bantuan dari teman-teman pelaku. Serta Korban sempat mengalami perawatan medis di rumah sakit atas perbuatan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban.
Melihat latar belakang yang dijelaskan diatas oleh karena itu peneliti tertarik untuk membahasnya kedalam suatu penulisan skripsi. Adapun judul yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: “Tinjauan Yuridis Mengenai Penganiayaan Yang Dikenakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP (Studi Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/ PN.DPK)".
Pokok Permasalahan
Permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut :
1. Apakah perbuatan pelaku memenuhi unsur Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan ke 3 KUHP ?
2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK ?
B. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian
Penelitian dalam penulisan skripsi ini “Tinjauan Yuridis Mengenai Penganiayaan Yang Dikenakan Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP (Studi Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK)” termasuk dalam penelitian yuridis–normatif, yaitu penelitian ini mencangkup norma–norma hukum yang berkaitan dengan tindak pidana penganiayaan yang bersumber pada norma hukum yang tertulis dalam peraturan perundang–undangan yang ditetapkan secara konkrit yaitu Kibat Undang– Undang Hukum Pidana (KUHP) dikaitan dengan pemasalahan.
22 Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2014), h. 12.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yakni penelitian yang dimaksud untuk memberikan gambaran mengenai data seteliti mungkin mengenai kaidah–kaidah, norma, asas–asas dan peraturan hukum yang telah tersedia. Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa–hipotesa agar dapat membantu di dalam memperkuat teori lama maupun teori baru.
32. Data dan Sumber Data
Berdasarkan dari jenisnya maka data yang diperlukan untuk menganalisis penelitian ini adalah data sekunder,
4yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis. Data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini digolongkan dalam dua bahan hukum, yaitu:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan–bahan hukum yang mengikat.
5Bahan hukum primer yang terkait dalam skripsi ini berupa Peraturan Perundang–Undangan yaitu KUHP dan Putusan Pengadilan Negeri (Studi Kasus Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK).
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer
6, terdiri dari buku– buku, literatur, artikel yang berhubungan dengan permasalahan.
3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah studi dokumen terhadap data sekunder, dimana data tersebut mengambil beberapa buku, peraturan perundang–undangan yang berkaitan, serta mengakses data dari melalui media internet
7. Studi kepustakaan dilakukan di beberapa tempat yaitu di
3 Ibid.
4 Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : 2005), h.53.
5 Ibid.
6 Ibid.
7 Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2014), h. 15.
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, dan maupun mengakses dari media internet.
4. Analisis Data
Data yang terkumpul yaitu data sekunder, dianalisis sesuai dengan sifat penelitan, karena sifat penelitian skripsi ini adalah deskriptif,
8maka analisis yang dilakukan secara kualitatif untuk memperoleh jawaban yang dapat menjadi suatu kesimpulan. Metode secara kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menekankan pada kualitas atau isi dari data tersebut dengan tujuan untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat.
5. Cara Penarikan Kesimpulan
Setelah seluruh data diolah dan dianalisis, maka perlu dilakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil pengolahan dan analisis tersebut.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan pola pikir deduktif , artinya adalah metode menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari penyataan-pernyataan yang bersifat umum
9. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau konsep-konsep umum dalam KUHP yang kemudian ditarik kedalam data yang bersifat khusus. Adapun kajian mengenai penganiayaan tersebut akan dianalisis secara khusus pada Putusan Pengadilan Putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Analisis perbuatan pelaku terhadap pemenuhan unsur Pasal 170 ayat (2) ke 2 dan 3 KUHP
Kasus yang penulis angkat dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2018/PN.DPK, terdakwa Bagoes Alamsyah Putra Umasugi Als Bagus Bin Hidayat Umasugi yang telah melakukan suatu tindak pidana kekerasan dengan menggunakan tenaga bersama sehingga menyebabkan korban mengalami luka berat dan kemudian menyebabkan korban meninggal dunia. Bahwa pelaku dipidana dengan Pasal 170 ayat (2) ke 2
8 Ibid.
9 Soerjono Soekanto, Op.Cit.,h.54.