• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

9

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas IV SD a. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Anak sejak di dalam kandungan sampai mati akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan ini berlangsung secara teratur dan terus menerus ke arah kemajuan, begitu juga dengan perkembangan kemampuan berpikir anak. Perkembangan kemampuan berpikir anak bergerak dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Jean Peaget (Suharjo, 2006: 37) yaitu, tahap perkembangan anak terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap sensori motoris (0-2 tahun), anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap, ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya. Tahap praoperasional (2-6/7 tahun), anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai di lingkunganya saja dan anak mulai mengetahui simbol/makna. Tahap operasi konkret (6/7-11/12 tahun), anak sudah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal- hal yang abstrak. Tahap operasi formal (11 tahun ke atas) anak sudah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks.

Masa usia anak SD antara 6-12 tahun, pada rentang usia tersebut,

anak secara alamiah sudah mulai memiliki rasa ingin tahu yang kuat,

tertarik pada dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka, senang bermain,

dan suka bergembira. Anak SD juga suka mengatur dirinya untuk

menangani berbagai hal, suka mengeksplorasi suatu situasi dan mencoba

usaha-usaha baru, terdorong untuk berprestasi dan tidak suka kegagalan,

belajar secara efektif jika merasa puas dengan situasi yang terjadi, dan

suka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, serta

mengajar anak-anak lain (Sumantri dan Permana, 2001: 11).

(2)

Usia dari siswa kelas IV sekolah dasar berkisar antara usia 8-10 tahun, pada usia ini anak sudah dapat mengembangkan kemampuannya untuk membuat penalaran lebih berdasarkan logika dari pada intuisi, menyukai tantangan aritmatika, menelusuri kejadian berdasarkan ingatan, senang menggunakan keterampilan membaca dan menulis, senang berbicara, mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-kata, memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi dengan orang lain, menyukai saat-saat di sekolah, dan senang menghabiskan waktu bersama teman-teman (Allen, 2010: 197-200).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas IV SD antara lain, berusia antara 9 sampai 11 tahun, berada pada fase operasional konkret, sudah mengetahui simbol- simbol matematis, berpikir sistematis, senang bermain, selalu aktif bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang melakukan sesuatu secara langsung, memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Anak kelas IV SD juga senang menggunakan keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan sudah dapat memahami serta menggunakan bahasa dengan baik.

Karakteristik siswa kelas IV yang rata-rata berada pada fase operasional konkret, maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menggunakan metode pembelajaran yang aktif dan dapat menempatkan siswa pada kelompok belajar untuk saling bekerja sama. Sesuai dengan hal tersebut, maka model Cooperative Learning tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan model yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran siswa kelas IV, khususnya dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa, karena metode CIRC merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang mengajarkan membaca dan menulis pada siswa kelas tinggi, dalam CIRC siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan saling bekerja sama, sehingga keaktifan siswa akan terjadi pada pembelajaran.

CIRC juga memberikan penghargaan (reward) kepada kelompok yang

anggota-anggotanya mampu menunjukkan performa yang meningkat

(3)

dalam aktivitas membaca dan menulis, hal ini akan menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan performa membacanya.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 1) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD

Susanto (2015: 241) menyatakan sekolah dasar merupakan momentum awal bagi anak untuk meningkatkan kemampuan dirinya, sehingga peran seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi- kompetensi yang kemudian dapat meningkatkan kemampuan siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar yaitu keterampilan berbahasa, karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia.

Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan. Bahasa Indonesia sangat diperlukan oleh anak untuk menguasai mata pelajaran yang diajarkan. Semua bahan pengajaran, ditulis dan diantarkan dalam bahasa Indonesia. Jika anak-anak tidak menguasai kemampuan berbahasa Indonesia yang memadai, maka anak akan kesulitan dalam menerima pelajaran yang diajarkan.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya,

budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan, perasaan,

berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan

kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Standar

isi Bahasa Indonesia sebagai berikut: pembelajaran Bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP, 2006: 119).

(4)

Abidin (Sundari, 2014: 8-9) mengemukakan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan berbahasa. Dalam pembelajaran membaca pemahaman misalnya, siswa diharapkan mampu memahami isi dari sebuah bacaan yang dibaca.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dapat disimpulkan sebagai suatu serangkaian aktivitas pembelajaran yang sudah dirancang dengan memadai untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, menumbuhkan sikap yang positif terhadap Bahasa Indonesia pada lingkup sekolah dasar dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mencapai keterampilan berbahasa.

2) Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Tujuan pelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain ber- tujuan agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus pengajaran Bahasa Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupanya, (Susanto, 2015: 245).

Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum SD Negeri 2 Jatisari tahun pelajaran 2015/2016 (2015: 13) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis

b) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c) Memahami dan bangga menggunakan dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan

(5)

d) Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

e) Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial f) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

g) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Dari pendapat tentang tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di atas, dapat ditarik kesimpulan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, memiliki kegemaran membaca, dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial, dan menghargai serta membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya Indonesia.

3) Ruang Lingkup Bahasa Indonesia Kelas IV SD

Pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar

tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu

menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari empat keterampilan

tersebut, antara keterampilan yang satu erat sekali hubunganya dengan

tiga lainya. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan

satu kesatuan. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan

proses-proses berpikir yang mendasari bahasa, (Tarigan, 2015: 1).

(6)

Slamet (2008: 6) mengemukakan keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara).

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 120) menyatakan ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.

b) Berbicara, seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, me- nyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.

c) Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat,

pragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib,

pengumuman, kamus, ensiklopedia serta mengapresiasi dan

berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa

(7)

dongeng, cerita anakanak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca.

d) Menulis, seperti menulis karangan naratif dan nonnaratif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis.

Kurikulum SD Negeri 2 Jatisari tahun pelajaran 2015/2016 (2015: 13-14) menyebutkan ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Dari beberapa pendapat yang telah ditulis di atas, dapat ditarik kesimpulan ruang lingkup Bahasa Indonesia meliputi:

mendengarkan, menulis, berbicara dan membaca. Adapun ruang lingkup Bahasa Indonesia yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah aspek membaca khususnya membaca pemahaman pada kelas IV sekolah dasar semester II.

4) Materi Membaca Pemahaman Kelas IV SD

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai materi pokok dalam penelitian ini adalah aspek membaca, materi tentang membaca intensif khususnya membaca pemahaman kelas IV semester II.

Berikut ini merupakan kutipan silabus dari materi membaca pemahaman menurut Kurikulum SD Negeri 2 Jatisari:

a) Standar Kompetensi

7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring,

dan membaca pantun

(8)

b) Kompetensi dasar

7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif

c) Indikator

7.1.1 Membaca teks beberapa paragraf secara intensif 7.1.2 Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks 7.1.3 Menemukan pokok-pokok pikiran pada tiap paragraf yang

terdapat dalam teks

7.1.4 Mencatat pokok-pokok pikiran pada tiap paragraf yang terdapat dalam teks

7.1.5 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf yang terdapat dalam teks

7.1.6 Menuliskan kalimat utama pada tiap paragraf yang terdapat dalam teks

7.1.7 Menyusun kalimat-kalimat acak menjadi paragraf

7.1.8 Menentukan jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama pada suatu teks bacaan

7.1.9 Merangkum isi teks bacaan dengan kalimat yang runtut 7.1.10 Menjelaskan isi teks bacaan dengan kalimat yang runtut d) Materi

Tarigan (2015: 36-37) membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira- kira dua sampai empat halaman setiap hari. Dalam membaca intensif yang diutamakan yaitu hasil-hasilnya, dalam hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas.

Salah satu jenis dari membaca intensif yaitu membaca

pemahaman. Membaca pemahaman merupakan suatu proses

pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan

pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan

(9)

dengan isi bacaan. Dalam membaca pemahaman, siswa dituntut mampu memahami isi bacaan, yaitu setelah siswa membaca teks, siswa dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya yaitu berupa ide pokok/kalimat utama dengan cara menuliskan atau membuat rangkuman secara tertulis dan menyampaikan secara lisan (Dalman, 2014: 87).

(1) Membaca Teks secara Intensif

Membaca secara intensif yaitu membaca dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus, sehingga betul-betul memahami bacaan tersebut. Membaca intensif dilakukan ketika hendak meneliti, memahami, dan mengkritisi suatu bacaan (Sukmawati, D, dkk, 2010: 82). Berikut ini merupakan teks membaca intensif yang akan digunakan dalam penelitian.

Bacalah teks berikut ini dengan baik!

Bertanam Sayuran dalam Pot

Tidak semua jenis sayuran dapat ditanam dalam pot.

Jenis-jenis sayuran dan buah yang dapat ditanam dalam pot, diantaranya, cabai besar, cabai rawit, mentimun, pare, terung, kacang panjang, buncis, kapri, kecipir, dan paprika. Sayuran daun yang dapat ditanam dalam pot, antara lain, bayam, seledri, daun bawang, kubis, kemangi, dan sawi. Jenis sayuran umbi jarang ditanam dalam pot sebab umbi yang dihasilkan jadi kurang besar.

Tanaman jenis sayuran buah sebaiknya ditanam dalam bentuk bibit, kecuali kacang panjang dan kapri. Sebelumnya, dilakukan pesemaian terlebih dahulu. Adapun sayuran seperti kangkung, bayam, kacang panjang, atau kapri sebaiknya ditanam langsung dari benih.

Saat bibit masih berada di pesemaian, sebaiknya pot- pot telah diisi media tanam yang berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang, agar kepadatannya tetap. Sebelum dilakukan penanaman, sebaiknya media tanam disiram lebih dahulu. Penanaman bibit dilakukan dengan menancapkan pada media, sedangkan benih cukup disebar di atas media dan ditutup dengan lapisan tanah tipis. Setelah selesai penanaman, segera lakukan penyiraman.

Pemeliharaan tanaman di pot sebaiknya dilakukan

sejak tanaman ditanam, yaitu relatif sama dengan sayuran di

lahan. Hanya saja, pemupukannya perlu dilakukan sesering

(10)

mungkin. Penyiraman dapat dilakukan dengan tangan. Jika pemeliharaannya baik, sayuran sudah dapat dipetik hasilnya sejak umur satu bulan atau tergantung jenis tanamannya (Darmadi, K & Nirbaya, R, 2008: 57-58).

(2) Menjawab Pertanyaan

Dari teks yang berjudul “Bertanam Sayuran dalam Pot” dapat dibuat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan teks bacaan. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, harus memahami isi teks bacaan dengan baik melalui membaca intensif. Dari teks “Bertanam Sayuran dalam Pot”

dapat dibuat pertanyaan seperti di bawah ini.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

(a) Sebutkan jenis sayuran yang dapat ditanam dalam pot!

(b) Sebutkan campuran yang digunakan sebagai media tanam!

(c) Bagaimana cara menanam sayuran yang berbentuk bibit dan benih?

(d) Apa yang kita lakukan untuk memelihara tanaman dalam pot?

(e) Kapan kita dapat memetik hasil sayuran dalam pot jika perawatannya baik?

(3) Menemukan Pokok-Pokok Pikiran

Pikiran pokok adalah ide utama dari sebuah paragraf.

Pikiran pokok disebut juga gagasan pokok, yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Pikiran pokok pada umumnya dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas sebagai uraian dari pikiran pokok atau gagasan pokok. Pikiran pokok dalam suatu paragraf biasanya terdapat di awal paragraf, di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf (Darmadi, K & Nirbaya, R, 2008:

57-58).

(4) Mencatat Pokok-Pokok Pikiran

Tulislah pikiran pokok setiap paragraf yang ada dalam

teks "Bertanam Sayuran dalam Pot".

(11)

Paragraf I : Paragraf II : Paragraf III : Paragraf IV :

(5) Menemukan Kalimat Utama

Kalimat utama adalah kalimat yang menjadi ide pokok dalam setiap paragraf. Kalimat utama adalah kalimat yang menjadi acuan untuk kalimat selanjutnya pada sebuah paragraf. Kalimat utama berisi inti dari paragraf. Kalimat utama terdapat pada salah satu kalimat pada paragraf.

Letaknya dapat di awal, di tengah, atau di akhir paragraf.

Berikut ini merupakan teks bacaan yang mengandung kalimat utama dan akan digunakan dalam penelitian ini.

Bacalah teks berikut ini dengan baik!

Halilintar dan Petir

Awan hitam berkumpul, kemudian hujan turun.

Sebuah cahaya zig-zag menyambar di angkasa. Itulah halilintar, dan tidak lama kemudian terdengar gemuruh suara petir. Apa yang menyebabkan kilatan cahaya dan suara yang bergemuruh itu?

Petir disebabkan oleh listrik. Setiap tetes air hujan yang jatuh mengandung muatan listrik meskipun kecil. Akan tetapi, kita tahu bahwa sewaktu hujan turun ada miliaran titik air di awan. Jadi, sebenarnya seluruh awan yang berkumpul mempunyai muatan listrik yang kuat.

Lebih tepat lagi, bagian bawah awan mengandung muatan listrik negatif. Di mana muatan positifnya? Muatan positifnya terdapat di tanah, bangunan, manusia, dan pepohonan. Ingat, listrik negatif selalu mencari muatan listrik positif. Oleh sebab itu, banyak terdengar ada gedung, manusia, atau pohon yang tersambar petir. Jika petir itu mempunyai muatan listrik yang sangat kuat, maka benda yang disambar akan hangus dan hancur.

Kilatan petir dapat terjadi dalam setengah detik.

Dalam waktu yang sangat cepat itu, kilatan petir menyebabkan udara di sekitarnya menjadi sangat panas, lima kali lebih panas. Akibatnya, udara sekitarnya memuai dan bergerak, membentuk suara yang kita dengar sebagai petir (Darmadi, K

& Nirbaya, R, 2008: 124-125).

(12)

(6) Menuliskan Kalimat Utama

Tulislah kalimat utama setiap paragraf yang ada dalam teks "Halilintar dan Petir".

Paragraf I : Paragraf II : Paragraf III : Paragraf IV :

(7) Menyusun Kalimat-Kalimat Acak

Menyusun kalimat-kalimat acak menjadi paragraf, sehingga dapat menjadi teks bacaan. Berikut ini merupakan teks bacaan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Berkemah

Hari ini SD Maju Pintar mengadakan perkemahan.

Hari Sabtu pukul 06.00 para murid sudah berkumpul di halaman sekolah. Tepat pukul 06.30 mereka berangkat menuju Bumi Perkemahan Sekipan, Tawangmangu. Mereka tampak bergembira ria menikmati perjalanan.

Setibanya di tempat tujuan, mereka mendirikan tenda.

Selanjutnya, mereka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan makan dan minum. Persiapan itu dimulai dengan menjerang air, menanak nasi, serta memasak sayur dan lauk pauk. Pada sore hari kegiatan itu baru selesai dengan tuntas.

Setelah makan malam bersama, mereka berkumpul di tengah lapangan dan mengadakan acara api unggun. Ada yang bermain drama, menyanyi, menari, dan sebagainya.

Keesokan harinya mereka mengadakan jelajah tempat.

Pada acara ini, selain muncul keseriusan, terjadi juga peristiwa-peristiwa lucu yang dapat mengocok perut. Kegiatan ini benar-benar menjadi sebuah kenangan yang sulit dilupakan (Darmadi, K & Nirbaya, R, 2008: 12).

(8) Menentukan Jenis Paragraf

Berdasar letak kalimat utamanya, paragraf dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

(a) Paragraf deduktif: pikiran utama di depan, pikiran penjelas di belakang

(b) Paragraf induktif: pikiran penjelas di depan, pikiran utama

di belakang

(13)

(c) Paragraf campuran: gabungan antara paragraf induktif dan deduktif

Dari paragraf-paragraf yang telah disusun, tentukanlah jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya.

Paragraf I : Paragraf II : Paragraf III : Paragraf IV :

(9) Merangkum Isi Bacaan

Rangkuman adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan efektif. Fungsi dari sebuah rangkuman adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan. Melalui rangkuman, seseorang dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis. Untuk dapat membuat rangkuman, hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:

(a) Membaca teks asli. Dengan membaca maka kita akan mengetahui informasi yang ada di dalamnya. Dalam merangkum, membaca adalah kegiatan utama yang harus dilakukan sebelum membuat rangkuman. Hal ini akan memudahkan kita untuk mengingat, memahami, dan mengerti akan isi naskah.

(b) Menentukan ide pokok pada tiap paragraf. Setelah memperoleh ide pokok, rangkuman dapat dibuat dengan mengembangkan ide pokok dengan bahasa sendiri (bahasa yang lebih sederhana) dibanding dengan teks.

(c) Setelah memahami isi teks dan menentukan ide pokok, langkah selanjutnya ialah membuat rangkuman.

(d) Membaca kembali rangkuman yang telah dibuat. Hal ini

untuk mengantisipasi adanya ide pokok atau informasi

penting lainnya yang belum ditulis.

(14)

Berikut ini merupakan teks bacaan yang dapat dibuat rangkuman dan akan digunakan dalam penelitian ini. Bacalah teks berikut ini dengan baik, kemudian buatlah rangkumannya!

Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan lalu lintas sering terjadi di kota-kota besar. Kemacetan biasanya terjadi di tempat-tempat yang ramai, seperti sekitar pasar dan terminal. Kemacetan terjadi pada saat orang-orang secara bersamaan bepergian, misalnya saat berangkat sekolah, bekerja, atau hari raya.

Kemacetan lalu lintas sangat menyusahkan orang yang bepergian. Orang dibuat sangat lelah dan stres karenanya.

Orang pun dapat terlambat masuk sekolah atau masuk kerja.

Orang dapat pula terlambat sampai di rumah.

Kemacetan lalu lintas lebih banyak disebabkan oleh perilaku manusia sebagai pemakai jalan raya. Banyak pemakai jalan tidak mematuhi aturan lalu lintas. Misalnya, berhenti tidak pada tempatnya, tidak mau antre, dan mau menang sendiri. Semua ini menunjukkan bahwa pemakai jalan belum mempunyai budaya tertib. Jika pemakai jalan mau berlaku tertib, niscaya situasi di jalan akan teratur dan tidak ada kemacetan lalu lintas (Darmadi, K & Nirbaya, R, 2008: 24).

c. Keterampilan Membaca Pemahaman 1) Keterampilan Membaca

Pengertian keterampilan menurut Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional (2014: 1447-1448), keterampilan mempunyai arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas, dari segi bahasa keterampilan diartikan sebagai kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara. Dari segi tematis keterampilan yaitu kesanggupan pemakai bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola gramatikal dan kosakata secara tepat, menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain.

Keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasi- kan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability), Robbins (Ummatin: 2014: 8).

Kemampuan dasar seseorang perlu dilatih supaya lebih terampil.

(15)

Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian keteram- pilan di atas, peneliti lebih menekankan pengertian dari segi bahasa, maka peneliti menyimpulkan keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk mengoperasikan pemakaian bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara secara mudah dan cermat.

Dari segi linguistik, Anderson (Tarigan, 2015: 7) menge- mukakan pengertian membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.

Dalman (2014: 7) dalam bukunya menuliskan pengertian membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Membaca juga merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahan tulis (Somadayo, 2011: 4-5).

Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca di atas,

dapat disimpulkan membaca adalah proses penyandian kembali

bentuk lambang/tanda/tulisan yang disajikan kepada indra penglihatan

menjadi wujud bunyi yang bermakna, sehingga pembaca dapat

memahami dengan baik apa pesan yang disampaikan dalam bacaan

(16)

itu, serta dapat mengungkapkan kembali pesan tersebut baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan simpulan tentang keterampilan dan membaca di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, keterampilan membaca adalah kemampuan seseorang untuk memproses penyandian kembali bentuk lambang/tanda/tulisan yang disajikan kepada indra penglihatan menjadi wujud bunyi yang bermakna, sehingga pembaca dapat memahami dengan baik apa pesan yang disampaikan dalam bacaan itu, serta dapat mengungkapkan kembali pesan tersebut baik secara lisan maupun tulisan.

a) Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, atau memahami makna bacaan. Berikut ini merupakan tujuan membaca menurut Anderson (Dalman, 2014: 11):

(1) Reading for details or fact (membaca untuk memperoleh fakta dan perincian)

(2) Reading for main ideas (membaca untuk memperoleh ide-ide utama)

(3) Reading for sequence or organization (membaca untuk mengetahui urutan/susunan struktur karangan)

(4) Reading for inference (membaca untuk menyimpulkan) (5) Reading to classify (membaca untuk mengelompokkan/-

mengklasifikasikan)

(6) Reading to evaluate (membaca untuk menilai/mengevaluasi) (7) Reading to compore or contrast (membaca untuk mem-

bandingkan/mempertentangkan).

Blanton, dkk (Rahim, 2011: 11-12) mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut:

(1) Kesenangan

(2) Menyempurnakan membaca nyaring

(17)

(3) Menggunakan strategi tertentu

(4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik

(5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya

(6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis (7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

(8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks

(9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Berdasarkan beberapa tujuan membaca di atas, dapat disimpulkan membaca bertujuan untuk memperoleh informasi, fakta, perincian, ide-ide utama, memahami makna bacaan, untuk mengetahui susunan struktur karangan, untuk menyimpulkan, untuk menilai, untuk membandingkan, untuk mengelompokkan, untuk memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, sebagai kesenangan, melatih membaca, untuk menjawab perta- nyaan, menggunakan strategi tertentu, mengkonfirmasikan atau menolak prediksi dan menampilkan suatu eksperimen atau menga- plikasikan informasi dari suatu teks dalam beberapa cara lain.

Dari beberapa tujuan yang telah dituliskan di atas, tujuan membaca yang ingin dicapai dalam penelitian membaca pemahaman pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jatisari adalah sebagai berikut: untuk memperoleh informasi, fakta, perincian, ide- ide utama, memahami makna bacaan, untuk menyimpulkan, melatih membaca, dan untuk menjawab pertanyaan.

b) Aspek-Aspek Membaca

Broughton (Tarigan, 2015: 12-13) menyebutkan bahwa

membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang

melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.

(18)

Terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

(1) Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup:

(a) Pengenalan bentuk huruf

(b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain)

(c) Pengenalan hubungan/korespodensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis)

(d) Kecepatan membaca ke taraf lambat

(2) Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:

(a) Memahami pengertian sederhana (lesikal, gramatikal, retorikal)

(b) Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca)

(c) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)

(d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dua aspek penting dalam membaca yaitu aspek keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman. Aspek membaca di SD Negeri 2 Jatisari yaitu aspek keterampilan yang bersifat pemahaman yang mencakup memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca) dan evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).

c) Jenis-Jenis Membaca

Dalman (2014: 63-75) menyebutkan jenis-jenis membaca

terdiri dari dua macam, yakni membaca nyaring dan membaca

senyap (dalam hati).

(19)

(1) Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang- lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.

Membaca nyaring bertujuan agar seseorang mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.

(2) Membaca senyap (dalam hati)

Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik, menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati, dan dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan itu. Membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua yaitu:

(a) Membaca ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas.

Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif meliputi:

– Membaca survei, yaitu meneliti terlebih dahulu apa yang akan ditelaah atau mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari.

– Membaca sekilas, yaitu sejenis membaca yang

membuat mata bergerak dengan cepat melihat,

memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta

mendapatkan informasi.

(20)

– Membaca dangkal, bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan.

(b) Membaca intensif

Membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif dibedakan atas membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.

Membaca telaah isi meliputi:

– Membaca teliti, yaitu membaca dengan teliti bahan- bahan yang disukai.

– Membaca pemahaman, adalah membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, dan pola- pola fiksi

– Membaca kritis, adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antarbaris, maupun makna balik baris

– Membaca ide, adalah sejenis membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan

– Membaca kreatif, adalah membaca yang tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat, makna antarbaris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari.

Membaca telaah bahasa meliputi:

– Membaca bahasa, bertujuan untuk memperbesar daya

kata dan mengembangkan kosakata.

(21)

– Membaca sastra, membaca dengan memperhatikan penggunaan bahasa dalam karya sastra.

Pendapat Dalman di atas, juga diperkuat dengan pendapat Tarigan (2015: 13-14) yang menggambarkan jenis- jenis membaca menjadi bagan seperti di bawah ini:

Gambar 2.1. Bagan Jenis-Jenis Membaca (sumber: Tarigan, 2015: 14)

Dari dua pendapat tentang jenis-jenis membaca di atas, dapat disimpulkan jenis-jenis membaca ada dua yaitu: membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.

Membaca ekstensif terdiri dari membaca survei, membaca sekilas dan membaca dangkal, sedangkan membaca intensif

Membaca

Membaca nyaring Membaca dalam hati Membaca ekstensif Membaca intensif

Membaca survei Membaca sekilas Membaca dangkal

Membaca telaah isi

Membaca telaah bahasa Membaca teliti

Membaca pemahaman

Membaca kritis Membaca ide-ide

Membaca bahasa

Membaca sastra

(22)

dibagi menjadi membaca telaah isi yang terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide- ide, jenis membaca intensif yang lain adalah membaca telaah bahasa yang terdiri dari membaca bahasa dan membaca sastra.

Dari masalah yang ditemukan di SD Negeri 2 Jatisari tentang masih rendahnya tingkat keterampilan membaca pemahaman pada siswa, maka pada penelitian peningkatan keterampilan membaca pemahaman di SD Negeri 2 Jatisari, jenis membaca yang digunakan yaitu membaca pemahaman yaitu termasuk dalam membaca intensif. Membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dalam membaca pemahaman, siswa dituntut mampu memahami isi bacaan, yaitu setelah siswa membaca teks, siswa dapat menyam- paikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman secara tertulis dan menyampaikan secara lisan.

2) Keterampilan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan salah satu jenis dari membaca intensif, yaitu termasuk dalam membaca senyap (dalam hati). Dalman (2014: 70) mengemukakan membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).

Smith (Somadayo, 2011: 9) mengemukakan membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.

Somadayo (2011: 10) mengemukakan tentang pengertian

membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna

(23)

yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dengan demikian pengetahuan dan pengalaman siswa sangat berpengaruh dalam pemahaman membaca siswa.

Berdasarkan beberapa definisi pengertian membaca pemaha- man di atas, dapat disimpulkan membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghu- bungkan informasi baru dengan informasi lama dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan yang bertujuan untuk mendapatkan makna pengetahuan baru, memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, dan pola-pola fiksi

a) Tujuan Membaca Pemahaman

Nuttal (Somadayo, 2011: 11) menyatakan bahwa tujuan membaca pemahaman merupakan bagian dari proses membaca pemahaman, pembaca memeroleh pesan atau makna dari teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih.

Anderson (Somadayo, 2011: 12) menyatakan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan membaca pemahaman tersebut antara lain:

(1) Membaca untuk memeroleh rincian-rincian dan fakta-fakta (2) Membaca untuk mendapatkan ide pokok

(3) Membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks (4) Membaca untuk mendapatkan kesimpulan

(5) Membaca untuk mendapat klasifikasi

(6) Membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan

Dari tujuan-tujuan yang telah dituliskan di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa tujuan-tujuan membaca pemahaman

yaitu memeroleh pesan informasi, pengetahuan dan ungkapan

pesan senang atau sedih dari teks yang dibaca, memahami isi

(24)

bacaan, memeroleh rincian-rincian dan fakta-fakta, ide pokok, urutan organisasi, kesimpulan, klasifikasi, dan perbandingan.

Dari beberapa tujuan membaca pemahaman yang telah dituliskan di atas, tujuan membaca pemahaman yang ingin dicapai dalam penelitian membaca pemahaman pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jatisari adalah untuk memeroleh pesan informasi, pengetahuan, memahami isi bacaan, memeroleh rincian-rincian, fakta-fakta, dan ide pokok.

b) Jenis-Jenis Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah suatu proses membangun pemahaman terhadap wacana tulis. Dalam proses membaca ini, pembaca menggunakan beberapa jenis pemahaman yaitu:

(1) Pemahaman literal

Pemahaman literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tetera secara tersurat, sehingga pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam, yakni makna tersiratnya.

(2) Pemahaman interpretatif

Pemahaman interpretasi adalah pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Dalam pemahaman interpretasi pembaca berusaha mengetahui apa yang dimaksudkan oleh penulis yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks bacaan.

(3) Pemahaman kritis

Pemahaman kritis adalah pemahaman dari apa yang dikatakan penulis dan juga memberikan reaksinya secara personal.

Reaksi ini berupa pertimbangan penilaian terhadap kualitas,

ketepatan dan ketelitian, serta masuk akal atau tidaknya apa

yang dikatakan oleh penulis.

(25)

(4) Pemahaman kreatif

Pemahaman kreatif maksudnya pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna di balik baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Somadayo (2011:

19-26)

Dalman (2014: 87-88) menyatakan, pada dasarnya kemampuan membaca dapat dikelompokkan menjadi empat: (1) pemahaman literal artinya pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan, (2) pemahaman interpretatif artinya pembaca sudah mampu menangkap pesan secara tersirat, artinya disamping pesan- pesan secara tersurat seperti pada tingkat pemahaman literal, pembaca juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, (3) pemahaman kritis artinya pembaca tidak hanya mampu menangkap makna tersirat dan tersurat. Dalam hal ini, pembaca juga mampu menganalisis sekaligus membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan dan mampu melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat, (4) pemahaman kreatif artinya setelah membaca, pembaca akan mencoba atau bereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan.

Dari beberapa pendapat tentang jenis-jenis membaca di

atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis membaca pemahaman

ada empat meliputi membaca pemahaman literal, interpretatif,

kritits dan kreatif. Keempat jenis membaca pemahaman tersebut

memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini

menekankan pada membaca pemahaman interpretatif, yaitu

pembaca mampu menangkap apa yang dimaksudkan oleh penulis

dalam teks bacaan baik yang tersirat maupun tersurat, pembaca

juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

(26)

c) Kebiasaan-Kebiasaan Membaca yang Tidak Efisien

Pada umumnya orang tidak ambil pusing dengan kebiasaan membacanya. Termasuk cara membaca yang buruk, misalnya kecepatan membaca yang rendah. Kebanyakan orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan maupun dalam tingkat pemahamannya. Kebiasaan membaca yang buruk secara langsung juga akan mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap isi bacaan yang dibaca.

Tampubolon (Somadayo, 2011: 61) mengemukakan kebiasaan-kebiasaan penghambat dalam membaca yaitu: (1) membaca dengan suara terdengar, (2) membaca dengan suara seperti berbisik, (3) membaca dengan bibir bergerak, (4) membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan, (5) membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil, atau alat lain, (6) membaca kata demi kata, (7) tidak konsentrasi sewaktu membaca, (8) cepat lupa isi bagian-bagian bacaan yang telah dibaca, (9) tidak dapat dengan cepat menemukan pikiran pokok dalam bacaan, dan (10) jarang sekali membaca.

Soedarso (2010: 5) mengemukakan beberapa kebiasaan membaca yang tidak efisien yaitu membaca dengan bersuara (vokalisasi), menggerakkan bibir, menunjuk kata demi kata dengan jari, menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, regresi atau mengulangi bebrapa kata ke belakang, dan subvokalisasi atau melafalkan kata dalam batin.

Untuk menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat dalam membaca, maka pembaca harus mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca. Hal-hal yang harus dihindari dalam membaca menurut Soedarso (2010: 5-9):

a) Vokalisasi

Vokalisasi atau membaca dengan bersuara sangat

memperlambat membaca, karena itu berarti mengucapkan

(27)

kata demi kata dengan lengkap. Menggumam sekalipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, jelas termasuk membaca dengan bersuara.

b) Gerakan bibir

Menggerakkan bibir atau komat-kamit sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersuara. Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam. Dengan menggerakkan bibir kita lebih sering regresi (kembali ke belakang), sebab ketika mata dapat dengan cepat bergerak maju, suara kita masih di belakang.

c) Gerakan kepala

Menggerakkan kepala dari kiri ke kanan mengikuti tulisan yang sedang dibaca dapat menghambat membaca sebab menggerakkan mata itu lebih cepat dan lebih mudah dilakukan daripada menggerakan kepala.

d) Menunujuk dengan jari

Menunjuk dengan jari atau benda lain kata per kata sangat menghambat membaca, sebab gerakan tangan lebih lambat daripada gerakan mata.

e) Regresi

Dalam membaca, mata mestinya bergerak ke kanan untuk menangkap kata-kata yang terletak di bagian berikutnya.

Akan tetapi, sering mata bergerak kembali ke belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya.

Hal ini menjadi hambatan karena waktu yang digunakan untuk membaca, akan terbuang untuk mengulang-ulang.

f) Subvokalisasi

Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin/pikiran kata-kata

yang dibaca juga dilakukan oleh pembaca yang kecepatanya

(28)

telah tinggi. Subvokalisasi juga menghambat karena kita menjadi lebih memperhatikan bagaimana melafalkan secara benar daripada berusaha memahami ide yang dikandung dalam kata-kata yang dibaca.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan penghambat dalam membaca yaitu vokalisasi (membaca dengan bersuara), gerakan bibir, gerakan kepala (mengikuti tulisan yang sedang dibaca, menunjuk dengan jari, regresi (mata bergerak kembali ke belakang) dan subvokalisasi.

d) Penilaian Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca seseorang dapat diukur melalui tes, baik tes yang bersifat subjektif maupun objektif. Djiwandono (Muhsin, 2010: 37-38), menyatakan bahwa tujuan pokok penyelenggaraan tes membaca adalah mengetahui dan mengukur tingkat keterampilan memahami makna tersurat, tersirat maupun implikasi dari isi suatu bacaan, oleh karenanya dapat dipilih tes bentuk subjektif maupun objektif. Tes bentuk subjektif dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan yang dijawab melalui jawaban panjang dan lengkap ataupun sekedar jawaban pendek. Sedangkan tes objektif dapat disusun dalam bentuk tes melengkapi, menjodohkan, pilihan ganda atau bentuk-bentuk gabungan.

Nurgiyantoro (2014: 377) menyatakan jika sebuah tes

sekedar menuntut peserta didik mengidentifikasi, memilih, atau

merespon jawaban yang telah disediakan, misalnya bentuk soal

objektif seperti pilihan ganda. Jika tes pemahaman pesan tertulis itu

sekaligus menuntut siswa untuk mengonstruksi jawaban sendiri,

baik secara lisan, tertulis, maupun keduanya, tes itu menjadi tes

otentik. Mengonstruksi jawaban sendiri artinya peserta uji

membuat jawaban sesuai dengan pemahamannya terhadap pesan

dan kemampuannya membahasakan kembali baik secara lisan

maupun tertulis.

(29)

Burn (Somadayo, 2011: 39) menyatakan bahwa bacaan atau wacana yang diujikan pada tes membaca pemahaman yaitu teks yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami.

Pemilihan wacana hendaklah dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana. Jika rata-rata jawaban bentuk siswa lebih dari 75% wacana yang bersangkutan dinyatakan mudah. Sebaliknya, jika rata-rata jawaban kurang dari 20% wacana itu tergolong sulit bagi siswa yang bersangkutan. Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang, beberapa wacana pendek lebih baik daripada sebuah wacana yang panjang, sepuluh butir tes dari tiga atau empat wacana lebih baik daripada hanya sebuah wacana panjang.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes objektif, tes subjektif dan unjuk kerja. Tes objektif yaitu berupa tes pilihan ganda dan tes subjektif yaitu tes kompetensi membaca dengan mengonstruksi jawaban, sedangkan tes unjuk kerja yaitu siswa mempresentasikan hasil kerja. Dalam tes ini siswa harus menemukan jawaban sendiri dengan mekreasikan bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan.

Untuk mengerjakan tugas ini mereka dituntut untuk memahami wacana tersebut dan berdasarkan pemahamanya itu kemudian mereka mengerjakan tugas yang diberikan.

Dari berbagai uraian tentang karakteristik siswa kelas IV SD,

pembelajaran Bahasa Indonesia, dan keterampilan membaca pemahaman,

dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman yaitu suatu kegiatan

membaca untuk memahami isi bacaan berupa menemukan kalimat utama

pada tiap paragraf melalui membaca intensif yang bertujuan untuk memeroleh

pesan informasi, pengetahuan, memahami isi bacaan, memeroleh rincian-

rincian, fakta-fakta, ide pokok, kalimat utama, menyusun kalimat-kalimat

acak, menentukan jenis paragraf, membuat rangkuman serta siswa dapat

membuat kesimpulan dari teks yang dibaca.

(30)

2. Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan salah satu metode dari model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).

a. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Sugiyanto (2008: 35) menyatakan tentang pengertian pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan- bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah-masalah yang dimaksud (Suprijono, 2012: 54).

Slavin (2005: 4) menyatakan pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Dari beberapa definisi tentang pengertian pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning) dapat disimpulkan pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama,

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru untuk membantu

(31)

peserta didik menyelesaikan masalah-masalah yang dimaksud dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Slavin (2005: 9-17) menyatakan banyak metode pembelajaran kooperatif yang sudah ditemukan. Yang termasuk ke dalam metode- metode pembelajaran kooperatif yaitu Metode Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa [PTS]), Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournaments (TGT), Jigsaw II, Team Accelerated Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (Kelompok Investigasi), Learning Together (Belajar Bersama), Complex Instruction (Pengajaran Kompleks), dan Structure Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan). Metode yang akan diteliti dan dianggap sesuai untuk permasalahan yang ada dalam penelitian ini merupakan salah satu dari metode pembelajaran kooperatif yaitu metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

b. Pengertian metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish.

Terjemahan bebas dari Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kelompok. Metode CIRC merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran bahasa dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting (Shoimin, 2014: 52).

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) menurut Slavin (2005: 200) adalah sebagai berikut:

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

merupakan sebuah program yang komprehensif untuk

mengajarkan pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa

(32)

pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah.

Huda (2012: 126-127) mengemukakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dirancang untuk mengakomodasi level kemampuan siswa yang beragam, melalui pengelompokan heterogen.

Dari beberapa pendapat tentang Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), maka dapat disimpulkan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah suatu model pembe- lajaran kooperatif untuk mengajarkan pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa pada kelas tinggi dan juga pada sekolah menengah yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil, secara heterogen.

c. Unsur-unsur metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Slavin (2005: 205-212) mengemukakan unsur utama dari CIRC adalah sebagai berikut:

1) Kelompok membaca

Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca, yang dapat ditentukan oleh guru.

2) Tim

Siswa dibagi ke dalam pasangan dalam kelompok membaca mereka, selanjutnya dibagi ke dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca.

3) Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita

Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca

yang diarahkan guru. Dalam kelompok-kelompok ini guru

menentukan tujuan dari membaca dan mendiskusikan ceritanya

setelah para siswa selesai membaca.

(33)

4) Pemeriksaan oleh pasangan

Jika siswa telah menyelesaikan semua kegiatan, pasangan memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan memenuhi kriteria terhadap tugas.

5) Tes

Hasil tes dan evaluasi dari menulis cerita yang bersangkutan adalah unsur utama dari skor tim mingguan siswa.

6) Pengajaran langsung dalam memahami bacaan

Setelah menyelesaikan tiap pelajaran, siswa melakukan kegiatan memahami bacaan sebagai sebuah tim. Pertama berusaha meraih kesepakatan terhadap suatu rangkaian soal dalam lembar kegiatan dan kemudian saling menilai satu sama lain, serta mendiskusikan masalah yang masih tersisa dalam rangkaian soal yang kedua.

7) Seni berbahasa dan menulis terintegrasi

Selama periode seni berbahasa, guru menggunakan kurikulum seni berbahasa dan menulis yang dikembangkan khusus untuk CIRC.

Penekanan kurikulum ini adalah proses menulis, dan kemampuan mekanika bahasa diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis ketimbang sebagai topik yang terpisah.

8) Membaca independen dan buku laporan

Siswa diminta untuk membaca buku yang diukur sesuai dengan pilihan mereka minimal sekitar dua puluh menit tiap malamnya.

Formulir paraf orang tua mengindikasikan bahwa siswa telah membaca selama waktu yang diminta, dan siswa akan memberikan kontribusi poin kepada timnya bila mereka mengumpulkan formulir yang telah selesai tiap minggunya.

Unsur CIRC yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpul-

kan unsur-unsur CIRC yaitu kelompok membaca, tim, kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan cerita, pemeriksaan oleh pasangan,

tes, pengajaran langsung dalam memahami bacaan, seni berbahasa,

menulis terintegrasi, membaca independen dan buku laporan.

(34)

d. Langkah-langkah metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Suprijono (2012: 149-150), menuliskan dalam bukunya langkah- langkah dalam metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yaitu sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen

2) Guru memberikan kliping/wacana sesuai topik pembelajaran

3) Siswa bekerja saling membacakan dan menentukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.

4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 5) Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama 6) Penutup

Shoimin (2014: 53) membagi langkah model pembelajaran CIRC menjadi beberapa fase yaitu:

1) Fase pertama, yaitu orientasi. Pada fase ini guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu, juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan siswa

2) Fase kedua, yaitu organisasi. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memerhatikan keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu, menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Fase ketiga, yaitu pengenalan konsep. Dengan mengenalkan suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.

4) Fase keempat, yaitu fase publikasi. Siswa mengomunikasikan hasil,

temuan-temuannya, membuktikan, memeragakan tentang materi

yang dibahas, baik dalam kelompok maupun di depan kelas.

(35)

5) Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi. Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

Dari langkah-langkah metode pembelajaran CIRC yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah metode pembelajaran CIRC yaitu dimulai dari guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi serta memaparkan tujuan pembelajaran, membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen, guru memberikan bacaan, menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan, siswa bekerja saling membacakan, menentukan ide pokok, memberi tanggapan terhadap bacaan, siswa mempresentasikan/membacakan hasil diskusi, guru dan siswa membuat kesimpulan bersama, penutup.

Langkah-langkah Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yang akan dilaksanakan dalam penelitian membaca pemahaman di SD Negeri 2 Jatisari yaitu sebagai berikut: (1) apersepsi, (2) pembentukan kelompok secara heterogen, (3) pembagian teks bacaan, (4) penjelasan mekanisme diskusi kelompok, (5) pemberian tugas, (6) diskusi kelompok, (7) presentasi hasil diskusi, (8) kesimpulan, (9) penutup.

e. Kekurangan dan kelebihan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

1) Kelebihan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Shoimin (2014: 54) kelebihan dari Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah sebagai berikut:

a) CIRC sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah

b) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang

(36)

c) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok

d) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaanya

e) Membantu siswa yang lemah

f) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.

2) Kekurangan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Selain mempunyai kelebihan, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) juga mempunyai kekurangan.

Shoimin (2014: 54) menyatakan kekurangan CIRC yaitu: model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran, seperti Matematika, Fisika, Kimia, dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif, pengertian metode

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), langkah-langkah

metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan

kelebihan serta kekurangan metode Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah

suatu model pembelajaran kooperatif untuk mengajarkan pelajaran membaca

pemahaman pada siswa kelas tinggi yang mengajarkan pelajaran membaca,

menulis, dan seni berbahasa dengan cara menempatkan siswa dalam

kelompok-kelompok kecil secara heterogen, dimulai dari apersepsi,

pembentukan kelompok secara heterogen, pembagian teks bacaan, penjelasan

mekanisme diskusi kelompok, pemberian tugas, diskusi kelompok, presentasi

hasil diskusi, kesimpulan, penutup.

(37)

3. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang pertama yaitu dari Durukan (2011: 102), dari penelitianya yang berjudul “Effects of cooperative integrated reading and composition (CIRC) technique on reading-writing skills”, menunjukan bahwa dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara keterampilan membaca dan menulis dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam hal akademik prestasi dan retensi. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada variabel Y dan subjek penelitian.

Penelitian relevan yang kedua yaitu dari Gupta & Ahuja (2014: 37), dari penelitianya yang berjudul “Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC): Impact on Reading Comprehension Achievment in English Among Seventh Graders”, menunjukan bahwa terjadi peningkatan nilai yang signifikan terhadap pemahaman membaca dalam bahasa Inggris setelah diterapkan model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada variabel Y dan subjek penelitian.

Penelitian relevan yang ketiga yaitu dari Rahmawati (2015: 132),

dari penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam

Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SDN 2 Ngasinan Tahun

Ajaran 2014/2015”, menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan keterampilan membaca

pemahaman pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Ngasinan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan membaca pemahaman pada

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Jenis-Jenis Membaca  (sumber: Tarigan, 2015: 14)
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Sinaga, Rusintong., 2004, Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan lahan Kecamatan.. Umbulharjo tahun 1993-2004 ,

BAGI WAJIB PAJAK YANG DIIZINKAN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DALAM MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT..

Average total and medical costs increased and provider productivity decreased for both rural and urban cent- ers during each year of the study period, posing a two-edged challenge

untuk bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) berdasarkan konsep KTSP. pada SMA Negeri 3

Sementara itu Muchtar (2006:35) berpendapat bahwa yang disebut afiksasi atau pengimbuhan adalah pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada morfem dasar bak

Afiks (sufiks) Bahasa Jepang yang Menyatakan ‘orang’ (jurnal). Media Komunikasi

The reason to study the phenomenon of word formation in American Comic.. Strip is the belief that American comic strips represent the daily life of

Penyerapan jumlah tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh usaha kecil.. menengah di Kota Bandung dapat dilihat pada