• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS OLEH: FIDELIS HAPOSAN SILALAHI PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS OLEH: FIDELIS HAPOSAN SILALAHI PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

IBUKOTA PROVINSI

(Studi : di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara)

TESIS

OLEH:

FIDELIS HAPOSAN SILALAHI 157005100

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

IBUKOTA PROVINSI

(Studi : di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

FIDELIS HAPOSAN SILALAHI 157005100

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

PROVINSI

( Studi : di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara)

NAMA : FIDELIS HAPOSAN SILALAHI

N I M : 157005100

PROGRAM STUDI : MAGISTER ILMU HUKUM Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Tan Kamello, S.H.,M.S) Ketua

(Prof. Dr. Suhaidi, S.H.,M.H) Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof.Dr.Sunarmi, S.H.,M.Hum) (Prof.Dr.Budiman Ginting, S.H.,M.Hum)

Lulus Tanggal : 25 Juli 2017

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, S.H.,M.S Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, S.H.,M.H

2. Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum 3. Dr. Saidin, S.H.,M.Hum

4. Dr. Edy Ikhsan, S.H.,M.A.

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : FIDELIS HAPOSAN SILALAHI

Nim : 157005100

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Judul Tesis : PENERAPAN PERSYARATAN KECUKUPAN DAN

KUALIFIKASI DOSEN PADA PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI DI LUAR IBUKOTA PROVINSI (Studi : di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara)

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan plagiat, apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, Juli 2017

Yang membuat pernyataan

FIDELIS HAPOSAN SILALAHI

(6)

2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi , diantaranya mengatur standar kualifikasi dan kecukupan Dosen pada program studi di Perguruan Tinggi terdapat pada Pasal 27 ayat (6), Pasal 29 ayat (3) dan ayat (4)

Permasalahan yang dibahas adalah pertama, bagaimana kebijakan tentang standar kecukupan dan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) Dosen pada suatu program studi dalam perundang-undangan di bidang Pendidikan Tinggi di Indonesia

? kedua, Bagaimana implementasi standar kecukupan dan kualifikasi Dosen pada program studi di luar ibukota propinsi ? (Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara), dan ketiga,Bagaimana rekonstruksi terhadap Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi agar mengakomodir Perguruan Tinggi di luar ibukota propinsi ( Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara).

Jenis penelitian ini yuridis normataif dan empiris, sifat penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data dilakukan studi pustaka di perpustakaan.

Menggunakan data primer dan data sekunder. Analisis data normatif kualitatif. Juga dilakukan wawancara dengan pihak penyelenggara Perguruan Tinggi

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan, pertama kebijakan jumlah Dosen tetap pada satu program studi minimal 6 (enam) orang. Kualifikasi Dosen mengajar program studi D3,D4 minimal lulusan Magister atau Magister terapan yang sesuai dengan bidang ilmu yang dimilikinya. Kedua, implementasi Penerapan Permenristekdikti 44/ 2015 bahwa setiap program studi minimal 6(enam) orang Dosen tetap, untuk program studi D3, masih belum memenuhi untuk Perguruan Tinggi berbentuk akademi. Untuk kualifikasi Dosen, Dosen pengampu mata kuliah berkualifikasi Sarjana (S1). Ketiga, Permenristekdikti 44/2015 belum dapat diterapkan sama untuk semua daerah. Ada perbedaan kemampuan antara daerah luar ibukota propinsi dan daerah urban untuk melaksanakan standar ini.

Disarankan Permenristekdikti ini agar tidak memberlakukan beban yang sama antara Perguruan Tinggi di luar ibukota propinsi (Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara) dan daerah urban dalam pelaksanaanya, diatur jangka waktu yang pasti bagi Perguruan Tinggi tersebut. Perguruan Tinggi berbentuk akademi sebaiknya diberikan waktu, keringanan dan kelonggaran dalam melaksanakan standar kecukupan dan kualifikasi Dosen. Peran serta pemerintah pusat dan daerah sangat diharapkan oleh penyelenggara Perguruan Tinggi dalam mengimplementasikan Permenristekdikti Nomor 44/2015

Kata kunci : Dosen, standar kecukupan dan kualifikasi, program studi

(7)

technology and higher education number 44 year 2015 about the national standars of higher education, there is a standar to give guidance for the qualification and number of lecturers a study program should have in any university in Indonesia as it is written on chapter 27 verse 6, chapter 29 verse 3 and 4.

There are three problems discussed on this study. The first problem was to find out how the policy to determine the human resource’s adequacy and qualification for lecturers in a program study was made. The second problem was to know the implementation of the standar of lecturers’ adequacy and qualification in a program study outside the capital cities of provinces (like in the regencies of Toba Samosir and North Tapanuli). The third problem was to find out what reconstruction is needed towards the regulation written on the Minister of research technology and higher education number 44 year 2015 in order to accommodate the universities situated outside the capital cities of provincies like the regencies of Toba Samosir and North Tapanuli.

This is a normative juridical and empirical study and the study has an analytical descriptive research. The data collection was conducted through literature study using primary and secondary data. The analysis is conducted using qualitative method. In addition, interviews were carried out with the parties in universities studied.

From the study, it was found that the standar remained the same throughout Indonesia for the number of lecturers which is at minimum 6 persons per program study. Meanwhile, the qualification for the lecturers teaching in Diploma 3 and Diploma 4 programs is any lecturer holding a Master degree or an applied Master degree whose specialty is in line to the study program. However, for the implementation of the regulation of the Minister of research technology and higher education number 44 year 2015 that says every study program must have at least 6 permanent lecturers was still not fulfilled in academicals universities and the lecturers’ qualification was still not met since they were mostly bachelor graduates.

Finally, the regulation of the Minister of research technology and higher education number 44 year 2015 cannot be adopted fully in every region because there are some discrepancies in abilities between the universities in capital cities and in urban areas.

It is suggested that the regulation of the Minister of research technology and higher education number 44 year 2015 is not totally applied in universities outside capital cities of provinces like the regencies of Toba Samosir and North Tapanuli. It is also necessary to set the time limit for the application of the regulations. It is highly recommended that academicals universities are given time and exception in applying the rules for the lecturers’ adequacy and qualification. Finally, the support from the central and local governments are highly expected to successfully run the programs set by the Minister of research technology and higher education number 44 year 2015.

Key words : lecturer, standar for adequacy and qualification , study program

(8)

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan karunia, kekuatan, kesehatan, dan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian tesis ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara,

yang berjudul “PENERAPAN PERSYARATAN KECUKUPAN DAN

KUALIFIKASI DOSEN PADA PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI DI LUAR IBUKOTA PROVINSI ( Studi : di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara).

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Tan Kamello, S.H.,M.S, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan ilmu, meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan kepada penulis hingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.

Suhaidi, S.H.,M.H, selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum, selaku pembimbing ketiga yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, mengoreksi tulisan penulis, menyediakan waktu berdiskusi dalam penulisan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan Bapak Dosen dalam bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

Penuls juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada :

(9)

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof.Dr.Sunarmi, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Penguji pertama yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H.,M.A., selaku Dosen Penguji kedua yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan tesis ini.

7. Seluruh Dosen, Staf Tata Usaha, Tenaga Pendukung pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah melancarkan segala urusan yang berkenaan dengan administrasi dan informasi selama studi berlangsung dan juga pada saat dilakukan penelitian ini.

8. Ketua Pengurus Yayasan Del dan segenap Pimpinan Institut Teknologi Del Laguboti, Toba Samosir, Sumatera Utara, tempat penulis bekerja, yang telah mendukung dan memberikan izin kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

(10)

Tesis ini penulis dedikasikan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Drs.K.Y.Silalahi (Alm) dan Ibu S.F.Napitupulu, yang telah melahirkan, mendidik dan mendoakan,memotivasi penulis. Dan kepada kedua mertua penulis, Bapak S.W.Panjaitan dan Ibu M.Hutauruk, serta seluruh keluarga besar penulis. yang telah mendoakan, mendukung penulis, Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan yang telah diberikan dengan sebaik baik balasan.

Terima kasih kepada istri tercinta, Sannur Panjaitan, S.E, yang telah mendukung dan mendoakan penulis, dan ketiga anak tersayang, Isabella Kristin Hotma Silalahi, Fridolin Ignatius Silalahi, Regina Olivia Silalahi.

Penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi pembahasannya, karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang. Semoga tesis ini bermmanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat luas.

Medan, Juli 2017 Penulis

FIDELIS HAPOSAN SILALAHI

(11)

1. Data Pribadi

Nama : Fidelis Haposan Silalahi Tempat,tanggal lahir : Kisaran, 30 April 1972 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Status : Menikah

Alamat : 1. Jln. Kapas Raya No. 56 P.Simalingkar Medan 2. Institut Teknologi Del, Jln. Sisingamangaraja,

Sitoluama, Laguboti, Toba Samosir, Sumatera Utara

2. Keluarga

Ayah : Drs. K.Y.Silalahi (Alm)

Ibu : S.F. Napitupulu

3. Pendidikan

a. SD RK Panti Budaya Kisaran ( 1979-1985) b. SMP RK Panti Budaya Kisaran (1985-1988) c. SMA Negeri I Kisaran ( 1988-1991)

d. Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Katolik St. Thomas Medan (1991-1996)

e. Strata Dua (S2) Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara ( 2015-2017)

4. Pekerjaan :

a. PT.Reckitt Benckisser Indonesia, Jl. Medan-Binjai Km.14,5 Diski, Sumatera Utara (1 Juli 1997 – 31 Desember 2008)

b. Institut Teknologi Del, Jln. Sisingamangaraja, Sitoluama, Laguboti, Toba Samosir, Sumatera Utara ( 1 Nopember 2010 sampai saat ini)

(12)

Lembar Pengesahan... iii

Pernyataan ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Riwayat Hidup ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsional ... 13

1. Kerangka Teori... 13

2. Kerangka Konsepsional ... 27

G. Metode Penelitian ... 29

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 30

2. Sumber Data ... 32

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 33

4. Analisis Data ... 34

(13)

A. Sistem Pendidikan Tinggi di Indonesia ... 35

1. Landasan Hukum ... 35

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Tinggi ... 48

3. Struktur Pendidikan Tinggi ... 50

B. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia terkait Standar Nasional Pendidikan Tinggi . ... 54

1. Latar Belakang Perlunya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan Tinggi ... 54

2. Tujuan Standar Nasional Pendidikan Tinggi ... 59

3. Lingkup Kebijakan Standar Nasional Pendidikan Tinggi ... 65

C. Kedudukan Program Studi Dalam Sistem Pendidikan Tinggi ... 73

1. Tata Cara Pendirian Program Studi... 73

2. Fungsi Program Studi... 79

3. Tata Kelola Program Studi ... 80

4. Hak dan Kewajiban Peserta Didik (Mahasiswa) Pada Program Studi... 85

5. Ratio Kecukupan Dosen dan Mahasiswa pada Program Studi ... 86

D. Standar Kecukupan dan Persyaratan Dosen Pada Program Studi di Indonesia... 88

1. Standar Kecukupan ... 88

2. Standar Kompetensi... 89

(14)

DI LUAR IBUKOTA PROVINSI (KABUPATEN TOBA

SAMOSIR DAN TAPANULI UTARA) ... 98

A. Gambaran Pendidikan Tinggi di Daerah Toba Samosir dan Tapanuli Utara ... 98

1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Toba Samosir ... 98

1.1. Kabupaten Toba Samosir ... 98

a. Kondisi Geografis... 98

b. Wilayah Administrasi ... 99

c. Pendidikan Tinggi ... 101

d. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarkat ... 103

1.2. Kabupaten Tapanuli Utara ... 105

a. Kondisi Geografis... 105

b. Wilayah Administrasi ... 106

c. Pendidikan Tinggi ... 107

d. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat... 109

2. Potensi Ekonomi dan Pegembangan di Toba Samosir dan Tapanuli Utara ... 110

a. Kabupaten Toba Samosir ... 110

b. Kabupaten Tapanuli Utara ... 113

3. Layanan Pendidikan Tinggi di Toba Samosir dan Tapanuli Utara... 116 a) Kondisi Perguruan Tinggi di Kabupaten Toba Samosir 117

(15)

B. Penerapan Kecukupan dan Persyaratan Dosen Pada Program Studi Di Luar Ibukota Provinsi (Toba Samosir dan Tapanuli

Utara) ... 119

1. Standar Kecukupan dan Kualifikasi Dosen Tidak Terpenuhi ... 119

2. Faktor Penyebab... 126

3. Upaya Yang Dilakukan... 127

4. Kendala Yang Dihadapi... 127

BAB IV REKONSTRUKSI TERHADAP PERATURAN MENTERI RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI NOMOR 44 TAHUN 2015 AGAR MENGAKOMODIR PERGURUAN TINGGI DI LUAR IBUKOTA PROVINSI (KABUPATEN TOBA SAMOSIR DAN TAPANULI UTARA) 129 A. Dampak Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 Terhadap Layanan Pendidikan Tinggi ... 129

B. Penerapan Permenristekdikti Berbeda Antara Daerah Di Luar Ibukota Provinsi dan Daerah Urban ... 131

C. Perlunya Perluasan Akses Masyarakat Di Luar Ibukota Provinsi Terhadap Layanan Pendidikan Tinggi ... 133

D. Peran Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Pengembangan Perguruan Tinggi Di Luar Ibukota Provinsi ... 134

(16)

B. Saran ... 137 DAFTAR PUSTAKA ... 139

(17)

No. Tabel Judul Tabel Halaman Tabel 1 Lokasi Dan Keadaan Geografis Kabupaten Toba Samosir ... 98 Tabel 2 Jumlah Desa dan Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten

Toba Samosir Tahun 2015... 100 Tabel 3 Perguruan Tinggi di Kabupaten Toba Samosir ... 102 Tabel 4 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswadan Dosen di Kabupaten

Toba Samosir Tahun Ajar 2014/2015 dan 2015/2016... 103 Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Toba

Samosir Tahun 2015 ... 104 Tabel 6 Letak Astronomis dan Geografis Kabupaten Tapanuli Utara... 105 Tabel 7 Ibukota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan

di Tapanuli Utara ... 106 Tabel 8 Perguruan Tinggi di Kabupaten Tapanuli Utara ... 108 Tabel 9 Daftar Dosen Program Studi D3 Keperawatan YTP Arjuna

Tahun 2015 s.d. 2017 ... 120

Tabel 10 Daftar Dosen Program Studi D3 Farmamsi YTP Arjuna Tahun

2015 s.d. 2017... 121

Tabel 11 Dosen Program Studi D3 Keperawatan HKBP Balige Tahun

2015 s.d. 2017... 122

Tabel 12 Dosen Program Studi D3 Keperawatan Pemkab Taput Tahun 2015 s.d. 2017... 123

(18)

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan dengan tujuan salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diamanatkan dalam alinea ke 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Upaya yang dilakukan oleh negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah menyelenggarakan pendidikan mulai dari pendidikan usia dini hingga Pendidikan Tinggi.

Dalam rangka meningkatkan kesempatan bagi setiap anak bangsa untuk memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan berkualitas maka diperlukan upaya yang bertujuan memeratakan kualitas, konsep tentang kualitas itu bersifat tidak jelas bentuknya, tak terukur, dan ambigu namun dalam konteks kebijakan publik kualitas pendidikan yang dimaksud adalah pencapaian standar pendidikan. Atas dasar ini pemerataan memperoleh pendidikan berkualitas berarti pemerataan memperoleh pendidikan yang memenuhi standar yang ditetapkan. Meskipun dalam kenyataanya sangat sulit dihindari keberagaman dalam kualitas pendidikan, namun setiap satuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi harus mencapai standar kualitas yang ditetapkan secara nasional mengacu pada standar nasional pendidikan1.

1Ali, Mohammad Pendidik an untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi, (Jakarta: Imtima, 2009), hal. 330

(19)

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa tersebut maka diselenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Negara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga Negara untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Dengan pendidikan dan pengajaran itu diharapkan akan memperoleh pengetahuan dan kemampuan dasar sebagai bekal untuk dapat berperan serta dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara 2

Di Indonesia, upaya pembangunan pendidikan juga dilakukan di berbagai jenjang, mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai Pendidikan Tinggi . Semua jenjang ini diharapakan memenuhi fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional, seperti yang terdapat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (selanjutnya disingkat UU Sisdiknas), diantaranya mengatur tentang Pendidikan

2 Nasarudin Anshoriy & GKR Pembayun, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan; Kesadaran Ilmiah Berbasis Multik ulturalisme, (Yogyakarta: LKIS, 2008), hal. 185

3 Kholid Musyaddad, Problematika Pendidikan Di Indonesia, dalam “Jurnal Eco-Bio Tropika” (Aceh: Universitas Syiah Kuala), Vol. 4, Tahun 2013, hal. 51.

(20)

Tinggi. Pengaturan tentang Pendidikan Tinggi termuat pada Pasal 19 sampai dengan Pasal 25. Pasal 19 ayat (1) disebutkan Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah selesai pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi. Pelaksanaan Pendidikan Tinggi tersebut diselenggarakan dengan sistem terbuka.

Tujuan Pendidikan Tinggi dapat diwujudkan dengan adanya Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menjalankan program Pendidikan Tinggi . Perguruan Tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

Kewajiban dari Perguruan Tinggi adalah menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang lazim disebut dengan Tridarma Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi dapat menyelenggarakan program akademi, profesi, dan atau/vokasi.

Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara Pendidikan Tinggi . Peserta didik Perguruan Tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik Perguruan Tinggi disebut Dosen. Menurut jenisnya, Perguruan Tinggi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh pemerintah dan Perguruan Tinggi swasta adalah yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Di Indonesia Perguruan Tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, dan universitas. Perguruan Tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3, D4), sarjana (S1), magister. (S2), doktor (S3), dan spesialis.4

4https://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi, diakses 27 Juni 2016

(21)

Dunia pendidikan khususnya Pendidikan Tinggi diharapkan untuk menghasilkan tenaga-tenaga terpilih yang menjadi dinamisator pembangunan.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi , sangat ditentukan oleh kinerja Dosen, karena Dosen berperan sentral dalam mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi.

Dosen wajib memilki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan Pendidikan Tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.5

Dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi, meliputi : pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, Dosen wajib dan memanfaatkan kemampuan profesionalnya, sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas fungsionalnya. Dosen yang professional harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

1. Mempunyai komitmen terhadap mahasiswa dan proses belajarnya

2. Menguasai secara mendalam materi kuliah yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada mahasiswa

3. Bertanggung jawab dan memantau hasil belajar mahasiswa melalui berbagai cara evaluasi

4. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.

5. Bagian dari masyarakat ilmiah dalam lingkungan profesinya.6

5 Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 Tentang Dosen

6 Nainggolan, Hermin Pengaruh Organisasi dan Motivasi Kerja Serta Budaya organisasi Terhadap Kinerja Dosen, Jurnal Stindo Profesional Volume 11 No 1 Juni 2016, hal 48

(22)

Untuk mendukung pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional, dibutuhkan standar yang diberlakukan di seluruh Indonesia. Pasal 1 ayat (2) UU Sisdiknas menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan Tinggi juga membutuhkan standar, dengan adanya standar tersebut diharapakan agar setiap penyelenggaraan dan pengelola Perguruan Tinggi negeri maupun swasta dalam kegiatannya diharapkan dapat mencapai tujuan Pendidikan Tinggi . Peraturan Menteri yang mengatur standar Pendidikan Tinggi adalah Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (selanjutnya disingkat Permenristekdikti No.44/2015).

Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian Pada Masyarakat Salah satu tujuan Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah menjamin agar pembelajaran pada program studi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi . Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut dapat dilakukan dengan membuat kualifikasi yang diberlakukan secara Nasional.

Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan.

(23)

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor7. Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan kedudukannya dalam KKNI

Persyaratan Kecukupan dan Kualifikasi Dosen pada Program Studi di Perguruan Tinggi terdapat pada Pasal 26 sampai dengan Pasal 30 Permenristekdikti No. 44/2015 Pasal 27 ayat (6) menyebutkan Dosen program diploma tiga dan program diploma empat harus berkualifikasi akademik paling rendah lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi, ayat (7) menyebutkan Dosen program diploma tiga dan diploma empat dapat menggunakan Dosen bersertifikat profesi yang relevan dengan program studi dan berkualifikasi paling rendah setara dengan jenjang 8 (delapan) KKNI. Makna Pasal 27 ayat (6) (7), bagi Perguruan Tinggi yang diselenggrakan oleh pemerintah dan swasta, berbentuk akademi, politeknik, institut, sekolah tinggi, universitas dengan program studi diploma Diploma (D3,D4) Dosen yang mengampu mata kuliah wajib berkualifikasi lulusan magister.

Penerapan Pasal 27 ayat (6), (7), secara umum dapat diterapkan kepada penyelenggara Perguruan Tinggi yang berada di perkotaan yang telah memiliki dan

7Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

(24)

memenuhi persyaratan, diantaranya : fasilitas sarana dan prasarana perkuliahan yang lengkap, manajemen organisasi yang baik dan profesional.8

Perguruan Tinggi yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir, yaitu : Institut Teknologi Del (selanjutnya disingkat IT Del), Akademi Keperawatan YTP Arjuna (selanjutnya disingkat Akper Arjuna), Akademi Farmasi YTP Arjuna (selanjutnya disingkat Akfar Arjuna), Sekolah Tinggi Bibelvrouw HKBP (selanjutnya disingkat STB HKBP), Sekolah Tinggi Diakones HKBP (selanjutnya disingkat STD HKBP), dan Akademi Keperawatan HKBP (selanjutnya disingkat Akper HKBP).

Perguruan Tinggi yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu: Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, di Siatas Barita, Akademi Keperawatan Tarutung Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, di Tarutung, Sekolah Pendeta HKBP Seminarium Sipoholon, Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Tarutung, Sekolah Tinggi Guru HKBP Seminarium Sipoholon, Sekolah Tinggi Teologi Sabaidah Siborongborong, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli Utara (UNITA), Silangit9

Penelitian pendahuluan oleh penulis, di luar ibukota provinsi (Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara), Perguruan Tinggi yang menjalankan program Tridarma Perguruan Tinggi memiliki banyak keterbatasan. Salah satu penyebabnya karena letak Perguruan Tinggi tersebut berada di luar ibukota provinsi. Keterbatasan

8 Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi

9 http://www.wikiwand.com/id/Perguruan_Tinggi_di_Tapanuli_Utara, diakses tanggal 14 Maret 2017

(25)

Sumber Daya Manusia (Dosen) juga kerap ditemukan. Dosen pengampu mata kuliah masih ada berkualifikasi lulusan sarjana (S1), yaitu : Akfar Arjuna Program Studi D3 Farmasi, Akper Arjuna Program Studi D3 Keperawatan, Akper HKBP Program Studi D3 Keperawatan . Selanjutnya, Perguruan Tinggi di Kabupaten Tapanuli Utara, yang Dosennya masih berlatar belakang pendidikan Sarjana (S1) adalah Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Program Studi D3 Keperawatan (selanjutnya disingkat Akper Pemkab Taput. Faktor penyebabnya, diantaranya masih sulit mendatangkan lulusan magister untuk mau mengajar, serta fasiliitas di daerah luar ibukota provinsi yang masih minim, pendapatan yang terbatas.

Pasal 29 Permenristekdikti No. 44/2015 mengatur persyaratan kecukupan Dosen, ditentukan :

Ayat (1) : Dosen terdiri atas Dosen tetap dan Dosen tidak tetap. Ayat (2) : Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Dosen berstatus sebagai pendidik tetap pada 1(satu) Perguruan Tinggi dan tidak menjadi pegawai tetap pada satuan kerja dan/atau satuan pendidik lain. Ayat (3) : Jumlah Dosen tetap pada Perguruan Tinggi paling sedikit 60 % (enam puluh persen) dari jumlah seluruh Dosen. Ayat (4) : Jumlah Dosen tetap yang ditugaskan secara penuh waktu untuk menjalankan proses pembelajaran pada setiap program studi paling sedikit 6 (enam) orang.

Penelitian pendahuluan oleh penulis di luar ibukota provinsi (Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara), penerapan Pasal 29 ayat (3) dan (4) belum dapat diterapkan di Akper HKBP, karena jumlah Dosen tetap hanya 25 % dari jumlah semua Dosen. Jumlah Dosen tetap yang ditugaskan secara penuh waktu untuk menjalankan proses pembelajaran hanya 3 (tiga) orang. Demikian halnya dengan Penerapan Pasal 29 ayat (3) belum dapat diterapkan di Akper Pemkab Taput karena jumlah Dosen tetap hanya 25 % dari jumlah seluruh Dosen. Kondisi seperti ini ini

(26)

disebabkan antara lain: terbatasnya sumber daya manusia dan kurangnya sarana dan prasarana yang diberikan oleh penyeleggara Perguruan Tinggi kepada Dosen, kurangnya kompetensi 10.

Kompetensi professional, motivasi kerja dan disiplin kerja Dosen adalah merupakan faktor internal yang mempengaruhi kinerja Dosen dalam suatu lembaga Pendidikan Tinggi, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja Dosen adalah iklim organisasi, akreditasi dan hubungan antar lembaga Perguruan Tinggi.11

Penelitian dengan judul Penerapan Persyaratan Kecukupan Dan Kualifikasi Dosen Pada Program Studi Di Perguruan Tinggi Di Luar Ibukota Provinsi (Studi: Di Kabupaten Toba Samosir Dan Tapanuli Utara) perlu diteliti dalam sebuah penelitian tesis dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) Dosen di Toba Samosir dan Tapanuli Utara;

b) Fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Perguruan Tinggi di Toba Samosir dan Tapanuli Utara

c) Faktor perekonomian yang terbatas di Toba Samosir dan Tapanuli Utara

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dibahas dalam latar belakang di atas, penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

10. Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,dihayati, dan dikuasai oleh guru atau Dosen dalam melaksanakan tugas profesional.

11 Hermin Nainggolan, Op.Cit, hal 48

(27)

1. Bagaimana kebijakan tentang standar kecukupan dan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) Dosen pada suatu program studi dalam perundang- undangan di bidang Pendidikan Tinggi di Indonesia ?

2. Bagaimana implementasi standar kecukupan dan kualifikasi Dosen pada program studi di luar ibukota provinsi ? (Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara)

3. Bagaimana rekonstruksi terhadap Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi agar mengakomodir Perguruan Tinggi di luar ibukota provinsi ( Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok-pokok permasalahan seperti yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kebijakan tentang standar kecukupan dan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) Dosen pada suatu program studi dalam perundang-undangan di bidang Pendidikan Tinggi di Indonesia

2. Untuk mengetahui implementasi standar kecukupan dan kualifikasi Dosen pada program studi di luar ibukota provinsi (Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara)

3. Untuk mengetahui rekonstruksi terhadap Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang

(28)

Standar Nasional Pendidikan Tinggi agar mengakomodir Perguruan Tinggi di luar ibukota provinsi ( Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara)

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta memiliki kegunaan praktis pada khususnya, sehingga penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan praktis.

1. Dari segi Teoritis

a. Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan informasi hukum bagi para akademisi berkaitan dengan pemenuhan persyaratan kecukupan dan syarat Dosen dalam program studi

b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi akademisi dan masyarakat untuk menambah wawasan dalam pelaksanaan pemenuhan persyaratan kecukupan Dosen pada program studi di luar ibukota provinsi

c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi bahan penelitian selanjutnya pada bidang yang sama

2. Dari segi Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan diterapakan oleh pengambil kebijakan untuk menyamakan persepsi tentang persayaratan kecukupan dan kualifikasi Dosen pada program studi di luar ibukota provinsi sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi .

(29)

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, referensi atau bahan tambahan bacaan bagi mahasiswa Fakultas Hukum dan masyarakat luas.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran penulis di perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian berjudul “Penerapan Persyaratan Kecukupan dan Kualifikasi Dosen pada Program Studi di Perguruan Tinggi Di Luar Ibukota Provinsi (Studi: Di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara), belum pernah ada yang meneliti. Ada penelitian Tesis yang membahas tentang Dosen dengan judul dan permasalahan yang berbeda, yaitu : Perlindungan Hukum Terhadap Dosen Perguruan Tinggi Swasta Yang di PHK diteliti oleh Sdr. Johanes Mangapul Turnip, NIM 147005043, dengan permasalahan : (1) Bagaimanakah sistem perjanjian kerja yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Swasta dengan Dosen ? (2) Bagaimana keabsahan kontrak kerja terhadap Dosen yang tidak memenuhi kualifikasi akademik minimum sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen ? dan (3) Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam mengadili perkara PHK Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) Dosen Universitas Khatolik Parahyangan (Putusan MAhkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 048 PK/Pdt.Sus/2010), sehingga penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian yang asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis dam ilmiah sesuai dengan asas-asas keilmuwan yang jujur, rasional dan objektif dalam menemukan

(30)

kebenaran. Dan bila dikemudian hari dibuktikan ada plagiat, maka peneliti bertanggung jawab penuh.

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsional 1. Kerangka Teori

Teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi.12 Kerangka teori yakni kerangka pemikiran atau butir pendapat teori si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan yang bagi si peneliti menjadi bahan perbandingan.13

Adanya teori yang dipergunakan atau yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian tentunya bertujuan untuk menerangkan atau menjelaskan gejala spesifik tertentu terjadi14 dan suatu kerangka teori harus diuji untuk menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.15

Fungsi dari teori dalam penelitian adalah untuk menyusun dan mengklasifikasikan atau mengelompokkan penemuan-penemuan dalam sebuah peneltian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang sesuai dengan objek yang harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.16

12Kbbi.web.id/teori, diakses pada tanggal 28 Juni 2016

13Ediwarman, Monograf Metodologi Penelitian Huk um (Medan:Softmedia, 2015), hal 90

14Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Azas-azas, Penyunting : M.Hisyam, (Jakarta: FE-UI, 1996), hal 203

15Ibid, hal 216

16M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal 17

(31)

Teori yang dijadikan menjadi pisau analisis adalah teori dasar yang mana teori ini juga menjadi teori hukum. Dalam pengantarnya ketika membahas tentang teori hukum, Satjipto Raharjo17 mengemukakan bahwa :

Dalam dunia ilmu teori menempati kedudukan yang penting.Ia memberikan sarana kepada kita untuk bisa merangkum serta memahami masalah yang kita bicarakan secara lebih baik. Hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori dengan demikian memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mengestimasikan masalah yang dibicarakan

Bertolak dari uraian di atas maka teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah Teori Studi Hukum Kritis (Critical Legal Studies), Teori Keadilan, dan Teori Hukum Kepribadian Bangsa ( The Personality Law)

1) Teori Studi Hukum Kritis (Critical Legal Studies)

Critical Legal Studies (selanjutnya disingkat dengan CLS) merupakan aliran modern dalam teori hukum. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1970 an di Amerika Serikat. Dimulai pada tahun 1977, inisiatif untuk membentuk CLS ini datang dari beberapa ahli hukum, seperti Horwitz, Duncan Kennedy, Trubek, Mark Tushner dan Roberto Ungo.

Pada masa itu, praktek hukum menampilkan 2(dua) wajah keadilan yang kontras. Di satu sisi, beberapa pengadilan dan beberapa bagian dari profesi hukum telah menjadi juru bicara bagi kelompok masyarakat tidak beruntung. Tetapi di sisi lain, pada saat yang bersamaan, hukum menampilkan sosoknya yang dilengkapi

17 Satjipto Raharjo, Ilmu Huk um, (Bandung : Alumni, 1986) , hal 224

(32)

dengan sepatu boot dan berlaku represif dan membasmi setiap anggota masyarakat yang membangkang18.

Terdapat 2 (dua) tema yang dominan dalam kritik yang dilancarkan CLS ini, yaitu :

(1) institusi-institusi hukum sudah tercemar dari dalam, ikut menyebabkan ketiadaan ketertiban sosial secara keseluruhan, dan hukum bekerja terutama sebagai alat kekuasaan. Dalam tema ini, keberpihakan hukum yang sangat jelas, yang menguntungkan golongan kaya dan merugikan serta menipu golongan miskin yang tidak terbantahkan.

(2) Kritik terhadap legalisme liberal (liberal legalism) itu sendiri, adalah mengenai gagasan bahwa tujuan keadilan dapat dicapai melalui system peraturan dan prosedur yang objektif, tidak memihak dan otonom.19Esensi pemikiran CLS terletak pada kenyataan bahwa hukum adalah politik. Dari pemikiran law is politics itu, CLS berarti sudah langsung menolak dan menyerang keyakinan para positivis dalam ilmu hukum20.

CLS mengkritik hukum yang berlaku, yang nyatanya memihak ke politik dan sama sekali tidak netral. CLS berusaha untuk membuktikan bahwa di balik hukum dan tatanan sosial yang muncul ke permukaan sebagai sesuatu yang netral, sebenarnya di dalamnya penuh dengan muatan kepentingan tertentu yang bias kultur, ras, gender, bahkan kepentingan ekonomi.21 Mengutip N.D. White, menurut Juwana tujuan CLS ini untuk mendelegitimasi klaim kebenaran, membongkar kuasa dan dominasi untuk membentuk sistem yang adil dan setara, sehingga doktrin-doktrin hukum yang telah terbentuk dapat direkonstruksi untuk mencerminkan pluralism nilai yang ada. 22

18 Philipe Nonet dan Philip Selznick, Huk um Responsif: Pilihan di Masa Transisi (Law and Society in transition : Toward Resposive Law), diterjemahkan o leh Rafael E Bosco, (Jakarta : HuMA, 2003), hal 3.

19Ibid, hal 4

20 Hari Chand, dikutip dalam Juwana, hal 7. Lihat juga Roberto Mangabeira Unger, The Critical Legal Studies Movement ( Cambridge : Harvard University Press, 1986), hal 1.

21Peter Fitzpatrik, dikutip dalam Munir Fuady, Aliran Huk um Kritis (Paradigma Ketidak berdayaan Huk um),(Bandung : Citra Aditya Bakti,2003), hal 5

22 Juwana, op.cit, hal 7-8

(33)

Untuk melakukan proses delegetimasi terhadap doktrin hukum yang telah terbentuk aliran CLS menggunakan metode trashing, deconstruction dan genealogy.

Ketiga metode ini menurut Hikmahanto Juwana merupakan pisau analisa CLS untuk membongkar legitimasi doktrin hukum yang memapankan status quo dalam doktrin hukum23

1) Trashing adalah teknik untuk mematahkan atau menolak pemikiran hukum yang telah terbentuk. Teknik ini dilakukan menunjukkan kontradiksi dan kesimpulan yang bersifat sepihak berdasarkan asumsi yang meragukan24

2) Deconstruction adalah membongkar pemikiran hukum yang telah terbentuk.

Dengan melakukan pembongkaran maka dapat dilakukan rekonstruksi pemikiran hukum.25

3) Genealogy adalah penggunaan sejarah dalam menyampaikan argumentasi.

Genealogy digunakan karena interpretasi sejarah kerap didominasi oleh mereka yang memilki kekuatan.26Interpretasi sejarah ini yang kemudian digunakan untuk memperkuat suatu konstruksi hukum27

Pasal 27 dan 29 Permenristekdikti ini penerapannya belum dapat dipakai sepenuhnya untuk semua penyelenggara Perguruan Tinggi, khususnya Pasal 27 ayat (6), mengatur latar belakang kualifikasi Dosen yang mengajar di program studi Diploma ( D3, D4) paling rendah lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi belum dapat diterapkan pada Perguruan Tinggi berbentuk akademi di Toba Samosir dan Tapanuli Utara. Penerapan Pasal 29 ayat (3) dan (4), jumlah Dosen yang ditugaskan untuk mengajar di program studi, belum dapat diterapkan pada Perguruan Tinggi berbentuk Akademi Program Studi Diploma 3 di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara.

23 Juwana, ibid, hal 8

24 Juwana, ibid, hal 8

25 Ratnapala, Suri, Jurisprudence, (Cambridge : Cambridge University Pers, 2009), hal 8

26 Ratnapala, Suri, ibid, hal 8

27 Juwana, op.cit, hal 8

(34)

Dalam memandang masalah hukum, CLS menolak perbedaan antara teori dan praktek, dan menolak juga perbedaan antara fakta dan nilai, yang merupakan karakteristik dari liberalisme. Oleh karena itu, maka CLS menolak kemungkinan adanya teori murni (pure theory), serta lebih menekankan pada teori yang memiliki daya pengaruh terhadap transformasi sosial yang praktis.28

Menurut Peter Fitzpatrick, CLS mempunyai komitmen yang besar pula terhadap emansipasi kemanusiaan. Karena hal itulah, maka tidak mengherankan apabila pada perkembangannya di kemudian hari Critical Legal Studies ini melahirkan Feminist Legal Theory dan Critical Race Theory21.

CLS dipandang tepat dipergunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini dengan pertimbangan sebagai berikut :

1) CLS menolak perbedaan antara teori dan praktek. Pada Pasal 27 ayat (6) Permenristekdikti No. 44/2015 ditentukan Dosen program diploma tiga dan program diploma empat harus berkualifikasi akademik paling rendah lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi.

Prakteknya, Perguruan Tinggi berbentuk akademi di luar ibukota provinsi (Kabupaten Toba Samsoir dan Tapanuli Utara) masih terdapat Dosen yang mengajar di program studi berlatar belakang pendidikan sarjana (S1).Sehingga terjadi perbedaan antara teori dan praktek

2) CLS menolak perbedaan antara fakta dan nilai. Pasal 29 ayat (4) Permenristekdikti No. 44/2015 menentukan bahwa jumlah Dosen tetap yang ditugaskan secara penuh waktu untuk menjalankan proses pembelajaran pada

28 Unger, op.cit, hal 24

(35)

setiap program studi paling sedikit 6 (enam) orang. Fakta yang terjadi, bahwa untuk di Perguruan Tinggi berbentuk akademi di luar ibukota provinsi (Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Tapanuli Utara), masih dijumpai di setiap program studi untuk melaksanakan proses pembelajaran jumlah Dosen kurang dari 6 (enam) orang

3) CLS mempunyai komitmen terhadap emansipasi kemanusiaan. Untuk penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, khususnya di luar ibukota provinsi (Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara) dapat terselenggara berkat adanya peran serta masyarakat. Dengan berdirinya Perguruan Tinggi tersebut dapat meningkatkan emansipasi kemanusiaan. Hal ini juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya.

2) Teori Keadilan

Teori Keadilan dikembangkan oleh Plato, Hans Kelsen, H.L.A. Hart, John Stuart Mill dan John Rawls. Prinsip keadilan menurut Hart adalah bahwa individu mempunyai kedudukan yang setara antara satu dengan lainnya Pengembangan lain teori keadilan adalah John Rawls.

John Rawls menekankan pentingnya melihat keadilan sebagai kebajikan utama yang harus dipegang teguh oleh dan sekaligus menjadi semangat dasar dari pelbagi lembaga sosial dasar masyarakat Memperlakukan keadilan sebagai kebajikan utama, berarti memberikan kesempatan secara adil dan sama bagi setiap orang untuk mengembangkan serta menikmati harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Harga diri dan martabat manusia tidak bisa diukur dengan kekayaan ekonomis, sehingga harus dimengerti jauh bahwa keadilan lebih luas melampaui status ekonomi seseorang. Tinggi dan luhurnya martabat itu ditandai dengan kebebasan, karena itu juga kebebasan

(36)

harus mendaptkan prioritas dibandingkan dengan keuntungan-keuntungan ekonomis yang bisa dicapai seseorang29.

Beberapa konsep keadilan yang dikemukakan oleh Filsuf Amerika di akhir abad ke-20, John Rawls, seperti A Theory of Justic, Political Liberalism, dan The Law of Peoples, yang memberikan pengaruh pemikiran cukup besar terhadap diskursus nilai- nilai keadilan30

John Rawls berpendapat bahwa keadilan hanya dapat ditegakkan apabila Negara melaksanakan keadilan, berupa setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kebebasan dasar (basic liberies), dan perbedaan sosial dan ekonomi hanya hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga memberi manfaat yang besar bagi mereka yang berkedudukan paling tidak beruntung, dan bertalian dengan jabatan serta kedudukan yang terbuka bagi semua orang berdasarkan persamaan kesempatan yang layak.

Ada dua tujuan dari Teori Keadilan menurut John Rawls sebagaimana dikutip Damanhuri Fattah :

1. Teori keadilan mengartikulasikan sederet prinsip-prinsip umum keadilan yang mendasari dan menerapkan berbagai keputusan moral yang sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus kita. Yang dia maksudkan

“keputusan moral” adalah sederet evalusai moral yang telah kita buat dan sekiranya menyebabkan tindakan sosial kita. Keputusan moral yang sungguh dipertimbangkan menunjukkan pada evaluasi moral yang kita buat secara refleksif.

2. Rawls mengembangkan suatu teori keadilan sosial yang lebih unggul dari teori utilitarianisme. Rawls memaksudkannya “rata-rata” (average utilitarianisme). Maksudnya adalah bahwa institusi sosial dikatakan adil jika diabdikan untuk memaksimalkan keuntungan dan kegunaan. Sedang utilitarianisme rata-rata memuat pandangan bahwa institutsi sosial dikatakan

29 Fuady, op.cit, hal 5-6

30Pan Mohammad Faiz, Teori Keadilan John Rawls, dalam Jurnal Konstitusi, Volume 6 Nomor 1 (April 2009), hal 135

(37)

adil jika hanya diandaikan untuk memaksimalisasi keuntungan rata-rata perkapita.31

Untuk kedua versi utilitarianisme tersebut “ keuntungan didefenisikan sebagai kepuasan atau keuntungan yang terjadi melalui pilihan-pilihan. Rawls mengatakan bahwa dasar kebenaran teorinya membuat pandangannya lebih unggul dibanding kedua versi utilitarianisme.Prinsip-prinsip keadilan yang ia kemukakan lebih unggul dalam menjelaskan keputusan moral etis atas keadilan sosial32

Rawls menyajikan tentang keadilan sosial. Keadilan sosial merupakan “ prinsip kebijaksanaan rasional, yang diterapkan pada konsep kesejahteraan agresif (hasil pengumpulan) kelompok”33.Subjek utama keadilan sosial adalah struktur masyarakat, atau lebih tepatnya, cara lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan hak dan kewajiban fundamental serta menentukan pembagian keuntungan dari kerjasama sosial.

Bertitik tolak dari pengertian teori keadilan John Rawls, maka Pasal 27 dan 29 Permenristekdikti No. 44/2015 tentang standar kecukupan dan kualifikasi Dosen pada program studi, penerapannya belum dapat sepenuhnya untuk semua peyelenggara Perguruan Tinggi, khususnya Pasal 27 ayat (6), (7) menyebutkan latar belakang kualifikasi Dosen yang mengajar di program studi Diploma (D3, D4) paling rendah lulusan magister atau magister terapan yang relevan dengan program studi belum dapat diterapkan pada Perguruan Tinggi berbentuk Akademi Program Studi Diploma 3 di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara, karena tidak mencerminkan

31 Daman Huri Fatah, “Teori Keadilan Menurut John Rawls”dalam Jurnal Jurnal TAPIs Vol 9 No. 2 Juli-Desember 2013, hal 32

32 ibid

33John Rawls, A Theory of Justice Teory Keadilan,(Yogjakarta: Pustaka Pelajar,2006), hal 26

(38)

keadilan bagi Dosen dan penyelenggara Perguruan Tinggi. Demikian halnya Pasal 29 ayat (3) dan (4) tentang jumlah Dosen yang ditugaskan untuk mengajar di program studi, belum dapat diterapkan pada Perguruan Tinggi di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara berbentuk Akademi Program Studi Diploma 3

Lebih lanjut John Rawls menegaskan bahwa program penegakan keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip keadilan, yaitu :

1. Memberikan hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang.

2. Mampu mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberikan keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal benefits)bagi setiap orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung maupun tidak beruntung.34

Dengan demikian, prinsip perbedaan menuntut diaturnya struktur dasar masyarakat sedemikian rupa sehingga kesenjangan prospek mendapat kesejahteraan, pendapatan, otoritas diperuntukkan bagi keuntungan orang-orang yang paling kurang beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal, yang meliputi :

1. Melakukan koreksi dan perbaikan terhadap kondisi ketimpangan yang dialami kaum lemah dengan menghadirkan institutsi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang memberdayakan.

2. Setiap aturan harus memposisikan diri.

Masing-masing pandangan para ahli tentang teori keadilan berbeda fokus kajiannya. Esensi keadilan menurut Hans Kelsen adalah sesuai dengan norma-norma

34 Ibid

(39)

yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sedangkan John Rawls, memandang keadilan dari keadilan sosial.

Teori keadilan John Rawls dipandang tepat digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :

1) Pertama, John Rawls mencoba merumuskan dua prinsip keadilan distributive, sebagai berikut : pertama, the greatest equal principle, bahwa setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang. Ini merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki semua orang. Dengan kata lain, hanya dengan adanya jaminan kebebasan yang sama bagi semua orang maka keadilan akan terwujud (prinsip kesamaan hak).

Prinsip the greatest equal principle tidak lain adalah prinsip kesamaan hak, merupakan prinsip yang memberikan kesetaraan hak dan tentunya berbanding terbalik dengan kewajiban yang dimiliki setiap orang.35

Bertitik tolak dari rumusan pertama teori keadilan John Rawls tersebut, maka Pasal 27 dan Pasal 29 Permenristekdikti No. 44/2015 tentang standar kecukupan dan kualifikasi Dosen pada program studi, untuk penyelenggara Perguruan Tinggi di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara harus diberikan kebebasan yang seluas- luasnya agar tercipta keadilan (prinsip kesamaan hak).

2) Kedua, ketidak samaan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga perlu diperhatikan asas atau dua prinsip berikut, yaitu the different principle dan the principle of fair equlity of opportunity. Keduanya diharapkan memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang beruntung, serta memberikan penegasan bahwa dengan kondisi dan kesempatan yang sama, semua posisi dan jabatan harus terbuka bagi semua orang (prinsip perbedaan objektif). Artinya prinsip kedua tersebut menjamin proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban para pihak, sehingga secara wajar (objektif) diterima adanya perbedaan pertukaran asalkan memenuhi syarat good faith and fairness. Dengan demikian, prinsip pertama dan prinsip kedua tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.36.

35 Muhammad Taufik, Filsafat John Rawls Tentang Teori Keadilan (Jurnal Mukadimmah, Vol 19, 2013) hal, 51

36 Ibid,

(40)

Bertolak dari dari pemahaman rumusan kedua teori keadilan John Rawls, maka Pasal 27 dan 29 Permenristekdikti No. 44/2015 tentang standar kecukupan dan lualifikasi Dosen, bagi penyelenggara Perguruan Tinggi di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara, harus dipandang sebagai ketidak samaan sosial dan ekonomi John Rawls menyatakan bahwa keadilan pada dasarnya merupakan prinsip dari

kebijakan rasional yang diaplikasikan untuk konsepsi jumlah dari kesejahteraan seluruh kelompok dalam masyarakat. Untuk mencapai keadilan, maka rasional jika seseorang memaksakan pemenuhan keinginannya sesuai dengan prinsip kegunaan, karena dilakukan untuk memperbesar keuntungan bersih dari kepuasan yang akan diperoleh anggota masyarakatnya.37

Bertolak dari pemahaman rumusan teori keadilan John Rawls, maka Pasal 27 dan 29 Permenrsitekdikti No. 44/2015 tentang standar kecukupaan dan kualifikasi Dosen pada program studi, bagi penyelenggara Perguruan Tinggi di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara, dipandang sebagai kebijakan rasional untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh kelompok masyarakat dimana Perguruan Tinggi tersebut berada.

3)Teori Hukum Kepribadian Bangsa (The Personality Law)

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia sebagai landasan filosofi bangsa adalah Pancasila yang memiliki nilai-nilai yang mulia sebagai hukum kepribadian bangsa Indonesia (Personlity law),38 di dalamnya terkandung nilai-nilai yang ilahiah yakni nilai berketuhanan, berkemanusiaan, berkesatuan, bermusyawarah dan serta berkeadilan.

37 John Rawls, A Theory of Justice (Massachusetts : The Belknap Press of Harvard University Press, Cambridge, 1971), hal 103

38 Personality Law atau hukum kepribadian bangsa adalah merupakan ajaran hukum yang dikembangkan oleh Tan Kamello seorang Guru Besar ahli hukum perdata di Universitas Sumatera Utara.

(41)

Menurut Tan Kamello, Personality Law atau hukum kepribadian bangsa adalah merupakan sitem hukum yang memiliki nilai-nilai, asas-asas, dan norma- norma, yang berasal dari kultur masyarakat Indonesia dengan tetap menyesuaikan diri dengan dinamika luar. Untuk itu pembangunan hukum nasional adalah merupakan sub sistem pembangunan nasional yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia dari proses interaksi dari berbagai elemen kekuatan yang filosofi, landasan konstitusional, dan landasan politik dengan memperhatikan kemampuan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan keuangan Negara serta pengaruh kekuatan nasional, regional dan global39

Negara adalah wadah bangsa untuk mencapai cita-cita atau tujuan bangsa. Tujuan negara adalah merupakan kepentingan utama daripada tatanan suatu negara40

Tidak ada suatu negara yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Paragraf Empat, yakni :

“…Untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial …”41

Selain itu, dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditetapkan : “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat)”.

Jelaslah bahwa negara Republik Indonesia adalah suatu negara hukum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu

39 Tan Kamello, Memperkenalkan Model Sistem Pembangunan Hukum di Indonesia (Kumpulan Tulisan Pemikiran Guru Besar Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012)

40 Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2000, hal. 147.

41 Sekretariat Jenderal MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 3.

(42)

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila (negara hukum dan negara kesejahteraan)42

Pancasila adalah dasar dan ideologi negara sekaligus dasar filosofis negara sehingga Pancasila merupakan rujukan dari setiap materi muatan peraturan perundangundangan43Dengan demikian, pengaturan pendidikan nasional Indonesia harus merujuk pada Pancasila sebagai dasar filosofi negara dan itu berarti bahwa landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila.

Pancasila sebagai landasan filosofis negara mengandung arti bahwa pendidikan nasional Indonesia mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila tersebut. Dengan demikian, pendidikan nasional Indonesia adalah:

1. Pendidikan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Pendidikan yang berperikemanusiaan

3. Pendidikan yang menceriminkan persatuan Indonesia

4. Pendidikan yang berdasarkan pada kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam persmusyawaratan dan perwakilan (demokratis)

5. Pendidikan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pendidikan nasional yang pancasilais di atas harus tercermin dalam setiap komponen pendidikan nasional lainnya, seperti kurikulum, pengelolaan, pendanaan, dan lain sebagainya yang merupakan karakteristik atau ciri khas pendidikan nasional Indonesia dan membedakannya dari sistem pendidikan negara lain.

42 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Ilmu Negara (Umum dan Indonesia), (Jakarta:Pradnya Paramita,2001) hal 147.

43.Penjelasan Pasal 2 UU No.12 thn 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundangundangan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, standar Pengelolaan Pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang

Alasan utama mengapa inovasi kolaboratif lebih cocok bagi inovasi di sektor publik, karena mampu membuka siklus inovasi ke berbagai aktor yang menyentuh sumber daya inovasi

35 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT.. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

Rasional Merujuk pada Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) pada pasal 26 tentang Standar dosen dan tenaga

Penelitian mengenai pengungkapan CSR di Indonesia dilakukan oleh Gunawan (2015) untuk menguji pengaruh stakeholder dan motivasi pengungkapan sosial pada perusahaan

Dalam penulisan ini, batasan masalah pada counter Advance Bekasi dilakukan agar penulisan tidak menyimpang dan terarah dari tujuan semula, maka pembatasan akan

Ketentuan dalam annex yang menyangkut perundingan di bidang angkutan laut dalam ayat (1) menyatakkan bahwa Pasal 2 dan annex tentang pengecualian Pasal 2 termasuk keharusan

PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT INDONESIA PADA PERDAGANGAN BEBAS DALAM KERANGKA WTO, Tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam rangkaian