• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA

SISWA TUNANETRA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa

Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 )

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Yani Suryani

NIM: 1005670

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa

Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh:

Yani Suryani

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yani Suryani 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA

TUNANETRA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa

Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh:

YANI SURYANI 1005670

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I,

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag.

NIP. 19570303.198803.1.001

Pembimbing II,

Elan Sumarna, M.Ag.

NIP. 19670820.200501.1.002

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus,M.Ag.

(4)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

3. Penguji :

Dr. H. Abas Asyafah, M.Pd. NIP. 19581016 198601 1 003

Dr. Edi Suresman, M.Ag. NIP. 19601124 198803 1 001

(5)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunanetra (Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)”. Penyusunan skripsi ini dilatarbelakangi oleh: 1) belum tersedianya program yang khusus dirancang bagi anak berkebutuhan khusus. 2) kesulitan guru dalam pengelolaan pembelajaran dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam yang bersifat konkrit dan pemahaman bagi siswa tunanetra, serta 3) belum tersedianya alat tes yang khusus mengukur kemampuan intelegensi siswa tunanetra. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan perencanaan pendidikan agama Islam, 2) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, serta 3) mendeskripsikan evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Analisis data dengan cara mereduksi data, display data, dan disimpulkan. Pada pengolahan data hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pendidikan agama Islam yang terdapat di SMPLBN-A Kota Bandung mengacu kepada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari SK-KD, program tahunan, program semesteran, program mingguan, program harian, silabus, dan RPP. Pada pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara klasikal dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, penugasan, demonstrasi, serta interaksi langsung dengan siswa. Evaluasi pembelajaran yang digunakan adalah tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Siswa mendapatkan raport yang berisi nilai angka dan nilai berupa uraian setelah menamatkan suatu jenjang sekolah, siswa mendapatkan ijazah dengan mengikuti ujian nasional. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pendidikan agama Islam sudah baik namun belum maksimal. Pada pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan kurikulum dan diberikan oleh guru pendidikan agama Islam secara khusus. Untuk evaluasinya berjalan dengan baik, aspek yang dievaluasi adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

(6)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This paper is titled “Islamic Education Learning Model on Students with visual impairments” (Descriptive Study about Application of Islamic Education for Students with Visual Impairments in SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year). The background of this paper is there are: 1) unavailability of programs specifically designed for children with special needs those for students with visual impairments. 2) difficulties of a teacher on doing a teaching Islamic Education which is so concrete to teach to a students with visual impairments, and 3) unavailability of specific assays to measure the ability of intelligence blind students. The purpose of this research is to: 1) describe the planning of learning in Islamic education. 2) describe the implementation learning in Islamic education. 3) describe the evaluation of learning in Islamic education for students with visual impairments in SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year. This research uses descriptive method and qualitative approach. The technique of collecting data through observation, interviews and documentary studies and data analysis uses data reduction, display data and concluding all of those things. After processing the whole data, it concluded that the planning of Islamic education learning to VIII grader at SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year is following the KTSPcurriculum which consists of year program, semester program, weekly program, daily learning notes, syllabus, and learning plan. On realization on learning, implemented classical and is education service by teacher suited to character and needs student. The learning method use monologue method, tasking method, demonstration method, and direct interaction with student.. The learning evaluation is written test, oral test, and psychomotor test. And then student accept report of study evaluation which the content is about numeric score and description score. After finishing a single grade school, student accept a diploma by passing the national examination. Based on general research we can conclude that plan learning in SMPLBN-A Kota Bandung in second semester of 2013/2014 year is good. The realization of learning is compatible with curriculum, and a teacher is an Islamic education teacher not an ordinary class teacher. The evaluation learning is good, the aspect that evaluated is cognitive, affective, psychomotor aspects.

(7)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI………...…vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR BAGAN... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIPENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TUNANETRA ... Error!

Bookmark not defined.

A. Model Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.

B. Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark

not defined.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.

(8)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam . Error! Bookmark

not defined.

7. Evaluasi dalam Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not

defined.

C. Anak Berkebutuhan Khusus ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus .. Error! Bookmark not defined.

2. Klasifikasi dan Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Error! Bookmark not

defined.

D. TUNANETRA ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Tunanetra ... Error! Bookmark not defined.

2. Klasifikasi Tunanetra ... Error! Bookmark not defined.

3. Faktor-faktor Penyebab Tunanetra ... Error! Bookmark not defined.

4. Pendidikan bagi Siswa Tunanetra ... Error! Bookmark not defined.

5. Perkembangan Anak Tunanetra ... Error! Bookmark not defined.

E. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined.

1. Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2. Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.

3. Tunanetra ... Error! Bookmark not defined.

E. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined.

F. Uji Keabsahan Data... Error! Bookmark not defined.

1. Kredibilitas (Validitas Internal) ... Error! Bookmark not defined.

2. Transferabilitas (Validitas Eksternal) ... Error! Bookmark not defined.

3. Defendabilitas (Reliabilitas) ... Error! Bookmark not defined.

4. Konfirmabilitas (Objektivitas) ... Error! Bookmark not defined.

(9)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Observasi ... Error! Bookmark not defined.

2. Wawancara ... Error! Bookmark not defined.

3. Studi Dokumen ... Error! Bookmark not defined.

H. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Reduksi Data ... Error! Bookmark not defined.

2. Display Data ... Error! Bookmark not defined.

3. Penarikan/ Verifikasi Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

I. Tahapan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Profil SLBN-A Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

1. Sejarah atau Latar Belakang SLBN-A Kota Bandung . Error! Bookmark

not defined.

2. Struktur Organisasi SLBN-A Kota Bandung ... Error! Bookmark not

defined.

3. Visi dan Misi ... Error! Bookmark not defined.

4. Lokasi dan Fasilitas Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

B. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Perencanaan Pembelajaran di SMPLBN-A Kota Bandung... Error!

Bookmark not defined.

2. Pelaksanaan Pembelajaran di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

3. Evaluasi Pembelajaran di SMPLBN-A Kota Bandung Error! Bookmark

not defined.

C. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Pembahasan Perencanaan PAI di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

2. Pembahasan Pelaksanaan PAI di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!

(10)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pembahasan Evaluasi PAI di SMPLBN-A Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

1. Untuk Pembuat Kebijakan ... Error! Bookmark not defined.

2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLBN-A Kota Bandung) ... Error!

Bookmark not defined.

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (Prodi IPAI) .. Error!

Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

(11)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Syahidin (2009, hlm. 19) manusia yang terlahir diciptakan oleh Allāh yang salah satu tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai khalīfaħ di muka bumi ini, hal tersebut seperti apa yang dijelaskan dalam surat

Al-Baqaraħ ayat 30 sebagai berikut:



























































Artinya:“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalīfaħ di muka bumi”: Mereka berkata: ”mengapa Engkau hendak menjadikan khalīfaħ di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:

”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S.

Al-Baqaraħ [2]:30).1*

Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa manusia dipercaya oleh Allāh untuk mengemban tugas sebagai khalīfaħ di muka bumi ini, untuk menjadi

seorang khalīfaħ tentu manusia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh

makhluk lainnya. Dengan demikian terdapat perbedaan antara manusia dengan

makhluk lainnya, yaitu manusia dianugerahi akal oleh Allāh SWT. Hal

*Seluruh teks ayat al-Qur

(12)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Sauri (2006, hlm. 21) sebagai

berikut:

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan rasional, karena ia memiliki akal. Akal adalah daya yang memberikan kemampuan bagi manusia untuk berpikir. Para ahli ilmu fisik menghubungkan akal dengan menunjuk kepada fungsi otak. Manusia memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan binatang. Otak besar yang disebut dengan otak rasional karena memiliki kemampuan pada untuk berpikir, mempersepsi, memproses informasi, dsb.

Agar potensi yang dimiliki oleh manusia bisa berkembang kepada tujuan

yang benar, maka manusia memerlukan perawatan dan bimbingan dan salah

satu cara untuk mengembangkan potensi manusia kearah yang positif yaitu

melalui suatu upaya yang disebut al-tarbiyaħ, al-ta`dīb, al-talīm, atau yang

kita kenal dengan istilah pendidikan (Syahidin, 2009, hlm. 20). Hal inilah

yang menjadikan alasan mengapa Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut

ilmu sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Majdi (2011) yang terdapat

dalam surat Al-Taubaħ ayat 122 sebagai berikut:















































Artinya:“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagaian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya” (Q.S. Al-Taubaħ [9] :122).

Kewajiban untuk menuntut ilmu tidak hanya dijelaskan dalam al-Qur`ān

tetapi juga dalam al-adī seperti yang diungkapkan oleh Sumarna (2009,

(13)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Artinya: Dari Abdullāh bin Mas‟ūd, berkata: Rasūlullāh SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ṭabrānī).

Pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Kurniasih dan Tatang

Syarifudin (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas

Pendidikan Indonesia, 2010, hlm.87) adalah sebagai berikut:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara hal tersebut terdapat dalam Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Menurut Kesuma dan Hendriyani (Sub Koordinator MKDP Landasan

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 219) di Indonesia

sendiri sudah terdapat Undang-Undang yang mengatur mengenai masalah

pendidikan secara lengkap diantaranya ialah Pasal 31 Undang-Undang dasar

1945, Ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, Ayat 2:

Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya.

Berkenaan dengan hal di atas, sudah jelas bahwa setiap warga negara

Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Pendidikan

diberikan kepada anak bangsa yang sehat jasmani dan rohani serta sehat fisik

dan mental bahkan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Dalam kajian

ini peneliti mengkhususkan pada anak berkebutuhan khusus (ABK) tunanetra.

Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(2008, hlm. 1502) tunanetra adalah tidak dapat melihat atau buta. Jumlah

penyandang tunanetra merupakan jumlah penduduk berkebutuhan khusus

(14)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan oleh Lynch (Mahmud, 2003, hlm. 16) menyimpulkan bahwa jumlah

anak-anak berkebutuhan khusus sulit untuk dihitung secara pasti khususnya di

Asia, hal ini disebabkan karena belum adanya tes yang baku untuk

mendiagnosa dan mencari indikator-indikator kelainan, kurang lengkapnya

dalam kajian kependudukan, serta kurangnya kekuasaan pemerintah yang

melaporkan jumlah anak.

Meskipun terjadi simpang siur mengenai jumlah penduduk di Indonesia

yang memiliki kebutuhan khusus, di bawah ini akan dijelaskan mengenai data

jumlah populasi penduduk yang memiliki kebutuhan khusus di Indonesia yang

di ambil dari beberapa situs sebagai berikut:

Jumlah populasi penduduk yang memiliki kebutuhan khusus yang

diungkapkan oleh Wibisono (2014)adalah sebagai berikut:

Menurut Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) dari kementrian sosial pada tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah penyandang disabilitas di Indonesia berjumlah sebesar 11.580.117 orang dengan rincian 3.474.035 orang adalah tunanetra, 3.010.830 orang adalah tunadaksa, 2.547.626 orang adalah tunarungu, 1.389.614 orang adalah tunagrahita, dan 1.158.012 orang adalah penyandang disabilitas kronis. Penyandang disabilitas diperkirakan sekitar 4,8% penduduk Indonesia.

Data lain mengenai jumlah penduduk yang memiliki kebutuhan khusus

diungkapkan oleh Aravena (2013) adalah sebagai berikut:

Menurut data dari Kementrian Republik Indonesia pada tahun 2011 jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 3,11% atau sebesar 6,7 juta jiwa. Data terbaru tahun 2012 jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah tunanetra berjumlah 1.749.981 jiwa, tunarungu/wicara berjumlah 602.784 jiwa, tunadaksa berjumlah 1.652.741 jiwa, dan tunagrahita berjumlah 777.761 jiwa. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, jumlah populasi penyandang disabilitas laki-laki lebih banyak sekitar 57,96%.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas jumlah populasi anak

berkebutuhan khusus di Indonesia tergolong cukup banyak. Pada

(15)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sangat sedikit yang bisa mendapatkan pendidikan. Hal tersebut berdasarkan

data yang diungkapkan oleh Nugroho (2012) sebagai berikut:

Berdasarkan data yang dilansir Pusdatin Kemensos tahun 2010 jumlah penyandang disabilitas mencapai angka 11.580.117 orang. Dari jumlah tersebut penyandang tunanetra menempati angka terbanyak yaitu 3.474.035 orang, sedangkan tunadaksa 3.010.830 orang, tunarungu 2.547.626, cacat mental mencapai 1.389.614, dan cacat kronis sejumlah 1.158.012 orang. Jumlah penyandang disabilitas mencapai 1,5 juta anak sedangkan hanya tersedia 1.500 SLB, dengan demikian sekitar 90.000 anak tidak terlayani pendidikannya.

Pendapat senada mengenai sedikitnya anak yang memiliki kebutuhan

khusus yang masih sedikit yang mendapatkan pendidikan diungkapkan oleh

Wahman (2012) sebagai berikut:

Berdasarkan survey yang dilakukan Departemen Sosial di 24 provinsi tercatat sebanyak 1.235.320 penyandang disabilitas, yang terdiri dari 687.020 penyandang disabilitas laki-laki dan 548.300 penyandang disabilitas perempuan. Sebagian besar dari mereka hanya berpendidikan tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 59,9%, berpendidikan SD 28,1%. Hal yang memprihatinkan sekitar 89% tidak memiliki keterampilan, sehingga membuat mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Menurut Kesuma dan Hendriyani (Sub Koordinator MKDP Landasan

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 219) disebutkan

dalam Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003 ayat 2 yang menjelaskan bahwa

warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Mengenai pelaksanaan

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah Pasal 5 ayat 2 s.d ayat 4 dan UU RI No. 20 Tahun 2003

Pasal 32.

Meskipun secara perundang-undangan sudah diatur secara jelas mengenai

kesempatan mendapatkan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia

(WNI), namun pada kenyataannya anak yang memiliki kebutuhan khusus

(16)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan oleh Wibisono

(2014) sebagai berikut:

Beberapa faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan untuk mengakses pendidikan yang layak dan setara diantaranya sekolah memberikan kriteria kesehatan yang sejatinya membedakan anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti kesehatan fisik. Sebagian besar pula menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak membutuhkan pendidikan formal. Selain itu juga dikarenakan kondisi ekonomi anak berkebutuhan khusus.

Terlebih jika seseorang yang memiliki keterbatasan tersebut merupakan

seorang muslim maka pendidikan agama Islam pun perlu untuk diberikan. Hal

tersebut sudah sangat jelas terdapat dalam Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal

37 ayat 1 dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib

memuat Pendidikan Agama (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 226).

Permasalahan lainnya adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus

mempunyai cara belajar yang berbeda dari anak yang lainnya. Fenomena yang

terjadi di lapangan menunjukkan bahwa guru di sekolah tidak dipersiapkan

untuk menjadi seorang konselor terlebih lagi konselor bagi anak berkebutuhan

khusus, dengan demikian pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling

relative sedikit, demikian pula program yang khusus dirancang bagi anak

berkebutuhan khusus di sekolah belum tersedia (Mahmud, 2003, hlm. 4).

Berdasarkan fenomena yang terjadi dapat diketahui bahwa seorang guru

harus mempunyai keterampilan khusus untuk bisa menangani anak

berkebutuhan khusus agar tidak terjadi kesulitan dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Menurut Johnsen dan Skjorten (Mahmud, 2003, hlm. 26-27)

mengemukakan syarat minimal kemampuan atau keterampilan yang harus

dimiliki oleh guru spesialis adalah:

(17)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi, kerjasama dan kolaborasi, dan profesionalisme serta etika pelaksanaannya.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Sulihandari (2013, hlm. 99-100) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa

permasalahan mengenai pembelajaran PAI untuk siswa tunanetra diantaranya:

Tidak adanya pelatihan khusus bagi guru untuk menangani anak berkebutuhan khusus dan tidak adanya pelatihan untuk belajar membaca huruf braille, hal tersebut mengakibatkan kurangnya keterampilan guru dalam mengajar anak berkebutuhan khusus, keterbatasan waktu apabila pembelajaran dilakukan di luar kelas, keterbatasan media yang dimiliki sekolah dan belum tersedianya buku PAI dalam bentuk braille, serta perlu adanya sikap hati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran untuk menjaga perasaan tunanetra.

Intelegensi anak tunanetra secara umum tidak mengalami hambatan yang

berarti. Hal tersebut dikarenakan anak tunanetra memiliki kemampuan diri

untuk melakukan eksplorasi melalui indra peraba, sehingga secara mental

mereka dapat menghubung-hubungkan bagian-bagian yang terpisah dari suatu

objek atau benda menjadi suatu konsep utuh, akan tetapi apabila seorang guru

tidak memiliki keterampilan untuk menangani anak berkebutuhan khusus akan

mengakibatkan terjadinya kesulitan yang dialami oleh guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran (Delphie, 2009, hlm. 144).

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui dan

memperoleh informasi lebih mengenai pembelajaran PAI bagi siswa

tunanetra. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

mengangkat judul mengenai “MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA” (Studi Deskriptif Tentang

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunanetra di

SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut: belum tersedianya program yang dirancang secara

(18)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran untuk menyampaikan materi PAI yang bersifat konkrit dan

pemahaman kepada siswa tunanetra dikarenakan memiliki keterbatasan dalam

hal penglihatan, dan belum adanya alat tes yang baku untuk mendiagnosa

kemampuan intelegensi anak berkebutuhan khusus terkhusus bagi siswa

tunanetra. Sehingga siswa tunanetra memerlukan pembelajaran secara khusus.

C. Rumusan Masalah

Adapun secara khusus dan operasional, masalah-masalah tersebut yang

menjadi fokus dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung?

3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa

tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Model Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra.

Adapun secara khusus dan operasional, penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung.

3. Mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa

tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

(19)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif, berupa gambaran model pembelajaran pendidikan agama Islam

(PAI) pada siswa tunanetra, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai

kepada evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa

tunanetra.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia

pendidikan seperti:

a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para calon

guru pendidikan agama Islam khususnya, dan umum bagi seluruhnya.

b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk

penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan tema skripsi ini.

c. Bagi lembaga yang diteliti dapat memberi masukan bagi

penyelenggara pendidikan atau sekolah, guru-guru pendidikan agama

Islam dan pembuat kebijakan dalam penyusunan kurikulum

pendidikan agama Islam dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.

d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan

rujukan dalam memahami proses pembelajaran pendidikan agama

Islam pada anak berkebutuhan khusus.

e. Bagi Penulis, penelitian ini sebagai acuan untuk memperluas

pemikiran dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi

acuan dan refleksi untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh

(20)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Struktur Organisasi Skripsi

Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah kepada maksud yang

sesuai dengan judul, maka pembahasan ini penulis menyusun menjadi lima

bab dengan rincian sebagai berikut:

1. BAB I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

2. BAB II membahas tentang tinjauan teoretis mengenai model

pembelajaran, konsep pendidikan agama Islam, dan teori yang

berhubungan dengan model pembelajaran pendidikan agama Islam pada

anak berkebutuhan khusus dan siswa tunanetra.

3. BAB III membahas lokasi dan subjek penelitian, pendekatan yang

digunakan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, dan

uji keabsahan data.

4. BAB IV membahas hasil penelitian yaitu perencanaan pendidikan agama

Islam, pelaksanaan pendidikan agama Islam, dan evaluasi pendidikan

agama Islam di SMPLBN-A Kota Bandung tahun ajaran 2013-2014.

5. BAB V membahas kesimpulan dan rekomendasi dari seluruh aspek

pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMPLBN-A Kota Bandung

(21)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Sekolah Luar Biasa Negeri-A Kota Bandung merupakan SLB yang akan

dijadikan lokasi oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. SLBN-A Kota

Bandung berlokasi di jalan Pajajaran No. 50-52 Bandung. Lokasi ini peneliti

ambil dikarenakan SLBN-A Kota Bandung merupakan Sekolah Luar Biasa

(SLB) yang dikhususkan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus

yaitu tunanetra, sehingga bisa memberikan kemudahan kepada peneliti untuk

dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam pada siswa

tunanetra.

Selain itu, SLBN-A Kota Bandung merupakan SLB yang tidak hanya

mengajarkan pendidikan secara formal di kelas tetapi juga siswa diberikan

keterampilan khusus untuk menunjang kehidupan mereka. Di SLBN-A Kota

Bandung pun guru-guru yang mengajar sudah sesuai dengan bidang studi

masing-masing, sehingga siswa mendapatkan materi pelajaran langsung dari

ahlinya.

Subjek informan atau subjek penelitian dalam penelitian ini adalah

pihak-pihak yang bertanggung jawab, benar-benar mengetahui, mengetahui, dan

banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Adapun subjek informan atau

subjek penelitiannya adalah Kepala Sekolah SLBN-A Kota Bandung, staf

guru SLBN-A Kota Bandung, dan para siswa SLBN-A Kota Bandung.

Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Arikunto (2006, hlm. 145)

bahwa subjek penelitian yaitu “subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti,

subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti”. Adapun yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMPLBN-A Kota Bandung

kelas VIII A, B, C, sedangkan yang menjadi subjek sosialnya adalah kegiatan

(22)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Desain Penelitian

Menurut Nasutiaon (2009, hlm. 23) mengungkapkan bahwa desain

penelitian adalah “rencana yang akan dilakukan oleh peneliti dalam hal cara

mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara

ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu”.

Desain penelitian kualitatif disusun secara terus menerus disesuaikan

dengan kenyataan yang ada di lapangan. Desain penelitian kualitatif tidak

disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Menurut

menurut Meleong (2012, hlm. 13) hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal:

pertama: tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan. Kedua: tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah. Ketiga: bermacam-macam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Dengan demikian desain khusus dalam penelitian kualitatif adalah masalah yang telah ditetapkan terlebih dahulu apabila peneliti ke lapangan dapat saja diubah.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan peneliti amati, penelitian ini dapat

dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang natinya akan menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau

lisan mengenai objek yang diteliti. Pendapat tersebut senada dengan apa yang

diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Moleong

(2010, hlm. 3), mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif menurut Satori & Komariah (2011, hlm. 22) adalah

penelitian yang menekankan pada hal yang terpenting dari sifat suatu

barang/jasa yang berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik

kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu

pengembangan konsep teori.

Basrowi & Suwandi (2008, hlm. 23) mengemukakan bahwa tujuan dari

(23)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan di mana

pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi didapat setelah

melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian.

Dengan demikian, Bungin (2008, hlm. 49) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif bersifat fleksibel, luwes, dan terbuka kemungkinan bagi suatu

perubahan dan penyesuaian-penyesuaian ketika proses penelitian berjalan.

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk

mengungkapkan data yang ada di lapangan dengan cara menguraikan data

yang diperoleh dengan apa adanya sesuai dengan hasil yang didapat pada saat

melakukan penelitian. Dengan demikian peneliti akan mendapatkan gambaran

umum mengenai realita yang terjadi dalam hal pelaksanaan pendidikan agama

Islam di SLBN-A Kota Bandung.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode deskriptif.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Darmadi (2011, hlm. 34) bahwa metode

deskriptif adalah metode yang digunakan oleh peneliti yang berusaha

menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara

jelas dan sistematis.

Pendapat lain diungkapkan oleh Suryabrata (2012, hlm. 76) yang

mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah “penelitian yang

bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi

atau kejadian-kejadian”. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan oleh Suryabrata

(2012, hlm. 76) bahwa penelitian deskriptif itu mengandung arti akumulasi

data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau

menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau

mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk

menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

Menurut Mahmud (2011, hlm. 10) secara umum dalam penggunaan

metode deskriptif akan ditemui langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

(24)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian, meliputi sasaran penelitian, teknik penentuan sumber datanya, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, pengolahan data, dan analisisnya, mengumpulkan dan menganalisis data..

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kerancuan dalam pemahaman dan menghindari

pemaknaan ganda dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penegasan akan

maksud dari judul yang dikemukakan penulis yaitu sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran

Pribadi (2010, hlm. 86) yang mengungkapkan bahwa model adalah “sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut”. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah model pembelajaran dalam desain

pembelajaran dengan pendekatan sistem yang meliputi perencanaan

pembelajaran PAI, pelaksanaan pembelajaran PAI, dan evaluasi

pembelajaran PAI.

2. Pendidikan Agama Islam

Menurut Syahidin (2009, hlm.1) Pendidikan Agama Islam adalah

sebagai berikut:

Sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama Islam disingkat PAI. Dalam kurikulum nasional, mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib di sekolah umum sejak TK sampai Perguruan Tinggi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah

upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menanamkan

nilai-nilai keislaman kepada peserta didik, sehingga dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Tunanetra

Tunanetra menurut Hosni (Silaen, 2009, hlm. 14) biasanya disebut

(25)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan penglihatan. Mereka yang penglihatannya terganggu sehingga bisa

menghalangi dirinya untuk melakukan sesuatu jika tidak dibantu dengan

alat khusus, material khusus, latihan khusus dan bantuan khusus.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tunanetra adalah siswa

yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan penglihatan di

SMPLB-A Kota Bandung yang beralamat di Jl. Pajajaran No. 50-52

Bandung yang merupakan sekolah yang diperuntukkan khusus bagi

anak-anak yang memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri, hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012,

hlm. 305) yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif

sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya. Hal senada juga disampaikan oleh Nasution (dalam Sugiyono,

2012, hlm. 306) menurutnya:

Dalam penelitian kualitaif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

Menurut Mahmud (2011, hlm. 90) dalam penelitian kualitatif peneliti

merupakan alat pengumpul data yang paling utama, sehingga dalam penelitian

ini penelitilah sebagai instrumen melalui pengamatan, peneliti juga menjadi

bagian fokus masalah yang diteliti. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan oleh

Satori & Komariah (2011, hlm. 61) yang mengungkapkan bahwa sebagai

(26)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kualitatif dalam artian peneliti harus benar-benar memiliki integritas yang

tidak diragukan lagi sebagai peneliti.

Putra & Lisnawati (2012, hlm. 22) menyebutkan karena peneliti adalah

instrumen utama maka selama penelitian berlangsung, ia harus hadir dalam

latar penelitian untuk mengamati, ikut serta melakukan wawancara mendalam

untuk mengeksplorasi fokus penelitian dan membangun keakraban dan tidak

menjaga jarak sebagaimana peneliti kuantitatif.

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri,

namun selanjutnya setelah terfokus penelitian menjadi jelas, maka

kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang

diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang

telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono, 2012, hlm.

307).

F. Uji Keabsahan Data

Menurut Emzir (2011, hlm. 79-81) “tingkat kebermaknaan proses maupun

hasil penelitian kualitatif tergantung kepada; (1) kredibilitas (validitas

internal), (2) transferabilitas (eksternal), (3) defendabilitas (reliabilitas), dan

(4) konfirmabilitas (objektivitas)”. Adapun penjelasan dari keempat hal

tersebut ialah sebagai berikut:

1. Kredibilitas (Validitas Internal)

Menurut Emzir (2011, hlm. 79) kriteria kredibilitas melibatkan

penetapan hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya

dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Kredibilitas secara

lebih sederhana digambarkan sebagai kecocokan antara konsep peneliti

dengan konsep sumber penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 270) uji

kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Perpanjangan pengamatan. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 369)

dengan melakukan perpanjangan pengamatan akan menjadikan

hubungan antara peneliti dan narasumber akan semakin akrab, semakin

(27)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan membuat narasumber tidak akan menyembunyikan informasi

kepada peneliti. Sehingga kehadiran peneliti tidak akan mengganggu

perilaku yang dipelajari. Menurut Bungin (2007, hlm. 254) dalam

penelitian kualitatif kehadiran peneliti menjadi hal yang sangat utama,

hal tersebut dikarenakan peneliti sendiri yang melakukan wawancara

dan observasi dengan narasumbernya dengan demikian peneliti

mempunyai waktu yang cukup lama dengan nara sumber.

b. Triangulasi, yakni peneliti melakukan pengecekan kebenaran data dan

membandingkannya dengan data yang diperoleh dari responden yang

lain. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 372) triangulasi adalah

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu. Terdapat beberapa teknik triangulasi diantaranya

adalah sebagai berikut:

1) Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber (Sugiyono, 2012, hlm. 373). Adapun menurut Sutopo

(2006, hlm. 93) triangulasi sumber merupakan cara mengarahkan

peneliti dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beberapa

sumber data.

Guru Teman

Orang Tua

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya

data yang diperoleh dengan cara wawancara kemudia dicek dengan

(28)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

373). Senada dengan itu, Sutopo (2006, hlm. 95) menyebutkan

bahwa triangulasi ini ditekankan penggunaan metode pengumpulan

data yang berbeda.

Wawancara Observasi

Kuesioner/dokumen

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik

3) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu juga diberikan karena waktu juga sering

mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan pada pagi

hari di saat kondisi masih segar, akan memberikan data yang lebih

valid sehingga lebih kredibel (Sugiyono (2012, hlm. 374).

Siang Sore

[image:28.595.230.446.217.290.2]

Pagi

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

c. Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkelanjutan, dengan demikian kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, dengan

melakukan peningkatan ketekunan peneliti dapat melakukan

pengecekan kembali apakah data yang ditemukan salah atau tidak

(Sugiyono, 2012, hlm. 270). Senada dengan itu Bungin (2007, hlm.

254) menyatakan bahwa untuk memperoleh derajat keabsahan tinggi,

maka harus dilakukan peningkatan ketekunan.

d. Menggunakan bahan referensi, bahan referensi digunakan untuk

(29)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data hasil wawancara harus didukung dengan rekaman wawancara.

Dengan menggunakan bahan referensi data yang ditemukan akan lebih

dipercaya (Sugiyono, 2012 hlm. 271).

e. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Member check bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan yang

diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat

dilaksanakan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau

setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan (Sugiyono, 2012 hlm.

271). Member check adalah bentuk konfirmasi yang dilakukan oleh

peneliti kepada pemberi data, apabila terjadi kekeliruan dapat segera

diperbaiki dan apabila terdapat kekurangan dapat ditambah dengan

informasi yang baru.

2. Transferabilitas (Validitas Eksternal)

Menurut Emzir (2011, hlm. 70) dalam penelitian kualitatif atau sering

disebut penelitian naturalistik, transferabilitas dapat diartikan sejauh mana

hasil penelitian yang diungkapkan dapat digeneralisasikan atau ditransfer

kepada konteks atau setting yang lain. Hal senada diungkapkan oleh

Sugiyono (2012, hlm.376) bahwa transferabilitas adalah sejauh mana hasil

penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

3. Defendabilitas (Reliabilitas)

Defendabilitas menurut Nasution (2009, hlm. 150) adalah kecocokan

hasil penelitian apabila dilakukan penelitian ulang oleh peneliti yang lain,

tetapi tetap menggunakan metode yang sama atau kekonsistenan

penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 377) defendabilitas adalah suatu

penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/

mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji

defendabilitas dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

(30)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Konfirmabilitas (Objektivitas)

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 277) dalam penelitian kualitatif

confirmability dinamakan dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian

dikatakan obyektif jika hasil penelitian telah disepekati banyak orang. Uji

confirmability ini mirip dengan uji dependability sehingga pengujiannya

dapat dilakukan secara bersamaan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang akurat, maka diperlukan teknik

pengumpulan data agar data yang dihasilkan bisa dikatakan valid, objektif,

dan tidak menyimpang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti menggunakan teknik observasi dalam mengumpulkan data

penelitian. Observasi sendiri memiliki arti metode atau cara menganalisis

atau mengadakan pencatatan mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung. Menurut (Basrawi &

Suwandi, 2008, hlm. 94) teknik ini digunakan untuk melihat dan

mengamati secara langung keadaan dilapangan agar peneliti memperoleh

gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.

Menurut Satori (2010, hlm. 105) observasi adalah pengamatan

terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak

langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam

penelitian, secara langsung adalah terjun ke lapangan sedangkan secara

tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu melalui media visual/

audiovisual, misalnya teleskop, handycam, dan lain-lain.

Menurut Hadi (Sugiyono, 2012, hlm. 145) mengemukakan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompeks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai aspek psikologis dan biologis. Hal yang terpenting

dalam proses pengamatan ialah ingatan. Observasi terbagi menjadi dua

(31)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui observasi peneliti dapat melihat sendiri pemahaman yang tidak

terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut pandang

responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survai

(Alwasilah, 2012, hlm. 110).

Peneliti menggunakan teknik observasi nonparticipant dalam

melakukan penelitiannya, menurut Sugiyono (2011, hlm. 311)

nonparticipant peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,

tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, dalam artian peneliti

hanya berperan sebagai pengamat saja tanpa ikut ambil bagian atau terjun

langsung dalam pelaksanaannya. Teknik observasi ini digunakan untuk

mencari data tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di

SMPLBN-A Kota Bandung.

Menurut Satori (2010, hlm. 107) suatu objek hanya dapat diungkap

datanya apabila peneliti menyaksikan langsung, sehingga dalam penelitian

kualitatif observasi perlu untuk dilakukan untuk mengetahui gerak dan

gerik, sikap, suasana, dan kesan yang akan ditangkap setelah melakukan

observasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,

yaitu pewawancara sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang

diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi &

Suwandi, 2008, hlm. 127). Melalui wawancara peneliti dapat mengetahui

informasi secara mendalam, dan dapat mengajukan pertanyaan susulan,

serta responden dapat menceritakan kejadian masa lalu dan mendatang

(Alwasilah, 2012, hlm. 110).

Menurut Patilima (2011, hlm. 68) penggunaan metode wawancara

berfungsi untuk menggali apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek

penelitian dan dapat menanyakan hal-hal yang bersifat lintas waktu yang

berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan

(32)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 316) wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data sebagai studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil.

Wawancara terbagi menjadi dua yitu wawncara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur. Adapun wawancara yang dilakukan oleh

peneliti adalah wawancara terstruktur, menurut Meleong (2007, hlm. 190)

wawancara terstruktur adalah pewawancara menetapkan sendiri masalah

dan menentukan sendiri pertanyaan yang akan diajukan, jenis wawancara

seperti dilakukan apabila jumlah sampel representatif ditanya dengan

pertanyaan yang sama.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,

bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh, sehingga dalam melakukan

wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun

sudah disiapkan (Sugiyono, 2011, hlm. 320).

Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang

pelaksanaan PAI di SLBN-A Kota Bandung. Wawancara ini dilakukan

oleh peneliti dengan kepala sekolah, guru pendidikan agama Islam, Wali

Kelas, dan tenaga kependidikan yang dapat menunjang pelaksanaan

penelitian.

3. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan

berdasarkan perkiraan (Basrawi & Suwandi, 2008, hlm. 158). Menurut

(33)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data untuk menelusuri data historis yang tersedia dalam

bentuk surat-surat, catatan harian, laporan, dan lain-lain.

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian dan ditelaah secara

berkelanjutan sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan,

studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara sehingga hasil observasi

dan wawancara dapat dipercaya dengan adanya studi dokumen (Satori,

2010, hlm. 149).

Studi dokumen dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data

mengenai jumlah keseluruhan peserta didik, guru, tenaga kependidikan,

letak geografis, dan data-data lainnya yang diperlukan sebagai hasil dari

penelitian yang dapat dijadikan bukti dalam melakukan penelitian,

sehingga data yang dihasilkan bisa dipertanggungjawabkan.

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan selesai di lapangan. Menurut

Nasution (Sugiyono, 2012, hlm. 336) menyatakan bahwa “analisis dimulai

sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan,

dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Adapun teknik yang

digunakan untuk menganalisis data diperoleh dari hasil wawancara, hasil

observasi dan hasil dokumentasi dengan cara dideskripsikan atau digambarkan

secara narasi sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan

proses pengumpulan data (Meleong, 2012, hlm. 209). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan analisis data dengan menggunakan model analisis data

Miles & Huberman, di mana Miles & Huberman (Emzir, 2011, hlm. 129-135)

(34)

Yani Suryani, 2014

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Reduksi Data

Menurut Emzir (2011, hlm. 129) reduksi data adalah suatu proses

pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi dan pertransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi secara berkelanjutan. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis

yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun

data dalam suatu cara, sehingga kesimpulan akhir dapat digambarkan dan

diverifikasikan.

Agar lebih mudah dalam penyusunan laporan penelitian, peneliti

menggunakan koding data terhadap penelitian. Koding adalah pemberian

kode dan membagi-bagikan data yang telah terkumpul dalam satu

kelompok, sehingga nantinya akan terbentuk kategorisasi. Moleong (2010,

hlm. 27) mengungkapkan bahwa “koding adalah proses membuat

kategorisasi data kualitatif dan juga menguraikan implikasi dan rincian

dari kategori-kategorinya”.

Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh seperti koding

untuk jenis pengumpulan data (Wawancara = W, Observasi = O, Studi

Dokumen = D). Koding untuk responden (Kepala Sekolah = KS, Wali

Kelas = WK, Siswa = SW, Guru Agama = GA). Untuk lokasi observasi

(Ruang Kelas = RUK, Ruang Kepala Sekolah = RKS). Selanjutnya

kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada istilah-istilah

pengumpulan data di lapangan serta setelah semua data terkumpul.

Kategorisasi dalam penelitian ini yakni perencanaan pembelajaran

(PP), proses pelaksanaan (PL), pelaksanaan evaluasi (PE). Kategorisasi

tersebut didapatkan berdasarkan pada istilah-istilah pengumpulan data di

lapangan setelah keseluruhan data terkumpul melalui teknik pengumpulan

data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

Gambar

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan shalat fardlu pada

Studi Eksperimen Penggunaan Media Film Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran

Tesis yang berjudul : PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII A MADRASAH MATHLAUL ANWAR KECAPI PADANG CERMIN , ditulis

Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga, apa saja kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam dalam proses perencanaan,

Islam Negeri Salatiga.. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga Bagi Penyandang Tunarungu Siswa Kelas B SMPLB Negeri Salatiga. Skripsi Fakultas

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Strategi guru Pendidikan Agama Islam mengembangkan kompetensi sikap sosial siswa (studi deskriptif kurikulum 2013) di SMA

Skripsi yang berjudul Hubungan Profesionalisme Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta

i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Studi Kasus Siswa Kelas VIII SMPN 3