• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID DAN FLAT PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL DAN MASSA OTOT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID DAN FLAT PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL DAN MASSA OTOT."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID DAN FLAT

PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL DAN

MASSA OTOT

SKRIPSI

Diajukan Guna memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh:

GILANG RAMADHAN 0900003

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid dan

Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan

Maksimal dan Massa Otot

Oleh Gilang Ramadhan

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Gilang Ramadhan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : GILANG RAMADHAN

NIM : 0900003

JUDUL :PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID

DAN FLAT PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN

KEKUATAN MAKSIMAL DAN MASSA OTOT.

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. H. Dede Rohmat N, M.Pd. Nip.196312091988031001

Pembimbing II

Ira Purnamasari, M.Pd. Nip.198107072008122002

Mengetahui, Ketua

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI

(4)

ABSTRAK

PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID DAN FLAT

PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL DAN

MASSA OTOT

Gilang Ramadhan 0900003

Pembimbing I : Drs. H. Dede Rohmat N, M.Pd.

Pembimbing II : Ira Purnamasari, M.Pd.

Kekuatan merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai prestasi,

meskipun banyak aktivitas olahraga lebih membutuhkan SAQ (Speed, Agility, dan

Quickness), keseimbangan, dan yang lainnya. Tetapi faktor tersebut harus dikombinasikan dengan kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Oleh karena kekuatan merupakan komponen fisik mendasar yang sangat diperlukan dalam pertandingan maupun perlombaan. Penelitian ini penulis mengkaji tentang sistem latihan yang dapat meningkatkan kekuatan maksimal dan massa otot, antara sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebermaknaan pengaruh latihan

skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPI yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Dayung, sedangkan sampel yang terdiri dari 10 orang mahasiswa FPOK yang mengikuti UKM Dayung dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang terbagi kedalam dua kelompok, yaitu; kelompok latihan sistem skewed pyramid dan kelompok latihan sistem flat pyramid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Setelah melaksanakan latihan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu diperoleh hasil yaitu: pengaruh kedua sistem latihan terhadap kekuatan

maksimal, dan pengaruh sistem latihan skewed pyramid terhadap massa otot

mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan pengaruh sistem latihan flat pyramid terhadap massa otot, dan perbandingan antara kedua sistem latihan terhadap kekutan maksimal dan massa otot tidak memberikan perbedaan yang signifikan.

Penulis merekomendasikan agar latihan sistem skewed pyramid dan flat

(5)

COMPARISON BETWEEN SYSTEM SKEWED PYRAMID EXERCISE AND FLAT PYRAMID TO MAXIMUM STRENGTH AND MUSCLE

MASS

ABSTRACT

Gilang Ramadhan 0900003

Guide I : Drs. H. Dede Rohmat N, M.Pd.

Guide II : Ira Purnamasari, M.Pd.

Strength is a very important factor in achieving the feat , although many more sports activities require SAQ (Speed, Agility, and Quickness ), balance, and others. But these factors have combined to force in order to obtain good results. Because strength is a fundamental physical components that are needed in the Activity Unit ( UKM ) Rowing, while a sample of 10 students who followed the Rowing FPOK using purposive sampling technique, which is divided into two groups, namely, group exercises and a system skewed pyramid group exercise flat pyramid system . The method used in this study is the experimental method.

After carrying out the exercise for 6 weeks with a frequency of 3 times per week obtained the results as follows: The second influence on maximal strength training systems, and training systems are skewed pyramid effect against muscle mass increased significantly. While the effect of a flat pyramid training system to muscle mass, and a comparison between the two systems to maximal strength exercise and muscle mass was not a significant difference.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

H. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II TINJAUAN TEORI ... 10

A. Hakekat Olahraga Dayung di Indonesia ... 10

B. Hakekat Kondisi Fisik ... 11

C. Kekuatan/Strength ... 14

D. Weight Training ... 18

E. Hakikat Otot ... 19

F. Sistem Latihan Skewed Pyramid ... 24

G. Sistem Latihan Flat Pyramid ... 26

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 27

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 27

(7)

b. Populasi ... 27

c. Sampel ... 27

B. Desain Penelitian ... 28

C. Metode Penelitian ... 30

D. Definisi Oprasional ... 30

E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

a. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

b. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Sistematika Pelaksanaan dan Program Latihan ... 36

G. Prosedur Pengolahan Data ... 40

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 44

A. Hasil Pengolahan Data ... 44

1. Pengolahan Data Mengenai Kekuatan ... 44

2. Pengolahan Data Mengenai Massa Otot ... 48

B. Analisis dan Pengolahan Data ... 52

C. Diskusi Penemuan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 61

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cabang-Cabang Olahraga Dayung dalam Naungan PODSI ... 10

Tabel 3.1 Rangking tes awal untuk menentukan kelompok ... 28

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan , S2, S dari Kelompok A dan B ... 44

Tabel 4.2 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok A dan B ... 45

Tabel 4.3 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok A dan B ... 45

Tabel 4.4 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Beda Kelompok A dan B .... 46

Tabel 4.5 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Awal Kelompok A dan B .. 47

Tabel 4.6 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok A dan B . 47 Tabel 4.7 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Beda Kelompok A dan B ... 47

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan , S2, S dari Kelompok A dan B ... 48

Tabel 4.9 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok A dan B ... 49

Tabel 4.10 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok A dan B ... 49

Tabel 4.11 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Beda Kelompok A dan B .... 50

Tabel 4.12 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Awal Kelompok A dan B .. 51

Tabel 4.13 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok A dan B. 51 Tabel 4.14 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Beda Kelompok A dan B ... 51

Tabel 4.15 Data Statistika Analisis Varians Dua Jalan ... 52

Tabel 4.16 Hasil Analisis Varians Dua Jalan ... 53

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Pembentukan Otot dan Kekuatan ... 2

Gambar 1.2 Pola Latihan Beban Sistem Skewed Pyramid ... 3

Gambar 1.3 Pola Latihan Beban Sistem Flat Pyramid ... 4

Gambar 2.1 Komponen Fisik Olahraga Dayung ... 13

Gambar 2.2 Jenis-Jenis Otot ... 21

Gambar 2.3 Proses Pembentukan ATP ... 23

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Bench Press ... 38

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Tes ... 61

Lampiran 2 Program Latihan Sistem Skewed Pyramid ... 62

Lampiran 3 Program Latihan Sistem flat Pyramid ... 65

Lampiran 4 Data Pengukuran Massa Otot ... 68

Lampiran 5 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok A (Kekuatan) ... 70

Lampiran 6 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok B (Kekuatan) ... 72

Lampiran 7 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok A (Massa Otot) ... 74

Lampiran 8 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok B (Massa Otot) ... 76

Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas ... 78

Lampiran 10 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Awal dan Pengukuran Awal Kelompok A ... 82

Lampiran 11 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Awal dan Pengukuran Awal Kelompok B ... 84

Lampiran 12 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Akhir dan Pengukuran Akhir Kelompok A ... 86

Lampiran 13 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Akhir dan Pengukuran Akhir Kelompok B ... 88

Lampiran 14 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Selisih Kelompok A ... 90

Lampiran 15 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Selisih Kelompok B ... 92

Lampiran 16 Perhitungan Analisis Varians Dua Jalan dan Uji Lanjutan ... 94

Lampiran 17 Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors ... 102

Lampiran 18 Nilai Z ... 103

Lampiran 19 Nilai Distribusi t ... 104

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dan peningkatan prestasi dalam setiap cabang olahraga

merupakan sesuatu hal yang selalu diperbincangkan dan dipermasalahkan

sepanjang hidup manusia, bahkan selama olahraga itu dikenal sebagai kebutuhan

hidup. Peningkatan prestasi olahraga bersifat dinamis progresif, artinya; setiap

fase waktu selalu berubah dan cenderung meningkat seiring perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Untuk meningkatkan prestasi tersebut dibutuhkan

latihan. Yang dimana latihan menurut Harsono (1988:101) bahwa: “Latihan

adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara

berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau

pekerjaannya”.

Dalam suatu pembinaan olahraga prestasi, pembinaan kondisi fisik sangatlah

diperhatikan. Dikarenakan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting

dalam program latihan. Hal tersebut diungkapkan oleh Harsono (2001:4) bahwa:

Latihan kondisi fisik mengacu kepada suatu program latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan progresif, dan yang tujuannya ialah untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar dengan demikian prestasi atlet semakin meningkat.

Tujuan dari pembinaannya pun untuk meningkatkan dan membantu atlet

mencapai prestasi. Untuk hal itu seorang atlet dituntut mempunyai kemampuan.

Menurut Omosegaard (1996) yang dikutip oleh Dikdik et al (2010:49)

mengatakan bahwa ‘Tecnique, tactics, physique, and psychology are all

importance areas of sport’. Maksudnya kemampuan yang harus dimiliki yaitu teknik, taktik, fisik dan psikologi, semuanya memiliki peranan penting dalam

aktifitas olahraga. Terkait dengan hal tersebut Harsono (1988:100) mengatakan

(12)

2

seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan

(d) latihan mental”.

Berdasarkan pendapat di atas, keempat aspek tersebut sangatlah penting

untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa komponen

tersebut yaitu : kekuatan (Strength), kelentukan (Flexibility), kecepatan (Speed),

dan daya tahan (Endurance).

Salah satu komponen fisik yang cukup dominan dalam olahraga dayung yaitu

strength yang pengertiannya menurut Harsono (1988:176) mengatakan “kekuatan

adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan” .

Oleh karena itu bentuk latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan

adalah latihan tahanan (resistence exercises) dimana sekarang lebih dikenal

dengan weight training. Menurut Harsono (1998:185) mengatakan bahwa “Weight

training adalah latihan-latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai

sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan

tertentu”. Pada latihan tersebut seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban. Ada 3 jenis kekuatan, yaitu kekuatan maksimal (maximal

strenght), kekuatan yang cepat (speed strenght/power), dan daya tahan kekuatan (strenght

endurance).

Dalam meningkatkan otot dan kekuatan tidak bisa dilakukan dengan

sembarangan atau dengan semaunya, akan tetapi harus dilakukan dengan bertahap

dan sesuai dengan skemanya. Dalam gambar 1.1 Dikdik (2008:31)

menggambarkan skema tahapan membentuk otot dan kekuatan, yaitu:

Gambar 1.1. Skema Tahapan Membentuk Otot dan Kekuatan (Dikdik,2008)

Menurut tipe kontraksinya latihan tahanan digolongkan menjadi tiga katagori.

Seperti apa yang dikatakan Harsono (1988:179) “ latihan-latihan tahanan, menurut

Penyediaan energi

(13)

3

tipe kontraksi ototnya, dapat digolongkan dalam tiga katagori, yaitu kontraksi

isometris, kontraksi isotonis dan kombinasi dari kedua kontraksi tersebut yaitu

kontraksi isokinetis”.

Dalam latihan beban atau weight training sebagian besar peneliti melihat

bentuk latihan pembebanan yang diberikan terkadang menggunakan

prinsip-prinsip yang itu-itu saja dan tidak bervariasi, yang dapat mengakibatkan atlet

terkadang merasa bosan dengan sistem latihan seperti demikian. Untuk itu peneliti

mencoba memberikan variasi dengan menggunakan sistem pyramida pada latihan

pembebanan. Dikdik (2008:35) mengatakan bahwa“Pyramid sistem: mulai dari

intensitas rendah dengan banyak repetisi (Hypertropi) dan diakhiri dengan intensitas

tinggi dengan sedikit repetisi (KI)”.

Diantara bentuk latihan sistem piramida untuk meningkatkan kekuatan adalah

bentuk latihan skewed pyramid dan flat pyramid. Skewed pyramid menurut

Bompa (1999:54) mengatakan: “The skewed pyramid is proposed as an improved

variant of the double pyramid. The load is constanly increased throughout the

session, except during the last set, when it is lowered (80-85-90-95-80 percent)”.

Maksud dari kutipan di atas adalah latihan skewed adalah latihan diusulkan

sebagai variasi peningkatan dari latihan double pyramid. Yang dimana beban

secara konstan meningkat sepanjang sesi, kecuali pada waktu set trakhir, ketika

bebannya diturunkan (80%-85%-90%-95%-80%). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

95 percent

90 percent 80 percent

85 percent

80 percent

(14)

4

90 percent 90 percent 90 percent 90 percent 90 percent

80 percent 80 percent

Warm-up 60 percent

Gambar 1.3 Pola Latihan Menggunakan Sistem Flat pyramid (Bompa, 1993a)

Sistem flat pyramid menurut Bompa (1999:54) adalah “the flat pyramid

represents the best loading pattern for achieving maximum MxS benefits”. Maksudnya adalah latihan tersebut merupakan latihan yang terbaik untuk

mencapai manfaat maksimal MxS. Dengan pola dimulai dengan pemanasan 60

persen, diikuti dengan 80 persen dalam awal latihan, kemudian menstabilkan

beban pada 90 persen untuk seluruh latihan dan jika ingin menambahkan variasi

pada akhir latihan beban dapat direndahkan.Teori tersebut pendapat dari Bompa

(1989:54) mengatakan :

This type of loading pattern starts with a warm-up lift of, say, 60 percent, followed by an intermediary set at 80 percent, then stabilizing the load at 90 percent for the entire workout. If the instructor wishes to add variety at the end of training, a set of lower load may be used.

Dari kedua sistem latihan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk

meningkatkan strength atau kekuatan. Namun apakah dari kedua sistem ini

terdapat peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal

dan apakah juga dapat meningkatkan massa otot.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

perbandingan latihan sistem skewed pyramid dan flat pyramid terhadap

peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. Untuk membatasi permasalahan

dalam penelitian ini, penulis merumuskan dalam enam pertanyaan:

1. Apakah penerapan sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh

(15)

5

2. Apakah penerapan sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan massa otot?

3. Apakah penerapan sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal?

4. Apakah penerapan sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan massa otot?

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem latihan skewed

pyramid dengan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal?

6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem latihan skewed

pyramid dengan flat pyramid terhadap peningkatan massa otot?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul dan masalah penelitian yang penulis tetapkan, maka

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan skewed pyramid

terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan skewed pyramid

terhadap peningkatan massa otot.

3. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan flat pyramid

terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

4. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan flat pyramid

terhadap peningkatan massa otot.

5. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara penerapan sistem latihan

skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

6. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara penerapan sistem latihan

skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

D. Manfaat Penelitian

Setelah diketahui hasil dari penelitian, maka yang penulis harapkan adalah

(16)

6

1. Secara teoritis dapat dijadikan sembangan informasi dan keilmuan bagi dunia

kepelatihan terutama bagi atlet, pelatih, dan organisasi, tentang kegunaan

latihan sistem skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan

kekuatan maksimal dan massa otot. Dengan demikian dapat dimanfaatkan

dalam rangka pemberian variasi latihan untuk program peningkatan kekuatan

maksimal dan massa otot.

2. Diharapkan dapat membangkitkan perhatian pihak-pihak yang berkaitan

dengan perkembangan dunia olahraga yaitu para pakar, dan guru olahraga.

3. Menjadi bahan masukan bagi yang akan melakukan penelitian terutama

dibidang olahraga yang permasalahannya ada hubungan dengan penelitian ini.

E. Batasan Penelitian

Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, pembatasan ruang

lingkup permasalahan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar

masalah yang diteliti lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Penelitian ini difokuskan pada dua macam sistem latihan, yaitu sistem latihan

skewed pyramid dan sistem latihan flat pyramid. Kemudian diteliti

pengaruhnya terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPI Bandung, yang

mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Dayung yang telah menyetujui

penelitian ini. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa UPI yang mengikuti

UKM dayung dengan teknik purposive sampling sebanyak 10 orang.

3. Alat Ukur adalah Bench Press dan Squat dengan metode 1 RM untuk

mengukur kekuatan maksimal, sedangkan untuk mengukur massa otot

menggunakan alat skinfolds dengan metode anthropometric measures of girth

and skinfolds.

4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sistem skewed pyramid dan sistem

flat pyramid.

5. Variable yang terikat dalam penelitian ini adalah kekuatan maksimal dan

(17)

7

F. Asumsi Dasar

Penulis mengadakan penelitian ini dengan anggapan dasar, karena dengan

anggapan dasar seorang penulis memiliki landasan dan keyakinan dalam

menetapkan dan melaksanakan kegiatannya. Dalam penelitian ini, asumsi yang

dijadikan landasan untuk menetapkan suatu hipotesis adalah sebagai berikut:

Di dalam penelitian ini penulis dapat mengambil beberapa ketentuan sebagai

bahan acuan untuk menentukan asumsi dasar apa yang penulis ambil dari masalah

tentang perbandingan latihan skewed pyramid dan flat pyramid terhadap

peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot.

Alasan penulis meneliti masalah ini, didasari oleh anggapan dasar sebagai

berikut:

1. Latihan piramida merupakan suatu konsep pengembangan untuk membantu

atlet mencapai prestasi.

2. Pada latihan skewed pyramid yang dimana dilakukan dengan peningkatan

beban secara konstan dan linier kecuali pada saat terakhir diturunkan

sebagai variasi karena dimana atlet akan diminta untuk melakukan lift

secepat yang mereka bisa. Hal ini dijelaskan oleh Bompa (1999:54) sebagai

berikut: “… as only one set is performed and the number of repetitions is low

(4 to 6), exhaustion will not be experienced, so the single set will not trigger

gains in hypertrophy”. Maksud dari kutipan tersebut adalah karena hanya satu set yang dilakukan dan jumlah pengulangan rendah (4 sampai 6),

kelelahan tidak akan dialami, sehingga set tunggal tidak akan memicu

kenaikan hypertrophy.

3. Pada latihan flat pyramid yang dimana dilakukan dengan diawali dengan

pemanasan dengan beban 60 persen, diikuti dengan perantaranya 80 persen,

kemudian menstabilkan beban pada 90 persen untuk seluruh latihan dan jika

ingin menambahkan variasi pada akhir latihan beban dapat direndahkan.

Dalam Bompa (1999:54) mengatakan: ”The physiological advantage of the

flat pyramid is that by using a load of only one intensity level, the best

neuromuscular adaptation for MxS is achieved without “confusing” the

(18)

8

secara fisiologis dari flat pyramid bahwa dengan menggunakan beban yang

hanya satu tingkat intensitasnya, adaptasi neuromuscular terbaik untuk MxS

(maxsimum strength) dapat dicapai tanpa membuat bingung dengan

menggunakan intensitas yang beraneka ragam.

Dari uraian diatas, maka penulis beranggapan bahwa dengan menggunakan

kedua latihan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan

maksimal dan massa otot.

G. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis yang dikemukakan oleh

Fathoni (2005:20) sebagai berikut “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipoteis yang diajukan penulis adalah

sebagai berikut:

1. Dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

2. Dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan massa otot.

3. Dari penerapan sistem latihan flat pyramid terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

4. Dari penerapan sistem latihan flat pyramid terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan massa otot.

5. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sistem latihan skewed

pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

6. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sistem latihan skewed

(19)

9

H. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam skripsi yang penulis buat berisikan urutan penulisan

dari setiap bab dan bagian bab, mulai bab pertama sampai terakhir. Rinciannya

yaitu:

Bab I berisikan uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari

skripsi. Pendahuluan berisikan latar belakang penelitian, masalah penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, asumsi dasar, hipotesis,

dan struktur organisasi skripsi.

Bab II berisikan uraian tentang tinjauan teori yang menjadi landasan teoritis

dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan teori berisikan hakekat olahraga dayung di

Indonesia, hakekat kondisi fisik, kekuatan, weight training, hakekat otot, sistem

latihan skewed pyramid dan sistem latihan flat pyramid.

Bab III berisikan penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian,

termasuk beberapa komponen lain, yaitu : lokasi dan subjek penelitian, desain

penelitian, definisi operasional, prosedur dan teknik pengumpulan data,

sistematika pelaksanaan dan program latihan, dan prosedur pengolahan data.

Bab IV merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua

hal utama, yaitu: Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan

pembahasn atau analisis temuan.

Bab V merupakan bab kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan

(20)

27

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

a. Lokasi

Lokasi merupakan prasarana yang menunjang terlaksananya penelitian ini

dengan lancar. Maka dengan itu penulis memilih lokasi di Lab Kebugaran

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, yang penulis anggap sangat

menunjang dan juga dekat dengan tempat dimana penulis dan sampel menetap.

b. Populasi

Populasi merupakan kumpulan individu yang memiliki sifat-sifat umum. Dari

populasi dapat diambil data-data yang diperlukan untuk memecahkan suatu

permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Menurut Arikunto (2010:173)

“populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Fathoni (2005:103) mengatakan bahwa “populasi ialah keseluruhan unit elementer yang

parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan

terhadap sampel penelitian”.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka ditetapkan populasi dalam penelitian

ini adalah mahasiswa UPI Bandung yang mengikuti UKM (unit Kegiatan

Mahasiswa) Dayung.

c. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber data.

Menurut Fathoni (2005:101) menyatakan bahwa: “Sampel artinya contoh terpilih

untuk dihadapi sebagai objek sasaran penelitian yang hasil atau kesimpulannya

dapat mewakili seluruh populasi sasaran representative”. Sedangkan menurut

Arikunto (2010:174) menyatakan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti”.

Dalam penelitian ini penulis mempergunakan teknik purposive sampling

(21)

28

“sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan

atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Adapun prosedur pengambilan sampelnya dilakukan dengan langsung memilih

Mahasiswa UPI yang masih aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Dayung dan mereka tergabung dalam nomor cabang rowing sebanyak 10 orang.

Untuk menentukan kelompok yang akan diberikan latihan sistem skewed pyramid

dan flat pyramid. Terlebih dahulu dilakukan tes awal, setelah diperoleh data,

kemudian dilakukan ranking untuk membagi dua kelompok dengan menggunakan

teknik mencocokkan (Matching). Dengan tujuan membentuk sampel yang lebih

homogen secara kualitas dan kuantitas. Seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Pengelompokkan Sampel Menggunakan Teknik Mencocokkan (Matching)

Kelompok A (Skewed Pyramid) Kelompok B (Flat Pyramid)

1 2

Desain penelitian merupakan suatu rancangan penelitian yang diperlukan.

Desain Penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Kelompok A : Latihan menggunakan sistem skewed pyramid

Kelompok B : Latihan menggunakan sistem flat pyramid

(22)

29

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan populasi.

2. Memilih dan menetapkan sampel.

3. Mengadakan pengukuran massa otot awal.

4. Mengadakan tes awal.

5. Membagi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B.

6. Melaksanakan latihan.

7. Melakukan pengukuran akhir massa otot.

8. Melakukan tes akhir.

9. Mengolah data.

10.Melakukan pengujian hipotesis/analisis data

11.Mengambil kesimpulan.

Langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh digambarkan dalam bagan

sebagai berikut:

Menggunakan purposive sampling

Menggunakan matching Menggunakan matching

Gambar 3.1 Gambar Bagan Desain Penelitian

Populasi

Sampel

Pengukuran Awal Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds

Tes Awal 1 RM

Sampel A Sampel B

Skewed Pyramid Flat Pyramid

Pengukuran Akhir Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds

Tes Akhir1 RM

Pengolahan Data

Analisis Data

(23)

30

C. Metode Penelitian

Dalam proses penelitian hendaknya dibutuhkan suatu metode penelitian yang

tepat dan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Metode penelitian

harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk

kepentingan perolehan dan analisis data. Adapun metode yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen, Fathoni (2005:99) mengungkapkan

bahwa: “Eksperimen artinya percobaan. Metode eksperimen berarti metode

percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel

yang lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan”.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode

eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk

menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Cukup jelas bahwa

metode eksperimen menekankan adanya akibat dari suatu variabel. Adapun yang

dimaksud variabel dari penelitian ini yaitu terdiri dari variabel bebas (independent

variabel), yaitu bentuk latihan sistem skewed pyramid dan bentuk latihan flat

pyramid, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) yaitu peningkatan

kekuatan dan peningkatan massa otot.

D. Definisi Oprasional

Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda, sehingga bisa

menimbulkan suatu kekeliruan dan kesalahan pengertian penafsiran istilah-istilah

dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis menjelaskan istilah-istilah sebagai

berikut:

1. Latihan adalah “proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang

dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah

beban latihan atau pekerjaannya” (Harsono, 1988:101).

2. Weight training adalah “latihan-latihan yang sistematis di mana beban hanya

dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai

(24)

31

3. Kekuatan Maksimal adalah “mengacu kepada kemampuan untuk mengangkat

suatu beban (100%) yang hanya bisa diangkat dalam satu kali angkatan (1

RM)” (Harsono, 2001:27)

4. Dalam kamus bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional, (2008) “Piramida adalah 1bangunan dari batu, berbentuk limas

tempat menyimpan mumi raja-raja Mesir dahulu; 2bentuk yang menyerupai

segitiga sama kaki dengan sudut terbentuk oleh dua kaki itu berada di atas;

limas”. Sedangkan dalam dunia olahraga sistem Piramida adalah suatu konsep pengembangan menyeluruh untuk membantu mencapai prestasi atlet ke arah

spesialisi. (Dikdik, 2008:35) mengatakan “sistem piramida adalah bentuk

latihan yang dimulai dari intensitas rendah dengan banyak repetisi dan diakhiri

dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi”.

5. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the skewed pyramidis proposed as an

improved variant of the double pyramid. The load is constanly increased

throughout the session, except during the last set, when it is lowered

(80-85-90-95-80 percent)”.

6. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the flat pyramid represents the best

loading pattern for achieving maximum MxS benefits.this type of loading

pattern starts with a warm-up lift of, say, 60 percent, followed by an

intermediary set at 80 percent, then stabilizing the load at 90 percent for the

entire workout. If the instructor wishes to add variety at the end of training, a

set of lower load may be used”.

E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

a. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis melakukan 4 tahap, yaitu:

1. Tahap pertama mengukur massa otot awal subjek penelitian sebelum

diberikan perlakuan penelitian. Adapun yang diukurnya itu adalah massa otot

dengan menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds.

2. Tahap kedua adapun kemampuan yang diukur dalam penelitian ini adalah

(25)

32

dan penentuan model latihan untuk kelompok A dan B menggunakan

purposive sampling yang memiliki tujuan agar sampel homogen dengan

merangking data hasil tes.

3. Tahap ketiga mengukur massa otot sebjek penelitian setelah diberikan

perlakuan penelitian, yaitu pengukuran anthropometric measures of girth and

skinfolds.

4. Tahap keempat mengukur kemampuan subjek penelitian setelah diberikan

perlakuan penelitian, dengan mengukur kekuatan maksimal subjek penelitian

menggunakan metode 1 RM.

b. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dilakuakn penulis dalam penelitian ini adalah

menggunakan eksperimen yang terdiri dari:

1. Pengukuran Awal dan Tes Awal (Pre-Test)

a. Pengukuran Awal

Sebelum pengukuran awal dilaksanakan, terlebih dahulu penulis

mempersiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan

pengukuran berjalan dengan lancar. Pengukuran dilaksanakan pada hari senin

tanggal 23 September 2013, pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai

sistematika pelaksanaan pengukuran awal, penulis memberikan penjelasan secara

detail terhadap subjek penelitian tentang petunjuk pelaksanaan pengukuran awal

menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds. Menurut

(Martin et al, 1990) mengenai Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds,

sebagai berikut:

Aim: to calculate body muscle mass using the simply attained girth and skinfold measurements.

Equipment required: skinfold calipers, girth measurement tape measure, marker pen, calculator.

(26)

33

Results: The equations to use is as follows, where: H = height, FG = forearm girth, CG = calf girth, CCG = corrected calf girth, TG = mid-thigh girth, CTG = corrected mid-thigh girth.

CTG = TG - π(mid-thigh skinfold/10) CCG = CG - π(calf skinfold/10)

Muscle mass (g) = H(0.0553CTG² + 0.0987FG² + 0.0331CCG²) - 2445 Advantages: This calculation of muscle mass requires equipment that is available in most gyms, compared to many other muscle mass assessment techniques that require expensive and had to find equipment.

Maksud kutipan diatas adalah tujuannya untuk menghitung massa otot tubuh

menggunakan ketebalan hanya dicapai dengan pengukuran lipatan kulit. Peralatan

yang dibutuhkan: skinfold calipers, lingkar pengukuran meteran, spidol,

kalkulator dan alat tulis.

Dengan prosedurnya rumus untuk menghitung massa otot membutuhkan

enam pengukuran antropometri. Ikuti langkah-langkah untuk prosedur rinci untuk

mencatat setiap pengukuran ini. Tinggi dan girths diukur dalam cm, lipatan kulit

di mm. Lihat prosedur untuk tinggi, pertengahan paha lingkar, betis lingkar,

lengan lingkar, pertengahan paha dan betis lipatan kulit lipatan kulit. Pengukuran

ketebalan termasuk lemak subkuat, yang dikoreksi untuk menggunakan

langkah-langkah ketat.

Hasil: Persamaan untuk digunakan adalah sebagai berikut, di mana: H =

tinggi, FG = lengan lingkar, CG = betis lingkar, CCG = dikoreksi betis lingkar,

TG = pertengahan paha lingkar, CTG = dikoreksi ketebalan pertengahan paha.

CTG = TG - π (pertengahan paha skinfold/10)

CCG = CG - π (betis skinfold/10)

Massa otot (g) = H (0.0553CTG ² + 0.0987FG ² + 0.0331CCG ²) – 2445

Keuntungan dari metode ini adalah perhitungan massa otot memerlukan

peralatan yang tersedia di sebagian besar gedung dan tidak mengeluarkan biaya

yang besar, dibandingkan dengan banyak teknik penilaian massa otot lain yang

memerlukan biaya mahal dan harus menemukan peralatan yang jarang dimiliki

oleh suatu organisasi.

Petunjuk pelaksanaan pengukuran massa otot tersebut adalah seperti yang

(27)

34

 Mengukur tinggi badan subjek penelitian menggunakan meteran dalam

satuan cm.

 Mengukur lipatan kulit pada pertengahan lingkaran paha dan betis dengan

menggunakan skinfold calipers

 Mengukur lingkaran betis, lingkaran paha dan lingkaran lengan dengan

menggunakan meteran

b. Tes Awal (Pre-Test)

Sebelum tes awal dilaksanakan, terlebih dahulu penulis mempersiapkan dan

mengecek semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan tes berjalan

dengan lancar. tes dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 September 2013, pukul

16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai sistematika pelaksanaan tes awal,

penulis memberikan penjelasan secara detail terhadap subjek penelitian tentang

petunjuk pelaksanaan tes. Kemudian sebelum tes dilakukan seluruh subjek

penelitian untuk melakuakn pemanasan.

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tes 1 RM adalah sebagai

berikut: a) alat tulis, b) alat beban (Squat dan Bench Press), c) calculator.

Adapun prediksi tes 1 RM menurut Sidik (2008:34) yang digambarkan

dengan piramida di bawah ini:

Gambar 3.2

Hubungan antara Intensitas Latihan – Jumlah Ulangan (Repetisi) Set Latihan dan

(28)

35

100% = 100 x 1RM

95

Rumus yang digunakan untuk menentukan 1RM menurut gambar 3.2 yaitu:

100 x berat beban = 1RM => 95%

berapa%(melihat jumlah rep)

2. Proses Latihan

Pelaksanaan eksperimen berlangsung selama 6 minggu. Dalam 1 minggu

dilakukan 3 kali latihan, sehingga jumlah latihannya sebanyak 18 kali. Lamanya

eksperimen tersebut, ditentukan atas pertimbangan jarak waktu yang memadai

untuk dapat mengukur pengaruh suatu latihan. Pelaksanaan latihan ini

berpedoman pada pendapat Harsono (1988:194) menyatakan bahwa: “weight

training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu

hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan

mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut”.

3. Pengukuran Akhir dan Tes Akhir (Post-Test)

a. Pengukuran Akhir

Setelah massa latihan berakhir, maka dilaksanakan pengukuran massa otot

akhir yang bertujuan untuk memperoleh data yang akan dibandingkan hasilnya

dengan data pengukuran awal, sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh dari

latihan yang telah diberikan. Prosedur pelaksanaan pengukuran akhir ini sama

pada prinsipnya dengan pelaksanaan pengukuran awal, pelaksanaan pengukuran

akhir dilaksanakan pada hari rabu tanggal 6 november 2013, pukul 16.00 sampai

dengan selesai.

b. Tes Akhir (Post-Test)

Pelaksanaan tes akhir dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 november

2013, pukul 16.00 sampai dengan selesai. Dimana tes akhir ini dilaksanakan

setelah masa latihan berakhir. Tujuan dari tes akhir yaitu sebagai upaya untuk

(29)

36

tes akhir ini dibandingkan hasilnya dengan tes awal. Dalam pelaksanaan tes akhir

menggunakan prosedur yang sama dengan pelaksanaan tes awal.

F. Sistematika Pelaksanaan dan Program Latihan

a. Sistematika Pelaksanaan Latihan

Dalam pelaksanaan latihan terdiri dari tiga kegiatan, antara lain:

1. Warming-up (pemanasan)

Sebelum memasuki latihan inti, subyek diintruksikan untuk melakukan

pemanasan, yaitu melakukan peregangan statis, jogging dan peregangan dinamis

yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Latihan

pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis, jogging dan dinamis.

Peregangan statis yaitu meregangkan seluruh anggota tubuh secara sistematis

yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai kaki. Sedangkan peregangan

dinamis yaitu suatu bentuk latihan yang meliputi gerakan memantul-mantulkan

anggota tubuh secara berulang-ulang. Penekanan yang diberikan pada seluruh

anggota tubuh karena untuk mempersiapkan tubuh menerima beban latihan yang

akan diberikan.

2. Latihan inti

Sebelum melasanakan latihan inti subjek diukur denyut nadinya untuk

memastikan bahwa ia siap melakukan latihan. Setelah mengetahui denyut nadi

subjek berada pada kondisi latihan yaitu denyut nadinya telah berada pada daerah

latihan, maka latihan dimulai. Mengenai pelaksanaan dapat dilihat pada program

latihan yang terdapat pada lampiran.

3. Cooling-down (penenangan)

Setelah melaksanakan latihan inti, subjek melakukan pendinginan dengan

melakukan pendinginan secara PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation)

yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Pendinginan

metode PNF, yaitu subjek melakukan gerakan pendinginan dengan dibantu oleh

orang lain saat kontraksi dan relaksasi. Cara melakukannya adalah subjek

(30)

37

beberapa saat ( bisa 6, 8, atau n hitungan), kjemudian dilanjutkan dengan

gerakkan reklaksasi (orang yang membantu mendorong ke arah yang berlawanan

saat kontraksi) dan ditahan beberapa saat ( bisa 8, 10, 12, 15, atau n hitungan)

tergantung kebutuhan dari peregangan yang disesuaikan dengan waktu yang

tersedia.

b. Sarana dan Prasarana Latihan

Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai

makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Sarana olahraga yang digunakan adalah alat weight training, yaitu :

1. Bench Press

bentuk latihan yang akan digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini

yaitu:

1) Bench Press

a. Bentuk Latihan : Bench Press

b. Tujuan : untuk mengetahui kekuatan otot

c. Otot yang terlatih : triceps brachii, pectoralis mayor, deltoideus anterior part,

serratus anterior, coracobrachialis.

Pelaksanaan :

 Subjek tidur terlentang dengan posisi kaki lurus atau di tekuk,

 Tangan memegang besi dengan jarak pegangan selebar pundak, angkat bar dari

penahan, dorong kesisi siku lurus di atas dada.

 Tarik nafas, pergelangan tangan lurus dan tepat di atas siku, bar

(31)

38

 Dorong bar ke atas secara terkendali, kedua siku melurus teratur dan kedua pergelangan

tangan langsung di atas siku. Keluarkan nafas.

 Ulangi gerakan di atas,bila selesai, bar dibawa oleh penahan jaga

Gambar 3.2

(32)

39

2) Squat

a. Bentuk Latihan : Squat

b. Tujuan : untuk mengetahui kekuatan otot

c. Otot yang terlatih :Gluteus maximus ,Gluteus medius, M. Quadricepas

Femoris.

Gambar 3.3

Squat dalam Strength Training Anatomy (Frederic Delavier, 80)

Pelaksanaan :

Overhand grip, kedua tangan sedikit lebih lebar daripada pundak; bar diletakkan di

atas pundak di dasar leher;

(33)

40

 Jongkok pelan-pelan sampai bagian paha sejajar lantai (sudut lutut maks30o) tarik

nafas saat bergerak ke bawah.

Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Prasarana

olahraga yang digunakan adalah Lab Kebugaran FPOK.

G. Prosedur Pengolahan Data

Data variabel yang diperoleh dari hasil pengukuran awal dan pengukuran

akhir massa otot dengan menggunakan anthropometric measures of girth and

skinfolds, serta hasil tes awal dan tes akhir melalui tes 1 RM. Merupakan data

yang diambil untuk diolah melalui analisis statistik. Sesuai dengan taraf nyata dan

hasil pengolahan data analisis melalui penghitungan statistika akan diperoleh

jawaban mengenai hipotesis yang diajukan, sehingga akan dapat menjawab

pernyataan-pernyataan yang telah diajukan dalam masalah penelitian.

Langkah-langkah pengolahan data yang peneliti tempuh disesuaikan dengan

rumus-rumus yang digunakan dalam statistika, yaitu sebagai berikut:

1. Menghitung data hasil pengukuran dan tes

2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus:

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari

 = jumlah dari

X = nilai data mentah

n = jumlah sampel

3. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data, dengan menggunakan

(34)

41

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari

 = jumlah dari

Xi = nilai data mentah

= nilai rata-rata

n = jumlah sampel

4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:

Kriteria pengujian: tolak Ho hanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari

distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 =

(n2– 1). Kedua kelompok homogen Fhitung< Ftabel.

5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …,

Zn dengan menggunakan rumus:

( dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok

butir tes).

b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

(35)

42

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo

ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji

liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05).

Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis

nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari

data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam

hal lain hipotesis nol diterima”.

6. Menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan analisis varians dua

jalan dan uji lanjut.

a. Perhitungan analisis varians dua jalan

 Jumlah kuadrat total (SSt)

Dengan rumus :

 Jumlah kuadrat variabel A (SSc) antar kolom

Dengan rumus :

 Jumlah kuadrat variabel B (SSr) antar baris

Dengan rumus :

 Jumlah kuadrat antar sel (SSb)

(36)

43

 Jumlah kuadrat interaksi A dan B (SSc x r)

Dengan rumus :

SSx c r = SSb - SSc - SSt

 Jumlah kuadrat dalam (SSe)

Dengan Rumus :

SSe = SSt– SSc– SSr– SSc x r

b. Perhitungan Uji lanjut menggunakan Uji Tuckey

(37)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pengolahan dan analisis data, penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

2. Sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan massa otot.

3. Sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kekuatan maksimal,

4. Sistem latihan flat pyramid tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan massa otot.

5. Perbandingan sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan

maksimal.

6. Perbandingan sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan massa otot.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan sesudah melaksanakan penelitian

berdasarkan hasilnya, yaitu:

Pelatih atau Pembina olahraga penulis menyarankan kedua sistem latihan

sebagai varian atau pilihan, untuk menggunakan kedua sistem latihan skewed

pyramid dan flat pyramid, karena dilihat dari hasil penelitian ini telah terbukti

kedua sistem latihan ini dapat meningkatkan kekuatan maksimal. Sedangkan

untuk meningkatkan massa otot disarankan untuk menggunakan sistem skewed

pyramid. Bagi Pembaca dan pemerhati olahraga, atau pun mahasiswa jurursan

olahraga yang akan melakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut dengan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Bompa. (1999). Periodization: Theory and Methodology of Training 4th edition.

York University: Human Kinetics.

Bompa. (1999). Periodization Training for Sports: Programmes for Peak Strength

in 35 sports. Human Kinetics Europe Ltd.

Bompa. (1999). Periodization Training for Sports.York University: Human

Kinetics.

Delavier, Frederic (…). Strength Training Anatomy. Human Kinetics.

Dikdik. (2008). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan).UPI Bandung.

Fathoni, Abdurrahman. (2005). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan

Skripsi. Garut: PT RINEKA CIPTA.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching.

Bandung, CV.Tambak Kusuma.

Harsono. (2001), Latihan Kondisi Fisik. FPOK Bandung.

Http://id.m.wikipedia.org/wiki/otot [Agustus 24, 2013]

Http://www.sikkahoderblog.com [Agustus 24, 2013]

Martin, A.D., Spenst, L.F., Drinkwater, D.T. and Clarys, J.P. (1990) Anthropometric estimation of muscle mass in men. Medicine and Science in Sports and Exercise, 22, 729-733. [Online]. Available at:

http://www.topendsports.com/testing/tests/muscle-mass-calculation.htm

[Agustus 24, 2013]

Nurhasan. (1999). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

(39)

Sri, E. L dan Kistinnah, I. (2010). Biologi: Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Stiadi. (2007). Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.UPI

Bandung.

Whyte, Gregory. (2006). The Physiology of Training. Churchill Livingstone

Elsevier.

Yusup, Ucup. et al. (2008). Modul Anatomi Manusia. Bandung: Fakultas

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

Gambar

Gambar 1.1 Skema Pembentukan Otot dan Kekuatan  ......................................
gambar 1.1 Dikdik
Gambar 1.2 Pola Latihan Beban Menggunakan Sistem Skewed Pyramid (Bompa,1993a)
Gambar 1.3 Pola Latihan Menggunakan Sistem Flat pyramid (Bompa, 1993a)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Perencanaan dan Perancangan Penampilan dan Tata Ruang Pusat Perbelanjaan di Yogyakarta .... Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keterlibatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe dan kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga serta motivasi

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Penerbita PT. BF.Sihombing, Evolusi Kebijakan Pertanahan Dalam Hukum Tanah Indonesia, PT. Toko Gunung Agung Tbk, Jakarta 2008.

IMPLEMENTASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN TERHADAP POLA GERAK DOMINAN PADA PEMBELAJARAN SENAM.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

CHAPTER FOUR: DATA ANALYSIS AND DISCUSSIONS 4.1 The Activities to Develop Teacher Professionalism

[r]

The open ended questions were employed to explore the first research question concerning the activities conducted by the participants in TPD and the

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 yat (3) Undang­ Undang Nomor 7