PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID DAN FLAT
PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL DAN
MASSA OTOT
SKRIPSI
Diajukan Guna memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh:
GILANG RAMADHAN 0900003
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Perbandingan Latihan Sistem Skewed Pyramid dan
Flat Pyramid Terhadap Peningkatan Kekuatan
Maksimal dan Massa Otot
Oleh Gilang Ramadhan
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Gilang Ramadhan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : GILANG RAMADHAN
NIM : 0900003
JUDUL :PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID
DAN FLAT PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN
KEKUATAN MAKSIMAL DAN MASSA OTOT.
Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Drs. H. Dede Rohmat N, M.Pd. Nip.196312091988031001
Pembimbing II
Ira Purnamasari, M.Pd. Nip.198107072008122002
Mengetahui, Ketua
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI
ABSTRAK
PERBANDINGAN LATIHAN SISTEM SKEWED PYRAMID DAN FLAT
PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL DAN
MASSA OTOT
Gilang Ramadhan 0900003
Pembimbing I : Drs. H. Dede Rohmat N, M.Pd.
Pembimbing II : Ira Purnamasari, M.Pd.
Kekuatan merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai prestasi,
meskipun banyak aktivitas olahraga lebih membutuhkan SAQ (Speed, Agility, dan
Quickness), keseimbangan, dan yang lainnya. Tetapi faktor tersebut harus dikombinasikan dengan kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Oleh karena kekuatan merupakan komponen fisik mendasar yang sangat diperlukan dalam pertandingan maupun perlombaan. Penelitian ini penulis mengkaji tentang sistem latihan yang dapat meningkatkan kekuatan maksimal dan massa otot, antara sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebermaknaan pengaruh latihan
skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPI yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Dayung, sedangkan sampel yang terdiri dari 10 orang mahasiswa FPOK yang mengikuti UKM Dayung dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang terbagi kedalam dua kelompok, yaitu; kelompok latihan sistem skewed pyramid dan kelompok latihan sistem flat pyramid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Setelah melaksanakan latihan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu diperoleh hasil yaitu: pengaruh kedua sistem latihan terhadap kekuatan
maksimal, dan pengaruh sistem latihan skewed pyramid terhadap massa otot
mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan pengaruh sistem latihan flat pyramid terhadap massa otot, dan perbandingan antara kedua sistem latihan terhadap kekutan maksimal dan massa otot tidak memberikan perbedaan yang signifikan.
Penulis merekomendasikan agar latihan sistem skewed pyramid dan flat
COMPARISON BETWEEN SYSTEM SKEWED PYRAMID EXERCISE AND FLAT PYRAMID TO MAXIMUM STRENGTH AND MUSCLE
MASS
ABSTRACT
Gilang Ramadhan 0900003
Guide I : Drs. H. Dede Rohmat N, M.Pd.
Guide II : Ira Purnamasari, M.Pd.
Strength is a very important factor in achieving the feat , although many more sports activities require SAQ (Speed, Agility, and Quickness ), balance, and others. But these factors have combined to force in order to obtain good results. Because strength is a fundamental physical components that are needed in the Activity Unit ( UKM ) Rowing, while a sample of 10 students who followed the Rowing FPOK using purposive sampling technique, which is divided into two groups, namely, group exercises and a system skewed pyramid group exercise flat pyramid system . The method used in this study is the experimental method.
After carrying out the exercise for 6 weeks with a frequency of 3 times per week obtained the results as follows: The second influence on maximal strength training systems, and training systems are skewed pyramid effect against muscle mass increased significantly. While the effect of a flat pyramid training system to muscle mass, and a comparison between the two systems to maximal strength exercise and muscle mass was not a significant difference.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Masalah Penelitian ... 4
H. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II TINJAUAN TEORI ... 10
A. Hakekat Olahraga Dayung di Indonesia ... 10
B. Hakekat Kondisi Fisik ... 11
C. Kekuatan/Strength ... 14
D. Weight Training ... 18
E. Hakikat Otot ... 19
F. Sistem Latihan Skewed Pyramid ... 24
G. Sistem Latihan Flat Pyramid ... 26
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 27
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 27
b. Populasi ... 27
c. Sampel ... 27
B. Desain Penelitian ... 28
C. Metode Penelitian ... 30
D. Definisi Oprasional ... 30
E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data ... 31
a. Prosedur Pengumpulan Data ... 31
b. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Sistematika Pelaksanaan dan Program Latihan ... 36
G. Prosedur Pengolahan Data ... 40
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 44
A. Hasil Pengolahan Data ... 44
1. Pengolahan Data Mengenai Kekuatan ... 44
2. Pengolahan Data Mengenai Massa Otot ... 48
B. Analisis dan Pengolahan Data ... 52
C. Diskusi Penemuan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cabang-Cabang Olahraga Dayung dalam Naungan PODSI ... 10
Tabel 3.1 Rangking tes awal untuk menentukan kelompok ... 28
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan , S2, S dari Kelompok A dan B ... 44
Tabel 4.2 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok A dan B ... 45
Tabel 4.3 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok A dan B ... 45
Tabel 4.4 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Beda Kelompok A dan B .... 46
Tabel 4.5 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Awal Kelompok A dan B .. 47
Tabel 4.6 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok A dan B . 47 Tabel 4.7 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Beda Kelompok A dan B ... 47
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan , S2, S dari Kelompok A dan B ... 48
Tabel 4.9 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok A dan B ... 49
Tabel 4.10 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok A dan B ... 49
Tabel 4.11 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Beda Kelompok A dan B .... 50
Tabel 4.12 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Awal Kelompok A dan B .. 51
Tabel 4.13 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok A dan B. 51 Tabel 4.14 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Beda Kelompok A dan B ... 51
Tabel 4.15 Data Statistika Analisis Varians Dua Jalan ... 52
Tabel 4.16 Hasil Analisis Varians Dua Jalan ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Pembentukan Otot dan Kekuatan ... 2
Gambar 1.2 Pola Latihan Beban Sistem Skewed Pyramid ... 3
Gambar 1.3 Pola Latihan Beban Sistem Flat Pyramid ... 4
Gambar 2.1 Komponen Fisik Olahraga Dayung ... 13
Gambar 2.2 Jenis-Jenis Otot ... 21
Gambar 2.3 Proses Pembentukan ATP ... 23
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian ... 29
Gambar 3.2 Bench Press ... 38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Tes ... 61
Lampiran 2 Program Latihan Sistem Skewed Pyramid ... 62
Lampiran 3 Program Latihan Sistem flat Pyramid ... 65
Lampiran 4 Data Pengukuran Massa Otot ... 68
Lampiran 5 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok A (Kekuatan) ... 70
Lampiran 6 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok B (Kekuatan) ... 72
Lampiran 7 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok A (Massa Otot) ... 74
Lampiran 8 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok B (Massa Otot) ... 76
Lampiran 9 Penghitungan Uji Homogenitas ... 78
Lampiran 10 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Awal dan Pengukuran Awal Kelompok A ... 82
Lampiran 11 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Awal dan Pengukuran Awal Kelompok B ... 84
Lampiran 12 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Akhir dan Pengukuran Akhir Kelompok A ... 86
Lampiran 13 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Akhir dan Pengukuran Akhir Kelompok B ... 88
Lampiran 14 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Selisih Kelompok A ... 90
Lampiran 15 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Selisih Kelompok B ... 92
Lampiran 16 Perhitungan Analisis Varians Dua Jalan dan Uji Lanjutan ... 94
Lampiran 17 Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors ... 102
Lampiran 18 Nilai Z ... 103
Lampiran 19 Nilai Distribusi t ... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dan peningkatan prestasi dalam setiap cabang olahraga
merupakan sesuatu hal yang selalu diperbincangkan dan dipermasalahkan
sepanjang hidup manusia, bahkan selama olahraga itu dikenal sebagai kebutuhan
hidup. Peningkatan prestasi olahraga bersifat dinamis progresif, artinya; setiap
fase waktu selalu berubah dan cenderung meningkat seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk meningkatkan prestasi tersebut dibutuhkan
latihan. Yang dimana latihan menurut Harsono (1988:101) bahwa: “Latihan
adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara
berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya”.
Dalam suatu pembinaan olahraga prestasi, pembinaan kondisi fisik sangatlah
diperhatikan. Dikarenakan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting
dalam program latihan. Hal tersebut diungkapkan oleh Harsono (2001:4) bahwa:
Latihan kondisi fisik mengacu kepada suatu program latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan progresif, dan yang tujuannya ialah untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar dengan demikian prestasi atlet semakin meningkat.
Tujuan dari pembinaannya pun untuk meningkatkan dan membantu atlet
mencapai prestasi. Untuk hal itu seorang atlet dituntut mempunyai kemampuan.
Menurut Omosegaard (1996) yang dikutip oleh Dikdik et al (2010:49)
mengatakan bahwa ‘Tecnique, tactics, physique, and psychology are all
importance areas of sport’. Maksudnya kemampuan yang harus dimiliki yaitu teknik, taktik, fisik dan psikologi, semuanya memiliki peranan penting dalam
aktifitas olahraga. Terkait dengan hal tersebut Harsono (1988:100) mengatakan
2
seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan
(d) latihan mental”.
Berdasarkan pendapat di atas, keempat aspek tersebut sangatlah penting
untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa komponen
tersebut yaitu : kekuatan (Strength), kelentukan (Flexibility), kecepatan (Speed),
dan daya tahan (Endurance).
Salah satu komponen fisik yang cukup dominan dalam olahraga dayung yaitu
strength yang pengertiannya menurut Harsono (1988:176) mengatakan “kekuatan
adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan” .
Oleh karena itu bentuk latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan
adalah latihan tahanan (resistence exercises) dimana sekarang lebih dikenal
dengan weight training. Menurut Harsono (1998:185) mengatakan bahwa “Weight
training adalah latihan-latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai
sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan
tertentu”. Pada latihan tersebut seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban. Ada 3 jenis kekuatan, yaitu kekuatan maksimal (maximal
strenght), kekuatan yang cepat (speed strenght/power), dan daya tahan kekuatan (strenght
endurance).
Dalam meningkatkan otot dan kekuatan tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan atau dengan semaunya, akan tetapi harus dilakukan dengan bertahap
dan sesuai dengan skemanya. Dalam gambar 1.1 Dikdik (2008:31)
menggambarkan skema tahapan membentuk otot dan kekuatan, yaitu:
Gambar 1.1. Skema Tahapan Membentuk Otot dan Kekuatan (Dikdik,2008)
Menurut tipe kontraksinya latihan tahanan digolongkan menjadi tiga katagori.
Seperti apa yang dikatakan Harsono (1988:179) “ latihan-latihan tahanan, menurut
Penyediaan energi
3
tipe kontraksi ototnya, dapat digolongkan dalam tiga katagori, yaitu kontraksi
isometris, kontraksi isotonis dan kombinasi dari kedua kontraksi tersebut yaitu
kontraksi isokinetis”.
Dalam latihan beban atau weight training sebagian besar peneliti melihat
bentuk latihan pembebanan yang diberikan terkadang menggunakan
prinsip-prinsip yang itu-itu saja dan tidak bervariasi, yang dapat mengakibatkan atlet
terkadang merasa bosan dengan sistem latihan seperti demikian. Untuk itu peneliti
mencoba memberikan variasi dengan menggunakan sistem pyramida pada latihan
pembebanan. Dikdik (2008:35) mengatakan bahwa“Pyramid sistem: mulai dari
intensitas rendah dengan banyak repetisi (Hypertropi) dan diakhiri dengan intensitas
tinggi dengan sedikit repetisi (KI)”.
Diantara bentuk latihan sistem piramida untuk meningkatkan kekuatan adalah
bentuk latihan skewed pyramid dan flat pyramid. Skewed pyramid menurut
Bompa (1999:54) mengatakan: “The skewed pyramid is proposed as an improved
variant of the double pyramid. The load is constanly increased throughout the
session, except during the last set, when it is lowered (80-85-90-95-80 percent)”.
Maksud dari kutipan di atas adalah latihan skewed adalah latihan diusulkan
sebagai variasi peningkatan dari latihan double pyramid. Yang dimana beban
secara konstan meningkat sepanjang sesi, kecuali pada waktu set trakhir, ketika
bebannya diturunkan (80%-85%-90%-95%-80%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
95 percent
90 percent 80 percent
85 percent
80 percent
4
90 percent 90 percent 90 percent 90 percent 90 percent
80 percent 80 percent
Warm-up 60 percent
Gambar 1.3 Pola Latihan Menggunakan Sistem Flat pyramid (Bompa, 1993a)
Sistem flat pyramid menurut Bompa (1999:54) adalah “the flat pyramid
represents the best loading pattern for achieving maximum MxS benefits”. Maksudnya adalah latihan tersebut merupakan latihan yang terbaik untuk
mencapai manfaat maksimal MxS. Dengan pola dimulai dengan pemanasan 60
persen, diikuti dengan 80 persen dalam awal latihan, kemudian menstabilkan
beban pada 90 persen untuk seluruh latihan dan jika ingin menambahkan variasi
pada akhir latihan beban dapat direndahkan.Teori tersebut pendapat dari Bompa
(1989:54) mengatakan :
This type of loading pattern starts with a warm-up lift of, say, 60 percent, followed by an intermediary set at 80 percent, then stabilizing the load at 90 percent for the entire workout. If the instructor wishes to add variety at the end of training, a set of lower load may be used.
Dari kedua sistem latihan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
meningkatkan strength atau kekuatan. Namun apakah dari kedua sistem ini
terdapat peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal
dan apakah juga dapat meningkatkan massa otot.
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
perbandingan latihan sistem skewed pyramid dan flat pyramid terhadap
peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot. Untuk membatasi permasalahan
dalam penelitian ini, penulis merumuskan dalam enam pertanyaan:
1. Apakah penerapan sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh
5
2. Apakah penerapan sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan massa otot?
3. Apakah penerapan sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal?
4. Apakah penerapan sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan massa otot?
5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem latihan skewed
pyramid dengan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal?
6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem latihan skewed
pyramid dengan flat pyramid terhadap peningkatan massa otot?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul dan masalah penelitian yang penulis tetapkan, maka
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan skewed pyramid
terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan skewed pyramid
terhadap peningkatan massa otot.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan flat pyramid
terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
4. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan sistem latihan flat pyramid
terhadap peningkatan massa otot.
5. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara penerapan sistem latihan
skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
6. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara penerapan sistem latihan
skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
D. Manfaat Penelitian
Setelah diketahui hasil dari penelitian, maka yang penulis harapkan adalah
6
1. Secara teoritis dapat dijadikan sembangan informasi dan keilmuan bagi dunia
kepelatihan terutama bagi atlet, pelatih, dan organisasi, tentang kegunaan
latihan sistem skewed pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan
kekuatan maksimal dan massa otot. Dengan demikian dapat dimanfaatkan
dalam rangka pemberian variasi latihan untuk program peningkatan kekuatan
maksimal dan massa otot.
2. Diharapkan dapat membangkitkan perhatian pihak-pihak yang berkaitan
dengan perkembangan dunia olahraga yaitu para pakar, dan guru olahraga.
3. Menjadi bahan masukan bagi yang akan melakukan penelitian terutama
dibidang olahraga yang permasalahannya ada hubungan dengan penelitian ini.
E. Batasan Penelitian
Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, pembatasan ruang
lingkup permasalahan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar
masalah yang diteliti lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian ini difokuskan pada dua macam sistem latihan, yaitu sistem latihan
skewed pyramid dan sistem latihan flat pyramid. Kemudian diteliti
pengaruhnya terhadap peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UPI Bandung, yang
mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Dayung yang telah menyetujui
penelitian ini. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa UPI yang mengikuti
UKM dayung dengan teknik purposive sampling sebanyak 10 orang.
3. Alat Ukur adalah Bench Press dan Squat dengan metode 1 RM untuk
mengukur kekuatan maksimal, sedangkan untuk mengukur massa otot
menggunakan alat skinfolds dengan metode anthropometric measures of girth
and skinfolds.
4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sistem skewed pyramid dan sistem
flat pyramid.
5. Variable yang terikat dalam penelitian ini adalah kekuatan maksimal dan
7
F. Asumsi Dasar
Penulis mengadakan penelitian ini dengan anggapan dasar, karena dengan
anggapan dasar seorang penulis memiliki landasan dan keyakinan dalam
menetapkan dan melaksanakan kegiatannya. Dalam penelitian ini, asumsi yang
dijadikan landasan untuk menetapkan suatu hipotesis adalah sebagai berikut:
Di dalam penelitian ini penulis dapat mengambil beberapa ketentuan sebagai
bahan acuan untuk menentukan asumsi dasar apa yang penulis ambil dari masalah
tentang perbandingan latihan skewed pyramid dan flat pyramid terhadap
peningkatan kekuatan maksimal dan massa otot.
Alasan penulis meneliti masalah ini, didasari oleh anggapan dasar sebagai
berikut:
1. Latihan piramida merupakan suatu konsep pengembangan untuk membantu
atlet mencapai prestasi.
2. Pada latihan skewed pyramid yang dimana dilakukan dengan peningkatan
beban secara konstan dan linier kecuali pada saat terakhir diturunkan
sebagai variasi karena dimana atlet akan diminta untuk melakukan lift
secepat yang mereka bisa. Hal ini dijelaskan oleh Bompa (1999:54) sebagai
berikut: “… as only one set is performed and the number of repetitions is low
(4 to 6), exhaustion will not be experienced, so the single set will not trigger
gains in hypertrophy”. Maksud dari kutipan tersebut adalah karena hanya satu set yang dilakukan dan jumlah pengulangan rendah (4 sampai 6),
kelelahan tidak akan dialami, sehingga set tunggal tidak akan memicu
kenaikan hypertrophy.
3. Pada latihan flat pyramid yang dimana dilakukan dengan diawali dengan
pemanasan dengan beban 60 persen, diikuti dengan perantaranya 80 persen,
kemudian menstabilkan beban pada 90 persen untuk seluruh latihan dan jika
ingin menambahkan variasi pada akhir latihan beban dapat direndahkan.
Dalam Bompa (1999:54) mengatakan: ”The physiological advantage of the
flat pyramid is that by using a load of only one intensity level, the best
neuromuscular adaptation for MxS is achieved without “confusing” the
8
secara fisiologis dari flat pyramid bahwa dengan menggunakan beban yang
hanya satu tingkat intensitasnya, adaptasi neuromuscular terbaik untuk MxS
(maxsimum strength) dapat dicapai tanpa membuat bingung dengan
menggunakan intensitas yang beraneka ragam.
Dari uraian diatas, maka penulis beranggapan bahwa dengan menggunakan
kedua latihan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan
maksimal dan massa otot.
G. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis yang dikemukakan oleh
Fathoni (2005:20) sebagai berikut “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipoteis yang diajukan penulis adalah
sebagai berikut:
1. Dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
2. Dari penerapan sistem latihan skewed pyramid terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan massa otot.
3. Dari penerapan sistem latihan flat pyramid terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
4. Dari penerapan sistem latihan flat pyramid terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan massa otot.
5. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sistem latihan skewed
pyramid dan flat pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
6. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sistem latihan skewed
9
H. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam skripsi yang penulis buat berisikan urutan penulisan
dari setiap bab dan bagian bab, mulai bab pertama sampai terakhir. Rinciannya
yaitu:
Bab I berisikan uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari
skripsi. Pendahuluan berisikan latar belakang penelitian, masalah penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, asumsi dasar, hipotesis,
dan struktur organisasi skripsi.
Bab II berisikan uraian tentang tinjauan teori yang menjadi landasan teoritis
dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan teori berisikan hakekat olahraga dayung di
Indonesia, hakekat kondisi fisik, kekuatan, weight training, hakekat otot, sistem
latihan skewed pyramid dan sistem latihan flat pyramid.
Bab III berisikan penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian,
termasuk beberapa komponen lain, yaitu : lokasi dan subjek penelitian, desain
penelitian, definisi operasional, prosedur dan teknik pengumpulan data,
sistematika pelaksanaan dan program latihan, dan prosedur pengolahan data.
Bab IV merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua
hal utama, yaitu: Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan
pembahasn atau analisis temuan.
Bab V merupakan bab kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan
27
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
a. Lokasi
Lokasi merupakan prasarana yang menunjang terlaksananya penelitian ini
dengan lancar. Maka dengan itu penulis memilih lokasi di Lab Kebugaran
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, yang penulis anggap sangat
menunjang dan juga dekat dengan tempat dimana penulis dan sampel menetap.
b. Populasi
Populasi merupakan kumpulan individu yang memiliki sifat-sifat umum. Dari
populasi dapat diambil data-data yang diperlukan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Menurut Arikunto (2010:173)
“populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Fathoni (2005:103) mengatakan bahwa “populasi ialah keseluruhan unit elementer yang
parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan
terhadap sampel penelitian”.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka ditetapkan populasi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa UPI Bandung yang mengikuti UKM (unit Kegiatan
Mahasiswa) Dayung.
c. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber data.
Menurut Fathoni (2005:101) menyatakan bahwa: “Sampel artinya contoh terpilih
untuk dihadapi sebagai objek sasaran penelitian yang hasil atau kesimpulannya
dapat mewakili seluruh populasi sasaran representative”. Sedangkan menurut
Arikunto (2010:174) menyatakan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti”.
Dalam penelitian ini penulis mempergunakan teknik purposive sampling
28
“sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan
atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Adapun prosedur pengambilan sampelnya dilakukan dengan langsung memilih
Mahasiswa UPI yang masih aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Dayung dan mereka tergabung dalam nomor cabang rowing sebanyak 10 orang.
Untuk menentukan kelompok yang akan diberikan latihan sistem skewed pyramid
dan flat pyramid. Terlebih dahulu dilakukan tes awal, setelah diperoleh data,
kemudian dilakukan ranking untuk membagi dua kelompok dengan menggunakan
teknik mencocokkan (Matching). Dengan tujuan membentuk sampel yang lebih
homogen secara kualitas dan kuantitas. Seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Pengelompokkan Sampel Menggunakan Teknik Mencocokkan (Matching)
Kelompok A (Skewed Pyramid) Kelompok B (Flat Pyramid)
1 2
Desain penelitian merupakan suatu rancangan penelitian yang diperlukan.
Desain Penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Kelompok A : Latihan menggunakan sistem skewed pyramid
Kelompok B : Latihan menggunakan sistem flat pyramid
29
Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan populasi.
2. Memilih dan menetapkan sampel.
3. Mengadakan pengukuran massa otot awal.
4. Mengadakan tes awal.
5. Membagi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B.
6. Melaksanakan latihan.
7. Melakukan pengukuran akhir massa otot.
8. Melakukan tes akhir.
9. Mengolah data.
10.Melakukan pengujian hipotesis/analisis data
11.Mengambil kesimpulan.
Langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
Menggunakan purposive sampling
Menggunakan matching Menggunakan matching
Gambar 3.1 Gambar Bagan Desain Penelitian
Populasi
Sampel
Pengukuran Awal Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds
Tes Awal 1 RM
Sampel A Sampel B
Skewed Pyramid Flat Pyramid
Pengukuran Akhir Massa Otot Menggunakan : Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds
Tes Akhir1 RM
Pengolahan Data
Analisis Data
30
C. Metode Penelitian
Dalam proses penelitian hendaknya dibutuhkan suatu metode penelitian yang
tepat dan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Metode penelitian
harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk
kepentingan perolehan dan analisis data. Adapun metode yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen, Fathoni (2005:99) mengungkapkan
bahwa: “Eksperimen artinya percobaan. Metode eksperimen berarti metode
percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel
yang lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan”.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode
eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk
menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Cukup jelas bahwa
metode eksperimen menekankan adanya akibat dari suatu variabel. Adapun yang
dimaksud variabel dari penelitian ini yaitu terdiri dari variabel bebas (independent
variabel), yaitu bentuk latihan sistem skewed pyramid dan bentuk latihan flat
pyramid, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) yaitu peningkatan
kekuatan dan peningkatan massa otot.
D. Definisi Oprasional
Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda, sehingga bisa
menimbulkan suatu kekeliruan dan kesalahan pengertian penafsiran istilah-istilah
dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis menjelaskan istilah-istilah sebagai
berikut:
1. Latihan adalah “proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah
beban latihan atau pekerjaannya” (Harsono, 1988:101).
2. Weight training adalah “latihan-latihan yang sistematis di mana beban hanya
dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai
31
3. Kekuatan Maksimal adalah “mengacu kepada kemampuan untuk mengangkat
suatu beban (100%) yang hanya bisa diangkat dalam satu kali angkatan (1
RM)” (Harsono, 2001:27)
4. Dalam kamus bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, (2008) “Piramida adalah 1bangunan dari batu, berbentuk limas
tempat menyimpan mumi raja-raja Mesir dahulu; 2bentuk yang menyerupai
segitiga sama kaki dengan sudut terbentuk oleh dua kaki itu berada di atas;
limas”. Sedangkan dalam dunia olahraga sistem Piramida adalah suatu konsep pengembangan menyeluruh untuk membantu mencapai prestasi atlet ke arah
spesialisi. (Dikdik, 2008:35) mengatakan “sistem piramida adalah bentuk
latihan yang dimulai dari intensitas rendah dengan banyak repetisi dan diakhiri
dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi”.
5. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the skewed pyramidis proposed as an
improved variant of the double pyramid. The load is constanly increased
throughout the session, except during the last set, when it is lowered
(80-85-90-95-80 percent)”.
6. Bompa (1999:54) mengungkapkan “the flat pyramid represents the best
loading pattern for achieving maximum MxS benefits.this type of loading
pattern starts with a warm-up lift of, say, 60 percent, followed by an
intermediary set at 80 percent, then stabilizing the load at 90 percent for the
entire workout. If the instructor wishes to add variety at the end of training, a
set of lower load may be used”.
E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data
a. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis melakukan 4 tahap, yaitu:
1. Tahap pertama mengukur massa otot awal subjek penelitian sebelum
diberikan perlakuan penelitian. Adapun yang diukurnya itu adalah massa otot
dengan menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds.
2. Tahap kedua adapun kemampuan yang diukur dalam penelitian ini adalah
32
dan penentuan model latihan untuk kelompok A dan B menggunakan
purposive sampling yang memiliki tujuan agar sampel homogen dengan
merangking data hasil tes.
3. Tahap ketiga mengukur massa otot sebjek penelitian setelah diberikan
perlakuan penelitian, yaitu pengukuran anthropometric measures of girth and
skinfolds.
4. Tahap keempat mengukur kemampuan subjek penelitian setelah diberikan
perlakuan penelitian, dengan mengukur kekuatan maksimal subjek penelitian
menggunakan metode 1 RM.
b. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dilakuakn penulis dalam penelitian ini adalah
menggunakan eksperimen yang terdiri dari:
1. Pengukuran Awal dan Tes Awal (Pre-Test)
a. Pengukuran Awal
Sebelum pengukuran awal dilaksanakan, terlebih dahulu penulis
mempersiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan
pengukuran berjalan dengan lancar. Pengukuran dilaksanakan pada hari senin
tanggal 23 September 2013, pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai
sistematika pelaksanaan pengukuran awal, penulis memberikan penjelasan secara
detail terhadap subjek penelitian tentang petunjuk pelaksanaan pengukuran awal
menggunakan metode anthropometric measures of girth and skinfolds. Menurut
(Martin et al, 1990) mengenai Anthropometric Measures of Girth and Skinfolds,
sebagai berikut:
Aim: to calculate body muscle mass using the simply attained girth and skinfold measurements.
Equipment required: skinfold calipers, girth measurement tape measure, marker pen, calculator.
33
Results: The equations to use is as follows, where: H = height, FG = forearm girth, CG = calf girth, CCG = corrected calf girth, TG = mid-thigh girth, CTG = corrected mid-thigh girth.
CTG = TG - π(mid-thigh skinfold/10) CCG = CG - π(calf skinfold/10)
Muscle mass (g) = H(0.0553CTG² + 0.0987FG² + 0.0331CCG²) - 2445 Advantages: This calculation of muscle mass requires equipment that is available in most gyms, compared to many other muscle mass assessment techniques that require expensive and had to find equipment.
Maksud kutipan diatas adalah tujuannya untuk menghitung massa otot tubuh
menggunakan ketebalan hanya dicapai dengan pengukuran lipatan kulit. Peralatan
yang dibutuhkan: skinfold calipers, lingkar pengukuran meteran, spidol,
kalkulator dan alat tulis.
Dengan prosedurnya rumus untuk menghitung massa otot membutuhkan
enam pengukuran antropometri. Ikuti langkah-langkah untuk prosedur rinci untuk
mencatat setiap pengukuran ini. Tinggi dan girths diukur dalam cm, lipatan kulit
di mm. Lihat prosedur untuk tinggi, pertengahan paha lingkar, betis lingkar,
lengan lingkar, pertengahan paha dan betis lipatan kulit lipatan kulit. Pengukuran
ketebalan termasuk lemak subkuat, yang dikoreksi untuk menggunakan
langkah-langkah ketat.
Hasil: Persamaan untuk digunakan adalah sebagai berikut, di mana: H =
tinggi, FG = lengan lingkar, CG = betis lingkar, CCG = dikoreksi betis lingkar,
TG = pertengahan paha lingkar, CTG = dikoreksi ketebalan pertengahan paha.
CTG = TG - π (pertengahan paha skinfold/10)
CCG = CG - π (betis skinfold/10)
Massa otot (g) = H (0.0553CTG ² + 0.0987FG ² + 0.0331CCG ²) – 2445
Keuntungan dari metode ini adalah perhitungan massa otot memerlukan
peralatan yang tersedia di sebagian besar gedung dan tidak mengeluarkan biaya
yang besar, dibandingkan dengan banyak teknik penilaian massa otot lain yang
memerlukan biaya mahal dan harus menemukan peralatan yang jarang dimiliki
oleh suatu organisasi.
Petunjuk pelaksanaan pengukuran massa otot tersebut adalah seperti yang
34
Mengukur tinggi badan subjek penelitian menggunakan meteran dalam
satuan cm.
Mengukur lipatan kulit pada pertengahan lingkaran paha dan betis dengan
menggunakan skinfold calipers
Mengukur lingkaran betis, lingkaran paha dan lingkaran lengan dengan
menggunakan meteran
b. Tes Awal (Pre-Test)
Sebelum tes awal dilaksanakan, terlebih dahulu penulis mempersiapkan dan
mengecek semua peralatan yang akan dipergunakan, agar pelaksanaan tes berjalan
dengan lancar. tes dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 September 2013, pukul
16.00 WIB sampai dengan selesai. Mengenai sistematika pelaksanaan tes awal,
penulis memberikan penjelasan secara detail terhadap subjek penelitian tentang
petunjuk pelaksanaan tes. Kemudian sebelum tes dilakukan seluruh subjek
penelitian untuk melakuakn pemanasan.
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tes 1 RM adalah sebagai
berikut: a) alat tulis, b) alat beban (Squat dan Bench Press), c) calculator.
Adapun prediksi tes 1 RM menurut Sidik (2008:34) yang digambarkan
dengan piramida di bawah ini:
Gambar 3.2
Hubungan antara Intensitas Latihan – Jumlah Ulangan (Repetisi) Set Latihan dan
35
100% = 100 x 1RM
95
Rumus yang digunakan untuk menentukan 1RM menurut gambar 3.2 yaitu:
100 x berat beban = 1RM => 95%
berapa%(melihat jumlah rep)
2. Proses Latihan
Pelaksanaan eksperimen berlangsung selama 6 minggu. Dalam 1 minggu
dilakukan 3 kali latihan, sehingga jumlah latihannya sebanyak 18 kali. Lamanya
eksperimen tersebut, ditentukan atas pertimbangan jarak waktu yang memadai
untuk dapat mengukur pengaruh suatu latihan. Pelaksanaan latihan ini
berpedoman pada pendapat Harsono (1988:194) menyatakan bahwa: “weight
training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu
hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan
mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut”.
3. Pengukuran Akhir dan Tes Akhir (Post-Test)
a. Pengukuran Akhir
Setelah massa latihan berakhir, maka dilaksanakan pengukuran massa otot
akhir yang bertujuan untuk memperoleh data yang akan dibandingkan hasilnya
dengan data pengukuran awal, sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh dari
latihan yang telah diberikan. Prosedur pelaksanaan pengukuran akhir ini sama
pada prinsipnya dengan pelaksanaan pengukuran awal, pelaksanaan pengukuran
akhir dilaksanakan pada hari rabu tanggal 6 november 2013, pukul 16.00 sampai
dengan selesai.
b. Tes Akhir (Post-Test)
Pelaksanaan tes akhir dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 november
2013, pukul 16.00 sampai dengan selesai. Dimana tes akhir ini dilaksanakan
setelah masa latihan berakhir. Tujuan dari tes akhir yaitu sebagai upaya untuk
36
tes akhir ini dibandingkan hasilnya dengan tes awal. Dalam pelaksanaan tes akhir
menggunakan prosedur yang sama dengan pelaksanaan tes awal.
F. Sistematika Pelaksanaan dan Program Latihan
a. Sistematika Pelaksanaan Latihan
Dalam pelaksanaan latihan terdiri dari tiga kegiatan, antara lain:
1. Warming-up (pemanasan)
Sebelum memasuki latihan inti, subyek diintruksikan untuk melakukan
pemanasan, yaitu melakukan peregangan statis, jogging dan peregangan dinamis
yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Latihan
pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis, jogging dan dinamis.
Peregangan statis yaitu meregangkan seluruh anggota tubuh secara sistematis
yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai kaki. Sedangkan peregangan
dinamis yaitu suatu bentuk latihan yang meliputi gerakan memantul-mantulkan
anggota tubuh secara berulang-ulang. Penekanan yang diberikan pada seluruh
anggota tubuh karena untuk mempersiapkan tubuh menerima beban latihan yang
akan diberikan.
2. Latihan inti
Sebelum melasanakan latihan inti subjek diukur denyut nadinya untuk
memastikan bahwa ia siap melakukan latihan. Setelah mengetahui denyut nadi
subjek berada pada kondisi latihan yaitu denyut nadinya telah berada pada daerah
latihan, maka latihan dimulai. Mengenai pelaksanaan dapat dilihat pada program
latihan yang terdapat pada lampiran.
3. Cooling-down (penenangan)
Setelah melaksanakan latihan inti, subjek melakukan pendinginan dengan
melakukan pendinginan secara PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation)
yang lamanya kurang dari 20 menit dengan bimbingan penulis. Pendinginan
metode PNF, yaitu subjek melakukan gerakan pendinginan dengan dibantu oleh
orang lain saat kontraksi dan relaksasi. Cara melakukannya adalah subjek
37
beberapa saat ( bisa 6, 8, atau n hitungan), kjemudian dilanjutkan dengan
gerakkan reklaksasi (orang yang membantu mendorong ke arah yang berlawanan
saat kontraksi) dan ditahan beberapa saat ( bisa 8, 10, 12, 15, atau n hitungan)
tergantung kebutuhan dari peregangan yang disesuaikan dengan waktu yang
tersedia.
b. Sarana dan Prasarana Latihan
Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Sarana olahraga yang digunakan adalah alat weight training, yaitu :
1. Bench Press
bentuk latihan yang akan digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini
yaitu:
1) Bench Press
a. Bentuk Latihan : Bench Press
b. Tujuan : untuk mengetahui kekuatan otot
c. Otot yang terlatih : triceps brachii, pectoralis mayor, deltoideus anterior part,
serratus anterior, coracobrachialis.
Pelaksanaan :
Subjek tidur terlentang dengan posisi kaki lurus atau di tekuk,
Tangan memegang besi dengan jarak pegangan selebar pundak, angkat bar dari
penahan, dorong kesisi siku lurus di atas dada.
Tarik nafas, pergelangan tangan lurus dan tepat di atas siku, bar
38
Dorong bar ke atas secara terkendali, kedua siku melurus teratur dan kedua pergelangan
tangan langsung di atas siku. Keluarkan nafas.
Ulangi gerakan di atas,bila selesai, bar dibawa oleh penahan jaga
Gambar 3.2
39
2) Squat
a. Bentuk Latihan : Squat
b. Tujuan : untuk mengetahui kekuatan otot
c. Otot yang terlatih :Gluteus maximus ,Gluteus medius, M. Quadricepas
Femoris.
Gambar 3.3
Squat dalam Strength Training Anatomy (Frederic Delavier, 80)
Pelaksanaan :
Overhand grip, kedua tangan sedikit lebih lebar daripada pundak; bar diletakkan di
atas pundak di dasar leher;
40
Jongkok pelan-pelan sampai bagian paha sejajar lantai (sudut lutut maks30o) tarik
nafas saat bergerak ke bawah.
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Prasarana
olahraga yang digunakan adalah Lab Kebugaran FPOK.
G. Prosedur Pengolahan Data
Data variabel yang diperoleh dari hasil pengukuran awal dan pengukuran
akhir massa otot dengan menggunakan anthropometric measures of girth and
skinfolds, serta hasil tes awal dan tes akhir melalui tes 1 RM. Merupakan data
yang diambil untuk diolah melalui analisis statistik. Sesuai dengan taraf nyata dan
hasil pengolahan data analisis melalui penghitungan statistika akan diperoleh
jawaban mengenai hipotesis yang diajukan, sehingga akan dapat menjawab
pernyataan-pernyataan yang telah diajukan dalam masalah penelitian.
Langkah-langkah pengolahan data yang peneliti tempuh disesuaikan dengan
rumus-rumus yang digunakan dalam statistika, yaitu sebagai berikut:
1. Menghitung data hasil pengukuran dan tes
2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus:
Keterangan:
= nilai rata-rata yang dicari
= jumlah dari
X = nilai data mentah
n = jumlah sampel
3. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data, dengan menggunakan
41
Keterangan:
S = simpangan baku yang dicari
= jumlah dari
Xi = nilai data mentah
= nilai rata-rata
n = jumlah sampel
4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:
Kriteria pengujian: tolak Ho hanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari
distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 =
(n2– 1). Kedua kelompok homogen Fhitung< Ftabel.
5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …,
Zn dengan menggunakan rumus:
( dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok
butir tes).
b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:
42
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo).
f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo
ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji
liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05).
Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis
nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari
data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam
hal lain hipotesis nol diterima”.
6. Menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan analisis varians dua
jalan dan uji lanjut.
a. Perhitungan analisis varians dua jalan
Jumlah kuadrat total (SSt)
Dengan rumus :
Jumlah kuadrat variabel A (SSc) antar kolom
Dengan rumus :
Jumlah kuadrat variabel B (SSr) antar baris
Dengan rumus :
Jumlah kuadrat antar sel (SSb)
43
Jumlah kuadrat interaksi A dan B (SSc x r)
Dengan rumus :
SSx c r = SSb - SSc - SSt
Jumlah kuadrat dalam (SSe)
Dengan Rumus :
SSe = SSt– SSc– SSr– SSc x r
b. Perhitungan Uji lanjut menggunakan Uji Tuckey
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari pengolahan dan analisis data, penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kekuatan maksimal.
2. Sistem latihan skewed pyramid memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan massa otot.
3. Sistem latihan flat pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kekuatan maksimal,
4. Sistem latihan flat pyramid tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan massa otot.
5. Perbandingan sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan
maksimal.
6. Perbandingan sistem latihan skewed pyramid dan flat pyramid tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan massa otot.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan sesudah melaksanakan penelitian
berdasarkan hasilnya, yaitu:
Pelatih atau Pembina olahraga penulis menyarankan kedua sistem latihan
sebagai varian atau pilihan, untuk menggunakan kedua sistem latihan skewed
pyramid dan flat pyramid, karena dilihat dari hasil penelitian ini telah terbukti
kedua sistem latihan ini dapat meningkatkan kekuatan maksimal. Sedangkan
untuk meningkatkan massa otot disarankan untuk menggunakan sistem skewed
pyramid. Bagi Pembaca dan pemerhati olahraga, atau pun mahasiswa jurursan
olahraga yang akan melakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut dengan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Bompa. (1999). Periodization: Theory and Methodology of Training 4th edition.
York University: Human Kinetics.
Bompa. (1999). Periodization Training for Sports: Programmes for Peak Strength
in 35 sports. Human Kinetics Europe Ltd.
Bompa. (1999). Periodization Training for Sports.York University: Human
Kinetics.
Delavier, Frederic (…). Strength Training Anatomy. Human Kinetics.
Dikdik. (2008). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan).UPI Bandung.
Fathoni, Abdurrahman. (2005). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan
Skripsi. Garut: PT RINEKA CIPTA.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching.
Bandung, CV.Tambak Kusuma.
Harsono. (2001), Latihan Kondisi Fisik. FPOK Bandung.
Http://id.m.wikipedia.org/wiki/otot [Agustus 24, 2013]
Http://www.sikkahoderblog.com [Agustus 24, 2013]
Martin, A.D., Spenst, L.F., Drinkwater, D.T. and Clarys, J.P. (1990) Anthropometric estimation of muscle mass in men. Medicine and Science in Sports and Exercise, 22, 729-733. [Online]. Available at:
http://www.topendsports.com/testing/tests/muscle-mass-calculation.htm
[Agustus 24, 2013]
Nurhasan. (1999). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sri, E. L dan Kistinnah, I. (2010). Biologi: Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Stiadi. (2007). Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.UPI
Bandung.
Whyte, Gregory. (2006). The Physiology of Training. Churchill Livingstone
Elsevier.
Yusup, Ucup. et al. (2008). Modul Anatomi Manusia. Bandung: Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.