• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akumulasi Stafilokokus pada Linen Tempat Tidur Pasien di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462010094 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akumulasi Stafilokokus pada Linen Tempat Tidur Pasien di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462010094 BAB I"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit dan

orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal

tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang menjadi sumber infeksi,

salah satunya adalah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial (nosocomial

infection atau hospital acquired infection) adalah suatu infeksi silang yang

diperoleh penderita ketika dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit

(Darmadi, 2008). Penderita dengan penyakit dasarnya dipastikan

mengalami daya tahan tubuh yang menurun sehingga rentan terhadap

infeksi tersebut. Infeksi ini menimbulkan penderita mengalami sakit yang

semakin parah sehingga menyebabkan masa perawatan lebih panjang dan

biaya rumah sakit yang semakin tinggi, bahkan dapat berlanjut pada

kematian penderita. Sekitar 5-15% penderita yang dirawat di rumah sakit

mengalami infeksi nosokomial (Entjang, 2003).

Mekanisme transmisi mikroba patogen ke penjamu (host) yang

rentan dapat terjadi melalui dua cara, yaitu transmisi langsung mikroba

patogen melalui pintu masuk (portal of entries) penjamu dan transmisi tidak

langsung melalui media perantara (petugas kesehatan, alat medis, dan

lingkungan sekitar) (Darmadi, 2008). Meskipun rute transmisi orang ke

(2)

2

lingkungan dan linen rumah sakit tidak boleh diabaikan sebagai media

perantara yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial (Bureau et al. &

Dancer, 2004). Dengan demikian, linen rumah sakit merupakan salah satu

media perantara yang dapat menyebabkan infeksi silang.

Linen rumah sakit merupakan kain yang digunakan oleh berbagai

macam staf, misalnya staf rumah tangga (kain tempat tidur dan handuk),

staf pembersih (kain pembersih, gaun, dan kap), staf bedah (kap, masker,

baju cuci, gaun bedah, dan pembungkus), dan staf di bagian khusus seperti

ICU serta di bagian lain yang melakukan tindakan invasif (seperti blus,

radiologi, dan kardiologi) (Rohani & Hingawati, 2010). Komponen linen

tempat tidur pasien (kasur, sprei, selimut, sarung bantal) apalagi yang

terkontaminasi oleh cairan tubuh termasuk urine dan feses serta udara di

ruang isolasi berpotensi menjadi sumber infeksi rumah sakit khususnya oleh

stafilokokus tidak terkecuali pula oleh MRSA (Meticillin Resistant

Staphylococcus aureus) (Sexton et al., 2006; Ayliffe et al., 2000; dan Boyce

et al., 1997).

Penyebaran bakteri oportunis penyebab infeksi silang dari pasien

satu ke pasien lain dapat terjadi karena perantara tenaga kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dancer (2004) menunjukkan bahwa 42%

dari 12 perawat terkontaminasi sarung tangannya dengan MRSA setelah

menyentuh benda-benda di kamar pasien. Hal ini juga dikuatkan dengan

(3)

3

bahwa 31% volunteer yang menyentuh tempat tidur dan meja dekat tempat

tidur pasien terkontaminasi tangan mereka dengan Staphylococus aureus

(35 % adalah MRSA).

Berdasarkan pengalaman praktik klinik di ruang High Care Unit

(HCU) Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga didapati bahwa perawat

melakukan bed making mengganti linen tempat tidur pasien dua hari sekali

secara serentak. Penggantian dilakukan dalam waktu yang sama secara

berurutan dari satu tempat tidur ke tempat tidur pasien lain. Selama

penggantian tersebut, perawat hanya menggunakan satu sarung tangan

untuk semua linen tempat tidur pasien. Kegiatan mengganti linen dipastikan

membuat sarung tangan banyak melakukan kontak dengan bagian-bagian

tempat tidur pasien. Oleh karena hal-hal tersebut, linen tempat tidur pasien

di rumah sakit tersebut dicurigai menjadi sumber (reservoir) mikroorganisme

patogen yang dapat menimbulkan infeksi nosokomial pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin menghitung

besaran peningkatan jumlah mikroflora oportunis stafilokokus pada linen

tempat tidur pasien satu hari setelah diganti dan dua hari setelah linen

diganti di ruang HCU Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang

(4)

4

1.3 Hipotesis

Terdapat peningkatan jumlah mikroflora oportunis stafilokokus

pada linen tempat tidur pasien satu hari setelah diganti dan dua hari setelah

linen diganti di ruang HCU.

1.4 Tujuan Penelitian

Menghitung peningkatan jumlah mikroflora oportunis stafilokokus

pada linen tempat tidur pasien satu hari setelah diganti dan dua hari setelah

linen diganti di ruang HCU.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan referensi dalam pencegahan terjadinya infeksi

nosokomial di rumah sakit

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti mengenai transmisi infeksi

nosokomial dengan perantara linen tempat tidur pasien

3. Bagi Pengembangan Rumah Sakit

Memberikan sumbangan landasan fakta bagi pengembangan

rumah sakit, terutama dalam perbaikan proses keperawatan yang

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan caring yang diwujudkan oleh perawat – pasien di Rumah Sakit dikarakteristikkan misalnya pada saat perawat berjanji pada waktu dan konteks untuk.

pemenuhan kebutuhan tidur pada anak usia balita yang terpasang infus di. RS Paru dr.Ario

biasanya dirumah tidak pernah tidur siang setelah masuk rumah sakit malah. sering

bagi anak yang terpasang infus terutama pada saat anak sedang tidur. supaya dapat dicegah seminimal mungkin kusulitan posisi tidur

Pertambahan jumlah (log) stafilokokus pada ujung lengan seragam perawat dari awal hingga akhir shift. 4.2

Penelitian ini perlu dijadikan acuan untuk menjaga kebersihan seragam. serta memakai seragam dalam ruang untuk mengurangi jumlah

Ario Wirawan Salatiga, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana. Pembimbing 1 :Budhi

mencapai 50  C, media siap dituang secara aseptik pada cawan petri steril. Setelah menjadi padat, media siap digunakan untuk