vii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 3
1.3Batasan Masalah ... 5
1.4Rumusan Masalah ... 6
1.5Tujuan Penelitian ... 7
1.6Asumsi ... 8
1.7Daftar Istilah ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep Mutu ... 10
2.1.1 Definisi Mutu ... 10
2.1.2 Mutu dalam Pendidikan ... 11
2.2Konsep Pelayanan ... 15
2.2.1 Definisi Pelayanan ... 15
2.2.2 Mutu Pelayanan ... 16
2.2.3 Mutu Pelayanan Pendidik ... 21
2.3Konsep Citra ... 22
2.4Kerangka Pemikiran ... 25
viii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Objek Penelitian ... 32
3.2Metode Penelitian ... 32
3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang digunakan ... 32
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 34
3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 35
3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik sampling ... 36
3.2.4.1 Populasi ... 36
3.2.4.2 Sampel ... 37
3.2.4.3 Teknik Sampling ... 39
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.2.6 Validitas dan Reliabilitas Data ... 41
3.2.7 Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 60
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 63
4.2.1 Mutu Pelayanan Pendidik ... 63
4.2.2 Citra Sekolah ... 79
4.3 Pengujian Hipotesis ... 93
4.3.1 Pengujian Asumsi ... 93
4.3.1.1 Uji Normalitas dan Linieritas ... 93
4.3.1.2 Uji Multikolinieritas ... 96
4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 97
4.3.2 Hasil pengujian Hipotesis ... 98
4.3.2.1 Pengaruh Status Akreditasi terhadap Mutu Pelayanan Pendidik ... 98
4.3.2.2 Pengaruh Status Akreditasi terhadap Citra Sekolah ... 101
4.3.2.3 Hubungan antara Mutu Pelayanan Pendidk dengan Citra Sekolah ... 103
4.3.2.4 Pengaruh Mutu Pelayanan Pendidik terhadap Citra Sekolah ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 114 5.2Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 34
3.2 Data SMA di Kota Bandar Lampung ... 37
3.3 Jumlah Sekolah Menengah Atas yang Terambil Sebagai Sampel ... 39
3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 43
3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Sub variabel Instrumen Penelitian ... 45
3.6 Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi ... 50
4.1 Jumlah SMA di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Status Akreditasi ... 60
4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Asal sekolah ... 61
4.3 Kategori Penilaian ... 63
4.4 Nilai Mutu Pelayanan Pendidik SMA di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Persepsi yang Diberikan Siswa ... 65
4.5 Deskripsi Data Nilai Mutu Pelayanan Pendidik ... 66
4.6 Rata-rata Nilai Mutu Pelayanan Pendidik Berdasarkan Kelompok Akreditasi ... 67
4.7 Capaian Mutu Dimensi Responsiveness Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 75
4.8 Capaian Mutu Dimensi Reliability berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 77
4.9 Nilai Citra Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung ... 80
4.10 Deskripsi Nilai Variabel Citra Sekolah ... 81
4.11 Capaian Nilai Variabel Citra Sekolah Berdasarkan Kelompok Status Akreditasi Sekolah ... 82
4.13 Nilai Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes
Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 85
4.14 Capaian Nilai Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 86
4.15 Nilai Dimensi People and Relationship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 87
4.16 Capaian Nilai Dimensi People and Relationship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 88
4.17 Nilai Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 89
4.18 Capaian Nilai Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 90
4.19 Nilai Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 91
4.20 Capaian Nilai Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 92
4.21 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 92
4.22 Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan (4.1) ... 97
4.23 Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan (4.2) ... 97
4.24 Analisis Varian untuk Mutu Pelayanan Pendidik ... 99
4.25 Uji Scheffe untuk Mutu pelayanan Pendidik ... 100
4.26 Analisis Varian untuk Citra Sekolah ... 101
4.27 Uji Scheffe untuk Variabel Citra sekolah ... 102
4.28 Koefisien Korelasi antara Mutu Pelayanan Pendidik dan Citra Sekolah ... 103
4.29 Hasil Uji Koefisien Regresi antara Mutu Pelayanan Pendidik dan Citra Sekolah ... 106
4.30 Koefisien Determinasi ... 106
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1 Komponen Pembangun Citra Sekolah ... 4 2.1 Orientasi Perusahaan Terhadap Pelanggan ... 19 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Mutu Pelayanan Pendidik Terhadap
Citra Sekolah ... 28 2.3 Paradigma Penelitian Pengaruh Mutu Pelayanan Pendidik Terhadap
Citra Sekolah ... 29 4.1 Jumlah Sekolah Berdasarkan Jumlah Kuesioner yang Valid ... 62 4.2 Sebaran Nilai Mutu Pelayanan Pendidik SMA di Kota Bandar
Lampung ... 67 4.3 Kategori Mutu untuk Variabel Mutu Pelayanan Pendidik ... 68 4.4 Rata-rata Nilai Komponen Pembangun pada Variabel Mutu Pelayanan
Pendidik ... 69 4.5 Nilai Rata-rata Mutu Pelayanan Pendidik di Sekolah-sekolah di Kota
Bandar Lampung ... 70 4.6 Capaian Mutu Layanan Pendidik pada Dimensi Tangible ... 72 4.7 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Tangible Berdasarkan Status
Akreditasinya ... 72 4.8 Capaian Mutu Layanan Pendidik pada Dimensi Empathy ... 73 4.9 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Empathy Berdasarkan Status
Akreditasinya ... 74 4.10 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Responsiveness Berdasarkan Status
Akreditasi Sekolah ... 75 4.11 Capaian Mutu Respon Pendidik Berdasarkan Status Akreditasi
Sekolah ... 76 4.12 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Reliability Berdasarkan Status
4.13 Capaian Mutu Reliability Pendidik Berdasarkan Status Akreditasi
Sekolah ... 78
4.14 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Assurance Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 79
4.15 Capaian Nilai Citra Sekolah Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 82
4.16 Rata-rata Nilai Komponen Pembangun Citra Sekolah ... 83
4.17 Rata-rata Nilai Citra Sekolah Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 85
4.18 Nilai Rata-rata Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 86
4.19 Capaian Nilai Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 86
4.20 Nilai Rata-rata Komponen People and Relationship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 88
4.21 Capaian Nilai Dimensi People and Relationaship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 89
4.22 Nilai Rata-rata Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 90
4.23 Capaian Nilai Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 91
4.24 Nilai Rata-rata Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 91
4.25 Capaian Nilai Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 92
4.26 Diagram Pencar Model Persamaan (4.1) ... 95
4.27 Diagram Pencar untuk Model Persamaan (4.2) ... 95
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan yang bermutu. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu tersebut. Salah satunya adalah dengan mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah yang dianggap memiliki mutu yang
baik, walaupun terkadang pemilihan sekolah-sekolah yang bermutu didasarkan hanya kepada opini yang berkembang di masyarakat sekitarnya, dan bukan dari
hasil sebuah survei atau pendapat para ahli.
Opini masyarakat tentang sekolah yang bermutu, seringkali didasarkan kepada hal-hal yang tampak secara fisik. Kriteria yang umum dijadikan dasar
dalam pemilihan sekolah yang bermutu antara lain fasilitas/gedung yang megah, nilai para lulusannya, jumlah lulusannya yang diterima di PTN/PTS besar, dan
banyaknya siswa yang mendaftar setiap tahunnya. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, mengingat sekolah yang bermutu tentu akan menghasilkan lulusan yang bermutu. Selain itu, fasilitas yang memadai (lengkap) akan mempengaruhi mutu
proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah (Hamalik, 2001: 117).
Keadaan ini, sering dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah (terutama swasta)
dengan membangun gedung yang lengkap dan megah, berupaya dengan berbagai cara untuk meningkatkan nilai lulusannya, serta menggunakan alumninya yang kuliah di PTN/PTS favorit untuk mempromosikan sekolahnya. Sementara
2
masyarakat (orang tua calon siswa), sering luput dari perhatian sekolah-sekolah tersebut.
Perhatian terhadap proses belajar mengajar ini, sering disikapi oleh orang-orang di luar sekolah dengan menawarkan bimbingan belajar, baik secara
individual (private) ataupun secara kelembagaan (LBB). Menjamurnya LBB dan
private, secara tidak langsung menjadi sebuah bukti akan kebutuhan siswa yang
belum dapat dipenuhi oleh sekolahnya masing-masing, dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan, terutama dalam hal kepercayaan siswa terhadap kemampuannya untuk menghadapi ujian di sekolahnya.
Peringkat yang dikeluarkan oleh BAN-S/M, sering luput dari perhatian masyarakat, selain karena kalah oleh opini yang telah terbangun, juga karena kurangnya publikasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah
mengenai hasil penilaian BAN-S/M tersebut. Sehingga kecenderungan untuk melihat mutu sekolah dari sisi fasilitas fisik serta jumlah lulusan terus
berkembang dan seolah-olah sudah menjadi sebuah kebenaran.
Fenomena seperti ini terjadi di banyak kota di Indonesia, termasuk di Kota Bandar Lampung. Banyak sekolah di Bandar Lampung berusaha menarik minat
siswa dan orang tua siswa dengan memperlihatkan fasilitas yang lengkap (ruang kelas yang luas dan bersih, sarana laboratorium dan komputer, dan terkadang
kepada kualitas pengajarannya atau bukti-bukti lainnya yang memperlihatkan kualitasnya dalam peningkatan pengetahuan siswa.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan mutu tenaga pendidik. Pengakuan
pemerintah terhadap kualitas pendidik melalui sertifikasi guru, belum memperlihatkan dampaknya pada animo masyarakat dalam melakukan pemilihan sekolah untuk anak-anaknya. Banyak pihak yang meragukan bahwa dengan
diraihnya sertifikasi oleh guru, akan menjadi jaminan peningkatan mutunya dalam proses belajar mengajar di sekolah.
1.2Identifikasi Masalah
Sangat sulit untuk memberikan pandangan mengenai sekolah yang
bermutu kepada masyarakat secara proporsional, mengingat kurangnya penelitian mengenai mutu sebuah sekolah ditinjau dari kualitas pengajarannya, serta
kurangnya publikasi tentang kriteria sebuah sekolah yang bermutu. Citra sebuah sekolah yang seharusnya dibangun dari mutu pelayanannya, terkadang terkalahkan oleh megah dan lengkapnya fasilitas yang ditawarkan. Banyak siswa
sekolah-sekolah favorit yang bermutu bukan dari hasil belajar di sekolah, tetapi dari hasil usahanya sendiri di luar sekolah.
4
akan datang. Secara umum, komponen pembangun citra sebuah sekolah dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses belajar mengajar yang merupakan inti dari adanya sebuah sekolah, seharusnya menjadi perhatian yang serius dalam usaha peningkatan kemampuan
siswa untuk dapat memahami materi pelajaran yang diberikan. Sebuah penelitian melaporkan bahwa di sekolah-sekolah terbaik di dunia, kualitas pendidikan di
sekolah tidak akan melebihi kualitas guru-gurunya. McKinsey membuktikan bahwa kualitas guru-guru merupakan unsur penting dibandingkan dengan yang lainnya (McKinsey and Company dalam Caldwell, B.J. and Harris, J., 2008: 2).
CITRA SEKOLAH Fasilitas
Mutu Pendidik Mutu
Lulusan
Prestasi Siswa
Jumlah Peminat
Gambar 1.1
1.3Batasan Masalah
Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jenjang
pendidikan yang sangat krusial di mata masyarakat, terutama peserta didik yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena keberhasilan
di jenjang ini akan menentukan bisa tidaknya mereka untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi favorit mereka.
Berdasarkan alasan tersebut, maka penelitian ini mengambil tempat di
Kota Bandar Lampung, dengan unit analisis adalah SMA, baik negeri maupun swasta. Sekolah yang diambil adalah sekolah yang memiliki peringkat A, B, dan
C, menurut hasil pemeringkatan yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).
Telah dijelaskan di atas, bahwasanya guru merupakan bagian yang sangat
penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Kualitas guru yang baik, diharapkan akan dapat menghasilkan lulusan yang berprestasi. Prestasi yang baik
dari para lulusannya, tentu akan mengangkat citra sekolah di mata masyarakat, terutama calon siswa dan orang tuanya dalam menentukan pilihan sekolahnya. Oleh karena itu, penulis membatasi variabel penelitian pada mutu pelayanan guru
sebagai pendidik di SMA yang terakreditasi A, B, dan C di Kota Bandar Lampung, sebagai faktor yang mempengaruhi citra sekolah.
6
1.4Rumusan Masalah
Dominannya pengaruh mutu lulusan dan kelengkapan fasilitas terhadap
citra sebuah sekolah di mata masyarakat, sedikit banyak akan berdampak kepada persaingan yang keliru dari sekolah-sekolah yang ada. Ketika sebuah sekolah
menjadi tujuan para calon siswa baru, sekolah tersebut secara alamiah akan berusaha menyaring kemampuan siswa yang diterima dengan standar penerimaan yang tinggi.
Proses seleksi yang telah dilakukan sekolah dalam setiap penerimaan siswa baru (PSB), berusaha menjaga kualitas siswa sekolah tersebut. Kualitas
siswa yang baik, tentu akan memperingan tugas sekolah dalam upaya mencapai standar kelulusan siswa yang telah ditetapkan pemerintah, dibandingkan dengan sekolah yang memiliki kualitas siswa di bawah. Ketika siswa sebuah sekolah
favorit/unggulan lulus dengan predikat yang baik, hal tersebut bukanlah sebuah hal yang aneh ketika melihat riwayat siswa tersebut sebelum masuk ke SMA
favorit tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran mutu layanan pendidik di SMA di Kota Bandar Lampung yang diukur berdasarkan persepsi siswanya terhadap pelayanan
yang diberikan oleh tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar?
2. Bagaimana gambaran citra SMA di Kota Bandar Lampung yang diukur dari persepsi siswanya didasarkan kepada pengalaman, kepercayaan, perasaan,
3. Apakah terdapat perbedaan antara Mutu Pelayanan Pendidik di sekolah-sekolah yang terakreditasi A, B, dan C?
4. Apakah ada perbedaan antara Citra Sekolah di sekolah-sekolah yang terakreditasi A, B, dan C?
5. Seberapa besar pengaruh mutu layanan pendidik terhadap citra Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dilakukan
penelitian ini, dengan tujuan:
1. Mengetahui gambaran mengenai mutu pelayanan tenaga pendidik di Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung
2. Mengetahui gambaran mengenai Citra Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung
3. Mengetahui apakah mutu pelayanan tenaga pendidik di SMA yang terakreditasi A berbeda dengan sekolah yang terakreditasi B dan C.
4. Mengetahui apakah citra sekolah di SMA yang terakreditasi A berbeda
dengan sekolah yang terakreditasi B dan C.
5. Mengetahui seberapa besar pengaruh antara mutu pelayanan tenaga pendidik
8
1.6Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Mutu pelayanan pendidik diukur berdasarkan pendapat siswa mengenai apa yang telah diterimanya selama kegiatan belajar mengajar di sekolah, dengan
berpedoman kepada dimensi Tangible, Empathy, Responsiveness, Responsibility, dan Assurance (selanjutnya ditulis TERRA).
2. Citra sekolah diukur berdasarkan persepsi siswa terhadap sekolahnya, dengan
berpedoman kepada dimensi Common product attributes benefits, or
attitudes, People and Relationship, Value and program, dan Credibility.
3. Penilaian yang dilakukan oleh responden terbebas dari intervensi orang lain, baik responden lain maupun guru yang dinilai.
4. Sampel yang diambil mencukupi serta mewakili populasi yang ada.
5. Data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal.
6. Kesalahan atau kekeliruan dalam proses penelitian, input data, analisis, serta
penyajian data, tidak berakibat pada penyimpangan pengambilan keputusan secara signifikan.
1.7Daftar Istilah
Variabel-variabel serta simbol-simbol yang digunakan dalam tesis ini
adalah:
1. Variabel Mutu Pelayanan Pendidik, yaitu variabel yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan tenaga pendidik yang ada di sekolah. Variabel ini
dilakukan dengan memberikan skor terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan siswa terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh tenaga pendidik. Variabel
ini dibangun oleh 5 dimensi/komponen/aspek, yang meliputi:
- Tangible, dimensi ini selanjutnya ditulis dengan lambang X1, yang
mengartikan bahwa dimensi ini diperlakukan sebagai sub variabel X. - Empathy, dilambangkan dengan X2.
- Responsiveness, dilambangkan dengan X3.
- Reliability, dilambangkan dengan X4. - Assurance, dilambangkan dengan X5.
2. Variabel Citra Sekolah, yaitu variabel yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa terhadap sekolahnya. Variabel ini selanjutnya ditulis dengan menggunakan simbol Y. Variabel ini dibangun oleh 4 dimensi/aspek/
komponen, meliputi:
- Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes, dilambangkan dengan
Y1, merupakan sub variabel dari Y.
- People and Relationship, dilambangkan dengan Y2. - Values and Programs, dilambangkan dengan Y3.
32 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh mutu pelayanan pendidik
terhadap Citra Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandar Lampung. Unit analisis pada penelitian ini adalah SMA yang ada di Kota Bandar Lampung, yang telah terakreditasi oleh BAN-S/M, dengan akreditasi A, B, atau C. Permasalahan
yang diteliti adalah mutu pelayanan pendidik sebagai variabel bebas (independent
variable) yang meliputi dimensi Tangible, Empathy, Responsiveness, Reliability,
dan Assurance.
Objek yang digunakan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah Citra Sekolah, yang diukur berdasarkan dimensi Common Product Attributes,
Benefits, or Attitudes, People and Relationship, Values and Programs, dan
Corporate Credibility. Dari kedua objek penelitian ini, akan dianalisis mengenai
pengaruh mutu pelayanan pendidik terhadap citra sekolah pada SMA di Kota Bandar Lampung.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan
Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian yang digunakan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan asosiatif. Menurut Sugiyono (2010: 56), penelitian
mandiri, baik satu atau lebih variabel independen tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
Penelitian deskriptif disini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran mengenai mutu pelayanan pendidik di SMA di Kota Bandar Lampung
yang memiliki citra yang baik, sedang, dan kurang, yang diwakili oleh akreditasi A, B, dan C yang diperoleh sekolah.
Jenis penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Ada tiga bentuk hubungan dalam penelitian asosiatif, yaitu hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan
interaktif/resiprokal/timbal balik (Sugiyono, 2010: 57).
Penelitian ini mengambil bentuk hubungan kausal, yaitu pola hubungan yang bersifat sebab akibat, yang artinya ada variabel independen yang
mempengaruhi dan ada variabel dependen yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini akan diuji apakah ada pengaruh dari mutu pelayanan pendidik terhadap citra
sekolah di SMA di Kota Bandar lampung.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu melalui pengumpulan data di lapangan. Ker Linger dalam
Sugiyono (2005: 7) mengemukakan bahwa:
Metode survei adalah metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut secara acak, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Penelitian yang menggunakan metode survei ini, informasi dari sampel
34
mengetahui pendapat dari sampel terhadap objek yang sedang diteliti. Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini, maka digunakan cross sectional method
yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu (tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang) (Husein Umar,
2002: 45).
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel dilakukan untuk menjabarkan variabel ke dalam konsep teori dari variabel yang diteliti, indikator, ukuran, dan skala dari variabel
penelitian, yang bertujuan untuk mendefinisikan dan mengukur variabel yang diteliti. Penelitian ini mengambil variabel Mutu Pelayanan Pendidik (variabel independen) dan Citra Sekolah (variabel dependen) sebagai variabel yang diteliti.
Indikator serta skala dari variabel-variabel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Definisi Dimensi/
Aspek Indikator Skala
No. Item Mutu Pelayanan Pendidik (X) Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh siswa terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar Tangible (Fisik) (X1)
-Kenyamanan ruang
belajar
-Kelengkapan dan
kesiapan media pembelajaran
-Penampilan guru ketika
mengajar
Interval
Interval
Interval
1, 2, 3
4, 5
6, 7, 8
Empathy (Perhatian) (X2)
-Perhatian yang diberikan
guru kepada siswa
-Sikap guru terhadap
masalah siswa
-Guru berkomunikasi
Variabel Definisi Dimensi/
Aspek Indikator Skala
No. Item
Responsiveness (Tanggap) (X3)
-Tanggap terhadap
masalah siswa
-Kecepatan respon guru
terhadap masalah siswa
Interval
Interval
15, 16
17, 18
Reliability (Andal) (X4)
-Tepat waktu dalam
mengajar
-Kejelasan dalam
mengajar
-Adil dalam pelayanan
Interval Interval Interval 19, 20 21, 22 23, 24 Assurance (Jaminan) (X5)
-Sikap guru selama di
sekolah
-Kompetensi guru
Interval Interval 25, 26 27, 28 Citra sekolah (Y)
Kesan, pesan, serta gambaran siswa terhadap sekolahnya, didasarkan kepada pengalaman, kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan siswa itu sendiri terhadap sekolahnya
Common product
attributes,
benefits, or
attitudes (Y1)
-Kualitas sekolah
-Inovasi yang
dikembangkan pihak sekolah
Interval Interval
1, 2, 3 4, 5, 6,
7
People and
Relationship (Y2)
-Perilaku/sikap guru dan
tenaga kependidikan terhadap siswa
-Komunikasi yang terjalin
antara guru dan tenaga pendidik dengan siswa
Interval Interval 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16 Values and
programs (Y3)
- Program sekolah
- Kebanggaan terhadap
sekolah Interval Interval 17, 18 19, 20 Corporate
Credibility (Y4)
-Kompetensi guru, staf
administrasi, dan Kepala Sekolah
Interval 21, 22, 23, 24
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
36
lainnya (Husein Umar, 2002: 64), sedangkan untuk mendukung penelitian ini, digunakan juga data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada siswa SMA yang ada di Kota Bandar Lampung
yang terambil sebagai sampel penelitian. Data mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah merupakan data primer dalam penelitian ini.
Data sekunder diambil dari data yang telah ada sebelumnya. Data ini
diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung serta BAN-S/M, berupa data SMA yang telah terakreditasi hingga tahun 2010, dengan status akreditasi A,
B, dan C. Data akreditasi sekolah ini dibutuhkan untuk menentukan jumlah populasi SMA di Kota Bandar Lampung yang telah terakreditasi oleh BAN-S/M, agar dapat menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan.
3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 3.2.4.1 Populasi
Sudjana (1997: 66), mengemukakan bahwa populasi merupakan:
Totalitas nilai yang mungkin dari hasil penghitungan atau pengukuran kuantitatif maupun kualitas mengenai karakteristik-karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya.
Johnson and Bhattacharyya (1985: 8) menyatakan Populasi adalah sekumpulan pengukuran (atau catatan beberapa karakteristik kualitatif) dari sejumlah unit
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Menentukan populasi penelitian merupakan langkah penting dalam sebuah penelitian. Populasi bukan hanya terdiri dari orang, tetapi juga seluruh nilai dari
benda-benda yang ada di alam. Populasi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek penelitian.
Populasi sasaran dari penelitian ini adalah SMA di Kota Bandar Lampung
yang terakreditasi A, B, atau C. Populasi sasaran adalah populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Penentuan populasi penelitian ini
didasarkan atas citra SMA yang telah terbentuk di masyarakat selama ini, yang terwakili oleh predikat akreditasi yang disandang oleh SMA tersebut.
Berikut adalah data SMA di Kota Bandar Lampung berdasarkan kelompok
akreditasi yang telah dikeluarkan oleh BAN-S/M.
Tabel 3.2
Data SMA di Kota Bandar Lampung
No. Akreditasi Jumlah Sekolah Jumlah
Negeri Swasta
1 A 5 12 17
2 B 10 14 24
3 C 2 11 13
Total 17 37 54
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, 2010
3.2.4.2 Sampel
38
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Senada dengan pendapat tersebut, Sudjana (1993: 66) mendefinisikan sampel sebagai sebagian
dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Alasan penggunaan sampel dalam penelitian antara lain adalah karena adanya masalah
biaya, ketelitian dalam penelitian, penghematan waktu, percobaan yang sifatnya merusak, atau populasi yang tak terhingga (Sudjana, 1993: 67).
Sampel yang diambil dalam sebuah penelitian harus representative
(mewakili populasinya) agar dapat dipertanggungjawabkan kesimpulannya. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Harun
Al-Rasyid (1994: 44), yaitu:
1
Sedangkan n0 dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
N = Jumlah populasi n = Ukuran sampel
n0 = Banyaknya sampel yang diambil dalam setiap unit
S = Simpangan baku untuk variabel yang diteliti dalam populasi dengan menggunakan Deming’s Empirical Rule
Jumlah Sekolah yang terambil sebagai sampel dari tiap kelompok akreditasi disajikan dalam table berikut:
Tabel 3.3
Jumlah Sekolah Menengah Atas yang Terambil Sebagai Sampel
No. Akreditasi Jumlah Sekolah Jumlah
Negeri Swasta
1 A 5 5 10
2 B 7 8 15
3 C 2 6 8
Total 14 19 33
3.2.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel. Teknik sampling dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu probability
sampling dan non probability sampling (Sugiyono, 2010: 118). Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah teknik Stratified
Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk
populasi yang berstrata dan memiliki karakter yang cenderung heterogen, sehingga diambil strata-strata yang memiliki anggota yang cenderung homogen
dalam strata dan heterogen antar strata.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menentukan SMA yang akan
40
akreditasi yang diterimanya, jadi populasi yang ada di bagi ke dalam tiga kelompok sub populasi (stratum), yaitu kelompok SMA yang terakreditasi A
(selanjutnya disebut kelompok A), kelompok SMA yang terakreditasi B (kelompok B), dan kelompok SMA yang terakreditasi C (Kelompok C). Langkah
selanjutnya adalah pengambilan sampel dari tiap-tiap kelompok. Setiap SMA yang terpilih sebagai sampel, diambil secara acak sejumlah siswa sebagai responden untuk diambil pendapat/persepsinya mengenai mutu pelayanan
pendidik dan citra sekolah tersebut.
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang terkumpul diperlukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Teknik pengumpulan data ini merupakan suatu proses pengadaan
data untuk keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner/angket, yaitu teknik pengumpulan data primer melalui penyebaran seperangkat kuesioner (daftar pertanyaan) yang dibuat secara tertulis dan disusun sedemikian rupa sehubungan dengan masalah yang sedang diteliti
kepada siswa SMA yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini.
2. Pengumpulan data sekunder, berupa data SMA yang ada di Kota Bandar
3.2.6 Validitas dan Reliabilitas Data
Data memiliki kedudukan yang sangat penting dalam penelitian, karena
data merupakan pengembangan dari variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai pembentukan hipotesis, sehingga benar tidaknya data sangat menentukan mutu
hasil penelitian. Sementara, benar tidaknya data sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut. Syarat yang harus dimiliki oleh sebuah instrumen yang baik adalah valid dan reliabel.
Validitas sebuah instrumen merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto S., 2002: 145).
Tipe validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstruk, yang mengorelasikan skor yang diperoleh dari masing-masing item dengan jumlah skor yang diperoleh dari semua pertanyaan/item dalam instrumen
(skor total instrumen). Korelasi antara masing-masing skor dengan skor totalnya harus sigifikan. Berdasarkan ukuran statistika, bila ternyata skor semua item yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat
dikatakan bahwa alat ukur atau instrumen tersebut memiliki validitas.
Rumus yang digunakan dalam mengukur validitas sebuah instrumen
adalah rumus korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
42
Pengujian keberartian koefisien korelasi (r) dilakukan dengan taraf kepercayaan 95% menggunakan uji t sebagai berikut:
√ 2
√1 ; %& 2
Hasil thitung di atas, dibandingkan dengan nilai t yang diperoleh dari tabel, dengan
tingkat kekeliruan α = 0,05 dan derajat kebebasan n-2, untuk mengetahui apakah item tersebut valid atau tidak. Sebuah item dikatakan valid jika thitung > ttabel.
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik, atau dengan kaata lain, reliabilitas merupakan tingkat keterandalan suatu
instrumen (Arikunto S., 2002).
Pengujian reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan rumus
Cronbach Alpha, yaitu:
'( 1) *1 ( ∑ +
Keterangan:
ri : Reliabilitas instrumen
k : jumlah item/butir pertanyaan
Si : Varians dari masing-masing item pertanyaan St : Varians total
Keputusan untuk menentukan apakah instrument tersebut reliabel atau
yang diperoleh dari table) dengan tingkat kekeliruan α dan jumlah sampel n. Instrumen tersebut reliable jika nilai ri > rtabel.
Instrumen penelitian yang telah dibangun berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun pada Tabel 3.1 di atas selanjutnya diujikan kepada 38
responden (siswa Sekolah Menengah Atas), untuk diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh kemudian dihitung nilai korelasi antara tiap-tiap item dengan nilai totalnya. Nilai thitung yang diperoleh ini kemudian
dibandingkan dengan nilai t yang diperoleh dari tabel distribusi t student dengan tingkat kekeliruan 0,05 dan derajat kebebasan 36 (ttabel = t0,05;36 = 1,685).
Pengujian tersebut menghasilkan nilai yang tertera dalam table 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Sub Variabel / Dimensi Item Korelasi
( r ) thitung Keterangan Mutu Pelayanan Pendidik (X)
Tangible (X1) 1 0,421 2,786 Valid
2 0,467 3,173 Valid
3 0,522 3,669 Valid
4 0,430 2,855 Valid
5 0,677 5,512 Valid
6 0,575 4,216 Valid
7 0,548 3,931 Valid
8 0,488 3,354 Valid
Empathy (X2) 9 0,610 4,617 Valid
10 0,516 3,618 Valid
11 0,621 4,754 Valid
12 0,611 4,632 Valid
13 0,663 5,308 Valid
14 0,609 4,603 Valid
Responsiveness (X3) 15 0,764 7,101 Valid
16 0,705 5,963 Valid
17 0,737 6,552 Valid
18 0,679 5,550 Valid
44
Sub Variabel / Dimensi Item Korelasi
( r ) thitung Keterangan
20 0,562 4,078 Valid
21 0,722 6,253 Valid
22 0,648 5,100 Valid
23 0,760 7,024 Valid
24 0,633 4,903 Valid
Assurance (X5) 25 0,592 4,409 Valid
26 0,760 7,012 Valid
27 0,599 4,483 Valid
28 0,610 4,619 Valid
Citra Sekolah (Y)
Common product
attributes, benefits, or attitudes (Y1)
1 0,565 4,106 Valid
2 0,227 1,395 Tidak Valid
3 0,615 4,683 Valid
4 0,680 5,571 Valid
5 0,685 5,640 Valid
6 0,678 5,539 Valid
7 0,691 5,732 Valid
People and relationship
(Y2)
8 0,886 11,475 Valid
9 0,787 7,645 Valid
10 0,741 6,627 Valid
11 0,456 3,076 Valid
12 0,577 4,234 Valid
13 0,731 6,420 Valid
14 0,800 7,986 Valid
15 0,587 4,355 Valid
16 0,739 6,587 Valid
Value and Program (Y3) 17 0,823 8,698 Valid
18 0,597 4,469 Valid
19 0,822 8,648 Valid
20 0,764 7,116 Valid
Credibility (Y4) 21 0,662 5,304 Valid
22 0,552 3,970 Valid
23 0,266 1,656 Tidak Valid
24 0,645 5,058 Valid
Hasil perhitungan di atas memperlihatkan bahwa seluruh item untuk mengukur variabel mutu pelayanan pendidik secara statistika valid. Sementara item untuk mengukur variabel citra sekolah terdapat 2 item yang tidak valid
sekolah yang tidak valid adalah item nomor 2 dan 23. Item nomor 2 merupakan item pembangun untuk dimensi Common product attributes, benefits, or attitudes
(Y1). Sedangkan item nomor 23 merupakan item pembangun untuk dimensi
Corporate Credibility (Y4).
[image:31.595.120.510.250.596.2]Validitas sub variabel/dimensi yang membangun variabel mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah juga dapat dicari dengan cara yang sama. Hasil analisis Validitas sub variabel dapat dilihat dalam table 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Sub Variabel Instrumen Penelitian
Sub variabel Korelasi
( r ) Keterangan
Tangible (X1) 0.830 Valid
Empathy (X2) 0.875 Valid
Responsiveness (X3) 0.863 Valid
Reliability (X4) 0.883 Valid
Assurance (X5) 0.831 Valid
Common product attributes,
benefits, or attitudes (Y1) 0.839
Valid
People and relationship (Y2) 0.925 Valid
Value and Program (Y3) 0.929 Valid
Credibility (Y4) 0.812 Valid
Tabel 3.5 di atas menunjukkan bahwa nilai korelasi dari sub variabel terhadap variabel yang dibangunnya lebih besar dari 0,7, sehingga dapat dikatakan bahwa sub variabel tersebut merupakan pembangun konstruk yang kuat dari
variabel yang dibangunnya.
Penghitungan nilai reliabilitas instrumen (ri) dengan menggunakan
46
pendidik adalah sebesar 0,937 dan nilai reliabilitas instrumen citra sekolah adalah sebesar 0,943. Hasil ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan adalah
reliabel.
Berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh pada uji coba
instrumen yang telah dilakukan, bahwa instrumen ini valid dan reliabel seluruh butirnya, kecuali butir 2 dan butir 23 untuk item variabel Citra Sekolah, maka instrumen ini layak digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan
data, setelah menghilangkan butir 2 dan butir 23 pada variabel Citra Sekolah.
3.2.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan angket/kuesioner sebagai alat atau instrumen dalam pengumpulan datanya. Angket ini disusun berdasarkan variabel yang ada
dalam penelitian, yang hendak diteliti, untuk mengungkapkan pengaruh yang ditimbulkan oleh mutu pelayanan pendidik (guru) terhadap citra sekolah pada
siswa Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung.
Kuesioner yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan format skala semantik differensial (Semantic Differential scale) yang dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau persepsi responden terhadap suatu masalah. Alternatif jawaban dalam skala ini berbentuk garis
Analisis data dalam penelitian kuantitatif dilakukan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1. Menyusun data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengecek kelengkapan identitas responden serta kelengkapan data/jawaban yang diberikan responden sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Tabulasi data
Tabulasi data dilakukan setelah menyaring dan memisahkan data yang
lengkap dengan yang tidak lengkap. Langkah-langkah dalam tabulasi data pada penelitian ini adalah:
a. Memberi skor pada setiap item pertanyaan dalam kuesioner
b. Menyusun skor yang diperoleh ke dalam sebuah tabel matrik
c. Menjumlahkan skor pada tiap item, dan merata-ratakannya, dengan cara
membagi jumlah skor dengan jumlah responden tiap sekolah
d. Menjumlahkan rata-rata tiap item tersebut di atas, sehingga menjadi nilai dari sekolah.
3. Menganalisis data, yaitu proses pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus statistika, serta menginterpretasikan hasil analisis agar dapat
diperoleh sebuah kesimpulan.
Analisis deskriptif pada penelitian ini, yaitu mutu pelayanan pendidik dan
48
membandingkan skor yang diperoleh melalui survei antara sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi A, B, dan C. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
memperoleh nilai yang digunakan sebagai pembanding adalah sebagai berikut: 1. Data yang telah dikumpulkan dan ditabulasikan ke dalam matriks tabel,
dipisahkan berdasarkan status akreditasi yang disandang sekolah.
2. Hitung nilai minimum dan maksimum yang diperoleh tiap kelompok, serta rata-ratanya.
3. Buat kesimpulan mengenai sebaran mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah dari tiap-tiap kelompok akreditasi sekolah.
Analisis deskriptif ini juga digunakan untuk menjawab hipotesis komparatif mengenai nilai mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di
Kota Bandar Lampung yang memiliki akreditasi A, B, dan C. Langkah tambahan yang ditempuh untuk menjawab hipotesis komparatif ini adalah dengan menguji
nilai rata-rata mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah yang diperoleh masing-masing kelompok akreditasi sekolah, dengan menggunakan statistik uji beda dua rata-rata.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi linier sederhana, yaitu antara variabel kualitas pelayanan
pendidik sebagai variabel bebas (X) dengan variabel citra sekolah sebagai variabel terikat (Y).
Korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara mutu pelayanan
dimensi pembangun (Tangible, Empathy, Responsiveness, Reliability, dan
Assurance), diukur tingkat korelasinya dengan variabel citra sekolah, baik sebagai
sebuah variabel mutu pelayanan pendidik maupun sebagai 5 sub variabel pembangunnya.
Ada dua macam hubungan yang mungkin terjadi, yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan variabel X dan Y dikatakan positif apabila kenaikan atau penurunan nilai X secara umum akan diikuti oleh kenaikan atau
penurunan nilai Y secara signifikan. Sedangkan hubungan negatif terjadi jika kenaikan nilai dari variabel X diikuti oleh penurunan variabel Y, atau sebaliknya,
penurunan variabel X, akan diikuti oleh kenaikan nilai variabel Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui kuat atau tidaknya sebuah hubungan dari dua variabel disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi berada dalam
interval -1 hingga 1 (-1 ≤ r ≤ 1), yang memiliki arti:
r = -1, menandakan hubungan kedua variabel adalah hubungan sempurna dan
negatif (nilai r yang semakin mendekati -1 menandakan hubungan negatif yang sangat kuat, artinya, kenaikan variabel X akan diikuti oleh penurunan variabel Y secara pasti)
r = 1, menyatakan bahwa hubungan antara X dan Y adalah sempurna dan positif (nilai r yang mendekati 1 menandakan bahwa hubungan kedua
50
r = 0, mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel (nilai r yang semakin mendekati 0, mengindikasikan bahwa hubungan
kedua variabel sangat lemah)
Penentuan koefisien korelasi (r) dalam penelitian ini menggunakan
koefisien korelasi poduk moment dari pearson (Pearson’s product moment
coefficient of correlation) karena penelitian ini menggunakan data yang berskala
interval. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien korelasi r adalah:
,- .. ,-,.
-Variabel X dikatakan berpengaruh terhadap variabel Y secara signifikan jika perubahan yang terjadi dalam variabel X, akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada nilai Y. Dengan kata lain, naik atau turunnya nilai X akan membuat nilai Y juga naik atau turun.
Sugiyono (2002: 183) menginterpretasikan tingkat kekuatan hubungan
antara dua variabel, yang sering dijadikan patokan dalam penelitian-penelitian, sebagai berikut:
Tabel 3.6
Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
[image:36.595.107.521.232.706.2]Patokan semacam itu, merupakan oversimplification dari sesuatu yang sebenarnya kompleks, sehingga pedoman tersebut tidak jarang memberikan petunjuk yang
menyesatkan sejumlah orang yang terlalu bergantung kepada kebenaran otoritas (Furqon, 2009: 113).
Pengukuran pengaruh dari mutu pelayanan pendidik terhadap citra sekolah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Istilah regresi pertama kali dikemukakan oleh Francis Galton (1822-1911) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh tinggi badan orang tua terhadap tinggi badan anaknya (Gujarati, D. N., 2004:17). Pearson & Lee (1903) dalam Gujarati (2004:18)
memperkuat hukum regresi semesta dari Galton sebagai berikut:
Regression analysis is concerned with the study of the dependence of one variable, the dependent variable, on one or more other variables, the explanatory variables, with a view to estimating and/or predicting the (population) mean or average value of the former in terms of the known or fixed (in repeated sampling) values of the latter.
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana, karena melibatkan hanya dua variabel saja, satu variabel
bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah variabel mutu pelayanan pendidik, sedangkan variabel terikat (Y) adalah
52
/ / 0
Dimana:
β0 : Intercept atau titik potong pada sumbu ordinat (Y)
β1 : Koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X (besarnya penurunan atau kenaikan Y untuk setiap perubahan satu satuan variaebe X)
εi : Galat prediksi yang terjadi secara acak
Nilai galat prediksi dalam persamaan di atas, merupakan variasi nilai pada
variabel Y yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel X. Untuk keperluan analisis,
digunakan nilai Y yang diprediksi (predicted Y=Y’=1), sehingga persamaan
regresi linier sederhana antara variabel mutu pelayanan pendidik (X) dan variabel citra sekolah (Y) di atas menjadi:
2 /3 /3
Dimana:
Yi’ adalah nilai Y yang diprediksikan berdasarkan nilai X, dan /3 %4 /3 adalah nilai taksiran dari β0 dan β1.
Analisis regresi digunakan untuk menaksir model persamaan regresi di atas, dengan mencari nilai taksiran β0 dan β1. Metode yang digunakan untuk
mencari nilai taksiran dari β0 dan β1 adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square Method), atau OLS (Ordinary Least Square) yaitu metode yang diperoleh dengan meminimalkan nilai jumlah kuadrat kekeliruan/galat (ε).
Nilai β0 dan β1 pada persamaan regresi linier sederhana dapat dihitung
/3 ..
,-,,
/3 5 /3 5
Dimana:
sxy merupakan kovarians (variansi bersama) antara variabel X dan variabel Y, sxx adalah variansi dari variabel X.
sxy dan sxx dapat dicari dengan menggunakan rumus:
.,- ∑ ∑1 ∑
dan
.,, ∑ 1∑
sehingga rumus untuk mencari nilai taksiran β0 dan β1 di atas dapat dituliskan
kembali sebagai berikut:
/3 ∑ ∑ ∑∑ ∑
/3 ∑ ∑∑ ∑∑ ∑
54
1. Mencari harga-harga yang diperlukan dalam penghitungan nilai koefisien regresi (koefisien β0 dan koefisien β1), yaitu ∑ Xi , ∑ Yi , ∑ Xi.Yi , dan
∑ Xi2.
2. Memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus nilai taksiran β0 dan β1.
Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y,
dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2), yang dapat dihitung menggunakan rumus:
6 ..
,-,,.
--.-- ∑ 1∑
6 /3 ..
,--- /3
∑ ∑ ∑
∑ ∑
Hasil analisis di atas, perlu diuji signifikansinya. Pengujian signifikansi ini dilakukan dengan menguji hipotesis penelitian yang telah dijabarkan dalam
pembahasan sebelumnya. Hipotesis penelitian yang perlu diuji adalah hipotesis komparatif dan hipotesis asosiatif. Sebelum melangkah lebih jauh dengan
1. H0 : µXA = µXB = µXC melawan H1 : Minimal ada satu tanda “=” tidak benar, artinya apakah terdapat perbedaan mutu pelayanan pendidik yang signifikan
antara kelompok sekolah yang terakreditasi type A, B, dan C
2. H0 : µYA = µYB = µYC melawan H1 : Minimal ada satu tanda “=” tidak benar,
artinya apakah terdapat perbedaan citra sekolah yang signifikan antara kelompok sekolah yang terakreditasi type A, B, dan C
3. H0 : ρA = 0 melawan H1 : ρA > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif
dari mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung yang terakreditasi type A.
4. H0 : ρB = 0 melawan H1 : ρB > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif
dari mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar
Lampung yang terkareditasi type B.
5. H0 : ρC = 0 melawan H1 : ρC > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif
dari mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar
Lampung yang terkareditasi type C.
6. H0 : ρ = 0 melawan H1 : ρ > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif dari
mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung.
7. H0 : β1 = 0 melawan H1 : β1 > 0, yang artinya bahwa terdapat pengaruh yang positif dari variabel mutu pelayanan pendidik terhadap citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung, atau dengan kata lain, perubahan nilai mutu
56
Pengujian hipotesis 1 dan 2 dikenal dengan analisis variansi (ANAVA). Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji F, dengan derajat kebebasan
(k-1;n-k), dimana k adalah jumlah kelompok yang diuji (dalam penelitian ini k=3, yaitu kelompok SMA yang terakreditasi A, B, dan C), dan n adalah jumlah sampel
secara keseluruhan (n = n1 + n2 + n3). Rumus yang digunakan dalam uji ANAVA ini adalah:
Sumber variasi dk Jumlah Kuadrat (SS)
Rata-rata Kuadrat (MS)
F
Antar Kelompok (B) Dalam Kelompok (W)
k-1 n-k SSB SSW MSB MSW 7 8 7 9
Total (T) n-1 SST - -
Dimana:
: ; ;< = 5>
?
=@ A
@
8 ; 5 5
A
@
9 : 8 ; ;< = 5 >
?
=@ A
@
7 8 ( 18
7 9 7 9(
Dengan:
5 ∑ ∑A@ =@? =
Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis ini adalah tolak H0 pada taraf kepercayaan 95%, jika F yang diperoleh dari hasil perhitungan di atas lebih
besar dari F yang diperoleh dari table, dengan derajat bebas (k-1;n-k) dan tingkat kekeliruan 0,05.
Hipotesis 3 sampai dengan hipotesis 7 diuji dengan menggunakan statistik uji t student. Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis 3 sampai dengan hipotesis 6 adalah:
√ 2
√1
Dimana:
r = koefisien korelasi product moment n = banyaknya data/sampel
Nilai t yang diperoleh dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya ditulis thitung untuk membedakan dengan nilai t yang diperoleh dari table distribusi t student (selanjutnya ditulis ttabel). Nilai ttabel diperoleh dari table distribusi t
student, dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 dan derajat kebebasan n-2.
Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah
tolak H0 jika nilai thitung lebih besar dari ttabel. Artinya, jika nilai thitung lebih besar dari ttabel, dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara dua variabel yang diujikan, dengan taraf kepercayaan 95%.
Pengujian hipotesis nomor 7 dilakukan dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut:
/3 .
.,,
58
Dimana:
. C2
C .-- ..
,-,,
[image:44.595.112.516.92.630.2]Nilai t yang diperoleh dibandingkan dengan nilai t yang diperoleh dari
table distribusi t student, dengan tingkat kekeliruan α=0,05 dan derajat kebebasan dk=n-2. Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian ini adalah, tolak H0 jika thitung lebih besar dari ttabel. Jika nilai thitung lbih besar dari nilai ttabel, maka dapat
dikatakan bahwa model persamaan regresi di atas dapat diterima secara signifikan. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh status
akreditasi terhadap citra sekolah. Status akreditasi yang merupakan variabel yang berisi data kategori, memerlukan perlakuan khusus dalam analisis regresi. Analisis yang digunakan untuk mengikutsertakan variabel kategori adalah analisis regresi
dengan menggunakan variabel dummy (variabel boneka). Kriteria pembuatan variabel dummy ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah variabel dummy yang disertakan dalam analisis regresi adalah mengikuti rumus k-1, dimana k adalah jumlah kategori. Status akreditasi yang hendak disertakan dalam analisis memiliki tiga kategori, yaitu A, B, dan C,
sehingga variabel dummy yang digunakan adalah 2.
- Variabel dummy pertama (selanjutnya dilambangkan dengan A), berisi nilai 1 dan 0. Nilai 1 adalah untuk kelompok sekolah yang terakreditasi A,
dan 0 untuk kelompok lainnya.
- Variabel dummy kedua (B), memiliki nilai 1 dan 0, dimana nilai 1 adalah
untuk kelompok sekolah yang terakreditasi B dan 0 untuk kelompok lainnya.
Persamaan garis regresi untuk kasus ini adalah:
/ / / D /EF 0
114 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai mutu pelayanan
yang diberikan oleh tenaga pendidik serta persepsi siswa mengenai citra sekolahnya pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung adalah:
1. Mutu Pelayanan Pendidik di Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung sudah cukup tinggi berdasarkan persepsi dari para siswa
yang telah merasakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik di sekolahnya.
2. Persepsi siswa terhadap citra sekolahnya pada umumnya sudah baik, hanya
ada beberapa sekolah yang memperoleh nilai pada kategori sedang untuk sekolah-sekolah yang terakreditasi C. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
siswa tidak meragukan kemampuan sekolahnya, terlepas dari status akreditasi yang disandangnya.
3. Mutu pelayanan yang dibangun berdasarkan lima variabel indikatornya, yaitu
Tangible, Empathy, Responsiveness, reliability, serta Assurance, tidak
didapati adanya perbedaan antara sekolah yang terakreditasi A dengan
Berbeda dengan yang terjadi pada kelompok sekolah yang berstatus akreditasi C, sekalipun siswa di sekolah tersebut telah merasa cukup dengan pelayanan
yang diberikan oleh tenaga pendidik di sekolahnya, tetapi nilainya masih di bawah mutu pelayanan tenaga pendidik yang ada di kelompok sekolah yang
berstatus akreditasi A dan B.
4. Hal yang sama juga terjadi pada citra sekolah menurut pendapat peserta didiknya. Peserta didik yang berada di kelompok sekolah yang terakreditasi A
dan kelompok sekolah yang terakreditasi B memiliki pandangan yang sama mengenai citra sekolahnya. Mereka sama-sama bangga dengan sekolahnya,
sekalipun di beberapa komponen, ada sekolah yang mendapatkan citra yang sedang di mata peserta didiknya. Sedangkan sekolah yang memiliki status akreditasi C memiliki citra yang lebih rendahdibandingkan dengan sekolah
yang terakreditasi A dan B.
5. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Nguyen and Leblanc (TK,
2010) bahwa salah satu komponen yang mempengaruhi citra sebuah perusahaan adalah dimensi psikologis yang didasarkan atas pengalaman konsumen pada saat berinteraksi dengan perusahaan, maka dalam penelitian
ini pun dapat dibuktikan bahwa Citra Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung dipengaruhi oleh Mutu Pelayanan yang diberikan oleh
tenaga pendidik, sebagai orang yang paling sering berhubungan dengan peserta didik. Pendapat ini sesuai untuk kondisi sekolah secara umum serta untuk sekolah-sekolah yang memiliki status akreditasi A dan B.
116
dikarenakan peserta didik di sekolah ini sudah menilai rendah terhadap citra sekolahnya yang secara umum memiliki peringkat yang rendah, terbukti dari
status akreditasi yang diterimanya.
6. Status akreditasi juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap citra
sekolah. Sekolah dengan status akreditasi B memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi A dan C, serta sekolah yang terakreditasi A memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar
dibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi C. Artinya, status akreditasi A yang disandang oleh sekolah membuat usaha untuk meningkatkan mutu
dan citra sekolahnya mengalami penurunan, dibandingkan dengan usaha yang dilakukan oleh sekolah yang terakreditasi B, yang memiliki keinginan yang kuat untuk meraih status akreditasi A.
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan penelitian yang diperoleh setelah melakukan pengujian terhadap hasil penelitian di lapangan, maka ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, khususnya di Kota Bandar Lampung pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas, dimana penlitian ini dilakukan. Saran-saran yang dapat peneliti
berikan adalah:
1. Status akreditasi A tentu lebih baik daripada status akreditasi B, tetapi dalam penelitian ini, status akreditasi tidak memberikan pengaruh kepada perbedaan
memiliki akreditasi A seharusnya memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi B. Sekolah
dengan status akreditasi yang lebih tinggi, seharusnya diberikan kemandirian dalam mengelola pembelajaran, serta merubah paradigma berpikir kepada
organisasi modern, dimana konsumen atau pelanggan (siswa dan orang tua siswa) berada pada urutan tertinggi dalam nilai dan kepentingan sekolah (Kotler, 2009: 172), disamping peningkatan wawasan pendidik dan tenaga
kependidikan mengenai pelayanan prima.
2. Sekolah-sekolah yang status akreditasinya C, berdasarkan penelitian ini
memiliki citra yang sedang, walaupun tidak sampai rendah, jelas sangat mengganggu kenyamanan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Citra yang baik, tentu akan memberikan kebanggaan atau loyalitas dari siswa
dalam membawa nama sekolah. Sehingga kelompok ini harus melakukan pembenahan terhadap citranya dengan meningkatkan nilai terendah yang
diperoleh, yaitu pada dimensi komunikasi dan sikap serta nilai-nilai yang ditanamkan sekolah. Peningkatan komunikasi dan sikap dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan dengan melakukan komunikasi yang
efektif terhadap sesama pendidik dan tenaga kependidikan juga kepada siswa. Sementara peningkatan nilai pada dimensi nilai dan program yang
118
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.
Al-Rasyid, H. (1994). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pascasarjana UNPAD.
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Caldwell, B. J., & Harris, J. (2009). Why not the Best School? Camberwell: ACER Press.
Departemen Pendidikan Nasional RI. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional RI. (2009). Permendiknas Nomor 63 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional RI. (2005). PP Nomor 19 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional RI. (2003). Undang-undang Nomor 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Fattah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Gaspersz, V. (1997). Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-konsep Kualitas
dalam Manajemen Bisnis Total . Jakarta: Gramedia.
Gronroos, C. (1990). Service Management and Marketing. Massachussetts: Lexinton Book S, DC.
Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics (4th ed.). New York: McGraw-Hill. Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Johnson, R., & Bhattacharyya, G. (1985). Statistics Principles and Methods. Canada: John Wiley & Sons Inc.
Kotler, P., & keller, K. L. (2009). Manajemen pemasaran Jilid 1. (B. Molan, Trans.) Jakarta: PT. Indeks.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran Jilid 2. (B. Molan, Trans.) Jakarta: PT.Indeks.
Kotler, P., Armstrong, G., Saunders, J., & Wong, V. (1999). Principles of
Marketing (2nd Europe ed.). New Jersey: Prentice Hall Inc.
Macaulay, S., & Cook, S. (1997). How to Improve Your Customer Service, Kiat
Meningkatkan Pelayanan Bagi pelanggan. (Y. I. Sambodo, Trans.)
Jakarta: Gramedia.
Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research: An Applied Orientation. New Jersey: Prentice Hall.
Murdick, R. G., Ross, J. E., & Claggett, J. R. (1990). Information Systems for
Modern Management. New Jersey: Prentice Hall.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L. (1990). Delivering Quality
Service, Balancing Customer perceptions and Expectation. New York: the
Free Press.
Riduwan. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rochaety, E. d. (2005). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Education International.
Sagala, S. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Sallis, E. (2008). Total Quality Management in Education. (A. A. Riyadi, & Fahrurrozi, Trans.) Jogjakarta: IRCiSoD.
Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
120
Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional, Layanan Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Bandung: Mutiara Ilmu.
Sumayang, L. (2003). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Suryadi, A. (2010). Teori, Konsep, dan Aplikasi Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Keunggulan. Lokakarya Penulisan Tesis pada Program
Studi Penjaminan Mutu Pendidikan SPS UPI (p. 11). Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutojo, S. (2004). Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun LAN. (2003). Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi negara.
Tjiptono, F. (1996). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.
Tjiptono, F. (2005). Pemasaran Jasa. Malang: Banyumedia Publishing.
Tjiptono, F., & Chandra, G. (2007). Service, Quality & Satisfaction (2nd ed.). Yogyakarta: Andi Offset.