• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL PUKULAN LONG SERVICE DENGAN KETEGANGAN SENAR RAKET 30 LBS DAN 20 LBS PADA CABOR BULUTANGKIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL PUKULAN LONG SERVICE DENGAN KETEGANGAN SENAR RAKET 30 LBS DAN 20 LBS PADA CABOR BULUTANGKIS."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh :

FAHMI RAPSANJANI 0900244

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

KETEGANGAN SENAR RAKET 30 LBS DAN 20 LBS PADA CABOR

BULUTANGKIS

Oleh

FAHMI RAPSANJANI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Fahmi Rapsanjani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu FAHMI RAPSANJANI

NIM: 0900244

PERBANDINGAN HASIL PUKULAN LONG SERVICE DENGAN KETEGANGAN SENAR RAKET 30 LBS DAN 20 LBS PADA CABOR BULUTANGKIS

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Drs. Yadi Sunaryadi,M.Pd NIP. 196510171992031002

Pembimbing II

Drs.Dudung Hasanudi Ch NIP. 196003151987031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PERBANDINGAN HASIL PUKULAN LONG SERVICE DENGAN KETEGANGAN SENAR RAKET 30 LBS DAN 20 LBS PADA CABOR BULUTANGKIS

FAHMI RAPSANJANI*

2013

Permasalahan yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah Manakah yang lebih memberikan hasil pukulan Long service yang baik antara ketegangan senar raket 30 Lbs dengan 20 Lbs pada cabang olahraga Bulutangkis? Berdasarkan permasalahan di atas maka, tujuan penelitian ini yaitu mengetahui manakah yang lebih memberikan hasil pukulan Long service yang baik antara ketegangan senar Raket 30 Lbs dengan 20 Lbs .Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ketegangan senar raket 30 Lbs lebih memberikan hasil yang signifikan terhadap pukulan Long service dibanding dengan ketegangan senar raket 20 Lbs. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif komparatif, teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang atlet yang terdaftar pada club Bulutangkis SGS PLN Bandung. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes

Long service dalam cabor Bulutangkis .

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data,maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Ketegangan senar raket 30 Lbs lebih memberikan hasil yang signifikan terhadap Pukulan

Long service dibanding dengan ketegangan senar raket 20 Lbs .Berkaitan dengan penelitian ini,

penulis menyarankan kepada pelatih, pengurus dan atlet Bulutangkis untuk tidak memilih tingkat ketegangan senar raket berdasarkan sugesti yang dibicarakan oleh para pelayan toko olahraga maupun atlet profesional tetapi tidak memberikan jawaban yang memuaskan mengenai ketegangan senar raket yang sesuai dengan kebutuhan tiap masing masing atlet. Dalam hal ini para atlet Bulutangkis hendaknya menggunakan senar raket bertegangan tinggi untuk dapat memberikan hasil pukulan Long service yang baik dalam cabor Bulutangkis.

(5)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ………. 7

A. KAJIAN PUSTAKA ……… 7

B. KERANGKA BERPIKIR ……… 12

C. HIPOTESIS ……….. 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 15

A. METODE PENELITIAN ………. 15

B. DEFINISI OPERASIONAL ……….... 16

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ……… 29

D. DESAIN PENELITIAN ……….. 29

E. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ……… 30

F. INSTRUMENT DAN TEKNIK PEMGUMPULAN DATA ……….. 31

(6)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 40

A. DESKRIPSI DATA ……… 40

B. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS ……….. 45

C. DISKUSI PENEMUAN ………. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 50

A. KESIMPULAN ………. 50

B. SARAN ………. 50

DAFTAR PUSTAKA ……… 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 54

(7)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup di gemari

di Indonesia hampir semua kalangan orang menggemari olahraga ini, prestasinya pun dari

tahun 1980an telah mendunia sebagai salah satu contoh adalah telah menorehkan

beberapa kali Mendali Emas di Olimpiade, namun untuk sebuah prestasi perlu adanya

pembinaan dan pelatihan tak jarang pada setiap pelatihan Bulutangkis banyak mengalami

kendala terutama pada teknik dasar salah satu contoh yang banyak ditemukan adalah

pukulan Long Service yang kurang tinggi, kurang jauh ke belakang dan terlalu jauh atau

keluar, pada hal dalam permainan Bulutangkis Pukulan Long Service merupakan modal

awal seorang pemain untuk mengembangkan teknik dan taknik dalam pola

permainannya, tentunya dalam bermain Bulutangkis Service yang baik dapat memberi

peranan yang baik dalam memulai permainan awal dalam bermain Bulutangkis, hasil

Long service yang baik akan memaksa lawan untuk bergerak ke daerah belakang

lapangannya sehingga daerah pertahanan depan terbuka lebar .

Long service juga bisa sangat menyulitkan untuk dipukul apalagi smash sebab shutlecock akan jatuh dalam keadaan tegak lurus dengan lantai sehingga akurasi pukulan

dari musuh tidak terlalu akurat kondisi ini sangat memberikan peluang kepada seorang

pemain untuk bisa mengembangkan permainannya serta memberikan effisiensi dalam

melakukan permainannya sehinga memudahkan untuk mendapat kan point. Bisa anda

bayangkan ketika melakukan Long Service hasil pukulannya kurang tinggi jauh ke

belakang atau pasti akan memberikan kesempatan yang besar kepada musuh untuk

melakukan serangan terhadap pertahanan kita sehingga peluang untuk meraih point sangat

(8)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

dasar saja yang mempengaruhi tetapi tegangan raket yang digunakan oleh atlet juga

sangat memberi peranan terhadap hasil pukulan, banyak orang tidak menyadari bahwa

tegangan senar pada raket seorang sangat memegang peranan penting, dalam cabang

olahraga bulutangkis, kontak langsung shuttlecock ketika melakukan pukulan smes, drop

shot, Lob atau pukulan lainnya adalah dengan senar raket. Kebanyakan power yang

dihasilkan dalam pukulan berasal dari senar raket. Oleh karena itu, kiranya sangatlah

penting untuk mengetahui bagaimana perbedaan-perbedaan dalam senar raket bulutangkis

dan tegangannya yang dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil pukulan.

Menurut Sunaryadi (2010) dalam

http://jurnal.upi.edu/pko/view/231/tegangan-tali-

raket--string-tension---kaitannya-dengan-power-dan-kontrol-dalam-permainan-bulutangkis.html. yang diunduh pada tgl 16 September 2013 “Dengan menyesuaikan tegangan tali raket, maka pemain bulutangkis dapat menyesuaikan jumlah power atau

kontrol yang diperoleh dari berbagai jenis senar raket yang berdiameter tebal atau tipis’’, dalam cabang olahraga Bulutangkis, seorang atlet diharapkan mengetahui sejauh mana

hasil pukulan yang dihasilkan dari adanya Impact (Perkenaan) Shutllecock dengan String

(Senar Raket), kebanyakan para pemain Bulutangkis menganggap bahwa dengan

memasang senar raket pada tegangan amat tinggi akan meningkatkan patulan Shutllecock

yang lebih kencang ketika Shutllecock dengan raket berkenaan, ketika seorang atlet belum

menemukan tegangan yang cocok untuk raketnya , maka biasanya atlet bulutangkis

mencoba mencoba raket dengan tegangan yang berbeda. Sayang sekali, jika bertanya

tentang berapa tegangan yang harus digunakan pada seorang pelayan toko olahraga,

pelatih profesional, teman, atau atlet , biasanya tidak akan mendapatkan jawaban yang

memuaskan, karena kebanyakan orang tidak memahami pengetahuan tentang senar raket.

namun kebanyakan hampir semua merk senar di dunia saat ini membuat senar dari bahan

nilon yang memang apabila di tarik amat kencang menyebabkan permukaan raket bersifat

seperti papan terasa kaku. Dalam olahraga yang menggunakan raket semua memiliki

(9)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Bulutangkis umumnya atlet memasang senar berkisar antara 20 Lbs sampai dengan 30

Lbs tegangan tersebut termasuk tegangan yang Rendah-tinggi untuk raket Bulutangkis .

Begitu pun dalam olahraga bulutangkis, terdapat berbagai macam teknik pukulan.

Namun penulis hanya meneliti Pukulan Long service menurut Hidayat (2007:50) adalah

servis dasar anda, servis ini mengarahkan shuttlecock tinggi dan jauh ke belakang,

shuttlecock akan berbalik jatuh sedekat mungkin dengan garis batas lapangan, melalui Long

service akan memaksa lawan untuk bergerak ke daerah belakang lapangannya sehingga

daerah pertahanan bagian depan terbuka lebar. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud

untuk meneliti tentang Perbandingan hasil pukulan Long service dengan ketegangan senar

raket 20 Lbs dan 30 Lbs pada cabor Bulutangkis . Tegangan tersebut merupakan tegangan

yang sering digunakan oleh pemain Bulutangkis namun ada beberapa persoalan dilapangan

terutama bagi atlet professional atau pemula mereka sangat awam sekali dalam memilih

tegangan raket yang ideal untuk raket yang digunakan.

B.Masalah Penelitian

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya

melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan

menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian latar

belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah :

1.Manakah yang lebih memberikan hasil pukulan Long serviceyang baik antara

ketegangan senar raket 30 Lbs dengan 20 Lbs pada cabang olahraga Bulutangkis ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui manakah yang lebih memberikan hasil pukulan Long serviceyang baik

(10)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh atlet khususnya SGS PLN

dan umumnya bagi pihak lain yang berkepentingan dalam bidang olahraga Bulutangkis.

1. Di pandang secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang

berarti bagi para atlet maupun pelatih Bulutangkis dalam upaya menambah keilmuan di

bidang pembinaan dan pelatihan Bulutangkis.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis

khususnya, para pelatih, dan atlet pada umumnya dalam menggunakan tegangan senar

raket yang baik.

E. Batasan Penelitian

Batasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang

diteliti lebih terarah dan jelas kemana tujuannya.

Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah

bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang di

perlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang

timbul dari rencana tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini di batasi pada hal-hal sebagai

berikut pada halaman selanjutnya:

1. Penelitian ini yaitu mengenai Perbandingan hasil pukulan Long service dengan

ketegangan senar raket 30 Lbsdan 20 Lbs dalam cabang olahraga Bulutangkis.

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tegangan senar raket 30Lbsdan20 Lbs.

3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pukulan Long service.

(11)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Ringkasan dari penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti dalam karya ilmiah

ini.

6. DAFTAR ISI

Urutan isi karya ilmiah.

7. DAFTAR TABEL

Berisi daftar table berdasarkan urutan bab dalam karya tulis ilmiah ini.

8. DAFTAR GAMBAR

Berisi daftar gambar berdasarkan urutan bab dalam karya tulis ilmiah ini.

9. DAFTAR LAMPIRAN

Berisi daftar lampiran berdasarkan urutan bab dalam karya tulis ilmiah ini.

10.BAB I

Berisi Pendahuluan

11.BAB II

Berisi Kajian pustaka,Kerangka pemikiran dan Hipotesis Penelitian

12.BAB III

Berisi Metodologi penelitian

13.BAB IV

(12)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

14.BAB V

(13)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode penelitian

Dalam penelitian tentunya diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang

akan diteliti. Menurut Sugiono ( 2010:3 ) Secara umum metode penelitian diartikan sebagai

“Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data tujuan, kegunaan

tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sitematis . Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan

cara-cara yang masuk akal , sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti

cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat

mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan, Sistematis artinya proses yang

digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif, penelitain

ini penulis berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat

sekarang, dalam artian penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan,

Penelitian Deskriptif. Menurut Subana (2001:27) Penelitian Deskriptip adalah “Penelitian

tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek yang di teliti”. Adapun

ciri-penelitian Deskriptif antara lain :

1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan

atau permasalahan yang bersifat aktual

2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya,

(14)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena,

tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta

mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

Sedangkan jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode deskriptif

Komparatif. Dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, maka akan mampu

mengungkapkan atau menggambarkan perbandingan hasil pukulan Long service dengan

ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

metode deskriptif komparatif telah dijelaskan oleh Sukmadinata ( 2012 : 56 ) adalah “

Penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua

kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variable diteliti”. Dalam penelitian ini pun tidak

ada pengontrolan variable, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti, penelitian penelitian

dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan intrumen

yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di

antara variable-variable yang diteliti .

B.Definisi operasional

1.Tegangan Senar Raket

Tegangan Menurut http://kamusbahasaindonesia.org/Tegangan yang diunduh pada

tanggal 16 September 2013 adalah “Tekanan yang diakibatkan oleh tarikan, gaya pada tali

yang menunjang beban atau disebabkan oleh rentangan antara dua titik”.

1. Tegangan senar raket 30 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala

raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan

Metrologi Nasional dengan tarikan 30 Lbs ( 15 kg ) pada bagian kepala raket.

2. Tegangan senar raket 20 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala

raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan

(15)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu a. Tegangan Senar Raket yang Tinggi

Jika senar raket ditarik dengan tegangan yang tinggi,maka akan

menghasilkan bidang senar) yang lebih kaku. Dengan bidang senar ini, maka

akan menghasilkan kontrol yang baik pada saat Shuttlecock memantul dari senar,

yang memudahkan pemain untuk mengontrol permainanya dan menyesuaikan

penempatannya segera.

Tegangan raket yang lebih tinggi dengan senar tipis cenderung untuk

menghasilkan kecepatan. kontrol merupakan kemampuan untuk melakukan

pukulan yang keras dan menempatkannya Shuttlecock ke daerah yang

diinginkan. Jika raket dipasang dengan tegangan yang sama besar dengan senar

yang yang berbeda maka senar yang tipis akan akan lebih kaku dan

menghasilkan sedikit power, senar yang lebih tipis cenderung untuk kehilangan

tegangannya lebih cepat, maka disarankan senar yang lebih tipis untuk dipasang

dengan tegangan yang tidak terlalu rendah.

Di Malaysia, senar yang lebih tipis seperti microfilamentsynthetic yang biasa

dipasang dengan tegangan yang lebih tinggi. Pemain mengetahui bahwa

tegangan akan berkurang dalam persentase tertentusetelah dipakai dalam satu

atau dua minggu. Jadi untuk memperoleh keuntungan dari senar yang lebih tipis,

maka tegangan harus ditingkatkan lebih tinggi sampai persentase tertentu,

dengan tegangan yang lebih tinggi pada senar yang lebih tebal, yaitu

meregangkan senar menedekati batas elastisitasnya, maka Shuttlecock tidak akan

memantul sampai lapangan lawan dengan kecepatan tinggi pada saat melakukan

smes dengan menggunakan kekuatan secara normal, karena bidang senar yang

begitu kaku dan kurang fleksibel serta elastisitas untuk membantu menghasilkan

power. Maka pemain memerlukan kekuatan yang lebih besar pada saat

(16)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dengan tegangan yang lebih tinggi dan menggunakan senar yang lebih tipis,

maka akan memperoleh elastisitas, tetapi tidak akan memperoleh daya tahan

senar ( Durability ) . Dengan kata lain raket yang dipasang dengan tegangan yang

berlebihan dan diluar kemapuan fisik yang menanganinya, maka cara yang

terbaik adalah menurunkan tegangan secara drastis . Di sarankan menurunkan

tegangan sekitar satu atau dua Pound (Setengah sampai satu kilo gram ),

sehingga kontrol dan power masih bisa dipertahankan . Alternatif lain, pasang

senar yang memiliki elastisitas yang lebih tinggi dan mempunyai power. Natural

Gut dan Mikro filament merupakan pilihan terbaik .

b. Tegangan senar raket yang rendah

Jika senar dipasang dengan tegangan yang rendah, maka bidang senar akan

memberikan pantulan yang lebih besar. Dengan hasil pantulan ini, maka

Shuttlecock akan menempel di senar lebih lama sebelum memantul kembali ,

memudahkan pemain untuk menyesuaikan power smashnya, pada saat impact

satel akan menempel lebih dalam pada tali senar yang lebih tipis, maka

memberikan kontrol power dan juga membantu meminimalkan pengaruh

tahanan udara yang memudahkan pemain untuk meningkatkan powernya . Raket

yang dipasang dengan senar tipis dan bertegangan lebih rendah cenderung untuk

menambah power pada saat melakukan smes dan chop dari baseline, Istilah

perasaan ( Feeling ) berarti meskipun Shuttlecock dipukul dengan pelan atau

melakukan drop shot, maka pemain masih mampu untuk menempatkan

Shuttlecock ke tempat yang diinginkan. Power berarti jika smes bahkan

dilakukan dengan kekuatan normal, tetapi Shuttlecock akan sampai ke lawan

dengan kecepatan tinggi.

Dengan tegangan yang lebih rendah dan senar yang lebih tipis, yaitu

meregang senar sampai batas elastisitasnya, maka akan mengahasilkan

(17)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengakibatkan pantulan yang lebih besar pada saat impact. Dengan bantuan

bidang senar yang lebih memantul, maka Shuttlecock akan dapat sampai pada

lawan dengan kecepatan tinggi ketika smes dilakukan dengan kekuatan normal ,

karena bidang senar mempunyai fleksibilitas dan elastisitas yang sempurna

untuk membantu menghasilkan power.

Sayang sekali, karena karakteristik pantulan ini, maka pemain akan

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dan mengontrol pukulannya ketika

melakukan pukulan dengan backswing yang melingkar panjang dan memukul

Shuttlecock lebih jauh, maka pemain harus menyesuaikan pukulannya.

Alternatifnya, untuk memperoleh control yang lebih baik, maka cara terbaik

adalah sedikit meningkatkan tegangan senar, tidak meningkatkan tegangan senar

secara drastis, tetapi berkisar satu atau dua Pound, sehingga akan dapat

memepertahankan Kontrol dan juga power . Tegangan senar yang lebih rendah

dengan senar yang lebih tebal akan menghasilkan elsatisitas yang

diperlukan,karena senar yang tebal cenderung kurang elastis meskipun lebih

awet (durable).

c. Pengaruh Cuaca terhadap tegangan senar

Senar Badminton sangat sensitif terhadap perubahan suhu sangat

dipengaruhi oleh iklim di bebagai tempat di dunia. Di Malaysia dan Negara –

Negara Asia tenggara lainnya, suhu agak panas dan lembab, maka tegangan

senar cenderung menurun lebih cepat meskipun akan awet, bila dibandingkan

dengan Negara-negara yang mempunyai musim dingin dan kering . Kebanyakan

pemain di Negara ini memasang senar dengan tegangan tinggi sampai 24 Pound

dengan senar tipis . Senar Badminton agak rapuh bila dipasang di Negara-negara

yang mempunyai musim dingin seperti Eropa, Amerika dan Kanada. Maka

senar dipasang dengan tegangan yang agak rendah, sekitar 18 Pound untuk

(18)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu d. SSA ( Sweet Spot Area )

Mungkin sebagian besar atlet tidak mengetahui seberapa besar peranan

Sweet spot area dalam penggunaan raket bulutangkis, menurut Budiwantoro

dalam http://bulutangkisindonesia.blogspot.com/2007_06_11_archive.htmlyang

diunduh pada tanggal 19 September 2013 “ Daerah pada raket yang memberikan pantulan pukulan relatif sempurna dan vibrasi energi ke tangan sekecil mungkin

“. Dalam bulutangkis perkenaan senar raket dengan Shuttlecock menghasilkan

getaran pada raket yang mengakibatkan secara tidak disadari oleh pemain

mengalami tahanan yang tentunya dapat menguras energi si atlet, manfaat dari

Sweet spot area adalah untuk meminimalisirkan getaran yang terjadi pada raket,

selain itu perekenaan shuttlecock pada daerah Sweet spot area lebih memberikan

pantulan yang baik tentunya dalam kajian ini diharapkan seorang atlet dapat

mengetahui Sweet spot area yang baik pada raketnya salah satu contoh untuk

mengetahuinya adalah dengan menjepit grip (pegangan) raket lewat jepitan

khusus yang sama jika dijepit tangan pemain. Lalu, jatuhkan kok ke raket pada

titik-titik yang berbeda. Getaran yang ditimbulkan pun dicatat. Energi inilah

yang kemudian merambat ke tangan pemain. Yang paling rendah getarannya

(19)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar. 3.1

( Daerahsweet spot area pada raket )

Perhatikan gambar. 3.1 diatas bagian yang berwarna merah merupakan

daerah SSA yang paling sedikit menghasilkan getaran apabila makin mendekati

frame maka getaran yang dihasilkan akan besar.

e. Deformasi dalam bidang senar raket

Deformasi menurut

http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-plastic-dan-delastic.html yang diunduh pada tanggal 20 september 2010

adalah “Perubahan bentuk material yang apabila gaya penyebab deformasi

itu dihilangkan deformasi ke bentuk semula” teori ini sangat erat sekali

dengan gaya yang dialami senar raket ketika berkenaan dengan shuttlecock ,

bidang senar raket yang datar dengan kepadatan pemasangan senar raket

dilihat dengan sekilas maka terlihat kokoh namun berbeda ketika terjadi

impact, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar bidang senar raket

(20)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

permukaan raket ? senar raket mengalami perubahan permukaan senarnya

juga tergantung kekuatan yang dikerahkan oleh si atlet ketika memukul

shuttlecock. Semakin besar deformasi yang dialami oleh raket maka power

yang dihasilkan akan semakin besar, semakin kecil deformasi yang dialami

oleh raket maka power yang dihasilkan akan semakin kecil. Jadi dapat

diambil kesimpulan untuk mendapatkan kontrol yang baik maka permukaan

senar raket harus mengalami sedikit mungkin deformasi yang terjadi pada

bidang senar raket,alternatif yang harus dilakukan adalah dengan

meningkatkan ketegangan senar raket untuk mengurangi deformasi pada

bidang senar raket .

Gambar. 3.2

(21)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar. 3.3

(Senar dengan bahan Microfilament Syntetic)

Gambar. 3.4

(22)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar.3.5

( Senar yang digunakan dalam penelitiant )

Karakteristik senar raket Bg 6 :

1. Diameter senar 0,67 mm

2. Di buat dari bahan microfilament sintectic

3. Durability ( daya tahan ) senar kurang karena diameter senar kecil

(23)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2.Pengertian Pukulan Long Service

Pukulan Long service Menurut Hidayat (2007:50) adalah “Servis dasar anda, servis

ini mengarahkan shuttlecock tinggi dan jauh ke belakang, shuttlecock akan berbalik jatuh

sedekat mungkin dengan garis batas lapanganbelakang lawan”, melalui Long service akan

memaksa lawan untuk bergerak ke daerah belakang lapangannya sehingga daerah

pertahanan bagian depan terbuka lebar.

Pelaksanaan servis panjang biasanya dilaksanakan dengan cara forehand service

tinggi sering dilakukan dalam permainan tunggal, latihan servis tinggi sering diabaikan

oleh pemain maupun pelatih, padahal servis tinggi yang baik juga menentukan akhir dari

permainan. Prinsip pada servis tinggi yang baik adalah melambung tinggi dan jatuhnya

dibidang belakang lapangan lawan, sedekat mungkin dengan garis belakang .

Gambar. 3.6

(24)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gerakan permulaan pada Long service adalah mengayunkan raket dan saat

menjatuhkan Shuttlecock harus selalu bersamaan. Sesudah anda melakukan gerakan service

ini, langsung melangkah ke muka dan buatlah supaya garis batas tengah berada diantara

kaki anda . Posisi ini merupakan pangkalan tempat anda selalu kembali setelah melakukan

setaiap pukulan.

Beberapa petunjuk untuk melakukan pukulan Long service menurut Poole

(2011:24) adalah :

1. Berdirilah dengan enak dan pusatkan sebagian besar berat badan pada kaki belakang anda.

2. Rentangkan lengan kiri ke depan dan jatuhkan Shuttlecock tepat sebelum mengayunkan raket ke muka.

3. Putarlah bahu dan pinggul anda pada saat berat badan berpindah dari kaki belakang ke kaki depan .

4. Pergelangan tangan dan lengan bawah harus berputar pada saat Shuttlecock disentuh oleh raket.

5. Gerakan tangan kanan pada akhir service harus berada tinggi dan usahakan melampaui bahu kiri

6. Jangan mengangkat atau menggeser kedua kaki anda samapi saat

Shuttlecockdipukul.

7. Arahkan Shuttlecock tinggi dan jauh .

8. Jangan mendorong Shuttlecocktetapi pukulah.

1 2 3

Gambar. 3.7

(25)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a.Fase fase dari mekanika gerak pada Long service

Dalam pengerahan kekuatan untuk melakukan Long service tentunya ada

beberapa fase ketika melakukan pukulan menurut Sunaryadi (2008 :153 ) ada 3

fase dalam melakukan gerakan dalam Long service yaitu :

1. Fase persiapan (preparatory phase).

Alur gerak Long service diawali dengan gerak awal sebagai tahap persiapan dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan hasil pukulan Long

service. Tahap awal dimulai dari sikap menarik lengan ke belakang dalam posisi

siku ditekuk sedikit dan kelima jari memegang raket. Untuk tangan yang satunya memegang Shuttlecock untuk persiapan menjatuhkan shuttlecock pada tahap propulsif, pada persendian bahu ( Shoulder joint ) posisi lengan bagian atas harus diupayakan sejajar dengan bahu.Tarikan bagian pinggang ke posisi menyamping menjadi salah satu bagian memperbesar ruang gerak untuk menghasilkan pukulan Long service yang baik .

Bagian persendian yang bekerja pada posisi persiapan adalah sebagai berikut ; Ketika posisi tangan memegang raket terjadi gerakan extensionpada sendi pergelangan tangan ( wrist joint ) , pada bagian siku ( elbow joint ) terjadi gerakan flexion dan melibatkan tulang humerus, radius, ulna, dan otot yang dominan bekerja adalah otot biceps dan otot flexor.

Pada bagian lengan . Ketika lengan ditarik ke belakang terjadi gerakan retro fleksi pada sendi bahu ( shoulder joint ) otot yang bekerja adalah deltoid (bahu ) , trapezius ( otot kerudung ) , triceps.

2. Fase Propulsip

(26)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

adalah abduction, otot yang bekerja yaitu ; Otot sekitar pergelangan tangan dan otot flexor pada lengan bagian bawah.

3. Fase gerak lanjutan ( follow-trough phase )

Tahap akhir adalah rangkaian gerak yang turut menentukan arah pukulan pada teknik Long service, ketika shuttlecock mengenai senar raket yang berada di kepala raket, tangan yang memegang raket harus bergerak ke depan dan atas sampai batang raket berada pada posisi horizontal dibawah ketinggian tangan di depan tubuh.Ujung raket harus diarahkan ke depan tubuh. Gerakan yang tak kalah penting lainnya adalah rotasi tulang belakang yang menjadikan togok tubuh menghadap ke depan .

3.Pengertian Hasil

Pengertian hasilmenurut Waskito( 2010:203) adalah “Sesuatu yang diadakan,

dibuat, dijadikan dsb oleh usaha “ .Jadi dapat diartikan bahwa long service merupakan

suatu hasil keterampialn seorang atlet bulutangkis untuk memulai pertandingan

bulutangkis.

4.Pengertian Perbandingan

Pengertian perbandingan menurut http://kamusbahasaindonesia.org/perbanding

yang diunduh pada tanggal 25 September 2013 adalah “ Perbedaan atau selisih “ jadi sesuai

dengan judul penelitian ini si peneliti seslisih yang signifikan antara hasil pukulan Long

service dengan ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs .

C.Waktu dan tempat penelitian

1.Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian berlasung selama 14 hari pada tanggal 28 Agustus

s/d 10 September 2013 karena dalam tes ini masing masing variable di tes 2 x karena

keterbatasan waktulah penelitian memakan durasi cukup lama selain itu faktor yang

menjadi penghambat penelitian adalah meminta kepada pelatih untuk meluangkan

waktunya ( meminjam jadwal program latihan ) untuk akhir pekan tidak ada hambatan

(27)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat

dilakasankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian, karena itu desain

penelitian berfungsi untuk memberikan jalan dan arah proses penelitian berlangsung.

Desain penelitian diperlukan untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan penelitian ,agar

penelitian yang dilakukan arahnya jelas dan terencana. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan desain penelitian sebagai berikut :

a. Varible bebas ke 1 : Raket dengan Tegangan senar 30 Lbs ( X1 )

b. Varible bebas ke 2 : Raket dengan Tegangan senar 20 Lbs ( X2 )

c. Variable terikat : Pukulan Long Service ( Y )

Gambar. 3.8

( Desain penelitian )

E.Populasi dan Sampel Penelitian

1.Populasi

Populasi merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian. Ketelitian di dalam

menentukan jumlah dari suatu populasi dan sampel akan menentukan keberhasilan

suatu penelitian. Untuk memperoleh data yang kongkrit, maka memerlukan sumber

data yang akan diperoleh dari populasi, Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa:

X

1

X

2

(28)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan

kemudian di tarik kesimpulan”.

Beranjak dari kutipan tersebut, maka yang dimaksud populasi adalah sekumpulan

unsur yang akan diteliti seperti sekumpulan individu, sekumpulan keluarga, dan

sekumpulan unsur lainnya. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh

informasi yang berguna untuk memecahkan masalah peneliti penelitian.Populasi dalam

penelitian ini adalah atlet bulutangkis yang sudah mahir dari beberapa klub Bulutangkis

besar di kota Bandung .

2.Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian terkecil dari suatu kelompok. Mengenai sampel Sugiyono

(2010:118) menjelaskan bahwa sampel adalah “ agian dari jumlah dan karakteristik yang di

miliki oleh populasi tersebut”. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive sampling, Purposive sampling menurut Sugiyono

(2010:124): “Teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu”. Tujuan yang

dimaksud adalah ketika si peneliti melakukan pengambilan data di sebuah klub besar kota

Bandung makasi peneliti memilih atlet dengan kriteria yang ditetapkan sesuai dengan

tujuan penelitiannya mengambil sebanyak mungkin sampel yang akan ditelitinya, dalam

penelitian ini pengambilan sampel minimal 20 orang.

F.Instrument dan Teknik pengumpulan data

1.Intrument

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Mengenai tes, Nurhasan dan

hasanudin (2007:3) menjelaskan bahwa: “tes merupakan suatu alat ukur yang digunakan

untuk memperoleh data”. Adapun alat ukur untuk hasil pukulan Long service adalah Tes

Long service oleh Scott Fox dalam Nurhasan dan Cholil (1959:233) dengan Validitas 0,94

(29)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Alat tulis

2. Raket

3. Shuttlecock

4. Kapur (untuk pembatas skor lapangan )

5. Jangka (Untuk membuat jari-jari pembatas skor )

Pelaksanaan :

Tester coba berdiri di daerah yang terletak di sudut-menyudut dengan bagian

lapangan yang di beri sasaran. Kemudian tester melakuakan Long service diarahkan ke

daerah sasaran dan berusaha melewatkan shuttlecock di atas tali dengan cara serve yang

sah, Tiap tester diberi kesempatan melakukan Long service sebanyak 20 kali.

Untuk Long service daerah-daerah sasaran dibuat pada sudut belakang .

Bagiansamping, masing-masing dengan ukuran yang sama dengan sasaran untuk serve

pendek dengan jari-jari 55, 76, 97 , 107 cm. Pada sepanjang net dengan lebih 5 cm

direntangkan sejajar dengan net berjarak 14 feet (4,27 m) dari net, dengan tinggi 8 feet

( 2,44 m) dari lantai.

Cara Menskor :

Shuttlecock yang yang di pukul dengan benar dan memenuhi syarat tes serta jatuh di

daerah sasaran, yang bernilai dengan urutan dari dalam ke luar yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 .

Shuttlecock yang tidak masuk d sasaran tidak diberi nilai. Shuttlecock yang jatuh pada

garis sasaran dianggap masuk ke daerah sasaran yang bernilai lebih tinggi. Nilai dari 20

kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan, jumlah ini merupakan skor dari Long

(30)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

X = Tempat Serve

Gambar. 3.9

( Lapangan Untuk Tes Long sevice )

2.Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian tentunya diperlukan alat ukur untuk mengetahui kriteria-kriteria

suatu dari Tes yang akan digunakan dalam suatu penelitian . Nurhasan dan D.Hasanudin

(2007:3) mengemukakan bahwa : „‟ Dalam pengumpulan data/informasi dari suatu obyek

tertentu , dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur‟‟.

Adapun langkah-langkah peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

A. Prosedur Umum

a. Meminta surat ijin penelitian kepada bagian akademik jurusan

b. Konfirmasi kepada pengurus yang akan menjadi tempat penelitian

c. Memberikan surat penelitian kepada pengurus yang barada di tempat penelitian

d. Mengkonfirmasi kepada pengurus dan pelatih tentang tanggal penelitian

dimulai.

X

1 5 3 4

2

(31)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu B. Prosedur Inti

a. Setelah mendapat ijin untuk melaksanakan penelitian langkah selanjutnya

mempersiapkan instrument pengumpulan data dengan dibantu oleh teman

sebagai testor 2.

b. Setelah mempersiapkan langkah selanjutnya adalah memberikan pengarahan

kepada sampel oleh testor 1 ( Penulis skripsi ) .

c. Testor 1 mempersilahkan kepada sampel untuk melakukan pemanasan

d. Dalam pelaksanaan tes semua sebjek melakukan tes long service dengan raket

tegangan 30 lbs dan 20 lbs masing masing 20 x 2 .

e. Tugas Testor hanya mengawasi jalannya tes .

C. Ketentuan Tes

a. Skor tes dihitung atau dinyatakan sah bila shuttlecock jatuh dalam keadaan

tegak lurus dan tinggi .

b. Shuttlecock yang jatuh tepat pada garis maka skor yang dihitung adalah yang

terbesar.

c. Sebelum penghitungan dimulai subjek dipersilahkan mencoba Long service 3 x

setelah itu penghitungan skor service dimulai.

d. Shuttlecock yang keluar dari sasaran maka diberikan skor 0 .

e. Subjek melakukan tes sebanyak 2 x 20 kali pada masing-masing tegangan

senar yang berbeda.

f. Pelaksanaan tes yang pertama melakukan Long service 20 kali seteleh itu

subjek diganti .

g. Penghitungan skor adalah akumulasi skor sebanyak 20 kali melakukan Long

service .

(32)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

NO Nama Service

Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1

2

3

4

5

6

7

8

Tabel. 3.1

( Format pengambilan skor Long service )

D. Evaluasi

a. Testor melakukan evaluasi mengenai pelaksanaan tes.

b. Testor mengumumkan hasil tes kepada sampel.

c. Testor mengkonformasikan kepada atlet bahwa pelaksanaan tes selama 2 kali.

d. Pelaksanaan tes ditutup dengan do‟a .

Untuk lebih jelas mengenai langkah-langkah penelitian dapad dilihat pada gambar.3.9 di

(33)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun bagan langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar. 3.10

( Langkah-langkah pengumpulan data penelitian)

Populasi

Sampel

Tes Pukulan Long

Sevice dengan

Raket Tegangan

30 lbs

Tes Pukulan Long

Sevice dengan

Raket Tegangan

20 lbs

Kesimpulan

Pengolahan

data

Pengumpulan

(34)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu G.Teknik Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan data mentah,

sehingga perlu diolah dan dianalisa, sehingga menghasilkan suatu makna atau kesimpulan

yang dapat menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang berhubungan dengan

permasalahan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam

pengolahan data ini sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variable, Rumus

Untuk menghitung rata adalah .

Arti unsur-unsur diatas :

X = Nilai rata-rata yang dicari

∑X = Jumlah nilai yang didapat oleh seluruh sampel

n = Banyaknya sampel

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel. Rumus yang digunakan

adalah :

S = ∑ ( X₁ - X )2 √ n - 1

Arti Unsur-unsur diatas :

S = Simpangan Baku

X = Nilai yang didapat

X = Nilai rata-rata

(35)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan pendekatan Uji

Lilifors.

Uji ini dinamakan uji normalitas distribusi pendekatan Uji Lilifors.Hal

ini dilakukan andaikata kelompok sampel yang digunakan dalam sebuah

penelitian itu di asumsikan sebagai kelompok kecil. Dalam uji normalitas

apabila distribusi data normal maka dalam uji signifikansi menggunakan

pendekatan statistik parametrik, sedangkan untuk distribusi data yang tidak

normal maka menggunakan pendekatan statistik non parametrik.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

a) Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan

yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b) Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan

kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

(36)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

f) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak

dariseluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo. Dengan bantuan

tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. Untuk

menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang

dipilih.Kriterianya adalah; Tolak hipotesis nol, jika Lo yang

diperoleh dan data pengamatan melebihi L (Ho jika Lo > Lα =

Tidak Normal). Dalam hal lainnya hipotesis diterima (Ho jika Lo ≤

Lα = Normal).

4. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan hanya apabila sampel berdistribusi normal.

Uji dua variansi dengan menggunakan rumus :

Variansi besar

F =

Variansi kecil

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah :

Tolak hipotesis ( Ho ) jika Fhitung> F

(37)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon

Uji tanda ini didasarkan pada tanda – tanda positif dan negative

yang besarnya beda juga diperhatikan. Langkak – langkah yang

diperlukandalam pengujian menurut Nurhasan (2008:231) dalah sebagai

berikut:

a) Berikan jenjang (rank) untuk tiap – tiap beda dari

pasanganpengamatan (X1-X2) sesuai dengan besarnya, dari yang

terkecil sampai terbesar gtanpa memperhatikan tanda beda itu

(nilai beda absolute). Bila ada dua atau lebih beda yang sama,

maka jenjang untuk tiap beda itu adalah jenjang rata – rata.

b) Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap

beda sesuai dengan tanda dari beda itu, beda 0 tidak diperhatikan.

c) Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai T untuk uji

(38)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data mengenai Perbandingan hasil

pukulan Long service dengan ketegangan 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis,

maka dapat disimpulkan bahwa ketegangan senar raket 30 lbs lebih memberikan hasil

yang signifikan dibanding dengan ketegangan 20 lbs .

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan,ada

beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan saran sebagai berikut:

1 .Sejalan dengan hasil pengolahan dan analisis data menunjukan bahwa

ketegangan senar raket 30 lbs lebih memberikan hasil Long service yang

signifikan dibanding ketegangan senar raket 20 lbs . Demikian penulis

menyarankan kepada pelatih, pengurus dan atlet Bulutangkis untuk tidak

memilih tingkat ketegangan senar raket berdasarkan sugesti yang dibicarakan

oleh para pelayan toko olahraga maupun atlet profesional tetapi tidak

memberikan jawaban yang memuaskan mengenai ketegangan senar raket yang

sesuai dengan kebutuhan tiap masing masing atlet .

2 . Bagi rekan rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang

pengaruh atau perbandingan suatu tehnik pukulan bulutangkis, penulis

menyarankan untuk mencobakan bentuk tehnik pukulan lainnya yang sesuai

dengan tuntutan kebutuhan cabang olahraga bulutangkis dan kondisi pelatihan

atau aspek-aspek latihan lainnya yang dapat meningkatkan keterampilan dalam

melakukan suatu tehnik pukulan bulutangkis pada khususnya, dan umumnya

meningkatkan prestasi pada cabang olahraga Bulutangkis.

3 .Bagi peneliti lanjut yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis,

sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih

(39)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

dapat diimplementasikan dalam dunia kepelatihan ataupun pembinaan

(40)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

Daftar Pustaka

Hidayat, Yusuf dan Rahmat, Alit (2010).Permainan Bulutangkis .Bandung:FPOK UPI

Bandung.

Nurhasan, dan Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung:

FPOK UPI Bandung.

Nurhasan, dan Hasanudin. (2008). Statistika. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Pengurus daerah PBSI Jawa Barat. Materi Penataran Wasit Bulutangkis. PBSI

Bandung.

Poole,James.(2011). Belajar Bulutangkis. Bandung. Pionir jaya .

Subana.(2001) Dasar dasar penelitian ilmiah.Bandung :Pustaka Setia.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsini, Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT.rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana ( 2012 ). Metode penelitian Pendidikan . Bandung:Remaja

Rosdakarya.

Sunaryadi, Yadi.(2010). Analisis Mekanika Cabang Olahraga.Bandung.FPOK UPI

Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI

Bandung.

Waskito ( 2010 ). Kamus praktis bahasa Indonesia.Jakarta : Wahyu media .

Yusup,Ucup dan Sutresna, Nina( 2008 ). Anatomi Manusia .Bandung :FPOK UPI

(41)

Fahmi Rapsanjani, 2013

Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis

SUMBER LAIN

http://bulutangkisindonesia.blogspot.com/2007_06_11_archive.html.

http://kamusbahasaindonesia.org/Tegangan%20#ixzz2WAEIJQzv.Diunduh pada

tanggal 16 September 2013.

http://kamusbahasaindonesia.org/Perbandingan.Diunduh pada tanggal 25 September

2013

http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-plastic-dan-delastic.ht .Diunduh pada

tanggal 20 september

Jurnal.upi.edu/.../tegangan-tali-raket-(string-tension)--kaitannya-dengan control dan

Gambar

Gambar. 3.1  sweet spot area pada raket )
Gambar. 3.2 ( Ilutrasi deformasi senar raket )
Gambar. 3.3  (Senar dengan bahan Microfilament Syntetic
Gambar. 3.6 ( Gambar skema daerah Servis dalam Bulutangkis )
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis terhadap unsur-unsur makna dalam objek penelitian berupa foto-foto yang dapat diambil kesimpulan utama bahwa makna apa yang ada dalam foto

Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan,

Hasil penelitian ini adalah 10 klasifikasi, 8 tata bentukan kata, dan 2 fungsi ragam bahasa yang digunakan di kalangan pecandu narkoba, yakni sebagai alat

Apakah Karyawan mencari cara yang bervariasi untuk melakukan tugas, agar?.

Untuk mengkaji kondisi iklim dan hidrologi serta pengaruh pasang surut di kawasan sub DAS Air Sugihan, dilakukan analisis Neraca Air terhadap data iklim (curah hujan,

Website ini dibuat untuk memberikan informasi yang ditujukan kepada masyarakat yang ingin mempelajari, mengolah dan memanipulasi gambar / foto menjadi lebih baik menggunakan

Temuan 1 Belum ada komputer di tempat produksi jagung pipilan sehingga sistem pencatatan perhitungan harga pokok produksi masih dilakukan secara manual, sehingga dapat

Tahapan kegiatan yang selanjutnya adalah pembelajaran mandiri. Pada pembelajaran mandiri mahasiswa melakukan praktik mengajar dengan ketentuan mengajar satu hari