• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Pada Sekolah Dengan Pusat Informasi Konseling (PIK-R) Dan Tanpa PIK-R Di Kota Denpasar Tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Pada Sekolah Dengan Pusat Informasi Konseling (PIK-R) Dan Tanpa PIK-R Di Kota Denpasar Tahun 2016."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT

INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR

TAHUN 2016

LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT

INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR

TAHUN 2016

LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI NIM. 1420015004

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT

INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR

TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI NIM. 1420015004

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Pada Sekolah Dengan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) Dan Tanpa PIK-R Di Kota Denpasar Tahun 2016” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada :

1. dr. I Md. Ady Wirawan, MPH, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

2. Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH., selaku Kepala Bagian Peminatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Kepala SMP Dwijendra dan SMP Saraswati 1 Denpasar yang telah memberikan izin pengambilan data awal keadaan siswa siswi di sekolah tersebut.

4. Keluarga serta teman-teman PSKM matrikulasi angkatan 2014 dan semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan dan semoga skripsi ini bermanfaat.

(7)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KESEHATAN IBU DAN ANAK/KESEHATAN REPRODUKSI Skripsi, Juni 2016

Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Pada Sekolah Dengan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) Dan

Tanpa PIK-R Di Kota Denpasar Tahun 2016

ABSTRAK

Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah tiga risiko yang dihadapi remaja yang berkaitan dengan seksualitas, HIV/AIDS dan Napza. PIK-R adalah salah satu wadah yang dikembangkan untuk memberikan pelayanan informasi dan konseling dimana salah satu materi yang diberikan adalah Triad KRR. Remaja yang pernah mengikuti kegiatan PIK-R akan mempunyai pengetahuan yang baik tentang Triad KRR dan dapat mencegah perilaku berisiko pada remaja. SMP Dwijendra Denpasar merupakan satu-satunya SMP yang memiliki PIK-R di Kota Denpasar. SMP Saraswati 1 Denpasar memiliki karakteristik sama dengan SMP Dwijendra Denpasar namun tidak memiliki PIK-R. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R di Kota Denpasar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kota Denpasar dengan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Dwijendra dan SMP Saraswati 1 Denpasar. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik propotional to size dan simple random sampling. Data dianalisis secara univariat untuk memperoleh distribusi gambaran masing-masing variabel dan secara bivariat dengan uji chi square.

Hasil univariat menunjukkan bahwa responden pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R memiliki pengetahuan yang baik tentang Triad KRR. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R (p=0,758).

(8)

viii PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY

MATERNAL AND CHILD HEALTH/REPRODUCTIVE HEALTH Essay, June 2016

The Differences Of Adolescent Knowledge About Triad Of Adolescent Reproductive Health (ARH) In Between School With And Without Adolescent

Counseling Information Center (PIK-R) In Denpasar City Years 2016

ABSTRACT

Triad Adolescent Reproductive Health (ARH) is a term to represent three adolescent reproductive health related to sexuality, HIV/AIDS and drugs. PIK-R is one of the strategy that was developed to provide information and counseling services where one of the materials provided are Triad KRR. Adolescent who have participated in the PIK-R will have a good knowledge of Triad KRR and can prevent risky behavior in adolescents. SMP Dwijendra Denpasar is the only junior high school who has PIK-R in Denpasar. SMP Saraswati 1 Denpasar has the same characteristics with SMP Dwijendra Denpasar but has no PIK-R. The purpose of this study was to determine differences in knowledge about the Triad KRR teenagers in schools with PIK-R and without PIK-R in Denpasar.

This research was an descriptive study using cross sectional design. The population in this study were all junior high school students in Denpasar with a population of affordable is the entire eighth grade students in SMP Dwijendra and Saraswati 1 Denpasar. The sample were derived by using proportional to size and simple random sampling. Data was analyzed by univariate to obtain a picture of the distribution of each variable and bivariate with chi square test.

Univariate results showed that respondents in schools with PIK-R and without PIK PIK-R has a good knowledge of Triad KRR. Bivariate test results showed that there was no difference in knowledge of adolescents about Triad KRR on schools with PIK-R and without PIK-R (p = 0,758).

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Pertanyaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4.1Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined.

(10)

x

1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.5.1Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined.

1.5.2Manfaat Teoritis ... Error! Bookmark not defined.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 PIK-R ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1Definisi PIK-R ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2Tahapan dan Kegiatan PIK-R ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Triad KRR... Error! Bookmark not defined.

2.2.1Seksualitas ... Error! Bookmark not defined.

2.2.2HIV/AIDS ... Error! Bookmark not defined.

2.2.3Napza ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . Error! Bookmark not defined.

3.1 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

3.2.1Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2.2Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

(11)

4.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1Populasi penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.3.2Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.4 Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

4.5 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.5.1Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.

4.5.2Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined.

5.3 Pengetahuan Responden Tentang Triad KRR Error! Bookmark not defined.

5.4 Perbedaan Pengetahuan Responden Tentang Triad KRR Pada Sekolah Dengan PIK-R dan Tanpa PIK-R ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

(12)

xii

6.2 Kelemahan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

7.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

7.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...20

Tabel 4.1 Tabel besar sampel ...24

Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Responden Di SMP Dwijendra dan SMP Saraswati 1 Denpasar Tahun 2016...28

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Triad KRR...29

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Tiga Kategori Triad KRR...30

Tabel 5.4 Gambaran Pengetahuan Responde Tentang Seksualitas...30

Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang HIV/AIDS...31

Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Napza...32

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

PIK-R : Pusat Informasi Konseling Remaja

SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia KRR : Kesehatan Reproduksi Remaja

UNICEF : United Nations Children’s Fund

BKKBN : Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

PKBR : Penyiapan Kehidupan Bagi Remaja BNN : Badan Narkotika Nasional

KPA : Komisi Penanggulangan AIDS GenRe : Generasi Berencana

BKR : Bina Keluarga Remaja

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(17)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja adalah penduduk yang berusia antara 10-24 tahun. Masa remaja adalah periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Remaja mempunyai sifat khas yang sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, maka akan menimbulkan perilaku berisiko yang harus ditanggung dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial (Kemenkes RI, 2015).

(18)

2

dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) masih rendah dimana hanya 35% wanita dan 19% pria mengetahui gonorrhea, 14% wanita dan 4% pria mengetahui genital herpes sedangkan jenis IMS lain dibawah 1%. Informasi tentang HIV lebih banyak diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai HIV/AIDS. Berdasarkan penelitian oleh Simarmata (2013), sebanyak 55,6% siswa SMP kurang mengerti akan dampak narkoba yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran hingga kematian. Dalam rangka mengemban amanat undang-undang dan merespon permasalahan remaja, BKKBN mengembangkan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) sekaligus membentuk wadah kegiatan tersebut dengan prinsip pengelolaan dari, oleh dan untuk remaja yang diberi nama Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) pada tahun 2006. Sejalan dengan perkembangan zaman pasca lahirnya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, PIK KRR telah diubah namanya menjadi Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) sementara programnya berubah menjadi program Penyiapan Kehidupan Bagi Remaja (PKBR). PIK-R dengan program PKBR nya sekarang ini diharapkan mampu memfasilitasi terwujudnya “Tegar Remaja” yakni remaja yang tidak saja berperilaku sehat dan terhindar dari risiko Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza) tetapi juga remaja yang mau menunda usia perkawinannya hingga mencapai kedewasaan penuh, bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (Sudarmi,2010).

(19)

memanfaatkan jasa pelayanan dari pusat kesehatan reproduksi remaja. Situmorang dalam BKKBN (2012) mengatakan bahwa rendahnya pengetahuan terhadap ciri reproduksi terutama remaja pria dapat menyebabkan remaja memiliki perilaku berisiko.

SMP Dwijendra Denpasar adalah satu-satunya sekolah menengah pertama di Kota Denpasar yang memiliki PIK-R. PIK-R SMP Dwijendra Denpasar terbentuk pada tahun 2012 dengan nama R Smara. R Smara merupakan salah satu R terbaik di Kota Denpasar sekaligus PIK-R terbaik tingkat nasional pada tahun 2013. Kegiatan yang dilakukan oleh PIK-PIK-R Smara adalah melalui ekstrakurikuler PIK-R yang meliputi sosialisasi saat Masa Orientasi Siswa (MOS), penyuluhan kepada seluruh siswa, siaran radio tentang isu kesehatan terkini, dan lain-lain. Saat ini PIK-R Smara memiliki enam pendidik sebaya dan enam konselor sebaya yang terdiri dari siswa kelas VIII dan IX.

Berdasarkan data Disdikpora, saat ini di Kota Denpasar terdapat 61 SMP, 29 SMA/SMK, dan 29 Perguruan Tinggi, namun tidak semuanya memiliki R. Dari 61 SMP hanya satu PIK-R tingkat SMP yang terbentuk di Kota Denpasar yaitu PIK-PIK-R Smara. SMP Saraswati 1 Denpasar merupakan salah satu SMP di Denpasar yang memiliki karakteristik sama yaitu sama-sama berstatus sekolah swasta dan terletak di pusat Kota Denpasar dan tidak memiliki PIK-R.

(20)

4

berisiko. Untuk mencegah perilaku berisiko pada remaja, maka remaja perlu diberikan penyuluhan, pendidikan dan informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi, sehingga remaja tidak akan memperoleh informasi yang menyesatkan (Nasution,2012).

Menurut penelitian Olgavianita (2015) bahwa terdapat perbedaan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang memanfaaatkan PIK KRR dan tidak memanfaatkan PIK KRR. Remaja yang memannfaatkan PIK KRR memiliki pengetahuan lebih baik daripada yang tidak memanfaatkan PIK KRR. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R di Kota Denpasar Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang masih menonjol di kalangan remaja adalah permasalahan seputar Triad KRR yaitu seksualitas, HIV/AIDS dan Napza. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) menunjukkan bahwa 9,3% remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Pada kasus HIV baru tahun 2011, diperoleh bahwa 18% diantaranya merupakan anak kelompok usia 15-24 tahun (UNICEF INDONESIA, 2012). Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2014, sebanyak 27,32% pelajar adalah penggguna Napza.

(21)

kegiatan PIK-R mempunyai peluang memiliki pengetahuan tentang KRR 4,4 kali dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti kegiatan PIK-R. Dari hal tersebut diperlukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan peneliti adalah “Bagaimanakah perbedaan pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R di Kota Denpasar Tahun 2016?”

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R Dan Tanpa PIK-R di Kota Denpasar Tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R

2. Mengetahui perbedaan pengetahuan remaja tentang Triad KRR pada sekolah dengan PIK-R dan tanpa PIK-R

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis

(22)

6 keberadaan fasilitas PIK-R.

2. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan kepada sekolah, untuk bersama-sama dalam memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi remaja.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan reproduksi terutama dalam penyediaan fasilitas PIK-R.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PIK-R

1.1.1 Definisi PIK-R

Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Definisi remaja menurut BKKBN adalah penduduk dalam usia 10-24 tahun. Remaja mempunyai sifat khas yang sama yaitu rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, maka akan menimbulkan perilaku berisiko yang harus ditanggung dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.

(24)

1.1.2 Tahapan dan Kegiatan PIK-R

Menurut BKKBN (2013) PIK-R dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu tahap Tumbuh, Tegak dan Tegar. Pada PIK-R Tahap Tumbuh diberikan materi tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza), Pendewasaan Usia Perkawinan, delapan fungsi keluarga dan life skills. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tumbuh ini adalah bersifat penyadaran (KIE) yang dilakukan di dalam lingkungan PIK-R berupa penyuluhan individu atau kelompok menggunakan media cetak serta melakukan pencatatan dan pelaporan rutin. PIK-R tahap tumbuh memiliki ruang sekretariat, papan nama berukuran 60x90 cm, mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari pembina, ketua, sekretaris, bendahara, seksi program dan kegiatan, serta

minimal dua orang pendidik sebaya. PIK-R tahap tumbuh dapat menjalin hubungan kemitraan dengan mitra kerja dan stakeholder di lingkungannya.

Berbeda dengan PIK-R tahap tumbuh, pada PIK-R tahap tegak ditambahkan materi keterampilan advokasi dan KIE. Kegiatan yang dilakukan PIK-R tahap tegak tidak hanya di dalam PIK-R namun juga di luar PIK-R dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untung datang ke PIK-R. PIK-R tahap tegak harus mempunyai minimal empat orang pendidik sebaya dan dua orang konselor sebaya. PIK-R tahap tegak memperoleh pembinaan dan fasilitasi dari kepala sekolah, pemerintah pusat maupun daerah, dll.

(25)

memiliki ruang konselin, ruang pertemuan, perpustakaan, jaringan internet dan hotline/sms konseling. Selain itu PIK-R tahap tegar harus memiliki PIK-R binaan

(tumbuh/tegak) dan terintegrasi dengan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).

Hasil survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 menunjukkan remaja yang terpapar informasi PIK-R hanya mencapai 28%. Hal ini berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan informasi kesehatan reproduksi (BKKBN, 2011).

1.2 Triad KRR

PIK-R merupakan suatu organisasi yang ditujukan kepada remaja dan dikelola oleh remaja untuk memberikan informasi dan konseling tentang Triad KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan, delapan fungsi keluarga dan life skills. Salah satu materi yang diberikan adalah Triad KRR. Triad KRR adalah tiga risiko yang dihadapi remaja, yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza (BKKBN, 2013).

Dalam BKKBN (2007) disebutkan materi-materi yang berhubungan dengan Triad KRR yang diberikan melalui PIK-R yaitu :

1.2.1 Seksualitas

(26)

1. Pubertas

Remaja akan mengalami pubertas yang ditandai dengan kematangan organ reproduksi baik organ reproduksi primer maupun sekunder. Kematangan organ reproduksi pada laki-laki ditandai dengan adanya mimpi basah. Mimpi basah adalah keluarnya sperma tanpa rangsangan pada saat tidur dan pada umumnya terjadi pada saat mimpi tentang seks.

Sedangkan pada remaja perempuan, kematangan organ reproduksi ditandai dengan terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina secara periodik dan berkala. Siklus menstruasi umumnya berulang setiap bulan sekitar 28-29 hari.

2. Sistem, Fungsi dan Proses Reproduksi

Organ reproduksi pria terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan eksterna. Genetalia interna terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesicula seminalis. Sedangkan genetalia eksterna terdiri dari penis, glans dan skrotum.

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi dua yaitu genetalia interna dan eksterna. Genetalia interna terdiri dari vagina, uterus, tuba fallopi dan ovarium, . Sedangkan genetalia eksterna reproduksi wanita adalah labia mayora, labia minora, kelenjar Bartholini dan klitoris.

(27)

Fungsi utama dari organ reproduksi wanita adalah untuk menghasilkan sel telur yang diperlukan dalam proses reproduksi, sebagai sarana transportasi sel telur menuju tempat fertilisasi, sebagai tempat terjadinya fertilisasi di tuba fallopi, tempat implantasi hasil fertilisasi di uterus sebagai awal proses kehamilan, dan ovarium menghasilkan hormon seksual wanita yang diperlukan untuk fungsi reproduksi.

Kehamilan merupakan proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio) dimana merupakan cikal bakal janin, dan berkembang di dalam rahim sampai akhirnya dilahirkan sebagai bayi.

3. Risiko Hubungan Seks Pranikah

Risiko hubungan seks pranikah adalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Aborsi dan Infeksi Menular Seksual (IMS). KTD adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

Aborsi adalah pengakhiran kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu aborsi spontan (abortus spontane) adalah keguguran yang terjadi secara alamiah atau tidak disengaja dan aborsi buatan (abortus provocatus) adalah usaha pengguguran yang disengaja.

(28)

Berdasarkan hasil SDKI KRR 2012, sebanyak 53% responden wanita dan 48% responden pria membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan temannya. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan PIK-R sebagai organisasi penyedia informasi dan pelayanan konseling dapat memberikan informasi yang benar terkait masalah kesehatan reproduksi. Dengan adanya pendidik sebaya dan konselor sebaya akan membuat remaja nyaman untuk berbagi permasalahan terkait kesehatan reproduksi.

Kurnia (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penguasaan materi kesehatan reproduksi yang berkaitan tentang tumbuh kembang remaja, fisik, mental dan sosial pada peserta PIK-R berada pada kriteria baik.

1.2.2 HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu yang didapat dari HIV bukan karena keturunan. Virus HIV bisa terdapat pada semua cairan tubuh manusia, tetapi yang bisa menjadi media penularan hanya ada pada darah, cairan sperma (air mani) dan cairan vagina.

Terdapat empat fase dalam perjalanan penyakit HIV/AIDS yaitu Fase I (window period) merupakan rentang waktu sejak virus HIV masuk ke dalam tubuh hingga tes

(29)

HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik secara bergantian, penggunaan alat tindik maupun tatto yang tidak disterilkan sebelumnya, melalui transfusi darah dan melalui ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya.

Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan lima cara pokok yaitu Abstinence (memilih untuk tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (saling setia dengan pasangan), Condom (menggunakan kondom dengan konsisten dan benar), Drugs (tolak penggunaan Napza), dan Equipment (jangan pakai jarum suntik bersama).

Pendeteksian HIV/AIDS dapat dilakukan lewat sampel darah dalam tubuh sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Tes HIV/AIDS berfungsi untuk mengetahui adanya antibodi terhadap HIV atau mengetes adanya antigen HIV dalam darah. Ada beberapa jenis tes yang biasa dilakukan antara lain : Tes Elisa, Rapid Test dan Test Western Blot.

Menurut UNICEF (2012) pada kasus HIV baru di tahun 2011, 18% diantaranya merupakan anak kelompok usia 15-24 tahun. Orang muda menempati proporsi sekitar 30% dari populasi berisiko. Orang muda memiliki akses terbatas terhadap informasi dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Seks masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu yang tidak dibicarakan secara terbuka dengan para orang tua, guru dan bahkan dengan penyedia pelayanan kesehatan.

(30)

umur maupun kebutuhan sehingga diharapkan seseorang akan lebih terbuka membicarakan masalahnya dengan pendidik/konselor sebaya.

1.2.3 Napza

Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu merubah perasaan, fungsi mental dan perilaku seseorang.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan menjadi tiga golongan antara lain : narkotika golongan I yaitu narkotika yang hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, golongan II yaitu narkotika yang digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta berkhasiat untuk pengobatan dan golongan III yaitu narkotika yang digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pengobatan dan mempunyai potensi menimbulkan ketergantungan.

(31)

dan mempunyai potensi menimbulkan ketergantungan dan golongan IV yaitu psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi.

Zat adiktif adalah zat atau bahan diluar Narkotika dan Psikotropika yang juga dapat mengakibatkan ketergantungan dan memabukkan bagi pemakainya. Jenis-jenis zat adiktif adalah minuman beralkohol, inhalasi (gas yang dihirup), solven (zat pelarut), nikotin (tembakau) dan kopi (cafein).

Tanda-tanda umum penyalahguna Napza adalah prestasi belajar yang menurun tajam, perubahan tingkah laku, mendadak menjadi pendiam dan sering menyendiri, apatis, mudah tersinggung dan berat badan menurun. Dampak penyalahgunaan Napza dapat berupa gangguan fisik, psikologis dan sosial.

Gangguan fisik yang dapat terjadi pada penyalahguna Napza adalah terserang beberapa penyakit seperti : gastritis, perdarahan lambung, bronchitis, gangguan haid, kemandulan, gangguan daya pikir, penurunan berat badan, kelainan paru, menyebabkan racun pada hati dan ginjal. Individu penyalahguna Napza akan mengalami gangguan dalam kehidupan psikologis dan sosial seperti prestasi belajar menurun, hubungan keluarga menjadi buruk dan dapat melakukan tindakan kriminal.

(32)

terapi komplikasi medis. Pada tahap rehabilitatif biasanya terdiri atas Fase Stabilisasi, Fase Sosialisasi Dalam Masyarakat.

Dengan adanya layanan informasi tentang narkotika, psikotropika dan zat adiktif terbukti dapat meningkatan pemahaman remaja terhadap bahaya penyalahgunaan Napza (Djannah dan Isnaini, 2012)

1.3 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu yang didapatkan setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

(33)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendidikan dan umur. Hasil penelitian Nitirat dalam Fatmawati (2012), sekolah berbasis sex education diakui sebagai strategi yang tepat dalam melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja untuk mengurangi perilaku seksual berisiko. Menurut Hurlock dalam Wawan dan Dewi (2010), semakin bertambahnya umur maka kemampuan berpikir seseorang juga akan semakin meningkat.

Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dan sosial. Lingkungan dan sosial yang dimaksud adalah lingkungan tempat tinggal dan teman sebaya. Data SDKI 2012 menyebutkan bahwa sebanyak 57% remaja laki-laki dan 57,6% remaja perempuan menyukai sumber informasi kesehatan reproduksi yang diperoleh dari teman sebaya. Menurut Iryanti dalam Fatmawati (2012), teman sebaya dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2009) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Salah satu informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa.

(34)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Olgavianita (2015) menyatakan bahwa Program PIK-KRR sangat berpengaruh sebagai salah satu wadah informasi tentang kesehatan reproduksi di sekolah karena siswa dapat langsung mendatangi PIK-KRR untuk membaca buku tentang kesehatan reproduksi atau melakukan konsultasi kepada guru sehingga mendapatkan informasi yang benar dan terpecaya. Hasil penelitian Utami (2015) menyatakan bahwa penggunaan media elektronik mempunyai pengaruh 10,4 kali lebih besar daripada penggunaan media cetak dalam meningkatkan pengetahuan tentang Triad KRR.

Hasil penelitian Elia (2014) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di MAN 1 Meulaboh dan SMAN 2 Meulaboh. MAN 1 Meulaboh memiliki PIK-R dan puskesmas memiliki program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) sehingga tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas juga ikut andil dalam pencapaian tujuan PIK-R di sekolah.

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Karena anak ketika baru lahir tidak memiliki tata cara dan kebiasaan (budaya) yang begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

Dalam praktik pelaksanaan anestesia spinal di RSUP Dr Sardjito antiseptik yang digunakan adalah Povidon iodine 10%.Belum banyaknya penelitian yang dilakukan dalam

Siswa dalam Mematuhi Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus Pada Siswa SMA Nusantara Indah Sintang)”. Masalah penelitian adalah bagaimanakah ketaatan siswa dalam mematuhi

Upaya dalam mencapai tujuan tersebut di atas penyelenggaraan kegiatan ROVER SCOUT COMPETITION 2015 diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para anggota pramuka

Hasil pernyataan kuesioner ke-2 disediakan pada table 2 berikut. Untuk akses pendaftaran pada pelatihan ini, nilai yang diperoleh adalah 3,64 yang berarti masuk pada

operasional Kegiatan identifikasi oleh petugas yang akan melakukan tindakan dengan cara menanyakan nama dan tanggal lahir pasien Frekuensi pulta Harian. Periode analisis

Sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusan yang mempunyai dua keterampilan yaitu hard skillsdan soft skillsdan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di

Pelayanan Auto2000 yang sudah baik (ditunjukkan dengan pendapat semua re- sponden, baik yang komplain mau pun yang tidak komplain, yang menyatakan bahwa mereka puas dengan