• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KAIN TENUN BALI SEBAGAI INDUSTRI KREATIF DALAM MENUNJANG PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KAIN TENUN BALI SEBAGAI INDUSTRI KREATIF DALAM MENUNJANG PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iv | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A.

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.

Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.

Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng

Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D

Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T. Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D.

I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P. Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD.

Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si l Udayana University Press, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

2015, xli + 2191 hal, 21 x 29,7 SEMINAR NASIONAL SAINS

DAN TEKNOLOGI 2015

(4)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

KATA PENGANTAR ... vii

SAMBUTAN KETUA PANITIA ... ix

SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ... xi

HUMANIORA

NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM

Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ...3

KEBIJAKAN LOKAL DAN ETNISITAS MENUJU INTEGRASI KELOMPOK ETNIS

DI KABUPATEN POHUWATO

Wantu Sastro ...8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU DALAM RESTORASI DAN KONSERVASI TERUMBU KARANG DI PEMUTERAN BALI SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA

I Ketut Surya Diarta, I Gede Setiawan Adi Putra ...13

KEMAMPUAN BAHASA BALI GENERASI MUDA BALI DI UBUD GIANYAR BALI

Ni Luh Nyoman Seri Malini, Luh Putu Laksminy, I Ketut Ngurah Sulibra ...21

INTENSITAS KAPITAL INDUSTRI DAN DINAMISME KEUNGGULAN KOMPARATIF PRODUK EKSPOR INDONESIA

Ni Putu Wiwin Setyari ...29

MODEL ESTIMASI KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL UKM DI KABUPATEN BANDUNG

Rivan Sutrisno,Mardha Tri Meilani ...38

KAMUS PRIMITIVA SEMANTIK BALI-INDONESIA-INGGRIS BIDANG ADAT DAN AGAMA Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum, Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D,

Dr. Drs. I wayan Suardiana, M.Hum, Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.,

Dr. Drs. Frans I Made Brata, M.Hum ...46

MODEL KONFIGURASI MAKNA TEKS CERITA RAKYAT TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK BUDAYA RANAH AGAMA DAN ADAT

UNTUK MEMPERKOKOH JATI DIRI MASYARAKAT BALI

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum, Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum,

Dr. Frans I Made Brata, M.Hum, Prof. Dr. I Made Suastika, S.U ... 54

(5)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xix PERAN STRATEGI BISNIS DALAM MEMEDIASI PENGARUH

ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEMASARAN

Ni Made Purnami1), Ni Made Rastini2),I Nyoman Nurcaya3),Ni Ketut Seminari ...528

FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH

Ni Nyoman Ayu Diantini1), Nyoman Triaryati ...356

DETERMINANHOLDING PERIODSAHAM PADA INVESTOR DOMESTIK DAN ASING DI BURSA EFEK INDONESIA

Ni Nyoman Ayu Diantini1), Putu Vivi Lestari ...545

ANALISIS PENGARUH BELANJA LANGSUNG

PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI BALI

Ni Made Dwi Ratnadi11), Dodik Ariyanto2) , Ni Gusti Putu Wirawati ...553

OPTIMALIZATION OF BALINESE TRADITIONAL HAND WOVEN

AS AN INDUSTRI CREATIVE TO SUPPORT TOURISM CULTURE IN DENPASAR

Yayu Indrawati 1), I Ketut Suwena 2) W. Citra Juwita Sari ...560

NILAI PATRIOTISME

DALAMGEGURITAN WIRA CARITA PUPUTAN MARGARANA

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

I Wayan Cika dan I Made Soreyana ...567

KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG I Gst Ag. Oka Mahagangga, S. Sos, M. Si.1), Drs. I Putu Anom, M. Par.2)

Dra. Ida Ayu Suryasih, M. Par. 3), Ida Bagus Suryawan, S.T. M. Si. 4),

I Wayan Mertha, SE., M.Si, ...575

PENGARUH IMPLEMENTASICORPORATE GOVERNANCE

DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA DENPASAR, PROVINSI BALI

I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri1), I G.K. A. Ulupui2), Ni Gusti Putu Wirawati 583

PEMAHAMAN AKUNTANSI, PROFESIONALISME,

DAN KINERJA PEMERIKSA PAJAK PADA KPP PRATAMA SE-BALI

Maria Mediatrix Ratna Sari, I Dewa Gde Dharma Suputra, Ni Luh Supadmi ...589

PENGUNGKAPAN KASUS PELELANGAN KERAMIK KUNO DI KAWASAN PERAIRAN LAUT CIREBON JAWA BARAT

Ida Bagus Sapta Jaya, S.S.M.Si ...597

ANALISIS PENDAPATAN YANG DIKIRIMKAN TENAGA KERJA BALI KE DAERAH ASAL

(6)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

(7)

560 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KAIN TENUN BALI SEBAGAI

INDUSTRI KREATIF DALAM MENUNJANG PARIWISATA BUDAYA

DI KOTA DENPASAR

Yayu Indrawati1), I Ketut Suwena2) W. Citra Juwita Sari3)

1)Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana

Jl. DR. Goris No. 7 Denpasar, Telp/Fax: (0361) 223798 Email :indrawati.tourism@gmail.com

ABSTRAK

Dengan meningkatnya kompetisi diantara tempat tujuan wisata maka dibutuhkan suatu desain yang berbeda dengan destinasi lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang akan menggambarkan keberadaan KainTenun Bali di Kota Denpasar dari awal kemunculannya hingga eksistensinya saat ini. Penentuan sample ditetapkan berdasarkan tujuan tertentu sehingga didapatkan informasi yang akurat terkait Kain tenun Bali dan Industri Kreatif. Informasi yang didapat kemudian dianalisis dan berdasarkan analisa tersebut dibuatkan sebuah model pengembangan Industri Kreatif Kain Tenun Bali.Dari penelitian ini didapatkan hasil diantaranya; 1). Keberadaan Kain Tenun Bali dimulai dari sekitar awal tahun 1990-an yang dimulai dari usaha kerajinan rumahan yang berskala kecil dan hanya ada satu di Kota Denpasar. Tetapi berkat usaha yang dilakukan oleh Pihak Pemerintah serta Dinas terkait maka Kain Tenun Bali mulai meningkat popularitasnya. 2). Kemudian untuk mengoptimalkan pengembangannya sebagai Industri Kreatif dibutuhkan Peran Pemerintah sebagai Fasilitator dan Regulator lebih ditingkatkan lagi. Lebih jauh harus disediakan ruang kreatif bagi pengrajin Kain Tenun Bali agar dapat memamerkan hasil kerajinan. Dan yang terakhir perlu dibuat sebuah konektivitas antara Industri Kreatif dan Pariwisata Budaya di Kota Denpasar sehingga keberadaan pengrajin Kain Tenun Bali bias lebih dekat dengan obyek wisata yang ada di Kota Denpasar.

Keywords : Kain, Tenun Bali, Industri Kreatif, Kerajinan dan PariwisataBudaya.

OPTIMALIZATION OF BALINESE TRADITIONAL HAND WOVEN AS

AN INDUSTRI CREATIVE TO SUPPORT TOURISM

CULTURE IN DENPASAR

Yayu Indrawati1), I Ketut Suwena2) W. Citra Juwita Sari3)

1)Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana

Jl. DR. Goris No. 7 Denpasar, Telp/Fax: (0361) 223798 Email :indrawati.tourism@gmail.com

ABSTRACT

By the growing of competitiveness among tourist destination there should be a new formula to create something that differs from other destination. An interesting tourist destination, the creativity of skillful human resources is needed to maintain Denpasar as a tourist destination to survive in the competition era. The sample is determined based on the purpose of the research therefore an accurate information can be gained. All the information that has been

/;881/@10-:-8EF10C45/4K:-88E/-:.1A?102;>/>1-@5:3-:1C9;018;201B18;<91:@2;>>1-@5B1:0A?@>E-5:

tenun Bali.

The results of this research as follows: 1). The existence of Balinese Traditional Hand Woven was started in the beginning of 1990’s that was initiated by small-scale industry and there was only one that existed in Denpasar. With the support of Denpasar Government and other institution, Kain tenun Bali has reaches it popularity. 2). To optimize the development of KainTenun Bali as Creative Industry that can support the Tourism Cultural it needs an involvement from Government as Regulator and Facilitator to increase its role. Furthermore there should be a Creative Spaces for instance the exhibition hall, which can accommodate the products. The last is to create connectivity between Creative Industry and Tourism Cultural in Denpasar. By establishing this linkage the existence of craftsmen can be closer with tourist object surround Denpasar area.

(8)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

PENDAHULUAN

Perkembangan pariwisata secara global telah memacu tumbuhnya industri kreatif di bidang pariwisata. Studi Pemetaan Industri Kreatif (Departemen Perdagangan RI) tahun 2007 menyatakan bahwa terdapat beberapa industry kreatif yang terkait erat dengan industri pariwisata, seperti kerajinan, seni pertunjukan, music, barang seni, fesyen dan arsitektur. Hasil dari industri kreatif ini memiliki

competitive advantage yang dapat memberikan nilai tambah pada sebuah daerah tujuan wisata. Bali memiliki aneka ragam hasil industri kreatif mulai dari kerajinan yang terbuat dari bahan alami seperti kayu yang terbentuk dalam wujud patung dan meubel, kemudian dari bahan kaca seperti frame, lukisan – lukisan, hingga bahan serat kain yang tercipta menjadi kain tenun. Eksistensi kain tenun Bali juga merupakan hasil upaya pengembangan industri di Kota Denpasar. Seiring dengan semakin populernya Kota Denpasar sebagai daerah tujuan Wisata Budaya yang menawarkan daya tarik kota dengan sejarah Puri, Pura dan Museumnya, maka permintaan akan penyediaan produk kain tenun yang beragam baik untuk konsumsi masyarakat lokal maupun sebagai buah tangan yang unik tidak dapat dihindari.

Industri kreatif adalah sebuah industri yang berskala kecil dengan konsep yang tidak menekankan pada jumlah produksi massal. Namun industri kreatif telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian. Tercatat total ekspor dari Industri Kreatif mencapai 15, 6 % pada tahun 2012.

Terdapat keterkaitan yang erat antara pariwisata dan industri kreatif yang sedang berkembang saat ini. Kedua unsur ini memiliki pengaruh yang kuat antara satu dengan yang lainnya apabila mampu dikelola secara baik. Kegiatan wisata pada masa sekarang ini identik dengan keinginan atau kebutuhan untuk bepergian dalam rangka mencari pengalaman melalui proses kreatif seperti misalnya menenun bahan kain sampai dengan pembuatan atau melukis benda kerajinan yang memiliki keterkaitan dengan tradisi atau hobby atau kegemaran membuat benda kerajinan. Konsep pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1985 ) yaitusomething to see, something to do dan something to buyjika dikaitkan dengan Industri Kreatif maka dapat dimasukkan dalam unsursomething to buy dengan menciptakan produk inovatif khas daerah. Berwisata atau berlibur terkait dengan mencari pengalaman dan berpartisipasi aktif mempelajari kesenian, warisan budaya, dan ciri khas tempat tertentu dan ada hubungan langsung antara orang yang tinggal di tempat tersebut dan menciptakan budaya yang ada ( Unesco, 2006 ).

Keberadaan kain tenun Bali apabila dibandingkan dengan cenderamata lainnya belum terlalu diminati oleh wisatawan, sedangkan di satu sisi kain tenun Bali memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi cenderamata khas yang memiliki keunikan tersendiri, pola tenunan yang beragam, dan warna serta bahan yang menarik. Tumbuhnya industri pariwisata juga membawa perubahan, terutama dengan masuknya unsur asing berupa ide atau gagasan baru serta investasi yang menyebabkan perubahan orientasi yang didasari pada motif – motif ekonomi. Akibat nyata dari perkembangan tersebut, mendesak para pelaku seni dan industri rumah tangga untuk memenuhi tuntutan industri pariwisata. Kebutuhan untuk penyediaan kain tenun yang berbeda dan innovative merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dilakukan sehingga kejenuhan pasar tidak terjadi. Dengan kondisi tersebut diatas, maka perlu dilakukan upaya untuk mendukung berkembangnya industri kreatif kain tenun Bali sehingga mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar. Industri Kreatif khususnya Kain Tenun Bali dapat dikembangkan di Denpasar sebagai bentuk usaha keberlanjutan dan mendukung upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan sebagai sebuah upaya pelestarian budaya daerah.

METODE PENELITIAN

(9)

562 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

ini Dewan Kerajinan Nasional Daerah khususnya di Denpasar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara terstruktur, dan studi kepustakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Eksistensi Kain Tenun Bali sebagai Industri Kreatif

Pengembangan Tenun Tradisional untuk meningkatkan ekonomi lokal adalah untuk membangkitkan keberadaan kain tenun tradisional khususnya tenun endek melalui penguatan pengrajin maupun promosi secara gencar ke berbagai kalangan. Kain tenun endek telah mengalami penurunan dan kehilangan popularitasnya. Harga tenun endek relatif lebih mahal karena bahan baku benangnya masih diimpor, waktu pengerjaannya membutuhkan waktu lama, butuh ketelitian dan ketrampilan khusus, mayoritas pengerjaan kain tenun dilakukan oleh generasi tua dan keberadaannya semakin langka. Kain tenun endek juga belum mampu merambah pasar nasional dan belum dikembangkan menjadi produk jadi.

Pada mulanya Kain Tenun Bali hanya digunakan sebagai pakaian adat untuk kepentingan upacara keagamaan. Penggunaannya masih terbatas pada kalangan tertentu seperti para orang tua dan kalangan bangsawan. Perkembangan Kain Tenun Bali khususnya di Kota Denpasar sendiri dimulai dari sekitar awal tahun 90-an, Kain Tenun Bali merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Bali namun di tahun – tahun sebelumnya keberadaan kain tenun Bali sangat jarang dapat ditemui. Hal ini dikarenakan pada saat itu keberadaan Kain Batik masih lebih unggul dibandingkan dengan kain Tenun Bali. Hingga akhirnya di Tahun 1990 ada sebuah sentra kerajinan industri kain tenun Sekar Jepun yang berlokasi di Denpasar. Saat itu Sekar Jepun merupakan sebuah industri kain tenun terbesar yang terdapat di Kota Denpasar. Sentra Kerajinan Kain Tenun Sekar Jepun dengan giat membuat dan memasarkan Kain Tenun Bali namun penjualannya hanya terbatas pada orang – orang terdekat saja. Namun semakin lama, banyak orang yang makin mengenal Kain Tenun Bali produksi Sekar Jepun. Keberadaan sentra industri kain tenun ini akhirnya didengar oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali (Dekranasda) Bali dan pihak Dekranasda melakukan kunjungan ke industri kerajinan Sekar Jepun. Pihak Dekranasda menilai industri kain tenun Bali yang dibuat oleh Sekar Jepun memiliki ciri khas sendiri dan sangat inovatif dalam bidang pengembangan motifnya.

Dalam pertemuan tersebut pihak Dekranasda mengajak industri ini untuk bekerjasama untuk memasarkan dan melesatarikan Kain tenun Bali. Kemudian muncul sebuah ide untuk mendirikan Asosiasi Bordir, Endek dan Songket Denpasar (ASBES ) Denpasar yang menaungi pengrajin – pengrajin tenun lainnya. Anggota yang tergabung dalam ASBES dibimbing oleh Dekranasda yang dalam saluran distribusi pemasarannya dibantu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Mulai dari masa didirikannya ASBES adalah masa dimulai dikembangkannya Industri Kain Tenun Bali di Denpasar. Di masa awal meningkatnya popularitas Kain Tenun Bali, produk ini hanya digunakan oleh kalangan terbatas seperti kalangan menengah keatas.

Namun seiring dengan bertambahnya jumlah pengrajin Kain Tenun Bali yang tergabung dalam Asosisasi Bordir dan Endek dan Songket Bali, serta dibantu oleh pihak Dinas Perindustian dan Perdagangan serta dibimbing oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali maka terdapat peningkatan jumlah produksi kain tenun Bali di Kota Denpasar. Pemerintah Kota Denpasar melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar terus berupaya meningkatkan daya saing para pengusaha kecil yang ada di Kota Denpasar. Denpasar merupakan daerah heterogen yang mempunyai beragam kreativitas. Sepadan dengan visinya sebagai kota berbudaya, maka Denpasar terus meningkatkan diri untuk menggali khasanah budaya tradisional Bali. Tidak hanya dalam seni dan budaya seperti kerajinan kayu dan cinderamata tetapi juga dalam bentuk kerajinan lain dalam hal ini tekstil khususnya Kain Tenun Bali.

(10)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

yaitu; Katun, Katun Sutera dan Sutera. Kain Tenun Bali jenis katun merupakan Kain Endek Bali yang 100% Katun, kemudian jenis sutera merupakan campuran 50% katun dan 50% sutera. Dan yang terakhir merupakan Kain Tenun Bali yang 100% sutera.

Industri Kreatif khususnya kain tenun ciri khas Bali hingga akhir Februari 2015 banyak dipasarkan untuk memenuhi pasar Mancanegara seperti, Singapura, Australia dan Eropa. Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat perolehan aneka kerajinan dan barang non migas di awal tahun 2015 naik sebesar 38 juta dollar AS, sedangkan untuk perolehan devisa dari perdagangan ekspor kain tenun Bali selama 2014 realitif stabil mencapai 21,3 juta dollar AS. Salah satu faktor stabilnya perdagangan Kain Tenun Bali ke

&3@53@793D3=3D7@3=7;=GFE7DF33@7E3;@7D'3E;A@3>K3@9E7D;@9?7?36G=3@3F3G?7?A6;W=3E;:3E;>

karya mereka dengan menyelipkan Kain Tenun Bali sehingga menjadi daya tarik tersendiri dan menonjolkan ciri khas khusus. Kain Tenun Bali mulai diminati oleh berbagai kalangan baik dalam maupun luar negeri, karena dalam pengerjaannya kain tenun Bali hingga saat ini masih di produksi secara tradisional dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Kain Tenun Bali menghasilkan produksi yang sangat terbatas mengingat Kain ini diproduksi secara manual menggunakan alat tenun. Dari 3 sentra kerajinan kain tenun Bali seperti Sekar Jepun, Lestari dan Tangy dalam proses pemasaran produk mereka hanya mengandalkan tiga kegiatan promosi dalam memasarkan produk mereka. Kegiatan promosi tersebut adalah;

a. Advertensi. Kegiatan advertensi ini dilakukan dengan menyediakan brosur yang disebarkan kepada

=A@EG?7@K3@963F3@9=7+7@FD3$7D3<;@3@DAEGDF7DE74GF47D;E;BDAW>E;@9=3F63@6;=A>34AD3E;=3@

dengan foto – foto pakaian yang dibuat dari Kain Tenun Bali.

b. Personnal Selling. Aktivitas Personnal Selling atau penjualan langsung dilakukan di masing – masing toko yang dimiliki oleh sentra kerajinan ini sendiri. Pada saat konsumen dating ke toko tersebut untuk membeli Kain Tenun Bali dilakukan sedikit promosi secara lisan dari pemilik atau karyawan untuk meyakinkan calon pembeli dengan kualitas produk Kain Tenun Bali yang dimiliki oleh sentra kerajinan ini. Sehingga tidak ada keraguan konsumen tentang kualitas produksi kain tenun.

c. Sales Promotion. Kegiatan promosi merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh para pengrajin Kain Tenun Bali. Hal ini di karenakan pengrajin – pengrajin ini merupakan pengrajin bimbingan Dewan Kerajinan Nasional Daerah ( Dekranasda ) Denpasar sehingga bentuk – bentuk sales promotion seperti pameran atau demonstrasi kerap dilakukan oleh pengrajin di tiga sentra kerajinan ini. Pameran yang dilakukan, mayoritas merupakan pameran yang diselenggarakan oleh oleh pemerintah seperti Pekan Kesenian Bali, Wastra dan masih banyak lagi. Selain kegiatan promosi yang tersebut diatas, pengrajin – pengrajin ini juga mengandalkan promosi mouth to mouth atau promosi dari mulut ke mulut dan juga mengandalkan promosi dari internet.

Adapun proses pembuatan Kain Tenun Bali hingga saat ini masih diproduksi dengan alat yang disebut ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ) dan tidak bisa digunakan dengan Alat Tenun Modern (ATM). Bahan Baku untuk membuat Kain Tenun Bali adalah Mercharized Cotton No. 100/2, 80/2 dan 64/2, Sutra/ Spun Silk No. 120 dan 140, Cotton dan Rayon. Zat warna yang digunakan adalah Neptol, Prosion dan Indatren.

Sedangkan proses pembuatan Kain Tenun Bali adalah sebagai berikut; 1. Persiapan Lusi

Langkah pertama ini dilakukan dengan 6 tahapan, yaitu pencelupan, pengelosan, penghanian, pencucukan, penyetelan dan pengolan.

2. Persiapan pakan

Tahap ini dilakukan dalam 8 tahapan yaitu pengelosan, pemepenan, penggambaran motif, pengikatan, pencelupan, penceletan, pemapalan, dan pemaletan.

3. Penenunan

Proses menghasilkan sehelai kain tenun ikat akan dimulai dengan memintal benang. Dilanjutkan

67@93@?7?47@F3@9=3@47@3@96;3>3FB7D7@F3@963@:7>3;3@@K36;;=3F67@93@F3>;D38W3E7EG3;BA>3

(11)

564 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

diwarnai. Benang yang sudah diwarnai kemudian digintir dan dipilah – pilah lalu ditenun menjadi kain.

4. Penyelesaian

Kain Tenun Bali bisa dibeli dengan harga dari Rp. 200.000,- hingga Rp. 1.000.000,- per lembar dengan waktu pengerjaan setiap helaian kain yang bervariasi, dari beberapa minggu hingga empat bulan.

2. Optimalisasi Pengembangan Kain Tenun Bali sebagai Industri Kreatif dalam Menunjang Pariwisata Budaya.

Dalam rangka pengembangan industri kreatif secara optimal dibutuhkan peran serta stakeholders yang terlibat di dalam kegiatan tersebut. Pemerintah memiliki andil yang besar bertindak sebagai regulator dan fasilitator dalam mewujudkan stabilitas perkembangan kain tenun Bali di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan acuan dalam rangka optimalisasi salah satu bentuk industri kreatif ini, diantaranya;

1. Peran Pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar yang bertindak sebagai Leading Sector untuk proses pengembangan teknologi tenun serta pengembangan Sumber Daya Manusia pelaku industri tenun.Namun peran serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan juga dibantu oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar, yang memiliki tugas untuk mengembangkan promosi Kain Tenun Bali. Selain itu pihak Dekranasda juga membina kegiatan pelatihan khususnya ditujukan bagi generasi muda, mengadakan pengadaan alat tenun bagi para pengerajin berskala kecil seperti industri rumah tangga, membentuk tim tekstil yang fokus pada pola pegembangan motif dan inovasi model.

Proses untuk mengembangkan Kain Tenun Bali juga dilakukan dengan memberikan fasilitas kemudahan bagi pengrajin – pengrajin berskala kecil untuk bisa terdaftar secara resmi dan memiliki ijin usaha dan tergabung dalam kelompok binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar. Pendaftaran secara resmi ini sangat penting karena untuk dapat turut serta dalam

B3?7D3@ O B3?7D3@ K3@9 6;E7>7@993D3=3@ A>7: 7=D3@E63 E74393; E74G3: DG3@9 =D73F;WF3E

bagi pengrajin. Selain itu proses perijinan ini dilakukan juga sebagai upaya untuk memudahkan monitoring terhadap pengrajin pengrajin Kain Tenun Bali, sehingga apabila terdapat permasalahan yang dialami oleh pengrajin ini maka Dekranasda akan dengan mudah memantau dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Upaya mendalam juga dilakukan untuk memantau perkembangan pengusaha kerajinan Kain tenun Bali.

2. Dalam kaitannya dengan Kota Denpasar yang mencanangkan pengembangan Kota Denpasar berwawasan budaya, maka perlu dilakukan upaya mensinergikan antara industri kreatif dengan sektor wisata itu sendiri. Perubahan paradigma berwisata yang hanya dari sekedar untuk melihat menjadi pengalaman baru merupakan sebuah potensi yang bisa dikembangkan untuk memaksimalkan pengelolaan kepariwisataan di Denpasar. Untuk menjadikan sebuah Industri Kain tenun Bali berkembang secara maksimal diperlukan sebuah kreativitas yang dapat melibatkan wisatawan secara aktif berpartisipasi dalam proses pembuatan kain tersebut. Proses kreativitas seperti pembuatan souvenir dapat menjadi atraksi wisata tersendiri yang dapat memberikan nilai tambah bagi wisatawan. Sementara di sisi lain pasar mampu menyerap produksi yang dihasilkan oleh Industri Kreatif yang telah tersedia melalui wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut. Dalam konteks kepariwisataan, dibutuhkan ruang – ruang kreatif yang disediakan bagi para pengrajin kain Tenun Bali untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Pembentukan

DG3@9ODG3@9=D73F;86;:3D3B=3@?3?BG>74;:?7D3@9E3@9=D73F;WF3E63D;B7@9D3<;@+3>3:E3FG

bentuk ruang kreativitas yang bisa ditawarkan adalah festival – festival seperti contohnya; Denpasar Festival, Pesta Kesenian Bali yang mampu secara sukses mendatangkan wisatawan. Bentuk ruang kreativitas seperti festival telah diagendakan secara terjadwal sehingga memudahkan bagi pengrajin kain Tenun Bali untuk bisa terlibat aktif dan mempersiapkan diri mereka agar bisa ikut serta dalam

(12)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

3. Industri Kreatif dan Pariwisata Budaya di Kota Denpasar masih membutuhkan suatu hubungan atau linkage yang mampu mengakomodir keberadaan pengrajin Kain Tenun Bali untuk bisa berada dekat dengan obyek wisata yang ada di Kota Denpasar seperti misalnya; Pura Jagatnatha, Kawasan Wisata Heritage Gadjah Mada, Puri Satria dan Puri Pemecutan, Pasar Kumbasari dan masih banyak lagi. Penetapan lokasi ini juga merupakan upaya yang penting untuk dipertimbangkan sehingga wisatawan dengan lebih mudah bisa mencapaivenue tempat penjualan Kain tenun Bali. Dari sisi pengrajin industri kain tenun Bali juga dapat menjadikan wisata sebagai saluran untuk proses

BDA6G=E;6;EFD;4GE;63@B7@<G3>3@:3E;>=D73F;WF3E$7G@FG@93@K3@94;E36;B7DA>7:63D;=A@7=F;H;F3E

antara lokasi wisata dan eksistensi industri kreatif kain tenun Bali dari sisi wisatawan adalah proses pembuatan Kain tenun Bali dapat disaksikan secara langsung oleh wisatawan dan lebih jauh lagi dapat terlibat secara langsung dalam proses pembuatan Kain Tenun Bali sehingga bisa menjadi kesan dan pengalaman tersendiri bagi wisatawan yang mencobanya.

Adopsi dari Bisnis Pariwisata Kreatif ( Ohridska.Olson 2010) dan diolah oleh Penulis

KESIMPULAN

Adapun simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Kain Tenun Bali sebagai salah satu sector industri kerajinan di Kota Denpasar telah cukup lama diupayakan. Hal ini telah dimulai sejak akhir tahun 1990 di Kota Denpasar. Keberadaan Kain Tenun Bali saat ini tidak terlepas dari usaha pemerintah bekerja sama dengan pengrajin kain tenun Bali yang ada di Kota Denpasar untuk lebih mempopulerkan Kain Endek di mata masyarakat Bali. Hal tersebut dimulai dengan upaya pengenalan dengan mewajibkan staf – staf Pemerintahan Kota Denpasar untuk menggunakan Kain Tenun Bali sebagai seragam wajib di hari tertentu. Upaya ini juga giat dilakukan di sekolah – sekolah sehingga masyarakat mulai dari usia dini sudah mengetahui tentang kain tenun.

(13)

566 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

2. Upaya lebih intesif dilakukan dengan secara teratur mengikuti pameran – pameran kerajinan baik dalam skala lokal dan nasional. Kegiatan ini dilakukan sejalan dengan upaya pemerintah untuk menjadikan Kain Tenun Bali sebagai cenderamata khas Bali yang bisa dibawa pulang sebagai souvenir bagi wisatawan yang berlibur di Bali. Tentu saja diperlukan inovasi yang baik untuk mengkemas dan membuat Kain tenun Bali sebagai sebuah kerajinan yang layak untuk dijadikan sebagai cenderamata.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Unud yang telah memberikan dukungan dana sehingga kegiatan penelitian ini bisa berjalan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana atas fasilitas dan dukungan moral yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada pemilik sentra kerajinan kain tenun Bali, Pihak Pemerintah dalam hal ini Pihak Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, serta Pembina Pengerajin Daerah dalam hal ini Dewan Kerajinan Nasional Daerah khususnya di Denpasar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan masukan serta data yang diperlukan dalam penelitian ini, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Damardjati, R.S. 1995. Istilah – Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta : Pradnyana Paramitha Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2007. Industri Kreatif Indonesia Di Masa Datang.

Buletin Depdagri; Jakarta.

Departemen Perdagangan Republic Indonesia. 2008 . Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 - 2025

Goeldner, C., & Ritchie, J.R ( 2003)Tourism Principles, Practices and Philosophies. New Jersey : John Wiley & Sons.

http://en.m.wikipedia.org/wiki/Industri_Kreatif; [diakses pada 05 februari 2015]

Jenning, Gayle, 2001.Tourism Research, Australia: John Willey and Sons Pendit, Nyoman S Salah Wahab, 2003.Manajemen Pariwisata, Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Soekadijo, RG, 2000.Anatomi Pariwisata ( Memahami Pariwisata Sebagai ” Systemic Linkage”)Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Timothy, D. J., & Nyaupane, G. P ( 2009 ) Cultural Heritage and Tourism inUnesco (2006 ). Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata

Referensi

Dokumen terkait

Adapun model ekonometrika yang digunakan merupakan modifikasi dari jurnal (Pratama dkk, 2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Angkatan Kerja, Upah Karyawan

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara, sebelum Demak yang merupakan kerajaan Islam, dan dianggap sebagai salah satu dari negara

Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam dengan dosis 500 mg/hari terhadap kadar hemoglobin tikus Sprague Dawley yang telah

Tanaman transgenik yang tidak mampu mengekspresikan ketahanan higromisin menunjukkan gejala nekrotik pada daerah lingkaran yang disapu dengan larutan uji dan tidak nekrotik

Skripsi dengan judul “Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (VEP1) / Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada Pasien PPOK Stabil Derajat 2 di Balai

Tahapan pelaksanaan Metode Jigsaw yang dilakukan terhadap mahasiswa Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya semester genap 2010-2011 adalah (1)

penyesuaian karena migrasi tidak dilakukan bersama seluruh keluarga batihnya, serta toleransi sebagai sesama migran dari pulau yang sama, (2) penyesuaian fungsi

Dalam penyusunan tesis ini, judul yang ambil yaitu Konflik Ambon dan Just War (Studi tentang pemahaman para pendeta jemaat di GPM Klasis Pulau Ambon