iv ABSTRAK
PENGARUH TEMPO MUSIK CEPAT DAN LAMBAT TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG
Filiani Natalia Salim, 2013
Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,M.Sc.
Latar Belakang:Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat. Dalam dunia kesehatan, musik dapat dijadikan salah satu terapi alternatif dalam penyembuhan, dikenal sebagai terapi musik. Penelitian terdahulu menyatakan berbagai tempo musik mempunyai efek fisiologis pada tubuh. Salah satu efeknya adalah memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai frekuensi, tempo, dan volumenya. Jantung cenderung mengikuti dan mencoba menyamai tempo suatu bunyi.
Tujuan:Untuk mengetahui pengaruh musik bertempo cepat terhadap peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, juga untuk mengetahui pengaruh musik bertempo lambat terhadap penurunan tekanan darah dan denyut jantung.
Metode:Menggunakan desain kuasi eksperimental dengan tes “t” berpasangan. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang mahasiswa FK-UKM dengan rentang usia 18-25 tahun. Tekanan darah diukur dengan menggunakan
sphygmomanometer air raksa dalam satuan mmHg, denyut jantung diukur dengan menggunakan heart rate monitor setelah dan sebelum mendengarkan musik bertempo cepat dan lambat. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan.
Hasil:Setelah mendengarkan musik bertempo cepat rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 113,60 mmHg, untuk tekanan darah diastolik sebesar 75,73 mmHg, dan untuk denyut jantung sebesar 88,65 bpm (p<0,01). Setelah mendengarkan musik bertempo lambat rata-rata tekanan darah sistolik adalah 109,06 mmHg, untuk tekanan darah diastolik sebesar 74,33 mmHg, dan untuk denyut jantung sebesar 77,84 bpm (p<0,01).
Kesimpulan:Musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, sedangkan musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
v
ABSTRACT
THE EFFECT OF FAST AND SLOW TEMPO MUSIC ON BLOOD PRESSURE AND HEART RATE
Filiani Natalia Salim, 2013
Tutor : Rita Tjokropranoto, dr.,M.Sc.
Background:Music is universal human needs that cannot stand seperately from our society. In the medical world, music can be a therapy for healing and is known as music therapy. Former research states different tempo has physiological effect for body. Such as influence heart rate and blood pressure corresponding with the frequency, tempo, and intensity. Heart tends to follow and match the tempo of a sound.
Objectives:To find out the of effect listening to fast tempo music on increasing blood pressure and heart rate, and slow tempo music on decreasing blood pressure and heart rate.
Methods:Using quasi experimental design with ”t” paired test. This research was done to 30 people from FK-UKM , ages 18-25 years old. Blood pressure was measured by mercury sphygmomanometer in mmHg and heart rate was measured by heart rate monitor, after and before listening to fast and slow tempo music. Data was analysed by paired ”t” test.
Results:After listening to fast tempo music the mean of systolic blood pressure is 113,60 mmHg, diastolic blood pressure is 75,73 mmHg, and heart rate is 88,63 bpm (p<0,01). After listening to slow tempo music, the mean of systolic blood pressure is 109,06 mmHg, diastolic blood pressure is 74,33 mmHg, and heart rate is 77,84 bpm (p<0,01).
Conclusion:Fast tempo music increases blood pressure and heart rate, and vice versa slow tempo music decreases blood pressure and heart rate.
viii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 2
1.4.1 Manfaat Akademis ... 2
1.4.2 Manfaat Praktis ... 2
1.5 Kerangka Pemikiran ... 2
1.6 Hipotesis Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Musik ... 6
2.1.1 Unsur-Unsur Musik ... 6
2.1.2 Terapi Musik ... 8
2.1.2.1 Sejarah ... 8
2.1.2.2 Pengaruh Musik dalam Hidup Kita ... 10
ix
2.2.1 Telinga ... 12
2.2.2 Otak dan Batang Otak ... 15
2.2.2.1 Cerebrum ... 15
2.2.2.2 Batang Otak ... 15
2.2.2.3 Pengaturan Neurohormonal pada Aktivitas Otak ... 16
2.2.2.4 Sistem Limbik ... 17
2.2.2.5 Hippocampus ... 18
2.2.2.6 Amigdala ... 19
2.2.2.7 Sistem Saraf Otonom ... 19
2.2.2.8 Sistem Opium Otak ... 21
2.2.2.9 Jenis-jenis Gelombang Otak ... 22
2.3 Tekanan Darah ... 24
2.3.1 Definisi ... 24
2.3.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tekanan Darah... 25
2.3.3 Cara-cara Mengukur Tekanan Darah ... 29
2.3.4 Kelainan Tekanan Darah ... 32
2.3.4.1 Hipertensi ... 32
2.3.4.2 Hipotensi ... 33
2.4 Denyut Jantung ... 33
2.4.1 Definisi Denyut Jantung ... 33
2.4.2 Asal Denyut Jantung ... 33
2.4.3 Pengaturan Denyut Jantung ... 34
2.4.4 Cara-cara Pemeriksaan Denyut Jantung ... 34
2.4.5 Kelainan Denyut Jantung ... 35
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 37
3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 37
3.1.2 Subjek Penelitian ... 37
3.1.3 Ukuran Sampel ... 37
x
3.2.1 Desain Penelitian ... 38
3.2.2 Data yang Diukur ... 38
3.2.3 Analisis Data ... 38
3.3 Variabel Penelitian ... 38
3.3.1 Variabel Perlakuan dan Variabel Respon ... 38
3.3.2 Definisi Operasional ... 38
3.4 Uji Pendahuluan ... 39
3.5 Prosedur Penelitian ... 39
3.5.1 Persiapan Sebelum Penelitian Sehari Sebelumnya ... 39
3.5.2 Pada Hari Penelitian ... 40
3.5.2.1 Proses Pengukuran Tekanan Darah ... 40
3.5.2.2 Proses Pengukuran Denyut Jantung ... 40
3.5.2.3 Prosedur Penelitian ... 40
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 42
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 49
5.2 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... 52
xi DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah JNC VII... 24 Tabel 4.1 Peningkatan Tekanan Darah dan Frekuensi Denyut Jantung
Sesudah dan Sebelum Mendengarkan Musik Bertempo Cepat ... 42 Tabel 4.2 Penurunan Tekanan Darah dan Frekuensi Denyut Jantung
xii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Musik Tempo Lambat
terhadap Tekanan Darah dan Denyut Jantung ... 4
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Musik Tempo Cepat terhadap Tekanan Darah dan Denyut Jantung ... 5
Gambar 2.1 Telinga ... 13
Gambar 2.2 Jaras Pendengaran ... 14
Gambar 2.3 Pengaruh Sistem Saraf Otonom terhadap Jantung dan Arteri ... 21
Gambar 2.4 Gelombang pada Otak ... 24
xiii DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat (Boedhisantoso, 1982). Konfusius mengatakan, “Jika musik terdengar muram dan menekan berarti rakyat sedang tertekan dan sedih. Jika musiknya tidak berenergi, sedang, dan panjang berarti rakyat sedang damai dan bahagia. Jika musik terdengar kuat dan bertenaga berarti rakyat sedang bersemangat dan kuat. Jika musik yang muncul terdengar murni, religius, dan megah berarti rakyat sedang saleh. Jika musiknya lembut dan gembira berarti rakyat sedang baik hati dan penyayang.” (Anonim, 2013)
Dalam dunia kesehatan, musik dapat dijadikan salah satu terapi alternatif dalam penyembuhan, dikenal sebagai terapi musik. Terapi musik ini memiliki spektrum yang luas, meliputi: fisiologikal, developmental, suportif, psikodinamik, humanistik, dan transpersonal (Bunt & Hoskyns, 2002).
Musik dapat difungsikan sebagai sarana terapi kesehatan. Ketika mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otak pendengar dapat diperlambat dan dipercepat (Atmanta, 2012). Penelitian terdahulu menyatakan berbagai tempo musik mempunyai efek fisiologis pada tubuh (Edworthy & Waring, 2010). Salah satu efeknya adalah memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai frekuensi, tempo, dan volumenya. Jantung cenderung mengikuti dan mencoba menyamai tempo suatu bunyi (Campbell, 2001).
1.2Identifikasi Masalah
Apakah musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah.
Apakah musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah.
Apakah musik bertempo cepat meningkatkan denyut jantung.
2 1.3Tujuan Penelitian
Ingin mengetahui apakah musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah.
Ingin mengetahui apakah musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah.
Ingin mengetahui apakah musik bertempo cepat meningkatkan denyut jantung.
Ingin mengetahui apakah musik bertempo lambat menurunkan denyut jantung.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Untuk menambah pengetahuan tentang tempo musik cepat dan lambat yang berpengaruh pada tekanan darah dan denyut jantung bagi penulis dan pembaca. 1.4.2 Manfaat Praktis
Mendengarkan tempo musik lambat dalam efek jangka panjang mempunyai efek terhadap kesehatan.
1.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian terdahulu menyatakan musik bertempo cepat sekitar 120-130 beats per minute (bpm) meningkatkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung, sedangkan musik bertempo lambat sekitar 50-60 bpm mempunyai efek yang berlawanan (Armon, et al, 2010).
3 Gelombang α akan merangsang pelepasan dua hormon endogen yaitu serotonin dan β-endorphin. Serotonin melalui reseptor 5-HT1 menyebabkan vasodilatasi pada arteriol dengan cara melepaskan Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF) dan prostaglandin E dari sel endotel sehingga terjadi relaksasi otot polos pembuluh darah, Total Peripheral Resistance (TPR) menurun diikuti penurunan Cardiac Output (CO) dan tekanan darah (Gunawan, 2009).
β-endorphin merupakan bahan serupa opium yang terdapat pada hipotalamus dan hipofisis. Saat β-endorphin berikatan dengan reseptor dan , akan terjadi inhibisi dari dopamin sehingga tonus parasimpatis akan meningkat. Peningkatan tonus parasimpatis ini akan menyebabkan kronotropik negatif dan inotropik negatif pada jantung. Efek ini akan menyebabkan penurunan denyut jantung dan
stroke volume sehingga cardiac output pun turun dan tekanan darah menurun (Guyton & Hall, 2007).
4
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Musik Tempo Lambat terhadap Tekanan Darah dan Denyut Jantung
5 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Musik Tempo Cepat terhadap
Tekanan Darah dan Denyut Jantung
1.6Hipotesis Penelitian
Musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah.
Musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah.
Musik bertempo cepat meningkatkan denyut jantung.
Musik bertempo lambat menurunkan denyut jantung.
musik tempo cepat
indra pendengaran
cortex cerebri
hipokampus
amigdala
hipotalamus
formatio retikularis
gelombang β
adrenalin
tonus simpatis ↑
49 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah. Musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah. Musik bertempo cepat meningkatkan denyut jantung. Musik bertempo lambat menurunkan denyut jantung.
5.2 Saran
Orang dengan hipertensi sebaiknya mendengarkan musik bertempo lambat karena menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
Musik bertempo lambat sebaiknya diputar di ruang tunggu klinik ataupun kantor, agar orang menjadi rileks.
Musik bertempo cepat dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas otot saat berolahraga.
Orang dengan aritmia atau takikardi sebaiknya jangan mendengarkan musik bertempo cepat.
Perlu dilakukan penelitian terhadap tekanan darah dan denyut jantung dengan menggunakan tempo musik yang sama, tetapi dengan jenis aliran musik yang berbeda-beda.
1
PENGARUH TEMPO MUSIK CEPAT DAN LAMBAT TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG
Filiani Natalia Salim
Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Maranatha Bandung
ABSTRAK
Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat. Dalam dunia kesehatan, musik dapat dijadikan salah satu terapi alternatif dalam penyembuhan, dikenal sebagai terapi musik. Penelitian terdahulu menyatakan berbagai tempo musik mempunyai efek fisiologis pada tubuh. Salah satu efeknya adalah memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai frekuensi, tempo, dan volumenya. Jantung cenderung mengikuti dan mencoba menyamai tempo suatu bunyi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh musik bertempo cepat terhadap peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, juga untuk mengetahui pengaruh musik bertempo lambat terhadap penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan tes “t” berpasangan. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang mahasiswa FK-UKM dengan rentang usia 18-25 tahun. Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa dalam satuan mmHg, denyut jantung diukur dengan menggunakan heart rate monitor setelah dan sebelum mendengarkan musik bertempo
cepat dan lambat. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan. Hasil penelitian
didapatkan setelah mendengarkan musik bertempo cepat rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 113,60 mmHg, untuk tekanan darah diastolik sebesar 75,73 mmHg, dan untuk denyut jantung sebesar 88,65 bpm (p<0,01). Setelah mendengarkan musik bertempo lambat rata-rata tekanan darah sistolik adalah 109,06 mmHg, untuk tekanan darah diastolik sebesar 74,33 mmHg, dan untuk denyut jantung sebesar 77,84 bpm (p<0,01). Kesimpulan dari penelitian ini adalah musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, sedangkan musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
Kata Kunci: Musik bertempo cepat, musik bertempo lambat, tekanan darah, denyut jantung
ABSTRACT
2
mmHg, diastolic blood pressure is 74,33 mmHg, and heart rate is 77,84 bpm (p<0,01). The conclusion of this research are fast tempo music increases blood pressure and heart rate, and vice versa slow tempo music decreases blood pressure and heart rate.
Key words: Fast tempo music, slow tempo music, blood pressure, heart rate
PENDAHULUAN
Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat. Konfusius mengatakan, “Jika musik terdengar muram dan menekan berarti rakyat sedang tertekan dan sedih. Jika musiknya tidak berenergi, sedang, dan panjang berarti rakyat sedang damai dan bahagia. Jika musik terdengar kuat dan bertenaga berarti rakyat sedang bersemangat dan kuat. Jika musik yang muncul terdengar murni, religius, dan megah berarti rakyat sedang saleh. Jika musiknya lembut dan gembira berarti
rakyat sedang baik hati dan penyayang.”1
Dalam dunia kesehatan, musik dapat dijadikan salah satu terapi alternatif dalam penyembuhan, dikenal sebagai terapi musik. Terapi musik ini memiliki spektrum yang luas, meliputi: fisiologikal, developmental, suportif, psikodinamik, humanistik, dan transpersonal.2
Musik dapat difungsikan sebagai sarana terapi kesehatan. Ketika mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otak pendengar dapat diperlambat dan dipercepat.3 Penelitian terdahulu menyatakan berbagai tempo musik mempunyai efek fisiologis pada tubuh. Salah satu efeknya adalah memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai frekuensi, tempo, dan volumenya. Jantung cenderung mengikuti dan mencoba menyamai tempo suatu bunyi.4
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung dan ingin mengetahui apakah musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah dan deyut jantung.
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dengan α = 0.05.
Alat-alat yang digunakan adalah sphygmomanometer air raksa, stetoskop, MP3
player, earphone, heart rate monitor, metronome, lagu “Sunshine Surf” by Depapepe
tempo 152 bpm, lagu “Beloved” by Yiruma tempo 66 bpm.
3
Prosedur Penelitian
Sehari sebelum tes subjek penelitian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut yaitu tidak boleh aktivitas berat, cukup tidur (minimal 8 jam), tidak boleh mengkonsumsi obat-obat CNS depressant atau stimulant dan kopi. Sedangkan pada hari penelitian subjek penelitian duduk istirahat terlebih dahulu 5 menit, tekanan darah awal diukur menggunakan sphygmomanometer air raksa dengan cara gabungan, hasilnya dicatat, denyut jantung awal diamati menggunakan
heart rate monitor. Earphone dipasang untuk mendengarkan lagu “Sunshine Surf”
by Depapepe tempo 152 bpm. Sambil lagu diperdengarkan, frekuensi denyut jantung diperhatikan pada heart rate monitor. Denyut jantung terendah dalam jangka waktu 5 menit, dicatat setiap menitnya, diambil rata-ratanya. Tekanan darah diukur setelah mendengarkan lagu selama 5 menit. Lagu “Beloved” by Yiruma tempo 66 bpm diperdengarkan pada hari berikutnya dengan prosedur yang sama.
Saat pengukuran tekanan darah, subjek penelitian berada dalam posisi relaks, kaki menyentuh lantai, tangan kiri di pangkuan. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada lengan kanan atas, lengan terletak di atas meja. Manset dipasang di lengan kanan atas setinggi jantung (ICS IV), dengan arah penunjuk terletak di atas a.brachialis (kurang lebih 2-3 cm di atas fossa cubiti) dengan kelonggaran manset 2 jari. Manset dipompa dengan tangan kanan secepat-cepatnya sambil meraba arteri radialis dengan tangan kiri hingga tidak teraba lagi, lalu naikkan 30 mmHg kemudian letakkan stetoskop bagian membran di atas a.brachialis dan tekanan manset diturunkan secara perlahan 2 mmHg tiap detik sampai bunyi hilang. Bunyi yang terdengar pertama disebut bunyi Korotkoff I menunjukkan tekanan darah sistolik dan saat bunyi hilang adalah bunyi Korotkoff V
menunjukkan tekanan darah diastolik.
Denyut jantung diukur dengan menggunakan heart rate monitor dengan cara
transmitterheart rate monitor dibasahi dengan sedikit air, lalu dipasang pada dada
subjek penelitian setinggi jantung (ICS 4), frekuensi denyut jantung dilihat pada
wrist receiver monitor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Tabel 4.1 Peningkatan Tekanan Darah dan Frekuensi Denyut Jantung Sesudah dan Sebelum Mendengarkan Musik Bertempo Cepat
N Mean 12,642), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum mendengarkan musik bertempo cepat sebesar 111,20 mmHg (SD = 11,186) (p < 0,01).
Kemudian rata-rata tekanan darah diastolik sesudah mendengarkan musik bertempo cepat adalah sebesar 75,73 mmHg (SD = 8,115), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum mendengarkan musik bertempo cepat sebesar 74,20 mmHg (SD = 8,091) (p < 0,01). Untuk rata-rata frekuensi denyut jantung sesudah mendengarkan musik bertempo cepat adalah sebesar 88,65 bpm (SD = 9,500), lebih tinggi dibandingkan rata-rata frekuensi denyut jantung sebelum mendengarkan musik bertempo cepat yaitu sebesar 77,73 bpm (SD = 9,843) (p < 0,01).
Pada penelitian ini rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat, tetapi terdapat 4 orang dari 30 orang yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan terdapat 9 orang dari 30 orang yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Hal ini mungkin disebabkan karena subjek penelitian baru mengikuti aktivitas perkuliahan sehingga subjek penelitian lelah atau mengantuk (kuasi eksperimental), seperti yang terjadi pada penelitian Jones, dkk.5 Seluruh subjek penelitian mengalami peningkatan frekuensi denyut jantung.
Tabel 4.2 Penurunan Tekanan Darah dan Frekuensi Denyut Jantung Sesudah dan Sebelum Mendengarkan Musik Bertempo Lambat
5
Dari Tabel 4.2 didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah
mendengarkan musik bertempo lambat adalah sebesar 109,06 mmHg (SD = 9,836), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum mendengarkan musik bertempo lambat sebesar 112,47 mmHg (SD = 10.963) (p < 0,01).
Kemudian rata-rata tekanan darah diastolik sesudah mendengarkan musik bertempo lambat adalah sebesar 74,33 mmHg (SD = 6,909), lebih rendah dibandingkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum mendengarkan musik bertempo lambat sebesar 75,60 mmHg (SD = 7,435) (p < 0,01).
Untuk rata-rata frekuensi denyut jantung setelah mendengarkan musik bertempo lambat adalah sebesar 77,84 bpm (SD = 8,522), lebih rendah dibandingkan rata-rata frekuensi denyut jantung sebelum mendengarkan musik bertempo lambat sebesar 88,63 bpm (SD = 8,556) (p <0,01).
Pada penelitian ini terdapat 4 orang dari 30 orang yang tidak mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan 7 orang dari 30 orang tidak mengalami penurunan tekanan darah diastolik. Hal ini mungkin disebabkan karena subjek penelitian meminum minuman yang mengandung kafein setelah mengikuti aktivitas perkuliahan atau mungkin subjek penelitian meminum obat-obat yang bersifat merangsang sistem saraf pusat (kuasi eksperimental), seperti yang terjadi pada penelitian Armon, dkk.6 Seluruh subjek penelitian mengalami penurunan frekuensi denyut jantung.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Musik bertempo cepat meningkatkan tekanan darah. Musik bertempo lambat menurunkan tekanan darah. Musik bertempo cepat meningkatkan denyut jantung. Musik bertempo lambat menurunkan denyut jantung.
Saran
Orang dengan hipertensi sebaiknya mendengarkan musik bertempo lambat karena menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
Musik bertempo lambat sebaiknya diputar di ruang tunggu klinik ataupun kantor, agar orang menjadi rileks.
Musik bertempo cepat dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas otot saat berolahraga.
6
Perlu dilakukan penelitian terhadap tekanan darah dan denyut jantung dengan menggunakan tempo musik yang sama, tetapi dengan jenis aliran musik yang berbeda-beda.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek volume atau intensitas musik yang didengarkan terhadap tekanan darah dan konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Wikipedia. [Online] 2013. http://en.wikipedia.org/wiki/Music.
2. Bunt, Leslie and Hoskyns, Sarah.The Handbook of Music Therapy. New York : Taylor and Francis Group, 2002. p. 44.
3. Atmanta, Nanang Sari. Art for Education - Indonesia.
http://pandoe.rumahseni2.net/index.php/literatur/musik-dan-manfaatnya/. [Online] 4 15, 2012. [Cited: 11 23, 2012.]
4. Campbell, Don.Efek Mozart. [trans.] Drs. T. Hermaya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. p. 82.
5. The Effect of Varying Musical Tempo on Exertion During Exercise in College Students. Jones, Tiffany, et al., et al. 2010, pp. 9-10.
50
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Retrieved Maret 2013, from http://www.wmich.edu/mus-gened/mus150/Ch1-elements.pdf
Anonim. 2013. Wikipedia. Retrieved 2013, from http://en.wikipedia.org/wiki/Music
Armon, R., Fisher, A., Goldfarb, B., & Milton, C. 2010. Effects of music tempos on blood pressure, heart rate, and skin conductance after. p 2.
Atmanta, N. S. 2012. Art for Education - Indonesia. Retrieved 11 23, 2012, from http://pandoe.rumahseni2.net/index.php/literatur/musik-dan-manfaatnya/. Bunt, L., & Hoskyns, S. 2002. The Handbook of Music Therapy. New York:
Taylor and Francis Group. p 44.
Campbell, D. 2001. Efek Mozart. (D. T. Hermaya, Trans.) Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. p 38, 82-98.
DepKes RI. 2013. Departemen Kesehatan RI. Retrieved April 2013, from www.depkes.go.id: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertensi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html
Drake, R. L., Vogl, W., & Mitchell, A. W. 2010. Gray's Anatomy for Students
(Vol. 2nd). Canada: Elsevier Inc. p 854.
Ganong, W. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. h 285, 529, 547-548, 564-568, 615-616.
Gunawan, S. G. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h 288
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. h 172, 244-246, 630, 688-689, 765,-775, 780-781, 787, 790-794.
Haruyama, S. 2011. The Miracle of Endorphin. Bandung: Qanita. h 80,81.
51 Iwanaga, M. 1999. Subjectives and Physiological Responses to Music Stimuli
Controlled Over Activity and Preferences. Journal of Music Therapy, p 26-38.
Japardi, I. FKU UNSUT. 2003. Nervus Vestibulocochlearis.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1955/1/bedah-iskandar%20japardi58.pdf. Februari 2013.
Jones, T., Ermatinger, K., Waite, A., & Zhang, H. 2010. The Effect of Varying Musical Tempo on Exertion During Exercise in College Students. p 9-10. Makmun, L. H. 2009. Aritmia Supra Ventrikular. In Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. pp. 1618-1619. Jakarta: Interna Publishing.
Scheve, T. 2012. What are Endorphins? Retrieved February 2013, from http://science.howstuffworks.com/life/endorphins2.htm
Sherwood, L. L. 2007. Human Physiology . Edisi 7. Canada: Brooks. h 325, 376-377, 382.
Sugangga, R. 2009. Motivasi Diri. Retrieved March 24, 2013, from
http://rayyan.wordpress.com/2009/01/11/gelombang-otak-pengaruhnya/ University Hospitals Of Cleveland. 2013. Music as Medicine. Retrieved April
2013, from musicasmedicine:
http://www.musicasmedicine.com/about/history.cfm
Wibowo, D. S. 2008. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia Publishing. h 147-152, 163.
Wibowo, D. S., & Paryana, W. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu. h 487-488, 492, 496, 537-541.
Yamin, M., & Harun, S. 2009. Aritmia Ventrikel. In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. pp. 1623-1624. Jakarta: Interna Publishing.