LINA YANTI H14070071
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
LINA YANTI. Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh WIDYASTUTIK).
Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis untuk menopang perekonomian nasional karena telah terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Selain itu, sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja dan juga sebagai pasar bagi produk-produk industri. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan. Susu merupakan salah satu komoditas peternakan potensial yang nilai ekspornya cukup tinggi dibandingkan komoditi peternakan lainnya.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka tidak memiliki pilihan selain ikut serta dalam kancah global tersebut. Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan produk susu impor dapat memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia namun di sisi lain hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena ketidakmampuan bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu dibandingkan dengan susu segar impor. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional yang dikaji dari sisi keunggulan komparatif dan posisi daya saing produk turunan tersebut di pasar internasional.
Penelitian ini menggunakan data sekunder time series tahunan tahun 2000 hingga 2010. Produk turunan susu yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi HS 19, HS 0402, HS 040221, HS 040299, HS 040390 dan HS 040120. Adapun metode analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif, serta pendekatan Constant Market Share (CMS) yang digunakan untuk menganalisis faktor yang paling mempengaruhi laju pertumbuhan ekspor produk turunan susu Indonesia di pasar dunia.
Berdasarkan analisis daya saing, produk HS 040221, HS 040299 dan HS 19 memiliki keunggulan komparatif. Namun, pada HS 040120, HS 0402 dan HS 040390 tidak memiliki keunggulan komparatif. Sementara itu, semua produk turunan susu Indonesia yang diteliti memiliki keunggulan kompetitif. Hal tersebut ditunjukkan dengan posisi daya saing keenam produk turunan susu yang berada pada kuadran Rising Star. Hasil estimasi CMS menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai ekspor HS 040390 dan HS 0402 disebabkan oleh efek pertumbuhan impor, pertumbuhan nilai ekspor HS 19 disebabkan oleh efek komposisi komoditas. Adapun pertumbuhan nilai ekspor HS 040120, HS 040221 dan HS 040299 disebabkan oleh efek daya saing.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, upaya untuk meningkatkan daya saing produk turunan susu Indonesia perlu dilaksanakan dengan cara meningkatkan kualitas produk turunan susu Indonesia, meningkatkan produktivitas peternak sapi perah Indonesia, meningkatkan kinerja ekspor produk turunan susu Indonesia dan
mengikuti trend dan selera pasar susu internasional. Indonesia juga harus lebih fokus dalam mengembangkan produk turunan susu Indonesia terutama produk yang strategis dan dinamis di pasar dunia. Peluang ekspor produk turunan susu Indonesia juga harus dinalisis secara lebih mendalam sebab beberapa ekspor produk turunan susu Indonesia masih tergantung kepada efek pertumbuhan impor dan efek komposisi komoditas, sedangkan efek yang paling baik dalam mempengaruhi pertumbuhan ekspor produk adalah efek daya saing. Selain itu diperlukannya penelitian lanjutan ke sub sektor yang lebih kecil untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing produk susu tersebut.
ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU
INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
Oleh
LINA YANTI H14070071
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Widyastutik, M.Si NIP. 1975 1105 2005012001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec NIP. 1964 1022 1989031003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL” ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Lina Yanti lahir pada tanggal 18 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Wiwik Carmola dan Bong Sak Fah.
Penulis mulai menjalani pendidikan formal di TK Sandika Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Saint John, The 21th Century School Guang Zhou China, SD Santo Fransiskus I dan SD Budi Mulia Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikannya ke SLTP Budi Mulia Bogor. Lalu pada tahun 2004 memulai pendidikan menengah atas di SMAN 1 Bogor. Setelah menyelesaikan studinya di SMAN 1 Bogor, penulis mulai melanjutkan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kemudian pada tahun 2008, penulis menjadi mahasiswa aktif pada Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional”. Masalah daya saing produk Indonesia di pasar dunia merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam upaya peningkatan ekspor produk Indonesia khususnya produk susu dan turunannya. Efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan pun sangat penting diketahui untuk membantu membuat kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan dalam penyusunannya membutuhkan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh hormat kepada: 1. Keluarga tercinta atas segala kasih sayang, dukungan dan doa untuk
keberhasilan penulis sehingga karya ini bisa terselesaikan.
2. Widyastutik, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun teoritis.
3. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan karya ini.
4. Ranti Wiliasih sebagai dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah memberikan saran mengenai tata cara penulisan yang baik dan benar. 5. Para dosen Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu yang telah banyak
diberikan selama ini.
6. Staf Departemen Ilmu Ekonomi dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen atas kerjasamanya selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Ekonomi.
7. Para peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat.
8. Gloria Indah Kristiani Rogahang, Lydia Stefani Randini dan Nathalia Anita de Ftretes atas dukungan dan kebersamaan selama ini.
9. Asti Bororotun yang telah banyak memberikan bantuan-bantuan selama proses pengolahan data skripsi ini.
10.Reni Tilova, teman seperjuangan penulis yang telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini.
11.Teman-teman IE 44 dan non IE 44 yang telah memberikan bantuan beserta dukungan yang sangat berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12.Teman-teman Rumah Kost Putri Rizki yang telah banyak memberikan bantuan dan kebersamaan selama ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
13.Untuk semua pihak yang telah membantu dan mengisi hidupku.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, September 2011
Lina Yanti H14070071
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 1.1Latar Belakang... 1 1.2Perumusan Masalah ... 7 1.3Tujuan Penelitian ... 9 1.4Manfaat Penelitian ... 10
1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1Susu dan Klasifikasinya ... 12
2.2 Perdagangan Internasional... 17
2.3 Daya Saing... 19
2.4 Penelitian Terdahulu ... 24
2.5Kerangka Pemikiran ... 27
III. METODE PENELITIAN ... 31
3.1Jenis dan Sumber Data ... 31
3.2Metode Analisis ... 31
3.2.1 Analisis Revealed Compaative Advantage (RCA) ... 32
3.2.2 Analisis Export Product Dynamics (EPD) ... 35
3.2.3 Analisis Constant Market Share (CMS) ... 37
IV. GAMBARAN UMUM ... 41
4.1Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia ... 41
4.2Perkembangan Ekspor Produk Turunan Susu Indonesia ke Pasar Dunia ... 43
4.3Perkembangan Impor Produk Turunan Susu Indonesia ke
Pasar Dunia ... 56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69
5.1Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040120 ... 69
5.2Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 0402 ... 72
5.3Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040221 ... 75
5.4Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040299 ... 78
5.5Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040390 ... 81
5.6Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 19 ... 84
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
6.1Kesimpulan ... 88
6.2Saran ... 89
VII. DAFTAR PUSTAKA ... 90
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Peternakan Indonesia ... 4
2. Negara Penghasil Susu Tertinggi di Dunia ... 6
3. Produk Turunan Susu Indonesia ... 16
4. Kode Produk Susu Turunan dalam Harmonized System (HS) ... 31
5. Matriks Posisi Pasar ... 37
6. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040120 Indonesia ... 71
7. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 0402 Indonesia ... 74
8. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040221 Indonesia ... 77
9. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040299 Indonesia ... 80
10. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040390 Indonesia ... 82
11. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 19 Indonesia ... 85
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Nilai Ekspor Sektor Pertanian Periode 2005-2010 ... 3
2. Pohon Industri Komoditi Susu ... 14
3. Peranan Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian
Nasional ... 19
4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 30
5. Dekomposisi Dua Tahap dari Model CMS ... 40
6. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Periode
2000-2010 ... 41
7. Perkembangan Nilai Ekspor HS 040120 Indonesia ke Pasar Dunia
Periode 2000-2010 ... 44
8. Perkembangan Volume Ekspor HS 040120 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 45
9. Perkembangan Nilai Ekspor HS 0402 Indonesia ke Pasar Dunia
Periode 2000-2010 ... 46
10.Perkembangan Volume Ekspor HS 0402 Indonesia ke Pasar Dunia
Periode 2000-2010 ... 47
11.Perkembangan Nilai Ekspor HS 040221 Indonesia ke Pasar Dunia
Periode 2000-2010 ... 48
12.Perkembangan Volume Ekspor Indonesia HS 040221 ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 49
13.Perkembangan Nilai Ekspor HS 040299 Indonesia ke Pasar Dunia
Periode 2000-2010 ... 50
14.Perkembangan Volume Ekspor HS 040299 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 51
15.Perkembangan Nilai Ekspor HS 040390 Indonesia ke Pasar Dunia
Periode 2000-2010 ... 53
16.Perkembangan Volume Ekspor HS 040390 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 54
17.Perkembangan Nilai Ekspor HS 19 Indonesia ke Pasar Dunia
Periode 2000-2010 ... 55
18.Perkembangan Nilai Impor HS 040120 Indonesia dari Dunia
19.Perkembangan Volume Impor HS 040120 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 57
20.Perkembangan Nilai Impor HS 0402 Indonesia dari Dunia
Periode 2000-2010 ... 58
21.Perkembangan Volume Impor HS 0402 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 60
22.Perkembangan Nilai Impor HS 040221 Indonesia dari Dunia
Periode 2000-2010 ... 61
23.Perkembangan Volume Impor HS 040221 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 62
24.Perkembangan Nilai Impor HS 040299 Indonesia dari Dunia
Periode 2000-2010 ... 64
25.Perkembangan Volume Impor HS 040299 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 65
26.Perkembangan Nilai Impor HS 040390 Indonesia dari Dunia
Periode 2000-2010 ... 66
27.Perkembangan Volume Impor HS 040390 Indonesia ke Pasar
Dunia Periode 2000-2010 ... 67
28.Perkembangan Nilai Impor HS 19 Indonesia dari Dunia
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Perkembangan Ekspor Milk Not Concentrated Nor Sweetened
1-6 Percent Fat (HS 040120)... 94
2. Perkembangan Ekspor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 0402) ... 94
3. Perkembangan Ekspor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent fat (HS 040221) ... 95
4. Pertumbuhan Ekspor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS 040299) ... 95
5. Perkembangan Ekspor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS 040390) ... 96
6. Perkembangan Ekspor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) ... 96
7. Perkembangan Impor Milk Not Concentrated Nor Sweetened 1-6 Percent Fat (HS 040120)... 97
8. Perkembangan Impor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 0402) ... 97
9. Perkembangan Impor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent Fat (HS 040221) ... 98
10. Perkembangan Impor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS 040299) ... 98
11. Perkembangan Impor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS 040390) ... 99
12. Perkembangan Ekspor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) ... 99
13. Estimasi RCA HS 040120 Indonesia Periode 2000-2010 ... 100
14. Estimasi RCA HS 0402 Indonesia Periode 2000-2010 ... 100
15. Estimasi RCA HS 040221 Indonesia Periode 2000-2010 ... 101
16. Estimasi RCA HS 040299 Indonesia Periode 2000-2010 ... 101
17. Estimasi RCA HS 040390 Indonesia Periode 2000-2010 ... 102
18. Estimasi RCA HS 19 Indonesia Periode 2000-2010 ... 102
20. Estimasi EPD HS 0402 Indonesia Periode 2000-2010 ... 103
21. Estimasi EPD HS 040221 Indonesia Periode 2000-2010 ... 104
22. Estimasi EPD HS 040299 Indonesia Periode 2000-2010 ... 104
23. Estimasi EPD HS 040390 Indonesia Periode 2000-2010 ... 105
Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem perekonomian
terbuka. Hal ini mengakibatkan arus perdagangan antara Indonesia dan negara
lainnya semakin meningkat. Dasar suatu negara melakukan perdagangan dengan
negara lain dikarenakan tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi di dalam negeri.
Masing-masing negara akan memproduksi jenis produk yang berbeda karena
adanya perbedaan kondisi iklim, potensi lahan dan budaya satu sama lain. Namun,
tidak semua produk diperdagangkan karena daya saing yang rendah atau bahkan
tidak memiliki daya saing.
Menurut Salvatore (1996), negara yang kurang efisien dalam
memproduksi sebuah barang akan melakukan perdagangan dengan negara lain
yang lebih efisien dalam memproduksi barang tersebut. Kondisi ini mengharuskan
setiap negara meningkatkan keunggulan dari masing-masing potensi komoditi
yang dimiliki agar suatu negara memiliki keunggulan komparatif. Oleh karena itu,
masing-masing negara diharapkan meningkatkan potensi komoditi yang
dimilikinya agar memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yang
dilakukan.
Kemajuan perekonomian suatu negara di pasar internasional dapat diukur
dari keberhasilannya meningkatkan daya saingnya secara terus menerus. Daya
saing suatu negara akan meningkat seiring dengan peningkatan ekspor dari negara
menyebabkan ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Hal ini seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada
industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Saat ini, komoditas ekspor
nonmigas merupakan penyumbang devisa terbesar dalam perekonomian sehingga
pemerintah berupaya untuk mendorong ekspor nonmigas sebagai penyumbang
utama devisa.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia bulan Januari sampai Februari
2011 mencapai US$ 29.00 miliar atau meningkat 27.42 persen dibanding periode
yang sama pada tahun 2010. Adapun ekspor nonmigas mencapai US$ 23.83
miliar atau meningkat 30.64 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor
nonmigas menyumbang 82.17 persen dari ekspor total Indonesia. Kenaikan
ekspor ini didominasi oleh peningkatan hasil sektor industri sebesar 36.11 persen,
sektor pertanian sebesar 20.13 persen dan sektor pertambangan sebesar 14.77
persen dibanding periode yang sama pada tahun 2010 (BPS, 2011).
Pertanian merupakan sektor strategis untuk menopang perekonomian
nasional. Sektor pertanian telah terbukti mampu bertahan dalam menghadapi
krisis ekonomi terutama setelah terjadinya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun
1997. Sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan
makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja dan juga sebagai pasar
bagi produk-produk industri (Juanda, 2002). Selain itu, keunggulan perekonomian
Indonesia lebih banyak terdapat pada produksi yang berbasis pada sumberdaya
alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun
Sumber : Badan Pusat
Gambar 1. Nilai Ekspor Sektor Pertanian Periode 2005
Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa n
menunjukkan kecenderungan untuk meningkat setiap tahunnya
nilai ekspor sektor pertanian menurun dari US$ 4,584.
Sedangkan pada tahun 2010, Jika dibandingkan dengan
pada urutan ketiga setelah sektor industri masing sebesar US$ 98,015.
Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan.
subsektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
pertanian. Ternak dan
yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasi
0.00 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 2005 2,889.40 N il ai E k sp o r (U S $ ) usat Statistik, 2011
Ekspor Sektor Pertanian Periode 2005-2010 (US$)
Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa nilai ekspor sektor pertanian
kecenderungan untuk meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009,
pertanian menurun dari US$ 4,584.6 menjadi
Sedangkan pada tahun 2010, nilai ekspor sektor pertanian mencapai
Jika dibandingkan dengan nilai ekspor sektor lainnya, sektor pertanian berada
pada urutan ketiga setelah sektor industri dan sektor pertambangan yang masing US$ 98,015.1 dan US$ 26,712.6.
Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan.
sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasional. Permintaan terhadap
2005 2006 2007 2008 2009 2,889.40 3,374.10 3,657.80 4,584.60 4,352.80 Tahun (US$)
ekspor sektor pertanian Pada tahun 2009, menjadi US$ 4,352.8.
por sektor pertanian mencapai US$ 5,001.9.
ekspor sektor lainnya, sektor pertanian berada dan sektor pertambangan yang masing
-Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan. Pembangunan
sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran
Permintaan terhadap 2010
komoditi peternakan sebagai sumber protein hewani diperkirakan akan semakin
meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan gizi yang baik.
Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Peternakan Indonesia
Komoditi Volume (ton) ∆∆∆∆ 2009 thd
2008 (%) Jan-Nov 2008 Jan-Nov 2009
Peternakan 232,092 103,888 55,24
Daging Ayam 80 0 99,94
Daging Sapi 2 7 355,18
Hijauan Ternak Pakan 15,376 10,197 33,68
Kulit 4,999 6,194 23,90
Sapi Bibit 32 0 98,62
Susu 52,244 40,170 23,11
Lainnya 159,360 47,320 70,31
Komoditi Nilai (ribu US$) ∆∆∆∆ 2009 thd
2008 (%) Jan-Nov 2008 Jan-Nov 2009
Peternakan 529,780 238,285 55,02
Daging Ayam 168 1 99,17
Daging Sapi 7 8 12,82
Hijauan Ternak Pakan 20,940 7,911 62,22
Kulit 91,381 88,851 2,77
Sapi Bibit 125 0 99,68
Susu 211,296 73,934 65,01
Lainnya 205,862 67,579 67,17
Ket : 2009* adalah data Januari-November 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor subsektor
peternakan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009.
Volume peternakan menurun hingga mencapai 55.24 persen dibandingkan dengan
tahun 2008. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penurunan nilai ekspor peternakan
tinggi adalah komoditi kulit kemudian disusul oleh komoditi susu yang
masing-masing bernilai US$ 88,851 dan US$ 73,934.
Susu adalah salah satu hasil komoditi peternakan dan merupakan bahan
makanan yang menjadi sumber gizi atau zat protein hewani. Susu adalah adalah
hasil seksresi kelenjar susu sapi, kambing, kerbau dan hewan menyusui lainnya
yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan
sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan
lain serta memiliki kandungan gizi lengkap berupa protein, lemak vitamin dan
mineral.
Meskipun produksi dan ekspor susu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun akan tetapi produksi tersebut belum dapat mengimbangi pertumbuhan
permintaan susu didalam negeri yang mencapai 1.5 miliar liter per tahun.
Peningkatan ini bukan disebabkan oleh naiknya produktivitas melainkan
disebabkan meningkatkannya jumlah populasi sapi perah itu sendiri. Peternak sapi
lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 500 juta liter susu per tahun dan
pemerintah harus mengimpor kekurangannya sebesar 70 persen terutama dari
Selandia Baru dan Australia. Hal tersebut menyebabkan pengeluaran pemerintah
untuk impor bahan baku mencapai Rp 6 triliun. Jika dibandingkan dengan negara
penghasil susu lainnya, total produksi susu Indonesia masih relatif kecil
Tabel 2. Negara Penghasil Susu Tertinggi di Dunia (dalam Ton)
Country Milk Production
2007 2008 2009 USA 84,189,067 86,159,600 85,859,400 India 43,481,000 44,100,000 45,140,000 China 35,574,326 35,873,607 35,509,831 Russian Federation 31,914,914 32,099,700 32,325,800 Brazil 26,944,064 27,579,400 29,112,000 Germany 28,402,772 28,656,300 27,938,000 France 24,373,700 24,516,300 23,341,000 New Zealand 15,618,288 15,216,800 15,400,000 UK 14,023,000 13,719,000 13,236,500 Poland 12,096,005 12,425,300 12,447,200 World 571,403,458 580,428,259 583,401,740 Sumber : FAO, 2011
Tabel 2 menunjukkan bahwa negara penghasil susu tertinggi di dunia
adalah Amerika Serikat dengan total produksi sebesar 85,859,400 ton. Negara
India dan Cina masing-masing merupakan negara penghasil susu tertinggi kedua
dan ketiga di dunia dengan total produksi sebesar 45,140,000 ton dan 35,509,831
ton. Sementara itu, Selandia Baru yang merupakan negara dominan pengekspor
susu ke Indonesia berada pada urutan ke delapan di dunia. Dari tahun ke tahun,
total susu yang dihasilkan dunia selalu mengalami peningkatan walaupun pada
tahun 2009 peningkatannya relatif kecil.
Impor susu Indonesia yang masih tinggi didominasi oleh impor yang
berasal dari negara Belanda, Australia, maupun Selandia Baru. Pada tahun 2009,
impor ketiga negara tersebut masing-masing mengalami peningkatan 100 persen,
45 persen, dan 37 persen dari tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa
Indonesia memiliki neraca perdagangan yang bernilai negatif atau mengalami
Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam rangka
meningkatkan pangsa dan nilai ekspor susu Indonesia, kajian mengenai analisis
daya saing produk turunan susu dirasakan cukup penting agar dapat meningkatkan
ekspor produk turunan susu Indonesia. Oleh karena itu relevan dilakukan
penelitian dengan judul “Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di
Pasar Internasional” mengingat semakin terbukanya pasar internasional yang
berbasis pada perdagangan bebas. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan
untuk melihat lebih jauh perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dari
sisi ekspor susu.
1.2 Perumusan Masalah
Pertanian merupakan sektor strategis untuk menopang perekonomian
nasional dan daerah. Hal ini terkait dengan kemampuan sektor ini dalam
menyediakan bahan pangan hewani masyarakat, yang sangat diperlukan untuk
perkembangan dan pertumbuhan. Kandungan gizi ternak dan produk olahannya
memiliki kandungan gizi (protein, lemak, vitamin dan mineral) yang lebih baik
dibandingkan dengan tumbuhan.
Salah satu komoditi yang dihasilkan dari sektor peternakan adalah susu.
Komoditi susu memiliki kontribusi yang cukup besar pada subsektor peternakan
yang ikut berperan dalam memberikan sumbangan devisa. Peningkatan ekspor
susu Indonesia ke Taiwan, Malaysia dan Hongkong hingga melebihi seratus
persen mengindikasikan bahwa susu merupakan komoditi yang potensial untuk
nasional masih menghadapi berbagai masalah baik di tingkat global, regional,
makro maupun mikro.
Munculnya era perdagangan bebas merupakan suatu tantangan di mana
Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus ikut serta dalam perdagangan
internasional tersebut. Pada perdagangan bebas tersebut, restriksi perdagangan
terutama tarif bea masuk setahap demi setahap harus dikurangi sampai mencapai
nol persen. Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan produk susu impor dapat
memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif
bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia namun di sisi
lain hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena
ketidakmampuan bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu
dibandingkan dengan susu segar impor.
Usaha peternakan sapi perah sebagian besar dikelola oleh peternakan sapi
perah rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis dan manajemen usaha
ternak yang tidak memadai. Kesehatan ternak, mutu bibit yang rendah dan rataan
jumlah kepemilikan ternak tiap peternak adalah tiga sampai empat ekor sehingga
kurang menjanjikan keuntungan bagi peternak (Amaliah, 2008). Selain itu,
integrasi dan koordinasi antar lembaga pemerintah, swasta, koperasi dan peternak
belum terbentuk.
Produksi dan ekspor susu nasional juga tidak terlepas dari bentuk proteksi
pemerintah yang akan dihapuskan cepat lambat sebagai konsekuensi adanya
perdagangan internasional bebas barrier. Ketersediaan pakan yang tidak
masalah yang dialami para peternak. Kualitas susu yang dihasilkan juga masih
sangat rendah dimana kandungan bakteri (Total Plate Count = TPC) diatas
sepuluh juta/cc. Padahal, kandungan bakteri yang direkomendasi berada dibawah
satu juta/cc.
Adanya perdagangan internasional yang mengakibatkan semakin
terbukanya pasar mengharuskan Indonesia untuk tidak kalah terhadap
negara-negara pesaingnya. Agar produk turunan susu Indonesia dapat bersaing di dalam
pasar internasional, maka Indonesia harus meningkatkan daya saingnya. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi
oleh ekspor susu Indonesia di pasar internasional yaitu bagaimana kondisi daya
saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional yang dikaji dari sisi
keunggulan komparatif dan kompetitif serta efek dominan apa saja yang
memengaruhi pertumbuhan ekspor produk turunan susu Indonesia berdasarkan
analisis pangsa pasar konstan.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar
internasional berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki
2. Menganalisis dinamika dan posisi daya saing dari produk turunan susu
Indonesia di pasar internasional melalui performa produk ekspor
3. Menganalisis efek-efek dominan dalam memengaruhi pertumbuhan ekspor
produk turunan susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah
Sebagai rekomendasi kebijakan agar Indonesia mampu meningkatkan
ekspor produk turunan susu sehingga daya saing susu Indonesia di pasar
dunia pun terus meningkat.
2. Bagi Pelaku Usaha Budidaya Ternak Perah
Untuk menginformasikan permasalahan-permasalahan yang menyebabkan
daya saing susu Indonesia berkembang sangat lambat dan bagaimana cara
mengatasi permasalahan tersebut.
3. Bagi Akademisi
Dapat memberikan pengetahuan, wawasan baru dan tambahan pustaka
bagi masyarakat mengenai daya saing produk turunan susu Indonesia.
Selain itu diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan sebagai
rujukan bagi penelitian-penelitian mengenai daya saing susu selanjutnya.
4. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan pengetahuan dan penulis dapat menyalurkan
ide, gagasan maupun pikiran yang mengacu pada kondisi nyata yang
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai daya saing ekspor produk turunan
susu Indonesia serta efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor
susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan pada periode
2000-2010. Produk-produk yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup enam produk
turunan susu yaitu Cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19),
Milk and cream, concentrated or sweetened (HS 0402), Milk and cream powder
unsweetened > 1.5 percent fat (HS 040221), Milk not concentrated nor sweetened
1-6 percent fat (HS 040120), Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc (HS
040390) dan Milk and cream nes sweetened or concentrated (HS 040299).
Keenam produk turunan susu tersebut dipilih berdasarkan volume dan nilai ekspor
terbesar Indonesia ke dunia menurut data dari Commodity Trade Statistics
Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus
dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu
merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan karena
mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin
A, C dan D dalam jumlah memadai. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan
hingga kuning keemasan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan
kasein. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan
rasa asin berasal dari klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya. Komposisi
susu terdiri dari air (87.9 persen), laktose (4.60 persen), vitamin, enzim, gas dan
mineral serta bahan kering (12.1 persen). Bahan kering yang terdiri dari lemak
(3.45 persen) dan bahan kering tanpa lemak (8.65 persen). Bahan kering tanpa
lemak terdiri dari protein (3.20 persen), kasein (2.70 persen) dan albumin (0.50
persen). Susu memiliki beberapa manfaat yang yang berguna bagi kesehatan
tubuh. Beberapa manfaat susu antara lain adalah pencegahan osteoporosis,
mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.
Faktor-faktor yang memengaruhi komposisi susu adalah jenis ternak dan
keturunannya, individu, umur ternak, nutrisi atau pakan, lingkungan dan
sebagainya. Susu sapi memiliki kandungan protein dan lemak yang tidak terlalu
tinggi ataupun terlalu rendah dibandingkan dengan ternak lainnya (kerbau, zebu,
ketika sapi perah berumur 8-10 tahun dan produksi susu akan meningkat pada
keika musim hujan dimana pakan tersedia lebih banyak.
Kualitas susu merupakan salah satu faktor yang penting. Penentuan
kualitas susu di Indonesia masih berdasarkan Milk Codex. Milk Codex adalah
suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar
ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap
negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Peraturan Milk
Codex untuk kualitas susu yang dianggap normal harus memenuhi angka-angka
minimal sebagai berikut :
Berat jenis : 1.028
Kadar lemak : 2.8 persen
Kadar bahan kering tanpa lemak : 8 persen
Kadar laktosa : 4.2 persen
Kadar protein murni : 2,7 persen
Titik beku : -0.520oC
Jumlah kuman per cc maksimum : 1 juta
Susu segar dibagi menjadi beberapa produk olahan. Hal ini disebabkan
karena sifat dari produk susu itu sendiri yang tidak tahan lama, mudah
terkontaminasi, sulit disimpan karena berbentuk cair serta untuk meningkatkan
nilai tambah. Produk olahan susu biasanya lebih tahan lama dan berbentuk lebih
padat dari susu itu sendiri. Produk olahan yang dihasilkan dengan bahan baku
Sumber : Departemen Perindustrian, 2009
Gambar 2. Pohon Industri Komoditi Susu
Produk olahan susu pada Gambar 2 dihasilkan oleh Industri Pengolahan
Susu (IPS) yang dibagi menjadi tiga kelompok. Industri pengolahan susu yang
pertama adalah kelompok industri hulu dengan produk utamanya susu segar.
Kedua, kelompok industri antara dengan hasil utama susu Pateurisasi, susu UHT
dan susu fermentasi. Industri antara merupakan industri yang menghasilkan
produk antara yang menjadi bahan baku industi lain. Industri pengolahan susu
yang terakhir adalah kelompok industri hilir. Industri hilir merupakan industri
yang menghasilkan produk yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen.
Produk yang dihasilkan dari industri ini yaitu susu bubuk, susu kental manis,
makanan bayi dari susu, keju, mentega, es krim dan yoghurt. Adapun susu yang
sering diimpor pemerintah Indonesia untuk memenuhi permintaan susu dalam
Fat). Susu yang diimpor akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu (IPS)
dan oleh non Industri Pengolahan Susu.
Semua produk olahan susu berbahan baku susu segar dengan bahan-bahan
tambahan seperti gula, krim, minyak nabati, dan lain-lain agar dapat diproses
menjadi produk olahan lainnya. Beberapa produk olahan susu dihasilkan melalui
proses fermentasi. Fermentasi pada susu bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba patogen dan mikroba perusak susu sehingga dapat
memperpanjang masa simpan susu. Produk-produk fermentasi yang berasal dari
susu yaitu :
1. Keju dibuat dari susu dengan cara menghilangkan kandungan airnya. Keju
terbentuk karena koagulasi susu enzim pencernaan dalam lambung hewan
penghasil susu, yang dikenal dengan rennet
2. Yoghurt adalah produk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses
fermentasi bakteri asam laktat, Lactobacillus bulgaricus dan streptococcus
thermopilus, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan.
Yogurt umumnya dibuat dari susu sapi dengan cara dipanaskan sampai
suhu 63o C selama 30 menit (Pateurisasi) kemudian di turunkan suhunya
sampai 43oC diberi bibit yogurt.
3. Kefir merupakan produk susu yang beraroma asam, alkoholik, dan
karbonat. Kefir dihasilkan melalui fermentasi alami dari susu sapi dengan
kombinasi organisme laktat dan yeast. Jenis bakteri dan yeast yang
4. Koumiss adalah suatu minuman tradisional yang biasanya dibuat dari susu
kuda betina atau susu unta melalui suatu proses fermentasi dengan
penambahan bakteri asam laktat. Bakteri yang biasa digunakan adalah
Lactobacillus bulgaricus dan Torulla kolmic.
Berdasarkan perdagangan ekspor impor susu di dunia, susu dibagi menjadi
beberapa produk turunan. Produk-produk susu turunan tersebut dibedakan dengan
menggunakan kode Harmonized System (HS). Beberapa produk turunan susu
tersebut dibedakan berdasarkan kandungan lemak yang terkandung di dalamnya,
konsentrat, bahan pemanis, dan produk olahan yang ditambahkan dengan produk
lainnya.
Tabel 3. Produk Turunan Susu Indonesia
No. Produk Turunan Susu Kode HS
1 Milk not concentrated nor sweetened < 1 percent fat 040110
2 Milk and cream, concentrated or sweetened 0402
3 Milk powder < 1.5 percent fat 040210
4 Milk and cream powder unsweetened > 1.5percent fat 040221 5 Milk and cream powder sweetened > 1.5 percent fat 040229
6 Milk and cream unsweetened, concentrated 040291
7 Milk and cream nes sweetened or concentrated 040299
8 Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc. 040390
9 Whey, natural milk products nes 0404
10 Natural milk products nes 040490
11 Butter and other fats and oils derived from milk 0405
12 Other milk fats and oils 040590
13 Cereal, flour, starch, milk preparations and products 19
14 Infant foods of cereals, flour, starch or milk, retail 190110 15 Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat 040120 16 Milk and cream not concentrated nor sweetened < 6
percent fat 040130
2.2 Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perpindahan barang-barang, jasa-jasa,
modal, tenaga kerja, teknologi, dan informasi dan dari satu negara ke negara lain
(Waluya, 1995). Menurut Krugman dan Obstfeld (1994), suatu negara terlibat
dalam perdagangan internasional didasarkan pada dua alasan. Pertama, suatu
negara terlibat dalam perdagangan karena setiap negara memiliki karakteristik
yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan tersebut diantaranya adalah
perbedaan kandungan sumberdaya alam, sumber daya manusia, iklim, penduduk,
spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur
ekonomi, sosial dan politik, dan lain sebagainya. Kedua, suatu negara melakukan
perdagangan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi sehingga
menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar dan lebih efisien. Ketiga,
keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor yang akan berdampak
terhadap penerimaan yang semakin besar untuk kegiatan pembangunan
Ekspor merupakan permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi
yang dihasilkan oleh suatu negara. Pada perdagangan internasional, ekspor
diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini
dikarenakan kegiatan ekspor dapat menghasilkan devisa, yang selanjutnya dapat
digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor
di dalam negeri. Karena itu, secara teoritis dapat dikatakan bahwa ada korelasi
positif antara pertumbuhan ekspor dengan peningkatan cadangan devisa,
kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) (Tambunan, 2001).
Sementara itu, impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan suatu negara
terhadap suatu komoditi pasar internasional. Impor terjadi karena suatu negara
tidak mampu menghasilkan barang-barang modal dan berbagai jenis barang untuk
keperluan negaranya. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka cadangan
devisa akan berkurang atau neraca perdagangan akan defisit (Amir, 1995).
Dampak dari adanya perdagangan internasional dapat berimplikasi positif
dan negatif. Tambunan (2004) menyatakan bahwa secara umum ada empat aspek
yang terpengaruh dalam globalisasi. Keempat aspek tersebut adalah ekspor,
impor, investasi, dan tenaga kerja. Ekspor akan berdampak positif bilamana
pangsa pasar dunia dari suatu negara meningkat, sedangkan akan berdampak
negatif bilamana suatu negara kehilangan pangsa pasar dunianya. Hilangnya
pangsa pasar suatu negara akan berpengaruh terhadap volume produksi dan
pertumbuhan PDB dalam negeri. Impor akan berdampak negatif bilamana
peningkatan impor dikarenakan rendahnya daya saing buatan dalam negeri. Iklim
investasi yang kondusif akan memberikan dampak positif dimana arus modal
dalam negeri akan meningkat. Perdagangan internasional juga akan menyebabkan
tenaga ahli dari luar negeri akan meningkat dengan adanya perdagangan
internasional tersebut. Pengaruh tersebut tergantung pada kesiapan negara
bersangkutan dalam menghadapi peluang-peluang maupun tantangan-tantangan
yang muncul dari proses tersebut. Dampak dari ekspor dan impor dapat dilihat
Sumber : Tambunan, 2004
Gambar 3. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Nasional
Kegiatan ekspor dan impor harus sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Barang akan dikirimkan ke luar negeri sesuai dengan
peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri
untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan
importir. Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku, maka hasil devisa yang
diperoleh dari ekspor ini dikuasai oleh pemerintah, sedangkan eksportir menerima
pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan nilai lawan (kurs
valuta) valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta (Ratnawati, 2010).
2.3 Daya Saing
Menurut Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan produktivitas
dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan.
+ + + Ekspor Impor Cadangan Devisa Produksi / Output Kesempatan Kerja Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pertumbuhan PDB + - + + +
Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan
tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan
teknologi (total faktor produktivitas). Daya saing merupakan kemampuan suatu
komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan
di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing
maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen. Keunggulan daya
saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan
alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang
dikembangkan (acquired advantage).
Keunggulan alamiah atau keunggulan absolut adalah keunggulan yang
dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung
menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia. Hal ini
dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa
negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi
keunggulan alamiah yang sama. Pendekatan yang sering digunakan untuk
mengukur daya saing suatu komoditi adalah faktor keunggulan komparatif
(comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (compepetitive
advantage).
Keunggulan komparatif adalah suatu kemampuan untuk mendapatkan
suatu barang yang dapat dihasilkan dengan tingkat biaya yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan barang-barang lain. Teori keunggulan komparatif
dikemukakan oleh J.S. Mill dan David Ricardo dan muncul sebagai usaha
komparatif meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan
absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain,
namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung selama
rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan
(Lindert dan Kindleberger, 1993).
Dasar pemikiran David Ricardo adalah perdagangan antar dua negara akan
terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis
barang yang berbeda. Ricardo menekankan bahwa keunggulan suatu negara atas
negara lain disebabkan oleh perbedaan efisiensi relatif antara negara dalam
memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya
perdagangan internasional (Tambunan, 2001). Ricardo menyatakan bahwa nilai
suatu komoditas ditentukan ditentukan oleh faktor tenaga kerja yang disebut teori
nilai berdasar tenaga kerja (Labor theory of value). Kemudian, teori keunggulan
komparatif Ricardo disempurnakan oleh teori biaya imbangan (opportunity cost
theory) yaitu harga relatif komoditas berbeda yang ditentukan oleh perbedaan
biaya dimana biaya tersebut menunjukan produksi komoditas alternatif yang harus
dikorbankan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan.
Teori keunggulan komparatif David Ricardo dijelaskan lebih lanjut oleh
teori cost comparative (labor efficiency) dan teori production comparative (labor
productivity). Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara
akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat
berproduksi relatif kurang/tidak efisien. Sedangkan menurut Production
comparative advantage (labor productivity), suatu negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih
produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif
kurang/tidak produktif (Hamdy, 2001). Sementara itu, J.S. Mill berpendapat
bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage)
terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut
memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage) (Tambunan, 2001).
Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki
keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi jika memanfaatkan
kepemilikan faktor-faktor produksi yang melimpah di negaranya. Teori ini disebut
juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan kelimpahan faktor (factor
endowment theory of comparative advantage). Teori ini mengasumsikan bahwa
setiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor produksi yang
sama menghasilkan output yang sama namun dibedakan oleh harga-harga relatif
faktor produksi tiap negara.
Kelebihan teori komparatif ini adalah mampu menjelaskan bagaimana
perdagangan dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan
absolut. Kelemahan teori ini adalah teori disusun berdasarkan beberapa asumsi
yang berbeda dengan dunia nyata. Hukum komparatif tersebut berlaku dengan
perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di
dalam namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan,
(5) tidak ada biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, dan (7)
menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima,
tapi asumsi tujuh tidak dapat berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk
menjelaskan keunggulan komparatif.
Sementara itu, keunggulan komparatif menurut Sudaryanto dan
Simatupang (1993) merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam
arti daya saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi
sama sekali. Keunggulan komparatif tidak stabil dan cenderung berubah seiring
berjalannya waktu dan perubahan produksi. Menurut Wilcox, Cochrane dan Hardt
dalam Dahl dan Hammond (1977), ada beberapa alasan dalam perubahan
keunggulan komparatif, yaitu (1) perubahan sumber daya alam seperti erosi tanah
(2) perubahan dalam faktor-faktor biologis seperti peningkatan hama dan penyakit
(3) perubahan harga input (4) peningkatan mekanisasi tanah dan (5) peningkatan
transportasi yang lebih efisien dan lebih murah yang memberikan lebih banyak
kemudahan bagi area jauh dari pasar.
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara
atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar internasional (Hamdy, 2001). Konsep
keunggulan kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi
alami tidaklah perlu untuk dijadikan penghambat karena keunggulan pada
dasarnya dapat diperjuangkan dan ditandingkan (dikompetisikan) dengan berbagai
perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam
menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter, 1990).
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengukuran daya saing susu yang berorientasi pada
kegiatan ekspor masih sangat terbatas dilakukan dan dipublikasikan oleh para
akademisi ataupun peneliti. Secara umum penelitian yang dilakukan untuk
mengukur daya saing telah banyak membahas komoditi sapi potong,
penggemukan sapi potong dan komoditi di sektor pertanian lainnya. Namun dari
hasil penelusuran literalur dan pustaka (perpustakaan dan internet), didapat
beberapa penelitian yang relevan. Penelitian terdahulu yang digunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua berdasarkan metode analisis dan komoditi.
Penelitian terdahulu berdasarkan metode analisis yang mengukur daya
saing dengan menggunakan alat analisis RCA (Revealed Comparative
Advantage), EPD (Export Product Dynamic) dan CMS (Contant Market Share)
telah banyak dilakukan oleh para akademisi/peneliti. Beberapa diantaranya adalah
Gumilar (2010), dengan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Komoditi
Sayuran Utama Indonesia di Pasar Internasional. Berdasarkan hasil analisis RCA
pada komoditi sayuran Indonesia yang diekspor ke pasar internasional, didapatkan
nilai RCA yang kurang dari satu untuk hampir semua komoditi sayuran yang diuji
yaitu kol, jamur, bawang merah, kentang, cabai, dan tomat. Namun, pada
tahun-tahun tertentu komoditi kol dan jamur memiliki nilai RCA lebih dari satu.
berada pada kuadran Retreat dan Falling Star. Untuk komoditi bawang merah dan
tomat, hasil analisis EPD berada pada kuadran Rising Star dan Lost Opportunity.
Berdasarkan hasil analisis CMS terhadap komoditi kol dan cabai, pertumbuhan
ekspor kol pada tahun 2001-2008 disebabkan tingginya permintaan impor dunia
akan komoditi tersebut. Pada komoditi jamur dan tomat, pertumbuhan ekspor
jamur terjadi karena tingginya daya saing yang dimiliki oleh komoditi tersebut.
Pada komoditi bawang merah, pertumbuhan ekspor dikarenakan Indonesia
mengekspor komoditi bawang merah ke pasar-pasar yang permintaan impornya
berkembang pesat. Pada komoditi kentang, efek komposisi komoditi ini
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan nilai ekspor
kentang Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia mengekspor
kentangnya ke pasar-pasar tujuan yang berkembang dengan pesat.
Kedua, Karina (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Daya
Saing Produk Indonesia yang Sensitif Terhadap Lingkungan dan Faktor-Faktor
yang Memengaruhinya. Berdasarkan analisis daya saing komparatif dan
kompetitif, dari empat produk yang dianalisis, hanya satu produk yang memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi, yaitu produk Palm kernel or
babassu oil and frac (Minyak Sawit). Dua diantaranya lebih memiliki keunggulan
komparatif, produk tersebut adalah Plywood consisting solely of sheets (Kayu
Lapis) dan Semi-bleached or bleached Pulp of Paper (Bubur Kertas). Sedangkan
produk Coniferous of Wood (kayu serabut) tidak mempunyai keunggulan
komparatif maupun kompetitif. Hasil analisis CMS berdasarkan studi ini
faktor pertumbuhan impor dan faktor komposisi komoditi selama periode
2000-2006, kecuali untuk produk Palm kernel or babassu oil and frac (minyak sawit)
yang paling dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor saja.
Sementara itu, penelitian terdahulu berdasarkan komoditi yang
menganalisis daya saing komoditi susu Indonesia dilakukan oleh Pratama (2010)
dengan judul Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap
Komoditas Susu Segar Sapi Perah dengan studi kasus anggota koperasi peternak
Garut Selatan, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode PAM (Policy
Analysis Matrix). Berdasarkan hasil perhitungan melalui metode PAM, usaha
ternak sapi perah memiliki penerimaan privat dalam memproduksi susu segar
adalah Rp 787.9/liter susu dan keuntungan sosial usaha ternak sapi perah oleh
peternak anggota KPGS yang ditunjukkan dengan nilai yaitu Rp 1,706.5/liter.
Kedua indikator tadi menunjukan keunggulan kompetitif dan komparatif, dengan
nilai lebih dari satu. Namun, hasil perhitungan menunjukan divergensi yang
menjelaskan bahwa ada penyimpangan, sehingga peternak mendapatkan hasil dari
kegagalan tersebut baik kegagalan dipasar input maupun kegagalan dipasar
output.
Kedua, Amaliah (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing dan Impor Susu Indonesia Periode
1976-2005. Metode penelitian yang digunakan terdiri atas pertama, pendekatan
Porter’s Diamond untuk menganalisa kondisi faktor-faktor yang memengaruhi
daya saing susu domestik di tengah serbuan impor susu pasca penghapusan
susu baik dalam jangka panjang maupun pendek diestimasi secara kuantitatif
dengan metode Engle-Granger Cointegration dan Error Correction Model
(ECM). Analisis melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi
bahwa kelemahan mendasar daya saing susu domestik terletak pada kondisi faktor
yaitu skala usaha yang tidak ekonomis, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
rendah, dan teknologi yang bersifat konvensional. Sebaliknya, faktor yang diduga
berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian mengenai daya saing
susu terdahulu adalah penggunaan metode RCA, EPD dan CMS dimana
masing-masing dari metode tersebut saling melengkapi satu sama lainnya. Kedua, objek
yang diteliti merupakan enam produk turunan susu yang memiliki nilai dan
volume ekspor tertinggi di Indonesia sehingga dapat diketahui produk turunan
susu mana saja yang menguntungkan untuk dikembangkan. Selain itu, penelitian
ini melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya karena data yang digunakan
adalah data terbaru hingga tahun 2010.
2.5 Kerangka Pemikiran
Munculnya era perdagangan bebas merupakan suatu tantangan dimana
Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus ikut serta dalam perdagangan bebas
tersebut. Berdasarkan kebijakan Permenkeu No. 19/PMK.011/2009 yang efektif
diberlakukan sejak 1 Juni 2009, penghapusan tarif impor masuk dari lima persen
harus dikurangi hingga menjadi nol persen (Feryanto, 2010). Adanya perdagangan
mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin
meningkatnya pilihan yang tersedia. Namun di sisi lain, hal ini dapat
menyebabkan keterpurukan bagi para produsen karena ketidakmampuan bersaing.
Kondisi ini mengharuskan Indonesia meningkatkan keunggulan dari
masing-masing potensi komoditi yang dimiliki agar Indonesia dapat menikmati
manfaat dari perdagangan internasional yang dilakukan. Sektor peternakan
merupakan sektor yang memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan
makanan, penghasil devisa, dan penyedia lapangan kerja. Susu merupakan salah
satu komoditi peternakan yang berpeluang besar dalam menghasilkan devisa
Negara karena nilai ekspornya cukup tinggi dibandingkan komoditi peternakan
lainnya. Oleh karena itu, daya saing komoditi susu Indonesia harus ditingkatkan
lebih lagi.
Posisi daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional pada
dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif
(comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive
advantage). Faktor keunggulan komparatif merupakan faktor yang bersifat
alamiah dan faktor keunggulan kompetitif merupakan faktor yang bersifat
acquired atau dapat dikembangkan atau diciptakan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengukur daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional.
Penelitian ini mencakup dua kegiatan utama, yaitu menganalisis daya
saing produk turunan susu Indonesia dari segi komparatif dan kompetitif dan
menganalisis efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu
susu Indonesia dari segi keunggulan komparatif diidentifikasi dengan
menggunakan metode Reaveled Comparative Advantage (RCA). Hasil yang
diperoleh menggambarkan daya saing (keunggulan komparatif) negara
dibandingkan negara pembanding lainnya. Metode Export Product Dynamic
(EPD) dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis daya saing produk
turunan susu Indonesia dari segi keunggulan kompetitif di pasar dunia. Sedangkan
analisis terhadap efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu
Indonesia dilakukan dengan menggunakan pendekatan pangsa pasar konstan atau
Constant Market Share Analaysis (CMS).
Penelitian ini dimaksudkan sebagai identifikasi awal untuk mengetahui
posisi daya saing susu Indonesia serta mengidentifikasi efek dominan yang
memengaruhi daya saing produk susu Indonesia di pasar dunia berdasarkan
analisis pangsa pasar konstan. Dengan ini, diharapkan Indonesia dapat
meningkatkan daya saing produk turunan susunya pada perdagangan internasional
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual
Tantangan era perdagangan bebas mengakibatkan restriksi tariff barrier dikurangi hingga nol persen
Sektor peternakan khususnya komoditi susu dituntut untuk meningkatkan daya saing
Banyak permasalahan dalam perdagangan susu Indonesia, termasuk kondisi susu yang kalah saing di pasar internasional
dari sisi harga, kualitas dan produksi
Analisis Posisi Daya Saing Secara Komparatif dan Kompetitif Produk
Ekspor Susu Indonesia
Analisis Efek Dominan yang Memengaruhi Daya Saing Produk
Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia
Rumusan Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Saing
Peningkatan Ekspor Komoditas Peternakan Susu Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Analisis Export Product Dynamic (EPD) Analisis Contant Market Share (CMS)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder
yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh
dari Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Perdagangan, ITS, FAO, Badan
Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak) dan UN
Commodity and Trade Database. Selain itu data-data pendukung lainnya juga
dicari melalui internet, literatur dan jurnal. Produk yang diteliti dalam penelitian
ini terdiri dari enam produk turunan susu berdasarkan nilai ekspor tertinggi
diantara tujuh belas produk turunan susu lainnya. Produk-produk tersebut
memiliki kode Harmonized System (HS) seperti yang tertera pada Tabel 4 berikut
ini.
Tabel 4. Kode Produk Turunan Susu dalam Harmonized System (HS)
No. Produk Turunan Susu Kode HS
1 Cereal, flour, starch, milk preparations and products 19 2 Milk and cream, concentrated or sweetened 0402 3 Milk and cream powder unsweetened > 1.5 percent fat 040221 4 Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat 040120 5 Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc 040390 6 Milk and cream nes sweetened or concentrated 040299 Sumber : UN Comtrade, 2011
3.2 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Studi menggunakan analisis kuantitatif digunakan untuk mendukung
(RCA) dan Export Product Dynamic (EPD), digunakan untuk menganalisis posisi
daya saing atau keunggulan komparatif dan kompetitif produk turunan susu
Indonesia. Sedangkan, untuk menganalisis efek-efek dominan yang memengaruhi
pertumbuhan nilai ekspor produk turunan susu Indonesia menggunakan Constant
Market Share Analysis (CMS). Ketiga metode analisis tersebut memiliki
kelemahan dan kelebihan yang saling melengkapi sehingga hasil yang diperoleh
lebih menggambarkan realita yang sebenarnya.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua tahap.
Tahap pertama yang dilakukan adalah pengelompokan data. Kemudian tahap
kedua yaitu pengolahan data dalam model analisis. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan Software Microsoft Excel.
3.2.1 Analisis Revealed Comparative Advantege (RCA)
Daya saing suatu negara pada suatu produk atau komoditi dapat diestimasi
melalui keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Analisis RCA
merupakan suatu metode untuk menganalisis keunggulan komparatif tersebut.
RCA adalah indeks yang mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dari suatu
negara dengan mengevaluasi peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total
negara tersebut, dibandingkan dengan pangsa komoditas tersebut dalam
perdagangan dunia (Basri, 2002). Melalui analisis perhitungan RCA, posisi daya
saing dan ekspor produk susu di pasar dunia dapat diketahui. Konsep ini pertama
keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam
ekspornya.
Indeks RCA merupakan indikator yang dapat menunjukkan perubahan
keunggulan komparatif atau perubahan tingkat daya saing industri suatu negara di
pasar global. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk/komoditi
terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa
nilai produk dalam perdagangan dunia. Dengan demikian, dapat diketahui secara
kuantitatif apakah komoditi suatu negara cukup tangguh bersaing di pasar
internasional atau tidak. Indeks RCA secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
RCAij = /
/ ... (1)
Dimana :
RCAij = Keunggulan komparatif (daya saing) Indonesia tahun ke-t
Xij = Nilai ekspor produk turunan susu Indonesia tahun ke-t
Xis = Nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia tahun ke-t
Wj = Nilai ekspor produk turunan susu di dunia tahun ke-t
Ws = Nilai ekspor seluruh komoditi dunia tahun ke-t
RCA didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor produk turunan susu
Indonesia di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar
dibandingkan pangsa pasar ekspor produk turunan susu di dalam total ekspor
komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif