• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL LINA YANTI H"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

LINA YANTI H14070071

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

LINA YANTI. Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh WIDYASTUTIK).

Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis untuk menopang perekonomian nasional karena telah terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Selain itu, sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja dan juga sebagai pasar bagi produk-produk industri. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan. Susu merupakan salah satu komoditas peternakan potensial yang nilai ekspornya cukup tinggi dibandingkan komoditi peternakan lainnya.

Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka tidak memiliki pilihan selain ikut serta dalam kancah global tersebut. Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan produk susu impor dapat memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia namun di sisi lain hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena ketidakmampuan bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu dibandingkan dengan susu segar impor. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional yang dikaji dari sisi keunggulan komparatif dan posisi daya saing produk turunan tersebut di pasar internasional.

Penelitian ini menggunakan data sekunder time series tahunan tahun 2000 hingga 2010. Produk turunan susu yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi HS 19, HS 0402, HS 040221, HS 040299, HS 040390 dan HS 040120. Adapun metode analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif, serta pendekatan Constant Market Share (CMS) yang digunakan untuk menganalisis faktor yang paling mempengaruhi laju pertumbuhan ekspor produk turunan susu Indonesia di pasar dunia.

Berdasarkan analisis daya saing, produk HS 040221, HS 040299 dan HS 19 memiliki keunggulan komparatif. Namun, pada HS 040120, HS 0402 dan HS 040390 tidak memiliki keunggulan komparatif. Sementara itu, semua produk turunan susu Indonesia yang diteliti memiliki keunggulan kompetitif. Hal tersebut ditunjukkan dengan posisi daya saing keenam produk turunan susu yang berada pada kuadran Rising Star. Hasil estimasi CMS menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai ekspor HS 040390 dan HS 0402 disebabkan oleh efek pertumbuhan impor, pertumbuhan nilai ekspor HS 19 disebabkan oleh efek komposisi komoditas. Adapun pertumbuhan nilai ekspor HS 040120, HS 040221 dan HS 040299 disebabkan oleh efek daya saing.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, upaya untuk meningkatkan daya saing produk turunan susu Indonesia perlu dilaksanakan dengan cara meningkatkan kualitas produk turunan susu Indonesia, meningkatkan produktivitas peternak sapi perah Indonesia, meningkatkan kinerja ekspor produk turunan susu Indonesia dan

(3)

mengikuti trend dan selera pasar susu internasional. Indonesia juga harus lebih fokus dalam mengembangkan produk turunan susu Indonesia terutama produk yang strategis dan dinamis di pasar dunia. Peluang ekspor produk turunan susu Indonesia juga harus dinalisis secara lebih mendalam sebab beberapa ekspor produk turunan susu Indonesia masih tergantung kepada efek pertumbuhan impor dan efek komposisi komoditas, sedangkan efek yang paling baik dalam mempengaruhi pertumbuhan ekspor produk adalah efek daya saing. Selain itu diperlukannya penelitian lanjutan ke sub sektor yang lebih kecil untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing produk susu tersebut.

(4)

ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU

INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Oleh

LINA YANTI H14070071

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Widyastutik, M.Si NIP. 1975 1105 2005012001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec NIP. 1964 1022 1989031003

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING PRODUK TURUNAN SUSU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL” ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lina Yanti lahir pada tanggal 18 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Wiwik Carmola dan Bong Sak Fah.

Penulis mulai menjalani pendidikan formal di TK Sandika Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Saint John, The 21th Century School Guang Zhou China, SD Santo Fransiskus I dan SD Budi Mulia Bogor. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikannya ke SLTP Budi Mulia Bogor. Lalu pada tahun 2004 memulai pendidikan menengah atas di SMAN 1 Bogor. Setelah menyelesaikan studinya di SMAN 1 Bogor, penulis mulai melanjutkan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kemudian pada tahun 2008, penulis menjadi mahasiswa aktif pada Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Internasional”. Masalah daya saing produk Indonesia di pasar dunia merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam upaya peningkatan ekspor produk Indonesia khususnya produk susu dan turunannya. Efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan pun sangat penting diketahui untuk membantu membuat kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan dalam penyusunannya membutuhkan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan penuh hormat kepada: 1. Keluarga tercinta atas segala kasih sayang, dukungan dan doa untuk

keberhasilan penulis sehingga karya ini bisa terselesaikan.

2. Widyastutik, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun teoritis.

3. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan karya ini.

4. Ranti Wiliasih sebagai dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah memberikan saran mengenai tata cara penulisan yang baik dan benar. 5. Para dosen Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu yang telah banyak

diberikan selama ini.

6. Staf Departemen Ilmu Ekonomi dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen atas kerjasamanya selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Ekonomi.

(9)

7. Para peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat.

8. Gloria Indah Kristiani Rogahang, Lydia Stefani Randini dan Nathalia Anita de Ftretes atas dukungan dan kebersamaan selama ini.

9. Asti Bororotun yang telah banyak memberikan bantuan-bantuan selama proses pengolahan data skripsi ini.

10.Reni Tilova, teman seperjuangan penulis yang telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini.

11.Teman-teman IE 44 dan non IE 44 yang telah memberikan bantuan beserta dukungan yang sangat berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12.Teman-teman Rumah Kost Putri Rizki yang telah banyak memberikan bantuan dan kebersamaan selama ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

13.Untuk semua pihak yang telah membantu dan mengisi hidupku.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, September 2011

Lina Yanti H14070071

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 1.1Latar Belakang... 1 1.2Perumusan Masalah ... 7 1.3Tujuan Penelitian ... 9 1.4Manfaat Penelitian ... 10

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1Susu dan Klasifikasinya ... 12

2.2 Perdagangan Internasional... 17

2.3 Daya Saing... 19

2.4 Penelitian Terdahulu ... 24

2.5Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 31

3.1Jenis dan Sumber Data ... 31

3.2Metode Analisis ... 31

3.2.1 Analisis Revealed Compaative Advantage (RCA) ... 32

3.2.2 Analisis Export Product Dynamics (EPD) ... 35

3.2.3 Analisis Constant Market Share (CMS) ... 37

IV. GAMBARAN UMUM ... 41

4.1Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia di Pasar Dunia ... 41

4.2Perkembangan Ekspor Produk Turunan Susu Indonesia ke Pasar Dunia ... 43

(11)

4.3Perkembangan Impor Produk Turunan Susu Indonesia ke

Pasar Dunia ... 56

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

5.1Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040120 ... 69

5.2Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 0402 ... 72

5.3Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040221 ... 75

5.4Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040299 ... 78

5.5Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040390 ... 81

5.6Hasil Analisis Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 19 ... 84

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1Kesimpulan ... 88

6.2Saran ... 89

VII. DAFTAR PUSTAKA ... 90

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Peternakan Indonesia ... 4

2. Negara Penghasil Susu Tertinggi di Dunia ... 6

3. Produk Turunan Susu Indonesia ... 16

4. Kode Produk Susu Turunan dalam Harmonized System (HS) ... 31

5. Matriks Posisi Pasar ... 37

6. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040120 Indonesia ... 71

7. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 0402 Indonesia ... 74

8. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040221 Indonesia ... 77

9. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040299 Indonesia ... 80

10. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 040390 Indonesia ... 82

11. Kompilasi Hasil Perbandingan Estimasi RCA, EPD dan CMS HS 19 Indonesia ... 85

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Nilai Ekspor Sektor Pertanian Periode 2005-2010 ... 3

2. Pohon Industri Komoditi Susu ... 14

3. Peranan Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian

Nasional ... 19

4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 30

5. Dekomposisi Dua Tahap dari Model CMS ... 40

6. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Periode

2000-2010 ... 41

7. Perkembangan Nilai Ekspor HS 040120 Indonesia ke Pasar Dunia

Periode 2000-2010 ... 44

8. Perkembangan Volume Ekspor HS 040120 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 45

9. Perkembangan Nilai Ekspor HS 0402 Indonesia ke Pasar Dunia

Periode 2000-2010 ... 46

10.Perkembangan Volume Ekspor HS 0402 Indonesia ke Pasar Dunia

Periode 2000-2010 ... 47

11.Perkembangan Nilai Ekspor HS 040221 Indonesia ke Pasar Dunia

Periode 2000-2010 ... 48

12.Perkembangan Volume Ekspor Indonesia HS 040221 ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 49

13.Perkembangan Nilai Ekspor HS 040299 Indonesia ke Pasar Dunia

Periode 2000-2010 ... 50

14.Perkembangan Volume Ekspor HS 040299 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 51

15.Perkembangan Nilai Ekspor HS 040390 Indonesia ke Pasar Dunia

Periode 2000-2010 ... 53

16.Perkembangan Volume Ekspor HS 040390 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 54

17.Perkembangan Nilai Ekspor HS 19 Indonesia ke Pasar Dunia

Periode 2000-2010 ... 55

18.Perkembangan Nilai Impor HS 040120 Indonesia dari Dunia

(14)

19.Perkembangan Volume Impor HS 040120 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 57

20.Perkembangan Nilai Impor HS 0402 Indonesia dari Dunia

Periode 2000-2010 ... 58

21.Perkembangan Volume Impor HS 0402 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 60

22.Perkembangan Nilai Impor HS 040221 Indonesia dari Dunia

Periode 2000-2010 ... 61

23.Perkembangan Volume Impor HS 040221 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 62

24.Perkembangan Nilai Impor HS 040299 Indonesia dari Dunia

Periode 2000-2010 ... 64

25.Perkembangan Volume Impor HS 040299 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 65

26.Perkembangan Nilai Impor HS 040390 Indonesia dari Dunia

Periode 2000-2010 ... 66

27.Perkembangan Volume Impor HS 040390 Indonesia ke Pasar

Dunia Periode 2000-2010 ... 67

28.Perkembangan Nilai Impor HS 19 Indonesia dari Dunia

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perkembangan Ekspor Milk Not Concentrated Nor Sweetened

1-6 Percent Fat (HS 040120)... 94

2. Perkembangan Ekspor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 0402) ... 94

3. Perkembangan Ekspor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent fat (HS 040221) ... 95

4. Pertumbuhan Ekspor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS 040299) ... 95

5. Perkembangan Ekspor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS 040390) ... 96

6. Perkembangan Ekspor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) ... 96

7. Perkembangan Impor Milk Not Concentrated Nor Sweetened 1-6 Percent Fat (HS 040120)... 97

8. Perkembangan Impor Milk and Cream, Concentrated or Sweetened (HS 0402) ... 97

9. Perkembangan Impor Milk and Cream Powder Unsweetened > 1.5 Percent Fat (HS 040221) ... 98

10. Perkembangan Impor Milk and Cream Nes Sweetened or Concentrated (HS 040299) ... 98

11. Perkembangan Impor Buttermilk, Curdled Milk, Cream, Kephir, etc (HS 040390) ... 99

12. Perkembangan Ekspor cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19) ... 99

13. Estimasi RCA HS 040120 Indonesia Periode 2000-2010 ... 100

14. Estimasi RCA HS 0402 Indonesia Periode 2000-2010 ... 100

15. Estimasi RCA HS 040221 Indonesia Periode 2000-2010 ... 101

16. Estimasi RCA HS 040299 Indonesia Periode 2000-2010 ... 101

17. Estimasi RCA HS 040390 Indonesia Periode 2000-2010 ... 102

18. Estimasi RCA HS 19 Indonesia Periode 2000-2010 ... 102

(16)

20. Estimasi EPD HS 0402 Indonesia Periode 2000-2010 ... 103

21. Estimasi EPD HS 040221 Indonesia Periode 2000-2010 ... 104

22. Estimasi EPD HS 040299 Indonesia Periode 2000-2010 ... 104

23. Estimasi EPD HS 040390 Indonesia Periode 2000-2010 ... 105

(17)

Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem perekonomian

terbuka. Hal ini mengakibatkan arus perdagangan antara Indonesia dan negara

lainnya semakin meningkat. Dasar suatu negara melakukan perdagangan dengan

negara lain dikarenakan tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi di dalam negeri.

Masing-masing negara akan memproduksi jenis produk yang berbeda karena

adanya perbedaan kondisi iklim, potensi lahan dan budaya satu sama lain. Namun,

tidak semua produk diperdagangkan karena daya saing yang rendah atau bahkan

tidak memiliki daya saing.

Menurut Salvatore (1996), negara yang kurang efisien dalam

memproduksi sebuah barang akan melakukan perdagangan dengan negara lain

yang lebih efisien dalam memproduksi barang tersebut. Kondisi ini mengharuskan

setiap negara meningkatkan keunggulan dari masing-masing potensi komoditi

yang dimiliki agar suatu negara memiliki keunggulan komparatif. Oleh karena itu,

masing-masing negara diharapkan meningkatkan potensi komoditi yang

dimilikinya agar memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yang

dilakukan.

Kemajuan perekonomian suatu negara di pasar internasional dapat diukur

dari keberhasilannya meningkatkan daya saingnya secara terus menerus. Daya

saing suatu negara akan meningkat seiring dengan peningkatan ekspor dari negara

(18)

menyebabkan ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Hal ini seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada

industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Saat ini, komoditas ekspor

nonmigas merupakan penyumbang devisa terbesar dalam perekonomian sehingga

pemerintah berupaya untuk mendorong ekspor nonmigas sebagai penyumbang

utama devisa.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia bulan Januari sampai Februari

2011 mencapai US$ 29.00 miliar atau meningkat 27.42 persen dibanding periode

yang sama pada tahun 2010. Adapun ekspor nonmigas mencapai US$ 23.83

miliar atau meningkat 30.64 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor

nonmigas menyumbang 82.17 persen dari ekspor total Indonesia. Kenaikan

ekspor ini didominasi oleh peningkatan hasil sektor industri sebesar 36.11 persen,

sektor pertanian sebesar 20.13 persen dan sektor pertambangan sebesar 14.77

persen dibanding periode yang sama pada tahun 2010 (BPS, 2011).

Pertanian merupakan sektor strategis untuk menopang perekonomian

nasional. Sektor pertanian telah terbukti mampu bertahan dalam menghadapi

krisis ekonomi terutama setelah terjadinya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun

1997. Sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan

makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja dan juga sebagai pasar

bagi produk-produk industri (Juanda, 2002). Selain itu, keunggulan perekonomian

Indonesia lebih banyak terdapat pada produksi yang berbasis pada sumberdaya

alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun

(19)

Sumber : Badan Pusat

Gambar 1. Nilai Ekspor Sektor Pertanian Periode 2005

Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa n

menunjukkan kecenderungan untuk meningkat setiap tahunnya

nilai ekspor sektor pertanian menurun dari US$ 4,584.

Sedangkan pada tahun 2010, Jika dibandingkan dengan

pada urutan ketiga setelah sektor industri masing sebesar US$ 98,015.

Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan.

subsektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

pertanian. Ternak dan

yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasi

0.00 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 2005 2,889.40 N il ai E k sp o r (U S $ ) usat Statistik, 2011

Ekspor Sektor Pertanian Periode 2005-2010 (US$)

Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa nilai ekspor sektor pertanian

kecenderungan untuk meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009,

pertanian menurun dari US$ 4,584.6 menjadi

Sedangkan pada tahun 2010, nilai ekspor sektor pertanian mencapai

Jika dibandingkan dengan nilai ekspor sektor lainnya, sektor pertanian berada

pada urutan ketiga setelah sektor industri dan sektor pertambangan yang masing US$ 98,015.1 dan US$ 26,712.6.

Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan.

sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasional. Permintaan terhadap

2005 2006 2007 2008 2009 2,889.40 3,374.10 3,657.80 4,584.60 4,352.80 Tahun (US$)

ekspor sektor pertanian Pada tahun 2009, menjadi US$ 4,352.8.

por sektor pertanian mencapai US$ 5,001.9.

ekspor sektor lainnya, sektor pertanian berada dan sektor pertambangan yang masing

-Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan. Pembangunan

sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran

Permintaan terhadap 2010

(20)

komoditi peternakan sebagai sumber protein hewani diperkirakan akan semakin

meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran

masyarakat akan gizi yang baik.

Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Peternakan Indonesia

Komoditi Volume (ton) ∆∆∆∆ 2009 thd

2008 (%) Jan-Nov 2008 Jan-Nov 2009

Peternakan 232,092 103,888 55,24

Daging Ayam 80 0 99,94

Daging Sapi 2 7 355,18

Hijauan Ternak Pakan 15,376 10,197 33,68

Kulit 4,999 6,194 23,90

Sapi Bibit 32 0 98,62

Susu 52,244 40,170 23,11

Lainnya 159,360 47,320 70,31

Komoditi Nilai (ribu US$) ∆∆∆∆ 2009 thd

2008 (%) Jan-Nov 2008 Jan-Nov 2009

Peternakan 529,780 238,285 55,02

Daging Ayam 168 1 99,17

Daging Sapi 7 8 12,82

Hijauan Ternak Pakan 20,940 7,911 62,22

Kulit 91,381 88,851 2,77

Sapi Bibit 125 0 99,68

Susu 211,296 73,934 65,01

Lainnya 205,862 67,579 67,17

Ket : 2009* adalah data Januari-November 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor subsektor

peternakan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009.

Volume peternakan menurun hingga mencapai 55.24 persen dibandingkan dengan

tahun 2008. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penurunan nilai ekspor peternakan

(21)

tinggi adalah komoditi kulit kemudian disusul oleh komoditi susu yang

masing-masing bernilai US$ 88,851 dan US$ 73,934.

Susu adalah salah satu hasil komoditi peternakan dan merupakan bahan

makanan yang menjadi sumber gizi atau zat protein hewani. Susu adalah adalah

hasil seksresi kelenjar susu sapi, kambing, kerbau dan hewan menyusui lainnya

yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan

sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan

lain serta memiliki kandungan gizi lengkap berupa protein, lemak vitamin dan

mineral.

Meskipun produksi dan ekspor susu mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun akan tetapi produksi tersebut belum dapat mengimbangi pertumbuhan

permintaan susu didalam negeri yang mencapai 1.5 miliar liter per tahun.

Peningkatan ini bukan disebabkan oleh naiknya produktivitas melainkan

disebabkan meningkatkannya jumlah populasi sapi perah itu sendiri. Peternak sapi

lokal hanya mampu menghasilkan sekitar 500 juta liter susu per tahun dan

pemerintah harus mengimpor kekurangannya sebesar 70 persen terutama dari

Selandia Baru dan Australia. Hal tersebut menyebabkan pengeluaran pemerintah

untuk impor bahan baku mencapai Rp 6 triliun. Jika dibandingkan dengan negara

penghasil susu lainnya, total produksi susu Indonesia masih relatif kecil

(22)

Tabel 2. Negara Penghasil Susu Tertinggi di Dunia (dalam Ton)

Country Milk Production

2007 2008 2009 USA 84,189,067 86,159,600 85,859,400 India 43,481,000 44,100,000 45,140,000 China 35,574,326 35,873,607 35,509,831 Russian Federation 31,914,914 32,099,700 32,325,800 Brazil 26,944,064 27,579,400 29,112,000 Germany 28,402,772 28,656,300 27,938,000 France 24,373,700 24,516,300 23,341,000 New Zealand 15,618,288 15,216,800 15,400,000 UK 14,023,000 13,719,000 13,236,500 Poland 12,096,005 12,425,300 12,447,200 World 571,403,458 580,428,259 583,401,740 Sumber : FAO, 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa negara penghasil susu tertinggi di dunia

adalah Amerika Serikat dengan total produksi sebesar 85,859,400 ton. Negara

India dan Cina masing-masing merupakan negara penghasil susu tertinggi kedua

dan ketiga di dunia dengan total produksi sebesar 45,140,000 ton dan 35,509,831

ton. Sementara itu, Selandia Baru yang merupakan negara dominan pengekspor

susu ke Indonesia berada pada urutan ke delapan di dunia. Dari tahun ke tahun,

total susu yang dihasilkan dunia selalu mengalami peningkatan walaupun pada

tahun 2009 peningkatannya relatif kecil.

Impor susu Indonesia yang masih tinggi didominasi oleh impor yang

berasal dari negara Belanda, Australia, maupun Selandia Baru. Pada tahun 2009,

impor ketiga negara tersebut masing-masing mengalami peningkatan 100 persen,

45 persen, dan 37 persen dari tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa

Indonesia memiliki neraca perdagangan yang bernilai negatif atau mengalami

(23)

Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam rangka

meningkatkan pangsa dan nilai ekspor susu Indonesia, kajian mengenai analisis

daya saing produk turunan susu dirasakan cukup penting agar dapat meningkatkan

ekspor produk turunan susu Indonesia. Oleh karena itu relevan dilakukan

penelitian dengan judul “Analisis Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di

Pasar Internasional” mengingat semakin terbukanya pasar internasional yang

berbasis pada perdagangan bebas. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan

untuk melihat lebih jauh perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dari

sisi ekspor susu.

1.2 Perumusan Masalah

Pertanian merupakan sektor strategis untuk menopang perekonomian

nasional dan daerah. Hal ini terkait dengan kemampuan sektor ini dalam

menyediakan bahan pangan hewani masyarakat, yang sangat diperlukan untuk

perkembangan dan pertumbuhan. Kandungan gizi ternak dan produk olahannya

memiliki kandungan gizi (protein, lemak, vitamin dan mineral) yang lebih baik

dibandingkan dengan tumbuhan.

Salah satu komoditi yang dihasilkan dari sektor peternakan adalah susu.

Komoditi susu memiliki kontribusi yang cukup besar pada subsektor peternakan

yang ikut berperan dalam memberikan sumbangan devisa. Peningkatan ekspor

susu Indonesia ke Taiwan, Malaysia dan Hongkong hingga melebihi seratus

persen mengindikasikan bahwa susu merupakan komoditi yang potensial untuk

(24)

nasional masih menghadapi berbagai masalah baik di tingkat global, regional,

makro maupun mikro.

Munculnya era perdagangan bebas merupakan suatu tantangan di mana

Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus ikut serta dalam perdagangan

internasional tersebut. Pada perdagangan bebas tersebut, restriksi perdagangan

terutama tarif bea masuk setahap demi setahap harus dikurangi sampai mencapai

nol persen. Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan produk susu impor dapat

memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif

bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia namun di sisi

lain hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena

ketidakmampuan bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu

dibandingkan dengan susu segar impor.

Usaha peternakan sapi perah sebagian besar dikelola oleh peternakan sapi

perah rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis dan manajemen usaha

ternak yang tidak memadai. Kesehatan ternak, mutu bibit yang rendah dan rataan

jumlah kepemilikan ternak tiap peternak adalah tiga sampai empat ekor sehingga

kurang menjanjikan keuntungan bagi peternak (Amaliah, 2008). Selain itu,

integrasi dan koordinasi antar lembaga pemerintah, swasta, koperasi dan peternak

belum terbentuk.

Produksi dan ekspor susu nasional juga tidak terlepas dari bentuk proteksi

pemerintah yang akan dihapuskan cepat lambat sebagai konsekuensi adanya

perdagangan internasional bebas barrier. Ketersediaan pakan yang tidak

(25)

masalah yang dialami para peternak. Kualitas susu yang dihasilkan juga masih

sangat rendah dimana kandungan bakteri (Total Plate Count = TPC) diatas

sepuluh juta/cc. Padahal, kandungan bakteri yang direkomendasi berada dibawah

satu juta/cc.

Adanya perdagangan internasional yang mengakibatkan semakin

terbukanya pasar mengharuskan Indonesia untuk tidak kalah terhadap

negara-negara pesaingnya. Agar produk turunan susu Indonesia dapat bersaing di dalam

pasar internasional, maka Indonesia harus meningkatkan daya saingnya. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi

oleh ekspor susu Indonesia di pasar internasional yaitu bagaimana kondisi daya

saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional yang dikaji dari sisi

keunggulan komparatif dan kompetitif serta efek dominan apa saja yang

memengaruhi pertumbuhan ekspor produk turunan susu Indonesia berdasarkan

analisis pangsa pasar konstan.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar

internasional berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki

2. Menganalisis dinamika dan posisi daya saing dari produk turunan susu

Indonesia di pasar internasional melalui performa produk ekspor

(26)

3. Menganalisis efek-efek dominan dalam memengaruhi pertumbuhan ekspor

produk turunan susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah

Sebagai rekomendasi kebijakan agar Indonesia mampu meningkatkan

ekspor produk turunan susu sehingga daya saing susu Indonesia di pasar

dunia pun terus meningkat.

2. Bagi Pelaku Usaha Budidaya Ternak Perah

Untuk menginformasikan permasalahan-permasalahan yang menyebabkan

daya saing susu Indonesia berkembang sangat lambat dan bagaimana cara

mengatasi permasalahan tersebut.

3. Bagi Akademisi

Dapat memberikan pengetahuan, wawasan baru dan tambahan pustaka

bagi masyarakat mengenai daya saing produk turunan susu Indonesia.

Selain itu diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan sebagai

rujukan bagi penelitian-penelitian mengenai daya saing susu selanjutnya.

4. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan pengetahuan dan penulis dapat menyalurkan

ide, gagasan maupun pikiran yang mengacu pada kondisi nyata yang

(27)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas mengenai daya saing ekspor produk turunan

susu Indonesia serta efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor

susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan pada periode

2000-2010. Produk-produk yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup enam produk

turunan susu yaitu Cereal, flour, starch, milk preparations and products (HS 19),

Milk and cream, concentrated or sweetened (HS 0402), Milk and cream powder

unsweetened > 1.5 percent fat (HS 040221), Milk not concentrated nor sweetened

1-6 percent fat (HS 040120), Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc (HS

040390) dan Milk and cream nes sweetened or concentrated (HS 040299).

Keenam produk turunan susu tersebut dipilih berdasarkan volume dan nilai ekspor

terbesar Indonesia ke dunia menurut data dari Commodity Trade Statistics

(28)

Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus

dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu

merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan karena

mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin

A, C dan D dalam jumlah memadai. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan

hingga kuning keemasan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan

kasein. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan

rasa asin berasal dari klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya. Komposisi

susu terdiri dari air (87.9 persen), laktose (4.60 persen), vitamin, enzim, gas dan

mineral serta bahan kering (12.1 persen). Bahan kering yang terdiri dari lemak

(3.45 persen) dan bahan kering tanpa lemak (8.65 persen). Bahan kering tanpa

lemak terdiri dari protein (3.20 persen), kasein (2.70 persen) dan albumin (0.50

persen). Susu memiliki beberapa manfaat yang yang berguna bagi kesehatan

tubuh. Beberapa manfaat susu antara lain adalah pencegahan osteoporosis,

mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.

Faktor-faktor yang memengaruhi komposisi susu adalah jenis ternak dan

keturunannya, individu, umur ternak, nutrisi atau pakan, lingkungan dan

sebagainya. Susu sapi memiliki kandungan protein dan lemak yang tidak terlalu

tinggi ataupun terlalu rendah dibandingkan dengan ternak lainnya (kerbau, zebu,

(29)

ketika sapi perah berumur 8-10 tahun dan produksi susu akan meningkat pada

keika musim hujan dimana pakan tersedia lebih banyak.

Kualitas susu merupakan salah satu faktor yang penting. Penentuan

kualitas susu di Indonesia masih berdasarkan Milk Codex. Milk Codex adalah

suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar

ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap

negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Peraturan Milk

Codex untuk kualitas susu yang dianggap normal harus memenuhi angka-angka

minimal sebagai berikut :

Berat jenis : 1.028

Kadar lemak : 2.8 persen

Kadar bahan kering tanpa lemak : 8 persen

Kadar laktosa : 4.2 persen

Kadar protein murni : 2,7 persen

Titik beku : -0.520oC

Jumlah kuman per cc maksimum : 1 juta

Susu segar dibagi menjadi beberapa produk olahan. Hal ini disebabkan

karena sifat dari produk susu itu sendiri yang tidak tahan lama, mudah

terkontaminasi, sulit disimpan karena berbentuk cair serta untuk meningkatkan

nilai tambah. Produk olahan susu biasanya lebih tahan lama dan berbentuk lebih

padat dari susu itu sendiri. Produk olahan yang dihasilkan dengan bahan baku

(30)

Sumber : Departemen Perindustrian, 2009

Gambar 2. Pohon Industri Komoditi Susu

Produk olahan susu pada Gambar 2 dihasilkan oleh Industri Pengolahan

Susu (IPS) yang dibagi menjadi tiga kelompok. Industri pengolahan susu yang

pertama adalah kelompok industri hulu dengan produk utamanya susu segar.

Kedua, kelompok industri antara dengan hasil utama susu Pateurisasi, susu UHT

dan susu fermentasi. Industri antara merupakan industri yang menghasilkan

produk antara yang menjadi bahan baku industi lain. Industri pengolahan susu

yang terakhir adalah kelompok industri hilir. Industri hilir merupakan industri

yang menghasilkan produk yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen.

Produk yang dihasilkan dari industri ini yaitu susu bubuk, susu kental manis,

makanan bayi dari susu, keju, mentega, es krim dan yoghurt. Adapun susu yang

sering diimpor pemerintah Indonesia untuk memenuhi permintaan susu dalam

(31)

Fat). Susu yang diimpor akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu (IPS)

dan oleh non Industri Pengolahan Susu.

Semua produk olahan susu berbahan baku susu segar dengan bahan-bahan

tambahan seperti gula, krim, minyak nabati, dan lain-lain agar dapat diproses

menjadi produk olahan lainnya. Beberapa produk olahan susu dihasilkan melalui

proses fermentasi. Fermentasi pada susu bertujuan untuk menghambat

pertumbuhan mikroba patogen dan mikroba perusak susu sehingga dapat

memperpanjang masa simpan susu. Produk-produk fermentasi yang berasal dari

susu yaitu :

1. Keju dibuat dari susu dengan cara menghilangkan kandungan airnya. Keju

terbentuk karena koagulasi susu enzim pencernaan dalam lambung hewan

penghasil susu, yang dikenal dengan rennet

2. Yoghurt adalah produk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses

fermentasi bakteri asam laktat, Lactobacillus bulgaricus dan streptococcus

thermopilus, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan.

Yogurt umumnya dibuat dari susu sapi dengan cara dipanaskan sampai

suhu 63o C selama 30 menit (Pateurisasi) kemudian di turunkan suhunya

sampai 43oC diberi bibit yogurt.

3. Kefir merupakan produk susu yang beraroma asam, alkoholik, dan

karbonat. Kefir dihasilkan melalui fermentasi alami dari susu sapi dengan

kombinasi organisme laktat dan yeast. Jenis bakteri dan yeast yang

(32)

4. Koumiss adalah suatu minuman tradisional yang biasanya dibuat dari susu

kuda betina atau susu unta melalui suatu proses fermentasi dengan

penambahan bakteri asam laktat. Bakteri yang biasa digunakan adalah

Lactobacillus bulgaricus dan Torulla kolmic.

Berdasarkan perdagangan ekspor impor susu di dunia, susu dibagi menjadi

beberapa produk turunan. Produk-produk susu turunan tersebut dibedakan dengan

menggunakan kode Harmonized System (HS). Beberapa produk turunan susu

tersebut dibedakan berdasarkan kandungan lemak yang terkandung di dalamnya,

konsentrat, bahan pemanis, dan produk olahan yang ditambahkan dengan produk

lainnya.

Tabel 3. Produk Turunan Susu Indonesia

No. Produk Turunan Susu Kode HS

1 Milk not concentrated nor sweetened < 1 percent fat 040110

2 Milk and cream, concentrated or sweetened 0402

3 Milk powder < 1.5 percent fat 040210

4 Milk and cream powder unsweetened > 1.5percent fat 040221 5 Milk and cream powder sweetened > 1.5 percent fat 040229

6 Milk and cream unsweetened, concentrated 040291

7 Milk and cream nes sweetened or concentrated 040299

8 Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc. 040390

9 Whey, natural milk products nes 0404

10 Natural milk products nes 040490

11 Butter and other fats and oils derived from milk 0405

12 Other milk fats and oils 040590

13 Cereal, flour, starch, milk preparations and products 19

14 Infant foods of cereals, flour, starch or milk, retail 190110 15 Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat 040120 16 Milk and cream not concentrated nor sweetened < 6

percent fat 040130

(33)

2.2 Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perpindahan barang-barang, jasa-jasa,

modal, tenaga kerja, teknologi, dan informasi dan dari satu negara ke negara lain

(Waluya, 1995). Menurut Krugman dan Obstfeld (1994), suatu negara terlibat

dalam perdagangan internasional didasarkan pada dua alasan. Pertama, suatu

negara terlibat dalam perdagangan karena setiap negara memiliki karakteristik

yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan tersebut diantaranya adalah

perbedaan kandungan sumberdaya alam, sumber daya manusia, iklim, penduduk,

spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur

ekonomi, sosial dan politik, dan lain sebagainya. Kedua, suatu negara melakukan

perdagangan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi sehingga

menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar dan lebih efisien. Ketiga,

keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor yang akan berdampak

terhadap penerimaan yang semakin besar untuk kegiatan pembangunan

Ekspor merupakan permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi

yang dihasilkan oleh suatu negara. Pada perdagangan internasional, ekspor

diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini

dikarenakan kegiatan ekspor dapat menghasilkan devisa, yang selanjutnya dapat

digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor

di dalam negeri. Karena itu, secara teoritis dapat dikatakan bahwa ada korelasi

positif antara pertumbuhan ekspor dengan peningkatan cadangan devisa,

(34)

kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta pertumbuhan Produk

Domestik Bruto (PDB) (Tambunan, 2001).

Sementara itu, impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan suatu negara

terhadap suatu komoditi pasar internasional. Impor terjadi karena suatu negara

tidak mampu menghasilkan barang-barang modal dan berbagai jenis barang untuk

keperluan negaranya. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka cadangan

devisa akan berkurang atau neraca perdagangan akan defisit (Amir, 1995).

Dampak dari adanya perdagangan internasional dapat berimplikasi positif

dan negatif. Tambunan (2004) menyatakan bahwa secara umum ada empat aspek

yang terpengaruh dalam globalisasi. Keempat aspek tersebut adalah ekspor,

impor, investasi, dan tenaga kerja. Ekspor akan berdampak positif bilamana

pangsa pasar dunia dari suatu negara meningkat, sedangkan akan berdampak

negatif bilamana suatu negara kehilangan pangsa pasar dunianya. Hilangnya

pangsa pasar suatu negara akan berpengaruh terhadap volume produksi dan

pertumbuhan PDB dalam negeri. Impor akan berdampak negatif bilamana

peningkatan impor dikarenakan rendahnya daya saing buatan dalam negeri. Iklim

investasi yang kondusif akan memberikan dampak positif dimana arus modal

dalam negeri akan meningkat. Perdagangan internasional juga akan menyebabkan

tenaga ahli dari luar negeri akan meningkat dengan adanya perdagangan

internasional tersebut. Pengaruh tersebut tergantung pada kesiapan negara

bersangkutan dalam menghadapi peluang-peluang maupun tantangan-tantangan

yang muncul dari proses tersebut. Dampak dari ekspor dan impor dapat dilihat

(35)

Sumber : Tambunan, 2004

Gambar 3. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Nasional

Kegiatan ekspor dan impor harus sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. Barang akan dikirimkan ke luar negeri sesuai dengan

peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri

untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan

importir. Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku, maka hasil devisa yang

diperoleh dari ekspor ini dikuasai oleh pemerintah, sedangkan eksportir menerima

pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan nilai lawan (kurs

valuta) valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta (Ratnawati, 2010).

2.3 Daya Saing

Menurut Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan produktivitas

dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan.

+ + + Ekspor Impor Cadangan Devisa Produksi / Output Kesempatan Kerja Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pertumbuhan PDB + - + + +

(36)

Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan

tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan

teknologi (total faktor produktivitas). Daya saing merupakan kemampuan suatu

komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan

di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing

maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen. Keunggulan daya

saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan

alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang

dikembangkan (acquired advantage).

Keunggulan alamiah atau keunggulan absolut adalah keunggulan yang

dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung

menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia. Hal ini

dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa

negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi

keunggulan alamiah yang sama. Pendekatan yang sering digunakan untuk

mengukur daya saing suatu komoditi adalah faktor keunggulan komparatif

(comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (compepetitive

advantage).

Keunggulan komparatif adalah suatu kemampuan untuk mendapatkan

suatu barang yang dapat dihasilkan dengan tingkat biaya yang relatif lebih rendah

dibandingkan dengan barang-barang lain. Teori keunggulan komparatif

dikemukakan oleh J.S. Mill dan David Ricardo dan muncul sebagai usaha

(37)

komparatif meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan

absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain,

namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung selama

rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan

(Lindert dan Kindleberger, 1993).

Dasar pemikiran David Ricardo adalah perdagangan antar dua negara akan

terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis

barang yang berbeda. Ricardo menekankan bahwa keunggulan suatu negara atas

negara lain disebabkan oleh perbedaan efisiensi relatif antara negara dalam

memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya

perdagangan internasional (Tambunan, 2001). Ricardo menyatakan bahwa nilai

suatu komoditas ditentukan ditentukan oleh faktor tenaga kerja yang disebut teori

nilai berdasar tenaga kerja (Labor theory of value). Kemudian, teori keunggulan

komparatif Ricardo disempurnakan oleh teori biaya imbangan (opportunity cost

theory) yaitu harga relatif komoditas berbeda yang ditentukan oleh perbedaan

biaya dimana biaya tersebut menunjukan produksi komoditas alternatif yang harus

dikorbankan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan.

Teori keunggulan komparatif David Ricardo dijelaskan lebih lanjut oleh

teori cost comparative (labor efficiency) dan teori production comparative (labor

productivity). Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat

(38)

berproduksi relatif kurang/tidak efisien. Sedangkan menurut Production

comparative advantage (labor productivity), suatu negara akan memperoleh

manfaat dari perdagangan internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan

mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih

produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif

kurang/tidak produktif (Hamdy, 2001). Sementara itu, J.S. Mill berpendapat

bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila

negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage)

terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut

memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage) (Tambunan, 2001).

Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki

keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi jika memanfaatkan

kepemilikan faktor-faktor produksi yang melimpah di negaranya. Teori ini disebut

juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan kelimpahan faktor (factor

endowment theory of comparative advantage). Teori ini mengasumsikan bahwa

setiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor produksi yang

sama menghasilkan output yang sama namun dibedakan oleh harga-harga relatif

faktor produksi tiap negara.

Kelebihan teori komparatif ini adalah mampu menjelaskan bagaimana

perdagangan dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan

absolut. Kelemahan teori ini adalah teori disusun berdasarkan beberapa asumsi

yang berbeda dengan dunia nyata. Hukum komparatif tersebut berlaku dengan

(39)

perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di

dalam namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan,

(5) tidak ada biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, dan (7)

menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima,

tapi asumsi tujuh tidak dapat berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk

menjelaskan keunggulan komparatif.

Sementara itu, keunggulan komparatif menurut Sudaryanto dan

Simatupang (1993) merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam

arti daya saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi

sama sekali. Keunggulan komparatif tidak stabil dan cenderung berubah seiring

berjalannya waktu dan perubahan produksi. Menurut Wilcox, Cochrane dan Hardt

dalam Dahl dan Hammond (1977), ada beberapa alasan dalam perubahan

keunggulan komparatif, yaitu (1) perubahan sumber daya alam seperti erosi tanah

(2) perubahan dalam faktor-faktor biologis seperti peningkatan hama dan penyakit

(3) perubahan harga input (4) peningkatan mekanisasi tanah dan (5) peningkatan

transportasi yang lebih efisien dan lebih murah yang memberikan lebih banyak

kemudahan bagi area jauh dari pasar.

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara

atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar internasional (Hamdy, 2001). Konsep

keunggulan kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi

alami tidaklah perlu untuk dijadikan penghambat karena keunggulan pada

dasarnya dapat diperjuangkan dan ditandingkan (dikompetisikan) dengan berbagai

(40)

perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam

menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter, 1990).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengukuran daya saing susu yang berorientasi pada

kegiatan ekspor masih sangat terbatas dilakukan dan dipublikasikan oleh para

akademisi ataupun peneliti. Secara umum penelitian yang dilakukan untuk

mengukur daya saing telah banyak membahas komoditi sapi potong,

penggemukan sapi potong dan komoditi di sektor pertanian lainnya. Namun dari

hasil penelusuran literalur dan pustaka (perpustakaan dan internet), didapat

beberapa penelitian yang relevan. Penelitian terdahulu yang digunakan dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua berdasarkan metode analisis dan komoditi.

Penelitian terdahulu berdasarkan metode analisis yang mengukur daya

saing dengan menggunakan alat analisis RCA (Revealed Comparative

Advantage), EPD (Export Product Dynamic) dan CMS (Contant Market Share)

telah banyak dilakukan oleh para akademisi/peneliti. Beberapa diantaranya adalah

Gumilar (2010), dengan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Komoditi

Sayuran Utama Indonesia di Pasar Internasional. Berdasarkan hasil analisis RCA

pada komoditi sayuran Indonesia yang diekspor ke pasar internasional, didapatkan

nilai RCA yang kurang dari satu untuk hampir semua komoditi sayuran yang diuji

yaitu kol, jamur, bawang merah, kentang, cabai, dan tomat. Namun, pada

tahun-tahun tertentu komoditi kol dan jamur memiliki nilai RCA lebih dari satu.

(41)

berada pada kuadran Retreat dan Falling Star. Untuk komoditi bawang merah dan

tomat, hasil analisis EPD berada pada kuadran Rising Star dan Lost Opportunity.

Berdasarkan hasil analisis CMS terhadap komoditi kol dan cabai, pertumbuhan

ekspor kol pada tahun 2001-2008 disebabkan tingginya permintaan impor dunia

akan komoditi tersebut. Pada komoditi jamur dan tomat, pertumbuhan ekspor

jamur terjadi karena tingginya daya saing yang dimiliki oleh komoditi tersebut.

Pada komoditi bawang merah, pertumbuhan ekspor dikarenakan Indonesia

mengekspor komoditi bawang merah ke pasar-pasar yang permintaan impornya

berkembang pesat. Pada komoditi kentang, efek komposisi komoditi ini

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan nilai ekspor

kentang Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia mengekspor

kentangnya ke pasar-pasar tujuan yang berkembang dengan pesat.

Kedua, Karina (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Daya

Saing Produk Indonesia yang Sensitif Terhadap Lingkungan dan Faktor-Faktor

yang Memengaruhinya. Berdasarkan analisis daya saing komparatif dan

kompetitif, dari empat produk yang dianalisis, hanya satu produk yang memiliki

keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi, yaitu produk Palm kernel or

babassu oil and frac (Minyak Sawit). Dua diantaranya lebih memiliki keunggulan

komparatif, produk tersebut adalah Plywood consisting solely of sheets (Kayu

Lapis) dan Semi-bleached or bleached Pulp of Paper (Bubur Kertas). Sedangkan

produk Coniferous of Wood (kayu serabut) tidak mempunyai keunggulan

komparatif maupun kompetitif. Hasil analisis CMS berdasarkan studi ini

(42)

faktor pertumbuhan impor dan faktor komposisi komoditi selama periode

2000-2006, kecuali untuk produk Palm kernel or babassu oil and frac (minyak sawit)

yang paling dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor saja.

Sementara itu, penelitian terdahulu berdasarkan komoditi yang

menganalisis daya saing komoditi susu Indonesia dilakukan oleh Pratama (2010)

dengan judul Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap

Komoditas Susu Segar Sapi Perah dengan studi kasus anggota koperasi peternak

Garut Selatan, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode PAM (Policy

Analysis Matrix). Berdasarkan hasil perhitungan melalui metode PAM, usaha

ternak sapi perah memiliki penerimaan privat dalam memproduksi susu segar

adalah Rp 787.9/liter susu dan keuntungan sosial usaha ternak sapi perah oleh

peternak anggota KPGS yang ditunjukkan dengan nilai yaitu Rp 1,706.5/liter.

Kedua indikator tadi menunjukan keunggulan kompetitif dan komparatif, dengan

nilai lebih dari satu. Namun, hasil perhitungan menunjukan divergensi yang

menjelaskan bahwa ada penyimpangan, sehingga peternak mendapatkan hasil dari

kegagalan tersebut baik kegagalan dipasar input maupun kegagalan dipasar

output.

Kedua, Amaliah (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing dan Impor Susu Indonesia Periode

1976-2005. Metode penelitian yang digunakan terdiri atas pertama, pendekatan

Porter’s Diamond untuk menganalisa kondisi faktor-faktor yang memengaruhi

daya saing susu domestik di tengah serbuan impor susu pasca penghapusan

(43)

susu baik dalam jangka panjang maupun pendek diestimasi secara kuantitatif

dengan metode Engle-Granger Cointegration dan Error Correction Model

(ECM). Analisis melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi

bahwa kelemahan mendasar daya saing susu domestik terletak pada kondisi faktor

yaitu skala usaha yang tidak ekonomis, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan

rendah, dan teknologi yang bersifat konvensional. Sebaliknya, faktor yang diduga

berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian mengenai daya saing

susu terdahulu adalah penggunaan metode RCA, EPD dan CMS dimana

masing-masing dari metode tersebut saling melengkapi satu sama lainnya. Kedua, objek

yang diteliti merupakan enam produk turunan susu yang memiliki nilai dan

volume ekspor tertinggi di Indonesia sehingga dapat diketahui produk turunan

susu mana saja yang menguntungkan untuk dikembangkan. Selain itu, penelitian

ini melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya karena data yang digunakan

adalah data terbaru hingga tahun 2010.

2.5 Kerangka Pemikiran

Munculnya era perdagangan bebas merupakan suatu tantangan dimana

Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus ikut serta dalam perdagangan bebas

tersebut. Berdasarkan kebijakan Permenkeu No. 19/PMK.011/2009 yang efektif

diberlakukan sejak 1 Juni 2009, penghapusan tarif impor masuk dari lima persen

harus dikurangi hingga menjadi nol persen (Feryanto, 2010). Adanya perdagangan

(44)

mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin

meningkatnya pilihan yang tersedia. Namun di sisi lain, hal ini dapat

menyebabkan keterpurukan bagi para produsen karena ketidakmampuan bersaing.

Kondisi ini mengharuskan Indonesia meningkatkan keunggulan dari

masing-masing potensi komoditi yang dimiliki agar Indonesia dapat menikmati

manfaat dari perdagangan internasional yang dilakukan. Sektor peternakan

merupakan sektor yang memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan

makanan, penghasil devisa, dan penyedia lapangan kerja. Susu merupakan salah

satu komoditi peternakan yang berpeluang besar dalam menghasilkan devisa

Negara karena nilai ekspornya cukup tinggi dibandingkan komoditi peternakan

lainnya. Oleh karena itu, daya saing komoditi susu Indonesia harus ditingkatkan

lebih lagi.

Posisi daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional pada

dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif

(comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive

advantage). Faktor keunggulan komparatif merupakan faktor yang bersifat

alamiah dan faktor keunggulan kompetitif merupakan faktor yang bersifat

acquired atau dapat dikembangkan atau diciptakan. Penelitian ini dilakukan untuk

mengukur daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional.

Penelitian ini mencakup dua kegiatan utama, yaitu menganalisis daya

saing produk turunan susu Indonesia dari segi komparatif dan kompetitif dan

menganalisis efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu

(45)

susu Indonesia dari segi keunggulan komparatif diidentifikasi dengan

menggunakan metode Reaveled Comparative Advantage (RCA). Hasil yang

diperoleh menggambarkan daya saing (keunggulan komparatif) negara

dibandingkan negara pembanding lainnya. Metode Export Product Dynamic

(EPD) dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis daya saing produk

turunan susu Indonesia dari segi keunggulan kompetitif di pasar dunia. Sedangkan

analisis terhadap efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu

Indonesia dilakukan dengan menggunakan pendekatan pangsa pasar konstan atau

Constant Market Share Analaysis (CMS).

Penelitian ini dimaksudkan sebagai identifikasi awal untuk mengetahui

posisi daya saing susu Indonesia serta mengidentifikasi efek dominan yang

memengaruhi daya saing produk susu Indonesia di pasar dunia berdasarkan

analisis pangsa pasar konstan. Dengan ini, diharapkan Indonesia dapat

meningkatkan daya saing produk turunan susunya pada perdagangan internasional

(46)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

Tantangan era perdagangan bebas mengakibatkan restriksi tariff barrier dikurangi hingga nol persen

Sektor peternakan khususnya komoditi susu dituntut untuk meningkatkan daya saing

Banyak permasalahan dalam perdagangan susu Indonesia, termasuk kondisi susu yang kalah saing di pasar internasional

dari sisi harga, kualitas dan produksi

Analisis Posisi Daya Saing Secara Komparatif dan Kompetitif Produk

Ekspor Susu Indonesia

Analisis Efek Dominan yang Memengaruhi Daya Saing Produk

Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia

Rumusan Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Saing

Peningkatan Ekspor Komoditas Peternakan Susu Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Analisis Export Product Dynamic (EPD) Analisis Contant Market Share (CMS)

(47)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder

yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh

dari Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Perdagangan, ITS, FAO, Badan

Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak) dan UN

Commodity and Trade Database. Selain itu data-data pendukung lainnya juga

dicari melalui internet, literatur dan jurnal. Produk yang diteliti dalam penelitian

ini terdiri dari enam produk turunan susu berdasarkan nilai ekspor tertinggi

diantara tujuh belas produk turunan susu lainnya. Produk-produk tersebut

memiliki kode Harmonized System (HS) seperti yang tertera pada Tabel 4 berikut

ini.

Tabel 4. Kode Produk Turunan Susu dalam Harmonized System (HS)

No. Produk Turunan Susu Kode HS

1 Cereal, flour, starch, milk preparations and products 19 2 Milk and cream, concentrated or sweetened 0402 3 Milk and cream powder unsweetened > 1.5 percent fat 040221 4 Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat 040120 5 Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc 040390 6 Milk and cream nes sweetened or concentrated 040299 Sumber : UN Comtrade, 2011

3.2 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Studi menggunakan analisis kuantitatif digunakan untuk mendukung

(48)

(RCA) dan Export Product Dynamic (EPD), digunakan untuk menganalisis posisi

daya saing atau keunggulan komparatif dan kompetitif produk turunan susu

Indonesia. Sedangkan, untuk menganalisis efek-efek dominan yang memengaruhi

pertumbuhan nilai ekspor produk turunan susu Indonesia menggunakan Constant

Market Share Analysis (CMS). Ketiga metode analisis tersebut memiliki

kelemahan dan kelebihan yang saling melengkapi sehingga hasil yang diperoleh

lebih menggambarkan realita yang sebenarnya.

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua tahap.

Tahap pertama yang dilakukan adalah pengelompokan data. Kemudian tahap

kedua yaitu pengolahan data dalam model analisis. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan Software Microsoft Excel.

3.2.1 Analisis Revealed Comparative Advantege (RCA)

Daya saing suatu negara pada suatu produk atau komoditi dapat diestimasi

melalui keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Analisis RCA

merupakan suatu metode untuk menganalisis keunggulan komparatif tersebut.

RCA adalah indeks yang mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dari suatu

negara dengan mengevaluasi peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total

negara tersebut, dibandingkan dengan pangsa komoditas tersebut dalam

perdagangan dunia (Basri, 2002). Melalui analisis perhitungan RCA, posisi daya

saing dan ekspor produk susu di pasar dunia dapat diketahui. Konsep ini pertama

(49)

keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam

ekspornya.

Indeks RCA merupakan indikator yang dapat menunjukkan perubahan

keunggulan komparatif atau perubahan tingkat daya saing industri suatu negara di

pasar global. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk/komoditi

terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa

nilai produk dalam perdagangan dunia. Dengan demikian, dapat diketahui secara

kuantitatif apakah komoditi suatu negara cukup tangguh bersaing di pasar

internasional atau tidak. Indeks RCA secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut:

RCAij = /

/ ... (1)

Dimana :

RCAij = Keunggulan komparatif (daya saing) Indonesia tahun ke-t

Xij = Nilai ekspor produk turunan susu Indonesia tahun ke-t

Xis = Nilai ekspor seluruh komoditi Indonesia tahun ke-t

Wj = Nilai ekspor produk turunan susu di dunia tahun ke-t

Ws = Nilai ekspor seluruh komoditi dunia tahun ke-t

RCA didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor produk turunan susu

Indonesia di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar

dibandingkan pangsa pasar ekspor produk turunan susu di dalam total ekspor

komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif

Gambar

Gambar 1. Nilai  Ekspor Sektor Pertanian Periode 2005
Gambar  3.  Peranan  Perdagangan  Internasional  terhadap  Perekonomian  Nasional
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual
Gambar 6. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Periode 2000- 2000-2010 (dalam Ribu US$)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setidaknya dalam menaikkan tarif listrik, pemerintah harus melihat perbedaan khususnya dari tingkat pendapatan warganya dari suatu daerah dengan daerah yang lain..

Faktor yang mempengaruhi adalah perkembangan dari kegiatan komersial tersebut.Perkembangan tersebut dilihat dari kondisi kawasan Pecinan dari tahun 1990 sampai

Penerapan Metode Crank-Nicholson pada kasus adveksi-difusi 2D untuk proses sesaat dan kontinu dengan variasi nilai kecepatan dan koefisien difusi untuk waktu simulasi

penangkapan 540 (3) Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap alat tangkap yang tidak selektif, pengembangan teknologi penangkapan ikan alternatif Kesesuaian fungsi dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar pengantar ekonomi dan bisnis pada siswa kelas X PM 1 SMK Negeri 1 Banyudono tahun ajaran

Kilang LNG Donggi Senoro berkapasitas produksi dua juta ton per tahun, merupakan kerja sama antara perusahaan energy terkemuka di Asia yaitu; PT Pertamina (Persero), PT

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis bahwa latar belakang status sosial ekonomi orang tua siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisiensi korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil maka dapat dilihat table 3.4 dengan nilai koefisiensi 0.953 maka