• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan :

1. Para pengguna jasa parkir hingga saat ini masih belum merasa dilindungi oleh aturan hukum yang ada dan pemerintah belum maksimal memberikan perlindungan kepada konsumen, sebab jika kendaraan konsumen hilang atau rusak di area perparkiran, pengelola parkir – baik yang dikelola dengan secure parking maupun yang non secure parking – tidak bertanggung jawab, dengan alasan bahwa dalam karcis parkir telah tercantum klausula yang menyebutkan bahwa segala kehilangan atau kerusakan barang dan atau mobil saat parkir di luar tanggung jawab pengelola parkir. Apalagi klausula ini dilegalkan oleh Pemda DKI Jakarta melalu Perda Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran

Pencantuman klausula dalam karcis parkir yang paralel dengan Pasal 36 ayat (2) Perda DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran, yang berbunyi: “Atas hilangnya kendaraan dan atau barang – barang yang berada di dalam kendaraan atau rusaknya kendaraan selama berada di petak parkir, merupakan tanggung jawab pemakai tempat parkir”, adalah termasuk klausula baku atau perjanjian dengan syarat – syarat yang ditentukan secara sepihak oleh pelaku usaha (pengelola parkir) Klausula baku yang tercantum dalam

(2)

karcis parkir, merupakan klausula pengalihan tanggung jawab yang bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang – undang tentang Perlindungan Konsumen, yang menyatakan, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang ditunjukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian jika menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

2. Penyelesaian Sengketa terhadap Konsumen yang kendaraaannya hilang di wilayah parkir sebaiknya diselesaikan di Pengadilan agar Konsumen mendapatkan kepastian hukum dan keadilan berdasarkan Putusan Pengadilan sehingga Konsumen tidak lagi menjadi pihak yang dalam hal ini tidak diuntungkan, terutama mengenai klausula baku. Dengan mengacu pada Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang – undang Perlindungan Konsumen, yang secara tegas melarang adanya praktik klausula baku yang menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha, termasuk pengelola parkir, maka penerapan klausula baku oleh pengelola parkir, sebenarnya batal demi hukum (nietige, null and void).

Ditinjau dari segi pembuatannya, klausula baku yang diterapkan oleh pengelola parkir sudah barang tentu akan menimbulkan ketidakadilan serta berpotensi merugikan konsumen, karena klausula baku ditentukan secara sepihak oleh pelaku usaha, tanpa membicarakan materinya dengan konsumen. Oleh sebab itu, konsumen jasa parkir yang dirugikan dengan penerapan klausula baku tersebut perlu mendapat perlindungan hukum.

(3)

3. Kendala-kendala yang biasanya terjadi pada saat klaim kendaraan yang hilang di dalam wilayah parkir biasanya adalah terbenturnya Hak konsumen dengan Klausula Baku yang menyatakan pengalihan tanggung jawab dan biasanya pengelola parkir tidak mau bertanggung jawab penuh terhadap barang yang hilang tersebut. Dengan dimenangkannya gugatan salah seorang pengguna jasa parkir yang kehilangan mobilnya di area perparkian secure parking oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusannya tertanggal 26 Juni 2001 Nomor: 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., telah memberikan indikasi bahwa penerapan klausula baku dalam praktik pengelolaan parkir tidak berlaku. Ini mengandung makna bahwa dengan putusan pengadilan tersebut, konsumen jasa parkir yang dirugikan selama ini telah mendapatkan perhatian dan perlindungan hukum di satu pihak, dan dipihak lain pelaku usaha jasa parkir mendapat warning.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusannya tertanggal 26 Juni 2001 Nomor: 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt,Pst., yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta tanggal 22 Agustus 2002 Nomor: 115/Pdt/2002/PT.DKI Jkt. memberikan pendapat hukum sebagai berikut:

3.1. Pengelola parkir (secure parking) bertanggung jawab atas kehilang kendaraan konsumen pengguna jasa parkir, didasarkan pada prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault). Maka sesua dengan ajaran perbuatan melawan hukum (PMH) (Pasal 1367 KUH-Perdata) pengelola parkir bertanggung jawab atas PMH yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh

(4)

pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi jasa konsumen parkir.

3.2. Terhadap klausula baku yang tertera dalam karcis parkir merupakan perjanjian yang kesepakatannya bercacat hukum karena timbul dari ketidakbebasan yang menerima klausula, sebab manakala pengendara mobil memasuki area parkir, konsumen tidak mempunyai pilihan lain selain memilih parkir di situ. Artinya kesepakatan itu diterima seolah – olah dalam keadaan terpaksa oleh pihak konsumen. Sedangkan ketentuan Perda Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran – yang mendukung diterapkannya praktik klausula baku – tidak mengurangi hak pengguna jasa parkir untuk menuntut ganti rugi jika pihaknya dirugikan oleh adanya PMH yang dilakukan pihak pelaku usaha yang mengelola perparkiran secara profesional dan secure parking.

Meskipun Majelis Hakim dalam putusannya tidak secara tegas menyebutkan Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang – undang tentang Perlindungan Konsumen, akan tetapi putusan Majelis Hakim pada hakekatnya menyatakan klausula baku yang diterapkan oleh pengelola parkir, tidak berlaku. Jadi, putusan Majelis Hakim a quo selaras dengan maksud Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang – undang tentang Perlindungan Konsumen. Dan dalam Kasasi Tergugat dengan nomor perkara 1246/K/PDT/2003 dan upaya Peninjauan Kembali (PK) Tergugat dengan nomor perkara 124 PK/PDT/2007, semuanya ditolak Oleh Mahkamah Agung.

(5)

B. Saran

1. Agar konsumen tidak dirugikan akibat penerapan klausula baku dalam praktik perparkiran, maka diwajibkan bagi pelaku usaha (pengelola parkir) untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan asuransi sehingga kalau ternyata kendaraan yang telah diasuransikan itu rusak atau hilang, maka perusahaan asuransi dapat segera merealisasikan klaim asuransi dari konsumen tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran. Demikian pula bagi pengelola parkir disarankan agar bersikap kooperatif dengan pemilik kendaraan yang rusak atau hilang untuk secepatnya melaporkan setiap kerusakan atau kehilangan kendaraan ke polisi guna mendapat surat bukti lapor tentang kehilangan yang dapat dijadikan sebagai bukti untuk mendapatkan penggantian kerugian dari perusahaan asuransi (bagi kendaraan – kendaraan yang memang telah diasuransikan).

2. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran sudah tepat untuk direvisi, terutama ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2), karena selain bertentangan dengan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, juga Perda tersebut belum sepenuhnya berpihak pada perlindungan konsumen, dan lagi pula belum mengatur sistem perparkiran yang ideal.

Dalam perspektif perlindungan konsumen, idealnya konstruksi hukum perparkiran adalah penitipan barang. Jadi, jika ada kerusakan atau kehilangan kendaraan pengelola parkir harus turut bertanggung jawab. Dengan demikian revisi Perda Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran harus

(6)

mengakomodasikan konstruksi hukum perparkiran dalam konteks penitipan barang bukan sewa lahan, yang secara nyata merugikan hak – hak konsumen. Saat ini setelah direvisi menjadi Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran konsumen diberikan kenyamanan dan kemanan atas kendaraan yang diparkirkan diwilayah parkir resmi tersebut, karena kendaraan konsumen wajib diasuransikan oleh pengelola jasa parkir (pelaku usaha)

3. Pelaku usaha idealnya adalah menerapakan aturan yang tegas bagi konsumen jasa parkir misalnya dengan melarang kendaraan tanpa STNK untuk memasuki/parkir diwilayah parkir yang dikelola oleh pengelola jasa parkir tersebut dan kendaraan yg sudah parkir dan ingin keluar dari area parkir wajib menunjukkan STNK dan karcis parkir yang sesuai dengan Plat Nomor kendaraan yang akan keluar tersebut, hal ini guna meminimalisir aksi dari pencurian atau penggunaan kendaraan oleh pihak yang tidak berhak.

4. Pihak pemerintah atau instansi terkait harus mensosialisasikan bagian – bagian penting dalam Undang – undang tentang Perlindungan Konsumen seperti perjanjian standar yang berhubungan dengan keberadaan klausula baku. Upaya mensosialisasikan Undang – undang Perlindungan Konsumen – walaupun sudah dilakukan dibeberapa media massa – perlu ditingkatkan penyebarannya terutama kepada masyarakat pelaku usaha, konsumen, institusi hukum dann seluruh instansi yang terkait dengan keberadaan Undang – undang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian, keberadaan Undang – undang Perlindungan Konsumen diharapkan dapat menjadi dasar hukum yang dapat melindungi kepentingan konsumen. Dan di sisi lain, diharapkan dapat

(7)

mendorong agar kegiatan usaha yang sehat secara langsung dapat melahirkan pelaku – pelaku usaha yang tangguh, bermoral, bersikap jujur dalam memproduksi atau menyediakan barang dan atau jasa, dan semuanya dilakukan oleh pelaku usaha dengan profesional.

5. Bahwa setelah tahun 2012 Akhirnya pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah mengesahkan Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran yang mengatur secara tegas tentang dilarangnya Klausula baku dan mewajibkan setiap pengelola jasa parkir untuk mengasuransikan kendaraan konsumen yang memasuki wilayah parkir yang dikelola oleh pengelola jasa parkir tersebut.

6. Pada kenyataannya setelah berlakunya Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran bahwa masih saja ada penerapan klausula baku yang masih tercantum pada karcis parkir di beberapa tempat parkir di Jakarta dan penulis merasa bahwa kendaraan yang masuk di wilayah parkir yang dikelola oleh pengelola jasa parkir tersebut tidak diasuransikan oleh pengelola jasa parkir dikarenakan masih dicantumkannya klausula baku tersebut, mungkin upaya pengelola jasa parkir untuk mencegah atau meminimalisir kehilangan dan/atau kerusakan kendaraan konsumen adalah dengan mengetatkan keamanan pada area parkir tersebut, kehilangan kendaraan atau kerusakan kendaraan konsumen dianggap sebagai resiko bisnis sehingga mereka pengelola jasa parkir apabila hal tersebut terjadi siap untuk menggantinya, dikarenakan betapa besar keuntungan pengelola jasa parkir dibandingkan dengan penggantian kehilangan/ kerusakan sebuah kendaraan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Persamaan 3.1, diketahui bahwa variabel PWMMotor merupakan nilai analog PWM yang akan diatur pada mikrokontroler untuk mengatur kecepatan putaran motor

Namun dalam perkembangannya yang sangat pesat beberapa jenis dan perusahaan yang menggunakan sistem MLM dapat dipandang sebagai suatu yang syubbat(meragukan hukum

kamar mandi” karya Gusmel Riyald, ald, dapat diketahui bahwa d dapat diketahui bahwa drama ini menggunakan rama ini menggunakan alur maju yaitu dari pertama terjadi suatu

Walaupun sama-sama melakukan penelitian di bidang Public Relations khususnya Marketing Public Relations dan obyek lokasi sama- sama di hotel, tetapi adanya perbedaan

“Data-data ini kita peroleh setelah lakukan klarifikasi dan pemutakhiran data,” ujar Ketua KIP Kota Banda Aceh, Munawarsyah pada rapat pleno terbu- ka tentang Rekapitulasi

Dewan komisaris adalah organ di dalam organisasi yang memiliki tugas untuk mengawasi dan memberikan nasehat kepada dewan direksi serta memastikan organisasi telah

Pada bab III terdiri dari 5 sub bab, yaitu: hasil penelitian dan pembahasan dari perlindungan hukum konsumen terhadap pengguna jasa internet telkom speedy

BAB IV : Bab ini akan dibahas tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Jasa Perbankan Dalam System Payment Point Online Bank Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, yang