34
4.
PEMBAHASAN
4.1.Karakteristik Fisik
Pada penelitian ini dilakukan pengujian karakteristik fisik meliputi kekerasan, warna (L*a*b*), dan kemampuan pembasahan dari flakes yang dibuat dari tujuh konsentrasi berbeda. Menurut Astuti & Andarwulan (2014), definisi dari kekerasan atau hardness adalah gaya tekan yang menunjukkan daya tahan produk pangan untuk berubah bentuk (deformasi) akibat gaya tekan yang diberikan. Kekerasan ditentukan dari gaya ketika tekanan pertama diberikan.
Kekerasan flakes kacang hijau sangrai yang paling mendekati dengan kekerasan dari flakes kontrol . Hal ini disebabkan karena kadar air kacang hijau sangrai yang rendah yaitu 4% . Selain itu juga dipengaruhi oleh protein dalam bahan mentah. Nanyen et al., (2016) yang mengemukakan bahwa semakin tinggi penambahan kacang hijau akan menyebabkan penurunan tingkat kekerasan pada produk. Proses pemanasan pada saat pembuatan flakes dapat mengakibatkan protein terdenaturasi dan kehilangan kemampuannya mengikat air sehingga menyebabkan tekstur menjadi renyah. (Fellows, 2000).
Kemudian dari segi warna, Nilai L* tertinggi terdapat pada kontrol kemudian diikuti oleh flakes berbahan baku kacang hijau sangrai. Flakes kacang hijau non sangrai memiliki nilai L* lebih rendah dari pada flakes kacang hijau sangrai, lalu flakes beras merah non sangrai dengan nilai yang lebih tinggi; flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1) dan beras merah + kacang hijau sangrai (1 : 1) memiliki nilai L* yang tidak berbeda jauh, terakhir nilai L* yang paling rendah dimiliki oleh flakes dengan bahan baku beras merah sangrai.
Untuk nilai a*, nilai terbesar dimiliki oleh flakes dengan bahan baku beras merah sangrai dan beras merah non sangrai ; kemudian diikuti oleh flakes dengan bahan baku beras merah sangrai + kacang hijau sangrai (1 : 1). Nilai a* pada flakes berbahan baku
lebih tinggi dari pada flakes berbahan baku kacang hijau non sangrai yang memiliki nilai terendah.
Untuk nilai b*, nilai tertinggi dimiliki oleh flakes dengan bahan baku kacang hijau non sangrai yaitu, diikuti kontrol, kemudian nilai b* pada flakes berbahan baku kacang hijau sangrai dengan flakes berbahan baku beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1) tidak berbeda jauh yaitu. Berikutnya nilai b* pada flakes berbahan baku beras merah + kacang hijau sangrai (1 : 1); flakes berbahan baku beras merah non sangrai dan nilai b* terendah dimiliki oleh flakes berbahan baku beras merah sangrai.
Penambahan tepung beras merah sangat mempengaruhi nilai L* dibandingkan kacang hijau. Sedangkan nilai a* dan b* juga demikian. Warna merupakan salah satu atribut penting mutu pangan selain rasa dan nilai gizi. Nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan warna dengan kisaran 0 (hitam) – 100 (putih). Makin cerah warna sampel maka nilai L* makin tinggi dan sebaliknya. Nilai a* menunjukkan ragam warna merah - hijau, sedangkan Nilai b* menunjukkan ragam warna kuning - biru. Perlakuan panas yang
tinggi dapat meningkatkan warna coklat akibat reaksi maillard. Reaksi maillard yaitu reaksi antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi yang menghasilkan senyawa berwarna coklat yang disebut melanoidin (Winarno, 2008).
Hasil formulasi terbaik dimiliki oleh flakes kacang hijau sangrai yang mendekati karakteristik flakes kontrol. Flakes yang terbuat dari tepung yang di sangrai memiliki karakteristik fisik yang lebih baik dari flakes yang terbuat dari tepung yang di non sangrai dan paling mendekati kontrol.
4.2.Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia pada flakes meliputi proksimat dan kadar antioksidan pada flakes. Kadar air pada flakes dengan berbagai penambahan konsentrasi tepung beras merah dan kacang hijau mengalami kenaikan. Kenaikan kadar air tidak menyatakan adanya perbedaan yang nyata. Keberadaan kadar air pada flakes akan menunjukan daya simpan produk tersebut. Winarno (2004) menyatakan bahwa komponen air akan mempengaruhi tekstur dan penampakan dari produk pangan.
Nilai kadar air yang paling tinggi flakes dengan bahan baku kacang hijau non sangrai kemudian yang paling rendah adalah flakes beras merah sangrai. Hal ini disebabkan karena flakes beras merah sangrai sudah terlebih dahulu tergelatinisasi melalui proses
penyangraian sehingga tidak membutuhkan air yang terlalu banyak dalam proses pembuatannya. Fellows (2000) menyatakan bahwa kandungan air akan teruapkan pada saat proses pemanggangan akibat suhu yang tinggi. selain itu tinggi nya kadar protein pada kacang hijau menyebabkan kandungan air pada flakes kacang hijau menjadi tinggi Kandungan protein pada tepung kacang hijau ini bersifat hidrofilik, yaitu mempunyai daya serap air yang tinggi, hal ini sesuai dengan diungkapkan oleh Cheewapramong et al., (2002), sehingga jika kadar air protein di dalam kacang hijau tinggi maka memungkinkan kadar air pada produk juga tinggi.
Kadar abu menunjukkan besarnya jumlah mineral yang terkandung dalam bahan. Sesuai dengan pernyataan Andarwulan et al. (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar abu menandakan tingginya kandungan mineral seperti kalsium, kalium, dan besi.
Kadar lemak flakes paling tinggi yaitu flakes dengan bahan baku kombinasi beras merah dan kacang hijau non sangrai (1:1) serta paling mendekati kadar lemak kontrol. Retnaningsih (2008) menunjukkan bahwa kandungan tepung kacang hijau memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan beras merah sehingga semakin banyak bahan baku yang digunakan maka kadar lemak flakes yang dihasilkan semakin tinggi.
Untuk kadar protein, ada beda nyata antar masing- masing bahan baku tepung. Kandungan protein paling tinggi dimiliki oleh tepung berbahan baku kacang hijau sangrai dan yang paling rendah adalah tepung berbahan baku beras merah non sangrai. Hal ini disebabkan bahan baku yang digunakan memiliki kandungan protein yang berbeda, pada kacang hijau memiliki kandungan protein yang lebih tinggi yaitu 22g/100g (Retnaningsih, 2008) sedangkan pada beras merah mengandung 7,3g (Depkes, 1996).
Kadar protein yang tinggi pada flakes berbahan baku kacang hijau non sangrai disebabkan karena flakes dibuat tanpa ada campuran tepung beras merah (Papunas et al., 2013) menyatakan bahwa kadar protein akan semakin meningkat pada perlakuan dengan konsentrasi tepung kacang hijau yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan bahan baku yang digunakan memiliki kandungan protein yang berbeda-beda.
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Pada penelitian ini kadar karbohidrat ditentukan dengan by difference yaitu dengan menjumlahkan kadar protein, lemak, abu, air lalu dikurangkan dengan 100% (Winarno, 2004). Kadar karbohidrat pada flakes yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses pengolahan (Hildayanti, 2012).
Kandungan karbohidrat tertinggi pada tepung dimiliki oleh tepung beras merah sangrai dan yang paling rendah adalah tepung kacang hijau non sangrai. Hal ini disebabkan karena beras merah memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi yaitu 76,2 g (Depkes, 1996) dibandingkan dengan kacang hijau yang memiliki kandungan
Flakes berbahan dasar beras merah baik non sangrai maupun sangrai memiliki kadar karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan flakes lainnya, sedangkan flakes berbahan baku kacang hijau baik dinon sangrai maupun disangrai memiliki kadar karbohidrat terendah dan paling mendekati karbohidrat kontrol. Hal ini disebabkan karena kadar karbohidrat dihitung secara by difference dan dipengaruhi oleh komponen nutrisi lain yaitu kandungan protein, lemak,air, dan abu.
Kadar serat kasar tepung paling tinggi dimiliki oleh tepung kacang hijau non sangrai, diikuti oleh tepung beras merah non sangrai, tepung kacang hijau sangrai, dan yang paling rendah adalah tepung beras merah sangrai. Kadar serat kasar flakes tertinggi dimiliki oleh flakes berbahan dasar kacang hijau non sangrai. Flakes berbahan baku kacang hijau non sangrai memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dikarenakan kandungan serat pada kacang hijau mentah yaitu 7,5 g / 100 g bahan (Slamet & Tarwotjo, 1980) dibandingkan dengan beras merah yaitu 0,8 g / 100 g bahan (Depkes, 1996).
Beras terutama beras merah, di samping merupakan sumber utama karbohidrat, juga
mengandung, beta-karoten, antioksidan dan zat besi. Beras dengan warna pericarp yang
lebih gelap memiliki kandungan total fenol yang lebih tinggi, kandungan total fenol ini berhubungan positif dengan kandungan antioksidan di dalamnya (Suardi, 2005).
Menurut Frei (2004) dalam Suardi (2005) beras merah selain sangat mendukung
penyerapan partikel ke dalam tubuh dan konversi beta-karoten ke dalam vitamin A, juga
merupakan senyawa antioksidan dan antiinflamatori yang dalam tubuh dampaknya
mengarah kepada antikanker. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
Flakes yang dibuat dari bahan baku yang disangrai baik beras merah, kacang hijau maupun campuran keduannya rata- rata memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan flakes yang terbuat dari bahan baku yang dinon sangrai dan kandungan antioksidannya lebih tinggi dari kontrol. Persen Discoloration tertinggi terdapat pada flakes berbahan baku beras merah sangrai sebesar 44,833 ± 1,188 %. Kandungan antioksidan yang tinggi pada flakes yang terbuat dari tepung disangrai disebabkan karena tepung telah mengalami proses inaktivasi enzim dan memiliki kadar air yang rendah shingga kandungan nutrisi pada tepung tidak banyak yang hilang oleh aktivitas enzim maupun reaksi oksidasi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vergnes et al. (1987) dalam Van Den Ende et al. (2003) bahwa tepung serealia instant (disangrai terlebih dahulu) memiliki daya cerna dan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan tepung serealia biasa, selain itu juga tidak mudah tengik karena kandungan lemaknya berkurang, serta Arpah (1993) yang menyatakan bahwa tepung memiliki masa simpan yang lebih lama dikarenakan kadar air yang sedikit.
Hasil formulasi terbaik dimiliki oleh flakes beras merah sangrai dari segi kandungan
gizi dan antioksidan yang menandakan bahwa tepung yang disangrai memiliki kandungan gizi yang lebih baik daripada tepung yang dinon sangrai.
4.3. Tingkat Kesukaan
Uji organoleptik merupakan pengujian yang panelisnya melakukan penilaian berdasarkan kesukaan (Kartika, 1988). Pengujian kesukaan dilakukan dengan menggunakan metode hedonik yaitu pengujian yang panelisnya menggunakan responnya yang berupa senang atau tidaknya terhadap sifat produk hasil eksperimen. Uji sensori menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata antara tingkat kesukaan pada atribut warna, rasa dan overall pada setiap perlakuan.
dikonsumsi. Penentuan mutu suatu bahan pangan pada umumnya tergantung pada warna, karena warna tampil terlebih dahulu (Winarno, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian dari segi warna yang paling disukai adalah flakes kontrol, sedangkan yang paling tidak disukai adalah flakes kacang hijau non sangrai. Ini menunjukkan warna flakes yang dihasilkan cukup bagus, sehingga panelis menyukai warna dari flakes yang dihasilkan.
Tekstur memiliki pengaruh penting terhadap produk misalnya dari tingkat kerenyahan, tipe permukaan, kekerasan,dan sebagainya. Panelis cenderung lebih menyukai tekstur yang renyah dan menarik. Sebaliknya, panelis akan memberi skor yang lebih rendah terhadap flakes yang teksturnya kurang renyah. Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari (Kartika, 1988)
Pada atribut tekstur terdapat beda nyata antara flakes beras merah sangrai, flakes kacang
hijau sangrai, flakes kacang hijau non sangrai, dan flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1). Terdapat beda nyata antara flakes kacang hijau sangrai dan kontrol. Kemudian ada beda nyata antara kontrol dengan flakes kacang hijau non sangrai dan flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1 : 1). Dari segi tekstur yang paling disukai adalah flakes beras merah sangrai dan flakes beras merah non sangrai, sedangkan yang paling tidak disukai adalah flakes kacang hijau sangrai. Pemakaian tepung beras merah sebagai salah satu bahan utama dalam pembuatan flakes menghasilkan produk dengan tekstur yang renyah.
Tingkat rasa produk flakes dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari bahan utama, bahan tambahan juga berpengaruh, seperti jumlah penggunaan garam, gula dan vanili dalam komposisi flakes, selain itu proses pengolahanpun tidak kalah penting, seperti proses pengukusan dan pemanggangan. Panelis menilai rasa flakes dengan cara merendam atau menyeduh flakes dengan susu kemudian mencicipinya. Untuk dapat mengetahui nilai rasa dari flakes, perhitungan tingkat rasa produk flakes dapat dinilai
dengan metode sensori
.
Berdasarkan hasil penelitian uji sensori dari segi rasa yang paling disukai adalah flakes beras merah + kacang hijau sangrai (1:1) dan yang paling tidak disukai adalah flakes beras merah non sangrai dan flakes beras merah + kacang hijau non sangrai (1:1).
Berdasarkan hasil uji sensori dari segi overall yang paling disukai adalah flakes kontrol sedangkan yang paling tidak disukai adalah flakes kacang hijau sangrai. Flakes kontrol paling banyak diminati oleh para panelis dibandingkan dengan flakes berbahan baku lainnya, hal itu ditunjukkan dengan bentuk segi empat yang paling besar di antara sampel lain. Kemudian yang paling mendekati nilai keseluruhan yang dimiliki oleh flakes kontrol adalah flakes berbahan baku beras merah sangrai.
Hal ini disebabkan karena flakes kontrol adalah flakes yang telah disukai masyarakat di