(Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi
Banten)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
SITI NURFAIZAH
NIM. 6662121091
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
ii
Nama : SITI NURFAIZAH
NIM : 6662121091
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Agustus 1994
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH PROFIL CALON KEPALA
DAERAH TERHADAP PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap
Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten) adalah hasil karya sendiri, dan seluruh
sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila
dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar
kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, 1 Februari 2017
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
NAMA : SITI NURFAIZAH
NIM : 6662121091
JUDUL : PENGARUH PROFIL CALON KEPALA DAERAH TERHADAP
PERSEPSI KEPEMIMPINAN
(Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten)
Serang, 1 Februari 2017
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Diujikan
Menyetujui,
Pembimbing I
Ikhsan Ahmad, S. IP, M. Si Nip. 197312222003121001
Pembimbing II
Darwis Sagita, M.I.Kom Nip. 1978305132008121002
Mengetahui,
Dekan FISIP Untirta
IV
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
NAMA : SITI NURFAIZAH
NIM : 6662121091
JUDUL : PENGARUH PROFIL CALON KEPALA DAERAH TERHADAP
PERSEPSI KEPEMIMPINAN
(Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten)
Telah diuji dihadapan dewan penguji sidang skripsi di serang, tanggal 20 bulan
Februari tahun 2017 dan dinyatakan LULUS
v
Hasbunallah
Wa Ni’mal Wakil, Ni’mal Maula
Wa Ni’man Nashir
“Cukuplah Allah menjadi Penolong bagi kami dan
Allah adalah sebaik
-
baik Pelindung”
Bismillah,
Skripsi ini ku persembahkan dengan
segalah hormat dan cinta kasih kepada
keluarga ku, ayah, ibu serta
adik-adik ku yang telah menjadi sumber
motivasi dan inspirasi tehebat.
thank’s for everything you gave and
vi
Siti Nurfaizah. NIM. 6662121091. Skripsi. PENGARUH PROFIL CALON KEPALA DAERAH TERHADAP PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten). Pembimbing I: Iksan Ahmad, S. Ip, M.Si dan Pembimbing II: Darwis Sagita, M.I.Kom
Mekanisme demokratis yang lebih luas dalam konteks implementasi kedaulatan rakyat adalah pelaksanaan pemilihan umum, baik Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden maupun Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pemilikada). Partai politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah Hal ini ditegaskan dalam UU No. 8 tahun 2015 pasal 1 ayat (4). Partai politik juga sebagai sarana komunikasi politik berperan sebagai penyalur aneka pendapat dan aspirasi masyarakat yang beragam kemudian mengaturnya sedemikian rupa serta menampung dan menggabungkan pendapat dan aspirasi tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh seleksi calon kepala daerah oleh partai politik terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat pemilih Provinsi Banten. Teori S-O-R (stimulus-organism-response. Model S-O-R ini menjelaskan bahwa proses komunikasi akan memunculkan persepsi dengan respon positif atau negatif. Organi.sme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Maka unsur-unsur dari teori ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organisme), efek (response). Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survei, dengan menggunakan teknik stratified proporsional random sampling dimana peneliti mengambil sampel dari jumlah masyarakat pemilih di Provinsai Banten dengan taraf kesalahan 10%. Peneliti menunjukan hipotesis bahwa terdapat pengaruh antara variable seleksi calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat pemilih Provinsi Banten sebesar 0.741 yang berarti bahwa hubungan antara kedua variable bernilai Kuat. Dengan hasil koefisien determinasi sebesar 54,9 % menandakan bahwa persepsi kepemimpinan dipengaruhi oleh seleksi calon kepala daerah oleh partai politik, sementara sisanya sebesar 45,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
vii
LEADERSHIP (Survey of Community Voters in Banten). Supervisor I: Iksan Ahmad, S. IP, M.Si and Supervisor II: Darwis Sagita, M.I.kom.
Broader democratic mechanisms in the context of the implementation of the people's sovereignty is scheduled for the election, both President and Vice President as well as Direct Election of Regional Head. A political party is one of the lines the nomination and the deputy regional head This is confirmed in the Law No. 8 2015 article 1, paragraph (4). Political parties as well as a means of political communication role as distributor of various opinions and aspirations of diverse communities and then arrange it in such a way and to accommodate and incorporate the opinions and aspirations. This study was conducted to determine how much influence the selection of candidates for regional heads of political parties on the perception of leadership in the community voter Banten Province. Theory SOR (stimulus-organism-response. Model SOR explains that the communication will bring the perception of the response is positive or negative. The organism produces a specific behavior if there is some stimulus anyway. So the elements of this theory is the message (stimulus), communicant ( organisms), effects (response). the approach in this study is quantitative. the method used was a survey, using stratified proportional random sampling where researchers took samples of the number of voters in the province of Banten with a standard error of 10%. the researchers showed the hypothesis that there the influence of variable selection of candidates for the regional head of the voting public perception of leadership in Banten province by 0741, which means that the relationship between the two variables is worth Powerful. With the results of the coefficient of determination of 54.9% indicates that the perception of leadership is influenced by the selection of candidates for regional heads of political parties, while the balance of 45.1% is influenced by other factors.
Keywords: Regional Head, Leadership, Perception, Profile
viii
yang telah memberikan rahmat serta karunia yang tidak terhingga sehingga skripsi
berjudul “PENGARUH SELEKSI CALON KEPALA DAERAH OLEH PARTAI
POLITIK TERHADAP PERSEPSI KEPEMIMPINAN (Survei Terhadap
Masyarakat Pemilih di Provinsi Banten)” bisa tertuntaskan dengan baik. Juga shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi
insiprasi dan pembuka gerbang cahaya bagi umatnya hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Dalam penyusunannya, peneliti
banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat niat dan usaha yang
sungguh- sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh lebih sulit
dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang
setulusnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Suryatin dan ibunda Siti
Nurhasaniah. Terima kasih atas doa tulus yang tiada henti diberikan,
perhatian dan cinta yang senantiasa menjadi kekuatan terbesar bagi
penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas
ix
4. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5. Bapak Darwis Sagita, M.Ikom. selaku Sekretaris Prodi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa dan juga Selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan
penuh kesabaran menghadapi penulis, meluangkan waktu, memberi
masukan, arahan, dan dukungan penuh kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini
6. Bapak Iksan Ahmad, S. IP, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang
juga dengan penuh kesabaran menghadapi penulis serta meluangkan
waktu, masukan, dan nasehat kepada penulis selama proses
penyusunan tugas akhir ini.
7. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos, M.Pd. yang telah menguji skripsi
peneliti dan memberi banyak masukan yang sangat berguna.
8. Bapak Ari Pandu Witantra, M.I.Kom. yang telah menguji skripsi peneliti
dan memberi banyak masukan yang sangat berguna.
9. Bapak Darwis Sagita, M.I.Kom. yang telah menguji skripsi peneliti dan
memberi banyak masukan yang sangat berguna.
10. Ibu Neka Fitriyah S.Sos.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
11. Dosen-dosen pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan
x
kelancaran proses skripsi.
13. Terima kasih pula untuk adik-adik penulis: Ahmad Mukhlisin dan
Putri A’mulia yang telah memberikan perhatian, semangat dan doa
selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat tercinta, Terima kasih untuk Egi Winadya, Yesi
Afrianti, Eri Husna Permata, Nefi Lidya Maita, Della Krestianti Putri,
Roviq Vidi Royansyah, Rydma Afrian, Ali Al Afgani, M. Chafiz Auni
dan Galih Pradana Putra yang Alhamdulillah selalu bersedia
menemani dan memberi semangat. Semoga persahabatan kita selalu
dijaga dan terjaga silaturahminya oleh Allah SWT yang telah
menyatukan kita,dan semoga hingga akhir hayat.
15. Terkhusus untuk mamah Fathia dan papah Endang sekaligus ortu dari
sahabat tercinta Egi Winadya yang turut memberi semangat dan
dorongannya. Terimakasih atas segala waktu dan ilmu yang telah
diberikan dengan penuh cinta.
16. Teruntuk keluarga KSR PMI UPT Untirta, khususnya kakak-kakak
senior Teh Asti, Ka Akbar, Ka Jaga, Ka Ojan, Ka Tomo, dan Ka
Angga, terimakasih telah menjadi rumah sekaligus keluarga di kampus
xi awesome family, I love you all!
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak atas
segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Serang, 1 Februari 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi,
yaitu suatu bentuk kekuasaan pemerintahan berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat. Hal tersebut dapat dikatakan kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi
berada ditangan rakyat, rakyat memiliki hak, kewajiban, kesempatan, bebas
berbicara, bebas mengungkapkan pendapat serta bebas berekspresi dan bebas
berkarya tanpa harus dibatasi maupun dihalangi dan berhak mengemukakan pendapat
dalam mengatur kebijakan pemerintahan yang berlaku dalam Negara.
Dalam konteks implementasi kedaulatan rakyat, mekanisme demokratis yang
lebih luas adalah pelaksanaan pemilihan umum, baik Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden maupun Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pemilikada). Pada
penyelenggaraan Pemilu kaitannya dengan demokrasi adalah masyarakat bebas
beraspirasi dalam kegiatan politik menggunakan hak politiknya untuk memilih atau
menentukan pemimpinnya.
Waktu pelaksanaan dan tujuan pemilihan diatur di dalam Pasal 22E ayat 1 dan
“(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. ***)
2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. ***).”
Pemilu secara demokratis oleh rakyat Indonesia baru dapat terlaksana pada
tahun 1999 atau tepatnya pemilu pertama setelah runtuhnya orde baru. Dibawah
pemerintahan Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik. Sedangkan
pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni tahun 2005 yang langsung
diikuti oleh 226 daerah meliputi 11 provinsi serta 215 kabupaten. Melalui pilkada,
masyarakat sebagai pemilih berhak untuk memilih kepala daerah tempat tinggal
secara langsung tanpa perantara sesuai dengan hati nurani.
Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung maka mayarakat bersikap
aktif dalam pelaksanaan partisipasi politik. Partisipasi politik adalah kegiatan warga
yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan-keputusan oleh pemerintah. Dalam pelaksanaan partisipasi
politik masyarakat memerlukan adanya sarana politik yaitu partai politik.
Partai Politik (Parpol) pasca reformasi 1998 memiliki kedudukan yang
semakin penting dalam sistem politik Indonesia. Dari sisi rekrutmen jabatan-jabatan
setiap rekrutmen yang dilakukan untuk mengisi jabatan-jabatan politik dalam
Pemerintahan (eksekutif), Perwakilan (legislatif), dan Peradilan (yudikatif), baik
ditingkat Pusat maupun Daerah mekanismenya harus melalui partai politik.
Partai politik merupakan salah satu jalur pencalonan kepala daerah dan wakil
kepala daerah Hal ini ditegaskan dalam UU No. 8 tahun 2015 pasal 1 ayat (4) bahwa
“Pasangan calon diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten / Kota.” Amanat konstitusi ini menunjukan bahwa fungsi dan keberadaan
partai politik menjadi sangat penting dalam relasi pengisian pos-pos kenegaraan
melalui mekanisme politik yang demokratis.
Pasal 6A Ayat 2 Perubahan Ketiga UUD 1945 menyatakan: “Pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.“ Sedangkan
Pasal 18 Ayat 4 Perubahan Kedua UUD 1945 menegaskan: “Gubernur, Bupati, dan
Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.” Dalam konsiderans huruf d Undang-Undang Nomor
sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggungjawab.”1
Mencermati ketentuan di atas dapat diketahui bahwa partai politik mempunyai
posisi dan peranan yang sangat penting dalam sistem demokrasi. Partai politik
memainkan peran sebagai penghubung yang sangat strategis antara proses-proses
pemerintahan dengan warga Negara. Banyak kalangan berpendapat bahwa partai
politiklah yang sebenarnya menentukan demokrasi. Artinya, semakin tinggi peran dan
fingsi partai politik, akan semakin berkualitaslah demokrasi.
Menurut Sigmund (dalam Miriam Budiardjo. 2001: 78) Partai Politik adalah
organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang akif dalam
masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan
pada pemerintah dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan dari rakyat dengan
kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.2
Beberapa fungsi partai politik yang dirumuskan oleh Miriam Budiardjo yaitu
rekrutmen politik, sosialisasi politik, komunikasi politik dan pengendalian konflik.
Salah satu fungsi rekrutmen pada partai politik merupakan wadah seleksi
kepemimpinan nasional dan daerah. Partai politik berperan dalam mempersiapkan
calon-calon pemimpin dalam sistem politik dalam hal ini yaitu calon kepala daerah
1 Rully Chairul Azwar. Pengembangan SDM Partai Politik: Rekrutmen dan Kaderisasi di Partai Golkar. Pokok-pokok pikiran disampaikan pada seminar nasional Pembaharuan Partai Politik" yang diselenggarakan oleh PUSKAPOL FISIP UI, Jakarta, 18 September 2008. http://parlemen.net. Update pukul 08.00 tanggal 18 Mei 2011. Hal: 1 update: pukul 08.00 tanggal 18 Mei 2011
yang memiliki kapabilitas dan integritas yang bagus. Menurut Suharno “Rekrutmen
politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada lembaga-lembaga politik
termasuk partai politik dan administrasi atau birokrasi oleh orang-orang yang akan
menjalankan kekuasaan politik”.3
Mekanisme rekrutmen politik yang dilakukan partai politik terdiri dari dua
sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Pada rekrutmen sistem terbuka, partai
politik berfungsi sebagai alat elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan
dukungan masyarakat. Sehingga memberi kesempatan bagi masyarakat untuk melihat
dan menilai kemampuan elit politiknya. Semua warga negara yang memenuhi syarat
tertentu (seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik, dsb) mempunyai
kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga
negara/pemerintah. Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi,
sehingga orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar.
Namun sebaliknya pada sistem rekrutmen tertutup, partai berkedudukan
sebagai promotor elit politik yang ditampilkan. Cara ini kurang kompetitif karena
menutup kemungkinan masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politik
yang sebagai pemenangnya biasanya menyangkut visinya tentang keadaan
masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang
melekat dalam didirinya termasuk integritasnya.
Kesempatan semua warga negara untuk menduduki posisi-posisi yang ada
dalam lembaga negara/pemerintah hanya dinikmati oleh sekelompok kecil orang.
Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya
sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elit itu sendiri.4
Selain melalui proses seleksi partai politik, masyarakat harus bisa bersikap
cerdas dalam memilih pemimpin. Bersikap cerdas artinya masyarakat menggunakan
akal sehat dan nurani sehingga penilaiannya objektif tanpa dipengaruhi oleh faktor
uang, hubungan kekerabatan, suku, daerah, agama, dll.
Sebelum menentukan pilihan, sebaiknya pemilih mengenal dan mengetahui
riwayat hidup calon dan partai politik yang mengusungnya. Pengenalan riwayat hidup
calon tersebut dapat berhubungan dengan latar belakang pendidikan, pekerjaan,
aktifitas dalam masyarakat, dan juga pribadi yang bersangkutan dalam kehidupan
sehari-hari bersama-sama dengan masyarakat.
Media massa berperan sebagai pemberi informasi politik, publik bisa
mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan mengenai isu atau berita yang
menjadi kepentingan umum dan dibutuhkan oleh publik mengenai pilkada. Dalam hal
ini masyarakat dapat mengenal para calon pemimpin melalui kampanye politik
secara langsung dan terbuka atau melalui media massa baik cetak (koran, majalah,
dll) maupun elektronik (televisi, radio, dll).
Proses seleksi oleh parpol sejak pasca reformasi diharapkan sangat
berpengaruh dalam menentukan pemimpin yang memiliki kapasitas, integritas,
legitimasi dan popular (dikenal) di mata masyarakat. Partai politik juga sebagai
sarana komunikasi politik berperan sebagai penyalur aneka pendapat dan aspirasi
masyarakat yang beragam kemudian mengaturnya sedemikian rupa serta menampung
dan menggabungkan pendapat dan aspirasi tersebut. Kaitannya dengan proses seleksi
oleh partai politik adalah kebijakan partai politik menentukan calon kepala daerah
yang diusung berdasarkan idealisme kepemimpinan dari masyarakat.
Namun pada kenyataannya dalam beberapa kali pelaksanaan pilkada, proses
pencalonan yang didominasi oleh partai politik dianggap sangat rawan karena
berlangsung secara oligarkis sehingga diusung berdasarkan kedekatan dengan
petinggi parpol dan menghadirkan kembali skenario politik uang antara sang calon
dengan partai yang mencalonkan. Sehingga terdapat sejumlah masyarakat yang tidak
mengenal dan tidak puas terhadap sosok calon kepala daerah yang diusung oleh partai
Lembaga survei Indo Barometer merilis tingkat kepuasan masyarakat
terhadap setiap calon yang ada di Pilkada Banten. Survei dilakukan pada kurun waktu
7 sampai 10 Desember 2016 pada 800 orang sampel menggunakan metode multistage
random sampling dengan margin of error sebesar 3,6 persen.5
Sementara yang lainnya mengusung calon berdasarkan popularitas sang calon.
Persoalan lainnya, bila calon yang dimunculkan parpol adalah orang-orang yang tidak
memiliki kepastian dan karakter yang dibutuhkan masyarakat, bisa menimbulkan
pemerintahan yang tidak kalah buruknya dengan masa lalu.
Survey Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) yang melibatkan
396 responden (tersebar di 99 kecamatan, 10 kota/kabupaten dan 7 provinsi) pada 23
Agustus sampai 18 September 2010 dapat dipakai sebagai cermin rekrutmen politik
oleh parpol selama ini. Survey tersebut menunjukan 73% pemilih tidak mengetahui
mekanisme parpol dalam menentukan calonnya, termasuk dalam kasus pencalonan
Pilkada.6
Dari hasil survey tersebut dapat dibaca, bahwa realita politik satu dekade
terakhir menunjukan pejaringan bakal calon (rekrutmen politik) yang dilakukan oleh
parpol dalam arena Pilkada lebih beraroma kontestasi elit parpol ketimbang
5 https://news.detik.com/berita/d-3379298/indo-barometer-rilis-hasil-survei-pilgub-banten-2017-ini-hasilnya diakses 3 Maret 2017 pukul 10.58 WIB
benar mencari calon berkualitas lewat kaderisasi dan rekrutmen yang profesional
sambil menyerap aspirasi konsitituen.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menegaskan larangan partai politik
menerima imbalan dalam bentuk apa saja dari calon kandidat kepala daerah. Dalam
Peraturan KPU, tindakan ini masuk dalam kejahatan.
"Parpol dilarang menerima imbalan dalam bentuk apa pun," kata Komisioner
KPU, Hadar Nafis Gumay pada sosialisasi Peraturan KPU terkait pemilihan kepala
daerah di gedung KPU, Jakarta, Jumat (29/5).7 Hal tersebut juga lebih tegas
dijelaskan dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU Nomor 1
Tahun 2015 tentang Perppu Nomor 1 Tahun 2104 tentang Pemilihan Gubernur,
Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota membuat
aturan tegas. Tidak boleh ada transaksi rupiah dari calon kepala daerah kepada partai
politik.8
Pada pelaksanaan Pilkada serentak 2015 lalu hendaknya menjadi perhatian
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mencatat selama tahapan Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) serentak 2015 terdapat 1.090 laporan dugaan tindak pidana pemilu.
Pilkada serentak Desember 2015 lalu meninggalkan beberapa pelanggaran dan
catatan untuk dievaluasi. Di antaranya, adanya calon kepala daerah dengan status
7 https://www.merdeka.com/politik/kpu-ingatkan-calon-kepala-daerah-main-politik-uang-dapat-dipenjara.html diakses 3 November 2016 pukul 13.35 WIB
terpidana; pembakaran dan pengrusakan kantor KPU; kisruh daftar pemilih;
ketidaknetralan PNS dan penyelenggara pilkada tingkat kecamatan dan desa; praktik
politik uang, serta adanya calon tunggal di beberapa daerah.9
Kekurangpahaman etika berdemokrasi, mengakibatkan terjadinya persaingan
di antara elit politik yang tidak sehat yang sering diakhiri dengan konflik antar
kelompok dan kebebasan individu yang tanpa batas. Hal ini mengarah kepada
anarkis, lemahnya wawasan kebangsaan sehingga mengakibatkan menonjolnya
kepentingan pribadi daripada kelompok, lemahnya sumberdaya manusia, sehingga
lemahnya kualitas kepemimpinan politik.10
Mewabahnya korupsi, menjamurnya politik uang, maraknya penjualan
aset-aset negara, korupnya birokrasi pemerintahan, dan lain-lain membuat masyarakat
semakin kritis dan mendambakan para pemimpin yang ideal.
Melihat uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji topik ini lebih
mendalam dalam suatu penelitian ilmiah. Pada aspek psikologi sosial, kajian ini
digunakan untuk memahami aspek komunikasi pada individu, seperti perubahan
sikap, efek pesan politik lewat media, dan persepsi politik.11 Penulis melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Profil Calon Kepala Daerah Terhadap
9 http://m.suarakarya.id/2016/04/12/format-baru-pilkada-2017.html diakses 4 November pukul 20.00 WIB
10 Nanat: 2010:78
Presepsi Kepemimpinan” dan dilakukan survey terhadap masyarakat pemilih di Provinsi Banten.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut: “Seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat?”
1.3Identifikasi Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang menyangkut persoalan pengaruh profil
para calon kepala daerah terhadap persepsi kepemimpinan di masyarakat, maka
penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap persepsi
masyarakat?
2. Seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap persepsi
kepemimpinan di masyarakat?
3. Seberapa besar korelasi profil calon kepala daerah terhadap persepsi
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh profil calon kepala daerah terhadap
persepsi masyarakat?
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh profil kepala daerah terhadap persepsi
kepemimpinan di masyarakat?
3. Mengetahui seberapa besar korelasi profil calon kepala daerah terhadap
persepsi kepemimpinan di masyarakat?
1.5Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diperuntukkan untuk dapat dijadikan studi literatur
sebagai pengembangan ilmu komunikasi politik tentang pengukuran persepsi
dan generalisasi hasil penelitian. Dan juga menjadi studi politik bagi
masyarakat Negara Indonesia dan masyarakat pemilih Provinsi Banten
khususnya dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang demokratis dan
kedaulatan masyarakat yang utuh. Penulis juga berharap penelitian ini
menjadi pertimbangan bagi DPR RI, DPD, DPRD, Mahkamah Konstitusi,
pemilu yang lebih demokratis dan menunjang tinggi demokrasi normatif
yang kompetitif.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini akan berkontribusi bagi masyarakat pemilih dalam
partisipasi politik mereka. Masyarakat dapat menyalurkan saran dan
pendapat mngenai calon pemimpin yang disusung serta mengenal calon
kepala daerah yang diusung partai politik. Selain itu menjadi perhatian bagi
KPU untuk meminimalkan praktek politik uang. Dan juga untuk
mewujudkan kesadaran politik masyarakat serta meningkatkan partisipasi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Profil
Profil dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki empat pengertian yaitu
pandangan dr samping (tt wajah orang); lukisan (gambar) orang dr samping; sketsa
biografis; penampang (tanah, gunung, dsb); grafik atau ikhtisar yg memberikan fakta
tentang hal-hal khusus dalam hal ini yang sesuai adalah pengetian terakhir yaitu
grafik atau ikhtisar yg memberikan fakta tentang hal-hal khusus.
2.2Rekrutmen politik
Rekrutmen Politik merupakan suatu proses seleksi atau rekrutmen
anggota-anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif
maupun politik. Dari partai politiklah diharapkan ada proses kaderisasi
pemimpin-pemimpin ataupun individu-individu yang mempunyai kemampuan untuk
menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan jabatan yang mereka pegang.
Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur-prosedur rekrutmen yang
berbeda. Anggota kelompok yang direkrut atau diseleksi adalah yang memiliki suatu
politik. Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda.Pola perekrutan
anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianutnya.
Menurut Suharno “Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan
pada lembaga-lembaga politik termasuk partai politik dan administrasi atau birokrasi
oleh orang-orang yang akan menjalankan kekuasaan politik”.12 Di Indonesia,
perekrutan politik berlangsung melalui pemilu setelah setiap calon peserta yang
diusulkan oleh partainya diseleksi secara ketat oleh suatu badan resmi. Seleksi ini
dimulai dari seleksi administratif, penelitian khusus yaitu menyangkut kesetiaaan
pada ideologi Negara.
Michael Rush dan Phillip Althoff menjabarkan sifat mekanisme rekrutmen
politik13 antara lain:
1) Rekrutmen terbuka, dimana syarat dan prosedur untuk menampilkan
seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai politik
berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan
dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk
melihat dan menilai kemampuan elit politiknya.
Dengan demikian cara ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan paham
demokrasi, maka cara ini juga berfungsi sebagai sarana rakyat mengontrol legitimasi
politik para elit. Adapun manfaat yang diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:
12 Suharno (2004: 117)
Mekanismenya demokratis
Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan mampu
memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki
Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi
Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai
nilai integritas pribadi yang tinggi.
2) Rekrutmen tertutup, berlawanan dengan cara rekrutmen terbuka. Dalam
rekrutmen tertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas
diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang berasal dari
dalam tubuh partai itu sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota
masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan.
Dengan demikian cara ini kurang kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi
berfungsi sebagai sarana elit memperbaharui legitimasinya.
Berdasarkan beberapa penjabaran tentang mekanisme rekrutmen politik
di atas, maka sistem terbuka mencerminkan partai tersebut betul-betul
demokratis dalam menentukan syarat-syarat dan proses yang ditempuh dalam
menjaring calon elit politik. Melalui mekanisme rekrutmen terbuka, komunikasi
politik terbentuk yakni parpol sebagai penyalur aneka pendapat dan aspirasi
masyarakat kemudian dapat mengusung calon kepala daerah berdasarkan
calon kepala daerah kepada masyarakat dapat diterapkan baik melalui kampanye
secara langsung ataupun media massa.
Sistem yang demokratis akan dapat mencerminkan elit politik yang
demokratis pula. Sedangkan mekanisme rekrutmen politik yang tertutup akan
dapat meminimalkan kompetisi di dalam tubuh partai politik yang bersangkutan,
karena proses yang ditempuh serba tertutup. Sehingga masyarakat kurang
mengetahui latar belakang elit politik yang dicalonkan partai tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Pelaksanaan Rekrutmen
Politik
1. Persoalan di sekitar politik berarti setiap calon-calon pemimpin yang
akan dipilih harus mampu mengoptimalisasikan segala tenaga dan
upayanya untuk menyeimbangkan segala polemik-polemik yang sedang
terjadi di negara ini untuk dipersempit dampaknya. Sehingga
iming-iming tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat luas untuk
memilihnya sebagai calon pemimpin kedepannya.
2. Kekuasaan rill berarti seorang calon pemimpin harus memiliki teknik
yang tersimpan di dalam konsep pikiranya untuk dikembangkan ketika
telah menjadi pemimpin. Konsep tersebut berisi suatu cara bagimana
mempengaruhi masyarakat luas sehingga mampu dipercaya untuk
2.2 Pengertian Kepala Daerah
Kepala daerah adalah seorang yang diberikan amanah atau tugas oleh seorang
pemerintah pusat untuk menjalankan suatu pemerintahan di daerah. Contoh kepala
daerah provinsi adalah gubernur, untuk konteks kota tersebut kepala daerahnya
disebut walikota dan untuk kabupaten kepala daerahnya disebut bupati.
Didalam sebuah daerah terdapat satu pemimpin atau kepala daerah dan
dibantu oleh satu orang wakilnya.Kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan
satu pasangan yang dipilih langsung oleh penduduk atau rakyat yang berada di
wilayah daerah bersangkutan. Dalam penelitian ini, kepala daerah dibahas secara
umum sehingga persepsi yang dibentuk berasal dari keseluruhan masyarakat di
provinsi Banten.
Tugas utama seorang kepala daerah tersebut adalah memimpin dan
bertanggung jawab secara penuh dalam penyelenggaraan segala sesuatu hal yang
berjalan di daerah.
2.2.1 Pilkada
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada
pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Pilkada langsung diharapkan mampu membangun serta
mewujudkan akuntabilitas pemerintah lokal. Dan juga melalui pilkada
peningkatan kualitas kesadaran politik masyarakat sebagai
kebertampakan kualitas partisipasi rakyat muncul. Penguatan sistem
pilkada ini juga terdapat dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, bahwa kepala daerah harus dipilih secara langsung
yang koheren dengan penyelenggaran pemilihan presiden dan wakil
presiden.14
2.3 Partai Politik
Negara Indonesia sebagai Negara demokrasi membutuhkan lembaga politik
sebagai instrument demokrasi. Organisasi tersebut biasa disebut Partai Politik.
Menurut Sigmund, Partai Politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari
pelaku-pelaku politik yang akif dalam masyarakat, yaitu meraka yang memusatkan
perhatiannya pada menguasai kekuasaan pada pemerintah dan yang bersaing untuk
memperoleh dukungan dari rakyat dengan kelompok lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda-beda.15
Artikulasi pendapat dan sikap dari berbagai kelompok yang sedikit banyak
menyangkut hal yang sama digabungkan menjadi sebuah “penggabungan
kepentingan” yang dalam suatu system politik merupakan input bagi pemerintah yang
berkuasa. Sebaliknya jika artikulasi pendapat dan sikap tersebut tidak terakumulasi
dengan baik maka yang akan timbul adalah kompetisi kepentingan yang tak
terkendalikan dan akhirnya akan menimbulkan anarki. Dengan kata lain, parpol
bertugas mengatur kehendak umum yang kacau. Partai-partai menyusun dari
kekacauan para pemberi suara yang banyak jumlahnya itu.
Dalam sebuah tatanan Negara demokrasi keberaan partai Politik memang
tidak bisa diabaikan begitu saja, karena untuk menjalankan pemerintahan partai
politiklah yang berperan dalam menempatkan orang-orang yang mereka anggap layak
untuk duduk di Pemerintahan, untuk menempatkan orang-orang tersebut tentu Partai
Politik tidak bisa sembarang, untuk itu fungsi rekruitmen harus dijalankan dengan
benar.
Selanjutnya Sartori dalam Miriam Budiarjo mengatakan bahwa “partai politik
adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum, dan melalui
pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki
jabatan-jabatan publik”.16 Jadi pemilihan umum merupakan jalan bagi partai-partai
politik untuk menempatkan calonnya menduduki jabatan-jabatan publik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa sebuah partai politik dalam rangka merebut dan
mempertahankan kekuasaandan pelaksanaan pengawasan terhadap pemerintah.
2.4 Komunikasi politik
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari
pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.17 Definisi
Komunikasi Politik secara definitif, ada beberapa pendapat sarjana politik,
diantaranya Nimmo, mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang
mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal
orang berbeda satu sama lain: jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita, inisiatif,
perilaku, dan sebagainya. Lebih lanjut Nimmo menjelaskan, kadang-kadang
perbedaan ini merangsang argumen, perselisihan, dan percekcokan. Jika mereka
menganggap perselisihan itu serius, perhatian mereka dengan memperkenalkan
masalah yang bertentangan itu, dan selesaikan; inilah kegiatan politik.18
Seperti halnya mengenai profil calon gubernur dan calon wakil gubernur pada
pilkada Provinsi Banten 2017 terhadap persepsi kepemimpinan terdapat komunikasi
politik, dimana para aktor politik sebagai komunikator menyampaikan pesan
mengenai siapa saja bakal calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung
oleh partai politik baik melalui kampanye atau media massa. Masyarakat pemilih
17 Ramlan Surbakti, 2010: 152
sebagai komunikan, menerima pesan dan selanjutnya akan menimbulkan respon dan
mempengaruhi persepsi dari komunikan tersebut.
2.4.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan dengan antusias. Menurut Veitzhal Rivai,
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada
pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
Pengaruh Kekuasaan Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven
ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu
kelompok atau organisasi. Dengan perkataan lain, orang atauorang-orang yang
memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau
organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau
organisasi itu. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu,
kedudukan, kepribadian, politik.
Menurut Davis yang dikutip oleh Reksoharjo dan Handoko (2003,
p.290-291), ciri-ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
Penelitian-penelitan pada umumnya menunjukkan bahwa seorang
pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada
pengikutnya tetapi tidak sangat berbeda.
2. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan social yang luas (Social maturity and
Breadht) pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa
atau matang serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Pemimpin secara relati$ mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi
yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi
Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat
pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi
pada bwahannya.
Persoalan kepemimpinan penting dibicarakan di tengah atmosfer
politik pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) tahun 2014 yang sudah mulai
terasa. Dalam sejarah praktik penyelenggaraan negara, seringkali terjadi
benturan kepentingan pemimpin publik. Pejabat publik dari tingkat pusat
hingga di daerah tidak dapat membedakan posisinya sebagai pemimpin yang
harus mengayomi rakyat dengan kedudukan mereka sebagai pemimpin partai
lewat pemberitaan media akhir-akhir ini sungguh membuat masyarakat
prihatin.
Beberapa pihak mensinyalir bahwa telah terjadi krisis kepemimpinan
di negeri ini. Salah satu fungsi parpol adalah melakukan rekrutmen politik.
Sehingga parpol seharusnya dapat memainkan peran penting bagi kaderisasi
calon pemimpin untuk seluruh tingkatan sampai dengan jabatan presiden.
Namun demikian terjadinya konflik kepentingan dan berbagai
persoalan dalam kepemimpinan publik menunjukkan bahwa parpol belum
berhasil menjalankan peran utamanya dalam menyiapkan kader kepemimpinan
transformatif. Tulisan ini akan membahas tipe kepemimpinan masa depan dan
peran yang dimainkan parpol dalam mengembangkan kepemimpinan
transformatif.
2.4.2 Media Massa dalam Komunikasi Politik
Mc. Luhan menguraikan bahwa media secara umum adalah perpanjangan umum adalah perpanjangan alat manusia. Dengan media
kita memperoleh informasi tentang benda, orang, dan tempat
yang tidak kita pahami secara langsung termasuk berbagai pesan tentang
Mc. Luhan juga menyebut bahwa media atau medium adalah pesan (the mediumis the message). Artinya, media saja sudah menjadi pesan.
Menurutnya, yang mempengaruhi khalayak adalah bukan apa yang
disampaikan oleh media, tetapi jenis media komunikasi yang dipergunakan,
yaitu antarpersonal, media cetak, atau media elektronik.
Kaitannya dengan pengaruh profil calon kepala daerah, semua pesan
mengenai sosok calon gubernur dan calon wakil gubernur pada pilkada Banten
2017 dapat terbentuk atau mempertahankan citra politik dan pendapat umum.
Berita tentang pilkada Provinsi Banten 2017 sudah diunggah diberbagai media
massa. Termasuk informasi mengenai sosok para bakal calon kepala daerah dan
calon wakil kepala daerah Provinsi Banten 2107 yang disung melalui seleksi
partai politik.
2.4.3 Kepribadian dan Politik
Para pakar komunikasi politik berpendapat bahwa apa nan dipelajari
manusia mengenai politik bergantung pada kepribadiannya nan telah tertanam
pada masa kecil. Manusia biasanya memenuhi kebutuhan pokok psikologis dan
sosialnya pada masa-masa ketika masih usia dini. Sehingga “Kepribadian
individu, sebagai mana dibentuk dalam tahun-tahun pertama usianya, akan
merupakan sumber yang lebih penting meskipun kurang tampak dari
„informasi, nilai, atau perasaanya di hadapkan kepada‟ peraturan dasar yang
sosial, politik, dan ekonomi kepada ketimbang sosialisasi yang terjadi
bersamaan dan di kemudian hari terwujudnya yang mempengaruhi dirinya.
Ringkasnya, kebutuhan membuat anak itu menjadi bapak manusia politik.
Teori kebutuhan mengemukakan bahwa manusia memiliki hierarki
kebutuhan psikologis, rasa mana dan kepastian, kasih sayang, penghargaan diri,
dan katualisasi diri. Perilaku manusia merefleksikan upaya untuk memenuhi
kebutuhan ini. Kecuali jika orang telah memenuhi kebutuhan pokok tertentu –
kebutuhan akan makanan, pakain, rumah, energi, keturunan, dsb- sedikit seklai
kemungkinan bahwa mereka akan berpikir, merasa atau bertindak secara politis.
Orang hanya berbalik kepada politik hanya setelah memenuhi kebutuhan pokok
fisik dan sosial.
2.4.4 Kekuasaan
Gardner dalam Swansburg (2000) mendefinisikan kekuasaan sebagai ”suatu
kapasitas untuk memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk menghambat
mereka yang tidak mempunyai keinginan”.
Biasanya kekuasaan di selenggarakan melalui isyarat yang jelas.ini
dinamakan kekuasaan manifes.dan kekuasaan ditentukan oleh reaksi yang
diantisipasikan jika keinginan tidak dilakukan,jenis kekuasaan ini adalah
Esensi dari kekuasaan adalah hak mengadakan sanksi.sumber kekuasaan
dapat berupa kedudukan ,kekayaan,atau kepercayaan.cakupan kekuasaan
menunjuk pada kegiatan,perilaku,serta sikap dan keputusan-keputusan yang
menjadi objek kekuasaan.19
2.4.5 Demokrasi
Awal mula demokrasi dari hari ke hari terus mengalami
perkembangan, termasuk pengertian demokrasi itu sendiri mengalami
perkembangan dan perubahan seiring dengan perjalanan waktu. Dengan
demikian demokrasi yang kita kenal mampunyai perjalanan sejarah yang
panjang dan terkadang menuai perdebatan.
Schumpeter mendefinisasikan demokrasi sebagai setting institusional
untuk menghasilkan keputusan politik dimana individu mendapat kekuasaan
untuk mengambil keputusan melalui perjuangan kompetitif meraih suara
rakyat, tak jauh beda dengan Schumpeter, Samuel Huntington mendefinisikan
demokrasi sebagai prosedur pemungutan suara yang adil dan berkala untuk
memilih pemimpin Negara.
2.4.6 Hegemoni
Dalam konsep hegemoni yang di kemukakan Gramci sebenarnya
dapat dielaborasi melalui penjelasannya tentang sebuah basis dari
supremasi kelas yakni bahwa sepremasi sebuah kelompok sosial
mewujudkan intelektual dan moral (patria,2003:115-118). Di satu sisi,
sebuah kelompok sosial itu mendominasi (menguasai)
kelompok-kelompok oposisi untuk menghancurkan mereka, bahkan kalau perlu
mempergunakan kekuatan senjata.
Di sisi lain,sebuah kelompok sosial itu memimpin kelompok
kelompok kerabat dan sekutu mereka.sebuah kelompok sosial dapat dan
bahkan harus sudah menerapkan kepemimpinan sebelum memenangkan
kekuasaan pemerintahan.kelompok sosial tersebut kemudian menjadi
dominan ketika dia mempraktekkan kekuasaan.bahkan setelah kelompok
sosial itu memegang kekuasaan penuh di tangannya,ia masih harus terus
memimpin dan melakukan langkah-langkah untuk melanggengkan
kekuasaannya.
Gramci juga menyebutkan bahwa hegemoni adalah sebuah rantai
kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang
melalui pernindasan terhadap kelas sosial lainnya terhadap berbagai cara
yang digunakan, misalnya melalui institusi yang ada di masyarakat yang
menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-struktur
kognitrif dari masyarakat.dari penjelasan ini dapat di ketahui bahwa
menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang
ditentukan.
2.4.7 Teori Elit Politik
Garis besar perkembangan elit Indonesia adalah dari yang bersifat
tradisional yang berorientasi kosmologis, dan berdasarkan keturunan
kepada elit modern yang berorientasi kepada Negara kemakmuran,
berdasarkan pendidikan. Elit modern ini jauh lebih beraneka ragam
daripada elit tradisional. Elit politik adalah orang-orang (Indonesia) yang
terlibat aktifitas politik untuk berbagai tujuan tapi biasanya berkaitan
dengan sekedar perubahan politik.
Elit politik yang dimaksud adalah individu atau kelompok elit yang
memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan politik. Suzanne
Keller mengelompokkan ahli yang mengkaji elit politik ke dalam dua
golongan. Pertama ahli yang beranggapan bahwa golongan elite itu adalah
tunggal yang biasa disebut elit politik (Aristoteles, Gaetano Mosca dan
Pareto). Kedua, ahli yang beranggapan bahwa ada sejumlah kaum elit yang
berkoeksistensi, berbagi kekuasaan, tanggungjawab, dan hak-hak atau
imbalan. (ahlinya adalah Saint Simon, Karl Mainheim, dan Raymond
2.5 Ilmu Komunikasi
Menurut William I Gorden, komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan
sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan. Dalam komunikasi
transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah
menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun nonverbalnya. Seperti
yang dikemukakan oleh Burgoon, yang menekankan variable-variabel yang berbeda,
yakni penerima dan makna pesan bagi penerima,hanya saja makna pesan itu juga
berlangsung dua arah.20
Dalam berkomunikasi orang-orang akan meramalkan efek perilaku
komunikasi mereka. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan
bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu
disadari, dan sering berlangsung cepat. Prediksi ini muncul dari proses pemahaman
prilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.21
Pada hakikatnya, komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.22 Bahasa komunikasi dinamakan pesan,
orang yang menyampaikan pesan tersebut disebut komunikator, dan yang menerima
pesan adalah komunikan. Lebih tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian
20 Deddy Mulyana, 2008. Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, halaman 74-76
21 Ibid, halaman 115
pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek,
pertama isi pesan, kedua adalah lambang. Isi pesan merupakan pikiran atau perasaan
,lembaga adalah bahasa.
2.6 Model Komunikasi
Gambar 2.6 Model S-O-R23
Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat
sederhana. Pengembangan model ini yakni teori komunikasi S-O-R
(stimulus-organism-response).
23 Onong Uchjana Effendy, 2007. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, halaman 25
Stimulus Organisme:
Seleksi
Organisasi
Interpretasi
Respon
2.6.1 Tradisi Sosiopsikologis
Kajian individu sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi
sosiopsikologis. Berasal dari kajian psikologi sosial,tradisi ini memiliki tradisi
yang kuat dalam komunikasi. Teori-teori tradisi ini berfokus pada perilaku
sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan
sifat,persepsi,serta kognisi.24 Seperti dalam penelitian ini yakni meneliti
bagaiman persepsi masyarakat tentang kepemimpinan berdasarkan seleksi
calon kepala daerah yang dilakukan oleh parpol borong parpol pada pilkada di
Kota Cilegon. Penelitian ini termasuk tradisi sosiopsikologis yang perfokus
pada persepsi.
Pertanyaan-pertanyaan penting dalam penelitian area ini, termasuk
bagaimana persepsi dipresentasikan secara kognitif serta bagaimana
representasinya diproses melalui mekanisme yang memberikan perhatian,
ingatan, campur tangan, seleksi, motivasi, perencanaan, dan pengorganisasian.
Tradisi dalam sosiopsikologis dibagi kedalam tiga cabang yakni : perilaku,
kognitif, biologis. Dalam teori kognitif, teori ini berpusat pada bentuk
pemikiran, cabang ini berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh,
menyimpan, dan memproses informasi dalam cara yang mengarahkan output
mereka. Dengan kata lain, apa yang anda lakukan dalam situasi komunikasi
bergantung tidak hanya pada bentuk stimulus-response,melainkan pada operasi
mental yang digunakan untuk mengelola informasi.25 Penulis menerapkan teori
S-O-R yakni stimulus-organism-response. Pada tahapan organism atau subjek
akan terjadi proses kognitif yakni berpikir untuk mengolah informasi yang akan
berujung pada respons dan interpretasi dari individu tersebut.
2.6.2 Psikologi Komunikasi
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat
dalam komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi memberikan
karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun
eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada saat pesan
sampai pada diri komunikan, psikologi melihat kedalam proses
penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasional
yang mempengaruhinya.26
George A Miller, mendefinisikan psikologi komunikasi yang
mencakup semuanya yakni psikologi komunikasi adalah ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental
dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah mediasi
25 Onong Uchjana Effendy, 2007. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, halaman 64-65
stimuli sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Peristiwa behavioral
adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.27
2.6.3 Efek Kognitif Komunikasi Massa
Informasi yang diperoleh telah menstruktur atau
mengorganisasikan realitas. Realitas tersebut memiliki makna, bisa
disebut sebagai citra. Citra adalah gambaran tentang realitas. Citra adalah
dunia menurut persepsi kita. Media massa bekerja menyampaikan
informasi. Buat khalayak, informasi itu dapat membentuk,
mempertahankan, atau meredefinisikan citra.
Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan dari alat
indera kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang
benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media
massa datang untuk menyampaikan informasi tentang sosial dan politik.28
2.6.4 Teori Komunikasi S-O-R
Teori komunikasi dapat mengacu pada sebuah teori tunggal atau
dapat digunakan untuk menandakan kearifan kolektif yang ditemukan
dalam seluruh kesatuan teori-teori yang berhubungan dengan
27 Ibid, halaman 9
komunikasi.29 pada penelitian ini, penulis menggunakan teori komunikasi
S-O-R ( stimulus-organism-response ).
Teori S-O-R masuk dalam tradisi sosiopsikologis, kajian individu
sebagai makhluk sosial merupakan tujuan dari tradisi ini. Berasal dari
kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam
komunikasi.30Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikasi. Unsur komunikasi pada teori ini yakni tentang pesan
(stimulus), komunikan (organism), dan efek (response).
Prof. Dr. Mar‟at dalam bukunya sikap manusia, perubahan serta
pengukurannya, mengutip dari pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang
menyatakan bahwa dalam menalaah sikap yang baru ada tiga variabel
penting yaitu : perhatian, pengertian, penerimaan.31
Menurut model S-O-R ini, organisme menghasilkan perilaku
tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Maka unsur-unsur dari teori ini
29 Little John, halaman 21
30 Ibid, halaman 63
adalah pesan (Stimulus, S), Komunikan (Organisme, O), Efek (Response,
R).32
Hovland (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, berarti stimulus
itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi
bila stimulus diterima oleh organisme, berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima) dan
dimengerti, maka stimulus ini akan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak deni stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan, maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku)
Selajutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Peran stimulus adalah untuk menyakinkan organisme untuk memberikan
perhatian lebih. Dalam menyakinkan organisme ini, faktor reinforcement
memegang peranan penting.
2.6.5 Persepsi
Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan
proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.33 Menurut Joseph A Devito:
“persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indra kita” 34
Persepsi digolongkan menjadi dua bagian yakni persepsi terhadap
lingkungan fisik dan persepsi sosial. Peneliti mengkaji persepsi sosial,
fokusnya adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan
kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan.
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafiran (interpretasi)
adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam
proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi
kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.
33 Deddy Mulyana, halaman 179
Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan
pesan yang lain.
Persepsi meliputi pengidraan (sensasi) melalui alat-alat indra (indra
peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, dan indra
pendengar), atensi, dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang
dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman,
dan pengecapan. Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari.
Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken,juga Judi C. Pearson dan Paul
E. Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu :
seleksi, organisasi, dan interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya
mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada
interpretasi.35
Karenanya Sereono dan Bodaken, juga Pearson dan Nelson,
menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu: Seleksi,
organisasi, dan interpretasi.36
1. Seleksi
Seleksi adalah proses pemilihan stimulus tertentu, dari sekian
banyak stimulus yang diterima oleh individu. Ketika
35 Deddy Mulyana, 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, halaman 181
rangsangan bersaing untuk mendapatkan perhatian kita, kita hanya
dapat fokus pada salah satu rangsangan saja. Oleh karena itu kita harus
menolak rangsangan-rangasangan lainnya.37
Seleksi dipengaruhi oleh sensasi dan atensi. Sensasi atau
pengindraan terjadi ketika makna pesan yang dikirimkan ke otak harus
dipelajari. Semua indra dalam tubuh memiliki andil bagi
berlangsungnya komunikasi manusia.
Sementara perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktifitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau
sekumpulan obyek. Perhatian sendiri dibagi menjadi beberapa
macam:38
a. Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya,
timbul secara spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat
individu. Bila individu telah memiliki minat terhadap suatu obyek,
maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan,
secara otomatis perhatian itu akan timbul.
b. Perhatian reflektif, perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena
itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa perhatian reflektif akan timbul bila adanya
faktor pendorong yang aktif.
c. Perhatian statis, perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi
yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu
yang cukup lama.
d. Perhatian dinamis, perhatian yang mudah berubah, mudah berpindah,
mudah bergerak dari objek yang datu ke objek yang lain.
Perhatian sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
dipengaruhi oleh faktor biologis (lapar, haus, dan sebagainya); faktor
fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, lelah, penglihatan atau
pendengaran kurang sempurna, cacat tubuh dan sebagainya); dan
faktor-faktor sosial budaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu,kebiasaan dan
bahkan faktor-faktor psikologis seperti ketertarikan, keinginan, motivasi,
pengharapan dan sebagainya.39
2. Organisasi
Wood menjelaskan bahwa seseorang dapat mengorganisasikan
persepsinya dengan cara mengolah dan memproses pengalaman serta
pengetahuannya dengan menggunakan struktur kognitif atau framework
yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi tentang
lingkungannya.
Menurut David Krench, pengorganisasian pesan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:40
a) Frame of Reference, yaitu kerangka pengetuahan yang dimiliki serta
dipengarui dari pendidikan, bacaan, ataupun penelitian.
b) Frame of Experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah
dialami serta tak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.
3. Interpretasi
Menurut Deddy Mulyana interpretasi adalah inti dari proses
berlangsungnya kegiatan persepsi. Interpretasi merupakan suatu aspek
kogniti dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti
kepada stimulus yang diterimanya. Proses seleksi serta pengorganisasian
pesan menghasilkan pembentukan makna serta pembentukan ekspresi
terhadap stimulus tersebut.41
1. Pembentukan makna muncul dari hubungan khusus antara kata
(sebagai simbol verbal) dan manusia, makna tidak dapat melekat
pada kata-kata namun kata-kata membangkitkan makna dalam
pikiran orang. Jadi,tidak ada hubungan lansung antara suatu objek
dan simbol yang digunakan untuk mempresentasikannya.
2. Pembentukan ekspresi merupakan proses pengungkapan gagasan
atau perasaan dari dalam diri seseorang baik berypa kata-kata,
gambar maupun tindakam.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori
stimuli). (Desiderato, 1976:129). 42
Dalam pembentukan persepsi, terdapat faktor yang mempengaruhi
persepsi, yakni perhatian. Menurut Kenneth E. Anderson, perhatian adalah
proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol
dalam kesabaran pada saat stimulus lainnya melemah. 43
Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatianyang
bersifat eksternal atau penarik perhatian. Stimulus diperhatikan karna
mempunyai sifat yang menonjol antara lain: gerakan, intensitas stimulus,
kebaruan, dan perulangan. Faktor situasional pertama yakni gerakan secara
visual dapat diartikan sebagai sesuatu yang bergerak dan menarik perhatian
manusia. Faktor kedua yakni intensitas stimuli, kita akan memperhatikan
stimulus yang lebih menonjol dari stimulus yang lain.
Faktor berikutnya yang juga mempengaruhi perhatian yakni faktor
internal. Kenneth A. Enderson menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian
selektif. Menurut Kennth, perhatian ini merupakan proses yang aktif dan
dinamis, bukan pasif dan refleksif. Individu cenderung memusatkan
perhatiannya pada stimulus tertentu dan hal tersebut penting, menonjol, atau
melibatkan dirinya.
Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi
karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus itu. Dalam proses
selektifnya, persepsi bersifat selektif secara fungsional menurut Krech dan
Crutchfield. Objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi individu
biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
Setelah faktor fungsional, faktor yang juga menjadi kajian dalam
proses pempentukan persepsi adalah faktor struktural. Merupakan teori
Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu
keseluruhan. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi
arti. Kita mengorganisasikan stimulus dengan melihat konteksnya. Walaupun
konsisten dengan rangkaian stimulus yang akan kita persepsi.stimulus yang
diterima oleh masyarakat memang tidak terlalu mendetail. Dalam hal yang
mendasar, pemilu merupakan sebuah kebutuhan masyarakat dalam politik,
dan bagaimana hal ini akan diinterpretasikan oleh masyarakat dalam persepsi
mereka.
Menurut Rakhmat, persepsi ditentukan oleh beberapa faktor yang
berasal dari stumulus yaitu ;
1. Perhatian
Proses mental stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat
stimuli lainnya melemah. Sedangkan atensi yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal, yakni atribut-atribut objek yang dipersepsikan.
2. Penafsiran
Penafsiran merupakam proses dimana penerima memberi arti terhadap
pesan-pesanyang diterimanya, mengorganisasikan stimula dengan
konteksnya, dan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan
rangkaian stimuli yang dipersepsikan.
3. Pengetahuan
Pengetahuan terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,