7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Ngalimun, 2014:7). Suatu model pembelajaran akan memuat deskripsi lingkungan belajar, pendekatan metode, teknik, dan strategi, manfaat pembelajaran, materi pembelajaran (kurikulum), media, dan desain pembelajaran (Ngalimun, 2014:29)
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin ( Taniredja dkk, 2014:55 ), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif juga merupakan model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung, disamping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar (Amri, 2010:67).
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia (Isjoni, 2010:16-17).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain, perbedaan suku, agama,
kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanaya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok (Taniredja dkk, 2014.60).
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Menurut Nurhadi dan Senduk dalam (Wena, 2014:190) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen-elemen tersebut yaitu :
a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence). b. Interaksi tatap muka (face to face interaction).
c. Akuntabilitas individual (individual accountability).
d. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of collarative/social skill).
Menurut Trianto (2009:66-67) terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif :
Tabel 2.1 langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2.3 Model Pembelajaran Course Review Horay
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Course Review Horay
Pembelajaran Course Review Horay merupakan salah satu pembelajaran kooperatif, yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran ini merupakan suatu pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang di isi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui
pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok kecil (Shoimin, 2014:54)
Model Course Review Horay merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya (Suprijono, 2009:33).
Pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay merupakan suatu pembelajaran pengujian terhadap pemahaman konsep siswa dengan menggunakan lembar jawaban berkotak yang mampu memupuk semangat belajar siswa untuk saling bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompok, hingga pada akhirnya setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal (Darmawati, 2011:42)
2.3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Course Review Horay
Menurut Shoimin (2014:55), langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay, adalah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
c. Memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab.
d. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
e. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan. Kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).
f. Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertical atau horizontal atau diagonal harus berteriak horay atau yel-yel lainnya.
g. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh. h. Penutup.
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Course Review Horay Kegiatan Pembelajaran Model Course Review Horay
Kegiatan awal Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai
Kegiatan Inti a. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
b. Memberikan kesempatan siswa untuk Tanya jawab.
c. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
d. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya di sebutkan guru dan langsung di diskusikan. Kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).
e. Siswa yang sudah mendapat tanda (√) vertical atau horizontal atau diagonal harus berteriak horay atau yel-yel lainnya.
Kegiatan Akhir a. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh. b. Penutup.
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Course Review Horay
Menurut Soimin (2014:55), kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran Course Review Horay adalah :
Kelebihan Model pembelajaran Course Review Horay adalah :
1. Pembelajaran lebih menarik, artinya dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya.
2. Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran Artinya siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan guru.
3. Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.
4. Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan, Artinya kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
5. Adanya komunikasi dua arah, artinya siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik, dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis,
kreatif dan inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan siswa.
Sedangkan kekurangan Model Pembelajaran Course Review Horay, adalah: 1. Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan, artinya guru hanya akan
menilai kelompok yang banyak mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
2. Adanya peluang untuk berlaku curang, artinya guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan per-kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar.
2.4 Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2014:48-49), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, pengubahan perilaku dan hasil perubahan perilaku dapat digambarkan : Tabel 2.3 Potensi Perilaku untuk diubah, Pengubahan perilaku dan Hasil perubahan perilaku.
Input Proses Hasil
Siswa :
1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik
Proses Belajar Mengajar Siswa :
1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik Potensi perilaku yang
dapat diubah
Usaha mengubah perilaku
Perilaku yang telah berubah :
1. Efek Pengajaran 2. Efek Pengiring
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam aspek tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Purwanto, 2014:54).
Menurut Susanto (2013:12), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal :
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang keadaan ekonominya tidak menentu dan tidak pasti, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berprilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan
Dalam penulisan proposal ini, peneliti akan menyampaikan beberapa kajian yang berkaitan dengan judul proposal ini :
2.5.1 Jurnal yang disusun oleh Rosmaini S.,Irda Sayuti dan Rika Mulyani Mahasiswi FKIP universitas Riau Pekanbaru dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran kooperatif CRH (Course Review Horay) Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Xi IPA SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012” yang menegaskan bahwa jenis penelitian tersebut menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini menunjukkan perubahan yang positif yaitu dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA1 SMAN 5 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012.
2.5.2 Jurnal yang disusun oleh Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny mahasiswi FKIP Universitas Riau Pekanbaru dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2011/2012” yang menegaskan bahwa jenis penelitian tersebut menunjukkan perubahan yang positif yaitu dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.5.3 Jurnal yang disusun oleh Indarwati Rohana dan Puji Nugraheni mahasiswi FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Dalam Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa” yang menegaskan bahwa jenis penelitian tersebut menunjukkan perubahan yang positif yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa “.
2.6 Tinjauan Materi
Klasifikasi Makhluk hidup
Keanekaragaman adalah ciri utama kehidupan. Para ahli biologi sudah mengidentifikasi dan memberi nama sekitar 1,5 juta spesies termasuk didalamnya lebih dari 260.000 tumbuhan, 50.000 vertebrata, dan lebih dari 750.000 serangga. Ribuan spesies yang baru ditemukan menambah daftar tersebut setiap tahunnya. Diperkirakan jumlah totalnya adalah 5juta sampai lebih dari 100juta. Keberagaman makhluk hidup perlu dijaga, tapi hal ini kadang-kadang juga sedikit membingungkan. Agar keberagaman tidak sulit dipahami, manusia cenderung menggolongkan spesies yang mirip dalam satu kelompok. Taksonomi adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan penamaan dan klasifikasi spesies, mengelompokkan organisme berdasarkan skema yang lebih formal. Skema tersebut terdiri atas tingkatan klasifikasi yang bermacam-macam. Setiap tingkatan lebih luas cakupannya dibandingkan dengan tingkatan yang di bawahnya ( Nuh, 2013: 65).
Gambar 2.1
1) Tujuan dan manfaat klasifikasi
Klasifikasi bertujuan menyederhanakan objek studi makhluk hidup yang sangat beraneka ragam, sehingga akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Adapun manfaatnya adalah:
a. Untuk penelitian lebih lanjut sehingga makhluk hidup yang telah dikenal melalui klasifikasi dapat dimanfaatkan.
b. Untuk dipelajari agar dapat melestarikan keanekaragaman hayati dimasa mendatang.
c. Untuk mengetahui hubungan antara organisme satu dengan lainnya. 2) Prosedur pengklasifikasian makhluk hidup
Pengelompokan makhluk hidup dilakukan berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang dimiliki berbagai makhluk hidup tersebut. Jika ada beberapa jenis hewan dan tumbuhan yang akan dikelompokkan, maka hewan yang memiliki persamaan ciri, dijadikan satu kelompok. Misalnya domba dan sapi satu kelompok
mamalia karena memiliki persamaan ciri, yakni memiliki rambut pada kulitnya, dan hewan betinanya memiliki kelenjar susu. Suatu kelompok akan terbentuk dari berbagai jenis hewan yang memiliki persamaan ciri tubuh. Hewan yang memiliki ciri berbeda membentuk kelompok lain.
Pada awalnya dalam klasifikasi makhluk hidup dikelompokan menjadi kelompok besar hingga kelompok kecil yang disebut takson. Kategori yang digunakan Linnaeus pada waktu itu adalah :
Gambar 2.2 Urutan takson pada sistem klasifikasi (Saeful, 2009:194).
Kingdom (dunia), filum (untuk hewan) atau divisi (untuk tumbuhan), Class (kelas), ordo (bangsa), famili (suku), genus (marga), dan spesies (jenis). Urutan ini didasarkan atas persamaan ciri yang paling umum kemudian makin ke bawah persamaan ciri makin khusus serta perbedaan ciri makin kecil.
Menurut Muid (2007: 55), pada perkembangan klasifikasi yang lebih maju, seorang ilmuwan bernama whitakker mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi
lima kingdom, yaitu Monera (Prokariota), Protista, Fungi (Jamur), Plantae (tumbuhan), dan Animalia (hewan), klasifikasi ini didasarkan atas empat karakteristik yaitu ada atau tidaknya selaput inti, tubuh tersusun atas satu sel atau beberapa sel, cara memperoleh makanan, dan cara bergerak.
1. Kingdom Monera
Secara umum, organisme yang termasuk ke dalam kingdom Monera mempunyai ciri-ciri yaitu bersel satu, dan inti sel tidak memiliki selaput (prokarion). Ada yang dapat membuat makanan sendiri (autotrof), beberapa diantaranya ada yang dapat bergerak berpindah tempat,. Organisme yang termasuk dalam kelompok ini misalnya bakteri dan alga hijau biru (Spirogyra dan Chlorella)
Gambar 2.3 Bakteri Mycobacterium (Kemendikbud, 2013: 76). 2. Kingdom Protista
Kelompok ini merupakan makhluk hidup sederhana dengan inti sel yang dilindungi selaput. Inti sel yang demikian disebut eukarion. Sebagian Protista bersel tunggal, sebagian bersel banyak, dan hidup di air. Ada yang autotrof, ada pula heterotrof. Ada yang dapat bergerak untuk berpindah tempat, contohnya amoeba, euglena, paramecium, alga merah, dan alga hijau.
A B C Gambar 2.4 Macam-macam Protista (Kemendikbud, 2013 : 81). Keterangan : A. Euglena
B. Paramecium C. Amoeba 3. Kingdom fungi (Jamur)
Ragi tempe merupakan contoh organisme yang tergolong dalam kingdom fungi(jamur), fungi merupakan konsumen dan sekaligus bertindak sebagai pengurai(decomposer). Kelompok fungi meliputi organisme bersel satu maupun bersel banyak. Fungi termasuk organisme eukariot, mempunyai dinding sel, tidak berklorofil, dan bersifat heterotrof. Anggota fungi biasanya bersifat saprofit, artinya memperoleh makanan dengan cara mengabsorbsi(menyerap) sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati.
Gambar 2.5 Jamur Tiram (Wasis, dkk. 2008 : 197). 4. Kingdom Plantae (tumbuhan)
Kingdom Plantae (tumbuhan) tersusun atas banyak sel, eukariot, memiliki klorofil, dan dapat melakukan fotosintesis. Sel-ssel tumbuhan mempunyai
dinding sel yang kaku. Sebagian besar tumbuhan memiliki jaringan yang sudah terorganisasi kedalam organ berupa akar, batang dan daun. Karena akar tertancap pada tempat tumbuhnya, tumbuhan tidak dapat berpindah tempat. Berdasarkan morfologi atau susunan tubuh tumbuhan dapat dibedakan atas dua jenis kelompok besar :
1. Tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta) yang meliputi Lumut (Bryophyta).
2. Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) yang meliputi paku-pakuan (Pterydophyta) dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
Tumbuhan tidak berpembuluh adalah tumbuhan yang tidak memiliki berkas pengangkut dan belum bisa dibedakan antara akar, batang, serta daun; misalnya tumbuhan lumut. Kelompok tumbuhan lumut (Bryophyta) cirinya belum mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Struktur yang menyerupai akar disebut rhizoid, berspora, dan berklorofil.
A B
Gambar 2.6 Contoh Lumut (Saeful, 2009 : 201). Keterangan : A. Polytricum
Gambar 2.7 Lumut dan bagian-bagiannya (Kemendikbud, 2013 : 85). Keterangan :1. Sporogonium 2. Tangkai 3. Daun 4. Batang 5. Rizoid
Tumbuhan berpembuluh adalah tumbuhan yang memiliki berkas pengangkut, dan sudah dapat dibedakan antara akar, batang, serta daun. Tumbuhan berpembuluh disebut dengan tumbuhan berkormus. Tumbuhan berkormus terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok kormofita berspora dan kormofita berbiji. Kormofita berbiji mempunyai bunga dan biji. Kormofita berspora tidak mempunyai bunga misalnya tumbuhan paku (Pteridophyta). Kelompok paku memiliki ciri mempunyai akar, batang, dan daun sejati, tidak berbunga, serta tidak berbiji. Ciri lain dari tumbuhan paku adalah daun muda yang menggulung. Daun tumbuhan paku ada yang menghasilkan spora disebut dengan sporofil dan ada pula daun yang tidak menghasilkan spora disebut dengan tropofil.
Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(1) berbiji terbuka karena bijinya tidak dibungkus oleh daun buah. Alat reproduksi berupa bangun kerucut yang disebut strobilus, ada dua yaitu strobilus jantan dan betina;
(2) batang besar dan berkambium; (3) berakar tunggang dan serabut;
(4) daun selalu hijau, sempit, tebal dan kaku. Contoh tumbuhan berbiji terbuka adalah juniper, cemara, damar, pinus, belinjo, dan pakis haji.
A B
Gambar 2.8 Contoh Gymnospermae (Kemendikbud, 2013 : 87). Keterangan : A. Cemara
B. Pinus
Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) memiliki bakal biji atau biji berada di dalam struktur yang tertutup oleh daun buah (carpels). Daun buah dikelilingi oleh alat khusus yang membentuk struktur pembiakan majemuk yang disebut bunga. Contoh tumbuhan berbiji tertutup adalah mangga, jambu, alpukat, anggur, apel.
A B C Gambar 2.9 Contoh Angiospermae ( Kemendikbud, 2013 :87). Keterangan : A. Mangga
B.Alpukat C. Anggur
Tumbuhan Angiospermae ada dua yaitu tumbuhan berkeping satu (monokotil) yang dapat diamati berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut: memiliki satu keping daun lembaga, berakar serabut, batang tidak bercabang, tidak berkambium, berkas pembuluh pengangkut tersebar, tulang daun sejajar atau melengkung, kelopak bunga pada umumnya kelipatan tiga. Tumbuhan berkeping dua (dikotil) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memiliki dua keping daun lembaga, berakar tunggang, batang bercabang dan berkambium, tulang daunnya menjari atau menyirip, berkas pengangkut tersusun dalam satu lingkaran, kelopak bunga kelipatan empat atau lima.
5. Kingdom Animalia ( Hewan)
Anggota kingdom Animalia bersel banyak, eukariot, tidak berklorofil dan heterotrof. Sel-sel hewan hanya mempunyai selaput sel, tidak dilindungi oleh dinding sel yang kaku. Pada umumnya hewan mempunyai kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagian besar hewan juga
mempunyai jaringan yang terorganisasi dengan baik ke dalam organ dan system organ.
a. Hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata)
Hewan tidak bertulang belakang dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu hewan berpori (Porifera), hewan berongga (Coelenterata), cacing pipih (Platyheminthes), cacing gilig (Nemathelminthes), cacing berbuku-buku (Annelida), hewan lunak (Mollusca), hewan berkulit duri (Echinodermata) dan hewan dengan kaki beruas-ruas (Arthropoda). Porifera adalah hewan yang mempunyai pori-pori. Hewan ini tubuhnya seperti spons. Habitatnya di perairan, warna tubuhnya bermacam-macam merah, kuning dan hijau. Contoh hewan Porifera: Spongilla, Euspongia, Poterion, Scypha.
Gambar 2.10 Contoh Porifera (Kemendikbud, 2013: 89). Keterangan : A. Euspongia
B. Poterion C. Scypa
Coelenterata adalah hewan yang berongga, mempunyai tentakel untuk menangkap mangsa. Pada permukaan tentakel terdapat sel beracun yang menyengat. Tubuhnya ada yang berbentuk polip dan menempel pada tempat hidupnya, dan ada yang berbentuk medusa yang bergerak aktif melayang-layang di air seperti payung.
Ubur-ubur, bunga karang, Obelia, Hydra, Anemon adalah contoh hewan Coelenterata.
Gambar 2.11 Contoh Coelenterata ( Saeful, 2009: 210). Keterangan : A. Anemon Laut
B. Ubur-ubur
Cacing (vermes) adalah hewan bertubuh lunak, tak bercangkang dan tubuhnya simetris bilateral. Berdasarkan bentuk tubuhnya, cacing dibagi menjadi 3 kelompok yaitu cacing pipih (Platyheminthes) contoh cacing hati, cacing pita; cacing gilig (Nemathelminthes) tubuhnya bulat panjang dan tidak bersegmen, contoh: cacing perut, cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang (Annelida) tubuhnya beruas-ruas seperti cincin, contoh cacing tanah, lintah, dan pacet.
A B C
Gambar 2.12 Contoh Vermes ( Kemendikbud, 2013: 90). Keterangan : A. Lintah
B. Pacet
Mollusca adalah hewan bertubuh lunak, banyak lendirnya dan terbungkus oleh mantel. Jenis Mollusca ada yang memiliki cangkang berfungsi untuk melindungi tubuh. Habitatnya di darat dan air. Contoh hewan Mollusca adalah cumi-cumi, gurita, siput, kerang, tiram, dan remis.
A B C
Gambar 2. 13 Contoh Mollusca ( Kemendikbud, 2013: 91). Keterangan : A. Kerang dara
B. Siput C. Gurita
Echinodermata adalah hewan yang tubuhnya diselimuti duri, ada lempengan zat kapur/zat kitin yang keras. Tubuh simetri radial dengan lima lengan. Pada tubuhnya terdapat sistem ambulakral untuk alat gerak, bernapas, dan menangkap mangsa. Ada 5 kelas yaitu Asteroidea (contoh bintang laut), Echinoidea (contoh landak laut, bulu babi), Ophiuroidea (contoh bintang ular), Crinoidea (contoh lilia laut), dan Holothuroidea (contoh tripang laut).
A B C
Keterangan : A. Bulu Babi B. Lilia Laut C. Bintang Laut
Arthropoda adalah hewan berbuku-buku, tubuhnya dibedakan atas kepala, dada dan perut, tubuh terbungkus zat kitin yang keras, memiliki alat indra yang peka terhadap sentuhan dan bau-bauan, memiliki mata faset yaitu mata majemuk terdiri atas beribu-ribu mata kecil berbentuk segi enam. Arthropoda dikelompokkan dalam 4 kelas yaitu Insecta (serangga) contohnya belalang, lebah, kumbang; Crustacea (udang-udangan) contohnya udang, kepiting, rajungan; Arachnoidea (laba-laba) contohnya: laba-laba, kalajengking, kutu, caplak; Myriapoda (lipan) contohnya; kelabang, kaki seribu.
A B C
Gambar 2.15 Contoh Arthropoda ( Kemendikbud, 2013: 92). Keterangan : A. Kepiting
B. Kalajengking C. Kelabang
b. Hewan bertulang belakang ( Vertebrata )
Pada umumnya semua hewan peliharaan termasuk kelompok vertebrata, memiliki sumbu tubuh berupa ruas-ruas tulang belakang yang terentang mulai dari ruas tulang leher, sampai tulang ekor, dan memiliki rangka di dalam tubuhnya. Hewan-hewan ini umumnya memilki ukuran tubuh yang besar sehingga mudah untuk diamati.
1. Ikan (Pisces)
Ikan merupakan anggota vertebrata yang hidup di air, tubuhnya dilindungi oleh sisik, dilengkapi alat gerak, berupa sirip dan ekor. Untuk mendapatkan oksigen dari lingkungannya, ikan memiliki alat pernapasan berupa insang. Ikan digolongkan hewan berdarah dingin (poikilotermik), artinya suhu tubuh ikan berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya. Ikan berkembang biak dengan bertelur. Contohnya, ikan pari, ikan hiu, ikan lele, ikan mas, ikan lamprey, ikan louhan.
Gambar 2.16 Contoh Pisces (Saeful, 2009 : 213). Keterangan : (a) Lamprey
(b) Hiu (c) Pari (d) Louhan
2. Amfibi (Amphibia)
Amfibi merupakan vertebrata yang dapat hidup di dua tempat, yaitu di air dan di darat. Salah satu contohnya adalah katak, dalam pertumbuhannya katak mengalami perubahan bentuk (metamorfosis). Katak pada masa embrio sampai berudu hidup di air. Setelah dewasa, waktunya dihabiskan di darat untuk mencari makan. Pada waktu bertelur amfibi kembali ke air, kulit tubuh amfibi selalu lembap. Hal tersebut merupakan adaptasi amfibi dari lingkungan air ke lingkungan darat. Contohnya, katak, kodok, salamander, dan caecilian (amfibi tidak berkaki).
Gambar 2.17 Contoh Amfibi (Saeful, 2009: 214). Keterangan : A. Katak
B. Salamander 3. Reptil ( Reptilia )
Reptil merupakan kelompok vertebrata yang melata, tubuh reptil dilindungi sisik-sisik yang tebal tersusun dari zat tanduk. Dilihat dari penutup tubuhnya, reptil sangat cocok hidup di daerah kering. Sisik yang tebal menjaga agar cairan tubuh tidak menguap secara berlebihan. Reptil berkembang biak dengan cara bertelur, ada juga yang bertelur dan beranak. Contohnya, cecak, kadal, ular, buaya, dan penyu.
Gambar 2.18 Contoh Reptil (Saeful, 2009: 214). Keterangan : A. Ular
B. Kura-kura 4. Burung (Aves)
Burung merupakan satu-satunya vertebrata yang memiliki sayap, meskipun ada juga yang tidak dapat terbang. Burung merupakan hewan berdarah panas (homoiotermik), artinya suhu tubuh relative tetap tidak berpengaruh oleh perubahan suhu lingkungan. Burung bernapas menggunakan paru-paru. Paru-paru burung diperluas dengan pundi-pundi hawa untuk menyimpan udara. Tubuh burung dilindungi oleh bulu. Contohnya, ayam, itik, burung beo, kakatua, dan perkutut.
Gambar 2.19 Contoh Aves (Saeful, 2009: 215). Keterangan : A. Burung Parkit
B. Elang C. Pinguin 5. Mamalia (Mammalia)
Kelas mamalia adalah kelompok vertebrata yang memiliki kelenjar susu dan menyusui anak-anaknya. Semua mamalia bernapas menggunakan paru-paru, tubuhnya ditutupi rambut, dan seperti burung, mamalia termasuk hewan homoiotermik. Contoh mamalia yang hidup di air, paus, lumba-lumba, dan duyung. Mamalia lainnya seperti, kucing, anjing, kelinci, kuda, sapi, platypus, kanguru, orangutan dll.
Gambar 2.20 Contoh Mamalia (Saeful, 2009: 216). Keterangan : a. Platypus
b. Kanguru c. Orangutan
2.7 Kerangka Berpikir
Gambar 2.21 Skema Proses Pembelajaran Keterangan:
Peningkatan Hasil Belajar
Siswa
Evaluasi Tes
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Menerapkan sesuai silabus dan kegiatan yang sering dilakukan
guru Menerapkan Model
Pembelajaran CRH
Tes Evaluasi
Aspek Kognitif Aspek Kognitif
Hasil Belajar Hasil
Belajar
Aspek Afektif Aspek Afektif
Aspek Psikomotor Aspek Psikomotor Dibandingkan Analisis Data Kesimpulan