1
EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN
RUMAH SUSUN DI SURABAYA
(STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)
Diah Kusumaningrum1 dan IDAA Warmadewanthi2 1
Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email:diny_mybaby@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, email:D9406801@mail.ntust.edu.tw
A B S T R A K
Rusunawa Urip Sumoharjo merupakan rusun pertama di Kota Surabaya, berada di pusat kota, di tepi jalan provinsi, dikelilingi permukiman padat, daerah komersial, dan mempunyai lahan terbatas ± 3.064 m2. Saat ini kepadatan penghuninya mencapai ± 2.017 jiwa/ha. Permasalahan utamanya adalah terjadi pencemaran air minum rusunawa dan air sumur warga yang terdekat karena sistem pengolahan air limbah kurang optimal, serta banyak sampah yang masuk ke saluran lingkungan dan belum dilakukannya 3R. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan dan merekomendasikan sistem pengelolaan yang ideal sesuai standar yang berlaku.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan, wawancara dengan pengelola dan perhimpunan penghuni, dan penyebaran kuisioner kepada 153 responden. Pengambilan sampel air limbah, air minum, dan air sumur untuk diuji di laboratorium dilakukan untuk mengetahui konsentrasi pencemaran yang terjadi dan dipakai sebagai dasar untuk merencanakan sistem pengelolaan air limbah yang lebih optimal. Pengukuran timbulan, komposisi dan recovery factor sampah dilakukan untuk mengetahui potensi reduksi sampah rusunawa dan merencanakan sistem pengelolaan sampah yang lebih optimal. Data sekunder yang dipakai, antara lain dokumen as built drawing rusunawa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan, antara lain letak tangki septik tidak memenuhi syarat, grey water dibuang tanpa pengolahan, dan pewadahan sampah kurang memadai. Analisis aspek teknik bidang air limbah menunjukkan bahwa efluen grey water tidak memenuhi baku mutu. Bangunan pengolahan diusulkan berupa ABR sebanyak 1 buah. Kapasitasnya sebesar 36,53 m3. Analisis aspek teknik bidang persampahan menunjukkan bahwa potensi reduksi sampah sebesar 84,55%, sehingga dapat dilakukan efisiensi frekuensi pembuangan sampah dari setiap hari menjadi 4 kali dalam seminggu. Selain itu, perlu disediakan bak sampah komunal berkapasitas 250 liter untuk sampah basah sebanyak 1 buah, untuk sampah kering sebanyak 2 buah, dan komposter komunal pada lahan seluas 24,70 m2.
Kata kunci : evaluasi, pengelolaan prasarana lingkungan, rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
1. PENDAHULUAN
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya memenuhi kebutuhan rumah yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah, salah satunya dengan pembangunan rusun. Hal ini terkait dengan semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, sedangkan rusun hanya membutuhkan lebih sedikit lahan. Rusunawa Urip Sumoharjo merupakan rusun yang pertama dibangun di Kota Surabaya, berada di pusat kota, dan lokasinya sangat strategis karena berada di tepi jalan provinsi, dikelilingi pertokoan dan perkantoran. Namun, memiliki lahan terbatas dan berada sangat dekat dengan permukiman sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian Mahmudah (2007), dan mengacu pada pasal 14 PP RI Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Misi ke-5 RPJMD Kota Surabaya Tahun 2006 – 2010, yaitu untuk mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih, sehat, hijau dan nyaman, maka evaluasi pengelolaan prasarana lingkungan rusunawa mengambil fokus pada bidang air limbah dan persampahan. Permasalahan utamanya adalah terjadi pencemaran air minum rusunawa dan air sumur warga yang terdekat karena sistem pengolahan air limbah kurang optimal, serta banyak sampah yang masuk ke saluran lingkungan dan belum dilakukannya 3R. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan rusun di lahan terbatas dan merekomendasikan sistem pengelolaan yang ideal agar fungsi prasarana lingkungan rusun lebih optimal sesuai standar yang berlaku.
2
2. METODOLOGI PENELITIANProses penelitian dilakukan sesuai dengan sistematika yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Penelitian a. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data bidang air limbah dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alir Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Bidang Air Limbah PENGOLAHAN DATA
KAJIAN PUSTAKA
PENGUMPULAN DATA (KEGIATAN SURVEI LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
PERUMUSAN MASALAH TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
RUANG LINGKUP PENELITIAN
KESIMPULAN DAN SARAN (REKOMENDASI) ANALISIS SWOT
ANALISIS&PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Primer - Sekunder Pengolahan & Analisis Rekomendasi
Cek kapasitas dan perhitungan kebutuhan prasarana penyaluran dan pengolahan Kuantitas Kualitas Pengambilan sampel air limbah (grey water) dari pipa penyaluran air limbah di tiap-tiap blok, dan yang masuk ke Sal. Kalimir, , masing-masing sebanyak 1 liter. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali. Pengambilan data pemakaian air rata-rata per orang per hari
yang dilihat dari pencatatan rekening pembayaran air bulanan selama 3 bulan, untuk menghitung debit air limbah yang dihasilkan oleh ± 618 jiwa
Kualitas dan Kapasitas Tidak MemadaiÆ dilakukan pengolahan
lanjutan untuk pemanfaatannya dengan
teknologi yang ramah lingkungan dan hemat
biaya; dilakukan pemeliharaan berkala
sesuai SOP
Kualitas dan Kapasitas MemadaiÆtetap dilakukan pengolahan
lanjutan untuk pemanfaatannya dengan
teknologi ramah lingkungan dan hemat
biaya; dilakukan pemeliharaan berkala
sesuai SOP
Pengumpulan Data Primer - Sekunder Pengolahan & Analisis Rekomendasi
Cek kapasitas dan perhitungan kebutuhan prasarana penyaluran dan pengolahan Kuantitas Kualitas Pengambilan sampel air limbah (grey water) dari pipa penyaluran air limbah di tiap-tiap blok, dan yang masuk ke Sal. Kalimir, , masing-masing sebanyak 1 liter. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali. Pengambilan data pemakaian air rata-rata per orang per hari
yang dilihat dari pencatatan rekening pembayaran air bulanan selama 3 bulan, untuk menghitung debit air limbah yang dihasilkan oleh ± 618 jiwa
Kualitas dan Kapasitas Tidak MemadaiÆ dilakukan pengolahan
lanjutan untuk pemanfaatannya dengan
teknologi yang ramah lingkungan dan hemat
biaya; dilakukan pemeliharaan berkala
sesuai SOP
Kualitas dan Kapasitas MemadaiÆtetap dilakukan pengolahan
lanjutan untuk pemanfaatannya dengan
teknologi ramah lingkungan dan hemat
biaya; dilakukan pemeliharaan berkala
3
Sedangkan proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data bidang persampahan dilakukan sesuai bagan alir pada Gambar 3.
Gambar 3. Bagan Alir Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Bidang Persampahan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN BIDANG AIR LIMBAH
a. Kelengkapan dan Kondisi Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah
Tabel 1 menyajikan matriks hasil analisis kelengkapan prasarana lingkungan bidang air limbah. Tabel 1 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah
NO. ACUAN STANDAR EKSISTING
1. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
Jarak tangki septik ke sumber air bersih ≥ 10 m, ke bangunan 1,5 m.
Ada bidang resapan dan jaringan pemipaan air limbah.
Jarak tangki septik ke tandon air bawah 0 m (berhimpit), ke sumur warga ± 10 m.
Bidang resapan tidak diketahui.
Ada jaringan pemipaan air limbah.
Saluran grey water dilengkapi pipa udara dan bak kontrol dan dihubungkan ke saluran pembuangan air limbah lingkungan.
Saluran pemipaan grey water dilengkapi dengan pipa udara.
Pembuangan grey water tidak dilengkapi bak kontrol, langsung dibuang ke saluran lingkungan.
Saluran pembuangan air limbah tertutup harus dipergunakan untuk semua jenis saluran pembuangan air limbah yang berada di dalam atau pada bangunan rumah susun.
Pembuangan black water berupa saluran tertutup sampai ke tangki septik.
Pembuangan grey water berupa saluran tertutup sebelum masuk ke drainase rusun (saluran terbuka). 2. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 25
Sal. air limbah ditempatkan pada ruangan atau jalur khusus, harus dilengkapi dengan saringan sampah.
Ada ruangan khusus untuk pipa air limbah.
Tidak diketahui adanya saringan sampah.
Perhitungan timbulan dan komposisi
sampah; Cek kapasitas dan
perhitungan kebutuhan prasarana
sampah; Potensi reduksi Pengambilan sampel dilakukan
dengan membagi 2 kantong plastik kepada 120 KK; Pengambilan sampel dilakukan selama 7 hari berturut-turut sesuai standar SNI 19-3864-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
Timbulan dan Komposisi Sampah
Sampah yang terkumpul ditimbang (=berat total), berat tiap jenis sampah ditimbang dan dipersentase terhadap berat total
Pengumpulan Data Primer - Sekunder Pengolahan & Analisis Rekomendasi
Kapasitas Memadai Ædilakukan pengelolaan
dan pemeliharaan secara berkala sesuai SOP; Model pengelolaan
sampah yang berbasis masyarakat
Kapasitas kurang memadaiÆdilakukan penambahan prasarana
sampah (bak sampah, dll) dan pemeliharaan
sesuai SOP; Model pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat Perhitungan timbulan dan komposisi sampah; Cek kapasitas dan
perhitungan kebutuhan prasarana
sampah; Potensi reduksi Pengambilan sampel dilakukan
dengan membagi 2 kantong plastik kepada 120 KK; Pengambilan sampel dilakukan selama 7 hari berturut-turut sesuai standar SNI 19-3864-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
Timbulan dan Komposisi Sampah
Sampah yang terkumpul ditimbang (=berat total), berat tiap jenis sampah ditimbang dan dipersentase terhadap berat total
Pengumpulan Data Primer - Sekunder Pengolahan & Analisis Rekomendasi
Kapasitas Memadai Ædilakukan pengelolaan
dan pemeliharaan secara berkala sesuai SOP; Model pengelolaan
sampah yang berbasis masyarakat
Kapasitas kurang memadaiÆdilakukan penambahan prasarana
sampah (bak sampah, dll) dan pemeliharaan
sesuai SOP; Model pengelolaan sampah
yang berbasis masyarakat
4
Lanjutan Tabel 1 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah
NO. ACUAN STANDAR EKSISTING
Sal. air limbah lantai terbawah harus tersendiri ke arah sal. air limbah lingkungan/tangki septik.
Pembuangan air limbah lantai terbawah menyatu dengan lantai atas, tidak dibuat tersendiri. 2. Permen PU Nomor
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 25
Sal. air limbah mendatar harus mempunyai kemiringan cukup, dilengkapi lubang pemeriksa pada tiap perubahan arah dan sal. yang lurus sekurang-kurangnya tiap 50 m.
Kemiringan pipa air limbah lantai atas cenderung datar
Sal. drainase sebagai sal. air limbah tidak dilengkapi bak kontrol.
Sumber : Hasil Analisis (2010)
Tabel 2 Analisis Kondisi Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah
No. Elemen yang Ditinjau
Kondisi Eksisting Permasalahan Alternatif Penanganan
1. Jaringan pemipaan air limbah - 58% responden mengatakan kondisi pipa penyaluran baik, 69% mengatakan pembuangan grey water berjalan lancar dan 83% mengatakan pembuangan black water berjalan lancar.
- 46% responden merasakan timbul bau dari
pembuangan grey water, dan 37% merasakannya dari pembuangan black water. Berdasarkan pengamatan, sumber bau berasal dari saluran.
- Pemeliharaan rutin terhadap jaringan pemipaan, berupa kontrol kebocoran, penggelontoran sedimen. 2. Tangki septik
- Kondisi tangki septik tidak dapat diamati secara langsung karena berada di bawah lantai dasar unit hunian, namun menurut 66% responden kondisinya baik.
- Hasil wawancara dengan badan pengelola, ketua RW, dan 5 orang penghuni (5,4% responden), pada pertengahan tahun 2009 (antara Bulan Maret – April) terjadi retakan pada tangki septik di Blok A. Hal ini menyebabkan black water merembes ke tandon air bawah dan mencemari sumber air bersih/minum rusun.
- Dilakukan uji laboratorium terhadap kualitas air bersih/minum di rusun, pengecekan kapasitas tangki septik eksisting, dan pemeliharaan rutin.
3. Saluran - Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum kondisi saluran baik. Namun pada beberapa lokasi terdapat genangan, sampah, dan sedimen yang cukup tebal.
-
-
Timbul bau pada saluran pembuangan grey water karena adanya genangan, sampah dan sedimen, sesuai dengan pendapat 46% responden. Grey water dibuang ke saluran lingkungan/kota (Saluran Kalimir) tanpa pengolahan, sedangkan kondisi Saluran Kalimir sudah sangat
memprihatinkan dan arah aliran menuju ke
perumahan padat di sekitar rusun. - - Pemeliharaan rutin terhadap saluran, berupa pembersihan saluran dari sedimen dan sampah. Dilakukan uji laboratorium terhadap efluen grey water yang masuk ke saluran lingkungan untuk mengetahui apakah sudah memenuhi baku mutu air limbah domestik. Sumber : Hasil Analisis (2010)
5
b. Pengecekan Kualitas Air Bersih/Minum dan Efluen Air Limbah
Kualitas air minum rusun berfluktuasi, namun secara umum masih memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Sementara efluen grey water rusun yang dibuang ke saluran lingkungan/kota secara umum tidak memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap grey water yang dibuang dari rusun agar aman untuk dibuang ke saluran lingkungan/kota.
Tabel 3 Rata-rata Hasil Uji Laboratorium Sampel Efluen Grey Water Rusunawa Urip Sumoharjo
No. Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa Keterangan Derajat Kekuatan 1. 2. 3. 4. 5. pH TSS BOD
Minyak & Lemak Deterjen - mg/L mg/L O2 mg/L mg/L LAS 6-9 100 100 10 - 6,65 188 123 122 11,92 Memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi - Sedang Sedang Sedang - Sumber : Laboratorium Kualitas Lingkungan ITS Surabaya (2009-2010)
c. Pengecekan Kapasitas Tangki Septik
Secara umum kapasitas tangki septik masih memenuhi untuk mengolah black water yang dihasilkan oleh penghuni rusun, dan disarankan untuk tidak memanfaatkan ruang lumpur pada tangki septik yang berhimpitan dengan tandon air bawah, serta melakukan pemeliharaan rutin.
d. Estimasi Dimensi Bangunan Pengolahan Grey Water
Estimasi dimensi bangunan pengolahan grey water disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Sistem pengolahan grey water yang disarankan adalah sesuai Gambar 5 (Alternatif 2).
Gambar 4 Estimasi Dimensi Bangunan Pengolahan Grey Water (Alternatif 1) (Hasil Analisis, 2010)
25 m
ALT. 1 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH TIDAK DIMANFAATKAN berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampahDebit =73,06 m3/hari Debit =73,06 m3/hari
25 m
ALT. 1 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH TIDAK DIMANFAATKAN berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampah6
Komposisi Sampah di Rumah Susun
75,68 0,18 1,41 0,44 5,21 0,67 15,25 0,36 0,80
Sisa makanan dan daun-daunan Kertas Kayu Kain/tekstil Karet/Kulit Plastik Logam Gelas/Kaca Lain-lain
Gambar 5 Estimasi Dimensi Bangunan Pengolahan Grey Water (Alternatif 2) (Hasil Analisis, 2010)
BIDANG PERSAMPAHAN
a. Timbulan dan Komposisi Sampah
Rata-rata berat timbulan sampah rumah susun adalah 0,21 kg/orang.hari. Densitas sampah rata-rata sebesar 165,95 kg/m3. Hasil ini masih memenuhi kriteria NSPM Kimpraswil (2003), dimana densitas sampah di sumber adalah sebesar 150 – 200 kg/m3. Berdasarkan berat dan densitas sampah dapat diketahui bahwa rata-rata volume timbulan sampah rumah susun adalah 1,29 liter/orang.hari. Berdasarkan hasil pengukuran, komposisi sampah rumah susun dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Komposisi Sampah Rumah Susun (Hasil Analisis, 2010) ALT. 2 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH DIMANFAATKAN
Debit =73,06 m3/hari Debit =73,06 m3/hari Debit =146,12 m3/hari berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampah
ALT. 2 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH DIMANFAATKAN Debit =73,06 m3/hari Debit =73,06 m3/hari Debit =146,12 m3/hari berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampah
7
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa komposisi sampah rumah susun, terdiri dari 75,68% sisa makanan dan daun-daunan, 5,21% kertas, 0,36% kayu, 0,67% kain/tekstil, 0,44% karet/kulit, 15,25% plastik, 0,80% logam, 1,41% gelas/kaca, dan 0,18% lain-lain.
b. Potensi Reduksi
Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata recovery factor sampah rumah susun adalah 87,56% untuk sampah sisa makanan dan daun-daunan, 71,70% untuk sampah kertas, 85,71% untuk sampah kain/tekstil, 74,29% untuk sampah plastik, 100,00% untuk sampah karet/kulit, logam dan gelas/kaca, dan 0,00% untuk sampah kayu dan lain-lain. Analisis kesetimbangan massa berdasarkan rata-rata perhitungan recovery factor sampah rumah susun dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Analisis Kesetimbangan Massa Sampah Rumah Susun (Hasil Analisis, 2010)
Berdasarkan analisis kesetimbangan massa dapat diketahui bahwa potensi reduksi, reuse, dan recycling (3R) sampah rumah susun adalah 109,73 kg/hari dari total sampah 129,78 kg/hari atau sebesar 84,55%.
c. Kelengkapan dan Kondisi Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan
Tabel 4 menyajikan matriks hasil analisis kelengkapan prasarana lingkungan bidang persampahan. Tabel 4 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan
NO. ACUAN STANDAR EKSISTING
− Pewadahan sampah dapat terdiri dari pewadahan sampah di tiap satuan rusun dan/atau saluran sampah.
− Rusun tidak memiliki saluran sampah.
− Hanya 72% unit hunian memiliki tempat sampah.
− Pewadahan sampah di tiap satuan rusun dapat dibuat dari bahan permanen atau semi permanen.
− Jenis tempat sampah di unit hunian rusun bersifat semi permanen berupa keranjang plastik (60%), dll. 1. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 26
− Sampah yang dibuang ke TPS harus dibungkus dengan alat pembungkus yang kedap bau dan air.
− Penghuni membungkus sampah dengan kantong plastik/kresek sebelum dibuang ke dalam gerobak sampah (70%).
INFLOW
Timbulan Sampah Rusun
(100%)
Recovery Factor (Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali) :
Sisa Makanan dan daun-daunan = 66,26% Kertas, Kayu, Kain/Tekstil, Karet/Kulit, Plastik, Logam, Gelas/Kaca, dll = 18,29%
Total yang dapat direcovery = 84,55%
OUTFLOW OUTFLOW Produk : * Kompos = 66,26% * Dimanfaatkan kembali/ Daur ulang/Dijual = 18,29% Total produk = 84,55%
Residu (Sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali) :
Sisa Makanan dan daun-daunan = 9,42% Kertas, Kayu, Kain/Tekstil, Karet/Kulit, Plastik, Logam, Gelas/Kaca, dll = 6,03%
8
Lanjutan Tabel 4 Analisis Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan
NO. ACUAN STANDAR EKSISTING
− Sal. sampah dipakai bahan kedap bau dan air, tahan karat. Ukuran sisi/diameter penampang terkecil sekurang-kurangnya 50 cm.
− Rumah susun tidak memiliki saluran sampah, sesuai dengan pendapat 79% responden. 1. Permen PU Nomor
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah
Susun, pasal 26 − Sistem pembuangan sampah pada satuan rusun dan bangunan rusun harus terkoordinasikan dengan sistem jaringan pembuangan sampah pada lingkungan yang tersedia.
− Berdasarkan pengamatan
lapangan, pembuangan sampah dilakukan oleh petugas sampah setiap hari ke TPS di Jalan Pandegiling atau Jalan Kedondong yang jaraknya ± 1 km dari rusun. Waktu pembuangan sampah ± 7-9 jam/hari.
− Bak sampah dibuat dari bahan kedap bau dan air, dan tidak mudah berkarat.
− Bak sampah penghuni rusun rata-rata berupa keranjang plastik (60%).
− Dilengkapi gerobak sampah dari bahan yang tidak mudah berkarat dan mudah dipelihara.
− Rusun memiliki 1 buah gerobak sampah ukuran ± 1,5 m3, terbuat dari kayu dan tidak bertutup. Kondisinya baik menurut pendapat 46,74% responden
− Dilengkapi TPS dan diletakkan terpisah dari rusun, serta dapat dijangkau oleh truk sampah.
− Rusun memiliki TPS, jaraknya ± 8,5 m dari unit hunian yang terdekat, cukup mudah dijangkau oleh truk sampah. Luas TPS ± 35,48 m2. Namun, TPS ini sudah tidak dimanfaatkan lagi. 2. Permen PU Nomor
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 60
− Dilengkapi truk sampah yang dapat menjangkau sekurang-kurangnya ke TPS dan dapat mengangkut sampah dari TPS ke TPA.
− Rumah susun tidak dilengkapi dengan truk sampah.
− Sarana pelengkap persampahan di tingkat RW dengan jumlah jiwa maks. 2.500 orang adalah gerobak sampah 2 m3 dan bak sampah kecil 6 m3 yang dapat berfungsi sebagai TPS; Jarak bebas TPS dengan lingkungan hunian adalah min. 30 m; Gerobak sampah mengangkut sampah 3x seminggu.
− Ada gerobak sampah ukuran ± 1,5 m3.
−Tidak ada bak sampah komunal.
− Ada TPS, jarak ± 8,5 m dari unit hunian terdekat, sudah tidak dimanfaatkan lagi.
− Gerobak sampah mengangkut sampah rusun ke TPS lingkungan setiap hari.
3. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
− Sarana pelengkap persampahan di tiap rumah dengan jumlah jiwa rata-rata 5 orang adalah tong sampah pribadi.
− Berdasarkan data kuisioner, hanya 72% unit hunian rumah susun yang memiliki bak sampah pribadi.
Sumber : Hasil Analisis, 2010
d. Analisis Kebutuhan Prasarana Persampahan
Berdasarkan hasil analisis kelengkapan prasarana bidang persampahan, timbulan sampah rusun, komposisi sampah rusun, potensi reduksi sampah rusun, maka alternatif penanganan pengelolaan sampah rusun seperti disajikan pada Tabel 5.
9
Tabel 5 Pemilihan Alternatif Penanganan Pengelolaan Sampah Rumah Susun
Alternatif Penanganan No. Pengelolaan
Sampah Kondisi Eksisting Kondisi Rencana
Keterangan 1. Pewadahan Individu : Sampah basah : 15 ltr, 1 buah Sampah kering : 20 ltr, 1 buah Komunal : Sampah basah : 200 ltr, 2 buah Sampah kering : 250 ltr, 2 buah Individu :
Sampah basah : 5 ltr, 1 buah Sampah kering : 5 ltr, 1 buah Komunal : Sampah basah : 250 ltr, 1 buah Sampah kering : 250 ltr, 2 buah
2. Pengumpulan Pola Komunal Tidak Langsung
Pola Komunal Langsung 3. Alat
Pengumpul
Gerobak Sampah Bak Sampah Komunal 4. Frekuensi
Pembuangan
Sampah basah : 2 hari sekali
Sampah kering : 1 minggu sekali
Sampah basah : 2 hari sekali Sampah kering : 1 minggu sekali
Sesuai amanah UU No. 18/2008 pasal 19, pasal 20 ayat 1, dan pasal 22 ayat 1, serta Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 273 Tahun 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengumpulan Sampah secara Terpisah antara Sampah Basah dan Sampah Kering dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya pasal 3, maka dipilih
alternatif
penanganan sesuai kondisi rencana
Sumber : Hasil Analisis (2010) s
REKOMENDASI SISTEM PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN
Berdasarkan hasil analisis, maka sistem pengelolaan prasarana lingkungan bidang air limbah dan persampahan Rusunawa Urip Sumoharjo yang lebih optimal, sesuai dengan standar yang berlaku dan ketersediaan lahannya, direkomendasikan seperti pada Tabel 6 dan Gambar 8.
Tabel 6 Rekomendasi Perbaikan/Peningkatan Sistem Pengelolaan Prasarana Lingkungan Rusunawa Urip Sumoharjo
No. Elemen yang Ditinjau Rekomendasi
1. Hasil analisis bidang air limbah dan persampahan
-
- -
-
Membangun unit pengolahan air limbah, terdiri dari :
Bak penampung berdimensi 2,7x2,3x1,5 m3, sebanyak 2 buah; ABR berdimensi 9,2x2x2 m3 sebanyak 1 buah; dan
Reservoir berdimensi 8,7x3,5x2 m3 sebanyak 1 buah.
Tidak memanfaatkan ruang lumpur dari tangki septik yang berhimpit dengan tandon air dan pemeliharaan rutin.
Memfasilitasi 3R, terdiri dari :
Bak sampah komunal berkapasitas 250 liter untuk sampah basah sebanyak 1 buah dan sampah kering sebanyak 2 buah;
Komposter komunal pada lahan seluas 24,7 m2;
Ruang penampung sampah kering yang akan dimanfaatkan seluas 35,48 m2;
Lokasi pemilahan sampah pada lahan seluas 250 m2; dan Lokasi budidaya tanaman pangan pada lahan seluas 18 m2. Melakukan pemeliharaan rutin.
10
REKOMENDASI PERBAIKAN SISTEM PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN BIDANG AIR LIMBAH DAN PERSAMPAHAN RUSUNAWA URIP SUMOHARJO
PROGRAM PASCASARJANA
TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2010
Judul Tesis :
EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS :
RUSUNAWA URIP SUMOHARJO) DIAH KUSUMANINGRUM
3308 202 011
Sumber : Hasil Analisis (2010) Gambar 8 Rekomendasi Perbaikan Sistem Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan Rusunawa Urip Sumoharjo (Hasil Analisis, 2010)
11
Sementara itu, dengan memperhatikan kasus/permasalahan yang terjadi dan hasil analisis sistem pengelolaan prasarana lingkungan bidang air limbah dan persampahan pada Rusunawa Urip Sumoharjo, maka dapat disusun tipikal kebutuhan lahan untuk sistem pengelolaan prasarana lingkungan rusun dengan luas lahan yang sama seperti disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Tipikal Kebutuhan Lahan untuk Peningkatan Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan Rumah Susun
No. Elemen yang Ditinjau Satuan
Kondisi Eksisting di Rusunawa Urip Sumoharjo Kondisi menurut Standar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Luas lahan
Luas hunian minimum
Kebutuhan udara segar minimum orang dewasa per jam
Kebutuhan udara segar minimum anak-anak per jam
Jumlah penghuni dalam 1 unit hunian Pemakaian air
Jumlah unit hunian Jumlah total penghuni
Debit air limbah total (70% dari pemakaian air)
Debit grey water (74% dari debit air limbah total)
Faktor Puncak
Faktor Infiltrasi Puncak untuk saluran lama Debit puncak total (debit rencana) untuk saluran lama
Kriteria desain ABR : - HRT = 6 – 24 jam - BOD/COD = 0,3 – 0,8 - Tipikal konsentrasi COD = 264 – 906 mg/L - Tipikal COD loading rate = 2,2
- Persentase COD removal = 90% Konsentrasi BOD
Kebutuhan lahan untuk pengolahan grey water : - Bak Penampung/bak kontrol/saringan sampah (kedalaman = 1,5 m) - ABR (kedalaman = 2 m) - Reservoir (kedalaman = 2 m)
Volume timbulan sampah Komposisi sampah : - Sampah basah - Sampah kering
Sampah yang dapat dimanfaatkan (recovery): - Sampah basah - Sampah kering Residu sampah : - Sampah basah - Sampah kering m2 m2 m3 m3 orang liter/orang.hari unit orang liter/hari liter/hari - m3/ha.hari m3/hari jam - mg/L kg/m3.hari % mg/L m2 m2 m2 liter/orang.hari % % % % % % 3.064 21 - - ± 5 117 120 ± 618 50.614,20 37.454,51 3,50 48,50 146,12 6 0,50 346 2,2 90 173 6,21 18,40 30,45 1,29 75,68 24,32 66,26 18,29 9,42 6,03 - 21 16 8 ≤ 4 - - ± 480 39.312 29.090,88 3,50 48,50 116,86 6 0,50 - 2,2 90 - 5 – 10 15 25 2,50 -- - - - -
12
Lanjutan Tabel 7 Tipikal Kebutuhan Lahan untuk Peningkatan Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan Rumah Susun
No. Elemen yang Ditinjau Satuan
Kondisi Eksisting di Rusunawa Urip Sumoharjo Kondisi menurut Standar 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Kebutuhan komposter komunal (KRT PU) : - Jumlah komposter
- Luas lahan
Kebutuhan luas ruangan penyimpan sampah kering yang akan dimanfaatkan (tinggi manfaat 1,5 m dan lama penyimpanan 13 bulan)
Kebutuhan lahan untuk melakukan pemilahan sampah kering KDB gedung 4 lantai Luas total lantai dasar KLB gedung 4 lantai Luas total lantai bangunan
Ruang terbuka hijau (60% dari luas total lantai bangunan) unit m2 m2 m2 % m2 - m2 m2 104 24,70 35,48 memanfaatkan lapangan olah raga
(±250 m2) 34,11 1.045 1,36 (> 1,105) 4.180 2.019 (48,30%) 80 19 57,20 memanfaatkan ruang terbuka yang ada 34 1.042 1,105 3.385 2.031 (60%) Sumber : Hasil Analisis (2010)
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan rusun antara lain seperti disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Prasarana Lingkungan Rumah Susun
Bidang Air Limbah Bidang Persampahan
− Letak tangki septik yang tidak memenuhi syarat SNI 03-2398-2002, kurang dari 1,5 m (= 0 m) ke tandon air dan bangunan;
− Belum dilakukannya pengolahan grey water yang memadai.
− Kurang memadainya pewadahan sampah,
sehingga masih terjadi penumpukan sampah, tercecer di saluran, dibuang sembarang tempat.
Pemeliharaan dan pemeriksaan kondisi belum dilakukan secara rutin.
Pemeliharaan dan pemeriksaan kondisi belum dilakukan secara rutin.
2. Peningkatan/perbaikan sistem pengelolaan prasarana lingkungan yang dapat diaplikasikasikan untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan rumah susun dan sekitarnya, antara lain :
− Melakukan pengolahan grey water agar air limbah yang dibuang ke saluran lingkungan/kota memenuhi baku mutu air limbah domestik.
− Melengkapi rumah susun dengan bak sampah komunal.
− Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan 3R melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan penyediaan fasilitas pewadahan sampah dan komposting.
Saran yang direkomendasikan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini, antara lain :
1. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai detail desain bangunan pengolahan air limbah sesuai hasil analisis penelitian ini.
2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi pemanfaatan kompos untuk budidaya tanaman pangan di rumah susun dengan jenis tanaman yang berbeda.
3. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi pemasaran produk kerajinan tangan sebagai hasil daur ulang sampah kering.
13
5. DAFTAR PUSTAKAAnonim (2008), Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta.
Anonim (2007), Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 14/Permen/M/2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa.
Anonim (1992), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Jakarta.
Anonim (1990), Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta.
Anonim (2002), Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jakarta.
Anonim (1991), Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 273 Tahun 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengumpulan Sampah secara Terpisah antara Sampah Basah dan Sampah Kering dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya, Surabaya.
Anonim (1992), SNI 03-2846-1992 tentang Tata Cara Perencanaan Kepadatan Bangunan Lingkungan Rumah Susun Hunian.
Anonim (1994), SNI 19-3864-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Anonim (2002), SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan. Anonim (2004), SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Freeman, L. dan Botein, H. (2002), “Subsidized Housing and Neighborhood Impact”, Journal Of Planning
Literature, Sage Publication, Volume 16 Nomor 3, New York.
Indartoyo (2007), “Dampak Kehadiran Rusunawa bagi Penataan Bangunan dan Infrastruktur di Daerah Sekitar Kawasan Terbangun”, Makalah Seminar Nasional Arsitektur “Perencanaan Perumahan dan Pemukiman yang Berkelanjutan”, Universitas Budi Luhur, Jl. Ciledug Raya, Jakarta Selatan. Kusjuliadi, D. (2007), Septictank, Penebar Swadaya, Depok.
Mahmudah, S. (2008), “Evaluasi Fasilitas dan Lokasi Rumah Susun di Surabaya”, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil “Torsi”, Volume 28, Nomor 1, halaman 45 – 53, http://puslit2.petra.ac.id.
Metcalf & Eddy, Inc. (2003), Wastewater Engineering, Treatment and Reuse, McGraw-Hill, Inc., 4th edition, New York.
Metcalf & Eddy, Inc. (1991), Wastewater Engineering, Treatment, Disposal and Reuse, McGraw-Hill, Inc., 3th edition, Singapore.
Noerbambang, S.M. dan Morimura, T. (2000), Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sujaritpong, S. dan Nitivattananon, V. (2009), “Factors Influencing Wastewater Management Performance: Case Study of Housing Estates in Suburban Bangkok, Thailand”, Journal of Environmental Management, Volume 90, Nomor 45, halaman 455 – 465, www.sciencedirect.com.
Vesilind, P.A., Worrell, W. dan Reinhart, D. (2002), Solid Waste Engineering, Brooks/Cole, United States of America.