commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha
sadar “menuliskan” kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan dan
mengatur ( Byrne, 1988:1). Selaras dengan pendapat tersebut, Tarigan (2013: 4) mengemukakan bahwa dalam kehidupan modern ini jelas keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Menurutnya keterampilan menulis merupakan ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa terpelajar. Untuk itu, Slamet (2008: 95) yang mengutip pendapat
Syafi’i mengemukakan bahwa keberhasilan pelajar dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam menulis.
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut dimulai siswa lewat belajar melalui bentuk tulis ketika anak mulai berinteraksi dengan orang lain di tingkat sekolah. Keterampilan menulis lebih rumit dibandingkan dengan kemampuan bahasa lainnya. Bahkan kadang-kadang penutur asli dapat mengalami komplikasi dalam situasi sulit. Pada dasarnya kemampuan menulis membutuhkan cara yang terstruktur dari presentasi pikiran dengan cara yang terorganisir dan terencana (Braine & Yorozu dalam Javed, 1998: 130). Oleh karena itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran.
Kemampuan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam
kehidupannya. Kemampuan ini menuntut seseorang untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan untuk menjadi buah karya sehingga orang lain dapat memahami karya tersebut. Menurut Suyatinah (2009: 406) salah satu bentuk praktik dan latihan untuk memperoleh penguasaan menulis dilakukan melalui kegiatan pembelajaran. Namun, kenyataan di kelas VII H SMP N 2 Klaten menunjukkan bahwa pembelajaran menulis kurang mendapat perhatian dan tidak ditangani sebagaimana mestinya. Sebesar 61% siswa mengemukakan bahwa pembelajaran menulis lebih pada teori dibandingkan praktik. Hal ini mengakibatkan kemampuan menulis para siswa tidak memadai.
Berdasarkan pengamatan di kelas VII H SMP N 2 Klaten ditemukan bahwa menulis menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon dari
commit to user
siswa. Sebesar 42% siswa tidak menyukai aktivitas menulis. Siswa mengalami kesulitan ketika harus menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Kesulitan siswa dalam menemukan kalimat pertama dalam memulai menulis paragraf disebabkan siswa takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya. Kecenderungan lain yang terjadi adalah pola pembelajaran menulis di kelas yang dikembangkan dengan tidak terstruktur dan mekanis, mulai dari menentukan topik, membuat kerangka, menentukan ide pokok paragraf, kalimat utama, kalimat penjelas, ketepatan penggunaan pungtuasi dan sebagainya. Motivasi siswa dalam kegiatan menulispun juga diperparah dengan sikap yang kurang terpuji seperti berbicara dengan teman dan tidur di kelas. Selain itu sikap siswa dalam kelas berupa tanggung jawab, kedisiplinan, percaya diri masih rendah. Pola tersebut selalu berulang tiap kali pembelajaran menulis. Akibatnya, waktu pembelajaran pun lebih tersita untuk kegiatan tersebut, sementara kegiatan menulis yang sebenarnya tidak terlaksana atau sekedar menjadi tugas di rumah. Kegiatan menulis seperti ini bagi siswa menjadi suatu kegiatan yang prosedural dan menjadi tidak menarik.
Selain permasalahan berasal dari siswa, guru juga menyadari dari kegiatan belajar
mengajar masih bersifat tradisional, guru menjelaskan dan siswa
mendengarkan/mencatat, guru memberikan tugas siswa mengerjakan tanpa ada interaksi lain antara guru dan siswa. Hal ini ini ditunjukkan dari jawaban siswa ketika diberikan angket menulis sebesar 64% siswa mengemukakan guru juga belum menggunakan metode-metode yang menarik dalam pembelajarannya. Padahal guru kadang kala memberikan penekanan supaya hasil yang baik dalam tugas-tugas yang dikerjakan siswa. Berdasarkan angket tentang media yang digunakan guru, sebesar 72% menjawab kadang-kadang guru menggunakan media, sehingga penekanan pada hal yang bersifat mekanis adakalanya membuat kreatifitas menulis tidak berkembang karena hal itu tidak mengizinkan gagasan tercurah secara alami. Bahkan, Tompokins (1994:105) menegaskan bahwa terlalu menuntut kesempurnaan hasil tulisan dari siswa justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis.
Pembelajaran menulis juga membingungkan siswa karena pemilahan-pemilihan yang kaku dalam mengajarkan jenis-jenis tulisan atau jenis-jenis paragraf, seperti narasi, eksposisi, deskripsi, persuasi dan argumentasi. Hal ini dibuktikan dari jawaban siswa yang tidak menyukai aktivitas menulis sebesar 72% siswa kesulitan dalam menulis.
commit to user
Pengategorian yang kaku itu membuat siswa menulis semakin berhati-hati karena takut salah, tidak sesuai dengan jenis karangan yang dituntut. Padahal, ketakutan untuk berbuat salah tersebut dapat mematikan kreativitas siswa untuk menulis. Selain itu, Halliday (dalam Tompkins & Hoskisson, 1991:187) menyatakan bahwa pengategorian
jenis-jenis karangan tersebut terlihat artifasial ketika kita meminta siswa
menggunakannya untuk berbagai tujuan yang berbeda, sebab siswa terkadang mengombinasikan dua atau lebih kategori untuk mengemukakan sebuah gagasan dalam tulisannya.
Pergantian kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 gurupun masih
menggunakan metode ceramah walaupun pendekatan saintifik. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket sebesar 64% siswa menjawab metode yang digunakan guru cenderung ceramah. Padahal urgensi pendekatan saintifik untuk diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini sudah tepat. Para ahli dalam bidang pendidikan telah meyakini bahwa pendekatan saintifik selain dapat menjadikan siswa aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian (Andayani, 2014:77). Kenyataan di lapangan penerapkan pendekatan ini justru membuat siswa bingung. Hal ini terjadi karena pembelajaran bukan lagi berpusat pada guru, namun berpusat pada siswa. Kebiasaan siswa dalam menerima pelajaran pada kelas VII masih terbawa budaya di sekolah dasar di mana guru mendominasi pembelajaran dengan lebih banyak menerangkan materi di depan kelas. Hal ini diakui siswa yang masih menginginkan metode ceramah sebesar 6% dalam pembelajarannya. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan masih mementingkan hasil daripada proses sehingga guru menilai teks eksplanasi siswa tanpa melihat prosesnya. Pembelajaran demikian menyebabkan siswa jenuh dan bosan. Lebih lanjut, proses pembelajaran tersebut mematikan fungsi kerja otak kanan yang memacu kreativitas. Pembelajaran yang membosankan tanpa variasi itulah yang tidak membuat siswa merasa nyaman sehingga tidak bisa menghasilkan ide-ide yang kreatif dan imajinatif. Hal ini tampak dari pencapaian indikator ketuntasan minimal (KKM) siswa yang masih dibawah standar yang ditetapkan guru sebesar 73. Dari jumlah siswa 36 siswa terdapat 14 siswa yang mendapatkan nilai di atas rata-rata dan 22 anak yang berada di bawah rata-rata. Dengan kata lain tingkat ketuntasan mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII
commit to user H hanya sebesar 40%.
Berkaitan dengan tersebut maka pemasalahan itu perlu segera ditangani atau diteliti. Bila permasalah tersebut dibiarkan berlarut-larut akan menjadikan kegiatan belajar di
sekolah hanya dipandang secara aktifitas formal, siswa datang ke sekolah,
mendengarkan penjelasan guru, dan nantinya naik kelas. Selain itu kreatifitas siswa dalam menulis akan semakin hilang dan motivasi belajar juga pudar. Untuk itu, penelitian ini hendak mencari metode yang tepat digunakan untuk mengajarkan menulis teks eksplanasi agar siswa memiliki kemampuan menulis yang baik. Dalam penelitian ini kajian lebih memusatkan perhatian siswa terhadap metode mind mapping. Menurut Michalko (dalam Buzan, 2006:6) menyatakan bahwa manfaat peta pikiran itu sebagai berikut.(1) mengaktifkan seluruh otak; (2) membereskan akal dari kekusutan mental; (3) memungkinkan berfokus pada pokok bahasan; (4) membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah; (5)memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian; (6) memungkinkan mengelompokkan konsep, membantu membandingkannya; (7) mensyaratkan untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek keingatan jangka panjang.
Metode ini diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi menulis teks eksplanasi. Metode yang akan digunakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menanggapi, menyampaikan ide (pendapat), mendengarkan secara aktif, dan sebagainya. Agar tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik seperti yang tercantum dalam kurikulum, selain digunakan metode pembelajaran yang sesuai, perlu adanya perangkat pendukung yang sesuai pula. Buku-buku standar dan literatur lain yang memuat informasi berharga yang dibutuhkan guru ataupun siswa dalam menyelesaikan tugasnya.
Peta pikiran atau biasa dikenal dengan istilah mind mapping dapat dijadikan salah metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berakar dari kesulitan siswa dalam memahami dan menerapkan struktur eksplanasi serta kesulitan dalam mengembangkan ide dipilihlah metode peta pikiran (mind mapping). Metode ini merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan menulis teks eksplanasi siswa.
commit to user B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
1. Apakah penerapan metode pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis teks eksplanasi siswa kelas VII H SMP N 2 Klaten?
2. Apakah penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis
teks eksplanasi siswa kelas VII H SMP N 2 Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang dapat dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks eksplanasi melalui
penerapan metode pembelajaran mind mapping pada siswa kelas VII H SMP N 2 Klaten.
2. Meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi melalui penerapan metode
pembelajaran mind mapping pada siswa kelas VII H SMP N 2 Klaten.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan teknik pembelajaran agar dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia dan dapat mempertinggi interaksi dalam belajar mengajar serta menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas dengan metode mind mapping. Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan menulis teks eksplanasi dapat ditingkatkan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru sebagai pendidik, yaitu untuk mengembangkan metode guru dalam pembelajaran menulis dan juga dapat menjadi masukan atau informasi dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan demi pelaksanaan tindakan pembelajaran menulis pada waktu berikutnya dan
commit to user
diharapkan pihak sekolah dapat meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kemampuan menulis.
Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang inovatif dan menyenangkan melalui penerapan metode mind mapping.
Bagi lembaga, dengan hasil penelitian ini dapat menambah daftar bacaan dan referensi di universitas khususnya jurusan bahasa Indonesia. Selain itu juga dapat menambah khazanah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca mengenai kemampuan menulis teks eksplanasi serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan metode mind