• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATUR SUHU PROSESOR PADA CPU KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGATUR SUHU PROSESOR PADA CPU KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATUR SUHU PROSESOR PADA CPU

KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh :

Wiryadi Harja

025114049

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)

TEMPERATURE CONTROLL FOR

COMPUTER PROCESSOR BASED ON

VISUAL BASIC

FINAL PROJECT

Presented As Partial Fulfillment Of The Requirtments

To Obtain The Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering

By

:

Wiryadi Harja

025114049

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING

FACULTY OF ENGINEERING

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)

(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya tulis ini kepada :

Budha, Dharma, dan Sangha

Papa dan Mama Tercinta

(7)

HALAMAN MOTTO

Keberhasilan tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi mulailah dari

sesuatu yang paling dasar, yakni memiliki semangat, motivasi, dan keuletan.

Rendah hati adalah jalan menuju keberhasilan, kesombongan adalah langkah

menuju kegagalan.

Berusahalah menurut kemampuan yang ada, jangan berniat untuk menundanya,

ada kemungkinan anda tidak mendapatkan apa-apa.

Menjalankan sesuatu yang sulit dijalankan, merelakan sesuatu yang sulit

direlakan, dan melakukan sesuatu yang sulit dilakukan, baru bisa meningkatkan

(8)

PENGATUR SUHU PROSESSOR PADA CPU KOMPUTER

BERBASIS VISUAL BASIC

Wiryadi Harja

025114049

INTISARI

Pada tugas akhir ini dibuat suatu alat pengatur suhu prosesor pada CPU

komputer yang dikendalikan menggunakan program Visual Basic. Pada alat

pengatur suhu ini pengguna komputer dapat mengatur batasan suhu prosessor

yang diinginkannya melalui komputer sebagai media pengendalian suhu yang

terdeteksi.

Penerapan alat ini berupa pendeteksian suhu prosesor menggunakan sensor

suhu LM35D, yang menghasilkan keluaran dari sensor berupa tegangan analog.

ADC0804 digunakan untuk membandingkan tegangan masukan dari sensor

dengan tegangan dari pengondisi sinyal, sehingga menghasilkan sinyal digital

yang kemudian dikirim ke komputer untuk diolah menggunakan program Visual

Basic.

Pada tampilan Visual Basic terdapat scroll pengatur suhu yang berfungsi

untuk menentukan batas suhu acuan yang diinginkan pengguna. Batas suhu acuan

yang dapat diatur pengguna antara 36°C sampai 67°C. Apabila suhu yang

terdeteksi telah mencapai batas suhu yang ditentukan maka sistem akan

menggerakkan kipas selanjutnya kipas akan berhenti apabila suhu yang terdeteksi

3°C lebih rendah dari suhu yang ditentukan pada scroll pengatur suhu.

(9)

TEMPERATURE CONTROL FOR COMPUTER PROCESSOR BASED

ON VISUAL BASIC

Wiryadi Harja

025114049

ABSTRACT

In this final project, writer made a processor temperature controller device

in CPU computer which was controlled by using Visual Basic programme. In this

temperature controller device, the computer user could adjust the wanted

processor temperature limit through the computer as the detected temperature

control media.

The implementation of this device was in the form of processor

temperature detection which was using LM35D temperature sensor in the form of

analog voltage. ADC 0804 was used to compare the input voltage from sensor

with voltage and signal condition, so it resulted the digital signal which then was

sent to the computer in order to be processed by using Visual Basic programme.

In the Visual Basic appearance, there were temperature controller scroll to

determine the temperature limit which was wanted by the user. The temperature

limit than could be adjusted by the user was between 36°C until 67°C. If the

detected temperature had reached the determined temperature limit so the system

would activate fan, then the would stop if the detected temperature was 3°C lower

than the temperature that was determined in the temperature controller scroll.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan

baik dan lancar. Tugas akhir ini berjudul : Pengatur suhu prosessor pada CPU

komputer berbasis Visual Basic.

Tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana teknik pada program studi Teknik Elektro Universitas

Sanata Dharma. Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis menyadari ada

banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan sehingga tugas akhir

ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku dekan

fakultas teknik.

2.

Bapak Bayu Primawan, S.T., M.Eng., selaku kepala jurusan fakultas

teknik elektro.

3.

Bapak Martanto, S.T., M.T., selaku pembimbing I atas bimbingan,

dukungan, saran bagi penulis dari awal sampai tugas akhir ini dapat

selesai.

4.

Bapak Ir. Tjendro, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan

waktu serta memberikan bimbingan dan saran yang sangat berguna untuk

tugas akhir ini.

5.

Ibu Ir. Th. Prima Ari Setiyani, M.T. dan Ibu Wiwien Widyastuti, S.T.,

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

……….i

HALAMAN PERSETUJUAN

………...………...iii

HALAMAN PENGESAHAN

……….…..iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

………...………...v

HALAMAN PERSEMBAHAN

……….…….………..……...…vi

HALAMAN MOTTO

………..……….…….…..vii

INTISARI

………...……….……viii

ABSTRACT

……….…..…ix

KATA PENGANTAR

………x

DAFTAR ISI

……….……xii

DAFTAR GAMBAR

………...……xiv

DAFTAR TABEL

………...xv

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah………1

1.2.

Batasan Masalah………1

1.3.

Tujuan Penelitian……….………..2

1.4.

Manfaat Penelitian……….2

1.5.

Metodologi Penelitian………...2

1.6.

Sistematika Penulisan………....3

BAB II.

DASAR TEORI

2.1.

Sensor LM35D………...5

2.2.

Penguat Operasional (Operational Aplifier, Op-Amp) …………6

2.3.

Penguat Operasional sebagai Buffer……….9

2.4.

Pembagi Tegangan………..10

2.5.

Analog to Digital Converter (ADC)………10

2.6.

Buffer ULN 2804………13

2.7.

Visual Basic……….14

(13)

BAB III. PERANCANGAN

3.1.

Perancangan Perangkat Keras ( Hardware )………19

3.1.1.

Sensor Suhu LM35D………...19

3.1.2.

Rangkaian Pengkondisi Sinyal………20

3.1.2.a.

Rangkaian Tegangan Pengurang………..22

3.1.2.b.

Rangkaian Tegangan Referensi ………...23

3.1.3.

Analog Ke Digital Converter(ADC)………...23

3.1.4.

Rangkaian Penggerak Kipas………25

3.2.

Peancangan Perangkat Lunak ( Software )……….26

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Pengamatan Pada Sensor LM35D………...28

4.2.

Pengamatan Pada Pengkondisi Sinyal……….32

4.3.

Pengamatan Pada ADC………...33

4.4.

Pengamatan Pada Visual Basic………...35

4.5.

Hasil Pengukuran Suhu………...36

BAB V.

PENUTUP

5.1.

Kesimpulan………..41

5.2.

Saran………41

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR GAMBAR

1.

Gambar 2.1. Diagram kotak dasar

2.

Gambar 2.2. Grafik tegangan keluaran terhadap sensor LM35D

3.

Gambar 2.3. Simbol dari LM35D

4.

Gambar 2.4. Simbol Op-Amp

5.

Gambar 2.5. Op-Amp sebagi Buffer

6.

Gambar 2.7 ADC Converter

7.

Gambar 2.8. Konfigurasi typical ADC 0804

8.

Gambar 2.9 Diagram kotak IC ULN 2804

9.

Gambar 2.10 Halaman utama Visual Basic

10.

Gambar 3.1. Diagram kotak

11.

Gambar 3.2. Rangkaian sensor suhu LM35D

12.

Gambar 3.3 Rangkaian tegangan pengurang

13.

Gambar 3.4. Hubungan Vin dan Vout

14.

Gambar 3.5. Rangakaian tegangan pengurang

15.

Gambar 3.6. Konfigurasi ADC 0804

16.

Gambar 3.7. IC ULN 2804

17.

Gambar 3.8. Rangkaian IC ULN 2804

18.

Gambar 3.9. Tampilan pengatur suhu prosessor pada layar monitor

19.

Gambar 3.10. Tampilan peringatan

20.

Gambar 4.1. Grafik linearitas dari sensor LM35D

(15)

DAFTAR TABEL

1.

Tabel 2.1. Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor parallel standar DB-25

2.

Tabel 2.2. Alamat Port

3.

Tabel 3.1. Perhitungan konversi pada pengkondisi sinyal

4.

Tabel 4.1. Data pengukuran pada sensor LM35D

5.

Tabel 4.2. Data hasil pengukuran pada pengkondisi sinyal

6.

Tabel 4.3. Konversi ADC 0804

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Pemakaian perangkat pendingin suhu prosesor sudah banyak digunakan,

diantaranya perangkat pendingin yang menggunakan kipas, water cooling,

air

cooling, dll. Perangkat pendingin yang paling banyak digunakan adalah kipas

CPU karena biaya yang diperlukan lebih murah dan praktis pemasangannya.

Pada umumnya CPU komputer yang menggunakan pendingin kipas yang

bekerja tanpa berhenti selama komputer menyala meskipun kondisi suhu

prosessor dalam keadaan dingin. Melihat kenyataan ini penulis menginginkan

kipas CPU bekerja sesuai dengan suhu acuan yang diinginkan pengguna.

Pengaturan suhu acuan dilakukan melalui penggunaan program aplikasi serta

informasi perubahan suhu prosesor ditampilkan melalui monitor komputer. Untuk

mewujudkan hal tersebut, penulis membuat alat

Pengatur Suhu Prosesor Pada

CPU Komputer Dengan Program Visual Basic

.

1.2.

Batasan Masalah

Batasan masalah pada alat yang dibuat, yaitu :

1.

Suhu Prosssor yang ingin dicapai antara 36°C s/d 67°C, suhu prosesor

diturunkan dengan menggunakan 4 buah kipas DC 12 V.

(17)

3.

Suhu prosesor dideteksi dengan menggunakan sensor suhu yang dipasang

pada heatsink processor.

4.

Informasi suhu prosesor dikirim ke parallel port bagian input kemudian

informasi tersebut diolah di komputer melalui program Visual Basic.

1.3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1.

Mengatur suhu prosesor sampai pada suhu aman maksimal.

2.

Membuat perangkat keras yang dapat mengukur suhu prosesor dan mengirim

informasi perubahan suhu ke komputer melalui port parallel.

3.

Membuat program pengatur suhu prosesor yang dapat mengolah data

kemudian menampilkannya pada layar monitor.

1.4.

Manfaat Penelitian

Mengacu pada beberapa tujuan yang ingin dicapai, diharapkan penelitian

ini dapat memberikan beberapa manfaat :

1.

Komputer tidak mengalami overheat yang dapat menyebabkan kerusakan

pada prosesor.

2.

Mempermudah pengguna untuk mengetahui kondisi suhu prosesor yang

diinginkan dengan mengatur banyaknya kipas yang menyala.

1.5. Metodologi Penelitian

(18)

langkah-1.

Perumusan masalah.

2.

Pengumpulan dokumen pendukung.

3.

Perancangan untuk menyelesaikan masalah dilakukan di lab.

4.

Pengambilan data melalui percobaan dan pengukuran.

5.

Pengolaham data dilakukan menggunakan persamaan sitematis.

6.

Penyajian data dengan grafik.

7.

Pengambilan kesimpulan.

1.6.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab,sebagai berikut :

1.

Bab I : membahas tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

2.

Bab II : membahas dasar teori yang mendukung penelitian, yaitu tentang

sensor LM35D, Penguat Operasional, Analog to Digital Converter (ADC),

Parallel Port, Program Visual Basic, Buffer ULN 2804.

3.

Bab III : membahas tentang perancangan perangkat keras berupa sensor suhu

LM35D, rangkaian tegangan pengurang, rangkaian tegangan referensi,

pengubah data dari analog ke digital (ADC), rangkaian penggerak kipas,

perancangan perangkat lunak berupa pemrograman komputer dengan program

Visual Basic.

4.

Bab IV : membahas tentang pengamatan kerja dari perangkat keras dan

perangkat lunak yang telah dibuat.

(19)

BAB II

DASAR TEORI

Pegaturan suhu prosesor pada CPU komputer dengan menggunakan

program aplikasi Visual Basic 6.0 dapat dilakukan melalui beberapa tahap, seperti

pada gambar 2-1:

Tahap I

: Tahap pengolahan data analog melalui sensor suhu LM35D.

Tahap II

: Tahap pengolahan sinyal analog harus diubah ke dalam format

digital melalui ADC.

Tahap III

: Tahap pengolahan data digital oleh komputer.

Gambar 2-1. Diagram kotak dasar

Tahap-tahap diatas merupakan keterangan secara garis besar dari system

pengaturan suhu CPU komputer, untuk lebih rinci akan dijelaskan pada sub bab

(20)

2.1.

Sensor Suhu LM35D

Sensor suhu LM35D merupakan sebuah rangkaian sensor suhu yang

digunakan untuk mendeteksi perubahan suhu dengan ketelitian yang tinggi.

Keluaran dari LM35D berupa tegangan yang berbanding lurus atau linier dengan

suhu dalam

0

C seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-2.

Gambar 2-2. Grafik tegangan keluaran terhadap suhu sensor LM35D

Sensor Suhu LM35D dapat bekerja apabila pada kaki Vcc diberi sumber

tegangan sebesar 4V sampai 30V, dan kaki ground dihubungkan ke ground.Maka

untuk tegangan keluaran dari sensor LM35D dengan menggunakan persamaan :

V

out

= Temperature x 10mV/°C...(2.1)

Temperature

=

mV

V

out

10

x 1°C...(2.2)

Sensor suhu LM35D tidak memerlukan kalibrasi dari luar atau set point

untuk mendapatkan output keluaran yang tepat. LM35D hanya membutuhkan arus

(21)

pemanasan terhadap dirinya sendiri kurang dari 0.1

0

C sehingga tidak terlalu

mempengaruhi tegangan keluaran dari LM35D.

LM35D mempunyai keistimewaan sebagai berikut:

1.

Terkalibrasi dalam

0

Celcius

2.

Faktor skala linier +10,0 mV /

0

C

3.

Keakuratannya dapat dijamin 0.5

0

C (pada +25

0

C)

4.

Suhu yang diukur dari –55

0

C sampai + 150

0

C

5.

Cocok digunakan untuk aplikasi remote

6.

Beroperasi dengan tegangan masukan dari 4V – 30V

7.

Membutuhkan arus 60 uA.

8.

Pemanasan diri sendiri sangat kecil yaitu 0.08

0

C pada medium udara.

9.

Impedansi keluaran rendah yaitu 0.1 ohm untuk beban 1mA.

Gambar 2-3. Simbol dari LM35D

2.2.

Penguat Operasional (Op-amp)

Istilah ‘penguat operasional’ (operational amplifier) secara umum

menggambarkan tentang sebuah rangkaian penguat penting yang membentuk

dasar dari rangkaian-rangkaian penguat audio dan video, penyaring atau tapis,

buffer, penggerak-penggerak saluran, penguat instrumentasi, komparator atau

(22)

operasional dikenal juga secara umum dengan nama singkat op-amp. Meskipun

rangkaian penguat operasional dapat dirancang dari komponen-komponen diskrit,

namun demikian hampir seluruhnya selalu digunakan dalam bentuk rangkaian

terintegrasi (integrated circuit, IC ).

Op-amp pada dasarnya merupakan sebuah blok komponen yang

sederhana. Sebuah op-amp akan memiliki dua buah terminal masukan di mana

salah satu maskan disebut sebagai masukan pembalik (diberi tanda - ) sementara

satu masukan lainnya disebut dengan masukan non-pembalik (diberi tanda + ).

Pada umumnya op-amp memiliki sebuah keluaran atau keluaran tunggal. Akan

tetapi beberapa jenis op-amp khusus yang umumnya digunakan pada

rangkaian-rangkaian frekuensi radio dapat memiliki dua buah terminal keluaran. Simbol dari

op-amp ditunjukkan pada gambar 2-4.

Vcc

Vdd

Gambar 2-4. Simbol op-amp

Sebuah op-amp juga memiliki dua buah rel hubungan catu daya yang

masing-masing adalah rel hubungan positif dan rel hubungan negatif. Namun,

terdapat banyak op-amp yang memiliki rel catu daya tengah yang terhubung

dengan pentanahan meskipun op-amp itu sendiri tidak memiliki hubungan rel catu

daya tengah yang bersifat khusus.

Op-amp merupakan sebuah penguat arus searah dengan gain tinggi

(besarnya gain pada umumnya lebih besar dari 100.000 atau lebih besar dari 100

(23)

diaplikasikan pada berbagai macam rangkian penguat arus bolak-balik. Tegangan

pada terminal keluaran op-amp merupakan perkalian antara selisih tegangan di

antara masukan pembalik dan non-pembalik dengan besarnya gain yang dimiliki.

Dengan demikian op-amp merupakan sebuah penguat diferensial. Jika masukan

pembalik (-) memiliki potensial yang lebih tinggi maka tegangan keluaran op-amp

akan lebih negatif. Demikian pula jika masukan non pembalik (+) memiliki

potensial yang lebih tinggi maka tegangan keluaran op-amp akan menjadi lebih

positif. Karena gain yang dimiliki op-amp pada umumnya sangatlah tinggi maka

tegangan diferensial di antara terminal-terminal masukannya biasanya sangatlah

kecil.

Untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik, op-amp harus memiliki

umpan balik. Hampir seluruh rancangan rangkaian yang ada pada umumnya

menggunakan umpan balik negatif untuk mengendalikan besarnya gain serta

memperoleh operasi kerja op-amp linear. Umpan balik negatif dapat diperoleh

melalui penggunaan komponen-komponen rangkaian, misalnya resistor yang

dihubungkan di antara terminal keluaran op-amp dan masukan pembalik op-amp

yaitu terminal masukan yang bertanda (-). Rangkaian-rangkaian nonlinear,

misalnya komparator dan osilator, menggunakan umpan balik positif yang dapat

diperoleh dengan menghubungkan komponen, misalnya resistor di antara terminal

keluaran op-amp dan masukan non-pembaliknya, yaitu terminal masukan yang

(24)

Op-amp memiliki beberapa karakteristik ideal sebagai berikut :

1.

Keluaran dari penguat dengan msukan diferensial ideal hanya bergantung

pada beda atau selisih dari tegangan-tegangan yang diberikan pada dua

teminal masukan.

2.

Kinerja dari penguat seluruhnya bergantung pada rangkaian masukan dan

umpan balik.

3.

Tidak ada arus yang mengalir pada terminal-terminal masukan penguat.

4.

Respons frekuensi penguat memiliki rentang dari nol sampai tak hingga untuk

menjamin diperolehnya respons yang mencakup semua sinyal arus searah

(DC) maupung arus bolak-balik (AC), dengan waktu respons nol serta tidak

terjadi perubahan fasa terhadap frekuensi.

5.

Penguat tidak dipengaruhi oleh beban atau perubahan dari besarnya beban

yang terjadi.

6.

Pada saat sinyal tegangan masukan bernilai nol, sinyal keluaran juga harus

bernilai nol tanpa mempertimbangkan besarnya resistansi sumber masukan.

2.3.

Penguat Operasional sebagai Buffer

Rangkaian op-amp yang berlaku sebagai sebuah buffer diperlihatkan pada

gambar 2-5 pada rangkaian ini, tegangan keluaran harus mengambil nilai yang

sama besar dengan nilai tegangan masukan untuk memaksa agar sinyal tegangan

masukan diferensial bernilai nol. Rangkaian ideal ini memiliki impedansi

(25)

Gambar 2-5 Op-amp sebagai buffer

VCC

R2

Vout

0

R1

2.4.

Pembagi Tegangan

Rangkaian pembagi tegangan merupakan rangkaian yang dibangun dari

susunan resistor, dengan konfigurasi seperti pada Gambar 2-6.

Gambar 2-6. Rangkaian pembagi tegangan

Vout ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

CC

V

R2

R1

R2

Vout

x

+

=

………...………(2.3)

2.5.

Analog to Digital Converter (ADC)

k mengubah tegangan analog

menjad

Pengubah analog ke digital, berfungsi untu

i data digital. Data digital yang dihasilkan dinyatakan dalam kode biner

dengan menggunakan dua nilai tegangan yaitu 5 volt, yang dinyatakan dengan

(26)

dari sederetan kode 1 dan 0. Diagram blok pengubah analog ke digital dengan

metode

Successive Aproximation Register (SAR) diperlihatkan seperti pada

Gambar 2-7.

Gambar 2-7. ADC Converter

Bagian utama pen

SAR 8 bit. Tegangan Va

output

al dengan nilai 00H

sampai

gubah analog ke digital adalah

dari ADC dibandingkan dengan tegangan input Vin oleh pembanding

(comparator).

Output pembanding merupakan data input

serial bagi SAR,

kemudian SAR mengatur output digital 8 bit sampai menghasilkan Va yang sama

dengan tegangan input.

Latch

8 bit pada akhir pengubahan akan dipertahankan

sebagai hasil data digital output. Ketelitian ADC tergantung pada bit data digital

yang diharapkan. ADC 8 bit dapat membangkitkan tegangan dengan 255

tingkatan. Misalkan tegangan maksimal yang dapat dibangkitkan 2,55 volt. ADC

dapat mencacah tegangan dari 0 volt sampai 2,55 volt, dengan kenaikan 0,01 volt.

Setiap kenaikan 0,01 volt keluaran ADC akan berubah 1 bit.

Nilai cacah 0 sampai 225 akan dirubah menjadi digit

FFH. Waktu pengubahan pada ADC ditentukan dengan persamaan 2.4.

64

T

(27)

Tkonversi = Waktu

Tclock = Periode Clock

yang dibutuhkan untuk mengubah 1 data analog

menjadi 1 data digital.

clock

Clock

T

1

Frekuensi

=

………...…...…(2.5)

Sesuai dengan rumusan pa

konfigurasi

da data sheet 0804, frekuensi clock dengan

typical pada datasheet seperti Gambar 2-6 adalah

C

x

R

x

1,1

1

=

fclock

……….….…...……..(2.6)

Resolusi ADC dinyatakan dengan persamaan 2.7.

255

Vref(-)

-)

Vref(

Resolusi

=

+

………...………..(2.7)

Resolusi = Ketelitian ADC

h

Perubahan ADC tiap bit dinyatakan dengan persamaan 2.8.

Vref(+) = Referensi tegangan atas

Vref(-) = Referensi tegangan bawa

ADC

Resolusi

konversi

Tegangan

Level

=

………

Rev erensi

0

VCC = 5 v olt

20 U5 ADC0804/SO 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 4 5 1 2 3 -I N GN D GN D DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 CLKR V CC/ V CLKIN INTR +IN VREF/2 DB1 DB0 RE F CS RD WR SOC Data Digital Input 0

Mengaktif kan ADC

EOC R 10K Baca ADC C 150pF

.….…..……….(2.8)

Gambar 2-8. Konfigurasi typical ADC 0804

(28)

Berikut fungsi masing-masing pin ADC 0804 pada Gambar 2-8 :

in . Chip Select

pin CS rendah,

maka ADC aktif.

ah, maka ADC

3.

), merupakan pin mulai konversi. Jika WR rendah, mulai

4.

erupakan pin yang berfungsi sebagai sumber

5.

NTR), merupakan pin interupsi. Bila INTR bernilai tinggi,

6.

in +), merupakan pin tegangan input analog positif.

8.

d

acuan bagi clock

10.

7-D0), merupakan pin untuk output digital.

mbalik. Di

ana jika masukan berlogika ‘1’ maka output berlogika ‘0’ atau sebaliknya.

1.

P 1

(CS), sinyal untuk mengaktifkan ADC. Jika

2.

Pin 2. Read (RD), merupakan sinyal baca. Jika RD rend

memulai membaca data analog.

Pin 3. Write (WR

konversi.

Pin 4 (Clk In) dan 19 (Clk R), m

clock.

Pin 5 (I

menandakan ADC mulai konversi. Jika nilai rendah berarti selesai konversi.

Pin 6 (V

7.

Pin 7 (Vin -), merupakan pin tegangan input analog negatif.

Pin 8 dan pin 10 (Agng dan Vdng), pin ini harus ditanahkan karena Agn

merupakan acuan bagi decoder pada ADC dan Vdgn sebagai

generator.

9.

Pin 9 (Vref/2), merupakan pin untuk input tegangan yang menentukan

besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk tiap cacahan.

Pin 1-18 (D

11.

Pin 20 (VCC), merupakan pin untuk catu tegangan sebesar 5 Volt.

2.6.

Buffer ULN 2804

ULN 2804 adalah buffer inverter yang merupakan buffer pe

(29)

Output dan input masing-masing diparalel untuk kemampuan arus yang lebih

tinggi.

Gamb

kotak IC ULN 2804

Visual Basic

Visual Basi

g berbasis Visual.

VB mempunyai banyak fitur yang mengarah pada bentuk WYSIWYG ( What

Get ), artinya adalah bahwa semua bentuk objek yang

diciptak

ri program VB.

2.

Pro

Aplikasinya untuk relay driver, lamp driver dan display driver. Berikut

adalah diagram kotak dari ULN 2804.

ar 2-9. Diagram

2.7.

c merupakan salah satu bentuk program yan

You See Is What You

an dalam form/proyek, maka bentuk tersebutlah yang akan didapatkan

pada program akhirnya. Sehingga bentuk dari pemrograman Visual akan

menghasilkan output yang sama dengan objek yang didesain.

VB memiliki beberapa bagian khusus yang dapat digunakan untuk

melakukan pembuatan program, diantaranya adalah :

1.

Menu Bar : bagian ini berisi pilihan menu-menu utama da

ject Form

: berisi nama file yang tergolong dalam proyek yang sedang

(30)

3.

Form Designer

: sebuah tempat yang digunakan untuk mendesain program.

dibuat dalam Form Designer.

m

orm

6.

gunakan untuk memberikan nilai

alam kolom properties berhubungan dengan kode

Sec

diba

4.

Form Code

: digunakan untuk memberikan kode program pada setiap

elemen yang

5.

Component For

: berisi elemen-elemen yang digunakan untuk membuat

desain pada F

designe.

Form Properties : berupa kolom yang di

pada setiap Component Form yang dimasukkan ke dalam Form Designer.

Nilai yang dimasukkan ke d

yang dituliskan pada Form Code.

ara garis besar bagian yang disebutkan di atas dapat dilihat pada gambar

wah ini.

Menu bar

Proyek form

Komponen form

Form designer

Form code

Form properties

(31)

2.8.

Parallel Port

Parallel Port atau Printer Port sebenarnya terdiri dari tiga bagian yang

nama sesuai dengan tugasnya dalam melaksanakan

penceta

pa bit saja yang dipakai yang

berarti

masing-masing diberi

kan pada printer. Tiga bagian tersebut adalah Data Port (DP), Printer

Control (PC), dan Printer Status (PS). DP digunakan untuk mengirim data yang

harus dicetak oleh printer, PC digunakan untuk mengirimkan kode-kode kontrol

dari komputer ke printer, misalnya kode kontrol untuk menggulung kertas, dan PS

digunakan untuk mengirimkan kode-kode status printer ke komputer, misalnya

untuk menginformasikan bahwa kertas telah habis.

DP, PC, dan PS sebenarnya adalah port-port 8bit, namun hanya DP yang

benar-benar 8 bit. Untuk PC dan PS, hanya bebera

hanya beberapa bit saja dari port-port ini yang dapat kita manfaatkan untuk

keperluan interfacing. Port PC adalah port baca/tulis (read/write), PS adalah port

baca saja (read only), sedangkan port DP adalah port baca/tulis juga. Akan tetapi,

kemampuan ini hanya dimiliki oleh Enhanced Parallel Port (EPP), sedangkan

Parallel Port Standart hanya memiliki kemampuan tulis saja. Pada EPP,

pengaturan arah jalur data DP dilakukan lewat bit 5 PC. Jika bit 5 PC bernilai 0,

maka jalur data dua-arah DP menjadi ouput dari Parallel Port, sebaliknya jika bit 5

(32)

Tabel 2.1. Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor paralel standar DB-25

Pin

DB25

Pin

Centronics SPP

Signal

Arah

In/Out Register

Hardware di

Invert

1 1

nStrobe Control

Control

Ya

2 2

Data

0

Out

Data

3 3

Data

1

Out

Data

4 4

Data

2

Out

Data

5 5

Data

3

Out

Data

6 6

Data

4

Out

Data

7 7

Data

5

Out

Data

8 8

Data

6

Out

Data

9 9

Data

7

Out

Data

10 10

nAck

In

Status

11 11

Busy

In

Status Ya

12

12

Paper O

ut/Pape

r End

In

Status

13 13

Select

In

Status

14 14 nAuto

Linef

eed

In

/Ou

t

Control

Ya

15 32

nEr

ror/nFa

ult

In

Status

16 31

nInitialize In

/Ou

t

Control

17 36

nSelect-

Printer/n

Select-in In/Out

Status

Ya

1

8-25

1

9-30

Ground

G

nd

Status

Alamat DP adalah base addresss dari Par

rt

t, alamat PS

dalah base address + 1, dan alamat PC adalah base address + 2. Untuk melihat

alamat

egister

allel Po

tersebu

a

masing-masing port ditunjukkan pada tabel 2-2.

Tabel 2-2. Alamat port

Nama Port

Alamat R

LPT1 DP

378h / 888

LPT1 P

S

379

h / 889

(33)

BAB III

PERANCANGAN

Perancangan sistem pengaturan suhu prosesor secara umum dibagi

menjadi dua bagian antara lain bagian perancangan perangkat keras (

hardware

)

dan bagian perancangan perangkat lunak (

software

).

Bagian Perancangan perangkat keras (

hardware

). Sensor suhu LM35D

digunakan untuk mendeteksi panas pada

heatsink

prosesor . Informasi dari sensor

suhu dalam bentuk tegangan analog, kemudian informasi tersebut dibandingkan

dengan rangkaian pengkondisi sinyal lalu diubah ke dalam format digital melalui

IC ADC 0804 baru dikirim ke komputer melalui parallel port. Informasi dari

komputer dikirim melalui Driver motor ULN 2804 untuk menggerakkan kipas.

Bagian perancangan perangkat lunak (

software

). Informasi keluaran dari

IC ADC berupa data digital kemudian dideteksi komputer dengan menggunakan

program Visual Basic untuk menentukan batasan suhu prosesor yang diinginkan

oleh pengguna.

(34)

3.1.

Perancangan perangkat keras (Hardware)

Perancangan perangkat keras bertujuan untuk menghubungkan komputer

dengan perangkat keras lainnya yang digunakan untuk menjalankan sistem

pengaturan suhu komputer. Perancangan perangkat keras yang diperlukan antara

lain adalah koneksi antara komputer dan sensor suhu dengan menggunakan ADC,

koneksi komputer dan kipas dengan Driver motor ULN2804.

3.1.1.

Sensor Suhu

LM35D

1

2

3

Vcc

VOUT

Gnd

Vout sensor suhu

C2 1uF

5V

R1 75 ohm

Gambar 3-2. Rangkaian sensor suhu LM35D

Sensor suhu yang digunakan adalah sensor suhu LM35D yang mempunyai

tegangan keluaran sebanding dengan kenaikan suhu dengan perbandingan

10mV/

0

C serta memiliki impedansi yang rendah sehingga sensor ini sangat cocok

untuk memantau perubahan suhu yang membutuhkan keakuratan dalam

pembacaan.

Masukkan pada sensor LM35D dihububungkan langsung ke

heatsink

prosesor untuk mendeteksi perubahan panas pada CPU komputer yang diatur

dalam jangkauan suhu 36°C sampai 67°C.

(35)

Maka diperoleh range suhu sebesar :

T = 67°C - 36°C

= 31°C

Keluaran sensor LM35D berupa hasil konversi suhu yang dideteksi pada

masukan sensor menjadi tegangan analog. Sesuai dengan karakteristik sensor

LM35D maka untuk memperoleh tegangan keluaran pada sensor LM35D dapat

menggunakan persamaan 2.1 sebagai berikut :

V

out

=

Temperature

x 10mV/°C

Vout 1 = 36°C x 10mV/°C

;

Vout 2 = 67°C x 10mV/°C

=

0,36V =

0,67V

Mengacu persamaan 2.1 dapat diperoleh interval tegangan keluaran sensor

tiap perubahan suhu sebesar 1°C sebagai berikut :

Interval

V

out

=

T

V

out

x 1°C

Interval Vout =

C

V

°

31

31

,

0

x 1°C = 0,01V

Untuk mendapatkan kinerja yang optimal dari sensor LM35D pada beban

dengan kapasitansi tinggi maka perancangan mengacu pada rangkaian yang

disarankan dari

datasheet

, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2.

3.1.2.

Rangkaian pengkondisi sinyal

Pengkondisi sinyal diperlukan sebagai penyesuai tegangan keluaran sensor

suhu dengan untai rangkaian ADC agar tegangan keluaran ADC dapat diolah

(36)

dari tegangan keluaran dari sensor LM35D (Vin(+)) dan berupa keluaran dari

tegangan pengurang (Vin(-)) yang diset sebagai berikut :

V

in

= { V

in(+)

- V

in(-)

}

0V

= 0,36V - Vin(-)

V

in(-)

= 0,36V

Jika Vin(+) lebih besar dari 0,36V maka terjadi beda potensial {

Vin},

sehingga hanya selisih tegangan yang bernilai positif dijadikan

input

pada ADC.

Bila

V

in

sebesar 0V, maka keluaran pada ADC adalah (00000000), dan ketika

Vin sebesar 0,31V, maka keluaran pada ADC adalah (00011111). Sehingga

diperoleh resolusi tiap

step

bit nya :

resolusi

tiap

step

bit =

step

V

31

31

,

0

= 10mV/

step

Didapatkan Vref ADC diset sebesar :

resolusi

=

255

Vref

Vref

=

255

x

10mV

=

2,55V

Jadi tiap perubahan tegangan masukan (Vin(+)) sebesar 10mV, maka data digital

pada keluaran ADC akan berubah 1 nilai biner.

Tabel 3.1. Perhitungan konversi pada pengkondisi sinyal

Vout

( Vin(+) )

Vin

( Vin(-) )

Beda Potensial

{ Vin(+)-Vin(-) }

Bil Biner

(37)

3.1.2.a.

Rangkaian tegangan pengurang

Rangkaian tegangan pengurang yang diinginkan dalam perancangan

adalah 0,36V, maka Rpot 20k harus disetting dengan menggunakan rumus:

Vcc

Rpot)

(R

Vpengurang

'

=

×

+

Rpot

5

)

10

20

(

0,36

'

k

k

Rpot

=

×

+

K

Rpot

'

=

2

,

16

Gambar 3-3. Rangkaian tegangan pengurang

Tegangan pengurang berfungsi sebagai tegangan acuan untuk mengurangi

tegangan keluaran. Sehingga beda tegangan yang bernilai positif yang akan

diambil ADC untuk diproses seperti yang ditunjukkan pada gambar 3-4.

Gambar 3-4. Hubungan Vin dengan Vout

+

-U2B

5 6

7 4

11

Tegangan pengurang

C5 10uF R

10k

5V

Pot 20k 2.16k

1

3 2

Beda tegangan (V)

-0. 1 0 0. 1 0. 2 0. 3 0. 4

0 0. 2 0. 4 0. 6 0. 8

(38)

3.1.2.b.

Rangkaian tegangan referensi

Tegangan referensi digunakan untuk menentukan resolusi sebesar 10mV.

Tegangan referensi yang diinginkan dalam perancangan adalah 2,55V. Maka

Rpot1 20k harus disetting dengan menggunakan rumus:

Vcc

Rpot1)

(R

Vpengurang

'

1

=

×

+

Rpot

5

)

10

20

(

2,55

'

1

k

k

Rpot

=

×

+

K

Rpot

1

'

=

15

,

3

Gambar 3-5. Rangkaian tegangan pengurang

+ -U2B 5 6 7 4 11 Tegangan referensi C5 10uF R 10k 5V Pot1 20k 15.3k 1 3 2

3.1.3.

Pengubah Analog ke Digital (ADC)

Pada gambar 3.6. merupakan rangkaian ADC0804 yang digunakan untuk

mengubah masukan informasi tegangan analog yang diubah ke dalam format

digital, agar informasi yang disampaikan dapat diterima oleh komputer melalui

port parallel.

Tegangan pengurang

VCC (5V)

Status Bit 4

Tegangan referensi U1 ADC0804 1 2 3 20 9 7 8 4 5 6 17 18 16 15 14 13 12 11 10 19 CS RD WR VCC VREF/2 VIN (-) A GND CLK IN INT VIN (+) D1 D0 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D GND CLK R C1 150pF

Status Bit 6 Status Bit 8 Status Bit 7 Status Bit 5

Vout sensor suhu

R11

10k

(39)

Masukan ADC, Vin(+) berupa tegangan

output

dari sensor LM35D antara

0,36V sampai 0,67V dan Vin(-) dari pengkondisi sinyal sebagai tegangan acuan

yang di atur pada 0,36V. Kemudian dikurangkan sehingga menghasilkan beda

potensial yang besarnya antara 0V sampai 0,31V dan dikonversikan menjadi data

digital 5 bit. Kontrol-kontrol ADC yang meliputi CS, RD, dan WR yang masing

masing aktif bila diberikan logika rendah. Pin kontrol WR di hubungkan dengan

port parallel bagian Data bit 4 seperti terlihat pada Gambar di atas.

Keluaran ADC 0804 berupa data digital 5 bit, hal ini dikarenakan saat

komputer dinyalakan suhu awalnya sekitar 35°C sampai 70°C, setelah itu

komputer akan

auto shutdown

. Maka suhu CPU komputer yang ingin dicapai dari

36°C sampai 67°C. Keluaran ADC dihubungkan ke CPU komputer dengan

menggunakan port parallel. Kaki D0 sampai D4 pada

output

ADC dihubungkan

ke kaki port parallel bagian status bit 4 sampai status bit 8.

Perancangan ADC menggunakan waktu konversi 100µs, sesuai dengan

data sheet

ADC 0804, sehingga frekuensi

clock

dapat dicari dengan menggunakan

persamaan 2.5. dan persamaan 2.6.

z

fclock

fclock

clock

fclock

clock

clock

clock

640kH

10

64

1

T

1

10

64

T

64

T

10

100

64

T

Tkonversi

4 4 6

=

×

=

=

×

=

=

×

=

(40)

Dengan diperoleh nilai

fclock,

maka untuk mencari nilai R11 dan C1

digunakan persamaan :

C1

R11

1,1

1

×

×

=

fclock

1,1

640.000

1

C1

R11

C1

R11

1,1

1

640.000

×

=

×

×

×

=

Bila R11 dipilih 10k

, maka :

pF

C

C

150

1

000

.

10

1

,

1

000

.

640

1

1

=

×

×

=

3.1.4.

Rangkaian penggerak kipas

Pada gambar 3-7 dapat dilihat bahwa isi dari IC buffer ULN2804 berisi

gerbang NOT. Gerbang NOT tersebut dapat dianalogikan dengan sebuah

transistor seperti gambar 3-8. Saat input diberi arus Ib maka transistor akan

on

sehingga Vce mendekati 0V sehingga mengalir arus IC yang menyebabkan

timbulnya medan magnet pada L yang akan menggerakan kipas.

Gambar 3-7. IC ULN2804

Q1 3 2 1 input L VCC D

Ic

Ib

(41)

3.2.

Perancangan perangkat lunak (software)

Perancangan perangkat lunak bertujuan untuk mengatur komputer dengan

perangkat keras lainnya yang digunakan untuk menjalankan sistem pengaturan

suhu komputer. Perancangan perangkat keras yang diperlukan antara lain adalah

koneksi antara komputer dan sensor suhu dengan menggunakan ADC, koneksi

komputer dan kipas dengan Driver motor ULN2804.

Pada perancangan ini menggunakan program Visual Basic. Cara kerja dari

program ini terdiri dari beberapa tahap.

1.

Tahap pertama : Mengambil informasi suhu yang telah diubah menjadi

data digital dari dari keluaran ADC ke parallel port bagian input.

2.

Tahap kedua : Pada alamat

parallel port input

bagian MSB di

invert

, hal

ini mengakibatkan data masukan yang diterima Visual Basic seharusnya

bernilai 0(0000.0000) menjadi 128(1000.0000), atau yang seharusnya 128

(1000.0000) menjadi 0(0000.0000).

3.

Tahap tiga : Untuk mengubah menjadi data masukan yang diiginkan

dengan menjalankan perintah a = ( informasi suhu -128) / 8.

4.

Tahap keempat : Bila data masukan lebih kecil dari 0 maka program akan

menjalankan perintah a = 32 + a + 36. Nilai 32 merupakan jumlah data

keseluruhan, sedangkan nilai 36 merupakan suhu terendah yang ingin

diukur mulai dari 36°C. Bila data masukan lebih besar dari 0 maka

(42)

5.

Tahap kelima : Bila telah mencapai batas suhu acuan maka program akan

menjalankan kipas, sedangkan bila 3°C lebih rendah dari batas suhu acuan

maka program akan menjalankan perintah untuk mematikan kipas.

Kipas pertama diletakkan pada bagian

heatsink

prosesor, sebagai

pendingin suhu prosesor, kipas 1 ini menjadi prioritas utama. Kipas 2 diletakkan

pada bagian samping

cassing

CPU, fungsinya untuk mendinginkan suhu ruang

cassing

CPU dengan memasukkan udara dari luar ke dalam ruang

cassing

CPU.

Kipas 2 menjadi prioritas kedua. Kipas 3 dan kipas 4 diletakkan pada bagian

depan dan bagian belakang

cassing

CPU, fungsinya mengeluarkan udara pada

cassing

CPU. Kipas 3 dan kipas 4 menjadi prioritas ketiga. Apabila suhu prosesor

melebihi ambang batas suhu sebesar 67°C maka akan keluar tampilan peringatan

untuk segera mematikan komputer, seperti pada gambar 3.10. Untuk keluar dari

program dapat mengklik

EXIT.

Gambar 3.9. Tampilan Program pengatur suhu CPU komputer.

(43)

Start

Mengambil informasi suhu dari port parallel

Suhu >= Suhu acuan 1?

Menyalakan kipas 1

ya

Matikan kipas 1

tidak

tidak

Suhu >= Suhu acuan 1 - 30C ?

tidak

Ya

Suhu >= 670 ?

Tampilkan peringatan

ya

END Suhu >= Suhu

acuan 2?

Menyalakan kipas 2

ya

Matikan kipas 2

tidak

Suhu >= Suhu acuan 2 -30C ?

tidak

Ya

Suhu >= Suhu acuan 3?

Menyalakan kipas 3

ya

Matikan kipas 3

tidak

Suhu >= Suhu acuan 3 -3 0C ?

tidak

Ya

Suhu >= Suhu acuan 4?

Menyalakan kipas 4

ya

Matikan kipas 4

tidak

Suhu >= Suhu acuan 4 -3’C ?

tidak

Ya

a = (informasi suhu -128)/8

a < 0 ?

(44)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil pengamatan perangkat keras dari pengatur

suhu yang dirancang untuk mengatur suhu pada prosesor dengan menggunakan

heatsink sebagai media perantaranya serta mengatur kerja sistem pendingin.

Sistem pendingin yang digunakan yaitu kipas CPU.

Pengamatan dilakukan pada keluaran dari sensor LM35 berupa tegangan

analog dari suhu yang terdeteksi, pada pengkondisi sinyal berupa tegangan yang

diset sebagai suhu acuan terendah, dan pada keluaran dari ADC berupa data

digital dalam bentuk biner 5 bit yang kemudian diolah komputer dengan

menggunakan program Visual Basic.

4.1.

Pengamatan pada sensor LM35D

Pada pengamatan ini, sensor yang diggunakan sensor suhu LM35D.

Pengukuran suhu dilakukan menggunakan multimeter digital PC 510 sebagai

referensi pendeteksi suhu maka pada pengamatan ini tegangan keluaran analog

dari sensor LM35D secara perhitungan dan yang terukur berdasarkan persamaan

4.1. sehingga didapat persentase galat untuk tiap pengukuran suhu yang terdeteksi.

Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada tabel 4.1.:

%

100

%

x

Vout

Vout

Vout

Galat

referensi referensi terukur

(45)

Tabel 4.1. Data pengukuran pada sensor LM35D

No Multimeter digital sebagai referensi suhu (°C) Vout sensor secara perhitungan (V) Vout sensor secara pengukuran (V) Galat/ Selisih (V) Persentase Galat (%)

1 36 0.360 0.356 0.004 1.11% 2 37 0.370 0.365 0.005 1.35% 3 38 0.380 0.375 0.005 1.31% 4 39 0.390 0.387 0.003 0.77% 5 40 0.400 0.394 0.006 1.5% 6 41 0.410 0.406 0.004 0.97% 7 42 0.420 0.415 0.005 1.2% 8 43 0.430 0.425 0.005 1.16% 9 44 0.440 0.435 0.005 1.13% 10 45 0.450 0.444 0.006 1.33% 11 46 0.460 0.456 0.004 0.87% 12 47 0.470 0.465 0.005 1.06% 13 48 0.480 0.474 0.006 1.04% 14 49 0.490 0.485 0.005 1.02% 15 50 0.500 0.496 0.004 0.8% 16 51 0.510 0.506 0.004 0.78% 17 52 0.520 0.514 0.006 1.15% 18 53 0.530 0.525 0.005 0.94% 19 54 0.540 0.535 0.005 0.92% 20 55 0.550 0.545 0.005 0.9% 21 56 0.560 0.556 0.004 0.71% 22 57 0.570 0.567 0.003 0.52% 23 58 0.580 0.576 0.004 0.69% 24 59 0.590 0.585 0.005 0.85% 25 60 0.600 0.595 0.005 0.83% 26 61 0.610 0.606 0.004 0.65% 27 62 0.620 0.615 0.005 0.8% 28 63 0.630 0.626 0.004 0.63% 29 64 0.640 0.634 0.006 0.94% 30 65 0.650 0.645 0.005 0.77% 31 66 0.660 0.656 0.004 0.6% 32 67 0.670 0.665 0.005 0.75%

Melalui tabel 4.1 diperoleh data hasil pengukuran pada keluaran dari

sensor LM35D, sehingga dapat diperoleh persentase galat yang terjadi. Grafik

linearitas hasil pengukuran pada keluaran sensor LM35D dengan multimeter

digital PC 510 yang digunakan sebagai referensi dengan data hasil perhitungan

(46)

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0. 360 0. 370 0. 380 0. 390 0. 400 0. 410 0. 420 0. 430 0. 440 0. 450 0. 460 0. 470 0. 480 0. 490 0. 500 0. 510 0. 520 0. 530 0. 540 0. 550 0. 560 0. 570 0. 580 0. 590 0. 600 0. 610 0. 620 0. 630 0. 640 0. 650 0. 660 0. 670

Vout suhu perhitungan (V)

V ou t s u hu pe ng uk u ra n ( V )

Gambar 4.1. Grafik linearitas dari Sensor LM35D

Sumbu ordinat (y) merupakan Vout hasil pengukuran sensor LM35D

dengan menggunakan multimeter digital PC 510, dan sumbu absis (x)

menunjukkan Vout hasil pengukuran berdasarkan perhitungan secara teoritis.

Sehingga didapatkan persamaan linear dari gambar 4.1 yaitu :

N = 32

x

i

=

16

.

329

0

.

5103

32

329

.

16

=

=

x

y

i

=

16

.

48

0

.

515

32

48

.

16

=

=

y

x

i2

=

8

.

6053

x

i

y

i

=

8

.

6823

Dari data yang diperoleh diatas, maka didapatkan koefisien

dan

dengan menggunakan persam

aan 4.2 :

0

a

a

1

aan 4.1 dan persam

=

2 2

1

)

(

i i i i i

x

x

N

y

x

y

x

N

a

i

...(4.2)

99965

.

0

735

.

8

)

329

.

16

(

)

6053

.

8

(

32

732

.

8

)

8

6823

.

8

(

32

2

1

=

=

=

a

)

16

.

329

(

16

.

4

x

a

y

a

0

=

1

...(4.3)

3 0

0

.

515

0

.

99965

(

0

.

5103

)

4

.

8973

.

10

=

(47)

Dari koefisien-koefisien diatas, diperoleh persamaan linear dari gambar 4.1 yaitu :

Pada hasil pengujian pada tabel 4.1 di

yang terjadi antara keluaran tegangan sensor secara perhitungan dengan

percobaan, sehingga didapatkan grafik kurva kesalahan sebagai berikut :

saat pengukuran suhu dengan menggunakan

persamaan 4.4 adalah :

Mean

x

y

=

4

.

8973

.

10

−3

+

0

.

99965

peroleh persentase galat / selisih

Gambar 4.2. Galat tegangan keluaran Sensor LM35D

0.00% 0.40% 0.60%

36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66

P e rsen ta 0.20% 0.80% 1.00% 1.20% 1.40%

Temperature suhu yang terdeteksi (derajad celcius)

se G a la t (% ) 1.60%

Melalui data hasil pengukuran dari gambar 4.2. dapat dihitung nilai rerata

dari persentase galat yang terjadi

n

Galat

i

=

i

Galat

n

=

)

(

%

...(4.4)

=

=

1

%

...

%

9368

.

0

32

%

98

.

29

=

Dari persentase

nilai rerata galat yang didapat, maka didapatkan tingkat

keakurasian dari sensor LM35D yaitu :

keakurasian = 100%- 0

Dari data hasil persentase keakurasian pada gambar 4.2, dapat disimpulkan

bahwa sensor LM35D dapat bekerja dengan tingkat akurasi yang masih berada di

dalam batas ketepatan. Dengan tingkat kesalahan yang terjadi yaitu sebesar

Persentase

9368% = 99.063%

C

°

(48)

4.2

pengukuran didapatkan persentase galat yang menggunakan persamaan 4.1

engkondisi sinyal

.

Pengamatan pada Pengkondisi Sinyal

Pada bagian pengkondisi sinyal ini pengamatan dilakukan pada

tegangan keluaran dari rangkaian tegangan pengurang. Pengambilan data

dilakukan dengan menggunakan multimeter digital PC 510. Dari hasil

Tabel 4.2. Data hasil pengukuran pada p

Multimeter digital PC 510

sebagai referensi suhu (°C) Vout pengk.sinyal secara perhitungan (V) Vout pengk.sinyal Galat/ selisih (V) Persentase secara Galat pengukuran

(V) (%) 36 0.360 0.361 -0.001 0.27% 37 0.360 0.361 -0.001 0.27% 38 0.360 0.361 -0.001 0.27% 39 0.360 0.360 0 0% 40 0.360 0.359 0.001 0.27% 41 0.360 0.360 -0.001 0.27% 42 0.360 0.361 -0.001 0.27% 43 0.360 0.360 0 0% 44 0.360 0.360 0 0% 45 0.360 0.359 0.001 0.27% 46 0.360 0.359 0.001 0.27% 47 0.360 0.360 0 0% 48 0.360 0.361 -0.001 0.27% 49 0.360 0.361 -0.001 0.27% 50 0.360 0.361 -0.001 0.27% 51 0.360 0.360 0 0% 52 0.360 0.360 0 0% 53 0.360 0.359 0.001 0.27% 54 0.360 0.361 -0.001 0.27% 55 0.360 0.360 0 0% 56 0.360 0.360 0 0% 57 0.360 0.360 0 0% 58 0.360 0.359 0.001 0.27% 59 0.360 0.359 0.001 0.27% 60 0.360 0.360 0 0% 61 0.360 0.360 0 0% 62 0.360 0.361 -0.001 0.27% 63 0.360 0.360 0 0% 64 0.360 0.361 -0.001 0.27% 65 0.360 0.360 0 0% 66 0.360 0.359 0.001 0.27% 67 0.360 0.359 0.001 0.27%

Dari tabel 4.2 diperoleh grafik persentase galat dengan sumbu absis (x)

merupakan suhu yang did

i denga

ultimeter digital PC 510,

dan sumbu ordinat (y) me

kkan pe

se galat

ng terjadi

ah :

eteks

n menggunakan m

(49)

nggunakan

persam

Gambar 4.3. Persentase galat tegangan keluaran pengkondisi sinyal

0.00% 0.10%

36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 Temprature suhu yang terdeteksi (derajad celcius)

e

rsen

0.05% 0.15% 0.20% 0. 0.

P

tase G

a

la

t

(%

) 25% 30%

Melalui tabel 4.2 dapat diperoleh nilai rerata dari persentase Galat yang

terjadi saat pengukuran tiap perubahan suhu yang terjadi dengan me

aan 4.4 yaitu :

Mean =

0

.

17

%

32

%

41

.

5

%

galat

=

=

Sehingga didapatkan persentase keakurasian dari pengkondisi sinyal :

Persentase

keakurasian = 100% - 0.17% = 99.83%

Data hasil pengukuran disimpulkan bahwa tegangan keluaran yang

didapatkan tidak bergeser terlalu jauh dari hasil perancangan, yaitu berkisar 0,359

s/d 0,361. sedangkan untuk V

ref

diset sebesar setengah dari tegangan referensinya

dari hasil perancangan yaitu sebasar 1,275V. Hal ini sesuai dengan data sheet

untuk dapat menghasilkan tegangan pembanding sebesar 10 mV untuk tiap

kenaikan suhu 1°C.

4.3.

Pengamatan ADC

bilan data berupa pengamatan konversi

n tegangan

uaran dari ADC berupa

Pada bagian ADC0804 pengam

ADC0804 berupa tegangan keluaran pada sensor LM35D denga

(50)

data di

referensi suhu Pengk.Sinyal 0 1 2 3 DB

4

gital dalam bentuk biner yang ditampilkan pada nyala mati lampu LED.

Kemudian data digital tersebut dikirim melalui paralel port ke CPU untuk diolah.

Tabel 4.3. Konversi ADC0804

No Multimeter Digital PC510 sebagai (°C) Teg. Keluaran SensorLM35D (V) Teg. Keluaran (V) Konversi ADC (Vin(+)-Vin(-))

(V)

DB DB DB DB

0 36 0.356 0.361 -0.005 0 0 0 0 0 1 37 0.365 0.361 0.004 0 0 0 0 1 2 38 0.375 0.361 0.014 0 0 0 1 0 3 39 0.387 0.360 0.027 0 0 0 1 1 4 40 0.394 0.359 0.035 0 0 1 0 0 5 41 0.406 0.360 0.046 0 0 1 0 1 6 42 0.415 0.361 0.054 0 0 1 1 0 7 43 0.425 0.360 0.065 0 0 1 1 1 8 44 0.435 0.360 0.075 0 1 0 0 0 9 45 0.444 0.359 0.085 0 1 0 0 1 10 46 0.456 0.359 0.097 0 1 0 1 0 11 47 0.465 0.360 0.105 0 1 0 1 1 12 48 0.474 0.361 0.113 0 1 1 0 0 13 49 0.485 0.361 0.124 0 1 1 0 1 14 50 0.496 0.361 0.135 0 1 1 1 0 15 51 0.506 0.360 0.146 0 1 1 1 1 16 52 0.514 0.360 0.154 1 0 0 0 0 17 53 0.525 0.359 0.166 1 0 0 0 1 18 54 0.535 0.361 0.174 1 0 0 1 0 19 55 0.545 0.360 0.185 1 0 0 1 1 20 56 0.556 0.360 0.196 1 0 1 0 0 21 57 0.567 0.360 0.207 1 0 1 0 1 22 58 0.576 0.359 0.217 1 0 1 1 0 23 59 0.585 0.359 0.226 1 0 1 1 1 24 60 0.595 0.360 0.235 1 1 0 0 0 25 61 0.606 0.360 0.246 1 1 0 0 1 26 62 0.615 0.361 0.254 1 1 0 1 0 27 63 0.626 0.360 0.266 1 1 0 1 1 28 64 0.634 0.361 0.273 1 1 1 0 0 29 65 0.645 0.360 0.285 1 1 1 0 1 30 66 0.656 0.359 0.297 1 1 1 1 0 31 67 0.665 0.358 0.307 1 1 1 1 1

Dar

ata hasil

matan A

enunju

konv

i/s

sih ntar

t

ngan m

in(+)

) dengan tegangan masukan negatif (V

in(-)

d

roleh t

at kenaika

esar ±10

ap kenai

°C, ju

me pen

ruh

k

aran A

tiap step

yang d

ilkan pad

uaran ine

akn DB

s

pai dengan DB4 yang dapat dilihat pada nyala ma

pu LED.

i d

penga

DC m

kkan

ers

eli

a

a

ega

asukan positif (V

)

ipe

ingk

n seb

mV ti

kan 1

ga

m

ga

i

elu

DC

bitnya

itamp

a kel

b

r y

i

0

(51)

4.4.

Pen

matan P

Progra

isual B

Visual Basic digunakan sebagai pengatur kem

mena pil

nny pad

layar monitor. Informasi

ima dari

ran AD

g kem dia

iki

k

komputer

lalui parallel port. Da

pengam

ini p

ga

ilan data

dilakukan dengan mel

n penga

n tiap step kenaikan suhu yang

ditampilkan pada Visual Basic saat mendeteksi suhu dari 36°C sampai 67°C.

Tabel 4.4. Pengamatan pada program Visual Basic

Data keluaran Data yang Data kenaikan Data kenaikan

ga

ada

m V

asic

udian

m

ka

a

a

diter

kelua

C yan

u

n d

rim e

me

lam

atan

en

mb

akuka

mata

ADC (biner)

Diterima komputer (desimal)

tiap step (desimal)

suhu pada tampilan

00000 128 0 36

00001 136 1 37

00010 144 2 38

00011 152 3 39

00100 160 4 40

00101 168 5 41

00110 176 6 42

00111 184 7 43

01000 192 8 44

01001 200 9 45

(52)

Dari hasil pengam

menunjukkan bahwa tiap kenaikan suhu sebesar

1°C terjadi perubahan data kenaikan tiap step. Begitu pula sebaliknya, bila terjadi

penuruna

sebesar 1°

rjadi peruba

data penuru

tiap step. Hal ini

berarti bahwa program telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu

menampilkan perubahan data tiap step bila terjadi perubahan suhu sebesar ±1°C.

4.5

Hasil Pengamatan Sistem

P

ilan data dilakukan dengan membandingkan keluaran pada

tampilan

isual basic dengan multimete

endeteksi su

Hasil pengamatan

menampilkan keluaran ADC berjumlah 5 bit dalam bentuk biner yang ditampilkan

pada banyaknya lampu led yang menyala.

Jika pada tegangan keluaran ADC bernilai 5 Volt maka lampu led akan

mati berlogika ’0’, sedangkan jika tegangan keluaran ADC bernilai 0 Volt maka

lampu led akan nyala berlogika ’1’. Untuk lebih jelas hasil pengamatan dapat

dilihat pada tabel. 4.5 :

Tabel 4.5 . Data hasil pengukuran suhu

Suhu yang dibaca multimeter

Suhu yang ditampilkan

No Suhu yang

dibaca multimeter

digital (°C)

Suhu yang ditampilkan Visual Basic

(°C)

atan

n suhu

C te

han

nan

engamb

dari V

r p

hu.

No

digital (°C)

Visual Basic (°C)

(53)

Dari hasil pengukuran suhu pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa ketika

suhu prosesor yang dibaca oleh multimeter digital PC 510 dengan suhu prosesor

yang terdeteksi oleh

disebabkan faktor

peletakan sensor LM35D d

kabe

ltim

al PC 510

kurang begitu tepat ke sumber p

s dari

sesor

Dari data hasil pengukuran suhu dapat digambarkan karakteristik kerja

sistem pada saat kipas (m) mulai

kerja d

mati s

gai beriku

Kipas (m)

ulai bekerja

Kipas (m)

ti

n-3

n

Suhu acuan (°C)

kipas (m) mulai bekerja, dan

ketika s

ang terdeteksi

ncapa batas uhu y

pada

pengatur suhu acuan kipas 2

ebesar 47°C. Dapat dilihat b

wa kipas 2 mulai bekerja dengan ditandai dari

edang an pad gamb

6. etika

ya

erd

. Terjadi

perubahan warna pada kipas 2 yang menunjukkan bahwa kipas 2 tidak bekerja.

Visual Basic lebih rendah 1°C, hal ini

engan ujung

l dari mu

eter digit

ana

pro

.

be

an

eba

t :

m

ma

Gambar 4.4. Karakteristik kipas (m) saat mulai bekerja dan mati

m = Kipas 1,2,3,4.

n = Suhu yang terukur 36°C sampai 67°C.

Dari gambar 4.4. dapat disimpulkan bahwa ketika suhu yang terdeteksi

naik dan telah mencapai batas suhu acuan (n) maka

uhu yang terdeteksi turun sampai (n-3)°C maka kipas (m) akan mati.

Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 4.5. ketika suhu y

telah me

i

s

an

g dis

et

scroll

s

ah

perubahan warna biru pa

p

S

k

a

ar 4. k

suhu

ng t

eteksi lebih redah 3°C

da ki as 2.

(54)

Gambar 4.5. Tampilan Visual Basic saat kipas 2 mulai bekerja

(55)

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1.

Kesimpulan

1.

Pada pengujian alat, suhu yang dapat diatur oleh pengguna 36°C

sampai 67°C. Bila suhu yang telah terdeteksi telah mencapai 67°C,

maka akan tampil peringatan agar segera mematikan komputer.

2.

Pengguna dapat mengatur suhu prosesor yang diinginkan dengan

mengatur

scroll pengatur suhu acuan pada tampilan program Visual

Basic sehingga bekerjanya kipas dapat disesuaikan dengan batasan

suhu yang dicapai.

3.

Dari hasil pengamatan keseluruhan dapat disimpulkan bahwa alat yang

dibuat dapat bekerja dengan tingkat kenaikan suhu yang sebanding

dengan suhu yang ditampilkan multimeter digital PC 510 sebagai

referensi pada pengukuran.

5.2.

Saran

Alat ini dapat diaplikasikan tidak hanya pada CPU komputer,

misalnya untuk pengatur suhu air, suhu ruang, dll dan juga alat ini dapat

(56)

Daftar Pustaka

1.

Malvino, A.P, ”Elektronik Komputer Digital”. 1988

2.

Budiharto, W.S, Si,.M.Kom. dan Firmansyah,S, ”Elektronika Digital dan

Mikroprosesor”, Penerbit ANDI, Yogyakarta,2005.

3.

Prasetia, R dan Widodo, C.E, “ Interfacing Port Parallel dan Port Serial

Komputer dengan Visual Basic 6.0”, Penerbit ANDI, Yogyakarta,2004.

4.

http://www.national.com

, “Data Sheet”, National Corporation,2005.

5.

http://www.motorolasemiconductors.com

, “Data Sheet”, Motorola

(57)
(58)

Public Declare Function Inp Lib "inpout32.dll" _

Alias "Inp32" (ByVal PortAddress As Integer) As Integer

Public Declare Sub Out Lib "inpout32.dll" _

Alias "Out32" (ByVal PortAddress As Integer, ByVal Value As Integer)

Public Declare Sub Tunda Lib "Port_IO.dll" (ByVal lama As Integer)

Dim b, c, d, e, f As Integer

'inisialisasi'

Private Sub Command2_Click()

'untuk keluar dari program'

End

End Sub

Private Sub Form_Load()

'pemberian nilai awal'

b = 0

c = 0

d = 0

e = 0

f = 0

End Sub

Private Sub Hs1_Change()

'pengaturan nilai'

Label1.Caption = Format(Hs1.Value, "##")

'nilai label1 sesuai dengan nilai Hs1'

End Sub

Private Sub Hs2_Change()

Label2.Caption = Format(Hs2.Value, "##")

End Sub

Private Sub Hs3_Change()

Label3.Caption = Format(Hs3.Value, "##")

End Sub

Private Sub Hs4_Change()

Label4.Caption = Format(Hs4.Value, "##")

End Sub

Private Sub Timer1_Timer()

Text1.Text = Inp(Val(&H379))

'data masukan dari alamat 889'

Text2.Text = (Val(Text1.Text) - 128) / 8

If Text2.Text < 0 Then

Text3.Text = 32 + Text2.Text

Else

Text3.Text = Text2.Text

End If

Suhu.Height = 1575 - (Text3.Text * 50)

Text4.Text = (36 + Text3.Text)

If Text4.Text = 67 Then

' suhu telah mencapai 67 derajat'

Beep

' menyalakan buzzer komputer'

Form2.Visible = True

' menampilkan peringatan'

Tunda 6000

' tunda 6 detik'

(59)

If Text4.Text >= Label1.Caption Then

s1.FillColor = &HFF8080

' kode warna biru tua'

b = 2 ^ 0

ElseIf Text4.Text < (Label1.Caption - 3) Then

s1.FillColor = &HC0C000

' kode warna hijau'

b = 0

End If

If Text4.Text >= Label2.Caption Then

s2.FillColor = &HFF8080

c = 2 ^ 1

ElseIf Text4.Text < (Label2.Caption - 3) Then

s2.FillColor = &HC0C000

c = 0

Gambar

Gambar 2-6. Rangkaian pembagi tegangan
Gambar  2-7.
Gambar 2-10. Halaman utama Visual Basic
Gambar 3-1. Diagram Kotak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Juni 2016 di Merauke adalah: kelompok bahan makanan sebesar 0,06 persen; kelompok makanan

1) Menentukan Haircut Agunan terhadap setiap jenis Agunan. 2) Menetapkan jenis Agunan yang hanya dapat digunakan sebagai jaminan untuk Penyelesaian Transaksi Bursa

Secara khusus makalah “Penerapan Sila Persatuan Indonesia dalam Kemajemukan Budaya yang masuk di Yogyakarta” akan membahas tentang sikap masyarakat Yogyakarta dalam

Kepala Bagian Iklan: Ali Usodo Kepala Bagian Pemasaran: Monang Sitorus Wakil Kepala Bagian Iklan: Nenny Indriasari.. Telepon Pengaduan

Dari uraian di atas dapat disim- pulkan bahwa yang menjadi permasa- lahan adalah di perusahaan yang menjadi objek penelitian ini (CV Hana Sejati Group) perlakuan terhadap

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa akibat adanya campuran lumpur sidoarjo sebagai media pembibitan sengon menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada rerata luas

Penelitian meliputi dua percobaan yaitu : (1) pembentukan populasi F1 dengan persilangan dialel, (2) Pendugaan parameter genetik populasi F1 cabai terhadap layu

Ho = Variabel budaya organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel turnover intention melalui variabel kepuasan kerja karyawan dan variabel