• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Ikan Pora-Pora (Mystacoleucus padangensis) sebagai Substitusi Tepung Ikan Komersial Dalam Ransum terhadap Performans Itik Porsea Umur 0-12 Minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Ikan Pora-Pora (Mystacoleucus padangensis) sebagai Substitusi Tepung Ikan Komersial Dalam Ransum terhadap Performans Itik Porsea Umur 0-12 Minggu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Itik Porsea

Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam kelas :

Aves, ordo: Anseriformes, famili : Anatidae, sub famili : Anatinae, tribus : Anatini,

genus : Anas dan spesies: Anas platyrhynchos. Atas dasar umur dan jenis

kelaminnya itik dibedakan satu sama lain dengan nama yang berbeda-beda. Duck

adalah sebutan itik secara umum, apabila tidak melihat umur maupun jenis

kelaminnya. Duck juga mempunyai arti itik dewasa betina. Drake adalah itik

jantan dewasa, sedangkan drakel atau drakeling berarti itik jantan muda. Duckling

adalah sebutan untuk itik betina, atau itik yang baru menetas (Day Old Duck =

DOD). Itik jantan atau betina muda yang dipasarkan sebagai ternak potong pada

umur 7 sampai 10 minggu, lazim disebut green duck (Srigandono, 1997).

Menurut Tarigan (2007) bahwa Itik Porsea memiliki warna bulu penciled

dan memiliki tubuh yang ramping serta berdiri dengan tegak melebihi dari entok.

Itik Porsea memiliki panjang tibia berkisar antara 8,766-11,266 cm dengan

koefisien keragaman 6,240%. Selain itu, panjang dari tarsometatarsus berkisar

antara 5,598-7,518 cm dengan koefisien keragaman 7,285%. Panjang jari berkisar

5,054-5,982 cm dengan koefisien keragaman 4,204%. Panjang sayap berkisar

18,28-20,72 cm dengan koefisien keragaman 3,218%. Sedangkan panjang maxilla

berkisar 3,584-5,452 cm dengan koefisien keragaman 10,336%. Itik Porsea ini

banyak terdapat di Desa Narumonda VIII Kecamatan Porsea Kabupaten Toba

Samosir Provinsi Sumatera Utara.

Itik merupakan unggas yang mempunyai kemampuan untuk

(2)

yang tinggi dapat mempengaruhi besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan.

Pemberian ransum memegang porsi sebesar 60 sampai 70 persen dari total biaya

produksi (Ichwan, 2003).

Itik merupakan salah satu unggas air. Sebagai unggas air, ternak ini

memiliki kulit yang tebal yang disebabkan oleh adanya lapisan lemak tebal yang

terdapat di lapisan bawah kulit. Daging itik dibanding spesies unggas lainnya

(itik, ayam, kalkun), mengandung lemak yang lebih tinggi. Lemak unggas, pada

umumnya sebagian besar terdiri atas asam lemak tidak jenuh (Pisulewski, 2005).

Menurut Srigandono (1998), menyatakan bahwa itik pedaging adalah itik

yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan secara efisien menjadi

daging yang bernilai gizi tinggi. Di samping itu, itik pedaging harus memiliki

konformasi dan struktur perdagingan yang baik. Selain itu, tujuan pokok

pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan daging bagi konsumsi

manusia.

Sistem Pencernaan Itik

Sistem digesti adalah suatu lintasan organ yang menghubungkan

antara lingkungan dengan proses metabolisme alamiah pada hewan

(Nesheim et al., 1979).

Sistem pencernaan itik antara lain: Paruh untuk mematuk dan

memasukkan makanan kedalam mulut, pharynx merupakan lanjutan dari ruang

mulut, oesophagus memounyai kemampuan untuk berkembang besar agar

makanan dengan mudah melalui saluran tersebut, tembolok merupakan terminal

sementara makanan untuk dilunakkan agar mudah diteruskan ke dalam lambung,

(3)

mengeluarkan getah-getah pencernaan pepsin dan asam khlor yang melumasi

makanan untuk dicerna di dalam lambung otot, lambung otot atau ampela

merupakan lambung berdinding jaringan otot yang kuat dan tebal berwarna

kemerahan. Di sinilah ampela berfungsi sebagai penggiling makanan terutama

biji-bijian yang sudah dilumuri enzim pepsin dan asal khlor, sehingga menjadi

lumat, usus halus merupakan saluran panjang yang berawal dari lubang keluar

lambung otot, usus besar merupakan penampung zat-zat makanan yang sudah

dicerna dan diserap oleh usus halus. Sebelum masuk ke usus besar, harus

melewati simpang tiga sampai kloaka, kloaka merupakan muara dari beberapa

saluran, seperti saluran usus besar, saluran telur dan saluran kencing

(Wasito dan Eni, 1994). Pencernaan diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak

masuk dalam mulut sehingga diabsorbsi. Secara garis besar fungsi saluran

pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat pakan dicerna, tempat

pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan (Kamal, 1994).

Ransum Itik

Bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik sebaiknya murah, tidak

beracun, tidak asin, kering, tidak berjamur, tidak busuk/bau/apek, tidak

menggumpal, mudah diperoleh dan palatable (Ketaren,2001).

Menurut Wahju (2004), mengatakan bahwa bahan-bahan makanan untuk

ransum itik tidak berbeda dengan ayam. Bahan-bahan makanan untuk itik

biasanya terdiri dari jagung kuning, dedak halus, bungkil kacang kedele, bungkil

kelapa, tepung ikan dan bahan-bahan makanan lain yang menjadi sumber protein

dan energi. Untuk sumber mineral dapat digunakan grit, kapur dan sebagainya.

(4)

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan efisiensi penggunaan makanan

maksimum, kepada itik perlu diberikan ransum yang mengandung protein kasar

sebesar 24% dan Energi Metabolis 12,97 Mj/kg (3100 kkal/kg)

(Oluyemi dan Fetuga, 1978).

Berdasarkan kegunaannya bahan baku pakan ternak unggas terbagi

menjadi 5 golongan yaitu bahan baku sumber protein, bahan baku sumber energi,

bahan baku sumber vitamin, bahan baku sumber mineral serta feed suplement

yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh, aktivitas tubuh dan pertumbuhan

tubuh (Murtidjo, 1994).

Tangendjaja et al., (1986), melaporkan bahwa kemampuan itik mencerna

pakan lebih baik dari ayam. Dedak padi dapat diberikan kepada itik sampai 75%

tanpa mempengaruhi bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan (FCR).

Tetapi dedak padi hanya dapat dipakai kurang dari 60% dalam pakan ayam karena

pemberian dedak padi lebih dari 60% akan menurunkan pertumbuhan ayam. Hal

ini disebabkan oleh peningkatan kandungan serat kasar didalam pakan yang

mengandung dedak padi tinggi. Begitu pula diduga itik lebih mampu mencerna

serat kasar dibanding ayam.

Kebutuhan gizi itik pedaging dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kebutuhan gizi itik pedaging

Fase/umur Protein (%) EM (kk/kg)

0-2 Minggu 2-7 Minggu Breeding

22 16 15

2900 3000 2900 Sumber: NRC (1994)

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum serta

(5)

dan pengelolaannya. Konsumsi ternak itik pedaging dapat dilihat dari Tabel 2

berikut ini.

Tabel 2. Kebutuhan pakan itik pedaging

Umur (Mg)

Berat badan (kg) Konsumsi seminggu (kg) Konsumsi Kumulatif (kg)

Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina 0

dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya.

Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna

cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi

rusak (Boniran, 1999).

Tepung ikan merupakan bahan makanan ternak yang berkadar protein

tinggi, mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan

metionin sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat

pada bii-bijian. Disamping itu tepung ikan kaya akan vitamin B, mineral dan

kandungan lemak yang cukup juga merupakan sumbangan dalam memenuhi

kebutuhan ternak akan energi (metabolis) dan juga vitamin yang larut dalam

(6)

Adapun penggunaan tepung ikan ini terdiri dari berbagai jenis yang

beredar di pasaran yang disebut sebagai tepung ikan pabrik (komersil) yang telah

mengalami pengolahan dan pencampuran dengan bahan lain. Namun ternyata

tepung ikan tidak hanya bisa didapat dari pabrik, tepung ikan juga dapat

diproduksi sendiri yang murni berasal dari limbah-limbah ikan (sempengan) yang

tidak dipergunakan oleh manusia lagi dan bahkan kandungan proteinnya sendiri

masih utuh dibanding tepung ikan produksi parbrik (Sunarya, 1998). Kandungan

nutirisi tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung ikan

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%)

Energi Metabolisme (kkal/kg)

52,60a 2,20a 4,80b 6,65b 3,59b 2.810b Sumber : a. Hartadi et al., (1997)

b. NRC (1994)

Potensi Ikan Pora-pora

Klasifikasi ikan pora-pora secara zoologis adalah: Kingdom : Animalia,

Kelas : Actinopterygii, Ordo : Cypriniformes, Famili : Cyprinidae, Sub Famili :

Cyprininae, Genus : Mystacoleucus, Species : Mystacoleucus padangensis. Ikan

pora-pora atau dalam bahasa ilmiah disebut Mystacoleucus padangensis Bleeker

adalah ikan endemik yang hidup di Danau Singkarak, Sumatera Barat dikenal

dengan nama ikan bilih (Kartamihardja dan Sarnita, 2008).

Ikan pora-pora (Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan endemik di

wilayah pesisir Danau Toba. Ikan ini ditabur oleh mantan presiden Republik

(7)

Danau Singkarak, Sumatera Barat. Danau Toba yang mempunyai luas permukaan

lebih kurang 1.100 Km2, dengan total volume air sekitar 1.258 Km3 sekaligus

sebagai danau paling luas di Indonesia menghasilkan 20-40 ton ikan pora-pora per

hari.

Menurut Kartamihardja (2009), ada beberapa alasan mengapa ikan

pora-pora hidup, tumbuh dan berkembang pesat di Danau Toba, yaitu karena:1. Di

danau toba tersedia makanan ikan bilih yang berupa plankton, detritus dan sisa

pakan dari budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) yang cukup melimpah dan

belum dimanfaatkan secara optimal oleh ikan lain, 2. Ikan pora-pora termasuk

ikan benthopelogis, yaitu jenis ikan yang dapat memanfaatkan jenis makanan

yang berada di dasar perairan (benthic) maupun di lapisan tengah dan permukaan

air (pelagic), 3. Ikan pora-pora tidak berkompetisi makanan dan ruang dengan

ikan lain didanau Toba seperti ikan mujair, mas, nila dan lainnya, 4. Tempat hidup

ikan pora-pora di Danau Toba 10 kali lebih luas dibanding di Danau Singkarak,

5. Tempat pemijahan ikan pora-pora yang berupa sungai yang masuk ke

DanauToba (191 sungai) 30 kali lebih banyak dari sungai yang masuk ke Danau

Singkarak (6 sungai).

Menurut Purnomo dan Kartamihardja (2009), ikan bilih pada umumnya

ditangkap di daerah sekitar muara-muara sungai, misalnya: sungai Sipiso-piso

(Tongging), sungai Naborsahan (Ajibata), sungai Sisodang (Tomok), sungai

Simangira dan sungai Silang (Bakara), sungai di Hatinggian (Balige) dan sungai

di daerah Silalahi II. Kandungan nutrisi ikan pora-pora dapat dilihat pada Tabel 4

(8)

Tabel 4. Kandungan nutrisi ikan pora-pora Sumber : Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2013)

Ikan pora-pora telah menjadi ikan dalam populasi yang banyak sekitar

danau Toba, ikan ini ditangkap melalui jaring insang tetap, jaring angkat dan jala

tebar. Produksi ikan pora-pora tahun 2012 di wilayah kerja Kabupaten Karo dapat

dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Produksi ikan pora-pora tahun 2012 Kabupaten Karo

Jenis Alat Penangkapan Produksi Ikan Pora-pora (ton)

Triwulan I Triwulan II Triwulan III

Jaring insang tetap 4,50 3,60 2,88

Jaring angkat 28,80 25,20 19,20

Jala tebar 0,45 0,50 0,43

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo, 2013

Pembibitan ikan pora-pora terdapat di daerah Kabupaten Samosir dengan

program sesuai dengan pembenihan ikan telah menghasilkan produksi ikan pora

-pora yang telah didistribusikan ke luar wilayah dan mengalami proses sortiran

untuk pengepakan dan seleksi ikan pora-pora. Produksi ikan Pora-pora Kabupaten

Samosir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Data produksi ikan pora-pora Kabupaten Samosir

No Tahun Produksi Jumlah Produksi (ton)

1 2008 6.914,8

2 2009 10.478,5

3 2010 13.510,8

4 2011 11.816,7

5 2012 9.350

(9)

Tepung Jagung

Jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang utama dalam

penyusunan ransum itik. Ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih

dan jagung merah. Di Indonesia tepung jagung yang populer untuk ransum itik

adalah jagung kuning. Gunakan konsentrasi 50 sampai dengan 55 persen.

Jagung merupakan sumber energi utama bagi ternak bebek. Mudah

dicerna dan pengaruhnya besar terhadap warna kuning telur

(http://bebekudotme.wordpress.com, 2014). Kandungan nutrisi tepung jagung

tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan nutrisi tepung jagung

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%)

Energi Metabolisme (kkal/kg)

8,30a 2,20b 3,90a 0,03a 0,28a 3.420a Sumber : a. NRC (1994)

b. Hartadi et al., (1997)

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil

kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam

amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai

dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan

penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak

lebih dari 12 % (Hutagalung, 1990). Kandungan nutrisi bungkil kedelai tertera

(10)

Tabel 8. Kandungan nutrisi bungkil kedelai

menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Indonesia. Dalam proses pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai

hasil sampingan. Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras

terutama terdiri dari lapisan ari. Kandungan nutrisi dedak tertera pada Tabel 9

berikut.

Tabel 9. Kandungan nutrisi dedak

Uraian Kandungan Nutrisi

c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU, (2000)

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisa

pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan

sangat potensial untuk pertumbuhan ternak meningkatkan kualitas karkas

(Parakkasi, 1990). Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel

(11)

Tabel 10. Kandungan nutrisi bungkil kelapa

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan kering (%) 84,40a

Protein kasar (%) 21,00a

TDN (%) 81,30b

Serat kasar (%) 15,00a

Lemak kasar (%) 1,80 a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1994)

Pembuatan Tepung Ikan

Menurut Rasidi (1997) tepung ikan dibuat dengan proses langkah

sederhana. Pertama, ikan dipilih yang mengandung sedikit lemak atau yang tidak

berlemak. Ikan dapat juga diperoleh dari sisa hasil olahan, selanjutnya dibersihkan

dari kotoran yang masih ikut tercampur, dicuci kemudian direbus kurang lebih 30

menit. Kedua, dipres ikan yang telah masak pada saat masih panas untuk

mengeluarkan lemak dan air. Lemak dan air ditampung kemudian diendapkan.

Hasil endapan berupa daging yang hancur dicampurkan kembali dengan ampas

daging yang telah dipres. Lemak yang masih tercampur dengan air dapat diolah

menjadi minyak ikan. Ketiga, dicincang bahan baku yang berukuran besar

sehingga mempercepat proses pengeringan. Giling cincangan ikan yang telah

kering kemudian diayak agar diperoleh hasil tepung ikan yang halus.

Tepung ikan di pasaran berasal dari hasil olahan industri pabrik tepung ikan

dan industri kecil yang keduanya berbeda baik secara pengolahan, peralatan

maupun mutu produk. Pada industri kecil/rumah tepung ikan diolah dengan cara

dan peralatan yang sederhana (Sunarya, 1998). Adapun prinsip dasar pengolahan

(12)

Pengukusan

Bahan baku dikukus terlebih dahulu agar protein terkoagulasi sehingga air

dan minyak dikeluarkan. Pengukusan merupakan tahap menetukan dalam

pengolahan tepung ikan. Tingkat pengukusan harus tepat, sehingga seluruh bahan

mentah akan menggumpal (terkoagulasi). Jika tidak terjadi penggumpalan total

maka akan dihasilkan press cake dengan kadar air dan lemak yang masih tinggi.

Akibatnya pemisahan minyak dari cairan juga sukar. Tujuan pengukusan agar

terjadi proses denaturasi protein daging dan pemecahan sel-sel daging ikan

sehingga air dan minyak mudah diperas keluar. Selain itu pengukusan

dimaksudkan untuk menghambat kegiatan enzim dan pertumbuhan mikroba

penyebab pembusukan (Departemen Pertanian, 1987).

Pengepresan

Pengepresan dilakukan untuk memisahkan antara padatan dan cairan (air

dan minyak). Pada pengepresan diperkirakan akan menurunkan kadar air menjadi

50 % dan kadar minyak 4-5%. Pada industri kecil/rumah tangga pengepresan

dilakukan dengan cara dinjak-injak. Hal tersebut dapat mengakibatkan tepung

ikan menjadi kotor dan pengeluaran air menjadi tidak sempurna serta mudah

diserang serangga, jamur karena kadar air dan lemak masih tinggi. warna dan bau

akan cepat berubah sehinggamutu tepung ikan cepat turun (Saleh, 1990).

Pengeringan

Pengeringan bahan padatan yang didapat kemudian dikeringkan. Pada

industri tepung ikan skala besar pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu

pengeringan secara langsung dan tidak langsung. Pengeringan langsung dilakukan

(13)

Keuntungan cara ini adalah cepat, namun panas yang berlebihan akan merusak

kandungan nutrisi bila tidak dikontrol dengan baik. Cara pengeringan tidak

langsung dengan memanaskan bahan yang dipress (pada conveyor) dalam silinder

yang diselimuti uap panas, pengeringan dilakukan sampai kadar air mencapai 6

-9%. sedangkan pada industri kecil, pengeringan dilakukan dengan sinar matahari

(Sunarya, 1998).

Penggilingan

Penggilingan dan penepungan bahan yang telah dikeringkan selanjutnya

digiling dan ditepungkan dengan alat penepung dan dilakukan pengepakan ke

dalam kantung plastik. Selama penggudangan dan distribusi mungkin terjadi

proses oksidasi minyak (lemak) yang dapat berakibat terjadi ketengikan dan

perubahan warna. Untuk mencegahnya dapat ditambahkan antioksidan misalnya

ethoxyginin anatar 200-1000 mg/kg tepung ikan (Saleh, 1990).

Parameter Penelitian

Konsumsi pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan

apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan

merupakan faktor penentu paling penting dalam menentukan jumlah nutrien yang

didapat oleh ternak dan pengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1990).

Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat

makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan

lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi,

kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging

(14)

Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan

meningkatnya konsumsi air minum.Hal ini mengakibatkan otot-otot daging

lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun (Tillman et al., 1993).

Pertambahan Bobot Badan

Menurut Tillman et al., (1991) pertumbuhan biasanya dimulai

perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perperlahan-lahan-perlahan-lahan lagi

atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang

berbentuk sigmoid.

Tillman et al., (1991) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas

ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan

kecepatan pertumbuhan yang sedang tumbuh. Kualitas ransum erat hubunganya

dengan pemilihan bahan-bahan ransum makanan penguat. Laju pertumbuhan

bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat

tubuh awal fase penggemukaan berhubungan dengan berat dewasa

(Tomaszewska et al., 1988).

Konversi Ransum

Konversi pakan merupakan pembagian antara konsumsi ransum dengan

pertambahan bobot badan yang dicapai pada suatu periode waktu tertentu. Bila

rasio kecil berarti pertambahan bobot badan memuaskan peternak atau konsumsi

unggas tidak banyak. Konversi inilah yang sebaiknya digunakan sebagai

pegangan produksi karena sekaligus melibatkan bobot badan dan konsumsi pakan

Gambar

Tabel 2. Kebutuhan pakan itik pedaging
Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung ikan
Tabel 6. Data produksi ikan pora-pora Kabupaten Samosir

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan tepung ikan pora-pora berbeda nyata dengan limbah industri pengolahan ikan nila dalam meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan dan tidak berbeda

Pengaruh pengeringan terhadap kadar abu yang terdapat pada tepung ikan dengan perlakuan imbangan ikan pora-pora dan LIPIN dengan pengeringan yang berbeda dari hasil sidik ragam

Bahan yang digunakan yaitu itik Peking umur 1 hari Day Old Duck (DOD) sebanyak 100 ekor, bahan penyusun ransum terdiri dari jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai,

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Desember 2014- Februari 2015.Penelitian ini bertujuan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Tepung

Hal ini dikarenakan bobot badan akhir itik porsea rendah dari perlakuan yang lainnya sehingga menyebabkan harga jual itik porsea lebih rendah dengan perlakuan lainnya.Hal inilah

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Pemanfaatan tepung ikan pora-pora dapat menggantikan tepung ikan komersial dalam meningkatkan konsumsi ransum dan

Data dan Rata-Rata Kadar Bahan Anorganik (Abu) (%) Tepung Ikan.