• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif Terhadap Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif Terhadap Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Disampaikan pada The 7th International AAICP Conference,

Bale Sawala – Universitas Padjajaran 25-27 Agustus 2015 1

Pendahuluan

Pensiun merupakan batas akhir dari aktivitas bekerja bagi setiap pegawai/ pekerja. Di Indonesia sendiri masa pensiun

terjadi disaat pekerja/pegawai telah memasuki umur 55 tahun sampai dengan 65 tahun. Sebagian orang (pekerja/pegawai) berpendapat masa pensiun adalah masa untuk mengejar waktu luang dan untuk

kebebasan bertanggung jawab,

berkomitmen dalam pekerjaan sebelumnya (Kaplan dan Saddock, 1994). Hal ini berbanding terbalik dalam kenyataanya bahwa masa pensiun merupakan masa yang bermasalah serta rentan menyebabkan konflik, seperti post power syndrome, bahkan kurangnya pemasukan keuangan

akibat pensiun.

Perubahan secara fisik dan psikologis akibat proses penuaan juga akan berpengaruh buruk bagi pribadi individu (pekerja) dalam memasuki masa pensiun. Pekerja/ pegawai yang hendak pensiun ini, masih tergolong dalam proses perkembangan generativitas atau penyempurnaan karir, sehingga keadaan ini bisa membuat diri mereka tertekan dan tidak bisa mencapai integritas dalam dirinya sendiri. Hal ini yang akhirnya membuat masa pensiun akan menjadi fenomena krisis dalam pekerjaan .

Secara empiris, ditemukannya oknum pekerja/ pegawai yang menunjukkan sikap pesimis dengan tujuan dan hasil pekerjaan

Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif Terhadap

Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

The Influence Of Cognitive Behaviour Therapy To

The Anxiety Toward The Retirement Period

Fadzlul, S. Psi, M. Psi, Psikolog1 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA2 Yun Nina Ekawati, S. Psi, M. Psi, Psikolog3

1

Departement of Psychology, Jambi University/[email protected]

2

Departement of Psychology, Jambi University/[email protected]

3

Departement of Psychology, Jambi University/[email protected] ABSTRACT

INTRODUCTION

The anxiety toward the retirement period is usually related with Post Power

Syndrome Problems. Cognitive behavioral therapy as an active therapy is one of the alternative a therapy could decrease the anxiety level towards the retirement period.

METHOD

This study aims to determine the difference the anxiety during the retirement periode at risk

pre and post the cognitive behavioral therapy. Collecting data is using the anxiety during the retirement periode scale. Population with characteristic 51 – 65 years old. Samples were taken by using purposive random sampling technique. Experimental design of this study is true experimental pretest-postest control group design. Paired sample T test is used to analize the data.

RESULT

This study shows that there is a significant difference of the anxiety during the retirement periode pre and post the cognitive behavioral therapy for the experimental group, withp=0,045. While the control group showed no differences in the anxiety during the retirement periode pre or post cognitive behavioral therapy with p=0,369

CONCLUSIONS AND RECOMENDATIONS

the anxiety during the retirement periode decrease

by using cognitive behavioral therapy. Safaria and Saputra (2006) showed the differences result with same case. Institusion is expected to be able to cooperate with stakeholders in preparing sustainable activities to reduce the anxiety during the retirement periode.

(2)

Disampaikan pada The 7th International AAICP Conference,

Bale Sawala – Universitas Padjajaran 25-27 Agustus 2015 2

menghadapi masa pensiunnya, akan mengundang pertanyaan bahwa sikap mereka sebagai pekerja/pegawai sebelum pensiun akan cenderung berubah menjadi malas, kurang bertanggung jawab dan kurang disiplin.

Sikap ini membuat segala permasalahan akan berlanjut pada masa

pensiunnya, sehingga membuat proses perkembangan para calon pegawai yang akan pensiun terlihat kurang dapat bersosialisasi, bersikap apatis, tidak mampu untuk berhubungan dengan sistem yang bermanfaat, sering mendogma dan sering merasa mendapatkan penolakan dalam keluarga sehingga terlihat kurang bersahabat (Safaria dan Saputra, 2006).

Kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan keadaan yang semakin sulit dalam mencapai kebutuhan tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mencetuskan terjadinya Kecemasan.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Desain eksperimen yang digunakan yaitu True Experimental Pretest-Postest By Control Group Design.

Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik :

1) Usia 51-65 tahun

2) Tidak memiliki pekerjaan selain dalam satu institusi

3) Hendak pensiun sekurang-kurangnya dalam waktu 4 tahun ke depan

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan skala kecemasan menghadapi masa pensiun.

Skala Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

Skala kecemasan menghadapi masa pensiun disusun dari aspek-aspek fungsional kecemasan. Blackburn & Davidson (1994 dalam Burns, 1998). Pada aitem favourable, pilihan S (Sangat Sesuai) mendapat skor 4, S (Sesuai) mendapat skor

3, TS (Tidak Sesuai) mendapat skor 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 1. Pada aitem unfavourable, pilihan SS (Sangat Sesuai) mendapat skor 1, S (Sesuai) mendapat skor 2, TS (Tidak Sesuai) mendapat skor 3, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 4.

Reliabilitas dan Validitas Skala Penelitian

Pada pengujian kualitas aitem yang dipakai dalam penelitian ini dilakukan uji analisis aitem dengan melihat daya beda aitem dengan aitem total korelasi. Aitem yang memenuhi syarat jika r = 0,30. Adapun hasil uji reliabilitas masing-masing skala dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1. Reliabilitas dan Validitas Skala Penelitian

Hasil dan Pembahasan Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 22 orang yang telah memenuhi persyaratan karakteristik subjek penelitian. Subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang (54, 5%), dan perempuan berjumlah sebesar 10 orang (45,5%).

Tabel 2. Deskripsi reponden berdasarkan jenis kelamin

Subjek penelitian berjumlah 22 orang yang telah memenuhi persyaratan

Variabel Jumlah Aitem Valid Sig Ket Kecemasan menghadapi Masa pensiun 27 0,927 Reliabel

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 12 54,5

Perempuan 10 45,5

(3)

Disampaikan pada The 7th International AAICP Conference,

Bale Sawala – Universitas Padjajaran 25-27 Agustus 2015 3

karakteristik rentang usia 51 – 65 tahun. Data selengkapnya dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan Usia

Hasil Eksperimen

Deskripsi Data Ekperimen

Deskripsi data penelitian bertujuan untuk memberi gambaran mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang diberikan pengukuran, sehingga dapat berfungsi sebagai informasi mengenai keadaan subjek pada variabel yang diteliti. Berdasarkan data subjek penelitian diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Deskripsi Data Penelitian Eksperimen

Tabel 5. Kategori Skor Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

Tabel kategorisasi kecemasan menghadapi masa pensiun menunjukan bahwa subjek dengan kategori kecemasan menghadapi masa pensiun sangat rendah 1 orang, subjek dengan kategori kecemasan rendah ada 4 orang subjek, subjek dengan kategori kecemasan sedang berjumlah 3 orang subjek, subjek dengan kategori kecemasan tinggi berjumlah 2 orang, untuk kategori kecemasan sangat tinggi ada 1 orang subjek.

Hasil Uji Asumsi

Uji normalitas dilakukan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov

dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. Kaidah uji normalitas dinyatakan normal jika probabilitas lebih besar atau sama dengan 0,05 (p > 0,05). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Uji Normalitas

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan korelasi antara data pretest dan posttest. Diketahui korelasi sebesar 0.993 dengan signifikansi 0.000. Artinya ada hubungan yang signifikan antara kecemasan menghadapi masa pensiun sebelum dan sesudah diberikan terapi perilaku kognitif pada kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol menunjukkan korelasi antara data pretest dan posttest. Diketahui korelasi sebesar 0.919 dengan signifikansi 0.000. Artinya ada hubungan yang signifikan antara kecemasan menghadapi masa pensiun sebelum dan sesudah diberikan terapi perilaku kognitif pada kelompok kontrol.

Pengujian paired sample t test, membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecemasan menghadapi masa pensiun sebelum dengan sesudah dilakukan terapi perilaku kognitif dengan nilai p

sebesar 0.045. Artinya terapi perilaku kognitif memiliki pengaruh dalam mengurangi kecemasan menghadapi masa pensiun. Berdasarkan pengujian analisis data pra dan post kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi masa pensiun sebelum dengan sesudah dilakukan terapi perilaku kognitif dengan nilai p sebesar 0.369.

Usia Jumlah %

51 – 60 tahun 18 81,8

61 – 65 tahun 4 18,2

Jumlah 22 100

N Min Max Mean SD

11 45 75 57.8182 8.41211

Deviasi Standar Kategori Jmh

Subjek X = -1,5 SD SR 1 -1,5 SD = X = -0,5 SD R 4 -0,5 SD = X = 0,5 SD S 3 0,5 SD = X = 1,5 SD T 2 X = 1,5 SD ST 1

Variabel K-SZ Sig Ket

Pra-eks 0.590 0.877 Normal Post-eks 0.649 0.749 Normal

(4)

Disampaikan pada The 7th International AAICP Conference,

Bale Sawala – Universitas Padjajaran 25-27 Agustus 2015 4

Pembahasan

Kecemasan menghadapi masa pensiun merupakan kecemasan yang disebabkan karena keadaan (state anxiety). Kecemasan ini bisa disebabkan karena adanya distorsi kognitif pada pikiran pegawai yang hendak pensiun. Distorsi kognitif tersebut berupa kesalahan peramal, penalaran emosional, overgeneralisasi,

filter mental yang buruk dari pegawai. Secara empiris, pada kelompok ekperimen pegawai yang hendak pensiun memiliki kecenderungan untuk merasakan perasaan tidak dibutuhkan lagi oleh orang sekantornya atau dilingkungannya, perasaan tidak dihargai dan tidak dihormati karena akan menurunnya ekonomi keluarga pada saat pensiun, cemas karena akan kehilangan status dan jabatan, dan lebih sering memberi label kepada diri sendiri, bahwa dirinya sudah tua.

Penerapan teknik perilaku kognitif sebagai terapi aktif dalam prosesnya terbukti banyak membantu merubah cara berpikir dan perilaku pegawai yang akan pensiun.

Pada kelompok ekperimen pegawai yang sedang menghadapi masa pensiun telah diberikan terapi sebagai upaya untuk melatih diri sendiri untuk mengenali serta mencatat pemikiran-pemikiran yang sifatnya mencela/ mengkritik diri sendiri, pada saat hal itu melintas dibenak individu sendiri, mempelajari apa sebab pikiran-pikiran ini terdistorsi, mempraktekan dengan cara membantah semua itu untuk mengembangkan suatu sistem evaluasi diri yang lebih realistis, menyusun agenda kegiatan-kegiatan yang positif, mempelajari teknik latihan relaksasi, dengan tujuan mempelajari ketegangan yang diakibatkan rasa cemas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kecemasan menghadapi masa pensiun pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan terapi perilaku kognitif. Pemberian terapi perilaku kognitif secara berkesinambungan

mendorong subjek penelitian untuk mendapatkan proses belajar optimal dalam melakukan terapi perilaku kognitif, sehingga hasil belajar tersebut dapat bermanfaat pula. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian mau terlibat aktif dalam proses tersebut, sehingga subjek penelitian tersebut mampu mengaplikasikan teknik perilaku kognitif yang telah diajarkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil penerapan terapi perilaku kognitif terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun yang dilakukan oleh Safaria dan Saputra (2006) yang menjelaskan bahwa terapi perilaku kognitif tidak berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun pada pegawai.

Kesimpulan

Berdasarkan teori, dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada perbedaan yang signifikan

kecemasan menghadapi masa pensiun sebelum dengan sesudah dilakukan terapi perilaku kognitif pada kelompok eksperimen, dengan nilai p sebesar 0.045

2. Tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi masa pensiun sebelum dengan sesudah dilakukan terapi perilaku kognitif pada kelompok kontrol, dengan nilai p sebesar 0.369 Saran

1. Bagi institusi swasta dan pemerintah agar dapat bekerjasama dengan pihak terkait dalam menyusun kegiatan secara berkelanjutan dalam mengurangi kecemasan menghadapi masa pensiun pada pegawai.

2. Bagi subjek penelitian agar dapat menerapkan teknik terapi perilaku kognitif dengan melakukan latihan sesuai dengan yang telah diberikan dalam penelitian ini.

3. Bagi peneliti lain, agar dapat melakukan pengembangan modul terapi perilaku kognitif berdasarkan teknik yang ada dalam menghadapi

(5)

Disampaikan pada The 7th International AAICP Conference,

Bale Sawala – Universitas Padjajaran 25-27 Agustus 2015 5

permasalahan yang sama. Daftar Pustaka

Burns, D . D. Terapi Kognitif. (1998)., (pendekatan baru bagi penanganan depresi). Penerbit Airlangga

Kaplan And Sadock. (1994). Sinopsis Psikiatri Jilid 1(edisi ke 7). Binarupa Aksara. Jakarta Utara. Safaria. T., Saputra. N. E. (2006). The

Influence Of Cognitive Behaviour Therapy To The Anxiety Toward The Retirement Period. Journal Organizational and Behavioural Research. Vol 2. 211 – 224. ISSN 1907-4468. University of Technology Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok kognitif terhadap tingkat kecemasan klien skizofrenia di RSJD Surakarta. Metode penelitian menggunakan

Instrumen penelitian ini menggunakan skala kecerdasan spiritual yang terdiri dari 24 aitem dengan (r) = 0,962 dan skala kecemasan menghadapi masa pensiun yang terdiri dari 24

Studi mengenai hubungan antara makna hidup, dukungan sosial, dan sikap dengan kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil di DKI Jakarta.Skripsi.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun adalah keadaan atau perasaan tidak menyenangkan karena adanya kekhawatiran, bingung, ketidakpastian

ada hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja

Ada perbedaan perilaku disiplin sangat signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, dimana siswa yang diberikan Pelatihan kognitif perilaku

Resiliensi dapat dikembangkan melalui beberapa teknik pelatihan/ terapi, salah satunya terapi perilaku kognitif. Intervensi terapi kognitif dan perilaku yang dilakukan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hubungan religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polisi Republik Indonesia (Polri) adalah adanya