EFEKTIVITAS POSITIVE THINKING TRAINING (PTT) DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SMA NEGERI
2 KOTA MOJOKERTO SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan Dan Konseling Islam (S.Sos)
Oleh: Agung Yudistira NIM. B03213001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Agung Yudistira (B03213001), Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam
meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena yang terjadi disalah satu SMA di wilayah Jawa Timur. Sekolah tersebut memiliki beberapa siswa yang bersikap semaunya sendiri/egois, mudah tersinggung dan marah, berburuksangka kepada temannya sendiri serta berperilaku kurang baik terhadap lingkungannya. Berawal dari fenomena ini, maka dapat diketahui bahwa para siswa tersebut memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Maka pelatihan berpikir positif (PTT) perlu diberikan pada siswa-siswa tersebut. Selain siswa memiliki IQ yang tinggi siswa perlu memiliki EQ yang tinggi pula di kesehariannya. Dengan demikian siswa yang memiliki kecerdasan emosional dapat menjadi generasi muda Indonesia bermental baik dan dapat merevolusi mentalnya menjadi penerus bangsa yang cerdas IQ maupun EQnya.
Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses Efektivitas Positif Thinking Training (PTT)
dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto? (2) Adakah
Efektivitas Positive Thinking Training (PTT)dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
SMA Negeri 2 Kota Mojokerto? (3) Sejauhmana tingkat Efektivitas Positive Thinking Training
(PTT) dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?
Untuk mengungkap persoalan diatas, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif Eksperimen
dengan memberikan perlakuan yaitu Positive Thinking Training (PTT) kepada 30 siswa SMA
Negeri 2 Kota Mojokerto, untuk melihat apakah PTT efektif/berpengaruh dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional. Peneliti menggunakan angket segai instrummen penelitian yang
kemudian dianalisa dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson dan Paired Sample
t-test.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Product Moment Pearson, korelasi antara
variabel PTT dengan Kecerdasan Emosional = 0,869. Setelah membandingkan dengan “r tabel = 0,374”, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya Positive Thinking Training (PTT) efektif dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Sedangkan
uji signifikasi Paired Sample t-tes, menunjukan angka korelasi sebelum diberikan pelatihan
dengan sesudah diberikan pelatihan sebesar 0,648 > α (0,05). Berdasarkan nilai tersebut maka
Positive Thinking Training (PTT) efektif dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto secara signifikan.
DAFTAR ISI
COVER ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel ... 10
3. Variabel ... 12
4. Definisi Operasional... 13
a. Positive Thinking Training (PTT) ... 13
b. Kecerdasan Emosional ... 15
5. Teknik Pengumpulan Data ... 17
a. Observasi ... 17
b. Wawancara ... 18
c. Angket ... 19
6. Teknik Analisis Data ... 21
F. Sistematika Pembahasan ... 23
BABII : KAJIAN TEORI A. Positive Thinking Trainning (PTT) ... 24
1. Pengertian Positive Thinking Training ... 24
2. Prinsip-prinsip Positif Thinking ... 26
3. Ciri-ciri Positive Thinking ... 35
4. Strategi Positif Thinking ... 44
B. Kecerdasan Emosional ... 53
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 53
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional ... 55
3. Ciri-ciri seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosional ... 60
C. Positif Thinking Training (PTT)sebagai suatu Teknik Konseling ... 68
1. PTT berasaskan RET ... 68
2. Persamaan tujuan PTT dengan RET ... 71
D. Penelitian Terdahulu yang relevan ... 76
E. Hipotesis penelitian ... 78
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 79
1. Profil SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 79
2. Visi dan Misi SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 81
3. Tujuan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 83
4. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 84
5. Kegiatan-kegiatan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 85
6. Strategi pendidikan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 87
7. Sarana dan prasarana SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 88
8. Ekstrakulikuler SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 89
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 92
1. Proses Positif Thinking Training (PTT) ... 92
a. Tahap Awal (Opening) ... 93
b. Tahap Pertengahan (Proses Konseling) ... 94
1). Sesi Pertama ... 95
2). Sesi Kedua ... 103
c. Tahap Penutup (Closing) ... 111
2. Deskripsi Efektivitas PTT dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional ... 113
a. Penyusunan angket ... 113
b. Indikator dan kisi-kisi angket... 114
c. Responden PTT ... 118
d. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 120
3. Pengujian Hipotesis ... 127
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis hasil pretest Kecerdasan Emosional ... 130
B. Análisis Hipotesis Efektivitas PTT dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 132
C. Analisis Tingkat Efektivitas PTT dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 137
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 142
B. Saran ... 143
DAFTAR PUSTAKA ... 145
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Atas atau SMA adalah sebuah tempat bagi seorang siswa
menempuh pendidikan setelah selesai duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama atau
SMP. Pada jenjang SMA ini seorang siswa yang lulus dari sekolah menengah pertama
yang cenderung dalam bayang-bayang kedua orang tua, pada akhirnya mereka memasuki
masa-masa seorang siswa memiliki pergaulan yang lebih luas lagi dan lebih bebas lagi
dari sebelumnya. Secara psikologi seorang siswa SMA telah memasuki periode remaja
awal. Menurut Elizabeth B. Hurlock awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga
belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir usia remaja
bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai dengan 18 tahun.1
Remaja adalah pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri,
kedewasaan.2 Masa-masa remaja yang dihabiskan ketika di SMA adalah fase seseorang
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, penasaran terhadap segala sesuatu dan peristiwa
yang tidak diketahuinya, dan cenderung kurang stabil dalam mengambil keputusan. Hal
ini dapat dibuktikan dengan pendapat perubahan yang dialami oleh remaja adalah
meningginya emosi, perubahan tubuh, berubahnya minat dan pola perilaku, bersikap
ambivalen atau menuntut kebebasan.3
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 206.
2
B. Renita Mulyaningtyas & Yusup Purnomo H, Bimbingan Konseling SMA Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 48.
3
2
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah remaja
menjadi masalah yang sulit diatasi karena ketika pada periode anak-anak sebagian besar
permasalahan diselesaikan oleh kedua orang tua mereka.4
Pada tahap ini, remaja masih merasa bingung dan mulai beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi padadirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru,
cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap emosi.5
Berdasarkan pengamatan fakta dilapangan, para siswa SMA, masih cenderung
memiliki sifat semangat yang meluap-luap, perasaan yang tidak stabil, dan masih sedikit
memiliki kecenderungan bergantung kepada temanya. Para siswa lebih sering pergi
kemana-mana dengan bergelombol atau dengan teman dekatnya dan jarang ada yang
terlihat sendirian.
Selain itu, tidak jarang juga bila mengamati kejadian di lapangan, ketika di dalam
kelas terdapat salah satu siswa yang bertingkah laku semaunya sendiri, duduk layaknya
seorang yang memiliki kekuasaan dan tidak mau diingatkan oleh teman-temannya,
gurunya maupun orang tuanya bahwa dirinya berperilaku salah. Masa remaja adalah
masa dimana seorang siswa memiliki sifat egois yang tinggi dan hanya mementingkan
dirinya sendiri. Memiliki pola pikir yang praktis dan melihat apapun hanya dari segi
subjektif saja.
Dari pengamatan peneliti, kebanyakan para remaja di sekolah hanya berteman dan
bergaul dengan orang-orang tertentu saja, memilih-milih teman dan bertindak tanpa
4
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 208.
5
3
berpikir panjang terlebih dahulu. Ketika ada salah satu teman dekat yang sakit maka
seketika mereka akan menjenguknya, dan bila ada teman yang sakit tersebut bukan teman
dekatnya, maka mereka tidak akan menjenguknya. Selain itu para remaja juga rawan
mengalami perkelahian antar sesama teman karena mudahnya tersinggung dan salah
paham antar teman yang satu dengan yang lain.
Melihat kejadian tersebut berbanding terbalik dengan tugas-tugas perkembangan
yang harus dicapai di masa remaja. Tugas-tugas masa remaja antara lain, mulai
matangnya emosi, pemantapan minat, kematangan sosial, mulai mandiri dari keluarga,
kematangan intelektual, mulai memilih pekerjaan, menggunakan waktu secara tepat,
memiliki filsafat hidup dan indentifikasi diri.6
Perkembangan emosi pada masa remaja seharusnya dapat mengantarkan remaja
untuk bisa mengendalikan diri sendiri dalam berinteraksi terhadap orang lain maupun
lingkungannya. Sedangkan perkembangan kognisi remaja yang baik dapat menjadikan
remaja memiliki wawasan yang luas dan pengetahuan lebih dari sebelumnya. Aka tetapi
setiap remaja memiliki perkembangan emosi dan kognisi yang berbeda-beda karena di
pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal remaja. Apa bila perkembangan emosi
dan kognisi remaja tersebut belum optimal, maka akan timbul beberapa permasalahn
dalam perkembangan remaja seperti, mudah marah, suka tersinggung, mudah putus asa,
suka berburuk sangka terhadap temannya dan lain sebagainya. Hal tersebut berbanding
terbalik dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 12 yaitu:
6
4
ٓي
ٱا ٓ ُ
ِ
ٓ
ٓ
ْا ُ ٓمآء
ْا ُ ٓ ۡٱا
ٓي م اٗر ث
ٓك
ي ِل ا
ٓضۡعٓب ِن إ
ي ِل ا
ٓ
َٓو ْا ُس ِسٓ
َ
ٓ
َ ٓو ۖومۡث إ
ٓ
ُۚه ُمُ ۡ ر
ٓ ٓف ٗ ۡيٓم ي خٓأ ٓمَۡٓ ٓ ُكۡأٓ نٓأ ۡمُكُدٓحٓأ ُب ُُٓأ ۚ ًضۡعٓب مُك ُضۡعِب بٓ ۡغٓ
ٓو
ِۚٓٱا
ْا ُ ِٱا
ِن إ
ٓ ِٱا
ومي حِر وباِ ٓت
٢
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebaagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganla =h menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” 7
Dari pemaparan ayat diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa setiap
manusia dianjurkan untuk memiliki prasangka baik terhadap Allah dan sesama manusia,
serta memiliki sifat Tawakal kepada Allah percaya bahwa apa yang terjadi adalah
kehendak Allah untuk kebaikan kita sendiri. Semua permasalahan berawal dari pikiran.
Apabila pikiran yang positif dimiliki remaja, maka akan dapat terhindarkan pada hal-hal
yang buruk atau negatif. Berperilaku lebih baik lagi dan dapat mengambil keputusan
yang benar sesuai dengan pertimbangan yang ada. Bila dilihat dari segi psikologi banyak
hal yang dapat mempengaruhi keadaan remaja, persepsi, ingatan (memory), berpikir dan
proses-proses kognitif misalnya stress, depresi, kecemasan, dan suasana hati (mood) 8.
Maka selain pola pikir positif, remaja juga harus memiliki kecerdasan emosi untuk bisa
mengolah perasaanya dengan baik.
7
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Quran, 2012), hal. 517.
8
5
Menurut Seto Mulyadi, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
untuk mengenali emosi diri, kamampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi
orang lain dan kemampuan membina hubungan.9
Menurut Patricia Poton kecerdaan emosional sebagai kekuatan dibalik
singgahsana kemampuan intelektual yang kemudian oleh Daniel Goleman di bagi
menjadi beberapa unsur-unsur kecerdasan emosional antara lain, kesadaran diri,
pengambilan keputusan pribadi, mengelola perasaan, menangani stress, empati,
komunikasi dengan baik serta membuka diri.10
Kenyataan yang terjadi di salah satu sekolah di Jawa Timur yakni SMA Negeri 2
Kota Mojokerto, banyak siswa-siswi yang berprestasi di dalam kelas memiliki hubungan
yang baik dengan gurunya, teman-temannya, orang tuanya dan orang-orang disekitarnya.
Bila dilihat dari segi emosi, mereka memiliki pengelolaan emosi yang baik dan mampu
mengarahkan emosinya sesuai dengan keadaan. Maka siswa tersebut adalah siswa yang
memiliki kecerdasan emosional.
Akan tetapi tidak sedikit siswa-siswi yang memiliki prestasi di SMA Negeri 2
memiliki perilaku yang kurang baik terhadap sesama teman, guru maupun orang lain.
Maka siswa tersebut adalah siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang tidak
memiliki kecerdasan emosional. Dengan demikian kecerdasan emosi seorang remaja
juga berpengaruh dalam kehidupan keseharian remaja terutama ketika berada di sekolah.
Peneliti juga menemukan fenomena yang terjadi di SMA Negeri 2 Kota
Mojokerto selain yang telah di paparkan diatas yaitu kebanyakan kebanyakan siswa yang
9
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 53.
10
6
memiliki nilai bagus di kelas dan berprestasi, kebanyakan mempunyai hubunngan
kurang baik dengan teman-temanya. Para siswa selalu tampak mengelompok ketika di
dalam kelas. Menurut informasi yang didapat, para siswa tersebut sangat pandai akan
tetapi tidak dapat mengontrol emosinya, bila ada teman bukan dari kelompoknya
bertanya dia malah berpikir bahwa temanya hanya memanfaatkan dirinya saja.
Dari beberapa pemaparan fenomena di atas dapat di tarik sebuah kesimpulan
bahwa para siswa tersebut perkembangan pada masa remajanya kurang optimal,
memiliki kontrol emosi yang kurang baik, dan masih memiliki pola pikir yang negatif
terhadap lingkunngan di sekitarnya. Meskipun memiliki IQ yang baik, akan tetapi
berdasarkan pengamatan peneliti para siswa tersebut memiliki EQ yang rendah.
Keberhasilan siswa di sekolah tidak dapat hanya dilihat dari kepintaranya saja, akan
tetapi dari segi sosial dan perilaku juga termasuk dalamindikator keberhasilan siswa.
Dari pemaparan diatas peneliti beranggapan bahwa perlu diadakan pelatihan
(training) berpikir positif untuk para remaja yang nantinya dapat membantu remaja memiliki kecerdasan emosi karena terdapat hubungan antara pikiraan dengan emosi pada
remaja. Hal ini berdasarkan terori psikologi yang di kemukakan oleh Albert Ellis yaitu
Pikiran dapat mempengaruhi perasaan seseorang. Dengan demikian remaja yang
memiliki pola pikir postif dan kecerdasan emosianal yang tinggi dapat menjadikan
seorang remaja memiliki akhlak yang baik dan terpuji.Maka dengan demikian peneliti
peneliti tertarik memberikan Positive Thinking Training untuk meningkatkan
7
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?
2. Adakah Efektivitas Positive Thinking Traininng (PTT) dalam Meningkatkan
Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?
3. Sejauhmana tingkat Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto.
2. Mengetahui Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam Meningkatkan
Kecerdasan Emosional Siswa SMA N 2 Kota Mojokerto.
3. Mengetahui tingkat Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA N 2 Kota Mojokerto.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran khususnya bagi khasanah keilmuan.Serta pengembangan ilmu dari
program studi BKI UIN Sunan Ampel Surabaya yang nantinya dapat dijadikan bekal
8
menggunakan Positive Thinking Training guna meningkatkan kecerdasan
emosional.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yakni diharapkan dapat dijadikan pelajaran dan
pengalaman khususnya bagi:
a) Mahasiswa
Dengan penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk
mahasiswa agar mereka bisa mendapat referensi tentang penerapan
pelatihan atau terapi berpikir positif untuk meningkatkan kecerdasan
emosi.
b) Dosen
Untuk para dosen penelitian ini bisa dijadikan landasan dalam
bahan ajar sehingga tidak hanya mementingkan kajian teoritik saja
melainkan juga memperhatikan aspek lain yaitu pola pikir yang dapat
berpengaruh terhadap keadaan emosi seseorang.
c) Guru
Dengan penelitian ini diharapkan para guru dapat mengetahui
keadaan pikiran dan emosi para siswanya dan dapat menerapkan pelatihan
berpikir positif dengan panduan penelitian untuk meningkatkan
kecerdasan emosional para siswanya.
d) Sekolah
Dari hasil penelitian ini sekolah akan dapat mengetahui seberapa
9
yang memiliki kecerdasan emosional yang nantinya pihak sekolah dapat
menindaklanjuti fenomena tesebut dengan berbagai kegiatan yang bersifat
pengembangan diri.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan
metode-metode yang didasarkan pada informasi numerik atau kuantitas-kuantitas, dan
biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik.11 Analisis yang ada di
penelitian kuantitatif menggunakan metode pengumpulan data atau pengukuran
variabel.12 Lebih jelasnya, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang
ingin diketahui, angka-angka terkumpul sebagai hasil penelitian yang
menggambarkan situasi dan kejadian.13 Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
melihat keadaan populasi dan sampel penelitian terdiri lebih dari satu orang serta data
yang dibutuhkkan bukan berupa data narasi dari setiap responden, maka pendekatan
kuatitatif sangat efektif digunnakan dalam penelitian.
Peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian Eksperimen adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment
atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Data yang dihasilkan berupa angka
statistik yang menunjukan prosentase variabel-variabel yang di teliti. Dari data
11
Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2003), hal. 4.
12
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 11.
13
10
tersebut maka hipotesis yang muncul dapat terjawab. Hipootesis inilah yang
dijadikan peneliti untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari variabel yang
diteliti.14
Peneliti menggunakan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design yaitu
peneliti melakukan satu kali pengukuran di awal (Pretest) kemudian diberikan
perlakuan (Treatment) dan setelah itu diberikan pengukuran lagi (Posttest) di dalam
satu kelompok saja.15 Dengan model One Group Pretest-Posttest Design akan
mempermudah peneliti untuk melihat sejauh mana tingkat keefektifan Treatment
atau perlakuan yang diberikan kepada kelompok, sehingga hipotesis penelitan akan
terjawab secara jelas dan tegas.
Berikut skema penelitian:
Pengukuran (O1) Perlakuan (X) Pengukuran (O2)
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Populasi adalah semua anggota kelompok dapat berupa orang, kejadian, atau
barang yang menjadi objek penelitian. Sedangkan menurut Mardalis populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam penelitian.16 Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota
Mojokerto.
Sedangkan sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang mewakili
keseluruhan dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel
14
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Rineka cipta, 1993), hal. 73.
15
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 86.
16
11
sejumlah 30 siswa dari kelas X.XI,XII untuk dijadikan sampel penelitian.
Pengambilan sampel ini berdasarkan pendapat Arikunto bahwa batas minimum
pengambilan sampel eksperimen adalah 15 orang dari populasi yang ada.17
Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan Simple Random
Sampling. Sampling Random atau acak adalah teknik pengambilan sampel yang semua unit poppulasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel
penelitian.18 Hal ini digunakan peneliti untuk menguji keaslian keadaan sampel
sebelum dan sesudah diberikanya perlakuan, serta mempermudah peneliti karena
tidak perlu menggunakan rumus pengambilan sampel jika teknik pengambilan sampel
secara Random. 19 Maka peneliti mengambil sejumlah 30 orang siswa secara acak
untuk dijadikan sampel penelitian. Rincian sampel Random penelitian sebagai
berikut:
Siswa kelas X sejumlah 10 siswa Siswa kelas XI sejumlah 10 siswa Siswa kelas XII sejumlah 10 siswa
Dengan menggunakan teknik sampel secara acak atau Random akan
mempermudah peneliti karena tidak menggunakan aturan-aturan tertentu dalam
pengambilan sampel penelitian.
17
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 10.
18
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 109.
19
12
3. Variabel
Menurut Margono variabel merupakan konsep yang mempuanyai variasi nilai
(misal variabel model kerja, keuntungan, biaya promosi, dan sebagainya). Variabel
dapat pula diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.20
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
a. Variabel Independent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel
bebas atau variabel (X), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
terjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini
variabel independen adalah Positive Thinking Training. Beberapa indikator
Positive Thinking Training menurut Dr. Ibrahim Elfiky antara lain:
1. Berpikir positif terhadap Allah SWT
2. Berpikir positif terhadap masalah
3. Berpikir positif terhadap tujuan
4. Berpikir positif terhadap diri sendiri
5. Berpikir positif terhadap orang lain21
b. Variabel Dependent, sering disebut sebagai variabel output. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut dengan variabel terikat atau variabel (Y). Merupakan
variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Adapun variabel terikat
pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional siswa SMA Negeri 2 Kota
Mojokerto. Beberapa indikator kecerdasan emosional menurut Daniel
Goleman antara lain :
20
Muchamad Fauzi, Metode Penelitian Kuantutatif Sebuah Pengantar, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hal. 145.
21
13
1. Kesadaran diri
2. Pengambilan keputusan pribadi
3. Mengelola perasaan
4. Menangani stres
5. Empati
6. Berkomunikasi dengan baik
7. Membuka diri22
4. Definisi Operasional
a. Positive Thinking Training (PTT)
Positive Thinking Training atau bisa disebut dengan pelatihan berpikir positif adalah sebuah pelatihan dimana seseorang diajak untuk bersama-sama
melatih pikirannya agar terbiasa berpikiran baik atau terhadap apapun. Baik itu
terhadap sesama manusia ataupun kepada Allah SWT.
Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat
kepribadian atau karakter. Ini juga berarti bahwa kita akan bisa menjadi pribadi
yang lebih matang, pribadi yang luar biasa dan siap menjemput semua impian.
Pikiran positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan dan kelemahan
kita, akan tetapi pikiran positif akan membawa kita mencari dan memperoleh
kekuatan-kekuatan baru pada diri kita.23
Dengan pelatihan berpikir positif seorang siswa diharapkan dapat
memiliki mindset yang positif juga. Mindset adalah kepercayaan-kepercayaan
22
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 59.
23
14
yang mempengaruhi sikap seseorang serta sekumpulan kepercayaan atau suatu
cara berpikir yang menentukan perilaku, pandangan, sikap, dan masa depan
seseorang.24
Menurut James Arthur Ray, menerangkan mindset adalah gugusan
keyakinan, nilai-nilai, identitas, ekspetasi, sikap, kebiasaan, opini, dan pola pikir
tentang diri anda, orang lain, dan hidup. melalui mindset, anda menafsirkan
(memaknai) apa pun yang anda liat dan anda alami dalam hidup. sedangkan
American Heritage Dictionary mendefinisikan mindset sebagai “a fixed mental attitude or disposition” (suatu sikap mental atau disposisi tertentu yang
menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi yang
dihadapinya).25 Berdasarkan pengertian diatas maka, seseorang yang memiliki
pikiran positif mampu berpikir positif terhadap Allah, masalah, tujuan, orang lain
dan dirinya sendiri.26
Pelatihan berpikir positif merupakan salah satu pola pengembangan terapi
kognitif. Dengan penelitian ini maka dapat memunculkan sebuah perubahan pola
pikir untuk menciptakan suatu perilaku yang di inginkan. Secara psikologi
pelatihan berfikir positif termasuk dalam salah satu teknik yaitu teknik RET
(Rational Emotive Teraphy) yang kemudian oleh Albert Ellis dikemukakan bahwa:
1. Manusia adalah makhluk yang berpotensi
2. Manusia adalah makhluk berfikir/aspek intelektual, merasa/ aspek emosional,
dan berbuat/aspek sosial
24
Adi W. Gunawan, The Secret of Mindset, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 14.
25
Andrias Harefa, Mindset Therapy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 1.
26
15
3. Manusia mudah terkena pengaruh (Cultural Influencibility)
4. Manusia memiliki perilaku verbal dan perilaku berfikir/aspek intelektual
5. Sumber prilaku manusia ditentukan oleh ide-ide atau nilai
6. Manusia adalah mahluk yang unik
Maka dapat disimpulkan Hakekat masalah dalam pendekatan Rasional
Emotif karena adanya gangguan emosional pada diri seseorang karena
keyakinannya pada ide-ide irasional atau pikiran-pikiran yang tidak logis.27
Pikiraan-pikiran yang tidak logis ini atau dalam penelitian ini yang disebut
dengan pola pikir negatif akan di ubah menjadi pola pikir yang positif. Sehingga
seseorang dapat berperilaku lebih terkontrol dan menjadi seseorang yang lebih
optimis lagi serta tidak mudah pustus asa jika menghadapi permasalahan dalam
hidupnya. Mengubah mindset negative menuju ke mindset yang positif adalah
tujuan dari pelatihan berfikir positif yang berasaskan pada teknik RET (Rational
Emotif Teraphy).
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional erat hubunganya dengan perasaan manusia.
Salovey dan Meyer mengatakan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian
dari dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memamntau perasaan
dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-memilah
semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan.28
27
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan Konseling (Surabaya: PT. Revka Petra Media, 2012), hal. 186.
28
16
Menurut Daniel Goleman, menyebutkan bahwa selain faktor intelegensi
kecerdasan emosional juga berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seorang
remaja. Daniel Goleman mengemukakan hasil survey terhadap para orang tua dan
guru yang hasilnya menunjukan bahwa kecenderungan yang sama generasi
sekarang diseluruh dunia adalah lebih banyak mengaalami masalah kesulitan
emosional dari pada generasi sebelumnya. Generasi sekarang lebih merasa
kesepian, dan pemurung, lebih bringasan dan lebih mudah marah serta sedih,
impulsif dan agresif. Kecerdasan emosional ini lebih merujuk pada
kemampuan-kemampuan mengendalikaan diri, memotivasi diri, dan berempati.29 Dan terdapat
beberapa indikator kecerdasan emosi meurut Daniel Goalman antara lain seperti
kesadaran diri, pengambilan keputusan pribadi, memngelola perasaan, menangani
stress, empati, komunikasi dengan baik, dan membuka diri.30
Seseorang yang dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang
dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian
seperti wajah kemerahan, air mata berlinang ketika sedih atau terharu. Hal ini
berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan Ekman dan Friesen, bahwa ada
tiga macam emosi yang dikenal dengan display rules. Yaitu adanya
penggambaran emosi yang terdiri atas masking, modulation, dan simulation.
Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau menutupi
emosi yang dialaminya. Modulation adalah keadaan orang tidak dapat meredam
secara tuntas gejala jasmaniahnya, tetapi hanya menguuranginya saja. Pada
29
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 113.
30
17
simulation seseorang yang tidak mengalami gejala emosi seakan-akan mengalami
gejala emosi dengan menampakan gejala kejamanian.31
Maka dapat disimpulkan berdasarkan pendapat para ahli di atas
kecerdasan emosi adalah sebuah keadaan dimana seseorang mampu
mengendalikan emosinya dalam berperilaku sehari-hari dan mampu mengelola
emosinya jika berada dalam sebuah keadaan tertentu sehingga tidak merugikan
orang lain yang berada disekitarnya. Serta seseorang dapat dikatakan memiliki
kecerdasan emosional adalah seseorang yang memiliki kesadaran diri, dapat
mengambil keputusan secara mandiri, mampu mengelola perasaan, dapat
menangani stress, memiliki sifat empati, berkomunikasi dengan baik, serta
bersifat terbuka atau membuka diri.32
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Obsevasi
Observasi adalah sebuah teknik dimana peneliti terjun dan ikut serta di
lapangan melihat serta mencatat secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Metode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah
partisipatif. Metode observasi ini dimana peneliti sebagai observer (pengamat)
benar-benar turut serta mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh
orang atau objek yang diamati.33
31
Saring Marsudi,dkk, Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2010), hal. 39
32
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 59.
33
18
Peneliti terjun secara langsung di tengah-tengah objek penelitian melalui
acara temu alumni sekolah sekaligus sosialisasi dan promosi kampus di tempat
penelitian. Peneliti mengobservasi para siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota
Mojokerto yang meliputi: keadaan atau kondisi siswa, kegiatan belajar mengajar
siswa di sekolah, pergaulan siswa-siswi di sekolah, dan proses konseling yang
dilakukan di sekolah.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih,
melibatkan seseorang yang memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Pada penelitian
ini wawancara digunakan untuk memperoleh informasi pendukung.
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bersifat tidak struktur dan
informal interview (wawancara tidak resmi). Pedoman yang digunakan dalam wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan oleh peneliti.34
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa di sela-sela
aktivitas siswa pada jam istirahat sekolah sedang berlangsung. Wawancara dalam
proses penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kecerdasan
emosional siswa serta apakah siswa dan siswi SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
pola berpikir yang positif serta memiliki klasifiikasi kecerdasan emosional yang
tinggi atau rendah.
34
19
c. Angket (Kuesioner)
Selain menggunakan observasi dan wawancara, untuk mendapatkan data
yang valid dalam penelitian ini, maka peneliti juga menggunakan teknik
pengumpulan data berupa angket (kuesioner). Metode angket atau kuesioner
adalah pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan tertulis yang disusun oleh
peneliti dan disesauikan dengan indikator-indikator variabel yang akan diujikan
dalam penelitian.35
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket sangat membantu
peneliti untuk memperoleh data dari sekelompok responden. Peneliti
menyebarkan angket kepada responden yang diteliti secara bersamaan dengan
waktu yang sudah ditentukan. Peneliti menggunakan tipe kuesioner tertutup dan
terstruktur. Kuesioner tertutup berisikan pertanyaan-pertanyaan yang disertai
sejumlah alternatif jawaban yang disediakan dan terstruktur. Responden akan
memilih salah satu jawaban yang telah disediakaan oleh peneliti seperti, sangat
setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.36
Responden akan diberikan angket yang berisikan pertanyaan yang akan
dijawab dengan memberikan tanda (X) pada pilihan jawaban yang telah
disediakan oleh peneliti di samping pertanyaan. Responden akan menjawab
pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan yang bersifat positif (Favourable) dan
pertanyaan yang bersifat negatif (Unfavourable).
Dengan menggunakan model angket tertutup, peneliti akan lebih mudah
memberikan skor dari setiap item soal yang dijawab oleh responden. Maka total
35
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 10.
36
20
skor akan menunjukan hasil yang pasti sesuai dengan ketentuan yang ada. Peneliti
melakukan pengambilan data di waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan
data yang valid melalui kuesioner tersebut sesuai dengan variabel yang diujikan
oleh peneliti yaitu Positive Thinking Training dan Kecerdasan Emosinal Siswa.
Langkah-langkah pengumpulan data oleh peneliti:
1. Pengurusan ijin penelitian ke Program Studi BKI Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, kemudian dilteruskan
kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kota Mojokerto untuk
memperoleh rekomendasi penelitian.
2. Dengan membawa surat ijin dari kampus, peneliti menyampaikan
maksud dan tujuan serta kesepakatan waktu untuk pengumpulan data
dan berkerja sama dengan guru BK untuk menentukan siapa saja siswa
yang akan dijadikan responden.
3. Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, peneliti kemudian
meminta data masing-masing kelas kepada pihak tata usaha sekolah
untuk menentukan kelas atau ruanganyang akan digunakan penelitian.
4. Pada waktu yang telah ditentukan, peneliti memasuki kelas bersama
guru BK. Peneliti menyebarkan angket atau kuesioner (Pretest) kepada
masing-masing siswa serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitan,
serta cara mengisi angket atau kuesioner, kemudian dilanjutkan
21
5. Pada hari selanjutnya peneliti melakukan treatment PTT sesi yang
pertama di dalam kelas yang telah disepakati dan menentukan hari
selanjutnya untuk pemberian PTT sesi berikutnya.
6. Peneliti memberikan angket (Posttest) pada peserta pelatiha di sesi
akhir pelatihan.
7. Selanjutnya peneliti melakukan penskoran, tabulasi data dan analaisis
data untuk menguji kebenaran hipotesis penelitiian.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan
serta mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini yaitu
membuktikan apakah Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) terbukti dapat
meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto, serta
seberapa signifikan pengaruh tersebut.
Untuk menguuji hipotesis peneliti menggunakan dua rumus yakni Product
Moment Pearson untuk mengetahui efektivitas/pengaruh dan Paired Samples t-test
untuk mengetahui sejauhmana tingkat Efektivitas PTT. Berikut Rumus Product
Moment Pearson:
r
xy=
�.∑ −(∑ )(∑ )
�.∑ 2− ∑ 2 (�.∑ 2− ∑ 2)
keterangan:
rXY : Koefisien Korelasi Product Moment
N : Jumlah Responden Penelitian
∑X : Skor Total Variabel X
22
Dari desain penelitian One Groub Pretest Posttest Desaign, peneiti
menggunakan rumus Paired-Samples t-test .Bila skor pretest memilik skor yang
lebih rendah dari pada posttest secara signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel Independen mempengaruhi variabel dependen.37 Berikut rumus
Paired-Samples t-test:
Keterangan:
t : Koefisien Paired-Samples
X1 : Rata-rata sampel Pretetst
X2 : Rata-rata sampel Posttets
S1 : Simpangan baku sebelum perlakuan
S2 : Simpangan baku sesudah perlakuan
n1 : Jumlah sampel sebelum perlakuan
n1 : Jumlah sampel sesudah perlakuan
r : Koefisien korelasi
Dengan menggunakan analis Product Moment Pearson maka hipotesis
penelitian akan terjawab yakni efektif atau tidaknya perlakuan. Selanjutnya dengan
menggunakan rumus Paired Samples t-test peneliti dapat mengetahui sejauhmana
tingkat efektivitas PTT dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional siswa.
37
23
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyususnan skripsi ini maka
penulis akan menyajikanpembahasan dalam beberapa bab yang sistematika
pembahasanya sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan. Berisi tentang latar belakang pengambilan judul, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta pembahasan
sebagai bentuk rasionalisasi atas judul yang diangkat. Serta menjelaskan kepada pembaca
tentang objek kajian dan alur penelitian.
BAB II: Tinjauan Pustaka. Bab ini menerangkan tentang hubungan antara
kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada remaja yang didasarkan pada kajian-kajian
teoritik dan kajian pustaka peneliti terdahulu.
BAB III: Penyajian Data. Bab ini berisi penyajian data yang berupa deskriptif
umum tentang objek penelitian, hasil penelitian, serta pengujian hipotesis kepada objek
yang diteliti.
BAB IV: Analisis Data. Bab ini berisi analisis data yang berupa jawaban dari
hipotesis yang telah dimunculkan pada Bab II.
BAB V: Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang meliputi
BAB II KAJIAN TEORI
A. Positive Thinking Training (PTT)
1. Pengertian Positive Thinking Training (PTT)
Training atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu pelatihan, adalah serangkaian pemberian aktivitas atau kegiatan untuk mengembangkan
aspek-aspek tertentu.38 Sedangkan pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan
memperkuat kepribadian atau karakter. Ini juga berarti bahwa kita akan bisa menjadi
pribadi yang lebih matang, pribadi yang luar biasa dan siap menjemput semua impian.
Pikiran positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan dan kelemahan
kita, akan tetapi pikiran positif akan membawa kita mencari dan memperoleh
kekuatan-kekuatan baru pada diri kita.39
Positive Thinking Training atau bisa disebut dengan pelatihan berpikir positif adalah sebuah pelatihan dimana seseorang diajak untuk bersama-sama melatih
pikirannya agar terbiasa berpikiran baik atau husnuzan terhadap apapun. Baik itu
terhadap sesama manusia ataupun kepada Allah SWT. 40
Pelatihan berpikir positif merupakan salah satu pengembangan atas model
kognitif. Pelatihan ini ditujukan untuk membantu seseorang menenali pikiranya dan
memahaminya, mengubah pola pikir (mindset) yang negatif menjadi pola piikir yang
38
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976 ), hal. 768.
39
Cahyo Satria Wijaya, Think Positive Feel Positive & Get Positif Life, (Yogyakarta: Second Hope, 2011), hal. 7.
40 Jamal Ma’mur Asmani,
25
positif melalui serangkaian pelatihan, dan menggunakan pola pikir positif yang
terbentuk itu dalam menghadapi permasalahan di kehidupan yang akan datang.41
Menurut James Arthur Ray dalam buku The Law of Positive Thingking
menerangkan mindset adalah segugusan keyakinan, nilai-nilai, identitas, espektasi,
sikap, kebiasaan, opini, dan pola pikir tentang diri anda, orang lain, dan hidup.
Melalui mindset, anda menafsirkan (memaknai) apa pun yang anda lihat dan anda
alami dalam hidup.42
Sedangkan American Heritage Dictionary mendefinisikan mindset sebagai “a
fixed mental attitude or disposition” (suatu sikap mental atau disposisi tertentu yang
menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi yang dihadapinya).43
Positive thinking merupakan salah satu kekuatan yang dahsyat dalam mengaktifkan faktor nilai tambah dalam diri seseorang. Pikiran positif memancarkan
gelombang optimisme, dan antusiasme yang dahsyat ke dalam dunia sekitar, sehingga
dapat mengaktifkan sikap positif, dan akhirnya membuahkan hasil yang positif pula.44
Pikiran positif telah membantu Lance Amstrong, pembalap sepeda terkemuka di
dunia, untuk mengalahkan penyakit kanker yang dideritanya. Pikiran ini telah
menggerakkan Lance untuk tetap berusaha mencari kesembuhan. Pikiran positif ini
juga telah membantu Lance untuk berlatih kembali untuk tampil di kejuaraan juara
dunia yang terpaksa ditinggalkannya ketika dalam pengobatan. Hasilnya pun luar
biasa, Lance berhasil merebut kembali gelar juara dunia.45
41
Gerald Corey, Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi Terjemahan, (Jakarta: Eresco, 1998), hal. 181.
42 Jamal Ma’mur Asmani,
The Law Of Positive Thinking, (Yogyakarta: Gara Ilmu, 2009), hal. 28.
43
Andrias Harefa, Mindset Therapy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 1.
44
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal.2.
45
26
Dr. Ibrahim Elfiky menyebutkan bahwa proses berpikir berkaitan erat dengan
konsentrasi, perasaan, sikap, dan perilaku. Berpikir positif dapat dideskripsikan
sebagai suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi
yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi.46
Positive thinking merupakan cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang mampu menyulut semangat perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik.Pelatihan
berpikir positif dapat identifikasikan sebagai pelatihan yang menekankan suatu cara
berpikir, sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun situasi yang dihadapi.47
2. Prinsip-Prinsip Positive Thinking
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam positive thinking atau
berpikir positif. Untuk bisa memahami hakikat berpikir positif maka kita harus
mengerti prinsip-prinsip yang terdapat di berpikir positif itu sendiri. Dalam buku
Terapi Berpikir Positif karangan Dr. Ibrahim Elfiky menjelaskan bahwa terdapat
beberapa prinsip dalam berpiki positif. Berikut adalah beberapa prinsip berpikir
positif antara lain:
a. Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi
Menurut Suryabrata masalah merupakan kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan, antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang
seharusnya dengan yang ada.48 Masalah muncul ketika seseorang menginginkan
suatu kejadian tertentu atau hal tertentu, akan tetapi yang terjadi adalah kebalikan
dari hal tersebut. Jika masalah yang muncul secara terus menerus pada seseorang
46
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 7.
47 Jamal Ma’mur Asmani,
The Law Of Positive Thinking, (Yogyakarta: Gara Ilmu, 2009), hal. 30.
48
27
sedangkan orang tersebut tidak mampu menangani permasalahan yang
dialaminya, maka yang akan muncul adalah kesengsaraan.
Seseorang yang sengsara adalah orang yang merasakan rasa sakit baik itu
fisik maupun psikis dari sebuah permasalahan atau penderitaan yang
dialaminya.49 Menurut Dr. Ibrahim Elfiky, hakikat masalah dan kesengsaraan
hanyalah berada dalam persepsi seseorang saja.
Persepsi juga disebut dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab
dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai suatu hal atau objek dari
stimulus atau pemicu sebuah peristiwa atau hal-hal yang lainnya, yang dapat di
tangkap oleh alat indra manusia. sehingga memunculkan sebuah pendangan atau
persepsi di dalam pikiran manusia. 50
Kenyataan adalah persepsi anda. Jika anda ingin mengubah kenyataan
hidup anda, mulailah dengan mengubah persepsi anda. Salah satu contoh ada
seorang wanita di suatu Negara Arab sudah menikah dan dikaruniai tiga orang
anak. Dirinya selalu ditinggal oleh suaminya karena suaminya bekerja sebagai
seorang pedagang. Setelah bertemu dengan Dr. Ibrahim, dirinya ditanya beberapa
pertanyaan seperti apaakah suami anda berselingkuh?, suka memarahi anda?,
ataukah tidak menafkahi anda?. Perempuan itu menjawab tidak, dia hanya takut
suaminya sudah tidak membutuhkanya lagi karena tidak pernah pulang. Wanita
tersebut akhirnya sadar bahwa dirinya hanya fokus terhadap hal-hal negatif
tentang suaminya yang ia tidak suka. Karena pikiran negatif itu terjadi berkali-kali
maka jadilah keyakinan. Keyakinan inilah yang mendorong dirinya untuk bercerai
49
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 46.
50
28
dengan suaminya tersebut. Beruntung perempuan ini sadar bahwa ia bisa
memperbaiki hubungan dengan suaminya dengan tidak mengkritik, menyalahkan,
mengeluh, atau meremehkan. Dengan demikian kepercayaan suami tumbuh
kembali kepadanya seperti sedia kala.51
Dengan mengubah persepsi maka kenyataan menjadi berubah. Perceraian
yang direncanakan berubah perceraian yang direncanakan berubah menjadi cinta
dan kekuatan untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga.
b. Jangan jadi masalah, pisahkan dirimu dari masalah
Tidak ada masalah yang solusinya tidak dapat dipikirkan oleh akal
manusia. akal manusia memiliki 150 miliar sel lebih. DR, Michael R. Anastasio
dari Universitas Harvard menegaskan bahwa untuk menghitung jumlah sel dalam
otak dibutuhkan waktu lebih dari limma ribu tahun. Akal manusia lebih cepat
dari pada cahaya. Ia punya kemampuan menyimpan 2.000.000 informasi dalam
satu detik.52
Semua potensi tersebut ada dalam diri anda, dan diri setiap orang dimuka
bumi ini. Masalah hanya salah satu kondisi aktivitas hidup yang harus dihadapi
secara wajar dan disikapi dengan tenang hingga kita menemukan solusinya.
Karena itu berhati-hatilah, kuasai masalah dan jangan sampai masalah menguasai
anda. Pisahkan anda dari masalah. Berhati-hatilah akan ucapan pada diri anda
sendiri maupun pada orang lain. Anda pasti akan memisahkan diri anda dari
51
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 257.
52
29
masalah. Anda ternyata lebih besar, lebih kuat, lebih indah dari sekedar menjadi
masalah.53Allah berfirman:
اَݜۡقَݖَخ ۡدَقَل
َݚ َن ِ
ٱ
ۡ
لميِݠۡقَت ِݚ َܵۡح
َ
أ ٓ ِِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an surah At-Tin ayat 4).54
Menurut tafsir dari Ibnu Katsir dalam bukunya yaitu Tafsir Ibnu Katsir
jilid 10 menerangkan bahwa dalam surah At-Tiin ini terdapat sumpah Allah SWT
menciptakan manusia dalam wujud dan bentuk yang sebaik-baiknya, dengan
perawakan yang sempurna serta beranggota badan yang normal “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”(QS At-Tiin ayat 4). Kemudian setelah penciptaan yang baik dan menakjubkan itu, mereka
akan diseret ke Neraka jika mereka tidak taan kepada Allah dan tidak mengikutii
para Rasul kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih.55
c. Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakan masa depan
Menurut James O. Whittaker yang dikutip dari buku Psikologi Belajar
karangan Abu Ahmadi menyatakan, belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik
atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak
termasuk belajar.56
53
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 258.
54
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Quran, 2012), hal. 597.
55
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan oleh M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008), hal. 382.
56
30
Belajar dalam pengertian yang paling umum, adalah setiap perubahan
perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkunganya. Oleh karena bersifat dinamis dan terbuka terhadap barbagai
bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya
maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa henti selama manusia itu hidup.57
Sedangkan Masalalu adalah mimpi, masa depan adalah proyeksi.
Hidupmu saat ini yang diwarnai cinta mendalam pada Allah membuat masa lalu
menjadi mimpi yang indah dan masa depan penuh harapan. Banyak orang
mengeluhkan masa lalu dan masa depan. Masa lalu yang telah berlalu sebagai
pengalaman. Dan masa depan yang masih menjadi misteri kehidupan. Banyak
orang yang mengalami kegagalan dimasa lalunnya, meratapinya dan menyesal
sangat mendalam dapat mengakibatkan orang tersebut akan terpuruk tidak mampu
menghadapi apa yang ada di masa depanya. Sejatinya apa yang disebut dengan
kegagalan tidak ada. Yang ada adalah dampak atau akibat. Maka, jika anda tidak
rela pada apa yang telah anda capai dalam kehidupan, perhatikan perilaku anda
dan perbaiki. Susunlah rencana baru dan lakukan dengan baik secara konsisten.
Derngan semikian, anda pasti mendapatkan apa yang anda inginkan.58
Tentang masa kini, hadapilah dengan segenap makna positif. Hadapilah
dengan cinta pada Allah. Bisa jadi saat inilah akhir perjalanan hidup anda. Jangan
sampai hidup anda dihantui perasaan negatif masa lalu. Jangan terlena menunggu
masa depan yang belum datang. Dengan demikian, hidup anda akan berjalan
normal dan stabil. Selama anda menjalani hidup ini dengan tulus pada Allah, anda
57
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 113.
58
31
dapat menjadikan masa lalu sebagai kebahagiaan dan masa depan sebagai
proyeksi yang indah.
d. Mengubah pikiraan berarti mengubah kenyataan. Pikiran baru menciptakan
kenyataan baru
Pikiran adalah kekuatan yang sangat efektif, dan tanpanya, setiap kekuatan
hanya besar saja. Pikiran dapat dikatakan sebagai pusat kekuatan. Pikiran dapat
mempengaruhi hasil akhir dari sebuah tindakan.59 Dengan kata lain pikiran
mengendalikan semua tindakan seseorang. Maka kenyataan yang terjadi adalah
kenyataan yang ada di dalam pikiran seseorang tersebut. Berikut contoh ilustrasi
aktivitas pikiran yang memperngaruhi perilaku seseorang:
Ada salah seorang perempuan bernama Nadia berusia empat puluh tahun
dan mengalami kegemukan. Nadia telah berkonsultasi dengan dokter dan
melakukan olahraga secara rutin dan mendapatkan hasil yang baik. Akan tetapi
seiring berjalanya waktu Nadia mengalami kebosanan dan perlahan meninggalkan
olahraganya. Dalam beberapa minggu kemudian badanya kembali gemuk.
Hal ini tidak berhasil dikarenakan Nadia hanya mengubah dirinya dari
bagian luarnya saja akan tetapi dalam dirinya tidak. Maksudnya, tanpa mengubah
citra diri, konsep, dan penghargaanya terhadap diri sendiri bahwa ia benar-benar
dapat mencapai apa yang ia inginkan. Ia masih melakukan perbuatan yang sama,
yaitu berpegang pada metode ilmiah tanpa berusaha keras untuk mendapatkan apa
yang ia inginkan.
Pikiran negatif menimbulkan citra diri yang negatif pula pada dirinya. ia
menilai dirinya kegemukan. Citra diri ini diperkuat oleh keyakinan bahwa iasudah
59 Jamal Ma’mur Asmani,
32
berusaha berkali-kali, tetapi tidak berhasil. Ketika pikiran itu dirubah menjadi
positif, Nadia dapat mengubah citra dirinya sendiri. Ia juga mampu mewujudkan
impian hidupnya. Penghargaan terhadap diri sendiri meningkat dan ia dapat
menerima diri sendiri apa adanya. Karena itu, jika anda benar-benar ingin
menciptakan perubahan positif dalam hidup, mulailah mengubah bagian dalam
diri anda.60 Allah berfirman:
ۥُ
َ
َ
ِݝِ
ۡݖَخ ۡݚِݘَو ِݝۡ َدَ ِ ۡ َ ۢݚِّݘ ٌܠ َ ِّقَ ُݘ
ۦ
ُݝَݛݠ ُ َ ۡ َ
ۥ
ِܱۡ
َ
أ ۡݚِݘ
ِ ۗٱ
ۗنِإ
َ ۗٱ
َ
َ
َلاَر
َ
أ ٓاَمِ ۡݗِݟُِܵ ݛ
َ
ܕِب اَݘ
ْاوُ َِّّغُي ََۗح ٍمۡݠَقِب اَݘ َُِّّغُي
ُ ۗٱ
ُ
َ
َ ۗلََܱ َ َ مثٓݠُܴ لمۡݠَقِب
ۚۥ
ݚِّݘ ݗُݟَ اَݘَو
ۦِݝِݛوُل
ٍلاَو ݚِݘ
١
Artinya:“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
secara bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabla Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-sekali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
(Al-Qur’a,n Surah Ar-Ra’d ayat 11).61
Berdasarkan tafsir dari Ibnu Katsir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir jilid 5
mengemukakan bahwa
(
ِۗٱ
ِܱۡ
َ
أ ۡݚِݘ
ۥ
ُݝَݛݠ ُ َ ۡ َ
ۦ
ِݝِ ۡݖَخ ۡݚِݘَو ِݝۡ َدَ ِ ۡ َ ۢݚِّݘ ٌܠ َ ِّقَ ُݘ
ۥُ ََ
)
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah.” Maksud dari ayat ini adalah bagi setiap orang ada malaikat penjaga pada
siang hari dan penjaga di malam hari. Selain itu malaikat mencatat perbuatan
60
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 259
61
33
yang baik dan buruk. Ada malaikat bertugas di siang dan malam : ada malaikat
pencatat amal di sebelah kkanan manusia baik dan buruk di sebelah kiri manusia.
masih ada dua malaikat lain yang menjaga, satu di depan dan satuu di belakang.
Jadi manusia dikelilingi oleh empat malaikat penjaga.62
Setelah tu pada ayat
(
ۡݗِݟُِܵ ݛ
َ
ܕِب اَݘ
ْاوُ َِّّغُي ََۗح ٍمۡݠَقِب اَݘ َُِّّغُي ََ
َۗٱ
ۗنِإ
)
Artinya:
“
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaumhingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ibnu Abi
Hatim meriwayatkan dari Ibrahim, ia mengatakan “Allah mewahyukan kepada
salah seorang Nabi dari bani Israil „Hendaklah kamu katakana kepada kaummu
bahwa warga desa dan anggota keluarga yang taat kepada Allah tetapi kemudian
berubah berbuat maksiat atau durhaka kepada Allah, pasti Allah mengubah dari
mereka apa yang mereka senangi menjadi seseuatu yang mereka benci.” Ayat ini
adalah sebuah gambaran bahwa setiap manusia mampu dan memiliki kekuatan
untuk mengubah nasibnya sendiri dengan usahanya sendiri dan diiringi dengan
doa kepada Allah. Dan apabila mereka tidak mau berubah menuju jalan Allah,
maka Allah akan menurunkan Azab bagi mereka.63
e. Ketika Allah menutup satu pintu, pasti Dia membuka pintu lain yang lebih baik
Kadangkala Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Dia
membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia
menyia-nyiakan waktu, konsentrasi, dan tenaga untuk memandang pintu tertutup dari pada
62
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan oleh M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008), hal. 15.
63
34
menyambut pintu impian yang terbuka di hadapannya. Hal ini dikarenakan rasa
kecewa yang dirasakan telah menguasai pikiran dan perasaan manusia, sehingga
manusia menjadi lebih cepat putus asa dari pada berjuang untuk melihat peluang
yang ada di sekitarnya.64
Banyak sekali orang yang mengalami sebuah permasalahan dalam
hidupnya contohnya di pecat dari perkerjaan atau PHK yang kemudian menjadi
pengangguran dan tidak memiliki pekerjaan. Karena keterpurukan dan tidak
adanya kemauan untuk berusaha mencari peluang yang lain, seseorang akan dapat
menjadi depresi dan akan terus terpuruk oleh permasalahan yang di hadapinya.65
Kita sedang berbicara tentang bagaimana orang tidak sabar menghadapi
cobaan hidup, merasa cemas, dan takut. Namun cobaan adalah anugerah yang
terindah dari Allah: Allah menutup satu pintu untuk kebaikan-kepentingan diri
kita sendiri. Sebagai gantinya, Dia membukakan pintu lain yang lebih baik.66
Ketika seseorang yang mampu melihat peluang yang ada dan dapat
mengambil peluang tersebut, maka orang tersebut adalah orang yang peka
terhadap petunjuk Allah. Tidak sedikit orang yang sukses tetapi dulunya dia
adalah seseorang yang terkena PHK atau seseorang yang telah di pecat dari
perusahaan. Dengan kegigihan dan kerja keras mereka melihat pintu-pintu lain
yang ditunjukan oleh Allah, maka keberhasilanlah yang mereka capai.
Mulai hari ini bertawakallah pada Allah. Jangan patah semangat untuk
mewujudkan impian anda. Kendati semua pintu di hadapan anda di tutup, jangan
64
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal 175.
65
Sigmund Freud, Patologi dalam Kehidupan Sehari-hari Terjemahan, (Bandung, PT Rosdakarya, 2014), hal. 5.
66
35
pernah putus asa. Teruslah berjuang dan bersabarlah. Yakinlah bahwa Allah tidak
akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang bersabar. Justru Dia akan
membukakan pintu yang lebih baik bagi anda dari pada yang anda bayangkan.
Dialah Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Mulia.67
3. Ciri-Ciri Positive Thinking
Seseorang dikatakan memiliki pikiran positif maka dapat dilihat dari kepribadian
dan perilaku serta tindakan yang dilakukan. Kepribadian merupakan sesuatu yang
melekat pada diri seorang manusia. kebribadian terbentuk berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seseorang, serta kebiasaan-kebiasaan yang sering
dilakukan. Maka muculah istilah kepribadian baik (positif), dan kepribadian buruk
(negatif). Baik dan buruk ini menjadi ukuran penilaian pribadi seseorang.
Kepribadian inilah yang menjadikan pembeda setiap manusia yang hidup.
Kepribadian juga yang membuat seseorang menjadi unik karena kepribadian setiap
orang tidaklah sama persis antara manusia satu dengan manusia yang lain.68
Ada beberapa ciri-ciri positive thinking menurut Dr. Ibrahim Elfiky yang dapat
membentuk kepribadian manusia menjadi positif diantaranya adalah:
a. Berpikir positif terhadap Allah (Beriman, memohon bantuan, dan tawakal
kepada Allah)
Berpikir positif terhadap Allah atau beriman berarti mempercayai dan
meyakini, bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan yang benar adanya. Secara
konsekwensi, kepercayaan kepada Allah akan menuntut kepada kepercayaan
yang lainnya, diantaranya, Allah SWT telah mengutus Rasul dan para Nabi.
67
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 260.
68
36
Para Rasul ini, diutus dengan dibekali kitab suci sebagai pedoman hidup
umatnya di dunia ini. Meskipun tidak semua Rasul mendapatkan kitab suci.
Percaya dan berpikir positif kepada Allah SWT juga berimplikasi pada
kepercayaan bahwa, Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya.
Dia yang memulai kehidupan di dunia ini,berarti Dia pula yang mengaturnya.
Selain itu Pribadi yang sukses hidup dengan nilai-nilai luhur. Sebesar apapun
pengaruh dan godaan, ia akan selalu menjauh dari prilaku negatif, seperti
bohong, menggunjing, mengadu domba, memfitnah, merokok, serta segala
yang membahayakan kesehatan dan menjauhkan dari Allah.69
Kepribadian yang terbiasa dengan berpikir positif terhadap Allah memiliki
ciri jujur, amanah, menyukai kebaikan, murah hati, bergantung pada Allah,
dan selalu meneladani akhlak Rasulullah saw dan orang-orang saleh. Cara
pandang yang jelas. Pribadi yang sukses tahu betul apa yang diinginkan dalam
jangka pendek, menengah, dan panjang. Ia tahu alasan menginginkan sesuatu,
kapan menginginkannya, dan bagaimana cara mendapatkannya dengan
mengerahkan seluruh potensi serta kemungkinan yang ada. Ia selalu
merencanakan aktivitasnya dengan fleksibel hingga berhasil mewujudkan apa
yang ia inginkan.70
Allah berfirman:
َلاَ
َݚِݘ ِن
َ ُجَر
َݚ ِ
ٱ
ۗ
َݗَ ۡن
َ
أ َنݠُ اَ ََ
ُ ۗٱ
اَݙِݟۡي
َݖَع
ْاݠُݖُخۡل
ُݗِݟۡي
َݖَع
َااَ
ٱ
ۡ
َ َلَو َۚنݠُܞِݖ َغ ۡݗُكۗݛِܗَ ُهݠُݙُܢۡݖَخَل اَمِܗَ
ِ ۗٱ
َ ِݜِݘۡܖُݘ ݗُܢݜُك نِإ
ْآݠُ ََۗݠَܢَف
٣
69
Ibrahim Elfiky, Terapi Berp