• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS POSITIVE THINKING TRAINING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SMA NEGERI 2 KOTA MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS POSITIVE THINKING TRAINING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SMA NEGERI 2 KOTA MOJOKERTO."

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS POSITIVE THINKING TRAINING (PTT) DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SMA NEGERI

2 KOTA MOJOKERTO SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Bimbingan Dan Konseling Islam (S.Sos)

Oleh: Agung Yudistira NIM. B03213001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Agung Yudistira (B03213001), Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam

meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena yang terjadi disalah satu SMA di wilayah Jawa Timur. Sekolah tersebut memiliki beberapa siswa yang bersikap semaunya sendiri/egois, mudah tersinggung dan marah, berburuksangka kepada temannya sendiri serta berperilaku kurang baik terhadap lingkungannya. Berawal dari fenomena ini, maka dapat diketahui bahwa para siswa tersebut memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Maka pelatihan berpikir positif (PTT) perlu diberikan pada siswa-siswa tersebut. Selain siswa memiliki IQ yang tinggi siswa perlu memiliki EQ yang tinggi pula di kesehariannya. Dengan demikian siswa yang memiliki kecerdasan emosional dapat menjadi generasi muda Indonesia bermental baik dan dapat merevolusi mentalnya menjadi penerus bangsa yang cerdas IQ maupun EQnya.

Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses Efektivitas Positif Thinking Training (PTT)

dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto? (2) Adakah

Efektivitas Positive Thinking Training (PTT)dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa

SMA Negeri 2 Kota Mojokerto? (3) Sejauhmana tingkat Efektivitas Positive Thinking Training

(PTT) dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?

Untuk mengungkap persoalan diatas, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif Eksperimen

dengan memberikan perlakuan yaitu Positive Thinking Training (PTT) kepada 30 siswa SMA

Negeri 2 Kota Mojokerto, untuk melihat apakah PTT efektif/berpengaruh dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional. Peneliti menggunakan angket segai instrummen penelitian yang

kemudian dianalisa dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson dan Paired Sample

t-test.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Product Moment Pearson, korelasi antara

variabel PTT dengan Kecerdasan Emosional = 0,869. Setelah membandingkan dengan “r tabel = 0,374”, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya Positive Thinking Training (PTT) efektif dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Sedangkan

uji signifikasi Paired Sample t-tes, menunjukan angka korelasi sebelum diberikan pelatihan

dengan sesudah diberikan pelatihan sebesar 0,648 > α (0,05). Berdasarkan nilai tersebut maka

Positive Thinking Training (PTT) efektif dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto secara signifikan.

(7)

DAFTAR ISI

COVER ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel ... 10

3. Variabel ... 12

4. Definisi Operasional... 13

a. Positive Thinking Training (PTT) ... 13

b. Kecerdasan Emosional ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

a. Observasi ... 17

b. Wawancara ... 18

c. Angket ... 19

6. Teknik Analisis Data ... 21

F. Sistematika Pembahasan ... 23

BABII : KAJIAN TEORI A. Positive Thinking Trainning (PTT) ... 24

1. Pengertian Positive Thinking Training ... 24

2. Prinsip-prinsip Positif Thinking ... 26

3. Ciri-ciri Positive Thinking ... 35

4. Strategi Positif Thinking ... 44

B. Kecerdasan Emosional ... 53

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 53

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional ... 55

3. Ciri-ciri seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosional ... 60

C. Positif Thinking Training (PTT)sebagai suatu Teknik Konseling ... 68

1. PTT berasaskan RET ... 68

2. Persamaan tujuan PTT dengan RET ... 71

(8)

D. Penelitian Terdahulu yang relevan ... 76

E. Hipotesis penelitian ... 78

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 79

1. Profil SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 79

2. Visi dan Misi SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 81

3. Tujuan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 83

4. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 84

5. Kegiatan-kegiatan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 85

6. Strategi pendidikan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 87

7. Sarana dan prasarana SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 88

8. Ekstrakulikuler SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 89

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 92

1. Proses Positif Thinking Training (PTT) ... 92

a. Tahap Awal (Opening) ... 93

b. Tahap Pertengahan (Proses Konseling) ... 94

1). Sesi Pertama ... 95

2). Sesi Kedua ... 103

c. Tahap Penutup (Closing) ... 111

2. Deskripsi Efektivitas PTT dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional ... 113

a. Penyusunan angket ... 113

b. Indikator dan kisi-kisi angket... 114

c. Responden PTT ... 118

d. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 120

3. Pengujian Hipotesis ... 127

BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis hasil pretest Kecerdasan Emosional ... 130

B. Análisis Hipotesis Efektivitas PTT dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 132

C. Analisis Tingkat Efektivitas PTT dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto ... 137

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 142

B. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 145

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Atas atau SMA adalah sebuah tempat bagi seorang siswa

menempuh pendidikan setelah selesai duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama atau

SMP. Pada jenjang SMA ini seorang siswa yang lulus dari sekolah menengah pertama

yang cenderung dalam bayang-bayang kedua orang tua, pada akhirnya mereka memasuki

masa-masa seorang siswa memiliki pergaulan yang lebih luas lagi dan lebih bebas lagi

dari sebelumnya. Secara psikologi seorang siswa SMA telah memasuki periode remaja

awal. Menurut Elizabeth B. Hurlock awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga

belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir usia remaja

bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai dengan 18 tahun.1

Remaja adalah pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri,

kedewasaan.2 Masa-masa remaja yang dihabiskan ketika di SMA adalah fase seseorang

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, penasaran terhadap segala sesuatu dan peristiwa

yang tidak diketahuinya, dan cenderung kurang stabil dalam mengambil keputusan. Hal

ini dapat dibuktikan dengan pendapat perubahan yang dialami oleh remaja adalah

meningginya emosi, perubahan tubuh, berubahnya minat dan pola perilaku, bersikap

ambivalen atau menuntut kebebasan.3

1

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 206.

2

B. Renita Mulyaningtyas & Yusup Purnomo H, Bimbingan Konseling SMA Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 48.

3

(10)

2

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah remaja

menjadi masalah yang sulit diatasi karena ketika pada periode anak-anak sebagian besar

permasalahan diselesaikan oleh kedua orang tua mereka.4

Pada tahap ini, remaja masih merasa bingung dan mulai beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi padadirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru,

cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap emosi.5

Berdasarkan pengamatan fakta dilapangan, para siswa SMA, masih cenderung

memiliki sifat semangat yang meluap-luap, perasaan yang tidak stabil, dan masih sedikit

memiliki kecenderungan bergantung kepada temanya. Para siswa lebih sering pergi

kemana-mana dengan bergelombol atau dengan teman dekatnya dan jarang ada yang

terlihat sendirian.

Selain itu, tidak jarang juga bila mengamati kejadian di lapangan, ketika di dalam

kelas terdapat salah satu siswa yang bertingkah laku semaunya sendiri, duduk layaknya

seorang yang memiliki kekuasaan dan tidak mau diingatkan oleh teman-temannya,

gurunya maupun orang tuanya bahwa dirinya berperilaku salah. Masa remaja adalah

masa dimana seorang siswa memiliki sifat egois yang tinggi dan hanya mementingkan

dirinya sendiri. Memiliki pola pikir yang praktis dan melihat apapun hanya dari segi

subjektif saja.

Dari pengamatan peneliti, kebanyakan para remaja di sekolah hanya berteman dan

bergaul dengan orang-orang tertentu saja, memilih-milih teman dan bertindak tanpa

4

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 208.

5

(11)

3

berpikir panjang terlebih dahulu. Ketika ada salah satu teman dekat yang sakit maka

seketika mereka akan menjenguknya, dan bila ada teman yang sakit tersebut bukan teman

dekatnya, maka mereka tidak akan menjenguknya. Selain itu para remaja juga rawan

mengalami perkelahian antar sesama teman karena mudahnya tersinggung dan salah

paham antar teman yang satu dengan yang lain.

Melihat kejadian tersebut berbanding terbalik dengan tugas-tugas perkembangan

yang harus dicapai di masa remaja. Tugas-tugas masa remaja antara lain, mulai

matangnya emosi, pemantapan minat, kematangan sosial, mulai mandiri dari keluarga,

kematangan intelektual, mulai memilih pekerjaan, menggunakan waktu secara tepat,

memiliki filsafat hidup dan indentifikasi diri.6

Perkembangan emosi pada masa remaja seharusnya dapat mengantarkan remaja

untuk bisa mengendalikan diri sendiri dalam berinteraksi terhadap orang lain maupun

lingkungannya. Sedangkan perkembangan kognisi remaja yang baik dapat menjadikan

remaja memiliki wawasan yang luas dan pengetahuan lebih dari sebelumnya. Aka tetapi

setiap remaja memiliki perkembangan emosi dan kognisi yang berbeda-beda karena di

pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal remaja. Apa bila perkembangan emosi

dan kognisi remaja tersebut belum optimal, maka akan timbul beberapa permasalahn

dalam perkembangan remaja seperti, mudah marah, suka tersinggung, mudah putus asa,

suka berburuk sangka terhadap temannya dan lain sebagainya. Hal tersebut berbanding

terbalik dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 12 yaitu:

6

(12)

4

ٓي

ٱا ٓ ُ

ِ

ٓ

ٓ

ْا ُ ٓمآء

ْا ُ ٓ ۡٱا

ٓي م اٗر ث

ٓك

ي ِل ا

ٓضۡعٓب ِن إ

ي ِل ا

ٓ

َٓو ْا ُس ِسٓ

َ

ٓ

َ ٓو ۖومۡث إ

ٓ

ُۚه ُمُ ۡ ر

ٓ ٓف ٗ ۡيٓم ي خٓأ ٓمَۡٓ ٓ ُكۡأٓ نٓأ ۡمُكُدٓحٓأ ُب ُُٓأ ۚ ًضۡعٓب مُك ُضۡعِب بٓ ۡغٓ

ٓو

ِۚٓٱا

ْا ُ ِٱا

ِن إ

ٓ ِٱا

ومي حِر وباِ ٓت

٢

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebaagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganla =h menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” 7

Dari pemaparan ayat diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa setiap

manusia dianjurkan untuk memiliki prasangka baik terhadap Allah dan sesama manusia,

serta memiliki sifat Tawakal kepada Allah percaya bahwa apa yang terjadi adalah

kehendak Allah untuk kebaikan kita sendiri. Semua permasalahan berawal dari pikiran.

Apabila pikiran yang positif dimiliki remaja, maka akan dapat terhindarkan pada hal-hal

yang buruk atau negatif. Berperilaku lebih baik lagi dan dapat mengambil keputusan

yang benar sesuai dengan pertimbangan yang ada. Bila dilihat dari segi psikologi banyak

hal yang dapat mempengaruhi keadaan remaja, persepsi, ingatan (memory), berpikir dan

proses-proses kognitif misalnya stress, depresi, kecemasan, dan suasana hati (mood) 8.

Maka selain pola pikir positif, remaja juga harus memiliki kecerdasan emosi untuk bisa

mengolah perasaanya dengan baik.

7

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Quran, 2012), hal. 517.

8

(13)

5

Menurut Seto Mulyadi, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang

untuk mengenali emosi diri, kamampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi

orang lain dan kemampuan membina hubungan.9

Menurut Patricia Poton kecerdaan emosional sebagai kekuatan dibalik

singgahsana kemampuan intelektual yang kemudian oleh Daniel Goleman di bagi

menjadi beberapa unsur-unsur kecerdasan emosional antara lain, kesadaran diri,

pengambilan keputusan pribadi, mengelola perasaan, menangani stress, empati,

komunikasi dengan baik serta membuka diri.10

Kenyataan yang terjadi di salah satu sekolah di Jawa Timur yakni SMA Negeri 2

Kota Mojokerto, banyak siswa-siswi yang berprestasi di dalam kelas memiliki hubungan

yang baik dengan gurunya, teman-temannya, orang tuanya dan orang-orang disekitarnya.

Bila dilihat dari segi emosi, mereka memiliki pengelolaan emosi yang baik dan mampu

mengarahkan emosinya sesuai dengan keadaan. Maka siswa tersebut adalah siswa yang

memiliki kecerdasan emosional.

Akan tetapi tidak sedikit siswa-siswi yang memiliki prestasi di SMA Negeri 2

memiliki perilaku yang kurang baik terhadap sesama teman, guru maupun orang lain.

Maka siswa tersebut adalah siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang tidak

memiliki kecerdasan emosional. Dengan demikian kecerdasan emosi seorang remaja

juga berpengaruh dalam kehidupan keseharian remaja terutama ketika berada di sekolah.

Peneliti juga menemukan fenomena yang terjadi di SMA Negeri 2 Kota

Mojokerto selain yang telah di paparkan diatas yaitu kebanyakan kebanyakan siswa yang

9

Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 53.

10

(14)

6

memiliki nilai bagus di kelas dan berprestasi, kebanyakan mempunyai hubunngan

kurang baik dengan teman-temanya. Para siswa selalu tampak mengelompok ketika di

dalam kelas. Menurut informasi yang didapat, para siswa tersebut sangat pandai akan

tetapi tidak dapat mengontrol emosinya, bila ada teman bukan dari kelompoknya

bertanya dia malah berpikir bahwa temanya hanya memanfaatkan dirinya saja.

Dari beberapa pemaparan fenomena di atas dapat di tarik sebuah kesimpulan

bahwa para siswa tersebut perkembangan pada masa remajanya kurang optimal,

memiliki kontrol emosi yang kurang baik, dan masih memiliki pola pikir yang negatif

terhadap lingkunngan di sekitarnya. Meskipun memiliki IQ yang baik, akan tetapi

berdasarkan pengamatan peneliti para siswa tersebut memiliki EQ yang rendah.

Keberhasilan siswa di sekolah tidak dapat hanya dilihat dari kepintaranya saja, akan

tetapi dari segi sosial dan perilaku juga termasuk dalamindikator keberhasilan siswa.

Dari pemaparan diatas peneliti beranggapan bahwa perlu diadakan pelatihan

(training) berpikir positif untuk para remaja yang nantinya dapat membantu remaja memiliki kecerdasan emosi karena terdapat hubungan antara pikiraan dengan emosi pada

remaja. Hal ini berdasarkan terori psikologi yang di kemukakan oleh Albert Ellis yaitu

Pikiran dapat mempengaruhi perasaan seseorang. Dengan demikian remaja yang

memiliki pola pikir postif dan kecerdasan emosianal yang tinggi dapat menjadikan

seorang remaja memiliki akhlak yang baik dan terpuji.Maka dengan demikian peneliti

peneliti tertarik memberikan Positive Thinking Training untuk meningkatkan

(15)

7

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?

2. Adakah Efektivitas Positive Thinking Traininng (PTT) dalam Meningkatkan

Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?

3. Sejauhmana tingkat Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto.

2. Mengetahui Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam Meningkatkan

Kecerdasan Emosional Siswa SMA N 2 Kota Mojokerto.

3. Mengetahui tingkat Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) dalam

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA N 2 Kota Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran khususnya bagi khasanah keilmuan.Serta pengembangan ilmu dari

program studi BKI UIN Sunan Ampel Surabaya yang nantinya dapat dijadikan bekal

(16)

8

menggunakan Positive Thinking Training guna meningkatkan kecerdasan

emosional.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yakni diharapkan dapat dijadikan pelajaran dan

pengalaman khususnya bagi:

a) Mahasiswa

Dengan penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk

mahasiswa agar mereka bisa mendapat referensi tentang penerapan

pelatihan atau terapi berpikir positif untuk meningkatkan kecerdasan

emosi.

b) Dosen

Untuk para dosen penelitian ini bisa dijadikan landasan dalam

bahan ajar sehingga tidak hanya mementingkan kajian teoritik saja

melainkan juga memperhatikan aspek lain yaitu pola pikir yang dapat

berpengaruh terhadap keadaan emosi seseorang.

c) Guru

Dengan penelitian ini diharapkan para guru dapat mengetahui

keadaan pikiran dan emosi para siswanya dan dapat menerapkan pelatihan

berpikir positif dengan panduan penelitian untuk meningkatkan

kecerdasan emosional para siswanya.

d) Sekolah

Dari hasil penelitian ini sekolah akan dapat mengetahui seberapa

(17)

9

yang memiliki kecerdasan emosional yang nantinya pihak sekolah dapat

menindaklanjuti fenomena tesebut dengan berbagai kegiatan yang bersifat

pengembangan diri.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan

pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan

metode-metode yang didasarkan pada informasi numerik atau kuantitas-kuantitas, dan

biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik.11 Analisis yang ada di

penelitian kuantitatif menggunakan metode pengumpulan data atau pengukuran

variabel.12 Lebih jelasnya, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan

data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang

ingin diketahui, angka-angka terkumpul sebagai hasil penelitian yang

menggambarkan situasi dan kejadian.13 Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif

melihat keadaan populasi dan sampel penelitian terdiri lebih dari satu orang serta data

yang dibutuhkkan bukan berupa data narasi dari setiap responden, maka pendekatan

kuatitatif sangat efektif digunnakan dalam penelitian.

Peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian Eksperimen adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment

atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Data yang dihasilkan berupa angka

statistik yang menunjukan prosentase variabel-variabel yang di teliti. Dari data

11

Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2003), hal. 4.

12

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 11.

13

(18)

10

tersebut maka hipotesis yang muncul dapat terjawab. Hipootesis inilah yang

dijadikan peneliti untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari variabel yang

diteliti.14

Peneliti menggunakan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design yaitu

peneliti melakukan satu kali pengukuran di awal (Pretest) kemudian diberikan

perlakuan (Treatment) dan setelah itu diberikan pengukuran lagi (Posttest) di dalam

satu kelompok saja.15 Dengan model One Group Pretest-Posttest Design akan

mempermudah peneliti untuk melihat sejauh mana tingkat keefektifan Treatment

atau perlakuan yang diberikan kepada kelompok, sehingga hipotesis penelitan akan

terjawab secara jelas dan tegas.

Berikut skema penelitian:

Pengukuran (O1) Perlakuan (X) Pengukuran (O2)

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel

Populasi adalah semua anggota kelompok dapat berupa orang, kejadian, atau

barang yang menjadi objek penelitian. Sedangkan menurut Mardalis populasi adalah

seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam penelitian.16 Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota

Mojokerto.

Sedangkan sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang mewakili

keseluruhan dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel

14

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Rineka cipta, 1993), hal. 73.

15

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 86.

16

(19)

11

sejumlah 30 siswa dari kelas X.XI,XII untuk dijadikan sampel penelitian.

Pengambilan sampel ini berdasarkan pendapat Arikunto bahwa batas minimum

pengambilan sampel eksperimen adalah 15 orang dari populasi yang ada.17

Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan Simple Random

Sampling. Sampling Random atau acak adalah teknik pengambilan sampel yang semua unit poppulasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel

penelitian.18 Hal ini digunakan peneliti untuk menguji keaslian keadaan sampel

sebelum dan sesudah diberikanya perlakuan, serta mempermudah peneliti karena

tidak perlu menggunakan rumus pengambilan sampel jika teknik pengambilan sampel

secara Random. 19 Maka peneliti mengambil sejumlah 30 orang siswa secara acak

untuk dijadikan sampel penelitian. Rincian sampel Random penelitian sebagai

berikut:

Siswa kelas X sejumlah 10 siswa Siswa kelas XI sejumlah 10 siswa Siswa kelas XII sejumlah 10 siswa

Dengan menggunakan teknik sampel secara acak atau Random akan

mempermudah peneliti karena tidak menggunakan aturan-aturan tertentu dalam

pengambilan sampel penelitian.

17

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 10.

18

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 109.

19

(20)

12

3. Variabel

Menurut Margono variabel merupakan konsep yang mempuanyai variasi nilai

(misal variabel model kerja, keuntungan, biaya promosi, dan sebagainya). Variabel

dapat pula diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.20

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

a. Variabel Independent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel

bebas atau variabel (X), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

terjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini

variabel independen adalah Positive Thinking Training. Beberapa indikator

Positive Thinking Training menurut Dr. Ibrahim Elfiky antara lain:

1. Berpikir positif terhadap Allah SWT

2. Berpikir positif terhadap masalah

3. Berpikir positif terhadap tujuan

4. Berpikir positif terhadap diri sendiri

5. Berpikir positif terhadap orang lain21

b. Variabel Dependent, sering disebut sebagai variabel output. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut dengan variabel terikat atau variabel (Y). Merupakan

variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Adapun variabel terikat

pada penelitian ini adalah kecerdasan emosional siswa SMA Negeri 2 Kota

Mojokerto. Beberapa indikator kecerdasan emosional menurut Daniel

Goleman antara lain :

20

Muchamad Fauzi, Metode Penelitian Kuantutatif Sebuah Pengantar, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hal. 145.

21

(21)

13

1. Kesadaran diri

2. Pengambilan keputusan pribadi

3. Mengelola perasaan

4. Menangani stres

5. Empati

6. Berkomunikasi dengan baik

7. Membuka diri22

4. Definisi Operasional

a. Positive Thinking Training (PTT)

Positive Thinking Training atau bisa disebut dengan pelatihan berpikir positif adalah sebuah pelatihan dimana seseorang diajak untuk bersama-sama

melatih pikirannya agar terbiasa berpikiran baik atau terhadap apapun. Baik itu

terhadap sesama manusia ataupun kepada Allah SWT.

Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat

kepribadian atau karakter. Ini juga berarti bahwa kita akan bisa menjadi pribadi

yang lebih matang, pribadi yang luar biasa dan siap menjemput semua impian.

Pikiran positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan dan kelemahan

kita, akan tetapi pikiran positif akan membawa kita mencari dan memperoleh

kekuatan-kekuatan baru pada diri kita.23

Dengan pelatihan berpikir positif seorang siswa diharapkan dapat

memiliki mindset yang positif juga. Mindset adalah kepercayaan-kepercayaan

22

Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 59.

23

(22)

14

yang mempengaruhi sikap seseorang serta sekumpulan kepercayaan atau suatu

cara berpikir yang menentukan perilaku, pandangan, sikap, dan masa depan

seseorang.24

Menurut James Arthur Ray, menerangkan mindset adalah gugusan

keyakinan, nilai-nilai, identitas, ekspetasi, sikap, kebiasaan, opini, dan pola pikir

tentang diri anda, orang lain, dan hidup. melalui mindset, anda menafsirkan

(memaknai) apa pun yang anda liat dan anda alami dalam hidup. sedangkan

American Heritage Dictionary mendefinisikan mindset sebagai “a fixed mental attitude or disposition” (suatu sikap mental atau disposisi tertentu yang

menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi yang

dihadapinya).25 Berdasarkan pengertian diatas maka, seseorang yang memiliki

pikiran positif mampu berpikir positif terhadap Allah, masalah, tujuan, orang lain

dan dirinya sendiri.26

Pelatihan berpikir positif merupakan salah satu pola pengembangan terapi

kognitif. Dengan penelitian ini maka dapat memunculkan sebuah perubahan pola

pikir untuk menciptakan suatu perilaku yang di inginkan. Secara psikologi

pelatihan berfikir positif termasuk dalam salah satu teknik yaitu teknik RET

(Rational Emotive Teraphy) yang kemudian oleh Albert Ellis dikemukakan bahwa:

1. Manusia adalah makhluk yang berpotensi

2. Manusia adalah makhluk berfikir/aspek intelektual, merasa/ aspek emosional,

dan berbuat/aspek sosial

24

Adi W. Gunawan, The Secret of Mindset, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 14.

25

Andrias Harefa, Mindset Therapy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 1.

26

(23)

15

3. Manusia mudah terkena pengaruh (Cultural Influencibility)

4. Manusia memiliki perilaku verbal dan perilaku berfikir/aspek intelektual

5. Sumber prilaku manusia ditentukan oleh ide-ide atau nilai

6. Manusia adalah mahluk yang unik

Maka dapat disimpulkan Hakekat masalah dalam pendekatan Rasional

Emotif karena adanya gangguan emosional pada diri seseorang karena

keyakinannya pada ide-ide irasional atau pikiran-pikiran yang tidak logis.27

Pikiraan-pikiran yang tidak logis ini atau dalam penelitian ini yang disebut

dengan pola pikir negatif akan di ubah menjadi pola pikir yang positif. Sehingga

seseorang dapat berperilaku lebih terkontrol dan menjadi seseorang yang lebih

optimis lagi serta tidak mudah pustus asa jika menghadapi permasalahan dalam

hidupnya. Mengubah mindset negative menuju ke mindset yang positif adalah

tujuan dari pelatihan berfikir positif yang berasaskan pada teknik RET (Rational

Emotif Teraphy).

b. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional erat hubunganya dengan perasaan manusia.

Salovey dan Meyer mengatakan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian

dari dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memamntau perasaan

dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-memilah

semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan

tindakan.28

27

Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan Konseling (Surabaya: PT. Revka Petra Media, 2012), hal. 186.

28

(24)

16

Menurut Daniel Goleman, menyebutkan bahwa selain faktor intelegensi

kecerdasan emosional juga berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seorang

remaja. Daniel Goleman mengemukakan hasil survey terhadap para orang tua dan

guru yang hasilnya menunjukan bahwa kecenderungan yang sama generasi

sekarang diseluruh dunia adalah lebih banyak mengaalami masalah kesulitan

emosional dari pada generasi sebelumnya. Generasi sekarang lebih merasa

kesepian, dan pemurung, lebih bringasan dan lebih mudah marah serta sedih,

impulsif dan agresif. Kecerdasan emosional ini lebih merujuk pada

kemampuan-kemampuan mengendalikaan diri, memotivasi diri, dan berempati.29 Dan terdapat

beberapa indikator kecerdasan emosi meurut Daniel Goalman antara lain seperti

kesadaran diri, pengambilan keputusan pribadi, memngelola perasaan, menangani

stress, empati, komunikasi dengan baik, dan membuka diri.30

Seseorang yang dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang

dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian

seperti wajah kemerahan, air mata berlinang ketika sedih atau terharu. Hal ini

berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan Ekman dan Friesen, bahwa ada

tiga macam emosi yang dikenal dengan display rules. Yaitu adanya

penggambaran emosi yang terdiri atas masking, modulation, dan simulation.

Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau menutupi

emosi yang dialaminya. Modulation adalah keadaan orang tidak dapat meredam

secara tuntas gejala jasmaniahnya, tetapi hanya menguuranginya saja. Pada

29

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 113.

30

(25)

17

simulation seseorang yang tidak mengalami gejala emosi seakan-akan mengalami

gejala emosi dengan menampakan gejala kejamanian.31

Maka dapat disimpulkan berdasarkan pendapat para ahli di atas

kecerdasan emosi adalah sebuah keadaan dimana seseorang mampu

mengendalikan emosinya dalam berperilaku sehari-hari dan mampu mengelola

emosinya jika berada dalam sebuah keadaan tertentu sehingga tidak merugikan

orang lain yang berada disekitarnya. Serta seseorang dapat dikatakan memiliki

kecerdasan emosional adalah seseorang yang memiliki kesadaran diri, dapat

mengambil keputusan secara mandiri, mampu mengelola perasaan, dapat

menangani stress, memiliki sifat empati, berkomunikasi dengan baik, serta

bersifat terbuka atau membuka diri.32

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Obsevasi

Observasi adalah sebuah teknik dimana peneliti terjun dan ikut serta di

lapangan melihat serta mencatat secara sistematik terhadap gejala yang tampak

pada objek penelitian. Metode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah

partisipatif. Metode observasi ini dimana peneliti sebagai observer (pengamat)

benar-benar turut serta mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh

orang atau objek yang diamati.33

31

Saring Marsudi,dkk, Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2010), hal. 39

32

Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 59.

33

(26)

18

Peneliti terjun secara langsung di tengah-tengah objek penelitian melalui

acara temu alumni sekolah sekaligus sosialisasi dan promosi kampus di tempat

penelitian. Peneliti mengobservasi para siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota

Mojokerto yang meliputi: keadaan atau kondisi siswa, kegiatan belajar mengajar

siswa di sekolah, pergaulan siswa-siswi di sekolah, dan proses konseling yang

dilakukan di sekolah.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih,

melibatkan seseorang yang memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Pada penelitian

ini wawancara digunakan untuk memperoleh informasi pendukung.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bersifat tidak struktur dan

informal interview (wawancara tidak resmi). Pedoman yang digunakan dalam wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan oleh peneliti.34

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa di sela-sela

aktivitas siswa pada jam istirahat sekolah sedang berlangsung. Wawancara dalam

proses penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kecerdasan

emosional siswa serta apakah siswa dan siswi SMA Negeri 2 Kota Mojokerto

pola berpikir yang positif serta memiliki klasifiikasi kecerdasan emosional yang

tinggi atau rendah.

34

(27)

19

c. Angket (Kuesioner)

Selain menggunakan observasi dan wawancara, untuk mendapatkan data

yang valid dalam penelitian ini, maka peneliti juga menggunakan teknik

pengumpulan data berupa angket (kuesioner). Metode angket atau kuesioner

adalah pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan tertulis yang disusun oleh

peneliti dan disesauikan dengan indikator-indikator variabel yang akan diujikan

dalam penelitian.35

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket sangat membantu

peneliti untuk memperoleh data dari sekelompok responden. Peneliti

menyebarkan angket kepada responden yang diteliti secara bersamaan dengan

waktu yang sudah ditentukan. Peneliti menggunakan tipe kuesioner tertutup dan

terstruktur. Kuesioner tertutup berisikan pertanyaan-pertanyaan yang disertai

sejumlah alternatif jawaban yang disediakan dan terstruktur. Responden akan

memilih salah satu jawaban yang telah disediakaan oleh peneliti seperti, sangat

setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.36

Responden akan diberikan angket yang berisikan pertanyaan yang akan

dijawab dengan memberikan tanda (X) pada pilihan jawaban yang telah

disediakan oleh peneliti di samping pertanyaan. Responden akan menjawab

pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan yang bersifat positif (Favourable) dan

pertanyaan yang bersifat negatif (Unfavourable).

Dengan menggunakan model angket tertutup, peneliti akan lebih mudah

memberikan skor dari setiap item soal yang dijawab oleh responden. Maka total

35

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 10.

36

(28)

20

skor akan menunjukan hasil yang pasti sesuai dengan ketentuan yang ada. Peneliti

melakukan pengambilan data di waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan

data yang valid melalui kuesioner tersebut sesuai dengan variabel yang diujikan

oleh peneliti yaitu Positive Thinking Training dan Kecerdasan Emosinal Siswa.

Langkah-langkah pengumpulan data oleh peneliti:

1. Pengurusan ijin penelitian ke Program Studi BKI Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, kemudian dilteruskan

kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kota Mojokerto untuk

memperoleh rekomendasi penelitian.

2. Dengan membawa surat ijin dari kampus, peneliti menyampaikan

maksud dan tujuan serta kesepakatan waktu untuk pengumpulan data

dan berkerja sama dengan guru BK untuk menentukan siapa saja siswa

yang akan dijadikan responden.

3. Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, peneliti kemudian

meminta data masing-masing kelas kepada pihak tata usaha sekolah

untuk menentukan kelas atau ruanganyang akan digunakan penelitian.

4. Pada waktu yang telah ditentukan, peneliti memasuki kelas bersama

guru BK. Peneliti menyebarkan angket atau kuesioner (Pretest) kepada

masing-masing siswa serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitan,

serta cara mengisi angket atau kuesioner, kemudian dilanjutkan

(29)

21

5. Pada hari selanjutnya peneliti melakukan treatment PTT sesi yang

pertama di dalam kelas yang telah disepakati dan menentukan hari

selanjutnya untuk pemberian PTT sesi berikutnya.

6. Peneliti memberikan angket (Posttest) pada peserta pelatiha di sesi

akhir pelatihan.

7. Selanjutnya peneliti melakukan penskoran, tabulasi data dan analaisis

data untuk menguji kebenaran hipotesis penelitiian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan

serta mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini yaitu

membuktikan apakah Efektivitas Positive Thinking Training (PTT) terbukti dapat

meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto, serta

seberapa signifikan pengaruh tersebut.

Untuk menguuji hipotesis peneliti menggunakan dua rumus yakni Product

Moment Pearson untuk mengetahui efektivitas/pengaruh dan Paired Samples t-test

untuk mengetahui sejauhmana tingkat Efektivitas PTT. Berikut Rumus Product

Moment Pearson:

r

xy

=

.∑ −(∑ )(∑ )

�.∑ 2− ∑ 2 (�.∑ 2− ∑ 2)

keterangan:

rXY : Koefisien Korelasi Product Moment

N : Jumlah Responden Penelitian

∑X : Skor Total Variabel X

(30)

22

Dari desain penelitian One Groub Pretest Posttest Desaign, peneiti

menggunakan rumus Paired-Samples t-test .Bila skor pretest memilik skor yang

lebih rendah dari pada posttest secara signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel Independen mempengaruhi variabel dependen.37 Berikut rumus

Paired-Samples t-test:

Keterangan:

t : Koefisien Paired-Samples

X1 : Rata-rata sampel Pretetst

X2 : Rata-rata sampel Posttets

S1 : Simpangan baku sebelum perlakuan

S2 : Simpangan baku sesudah perlakuan

n1 : Jumlah sampel sebelum perlakuan

n1 : Jumlah sampel sesudah perlakuan

r : Koefisien korelasi

Dengan menggunakan analis Product Moment Pearson maka hipotesis

penelitian akan terjawab yakni efektif atau tidaknya perlakuan. Selanjutnya dengan

menggunakan rumus Paired Samples t-test peneliti dapat mengetahui sejauhmana

tingkat efektivitas PTT dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional siswa.

37

(31)

23

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyususnan skripsi ini maka

penulis akan menyajikanpembahasan dalam beberapa bab yang sistematika

pembahasanya sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Berisi tentang latar belakang pengambilan judul, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta pembahasan

sebagai bentuk rasionalisasi atas judul yang diangkat. Serta menjelaskan kepada pembaca

tentang objek kajian dan alur penelitian.

BAB II: Tinjauan Pustaka. Bab ini menerangkan tentang hubungan antara

kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada remaja yang didasarkan pada kajian-kajian

teoritik dan kajian pustaka peneliti terdahulu.

BAB III: Penyajian Data. Bab ini berisi penyajian data yang berupa deskriptif

umum tentang objek penelitian, hasil penelitian, serta pengujian hipotesis kepada objek

yang diteliti.

BAB IV: Analisis Data. Bab ini berisi analisis data yang berupa jawaban dari

hipotesis yang telah dimunculkan pada Bab II.

BAB V: Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang meliputi

(32)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Positive Thinking Training (PTT)

1. Pengertian Positive Thinking Training (PTT)

Training atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu pelatihan, adalah serangkaian pemberian aktivitas atau kegiatan untuk mengembangkan

aspek-aspek tertentu.38 Sedangkan pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan

memperkuat kepribadian atau karakter. Ini juga berarti bahwa kita akan bisa menjadi

pribadi yang lebih matang, pribadi yang luar biasa dan siap menjemput semua impian.

Pikiran positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan dan kelemahan

kita, akan tetapi pikiran positif akan membawa kita mencari dan memperoleh

kekuatan-kekuatan baru pada diri kita.39

Positive Thinking Training atau bisa disebut dengan pelatihan berpikir positif adalah sebuah pelatihan dimana seseorang diajak untuk bersama-sama melatih

pikirannya agar terbiasa berpikiran baik atau husnuzan terhadap apapun. Baik itu

terhadap sesama manusia ataupun kepada Allah SWT. 40

Pelatihan berpikir positif merupakan salah satu pengembangan atas model

kognitif. Pelatihan ini ditujukan untuk membantu seseorang menenali pikiranya dan

memahaminya, mengubah pola pikir (mindset) yang negatif menjadi pola piikir yang

38

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976 ), hal. 768.

39

Cahyo Satria Wijaya, Think Positive Feel Positive & Get Positif Life, (Yogyakarta: Second Hope, 2011), hal. 7.

40 Jamal Ma’mur Asmani,

(33)

25

positif melalui serangkaian pelatihan, dan menggunakan pola pikir positif yang

terbentuk itu dalam menghadapi permasalahan di kehidupan yang akan datang.41

Menurut James Arthur Ray dalam buku The Law of Positive Thingking

menerangkan mindset adalah segugusan keyakinan, nilai-nilai, identitas, espektasi,

sikap, kebiasaan, opini, dan pola pikir tentang diri anda, orang lain, dan hidup.

Melalui mindset, anda menafsirkan (memaknai) apa pun yang anda lihat dan anda

alami dalam hidup.42

Sedangkan American Heritage Dictionary mendefinisikan mindset sebagai “a

fixed mental attitude or disposition” (suatu sikap mental atau disposisi tertentu yang

menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi yang dihadapinya).43

Positive thinking merupakan salah satu kekuatan yang dahsyat dalam mengaktifkan faktor nilai tambah dalam diri seseorang. Pikiran positif memancarkan

gelombang optimisme, dan antusiasme yang dahsyat ke dalam dunia sekitar, sehingga

dapat mengaktifkan sikap positif, dan akhirnya membuahkan hasil yang positif pula.44

Pikiran positif telah membantu Lance Amstrong, pembalap sepeda terkemuka di

dunia, untuk mengalahkan penyakit kanker yang dideritanya. Pikiran ini telah

menggerakkan Lance untuk tetap berusaha mencari kesembuhan. Pikiran positif ini

juga telah membantu Lance untuk berlatih kembali untuk tampil di kejuaraan juara

dunia yang terpaksa ditinggalkannya ketika dalam pengobatan. Hasilnya pun luar

biasa, Lance berhasil merebut kembali gelar juara dunia.45

41

Gerald Corey, Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi Terjemahan, (Jakarta: Eresco, 1998), hal. 181.

42 Jamal Ma’mur Asmani,

The Law Of Positive Thinking, (Yogyakarta: Gara Ilmu, 2009), hal. 28.

43

Andrias Harefa, Mindset Therapy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 1.

44

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal.2.

45

(34)

26

Dr. Ibrahim Elfiky menyebutkan bahwa proses berpikir berkaitan erat dengan

konsentrasi, perasaan, sikap, dan perilaku. Berpikir positif dapat dideskripsikan

sebagai suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi

yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi.46

Positive thinking merupakan cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang mampu menyulut semangat perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik.Pelatihan

berpikir positif dapat identifikasikan sebagai pelatihan yang menekankan suatu cara

berpikir, sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun situasi yang dihadapi.47

2. Prinsip-Prinsip Positive Thinking

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam positive thinking atau

berpikir positif. Untuk bisa memahami hakikat berpikir positif maka kita harus

mengerti prinsip-prinsip yang terdapat di berpikir positif itu sendiri. Dalam buku

Terapi Berpikir Positif karangan Dr. Ibrahim Elfiky menjelaskan bahwa terdapat

beberapa prinsip dalam berpiki positif. Berikut adalah beberapa prinsip berpikir

positif antara lain:

a. Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi

Menurut Suryabrata masalah merupakan kesenjangan antara harapan

dengan kenyataan, antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang

seharusnya dengan yang ada.48 Masalah muncul ketika seseorang menginginkan

suatu kejadian tertentu atau hal tertentu, akan tetapi yang terjadi adalah kebalikan

dari hal tersebut. Jika masalah yang muncul secara terus menerus pada seseorang

46

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 7.

47 Jamal Ma’mur Asmani,

The Law Of Positive Thinking, (Yogyakarta: Gara Ilmu, 2009), hal. 30.

48

(35)

27

sedangkan orang tersebut tidak mampu menangani permasalahan yang

dialaminya, maka yang akan muncul adalah kesengsaraan.

Seseorang yang sengsara adalah orang yang merasakan rasa sakit baik itu

fisik maupun psikis dari sebuah permasalahan atau penderitaan yang

dialaminya.49 Menurut Dr. Ibrahim Elfiky, hakikat masalah dan kesengsaraan

hanyalah berada dalam persepsi seseorang saja.

Persepsi juga disebut dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab

dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai suatu hal atau objek dari

stimulus atau pemicu sebuah peristiwa atau hal-hal yang lainnya, yang dapat di

tangkap oleh alat indra manusia. sehingga memunculkan sebuah pendangan atau

persepsi di dalam pikiran manusia. 50

Kenyataan adalah persepsi anda. Jika anda ingin mengubah kenyataan

hidup anda, mulailah dengan mengubah persepsi anda. Salah satu contoh ada

seorang wanita di suatu Negara Arab sudah menikah dan dikaruniai tiga orang

anak. Dirinya selalu ditinggal oleh suaminya karena suaminya bekerja sebagai

seorang pedagang. Setelah bertemu dengan Dr. Ibrahim, dirinya ditanya beberapa

pertanyaan seperti apaakah suami anda berselingkuh?, suka memarahi anda?,

ataukah tidak menafkahi anda?. Perempuan itu menjawab tidak, dia hanya takut

suaminya sudah tidak membutuhkanya lagi karena tidak pernah pulang. Wanita

tersebut akhirnya sadar bahwa dirinya hanya fokus terhadap hal-hal negatif

tentang suaminya yang ia tidak suka. Karena pikiran negatif itu terjadi berkali-kali

maka jadilah keyakinan. Keyakinan inilah yang mendorong dirinya untuk bercerai

49

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 46.

50

(36)

28

dengan suaminya tersebut. Beruntung perempuan ini sadar bahwa ia bisa

memperbaiki hubungan dengan suaminya dengan tidak mengkritik, menyalahkan,

mengeluh, atau meremehkan. Dengan demikian kepercayaan suami tumbuh

kembali kepadanya seperti sedia kala.51

Dengan mengubah persepsi maka kenyataan menjadi berubah. Perceraian

yang direncanakan berubah perceraian yang direncanakan berubah menjadi cinta

dan kekuatan untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga.

b. Jangan jadi masalah, pisahkan dirimu dari masalah

Tidak ada masalah yang solusinya tidak dapat dipikirkan oleh akal

manusia. akal manusia memiliki 150 miliar sel lebih. DR, Michael R. Anastasio

dari Universitas Harvard menegaskan bahwa untuk menghitung jumlah sel dalam

otak dibutuhkan waktu lebih dari limma ribu tahun. Akal manusia lebih cepat

dari pada cahaya. Ia punya kemampuan menyimpan 2.000.000 informasi dalam

satu detik.52

Semua potensi tersebut ada dalam diri anda, dan diri setiap orang dimuka

bumi ini. Masalah hanya salah satu kondisi aktivitas hidup yang harus dihadapi

secara wajar dan disikapi dengan tenang hingga kita menemukan solusinya.

Karena itu berhati-hatilah, kuasai masalah dan jangan sampai masalah menguasai

anda. Pisahkan anda dari masalah. Berhati-hatilah akan ucapan pada diri anda

sendiri maupun pada orang lain. Anda pasti akan memisahkan diri anda dari

51

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 257.

52

(37)

29

masalah. Anda ternyata lebih besar, lebih kuat, lebih indah dari sekedar menjadi

masalah.53Allah berfirman:

اَݜۡقَݖَخ ۡدَقَل

َݚ َن ِ

ٱ

ۡ

لميِݠۡقَت ِݚ َܵۡح

َ

أ ٓ ِِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an surah At-Tin ayat 4).54

Menurut tafsir dari Ibnu Katsir dalam bukunya yaitu Tafsir Ibnu Katsir

jilid 10 menerangkan bahwa dalam surah At-Tiin ini terdapat sumpah Allah SWT

menciptakan manusia dalam wujud dan bentuk yang sebaik-baiknya, dengan

perawakan yang sempurna serta beranggota badan yang normal “Sesungguhnya

Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”(QS At-Tiin ayat 4). Kemudian setelah penciptaan yang baik dan menakjubkan itu, mereka

akan diseret ke Neraka jika mereka tidak taan kepada Allah dan tidak mengikutii

para Rasul kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih.55

c. Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakan masa depan

Menurut James O. Whittaker yang dikutip dari buku Psikologi Belajar

karangan Abu Ahmadi menyatakan, belajar dapat didefinisikan sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik

atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak

termasuk belajar.56

53

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 258.

54

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Quran, 2012), hal. 597.

55

Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan oleh M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008), hal. 382.

56

(38)

30

Belajar dalam pengertian yang paling umum, adalah setiap perubahan

perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu

dengan lingkunganya. Oleh karena bersifat dinamis dan terbuka terhadap barbagai

bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya

maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa henti selama manusia itu hidup.57

Sedangkan Masalalu adalah mimpi, masa depan adalah proyeksi.

Hidupmu saat ini yang diwarnai cinta mendalam pada Allah membuat masa lalu

menjadi mimpi yang indah dan masa depan penuh harapan. Banyak orang

mengeluhkan masa lalu dan masa depan. Masa lalu yang telah berlalu sebagai

pengalaman. Dan masa depan yang masih menjadi misteri kehidupan. Banyak

orang yang mengalami kegagalan dimasa lalunnya, meratapinya dan menyesal

sangat mendalam dapat mengakibatkan orang tersebut akan terpuruk tidak mampu

menghadapi apa yang ada di masa depanya. Sejatinya apa yang disebut dengan

kegagalan tidak ada. Yang ada adalah dampak atau akibat. Maka, jika anda tidak

rela pada apa yang telah anda capai dalam kehidupan, perhatikan perilaku anda

dan perbaiki. Susunlah rencana baru dan lakukan dengan baik secara konsisten.

Derngan semikian, anda pasti mendapatkan apa yang anda inginkan.58

Tentang masa kini, hadapilah dengan segenap makna positif. Hadapilah

dengan cinta pada Allah. Bisa jadi saat inilah akhir perjalanan hidup anda. Jangan

sampai hidup anda dihantui perasaan negatif masa lalu. Jangan terlena menunggu

masa depan yang belum datang. Dengan demikian, hidup anda akan berjalan

normal dan stabil. Selama anda menjalani hidup ini dengan tulus pada Allah, anda

57

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 113.

58

(39)

31

dapat menjadikan masa lalu sebagai kebahagiaan dan masa depan sebagai

proyeksi yang indah.

d. Mengubah pikiraan berarti mengubah kenyataan. Pikiran baru menciptakan

kenyataan baru

Pikiran adalah kekuatan yang sangat efektif, dan tanpanya, setiap kekuatan

hanya besar saja. Pikiran dapat dikatakan sebagai pusat kekuatan. Pikiran dapat

mempengaruhi hasil akhir dari sebuah tindakan.59 Dengan kata lain pikiran

mengendalikan semua tindakan seseorang. Maka kenyataan yang terjadi adalah

kenyataan yang ada di dalam pikiran seseorang tersebut. Berikut contoh ilustrasi

aktivitas pikiran yang memperngaruhi perilaku seseorang:

Ada salah seorang perempuan bernama Nadia berusia empat puluh tahun

dan mengalami kegemukan. Nadia telah berkonsultasi dengan dokter dan

melakukan olahraga secara rutin dan mendapatkan hasil yang baik. Akan tetapi

seiring berjalanya waktu Nadia mengalami kebosanan dan perlahan meninggalkan

olahraganya. Dalam beberapa minggu kemudian badanya kembali gemuk.

Hal ini tidak berhasil dikarenakan Nadia hanya mengubah dirinya dari

bagian luarnya saja akan tetapi dalam dirinya tidak. Maksudnya, tanpa mengubah

citra diri, konsep, dan penghargaanya terhadap diri sendiri bahwa ia benar-benar

dapat mencapai apa yang ia inginkan. Ia masih melakukan perbuatan yang sama,

yaitu berpegang pada metode ilmiah tanpa berusaha keras untuk mendapatkan apa

yang ia inginkan.

Pikiran negatif menimbulkan citra diri yang negatif pula pada dirinya. ia

menilai dirinya kegemukan. Citra diri ini diperkuat oleh keyakinan bahwa iasudah

59 Jamal Ma’mur Asmani,

(40)

32

berusaha berkali-kali, tetapi tidak berhasil. Ketika pikiran itu dirubah menjadi

positif, Nadia dapat mengubah citra dirinya sendiri. Ia juga mampu mewujudkan

impian hidupnya. Penghargaan terhadap diri sendiri meningkat dan ia dapat

menerima diri sendiri apa adanya. Karena itu, jika anda benar-benar ingin

menciptakan perubahan positif dalam hidup, mulailah mengubah bagian dalam

diri anda.60 Allah berfirman:

ۥُ

َ

َ

ِݝِ

ۡݖَخ ۡݚِݘَو ِݝۡ َدَ ِ ۡ َ ۢݚِّݘ ٌܠ َ ِّقَ ُݘ

ۦ

ُݝَݛݠ ُ َ ۡ َ

ۥ

ِܱۡ

َ

أ ۡݚِݘ

ِ ۗٱ

ۗنِإ

َ ۗٱ

َ

َ

َلاَر

َ

أ ٓاَمِ ۡݗِݟُِܵ ݛ

َ

ܕِب اَݘ

ْاوُ َِّّغُي ََۗح ٍمۡݠَقِب اَݘ َُِّّغُي

ُ ۗٱ

ُ

َ

َ ۗلََܱ َ َ مثٓݠُܴ لمۡݠَقِب

ۚۥ

ݚِّݘ ݗُݟَ اَݘَو

ۦِݝِݛوُل

ٍلاَو ݚِݘ

١

Artinya:“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

secara bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabla Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-sekali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

(Al-Qur’a,n Surah Ar-Ra’d ayat 11).61

Berdasarkan tafsir dari Ibnu Katsir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir jilid 5

mengemukakan bahwa

(

ِۗٱ

ِܱۡ

َ

أ ۡݚِݘ

ۥ

ُݝَݛݠ ُ َ ۡ َ

ۦ

ِݝِ ۡݖَخ ۡݚِݘَو ِݝۡ َدَ ِ ۡ َ ۢݚِّݘ ٌܠ َ ِّقَ ُݘ

ۥُ ََ

)

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya secara

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah.” Maksud dari ayat ini adalah bagi setiap orang ada malaikat penjaga pada

siang hari dan penjaga di malam hari. Selain itu malaikat mencatat perbuatan

60

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 259

61

(41)

33

yang baik dan buruk. Ada malaikat bertugas di siang dan malam : ada malaikat

pencatat amal di sebelah kkanan manusia baik dan buruk di sebelah kiri manusia.

masih ada dua malaikat lain yang menjaga, satu di depan dan satuu di belakang.

Jadi manusia dikelilingi oleh empat malaikat penjaga.62

Setelah tu pada ayat

(

ۡݗِݟُِܵ ݛ

َ

ܕِب اَݘ

ْاوُ َِّّغُي ََۗح ٍمۡݠَقِب اَݘ َُِّّغُي ََ

َۗٱ

ۗنِإ

)

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum

hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ibnu Abi

Hatim meriwayatkan dari Ibrahim, ia mengatakan “Allah mewahyukan kepada

salah seorang Nabi dari bani Israil „Hendaklah kamu katakana kepada kaummu

bahwa warga desa dan anggota keluarga yang taat kepada Allah tetapi kemudian

berubah berbuat maksiat atau durhaka kepada Allah, pasti Allah mengubah dari

mereka apa yang mereka senangi menjadi seseuatu yang mereka benci.” Ayat ini

adalah sebuah gambaran bahwa setiap manusia mampu dan memiliki kekuatan

untuk mengubah nasibnya sendiri dengan usahanya sendiri dan diiringi dengan

doa kepada Allah. Dan apabila mereka tidak mau berubah menuju jalan Allah,

maka Allah akan menurunkan Azab bagi mereka.63

e. Ketika Allah menutup satu pintu, pasti Dia membuka pintu lain yang lebih baik

Kadangkala Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Dia

membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia

menyia-nyiakan waktu, konsentrasi, dan tenaga untuk memandang pintu tertutup dari pada

62

Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan oleh M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008), hal. 15.

63

(42)

34

menyambut pintu impian yang terbuka di hadapannya. Hal ini dikarenakan rasa

kecewa yang dirasakan telah menguasai pikiran dan perasaan manusia, sehingga

manusia menjadi lebih cepat putus asa dari pada berjuang untuk melihat peluang

yang ada di sekitarnya.64

Banyak sekali orang yang mengalami sebuah permasalahan dalam

hidupnya contohnya di pecat dari perkerjaan atau PHK yang kemudian menjadi

pengangguran dan tidak memiliki pekerjaan. Karena keterpurukan dan tidak

adanya kemauan untuk berusaha mencari peluang yang lain, seseorang akan dapat

menjadi depresi dan akan terus terpuruk oleh permasalahan yang di hadapinya.65

Kita sedang berbicara tentang bagaimana orang tidak sabar menghadapi

cobaan hidup, merasa cemas, dan takut. Namun cobaan adalah anugerah yang

terindah dari Allah: Allah menutup satu pintu untuk kebaikan-kepentingan diri

kita sendiri. Sebagai gantinya, Dia membukakan pintu lain yang lebih baik.66

Ketika seseorang yang mampu melihat peluang yang ada dan dapat

mengambil peluang tersebut, maka orang tersebut adalah orang yang peka

terhadap petunjuk Allah. Tidak sedikit orang yang sukses tetapi dulunya dia

adalah seseorang yang terkena PHK atau seseorang yang telah di pecat dari

perusahaan. Dengan kegigihan dan kerja keras mereka melihat pintu-pintu lain

yang ditunjukan oleh Allah, maka keberhasilanlah yang mereka capai.

Mulai hari ini bertawakallah pada Allah. Jangan patah semangat untuk

mewujudkan impian anda. Kendati semua pintu di hadapan anda di tutup, jangan

64

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal 175.

65

Sigmund Freud, Patologi dalam Kehidupan Sehari-hari Terjemahan, (Bandung, PT Rosdakarya, 2014), hal. 5.

66

(43)

35

pernah putus asa. Teruslah berjuang dan bersabarlah. Yakinlah bahwa Allah tidak

akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang bersabar. Justru Dia akan

membukakan pintu yang lebih baik bagi anda dari pada yang anda bayangkan.

Dialah Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Mulia.67

3. Ciri-Ciri Positive Thinking

Seseorang dikatakan memiliki pikiran positif maka dapat dilihat dari kepribadian

dan perilaku serta tindakan yang dilakukan. Kepribadian merupakan sesuatu yang

melekat pada diri seorang manusia. kebribadian terbentuk berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seseorang, serta kebiasaan-kebiasaan yang sering

dilakukan. Maka muculah istilah kepribadian baik (positif), dan kepribadian buruk

(negatif). Baik dan buruk ini menjadi ukuran penilaian pribadi seseorang.

Kepribadian inilah yang menjadikan pembeda setiap manusia yang hidup.

Kepribadian juga yang membuat seseorang menjadi unik karena kepribadian setiap

orang tidaklah sama persis antara manusia satu dengan manusia yang lain.68

Ada beberapa ciri-ciri positive thinking menurut Dr. Ibrahim Elfiky yang dapat

membentuk kepribadian manusia menjadi positif diantaranya adalah:

a. Berpikir positif terhadap Allah (Beriman, memohon bantuan, dan tawakal

kepada Allah)

Berpikir positif terhadap Allah atau beriman berarti mempercayai dan

meyakini, bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan yang benar adanya. Secara

konsekwensi, kepercayaan kepada Allah akan menuntut kepada kepercayaan

yang lainnya, diantaranya, Allah SWT telah mengutus Rasul dan para Nabi.

67

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, (Jakarta: Zaman, 2015), hal. 260.

68

(44)

36

Para Rasul ini, diutus dengan dibekali kitab suci sebagai pedoman hidup

umatnya di dunia ini. Meskipun tidak semua Rasul mendapatkan kitab suci.

Percaya dan berpikir positif kepada Allah SWT juga berimplikasi pada

kepercayaan bahwa, Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

Dia yang memulai kehidupan di dunia ini,berarti Dia pula yang mengaturnya.

Selain itu Pribadi yang sukses hidup dengan nilai-nilai luhur. Sebesar apapun

pengaruh dan godaan, ia akan selalu menjauh dari prilaku negatif, seperti

bohong, menggunjing, mengadu domba, memfitnah, merokok, serta segala

yang membahayakan kesehatan dan menjauhkan dari Allah.69

Kepribadian yang terbiasa dengan berpikir positif terhadap Allah memiliki

ciri jujur, amanah, menyukai kebaikan, murah hati, bergantung pada Allah,

dan selalu meneladani akhlak Rasulullah saw dan orang-orang saleh. Cara

pandang yang jelas. Pribadi yang sukses tahu betul apa yang diinginkan dalam

jangka pendek, menengah, dan panjang. Ia tahu alasan menginginkan sesuatu,

kapan menginginkannya, dan bagaimana cara mendapatkannya dengan

mengerahkan seluruh potensi serta kemungkinan yang ada. Ia selalu

merencanakan aktivitasnya dengan fleksibel hingga berhasil mewujudkan apa

yang ia inginkan.70

Allah berfirman:

َلاَ

َݚِݘ ِن

َ ُجَر

َݚ ِ

ٱ

ۗ

َݗَ ۡن

َ

أ َنݠُ اَ ََ

ُ ۗٱ

اَݙِݟۡي

َݖَع

ْاݠُݖُخۡل

ُݗِݟۡي

َݖَع

َااَ

ٱ

ۡ

َ َلَو َۚنݠُܞِݖ َغ ۡݗُكۗݛِܗَ ُهݠُݙُܢۡݖَخَل اَمِܗَ

ِ ۗٱ

َ ِݜِݘۡܖُݘ ݗُܢݜُك نِإ

ْآݠُ ََۗݠَܢَف

٣

69

Ibrahim Elfiky, Terapi Berp

Gambar

Tabel 3.2 Kegiatan Mingguan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
Tabel 3.4 Kegiatan Tahunan SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
Tabel 3.5 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
Tabel 3.6 Ekstrakurikuler SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini yang bukan nama-nama hari kiamat adalah.... Sikap tidak senang apabila melihat orang lain mendapat nikmat dari Allah SWT dan berusaha menghilangkan nikmat itu

Pada tahun 2019 target Indikator Kinerja “Presentasi Penyerapan Anggaran Sesuai Dokumen Perencanaan di Lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri “,

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan tujuan yang

Mahasiswa dapat memahami dan menghayati kenyataan-kenyataan yang diwujudkan oleh adanya pelapisan sosial, kesamaan derajat sebagai suatu cita- cita, mengkaji peranan kaum

[r]

Adapun sebab wajib nafkah atas suami kepada istri adalah, karena dengan selesainya akad yang sah, wanita menjadi terikat dengan hak suaminya, yaitu untuk menyenangkan nya, wajib

Koesmono, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur

Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasannya, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi baik dalam melakukan perawatan kaki, sebagian