• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA LAFADZ AL ASHNAM DALAM AL QUR'AN MENURUT M.QURAISH SHIHAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA LAFADZ AL ASHNAM DALAM AL QUR'AN MENURUT M.QURAISH SHIHAB."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA LAFADZ AL-ASHNA

>

M DALAM

AL-QUR

A>N

MENURUT M.QURAISH SHIHAB

Skripsi:

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

ALFU ROCHMATIN E33212076

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

6

KEMENTERIANAGAMA

I,INTYERSITAS

ISLAM

NEGERI

SUNAN

AMPEL

SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A.

Ydi

I l7 Surabaya 6023 7 Telp. 03 1-843 1972 Fax.O3 I -841 33OO E"Mait perpus@uiasby.ac.id

t,EI{B_\R Pl

iRNyATt.\N

1't iRSl

iI

LTJUAN pUUI.iKASI

I!\RY,\

II,N{I/UI I-IN'I'LJK KIII'ENT]NG,\N,{KAI)I,]]\1IS

Scbagai cirirrs aliadcmihe UIN Suneo r\mpcl Surabar-e, r'ang bertanrla rarran ,:li barreh ini. savr:

Nama

MM

Fakultas/Jumsan

E-mail addcess

: ,{llrr Rochmatin

| 8332120 t-6

: tlshuluddin ctrn I rils.,rfat /Tafsir Hadis

:

nurinaredgirt(zt)1'm 1.corr

I)cmi pcngembangal ilmu ptlgctahuan, mcnlctujul uflruk membcriken kcpadx Pe{ushli?rn

LIIN Sunan ,\mpcl Surabar.:r,

llak

llL:bes Roralti Non liksklusif atas kana ilmiah :

d

skripsi

E Tesis E l)cscrtrsi E

Lainl.in (. . . .. . .

.

.

....) ,, eng bcrjudul :

\l.rlr.,

l,r

rl,.

r-,shr,,.n l',1.,n..u-,.'rr,., \lcnr.,,,r \l.,lurJr.h:h,hrl,

bcscta perangkat yang dipcrlLrku (bila adal. Deng;rn tJak llcLas Ror.nlrr Non Ftkslusif nri Pcrpusrahaal

tllN

Sunirn -,lmlel Su.abala bc'rhak rncrrvimpm, neflgalih

'nedia,/forrrrxt-kan.

rnenge|rlanlr d.rl-arn benrul

.

pangki1nn

dara

(detabase), mendistribusikann,ra, dan rncrernpillani mcmpubliliasikaniye di tnremer atau mcdia lam secera fu,/Jrexarntul kcpenflngan aliadcmis tanpa ferlu mcminta

iju

dar srla sci"ma tetap mcncjnrumkin nama sa\:a scbejai

pcnulis,i pmcipte dan atau pcllerbit larte bcrsrngkurm.

SaIa bersedia untuk menanggLrng sr:cera pribadi, 1,r,1pi ,nclibatkarl pihek l)c{,ustikn:m UIN Surefi ,\n1pcl Surabari. segil,l brntuk tuflrut^n hukunr ra11!i tirnbul atis pclanlgir,lr

IIik

(-iJrtn rlehm liar,a ilmiah ser-a

ili.

l)cmiliian petl'ataan ini lerg sr).a buel dcngan scbenam,ra.

Strl}ay4 21 Februari 2017

Penulis

/.-"*

(6)

ABSTRAK

Alfu Rochmatin. Nim E33212076. Makna Lafadz ashna>m dalam al-Qur’a>n menurut M.Quraish Shihab.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Apa makna lafadz

al-ashnam dalam al-Qur’a>n,? 2) Bagaima Quraish shihab memaknai kata lafadz

al-ashna>m dalam al-Qur’aan?

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan makna lafadz al-ashna>m

yang mana di dalamnya terdapat ayat al-Qur’a>n yang mana arti dari al-ashna>m

sendiri mempunyai kesamaan arti. Padahal konteks ayat al-Qur’a>n sangat

berbeda-beda. Dan mengetahui teori yang digunakan mufassir dalam memahami makna lafadz al-ashna>m.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode penelitian library

research (penelitian perpustakaan). Kajian kepustakaan ini berupa data primer berasal dari satu penafsir saja. Dan data sekunder yang berasal dari literature tentang

ayat al-Qur’a>n serta munasabah yang relafan dengan penelitian ini. Adapun teknik

dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi. Sementara analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan content analisis. Yaitu menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai obyek yang diteliti. Sedangkan analisis isi adalah metedologi dengan memanfaatkan sejumlah perangkat untuk menarik kesimpulan dari sebuah dokumen atau bahan pustaka.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa lafadz al-ashna>m adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, perak, emas, tembaga dan semua jenis bahan yang berasal dari bumi yang memiliki bentuk yang menyerupai makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, bintatang serta memiliki tubuh yang besar. Selain itu, lafadz al-ashna>m mengalami banyak perluasan makna yang digunakan untuk menunjukkan makna dari berhala.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Penegasan Judul ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Telaah Pustaka ... 8

H. Metodelogi penelitian……… ... 9

I. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II TAFSIR DAN PEMAKNAAN DALAM AL-QUR’A>N A. Pengertian tafsir ... 14

(8)

D. Sejarah Masuknya dan Membesarnya Berhala di Jazirah Arab ... 26

BAB III BIOGRAFI M.QURAISH SHIHAB SERTA AYAT-AYAT AL-QUR’A>N DAN TAFSIRAN TENTANG MAKNA LAFADZ AL-ASHNA>M A Biografi M.Quraish Shihab……… 31

B Ayat-ayat al-Qur’aan Tentang Makna Lafadz al-ashnaam a. Surah al-syua’ara> 1. Mufrodad Ayat………... 34

2. Munasabah ………... 35

3. Penafsiran surah al-syua’ara……….. 36

b. Surah al-a’ra>f 1. Mufrodad Ayat………. 39

2. Munasabah……… 40

3. Penafsiran surah al-a’ra>f……….. 40

c. Surah Ibrahim 1. Mufrodad Ayat……….. 43

2. Munasabah……….… 44

3. Penafsiran Surah Ibrahim……….. 44

d. Surah al-ambiya 1. Mufrodad Ayat………. 48

2. Munasabah……….. 48

3. Penafsiran Surah al-ambiya………. 48

e. Surah al-an’am 1. Mufrodad Ayat………. 50

2. Munasabah……… 50

3. Penafsiran Surah al-an’am………... 51

(9)

BAB IV ANALISIS LAFADZ AL-ASHNA>M DALAM AL-QU’A>N

a. Analisis lafadz al-ashna>m………. 63

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan………. 66

b. Saran-saran………. 67

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’a>n yang mulia merupakan kitab akidah dan petunjuk. Mukjizat

ilmiah yang dikandungnya bukan terletak pada teori-teori ilmiah yang selalu

diperbaharui dan berubah-berubah, akan tetapi terdapat pada berbagai anjurannya

kepada manusia untuk berpikir dan meneliti kerajaan langit dan bumi. Tidak ada

satupun dari kitab-kitab suci terdahulu yang mencakup seperti yang dicakup

al-Qur’a>n. Masalah ilmiah atau kaidah ilmiah apapun yang telah dipastikan

kebenarannya adalah merupakan penjelmaan dari perintah al-Qur’a>n, untuk

berpikir secara benar dan tidak akan bertentangan dengannya. Sains modern telah

berkembang dan banyak sekali pembahasan-pembahasannya, tidak ada yang

bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’a>n dari perkara yang telah mereka tetapkan

kebenarannya melalui sains modern tersebut. Aspek ini saja sudah merupakan

bagian dalam mukjizat.1

Al-Quran juga sebuah bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang

diturunkan, sehingga di zaman beliau Muslim tidak banyak menemukan kesulitan

dalam memahami pesan Alquran, karena bisa langsung bertanya kepada Rasullah

sebagai penyampai risalah-Nya.2

Untuk itu pada peroode Nabi sallalahualaihi wasallam dan para

sahabat-sahabatnya dijadikan satu dalam berbentuk kajian tafsir.Karena metode

1

Said Abdul Azhim, Keagungan Kemukjizatan Nabi SAW (Jakarta: QultumMedia, 2006), 16.

2

(11)

2

penafsiranya yang di berikan oleh sahabat tidak ada perbedaan dari penafsiran

yang diberikan Nabi SAW. Jika ditinjau dari segi penafsiran atau segi

kuantitasnya maka jelas tafsir dari Nabi SAW yang paling atas, sebab Nabi SAW

langsung menerima dari Allah SWT.3

Namun masalah justru muncul sepeninggal beliau, termasuk didalam

memahami kisah-kisah dalam Alquran yang oleh sebagian mufassir dijelaskan

berdasarkan periwayatan-periwayatan yang kadang tidak jelas sumbernya. Hal ini

tentu saja menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam, karena memang tidak

semua kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an secara terperinci atau detail dan

kronologis kejadian di masa lampau, termasuk kisah-kisah umat dari para Nabi

terdahulu, karena Al-Qur’an bukan buku sejarah meskipun juga berbicara tentang

sejarah.Yang pada gilirannya muncul tafsir sebagai salah satu cara untuk

melanggengkan akan makna Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat,. Ada yang

menggunakan metode tahlili, ijmali dan muqarin sesuai dengan pola dan

pemikiran penafsir tersebut.4

Mengingat Al-Qur’an bagaikan lautan yang keajaiban-keajaibannya tidak

pernah habis dan kecintaan kepadanya tidak pernah lapuk dari zaman, adalah

sesuatu yang dapat dipahami jika terdapat ragam metode untuk menafsirkannya.

Kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat yang

memperlihatkan perhatian para ulama untuk menjelaskan Studi atas hasil karya

penafsiran para ulama sekarang ini, secara umum, menunjukkan bahwa mereka

menggunakan metode-metode penafsiran yang diantaranya adalah metode tahlili,

3

Mustaqim, epistimologi.45

(12)

3

ijmali, muqaran, dan metode maudhu’i atas seizin Allah SWT, penulis akan

menjelaskan metode tafsir maudhu’i mengingat pentingnya metode ini untuk

diketahui oleh siapa saja yang hendak menafsirkan Al-Qur’an.5

Al qur’an adalah mukjiat terbesar yang diturunkan dengan menggunakan

susunan bahasa yang sangat tinggi nilai kesusastraannya, bahasa yang dapat

mengungguli segala bentuk sususnan bahasa kesustraan apapun. Al- qur’an bukan

merupakan suatu kumpulan puisi, prosa,sajak, maupun lainya. Al- qur’an tidak

dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan dari berbagai macam karya sastra, tetapi

nilai seni dan kualitas kesustraanya tidak dapat ditandingi oleh berbagai literature

kesusatraan arab, apalagi bangsa-bangsa lain yang masih terbelakang pada masa

itu.6

Dalam hal keagamaan pembangunan ka’bah berlangsung sepuluh generasi.

Pembangunan pertama dilakukan oleh Malaikat, 2000 tahun sebelum Nabi Adam

diciptakan, pembangunan pertama sebagai tempat thawafnya para malaikat di

bumi. Selanjutnya dengan dibantu malaikat, Nabi Adam as membangun kembali

ka’bah, dan melakukan thawaf . setelah Nabi Adam wafat dibangun oleh salah

seorang putranya yaitu syist,dengan menggunakan tanah dan batu. Ka’bah yang

dibuat syist itu berdiri terus sampai zaman Nabi Nuh as. Pada zaman Nabi nuh

inilah ka’bah runtuh akibat terpaan dan banjir yang dasyat7.

Sejarah pembangunan ka’bah sampai generasi ke tiga itu tidak baik dalam

Al-Qur’an maupun dalam hadis. Pembangunan ka’bah selanjutnya dilakukan oelh

5

http:// muaddibi.com.blogspot/METODE TAFSIR TAHLILI./2011/12.htm

6

Moch. Chadiq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan al-qur’an.cet I(Surabaya:PT.Bina Ilmu,1991),hlm. 16.

7

(13)

4

Nabi Ibrahim as dan putranya Nabi Ibrahim as. Diawal pembangunan ka’bah

tersebutlah yang pertama kali dibangun oelh Nabi Adam as ketika membangun

ka’bah dan menyebarkan tauhid di makkah dan membangun ka’bah sebagi tempat

beribadah bagi umat Islam. Al-Qur’an menjelaskan dalam surah al-baqorah ayat

125 yang berbunyi:

                                        ) هرقبلا 521 (

Arrtinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah)

tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah

sebahagian maqam Ibrahim[89] tempat shalat. dan telah Kami perintahkan

kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang

yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud"8.

Ajaran Tahuhid yang dibawah dan diajarkan oleh Nabi Ibrahim as beserta

keluarganya ahirnya diganti dengan syirik. Tidak ada informasi yang pasti berapa

lama ajaran tauhid tersbut bertahan di Makkah sepeninggal Isma’il as, dan

bagaimana proses pergantian kepercayaan tersebut.9

Keberadaan peganisme (berhala) Arab sering dijadikan rujukan oleh

al-qur’an untuk menunjuk mereka yang tidak mengakui Allah swt. Namun

melakukan penyembahan selain Allah swt. Padahal yang disembah itu tidak

mampu mendengar do’a dan tidak mampu memberikan manfaat ataupun madharat

8

Al-qur’an dan Terjemahanya surah al-baqarah ayat 125.

9 Ali Nurdin, Qur’an Society,

(14)

5

kepada yang menyembahnya seperti yang difirmankan Allah swt dalam surah

as-syu’ara’ ayat 71-73:

                               ) رعشلا -15 -17 )

Artinya: “Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan Kami

Senantiasa tekun menyembahnya". berkata Ibrahim: "Apakah

berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?. atau

(dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"10

Al-qur’an menggunakan kata yang berbeda untuk menunjukkan

peganisme, yaitu al-asnam disebutkan dalam al-qur’an sebanyak lima kali yaitu

dalam surah al-a’raf ayat 138, Ibrahim ayat 35, al-an’am ayat 74, al-syuarah ayat

71 dan surah al-anbiya’ ayat 57.

Lafadz ashna>man yang menggunakan tanwi (bunyi nun) pada ahir kata itu,

yang mengisyaratkan kebasaran dan keagungan. Seakan-akan mereka menyembah

berhala terus-menerus sepanjang hari untuk beribadah.Dalam al qur’an sudah

dijelaskan bahwa penyebahan yang tidak bisa boleh disembah melainkan Allah adalah

syrik. Seperti yang difirmankan Allah dalam surah az-umar ayat 3:11

                                                               ) : رمزلا 7 ( 10

Al-quran dan terjemahanya al-hikmah ayat 71-73 hal 730.

11

(15)

6

Artinya :”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari

syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):

"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan

Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan

memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.

Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat

ingkar”12.

Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala (peganisme) suatu kaum

tidak pernah melakukanya secara langsung melainkan secara bertahab. Kaum itu

pengambil tuhan lain dan menyembah pujaanya atau patung. Dizaman arab

jahiliyah banyak yang membuat atau mengadaptasikan kebeberhalaan dari kaum

lain untuk mereka puja.

Peganisme (berhala) adalah salah satu kepercayaan yang berkembang di

Arab pra-Islam yang paling ditentang oleh Islam dan diperangi habis-habisan.

Umat Islam tidak asing lagi dengan informasi bahwa sebagian besar masyarakat

Arab pra-Islm adalah pengikut peganisme, karena mereka adalah penyembah

patung.13

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih jelas dan terarah maka penulis memandang

perlu untuk memberikan batasan masalah hal ini untuk memudahkan pembahasan

dan pemahaman agar tidak meluas dan menyimpang jauh dari pokok

permasalahan maka penulisan ini difokuskan kedalam pokok pembahasan tentang

12

Al-quran dan terjemahanya al-hikmah ayat 3 hal 458.

13

(16)

7

makna al-ashna>m dalam al-Qur’a>n dalam penelitian menggunakan kajian tafsir

maudhui(mengumpulkan ayat-ayat yang berkaintan dengan makna al-ashna>m).

C. Rumusan Masalah

1. Apa makna lafadz al-ashna>m yang disebutkan dalam tafsir al-misbah?

2. Bagaimana m.quraish shihab memaknai lafadz al-asna>m dalam al-Qur’a>n?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini segai berikut:

1. Untuk mengetahui makna al-ashna>m yang sering dimaknai sama dalam

terjemahan-terjemahan al-qur’a>n.

2. Untuk mengetahui para mufassir mengartikan makna ashna>m di dalam

al-Qur’a>n.

E. Penegasan Judul

Untuk mempertegas pembahasan dalam skripsi ini serta untuk

menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan penegasan terhadap judul

skripsi sebagai berikut:

Makna : arti atau maksud dan pengertian yang diberikan kepada

suatu bentuk kebahasaan. Makna bisa juga diartikan sebagai

(17)

8

oleh hubungan yang telah dipilih atau tafsiran atas suatu

lambing.14

Al-ashna>m : segala sesuatu yang terbuat dari kayu,batu,emas,perak

tembaga dan semua yang menyerupai makhluk hidup

seperti manusia,hewan dan lain-lain15.

Al-Qur’a>n : Kalam Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi SAW,

diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf dan

membacanya merupakan ibadah, di awali dari surah

al-fatihah di akhiri dengan surah an-nas16.

E. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan sedikitnya mrupakan sekelumit pemikiran dalam

khazanah ilmu penegetahuan, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan orang-orang yang membacanya.

2. Mengingat dari pentingnya makna yang ada di dalam al-qur’an banyak

perbedaan dan persamaan dari makna tersebut,maka diharapkan studi ini

bisa membantu untuk mengetahui yang pembaca agar bisa bermafaat bagi

orang-orang yang membaca al-qura’an yang bnar.

3. Dapat memberi kontribusi kepada studi al-qur’an khususnya dalam

mengkaji penafsiran tersebut.

14

Mansoer Padeta, Semantik leksikal (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), 83-84.

15

Berhala%20(Islam)%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm

16

(18)

9

4. Menambah wawasan para pengkaji al-qur’an dalam rangka menumbuhkan

kesadaran untuk meningkatkan kualitas dan kehati-hatian dalam

pemaknaan kata-kata dalam al qur’an.

F. Telaah Pustaka

Karya-karya yang membahas secara spesifik tengtang makna sangatlah

sedikit(sebatas pengetahuan dan bacaan penulis yang terbatas). Akan tetapi

ada beberapa karya yang secara umum membahas tentang berhala, karena

hal itu dianggap sebagai bagian dari kondisi religious diantaranya :

1. Skripsi ini berjudul: berhala dalam al-qur’an(studi ma’ani al qur’an atas

kata al-asnam, al ausan dan al asnab) karya tersebut dipertahankan dalam

ujian skripsi di hadapan dewan penguji UIN sunan kalijaga yogyakarta

pada tahun 2009. Dalam pembahasan ini, implikasi makna dari ketiga

istilah tersebut dibagi menjadi dua.pertama kata al asnam dan al al ausan

dan al asnab digunakan untuk berhala dalam bentuk fisik seperti

patung-patung, salib, dan lain-lain. Keua, kata al asnam dan al ausan digunakan

untuk berhala dalam arti non fisik yaitu segala sesuatu yang dapat

memalingkan diri dari Allah swt.

Dari telaah kepustakaan diatas, penulis menyatakan bahwasanya belum ada

yang mencoba meneliti secara khusus tetang makna asnam dalam perspektif

al-qur’an. Makna tersebut seringkali disamakan dalam terjemahan-terjemahan

al-qur’an maupun dalam kamus bahasa arab. Padahal makna tersebut memiliki

(19)

10

penelitian yang belum ada ini dengan menjelaskan makna dari kata tersebut.

Dengan merujuk pada ayat-ayat al-qur’an. Dengan demikian kajian ini akan

menemukan kesimpulan yang produktif,orisinil dan tidak mengekor.

G. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam

bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna untuk perkembangan

ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini.

Adapun kegunaan hasil penelitian ini ada dua yaitu:

1. Kegunaan secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan yang kemudian diharapkan dapat menambah khazanah

pengetahuan ilmu keagamaan khususnya mengenai siklus kehidupan

manusia.

2. Kegunaan secara praktis

Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

dalam memberikan penjelasan mengenai makna lafadz al-ashnam yang pasti

terjadi pada setiap manusia, sehingga masyarakat dapat lebih memahami

dirinya untuk memanfaatkan waktunya dengan lebih baik. Serta dapat

mengetahui bagaimana orang-orang mengira bahwa yang disembah itu bisa

mengabulkan doa-doa mereka.

1. Model Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif yang dimaksudkan untuk mendapatkan

(20)

11

metodologis pendekatan terhadap kajian tafsir dengan menelusuri secara

langsung pada literatur yang terkait.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu

penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data

penelitiannya.17 Dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud,

kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif 18analisis 19, yang

berusaha mendiskripsikan konsep yang ada dalam al-Qur’a>n. Metode

deskriptif yang digunakan adalah metode tafsir tahlily, biasanya mufassir

menguraikan makna yang dikandung dalam al-Qur’a>n, ayat demi ayat, surat

demi surat yang urutannya sesuai mushaf. Uraian tersebut menyangkut

berbagai aspek yang dikandung ayat, seperti pengertian kosa kata, konotasi

kalimatnya, latar belakang turunnya ayat (Asba>b al-Nuzu>l), keterkaitan

dengan ayat yang mengiringi (Muna>sabah), juga pendapat-pendapat yang

berkenan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh

Nabi, sahabat, para tabi’in, maupun ahli tafsir lainnya.20

17

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Yogyakarta: Buku Obor, 2008), 1.

18

Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya. Lihat, M. Sabana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiyah (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 89.

19

Analitik adalah uraian atau bersifat penguraian. Lihat, Pius A. Partanto Dan M Dahlan Barry, Kamus Ilmiyah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), 29.

20

(21)

12

Dalam metode tahlily biasanya hasil yang ditafsirkan mengikuti

kecenderungan para mufasir dalam memahami ayat-ayat al-Qur’a>n.21

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu:

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fokus pembahasan,

kemudian mengklarifikasi sesuai dengan sub bahasan dan penyusunan data

yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka

penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

5. Pengelolahan Data

Dalam pengelolahan data yang telah dikumpulkan, penulisan ini

menggunakan beberapa langkah, yaitu:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi, dan keragamannya.

b. Pengorganisasian data, yaitu: menyusun dan mensistematikan data-data

yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan

sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah.

6. Teknik Analisa Data

Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder

diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing.

Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek

penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik

untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap

21

(22)

13

pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.22 Selain itu, analisis isi

dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam

benak peneliti.

H.Sistematika Pembahasan

Bab pertama berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi landasan teori yang memuat teori-teori dasar tentang

penafsiran, berawal dari pengertian penafsiran, makna al asnam dalam al-quran,

berikut paparan langkah kerjanya sebagai kerangka acuan dan proses penelitian

skripsi ini, dan juga berisi pengertian makna, macam-macam makna dalam

al-qur’an.

Bab ketiga penyusun akan menguraikan tentang tinjauan makna al-asnam

yang mencakup satu sub bab yaitu istilah kata kunci tentang makna al-asam dan

ayat-ayat yang berkaitan dengakn makna tersebut.

Bab ke empat adalah analisa yang berisi pengertian makna menurut al

qur’an dan mufassir.

Bab kelima berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah

dilakukan pada bab-bab sebelumnya brikut saran-saran yang perlu mengenai

tentang makna al-asnam dalam perspektif al-qur’an serta masalah-masalah yang

berkaitan denganya.

22

(23)

BAB II

TAFSIR DAN PEMAKNAANYA DALAM AL-

QUR’A

>N

A. Pengertian Tafsir

Menurut bahasa, tafsir berasal dari kata al-fasr yang artinya menjelaskan

atau mengetahui maksut suatu kata yang sulit. Kata ini terdapat dalam ayat

berikut.















 



ناقرفلا( 33 )

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang

ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang

paling baik penjelasannya.1

Dari ayat diatas dapat dikatakan bahwa pengertian tafsir ialah upaya untuk

mengungkap mkana yang muskil dari suatu kosa kata. Dibawah ini dijelaskan

beberapa definisi tafsir.

1. Tafsir Menurut Bahasa

a. Menurut al-Alusi,

يف ريسفتلا ا فشكلا يبلا ع برسفلا ليعفت غلا

ل عف لا ىنع لار ض

Tafsir adalah mengikuti wazan Taf’il di ambil dari kata al-Fasr

yang mempunyai arti keteangan atau penyingkapan atau

menerangkan makna yang abstrak.2

1

(24)

15

b. Menurut Nasr Hamid Abu Zaid

Jika kata fasr seperti yang dimaknai dalam kamus lisan

al-Arab,”pengamatan dokter terhadap air”, dan kata al-tafsirah adalah

“urine” yang dipergunakan untuk menunjukkan adanya penyakit.

Dan para dokter meneliti berdasarkan waranya untuk menunjukkan

adanya penyakit bagi si “sakit” maka kita dihadapkan pada dua

perkara, yaitu tafsirah dan tindakan pengamatan itu sendiri dari

pihak dokter yaitu tindakan yang memungkinkan untuk

menyingkapkan materi dan menyingkapkan “penyakit” materi

yang dicermatin dokter mempersentikan medium yang digunakan

sang dokter untuk dapat menemukan penyakit, ini berrati bahwa

“tafsir” yaitu menemukan si sakit yang menurut adanya materi

(obyek) dan pnegamatan (zat).3

2. Tafsir Menurut Istilah

a. Menurut Az-Zarkasi,

ريسفتلا ه تك هب في ع ه كحا ج ارختسا هي ع يب م د هيب ى ع زنت لا

ه كح

Tafsir adalah suatu penegtahuan yang dengan pengetahuan itu dapat

dipahamkan kitabullah yg diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Menjelaskan

2

Mahmud al-Alusi, Ruh al-Ma’ani, Juz I (Dara al-Fikr: t.t.),4. 3

(25)

16

makana-makna al-qur’an, mengeluarkan hukum-hukumnya dan

hikmah-hikmahnya.4

Dalam bahasa Arab kata tafsir berasal dari akar kata al-fasr yang berarti:

penjelasan atau keterangan, yakni, menerangkan atau mengungkapkan sesuatu

yang tidak jelas. Keterangan yang memberikan pengertian tentang sesuatu disebut

tafsir. Jadi, keterangan yang memberikan atau penjelasan itulah yang

menyampaikan pengertian tentang sesuatu itu begini atau begitu. Tafsir

Al-Qur’a>nul-Kari>m ialah penjelasan atau keterangan tentang firman Allah „Azza wa

jallah yang memberikan pengertian mengenai susunan kalimat yang terdapat

dalam Qur’a>n.5

Sebagai ulama mengatakan, kata tafsir sebagai istilah berarti: ilmu tentang

turunya ayat-ayat Qur’a>n, sejarah dan situasi pada saat ayat-ayat itu diturunkan,

juga sebab-sebab diturunkanya ayat; meliputi sejarah penyusunan ayat yang turun

di Makkah(makkiyah) dan yang di madinah (Madaniyyah), ayat-ayat yang

muhkamat (terang dan jelas maknanya) dan yang mutasyabihat (yang memerlukan

penafsiran atau penta’wilan), ayat-ayat yang nasikh (menyisihkan) dan yang

mansukh (disisihkan), ayat-ayat bermakna khusus dan bermakna umum, ayat-ayat

mutlak dan muqayyad (terikat oleh ayat lainya, ayat-ayat yang bersifat mujmal

(garis besar) dan mufashol (terperinci), ayat-ayat yang menghalalkan dan

mengharamkan sesuatu, ayat-ayat yang menjanjikan pahala dan yang

4

Manna’Qathan, Mahabahits fi Ulumil Qur’an ( Mansyuratil Ishri al-Hadis, 1973)324. 5

(26)

17

memperingatkan akan azab siksa, ayat-ayat bermakna perintah dan yang

bermakna larangan, ayat-ayat yang bersifat member pelajaran dan lain sebgainya.

Yang jelas, kata tafsir dalam agama Islam secara khusus menunjuk kepada

masalah penafsiran Qur’a>n dan juga ilmu tafsir yang terkenal dengan nama “Al

-Qur’a>n dan Tafsir”.6

B. Makna Dalam Al-Qur’a>n

Arti Al-Qur’a>n menurut bahasa berasal dari kata kerja qara> yang

berati”(dia) telah membaca”. Dari pengertian tersebut Al-Qur’a>n berarti “bacaan”

atau “sesuatu yang dibaca dengan berulang-ulang”. Makna Al-Qur’a>n dari segi

bahasa tersebut didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qura>n yang berbunyi:

                         ( ةميقلا (16-18 7

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”

Adapun definisi Al-Quran secara istilah, Muhammad „Ali ash-Shabuni

menulisnya sebgai berikut:

6

Ibid,,

7

(27)

18

“al-Qura>n adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat

Jibril as. Dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada

kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu

ibadah, yang dimulai dengan surah al-fatihah dan ditutup dengan surah an-nas”.8

Bila seseorang mendengar kata Al-Qur’a>n atau Qur’a>n,ia segera

mengetahui bahwa yang dimaksud adalah “kalam Allah” atau kalamulla>h .

predikat kalam Allah untuk Al-Qur’a>n ini bukan datang dari Nabi Muhammad.

Apalagi dari sahabat. Atau dari siapapun. Akan tetapi dari Allah. Dialah yang

memberikan nama kitab suci agama Islam ini Qur’a>n atau Al-Qur’a>n sejak

pertama turun yaitu:

          9

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”.10

pada surah lain yang terbilang pertama diturunkan,Allah juga telah

memperkenalkan, bahwa kitab suci agama ini bernama Al-Qur’an.firman Allah:

                                     11 8 /Arti%20dan%20Makna%20Alquran%20_%20HIJUP%20Blog.html.5des,16. 9 QS.Al-alaq:1 10

(28)

19

Artinya “ hai orang-orang yang berselimut,bangunlah (untuk shalat)

dimalam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya, atau

kurangi sedikit dari seperduanya. Atau lebihkan dari seperduanya itu.

Dan bacalah al-qur’an dengan tartil”.(Al-Muzammil 1-4)12

Setelah ayat diatas, pemberian13 nama Al-Qur’a>n untuk kitab suci Islam

ini berulang-ulang dikemukakan di dalam berbagai surah. Jumlahnya mencapai

sekitar 68 kali. Di antaranya dalam surah : al-baqarah, ayat 185;Al-Nisa’, ayat 82,

Al-Maidah , ayat 101, Al-An’am, ayat, 19, dan Al-A’raf, ayat, 204.

Mengapa kitab ini dinamai Al-Qur’a>n? Imam al-Syafi’i tidak merasa perlu

mengupas asal usul pemberian nama ini. Karena Allah-lah yang memang member

nama demikian. Sama saja dengan ketika Allah member nama taurat Injil untuk

kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa.

Tetapi, ada sementara ulama yang dalam hal tidak memilih jalan seperti

syafi’i. mereka berusaha menggali asala usul nama Al-Qur’an ini. Al-Qur’an, kata

mereka, bisa jadi berasal dari kata ءرقلا yang berarti ع جلا (pengumpulan), dan ضلا

(penggabungan). Kata-kata, ayat-ayat bergabung saling mendukung membawa

pesan yang sama. Atas dasar itulah, orang boleh saja menyebut kitab suci ini ارقلا

(quran) yang di tulis tanpa huruf hamzah setelah huruf ra’-nya.14

Pendapat yang dikemukakan di atas, dinilai tidak kuat(dhai’f) oleh Dr.

Abdul al-Mun’im al-Namr. Zarkasyi di dalam kitab Al Burhan fi Ulum

Al-Qur’an menurunkan pendapat yang mengatakan Al-Qur’an diambil dari kata رقلا

11

QS. Al-Muzammil 1-4. 12

Al-Qur’an dan Terjemahanya hal 574. 13

Kamaluddin Marzuki, „ULUM AL-QUR’AN(bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1992) hlm, 3. 14

(29)

20

(Al-Qaryu) yang berarti ع جلا (al-jam’u) atau “kumpulan”.pengertian ini diangkat

dari kebiasaan orang arab yang sering biasa mengucapkan kalimat يفء لا تع ج

ح (aku mengumpulkan air dalam kolam). Alasanya, menurut Al-Raghib,

karena Al-Qura>n merupakan kumpulan buah kitab-kitab yang diturunkan

sebelumnya.15Alasan lainya, karena Al-Qur’a>n menghimpun berbagai macam

ilmu. Ini berarti, sejalan dengan keterangan Allah didalam surah Al-An’am,

ayat,38 yang mengatakan ( kami tidak mengapalkan sesuatupun di dalam

Al-Kitab).

Pendapat yang disebut belakangan ini dibantah oleh kalangan yang oleh

Al-Zarkasyi disebut mutaakhirin. Yang lebih tepat dalam pandangan generansi

yang datang belakangan ini, kata Qura>n berasal dari kata ءارق(qara’a) yang berarti

ر ض dan يب yang bila di indonesiakan menjadi tampak, jelas atau gamblang.

Alasanya, karena orang yang membaca Al-Qura>n berarti ia menampakkan dan

mengeluarkan Al-Qura>n.16

Al-Qurthubi lain lagi. Menurut ahli tafsir dan sejarah ini, kitab suci agama

Islam ini harus disebut Qura>n (tanpa hamzah). Karena diangkat dari kata ىارق

(qara’in) yang berarti partner. Alasanya antara satu ayat dan satu ayat lainya

merupakan partner yang saling mendukung dan saling membenarkan.

Menanggapi huruf hamzah yang “dibuang” Al-Qurtubi ini, Al-Wahidiy

membantah. Dibuangnya hamzah dari ارق (Qura>n) bukan karena ia berasal dari

kata qara’in. tetapi sekedar takhlif, atau meringankan dalam mengucapkan.

15

Marzuki,Ulum, 4. 16

(30)

21

D. Makna Al-Ashna>m

Kata م نصا ashna>m adalah bentuk jamak dari نص shanama,yaitu “sesuatu

yang terbuat dari besi atau kayu dan semacamnya, yang dibentuk secara husus,

untuk melambangkan sifat-sifat keutuhan siapa atau apa yang disembah”.17para

penyembah berhala-berhala itu, percaya bahwa malaikat, jin atau sifat sesembahan

adalah sesuatu yang immaterial, karena itu mereka melambangkannya dalam

bentuk material, dengan demikian, pada hakikatnya mereka tidak menyembah

berhala tetapi apa yang dilambangkan oleh berhala itu.18

Di atas penulis katakan bahwa jawaban kaum Nabi Ibrahim as. Itu,

menunjukkan kebanggaan mereka menyembah berhala. Ini dipahami, dari tiga hal

yang ditemukan pada redaksi ayat diatas. Pertama, dari kata نصا ashna>man yang

menggunakan tanwin(bunyi nun) pada ahir kata itu, yang mengisyaratkan

kebesaran dan keagungan. Kedua, pengulangan kata na’budu/kami menyembah,

padahal tampa kata tersebut, jawaban telah dapat terpenuhi. Ketiga, pernyataan

bahwa ibadah itu mereka lakikan sepanjang siang hari atau terus-menerus dan

dalam keadaan ( يفك ع) „a>kifin, yakni satu isyarat tentang penghormatan mereka

kepada berhala-berhala itu, yakni seakan-akan mereka berkata: di siang hari pada

masa kesibukan pun kami tekun menyembahnya, apalagi dimalam hari saat

lowong dan lengang.19

17

M. Quraish Shihab, Tafsir A-Misba>h, Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an.(Jakarta: lentera hati 2002) vol 10, hal 61.

18

Ibid, 62. 19

(31)

22

Kata م نصاا di dalam Al-Qur’a>n digunakan untuk mengartikan istilah yang

berbeda-beda, masing-masing kata tersebut dalam Al-Qur’a>n mempunyai makna

yang berbeda sesuai dengan konteks ketika kata itu disandarkan.

م نصاا adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, eemas, perak,

tembaga, dan semua jenis bahan berasal dari bumi yang memiliki bentuk

menyerupai mahluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan serta

menunjukan makna majazi dari berhala tersebut20.

Kata berhala dalam kamus besar bahasa Indosnesia, sebagai kata benda

memiliki arti patung dewa, kemudian penggunaan kata berhala meluas menjadi

makhluk/benda (matahari.bulan, malaikat,hewan) dan apa saja yang disembah

selain perintah Allah adalah termasuk kategori berhala.

Sedangkan kata kerja dari memberhalakan berarti memuja dan

mendewakan, bisa pula dijadikan menjadi kata kerja yang artinya berbeda lagi,

seperti memberhalakan sesuatu tidak selalu berarti bahwa pemujaanya

mengatakan “inilah Tuhan yang harus disembah”. Tidak juga berarti bahwa ia

mesti bersujud dihadapanya21.

20

Berhala%20(Islam)%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm l

21

(32)

23

Dalam Al-Qur’a>n dijelaskan bawah:

                               22 ) ارعشاا 72-74 )

“berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu

sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?atau (dapatkah) mereka memberi

manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"mereka menjawab:

"(Bukan karena itu) sebenarnya Kami mendapati nenek moyang Kami

berbuat demikian".

Setelah Nabi Ibrahim as. Mendengar jawaban mereka dan merasakan

betapa bangga mereka dengan berhala-berhala itu, maka beliau berupaya

menunjukan kekeliruan mereka secara baik-baik dan halus melalui aneka

pertanyaan. Dia, yakni Nabi Ibrahim as.berkata :”apakah mereka mendengar

keluhan dan permohonan kamu saat kamu bermohon kepadanya? Sekedar

mendengar-walau mereka tidak terpenuhi-atau kaulah mereka tidak mendengar,

mka boleh jadi mereka dapat member manfaat.

Redaksi yang digunakan Nabi Ibrahim as. Menunjuk berhala-berhala

adalah redaksi yang digunakan untuk makhlik berakal, yaitu kata yasma’un/

22

(33)

24

mereka mendengar. Agaknya beliau sengaja menggunakanya dalam rangka

menarik simpati dan perhatian mereka agar mendengar pertanyaan beliau.23

Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala(peganisme), suatu kaum

yang tidak pernah melakukanya secara langsung, tetapi melainkan secara

bertahap. Kaum itu mengambil tuhan lain dan menyembah pujaanya atau patung

tersebut. Pada di zaman Arab Jahiliyah banyak orang-orang yang membuat atau

mengadaptasikan berhala dari kaum-kaum lainya untuk mereka puja. Salah

seorang pelopor pembawa ajaran berhala di zazi>rah Arab adalah „Amr bin Luhay

dan mereka seorang pemimpin dari suku Khuza’ah.

Tatkala musim haji tiba, berhala-berhala itu akan diberikan kepada

kabilah-kabilah yang datang, lalu mereka membawa pulang berhala-berhala

tersebut ke negeri mereka, sehingga setiap kabilah bahkan setiap rumsh memiliki

berhala. Dalam hadis shahih Imam Bukhari dikatakan bahwa berhala-berhala yang

ada pada zaman Nabi Nuh akan menjadi berhala bagi bangsa Arab setelahnya.

Dalam kisah Al-Qur’a>n dan penelitian oleh sejarawan terhadap sejarah

perkembangan ajaran peganisme dalam abad kedua Hijriyah, bahwa sebelum

datang ajaran Islam, ajaran peganisme dalam bentuknya yang berbagai macam

mempunyai kedudukan atau tempat yang tertinggi dikalangan orang-orang Arab.

Orang-orang Arab untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa dalam

bentuk berhala, sehingga melakukan persembahan kurban berupa binatang ternak

terkadang pula manusia. Salah satu contoh dari kasus ini adalah kisah Abdul

23

(34)

25

Munthalib kakek dari Muhammad, hampir mempersembahkan Abdullah putranya

sebagai kurban.

Dikisahkan melalui hadis bahwa bangsa Arab jahiliyah telah meletakkan

berhala disekitar kaabah sebanyak 360 berhala.24 Berhala yang disembah orang

Arab jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama dengan nama-nama

perempuan atau laki-laki, berhala yang terkenal diantaranya ada empat antara lain:

 Hubal adalah berhala yang dianggap sebagai “dewa bulan” ini oleh „Amr

bin Luhay dari Ma’arib (Moab) suatu daeerah di Balqa’. Menurut kisah

dari Ibnu hisyam, mereka berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu

berkata kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan berhala ke

makkah adalah „Amr bin Luhay.

 La>tta adalah berhala yang berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah

rumah diatasnya. Zaman dahulu la>tta adalah seorang lelaki yang shalih

yang biasa mengadon tepung untuk member makanan jama’ah haji. Ketika

dia meninggal, orang-orang pun membangunkan sebuah rumah diatas

kuburanya dan menutupinya dengan tirai-tirai. Berhala iniadalah

sesembahan kaum Tsaqif.

 Uzza> adalah berhala dari pohon samurah dari salman yang terletak

dilembah Nakhlah dan Thaif. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan

tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga).

Uzza ini adalah berhala milik suku quraisy, sulaima; Gathafan dan jusyam

serta suku-suku yang ada di sekitarnya.

24

(35)

26

 Mana>t adalah berhala berupa batu besar yang terletak tidak jauh di gunung

Qudayd diantara Makkah dan madinah. Berhala ini adalah milik suku

khuza’ah, Agus, dan Khazraj. Jika sedang berhala (pada masa pra-Islam),

mereka berihram disisinya, dan mereka menyembahnya.

Dari ke empat berhala ini hanya orang saleh yang pernah hidup pada zaman

Ibrahim. Sesudahnya mereka meninggal, beberapa orang membuat berhala untuk

menghormati orang-orang saleh itu secara berlebihan. Mereka menganggapnya

sebagai anak-anak Tuhan. Tidak cukup dengan berhala-berhala besar tersebut itu

saja buat orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang dan memberikan

kurban-kurban dan sesaji, tetapi kebanyakan mereka itu mempunyai pula

patung-patung dan berhala dalam rumah mereka masing-masing.

D. Sejarah Masuknya dan Merbesarnya Berhala di Jazirah Arab

Beberapa masa setelah wafatnya Nabi Ibrahim dan Ismail, terjadi

perubahan besar di tanah Makkah. Agama tauhid tergusur oleh ombak ke

syirikan. Penduduk tanah suci di sekitar baitullah al-Haram menjadi penyembah

berhala.pelajaran bagi umat Islam dan semuanya, tauhid yang dibawah oleh para

Rasul, dan bertempat ditanah suci, bisa berganti menjadi agama pagan penyembah

berhala. Tidak ada yang menjamin negeri ini, Indonesia akan selamanya menjadi

mayoritas umat Islam. Kalau mereka tidak mengkaji agama kemudian

mendakwahkanya.

Perubahan besar dizazirah Arab itu, dibawah oleh tokoh kabilah Khuza’ah.

(36)

27

dicintai dan disegani masyarakat. Penduduk makkah menganggapnya sebagai

ulama besar dan wali yang mulia. Amr pernah bersafar ke syam. Ia melihat

penduduk syam menyembah patung-patung. Dan ia terkesan saat kembali ke

makkah. Bahwa tradisi syam ini ke tanah haram. Masuklah berhala hubbal ke

jazirah Arab, dan ditempatkan disisi ka’bah.

Diriwayatkan bahwa hubbal terbuat dari batu akik merah yang berbentuk

manusia. Orang-orang Quraisy mendapati tangan hubbal telah hancur. Lalu

mereka ganti dengan tangan dari emas. Inilah berhala pertama orang-orang

musrik, yang paling besar, dan paling suci menurut mereka.

Setelah hubbal, tanah mekkah berangsur-angsur disesaki berhala. Diantra

berhala-berhala besar mereka adalah: manat yang di sembah Kabilah Hudzail dan

Khuza’ah. Berhala ini termasuk berhala tertua. Terletak dipantai laut merah. Di

wilayah al Musyyal, di Qudaid. Kemudia ada latta. Berhalanya orang-orang thaif.

Dan al-Uzza, berhala termuda namun yang terbesar dari dua berhala sebelumnya.

Berhala-berhala tersebut disembah orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah

lainya.

Kemudian kesyirikan semakin tersebar dan berhala-berhala pun semakin

bertebaran. Setal Amr bin Luhai berhasil digoda gundrung dengan berhala, setan

memainkan peranya dibalik semua itu. Mereka memberitakanya bahwa berhala

kaum Nuh-Wud,Suwu’, Yaghuts, Yauq,Nasr – terkubur di Jeddah. Ketika jamaah

(37)

28

Hadiah dari penguasa makkah, tanah suci tempat berhaji tentulah snagat

istimewah.25

Berhala wud diberikan pada kabilah Kalb penduduk Dumatul Jandal,

Suwa’ diserahkan pada Hudzal bin Mudrika yang tinggal di Ruhath, wilayah

hijaz. Yaghuts untuk bani Uthaif keturunan bani Murad yang tinggal di Jurf dekat

saba’. Nasr untuk keluarga Dzi al-Killa’ diwilayah Hamir. Kemudian mereka

membuatkan kuil untuk berhala-berhala ini. Mereka mengagungkanya

sebagaimana mengagungkan ka’bah. Walaupun mereka berkeyakinan ka’bah lah

yang lebih utama.

Dakwah Amr bin Luhai kian terbesar di Jazirah. Kabilah-kabilah lainya

meniru apa yang dilakukannya. Merka menjadikan patung sebagai sesembahan.

Membangunkanya kuil. Dan membernya nama-nama. Walaupun berhala kian

marak, namus masyarakat Arab tetap mengaungkan ka’bah. Mereka pula yang

menaruh berhala-berhala mereka disekeliling ka’bah.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya , Demi Allah,

sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkanya, maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lainya, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (Q.S. Al-Ambiya:57).

25

http://islamstory.com/ar/ةايحلا-ةينيدلا-دنع- رعلا-لبق-ماسإا , nurul Fitria hadi, artikel kisah

(38)

29

Nabi Ibrahim mulai bekerja menyampaikan wahyu Allah yang

dipercayakan kepadanya. Mula-mula ia mengajak pamanya menyembah Allah,

yang merupakan satu-satunya Tuhan. Mengingat kedudukan adakan upacara

khusus. Mereka biasa ,erayakan diluar kota. Ketika hari perayaan itu sudah dekat

dan orang-orang mulai berjalan keluar kota. Nabi Ibrahim tetap tinggal dan tidak

ikut bersama orang-orang itu, ketika semua orang tua dan muda, telah pergi dan

kota menjadi kosong, Nabi Ibrahim melihat bahwa rumah berhala pun kosong dan

tidak ada penjaga sama sekali. Lalu ia memasukinya dan mendapati sebuah

ruangan besar berbagai macam patung dipajang sesuai tingkatan dan kepentingan

dalam sususnan yang amat rapid an teratur. 26

Ketika orang-orang kembali ke kota dan mendaptkan tuhan-tuhan mereka

hancur berantakan di dalam rumah berhala, mereka menjadi marah dan sangat

tersinggung. Mereka benar-benar marah karena tuhan-tuhan mereka bergeletakan

dalam keadaan hinai . Mereka memutuskan untuk mencarari pelakunya. Mereka

mulai bertanya,”siapakah yang berbuat kejam terhadap tuhan-tuhan kita ini? ia

pastilah seseorang yang amat kejam”. Salah seorang diantara mereka berkata, ia

menganggap penyembahan berhala sebagai perbuatan yang bodoh dan ia pun

melarang untuk melakukanya, pasti dia pun melarang kita untuk melakukanya.

Nabi Ibrahim bergerak di sekitar kaumnya dan menyadarkan mereka

bahwa penyembahan patung bukan hal yang baik, ia mengantarkan mereka

kepadanya,”siapakah yang kamu smebah?” mereka menjawab, “tuhan kami

adalah patung-patung kami dan dan kami hanya menyembah mereka. Kami

26

(39)

30

meminta bantuan hanya kepada merka dan hanya kepada mereka kami minta

perlindungan ketika kami mempunyai permasalahan.”

Nabi Ibrahim memutuskan untuk memusnakan semua patung dan ingin

menunjukkan pada orang-orang bodoh bahwa barang-barang yang mudah pecah

dan tak berdaya itu tidak layak disembah. Rakyat Namrud biasa mengadakan

perayaan setiap tahun dan pada hari tersebut di pertanyakan.” Segera Nabi

Ibrahim mengambil kesempatan itu untuk memusnakan kebiasaan menyembah

berhala dengan berkata kepada mereka, celakalah kalian semua! Kalian adalah

orang-orang celaka yang menyembah batu dan kayu. Mereka tidak tahu apa pun

mengenai diri mereka dan mereka pun tidak menguntungkan maupun

merugikanmu,” tetapi hal itu tidak berpengaruh pada orang-orang itu dan tetap

bersalah. Dari segala penjuru orang berteriak, “ bakar dia hidup-hidup! Tetaplah

pada tuhan-tuhan kita.27

27

(40)

BAB III

BIOGRAFI M.QURAISH SHIHAB SERTA AYAT-AYAT

AL-QUR’A

>

N DAN TAFSIRNYA TENTANG TINJAUAN MAKNA

LAFADZ AL-ASHNA

>

M

A. Biografi M. Quraish Shihab

1. Latar Belakang Keluarga

M. Quraish sihab berasal dari keturunan Arab 1yang terplajar. Ayahnya

bernama Abdurrahman Sihab ( 1905-1986 ) adalah lulusan Jami’atur Khair Jakarta,

sebuah lembaga pendiidikan islam tertua di Indonesia yang mengedepankan gagasan

–gagasan islam modern.ayahnya ini, selain guru besar dalam bidang tafsir juga

pernah menduduki jabatan Rektor IAIN Alaudin dan tercatat sebagai seorang salah

satu pendiri Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Ujung pandang.

2. Latar Belakang Pendidikan

Dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 februari 1944. M.

Quraish Sihab menempuh sekolah dasar di ujung pandang. Setelah menempuh

pendidikan dasarnya di daerahnya sendiri ia melanjutkan pendidikan menengahnya di

Malang sambil nyantri di pondok pesantren Darul Hadist al-Faqqiyah dikota yang

sama. Tidak diketahui dengan pasti tentang paham keagamaan ( islam ) yang di anut

dan berlaku di pesantren tempatnya dia nyantri’’ tersebut. Namun memperhatikan

1

Pdf STAIN Pekalongan ac.id.08 februari 17 : 17.00

(41)

32

kecenderungan umum tradisi keberagaman „’ dunia „’ pesantren di Indonesia,

Khususnya di jawa, ada cukup alasan untuk menduga bahwa corak faham yang

beragam yang berkembangan di lingkungan pondok pesantren Darul Hadist al-

Faqiyyah tempat dia nyatri itu faham adalah faham Ahl-Sunnah wal-jama’ah yang

dalam emikirannya kalam yang menganut faham Asy’ ariyah dan juga maturidhiyah.

Pada tahun1958, dalam usia 14 tahun Quraish Sihab meninggalan Indonesia

menuju kairo, mesir, untuk melanjutkan studinya di Universitas al-Azhar. Ini

nampaknnya merupakan sebuah obsesi yang sudah ia impikan sejak sejak dahulu

sebelum nya barang kali muncul secara evolusi dibawah baying-bayang pengaruh

ayahnya . Di al-Azhar ia diterima padaa kelas II Tsanawiyah dilingkungan al-Azhar

inilah untuk sebagian karir intelektualnya dibina dan dimatangkan selama kurang 11

tahun. Pada tahun 1967, dalam usia 23 tahun ia berhasil meraih gelar Lc ( Licence,

srata satu ) pada fakultas Usuluddin Jurusan Tafsir Hadist Universitas Al-Azhar.

Kemudian menalanjutkan studinya pada Fakultas yang sama dua tauhn kemudian

pada tahun 1969 ia berhasil mendapat gelar M.A ( Master Of Art ) dibidang Tafsir

al-Qur’an. Dengan Thesis yang berjudul al-I’jaz at-Tasyri’I li al-Qur’an karim.

Sekembalinya ke ujug pandang dia dipercaya menjabat pengurus wakil Rektor

IAIN Ujung Pandang dibidang akademik dan kemahasiswaan IAIN ujung pandang.

Tidak hanya itu, beliau juga di serahi jabatan lain, baik di dalam kampus maupun di

luar kampus Selama Masa karirnya sebagai dosen dalam periode pertama di IAIN

(42)

33

di Indonesia Timur ( 1975 ), dan masalah wakaf Sulawesi selatan ( 1978 ). Selain itu

dia juga menulis sebuah makalah yang berjudul’’ korelasi antara al-Qur’an dan Ilmu

pengetahuan yang di tulis sebagai kuliah umum yang disampaikan di IAIN ujung

pandang pada tahun 1972. Selama periode pertama tugasnya sebagai staf pengajar di

IAIN ujung pandang Quraish Sihab belum menunjukkan produktivitas yang tinggi

yang melahirkan karya tulis.

Sepuluh tahun lamanya Quraish Sihab mengabdikan dirinya sebagai staf

pengajar di IAIN ujung pandang dan mengamalkan ilmunya kepada masyarakat

Sulawesi Selatan umunya, pada tahun 1980 dia kembali meninggalakan tanah airnya

menuju kairo, mesir untuk melanjutkan studinya Doktoralnya di Universitas

Al-Azhar. Dua tahun lamanya dia menimba ilmu disana dan tahun 1982 dengan disertai

berjudul Nizm ad Durar li al-Biqa’’I Tahqiq wa Dirasah , dia berhasil meraih gelar

doktor dalam ilmu al-Qur’an dengan yudisium suma cum laude disertai penghargaan

tingkat pertama.

3. Karya-Karya

a. Tafsir al-Manar, keistimewaan dan kelemahannya ( ujung pandang IAIN

Ualuuddin )

b. Filsafat Hukum Islam ( Jakarta, Depertemen , 1978 )

c. Mahkota Tuntunan Ilahi ( Bandung, Mian. 1992 )

d. Wawasan Al-Qur’an , Tafsir Maudhui atas berbagai persoalan umat (

(43)

34

e. menyikapi Takbir Ilahi ( Jakarta, lentera hati, 1998 ).

f. Hidangan Ilahi , Tafsir Ayat-Ayat Tahlili ( Jakarta, lentera, 1999 ).

g. Fatwa-Fatwa ( Bandung, Mizan , 1999 )

h. Sahur bersama Qurais Sihab ( Bandung, Mizan, 1999 )

i. Tafisr Al-Misbah , Pesan,kesan dan keserasian al-Qur’an ( Jakarta lentera

hati, 2003 ) vol; 13.

j. wawasan Al-Qura’an tentang dzikir dan doa ( Jakarta, Lentera Hati, 2006 )

k. Logika Agama ( Jakarta Lentera Hati, 2006 )

l. Jilbab Pakaian wanita Muslimah dalam pandangan ulama dan cendekia

kontemporer ( Jakarta, Lemtera hati, 2006 )

m. dan Sebagainya.

B. Ayat-ayat Al-Qur’a>n Tentang Makna Al-Ashna>m a) Surah al-syua’ara>’ ayat 69-71

                               ) ارعشلا ( 69-71

“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?"mereka menjawab:

2

(44)

35

"Kami menyembah berhala-berhala dan Kami Senantiasa tekun

menyembahnya".3

b) Mufrodad Ayat

م ي ع لتا :dan bacakanlah( Muhammad) kepada mereka ( kafir Makkah)

دبعت : yang kalian sembah

دبعت :apa yang kalian sembah4

c.) Munasabah

Pada ayat yang lalu, Allah menerangkan tentang kisah Nabi Musa dan Fir’aun

yang berupaya untuk membunuh Musa dan pengikutnya kemudian menyeberangi laut

tersebut atas sampai di tepi pantai. Musa dan pengikutnya kemudian menyeberangi

laut tersebut atas perintah Allah. Fir’aun bersama pengikutnya menyusul mereka,

tetapi ahirnya Allah menenggelamkan mereka semuanya. Pada ayat ini Allah

menjelaskan kisah Nabi Ibrahim yang menyeru ayahnya dan kaumnya untuk

menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan berhala-berhala yang merupakan

peninggalan nenek moyang mereka.5

3

Al-Qur’a>n dan Terjemahan. 4

Departemen Agama RI, AL-HIDAYAH AL-QUR’A>N TAFSIR PER KATA TAJWID KODE ANGKA ( banten :kalim),

5

(45)

36

d.) Tafsir Surah al-syua’ara>’ ayat 69-71

Dijelaskan tafsiranya al-misbah bahwa uraian tentang kisah Nabi Ibrahim as ini

mendahului kisah Nabi Ibrahim as., yang hadir di pentas bumi ini jauh sebelum Nabi

Ibrahim. Penempatan uraian kisah ini demikian, agaknya karena ayat-ayat ini

diperhadapkan pertama kali kepada kaum musyrikin Makkah, yang melalui kisah

Nabi Musa as. Pada kelompok ayat-ayat yang lalu diperingatkan tentang kuasa Allah

swt. Menjatuhkan siksa karena keengganan mereka mengakui keesaan Allah dan

menyambut tuntunan Rasul.

Uraian keselumit kisah “ Bapak para nabi” itu, agaknya disebabkan oleh adanya

persamaan antara umat yang beliau hadapi dengan umat yang dihadapi oleh Nabi

Muhammad saw, yaitu masing-masing menyembah berhala, dan masing-masing umat

tidak dijatuhi siksa duniawi yang membinasakan dan bersifat total, seperti halnya

umat Nabi Nuh atau kaum „Ad, Tsamud, dan kaum Luth. Karena itulah agaknya

sehingga awal ayat dalam kelompok ini mengajak Nabi Muhammad saw. Untuk

menyampaikan kepada mereka berita sangat penting tentang Nabi Ibrahim as.

Dalam surah Hud, kisah Nabi Ibrahim as. Pun dikemukakan, tetapi penekanan

uraiannya pada penganugerahan putra kedua beliau yang ketika itu telah berusia

lanjut dan istrinya pun mandul, serta hal-hal yang berkaitan dengan penganugerahan

itu.

Dalam surah yang dinamai dengan nama neliau “Ibrahim”, kisah Nabi agung ini

(46)

37

keturunan, serta doa beliau untuk kedua orang tuanya. Kisah Nabi Ibrahim as yang

lain ditemukan pada surah al-Ambiya’ dimana di paparkan diskusi beliau dengan

orang tua tentang penyembahan berhala, serta sikap kaumnya sampai dengan

pelemparan beliau ke dalam api yang berkobaran serta hijrah beliau.

Allah memerintahkan mrmbaca kisah Nabi Ibrahim, karena didalam ayat yang

menguraikan kisahnya terdapat dua bukti yang sangat jelas. Pertama, keiatimewaan

ayat yang dibaca itu paling tidak dalam susunan redaksinya, dan yang kedua, adalah

argumentasi akliah yang dikandunganya menyangkut bukti-bukti kesesatan

penyembahan berhala serta bukti keesaan Allah swt.6

Sementara ulama memperkirakan Nabi Ibrahim as. Lahir tahun sekitar tahun 2893

sebelum hijrah, dan wafat pada tahun 2818 sebelum Hijrah. Hingga kini makamnya

diziarahi di kota al-Khalil, palestina.

Kata (هيبا) abi>hi secara harfiyah berarti ayahnya, namun disini dan ayat-ayat

serupa,penulis terjemahkan dengan orang tuanya. Ini hemat penulis adalah kata yang

netral, menghadapi perbedaan pendapat ulama apakah yang dimaksud disini adalah

orang tua kandungnya atau orang lain yang diperlakukan sebagai ayahnya. Secara

panjang lebar persoalan tentang orang tua Nabi Ibrahim penulis telah uraikan ketika

QS.al-An’am (6): 74.

Kata (م نصا) ashna>m adalah bentuk jamak dari ( نص)shanama, yaitu “sesuatu yang

terbuat dari besi atau kayu dan semacamnya, yang dibentuk secara khusus, untuk

6

(47)

38

melambangkan sifa-sifat ketuhananyang disembah”.7 Para penyembah

berhala-berhala itu, percaya bahwa malaikat atau sifat sesembahan sesuatu yang immaterial,

Karena itu mereka melambangkannya dalam bentuk material, dengan demikian, pada

hakikatnya mereka tidak menyembah berhala tetapi apa yang dilambangkan oleh

berhala itu.

Jawaban kaum Nabi Ibrahim as. Itu, menunjukkan kebanggaan mereka

menyembah berhala.ini dipahami, dari tiga hal yang ditemukan pada redaksi ayat

diata. Pertama,dari kata( نصا) ashna>man yang menggunakan tanwin (bunyi nun)

pada ahir kata itu, yang mengisyaratkan kebesaran dan keagungannya. Kedua,

pengulangan kata na’budu/kami menyembah, padahal tampa kata tersebut, jawaban

telah dapat terpenuhi. Ketiga, pernyataan bahwa ibadah itu mereka lakukan

sepanjang siang hari atau terus-menerus dan dalam keadaan( يفك ع) „a>kifin, yakni

tekun. Kata sepanjang siang hari, dijadikan juga oleh al-Biqa>’i sebagai salah satu isyarat tentang penghormatan mereka kepada berhala-berhala itu, yakni seakan-akan

mereka berkata : di siang hari pada masa kesibukan pun kami tekun menyembahnya,

apalagi dimalam hari saat lowong dan lengang.8

7

Ibid, 61. 8

(48)

39

a) Surah al-a’raf ayat 138-139

                                                               ) فارعاا 158-159 (9

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah

mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka,

Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala)

sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa

menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui

(sifat-sifat Tuhan)".Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan

yang dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan”.

b.) Mufrodad Ayat

فكعي : menekuni penyembahan, tekun beribadah

لا : menyembah tuhan

ربت ءاؤه: mereka semua akan dihancurkan

عي ك : telah mereka kerjakan

9

(49)

40

c.) Munasabah

pada ayat ini diterangkan berbagai macam nikmat yang pernah diberikan

Allah kepada bani Israil, seperti telah mengalahkan musuh-musuh mereka,

menganugerahkan negeri yang subur untuk mereka sebagai tempat kediaman. Pada

ayat ini Allah menyebutkan nikmat lainya yang pernah dianugerahkan kepada bani

Israil, yaitu membebaskan mereka dari penindasan Fir’au

Referensi

Dokumen terkait

Ibnu Kasir dan Quraish Shihab memberikan pemahaman bahwa kafir itu adalah orang yang tidak mempercayai dan menutupi kebenaran kedatangan hari kiamat, juga orang yang

Dengan tercapainya tujuan yang diharapkan, maka penelitian ini berguna untuk kepentingan ilmiah dan praktis. Kegunaan ilmiah, yakni agar penelitian ini menjadi sumbangan yang berarti

Quraish Shihab berkaitan dengan pengupahan: “Bekerjalah kamu, demi karena Allah SWT semata dengan aneka amal yang saleh dan bermanfaat, baik untuk diri kamu maupun untuk

Hasil penelitian dari pemikiran M.Quraish Shihab tentang riba, yang menyatakan bahwa riba terjadi bukan semata-mata ada tambahan dari jumlah hutang, tetapi kelebihan yang terdapat

Makna jahl yang terdapat dalam ayat 138 dari surah al-A’raf berhubungan erat dengan bani Israil, kebodohan mereka ditafsirkan dengan: “Kebodohan dari orang-orang

Quraish Shihab, sebagaimana yang dinyatakan dalam bukunya, pandangan yang dimaksud merupakan pandangannya melalui kacamata kaidah penafsiran 24 , dan secara penuh

(Bandung: Mizan, 2007), h.. 118 mensyukuri kehadiran anak adalah dengan mendidiknya. Perhatikanlah bagaimana Alquran mengabadikan ucapan-ucapan Luqman ketika mendidik

Al-A‘râf [7]: 206 Ath-Thabarî 224 H24 menafsirkan   dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud dengan arti mereka melaksanakan shalat karena Allah, itulah sujud mereka