MAKNA LAFADZ AL-ASHNA
>
M DALAM
AL-QUR
’
A>N
MENURUT M.QURAISH SHIHAB
Skripsi:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Oleh:
ALFU ROCHMATIN E33212076
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
6
KEMENTERIANAGAMA
I,INTYERSITAS
ISLAM
NEGERI
SUNAN
AMPEL
SURABAYA
PERPUSTAKAAN
Jl. Jend. A.
Ydi
I l7 Surabaya 6023 7 Telp. 03 1-843 1972 Fax.O3 I -841 33OO E"Mait perpus@uiasby.ac.idt,EI{B_\R Pl
iRNyATt.\N
1't iRSliI
LTJUAN pUUI.iKASII!\RY,\
II,N{I/UI I-IN'I'LJK KIII'ENT]NG,\N,{KAI)I,]]\1ISScbagai cirirrs aliadcmihe UIN Suneo r\mpcl Surabar-e, r'ang bertanrla rarran ,:li barreh ini. savr:
Nama
MM
Fakultas/Jumsan
E-mail addcess
: ,{llrr Rochmatin
| 8332120 t-6
: tlshuluddin ctrn I rils.,rfat /Tafsir Hadis
:
nurinaredgirt(zt)1'm 1.corrI)cmi pcngembangal ilmu ptlgctahuan, mcnlctujul uflruk membcriken kcpadx Pe{ushli?rn
LIIN Sunan ,\mpcl Surabar.:r,
llak
llL:bes Roralti Non liksklusif atas kana ilmiah :d
skripsi
E Tesis E l)cscrtrsi E
Lainl.in (. . . .. . ..
.
....) ,, eng bcrjudul :\l.rlr.,
l,r
rl,.
r-,shr,,.n l',1.,n..u-,.'rr,., \lcnr.,,,r \l.,lurJr.h:h,hrl,bcscta perangkat yang dipcrlLrku (bila adal. Deng;rn tJak llcLas Ror.nlrr Non Ftkslusif nri Pcrpusrahaal
tllN
Sunirn -,lmlel Su.abala bc'rhak rncrrvimpm, neflgalih'nedia,/forrrrxt-kan.
rnenge|rlanlr d.rl-arn benrul
.
pangki1nndara
(detabase), mendistribusikann,ra, dan rncrernpillani mcmpubliliasikaniye di tnremer atau mcdia lam secera fu,/Jrexarntul kcpenflngan aliadcmis tanpa ferlu mcmintaiju
dar srla sci"ma tetap mcncjnrumkin nama sa\:a scbejaipcnulis,i pmcipte dan atau pcllerbit larte bcrsrngkurm.
SaIa bersedia untuk menanggLrng sr:cera pribadi, 1,r,1pi ,nclibatkarl pihek l)c{,ustikn:m UIN Surefi ,\n1pcl Surabari. segil,l brntuk tuflrut^n hukunr ra11!i tirnbul atis pclanlgir,lr
IIik
(-iJrtn rlehm liar,a ilmiah ser-aili.
l)cmiliian petl'ataan ini lerg sr).a buel dcngan scbenam,ra.
Strl}ay4 21 Februari 2017
Penulis
/.-"*
ABSTRAK
Alfu Rochmatin. Nim E33212076. Makna Lafadz ashna>m dalam al-Qur’a>n menurut M.Quraish Shihab.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Apa makna lafadz
al-ashnam dalam al-Qur’a>n,? 2) Bagaima Quraish shihab memaknai kata lafadz
al-ashna>m dalam al-Qur’aan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan makna lafadz al-ashna>m
yang mana di dalamnya terdapat ayat al-Qur’a>n yang mana arti dari al-ashna>m
sendiri mempunyai kesamaan arti. Padahal konteks ayat al-Qur’a>n sangat
berbeda-beda. Dan mengetahui teori yang digunakan mufassir dalam memahami makna lafadz al-ashna>m.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode penelitian library
research (penelitian perpustakaan). Kajian kepustakaan ini berupa data primer berasal dari satu penafsir saja. Dan data sekunder yang berasal dari literature tentang
ayat al-Qur’a>n serta munasabah yang relafan dengan penelitian ini. Adapun teknik
dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi. Sementara analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan content analisis. Yaitu menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai obyek yang diteliti. Sedangkan analisis isi adalah metedologi dengan memanfaatkan sejumlah perangkat untuk menarik kesimpulan dari sebuah dokumen atau bahan pustaka.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa lafadz al-ashna>m adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, perak, emas, tembaga dan semua jenis bahan yang berasal dari bumi yang memiliki bentuk yang menyerupai makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, bintatang serta memiliki tubuh yang besar. Selain itu, lafadz al-ashna>m mengalami banyak perluasan makna yang digunakan untuk menunjukkan makna dari berhala.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Penegasan Judul ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Telaah Pustaka ... 8
H. Metodelogi penelitian……… ... 9
I. Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II TAFSIR DAN PEMAKNAAN DALAM AL-QUR’A>N A. Pengertian tafsir ... 14
D. Sejarah Masuknya dan Membesarnya Berhala di Jazirah Arab ... 26
BAB III BIOGRAFI M.QURAISH SHIHAB SERTA AYAT-AYAT AL-QUR’A>N DAN TAFSIRAN TENTANG MAKNA LAFADZ AL-ASHNA>M A Biografi M.Quraish Shihab……… 31
B Ayat-ayat al-Qur’aan Tentang Makna Lafadz al-ashnaam a. Surah al-syua’ara> 1. Mufrodad Ayat………... 34
2. Munasabah ………... 35
3. Penafsiran surah al-syua’ara……….. 36
b. Surah al-a’ra>f 1. Mufrodad Ayat………. 39
2. Munasabah……… 40
3. Penafsiran surah al-a’ra>f……….. 40
c. Surah Ibrahim 1. Mufrodad Ayat……….. 43
2. Munasabah……….… 44
3. Penafsiran Surah Ibrahim……….. 44
d. Surah al-ambiya 1. Mufrodad Ayat………. 48
2. Munasabah……….. 48
3. Penafsiran Surah al-ambiya………. 48
e. Surah al-an’am 1. Mufrodad Ayat………. 50
2. Munasabah……… 50
3. Penafsiran Surah al-an’am………... 51
BAB IV ANALISIS LAFADZ AL-ASHNA>M DALAM AL-QU’A>N
a. Analisis lafadz al-ashna>m………. 63
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan………. 66
b. Saran-saran………. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangAl-Qur’a>n yang mulia merupakan kitab akidah dan petunjuk. Mukjizat
ilmiah yang dikandungnya bukan terletak pada teori-teori ilmiah yang selalu
diperbaharui dan berubah-berubah, akan tetapi terdapat pada berbagai anjurannya
kepada manusia untuk berpikir dan meneliti kerajaan langit dan bumi. Tidak ada
satupun dari kitab-kitab suci terdahulu yang mencakup seperti yang dicakup
al-Qur’a>n. Masalah ilmiah atau kaidah ilmiah apapun yang telah dipastikan
kebenarannya adalah merupakan penjelmaan dari perintah al-Qur’a>n, untuk
berpikir secara benar dan tidak akan bertentangan dengannya. Sains modern telah
berkembang dan banyak sekali pembahasan-pembahasannya, tidak ada yang
bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’a>n dari perkara yang telah mereka tetapkan
kebenarannya melalui sains modern tersebut. Aspek ini saja sudah merupakan
bagian dalam mukjizat.1
Al-Quran juga sebuah bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang
diturunkan, sehingga di zaman beliau Muslim tidak banyak menemukan kesulitan
dalam memahami pesan Alquran, karena bisa langsung bertanya kepada Rasullah
sebagai penyampai risalah-Nya.2
Untuk itu pada peroode Nabi sallalahualaihi wasallam dan para
sahabat-sahabatnya dijadikan satu dalam berbentuk kajian tafsir.Karena metode
1
Said Abdul Azhim, Keagungan Kemukjizatan Nabi SAW (Jakarta: QultumMedia, 2006), 16.
2
2
penafsiranya yang di berikan oleh sahabat tidak ada perbedaan dari penafsiran
yang diberikan Nabi SAW. Jika ditinjau dari segi penafsiran atau segi
kuantitasnya maka jelas tafsir dari Nabi SAW yang paling atas, sebab Nabi SAW
langsung menerima dari Allah SWT.3
Namun masalah justru muncul sepeninggal beliau, termasuk didalam
memahami kisah-kisah dalam Alquran yang oleh sebagian mufassir dijelaskan
berdasarkan periwayatan-periwayatan yang kadang tidak jelas sumbernya. Hal ini
tentu saja menimbulkan keresahan di kalangan umat Islam, karena memang tidak
semua kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an secara terperinci atau detail dan
kronologis kejadian di masa lampau, termasuk kisah-kisah umat dari para Nabi
terdahulu, karena Al-Qur’an bukan buku sejarah meskipun juga berbicara tentang
sejarah.Yang pada gilirannya muncul tafsir sebagai salah satu cara untuk
melanggengkan akan makna Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat,. Ada yang
menggunakan metode tahlili, ijmali dan muqarin sesuai dengan pola dan
pemikiran penafsir tersebut.4
Mengingat Al-Qur’an bagaikan lautan yang keajaiban-keajaibannya tidak
pernah habis dan kecintaan kepadanya tidak pernah lapuk dari zaman, adalah
sesuatu yang dapat dipahami jika terdapat ragam metode untuk menafsirkannya.
Kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat yang
memperlihatkan perhatian para ulama untuk menjelaskan Studi atas hasil karya
penafsiran para ulama sekarang ini, secara umum, menunjukkan bahwa mereka
menggunakan metode-metode penafsiran yang diantaranya adalah metode tahlili,
3
Mustaqim, epistimologi.45
3
ijmali, muqaran, dan metode maudhu’i atas seizin Allah SWT, penulis akan
menjelaskan metode tafsir maudhu’i mengingat pentingnya metode ini untuk
diketahui oleh siapa saja yang hendak menafsirkan Al-Qur’an.5
Al qur’an adalah mukjiat terbesar yang diturunkan dengan menggunakan
susunan bahasa yang sangat tinggi nilai kesusastraannya, bahasa yang dapat
mengungguli segala bentuk sususnan bahasa kesustraan apapun. Al- qur’an bukan
merupakan suatu kumpulan puisi, prosa,sajak, maupun lainya. Al- qur’an tidak
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan dari berbagai macam karya sastra, tetapi
nilai seni dan kualitas kesustraanya tidak dapat ditandingi oleh berbagai literature
kesusatraan arab, apalagi bangsa-bangsa lain yang masih terbelakang pada masa
itu.6
Dalam hal keagamaan pembangunan ka’bah berlangsung sepuluh generasi.
Pembangunan pertama dilakukan oleh Malaikat, 2000 tahun sebelum Nabi Adam
diciptakan, pembangunan pertama sebagai tempat thawafnya para malaikat di
bumi. Selanjutnya dengan dibantu malaikat, Nabi Adam as membangun kembali
ka’bah, dan melakukan thawaf . setelah Nabi Adam wafat dibangun oleh salah
seorang putranya yaitu syist,dengan menggunakan tanah dan batu. Ka’bah yang
dibuat syist itu berdiri terus sampai zaman Nabi Nuh as. Pada zaman Nabi nuh
inilah ka’bah runtuh akibat terpaan dan banjir yang dasyat7.
Sejarah pembangunan ka’bah sampai generasi ke tiga itu tidak baik dalam
Al-Qur’an maupun dalam hadis. Pembangunan ka’bah selanjutnya dilakukan oelh
5
http:// muaddibi.com.blogspot/METODE TAFSIR TAHLILI./2011/12.htm
6
Moch. Chadiq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan al-qur’an.cet I(Surabaya:PT.Bina Ilmu,1991),hlm. 16.
7
4
Nabi Ibrahim as dan putranya Nabi Ibrahim as. Diawal pembangunan ka’bah
tersebutlah yang pertama kali dibangun oelh Nabi Adam as ketika membangun
ka’bah dan menyebarkan tauhid di makkah dan membangun ka’bah sebagi tempat
beribadah bagi umat Islam. Al-Qur’an menjelaskan dalam surah al-baqorah ayat
125 yang berbunyi:
) هرقبلا 521 (
Arrtinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah)
tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah
sebahagian maqam Ibrahim[89] tempat shalat. dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang
yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud"8.
Ajaran Tahuhid yang dibawah dan diajarkan oleh Nabi Ibrahim as beserta
keluarganya ahirnya diganti dengan syirik. Tidak ada informasi yang pasti berapa
lama ajaran tauhid tersbut bertahan di Makkah sepeninggal Isma’il as, dan
bagaimana proses pergantian kepercayaan tersebut.9
Keberadaan peganisme (berhala) Arab sering dijadikan rujukan oleh
al-qur’an untuk menunjuk mereka yang tidak mengakui Allah swt. Namun
melakukan penyembahan selain Allah swt. Padahal yang disembah itu tidak
mampu mendengar do’a dan tidak mampu memberikan manfaat ataupun madharat
8
Al-qur’an dan Terjemahanya surah al-baqarah ayat 125.
9 Ali Nurdin, Qur’an Society,
5
kepada yang menyembahnya seperti yang difirmankan Allah swt dalam surah
as-syu’ara’ ayat 71-73:
) رعشلا -15 -17 )
Artinya: “Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan Kami
Senantiasa tekun menyembahnya". berkata Ibrahim: "Apakah
berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?. atau
(dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"10
Al-qur’an menggunakan kata yang berbeda untuk menunjukkan
peganisme, yaitu al-asnam disebutkan dalam al-qur’an sebanyak lima kali yaitu
dalam surah al-a’raf ayat 138, Ibrahim ayat 35, al-an’am ayat 74, al-syuarah ayat
71 dan surah al-anbiya’ ayat 57.
Lafadz ashna>man yang menggunakan tanwi (bunyi nun) pada ahir kata itu,
yang mengisyaratkan kebasaran dan keagungan. Seakan-akan mereka menyembah
berhala terus-menerus sepanjang hari untuk beribadah.Dalam al qur’an sudah
dijelaskan bahwa penyebahan yang tidak bisa boleh disembah melainkan Allah adalah
syrik. Seperti yang difirmankan Allah dalam surah az-umar ayat 3:11
) : رمزلا 7 ( 10
Al-quran dan terjemahanya al-hikmah ayat 71-73 hal 730.
11
6
Artinya :”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan
Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan
memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat
ingkar”12.
Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala (peganisme) suatu kaum
tidak pernah melakukanya secara langsung melainkan secara bertahab. Kaum itu
pengambil tuhan lain dan menyembah pujaanya atau patung. Dizaman arab
jahiliyah banyak yang membuat atau mengadaptasikan kebeberhalaan dari kaum
lain untuk mereka puja.
Peganisme (berhala) adalah salah satu kepercayaan yang berkembang di
Arab pra-Islam yang paling ditentang oleh Islam dan diperangi habis-habisan.
Umat Islam tidak asing lagi dengan informasi bahwa sebagian besar masyarakat
Arab pra-Islm adalah pengikut peganisme, karena mereka adalah penyembah
patung.13
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih jelas dan terarah maka penulis memandang
perlu untuk memberikan batasan masalah hal ini untuk memudahkan pembahasan
dan pemahaman agar tidak meluas dan menyimpang jauh dari pokok
permasalahan maka penulisan ini difokuskan kedalam pokok pembahasan tentang
12
Al-quran dan terjemahanya al-hikmah ayat 3 hal 458.
13
7
makna al-ashna>m dalam al-Qur’a>n dalam penelitian menggunakan kajian tafsir
maudhui(mengumpulkan ayat-ayat yang berkaintan dengan makna al-ashna>m).
C. Rumusan Masalah
1. Apa makna lafadz al-ashna>m yang disebutkan dalam tafsir al-misbah?
2. Bagaimana m.quraish shihab memaknai lafadz al-asna>m dalam al-Qur’a>n?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini segai berikut:
1. Untuk mengetahui makna al-ashna>m yang sering dimaknai sama dalam
terjemahan-terjemahan al-qur’a>n.
2. Untuk mengetahui para mufassir mengartikan makna ashna>m di dalam
al-Qur’a>n.
E. Penegasan Judul
Untuk mempertegas pembahasan dalam skripsi ini serta untuk
menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan penegasan terhadap judul
skripsi sebagai berikut:
Makna : arti atau maksud dan pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaan. Makna bisa juga diartikan sebagai
8
oleh hubungan yang telah dipilih atau tafsiran atas suatu
lambing.14
Al-ashna>m : segala sesuatu yang terbuat dari kayu,batu,emas,perak
tembaga dan semua yang menyerupai makhluk hidup
seperti manusia,hewan dan lain-lain15.
Al-Qur’a>n : Kalam Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi SAW,
diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf dan
membacanya merupakan ibadah, di awali dari surah
al-fatihah di akhiri dengan surah an-nas16.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan sedikitnya mrupakan sekelumit pemikiran dalam
khazanah ilmu penegetahuan, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan orang-orang yang membacanya.
2. Mengingat dari pentingnya makna yang ada di dalam al-qur’an banyak
perbedaan dan persamaan dari makna tersebut,maka diharapkan studi ini
bisa membantu untuk mengetahui yang pembaca agar bisa bermafaat bagi
orang-orang yang membaca al-qura’an yang bnar.
3. Dapat memberi kontribusi kepada studi al-qur’an khususnya dalam
mengkaji penafsiran tersebut.
14
Mansoer Padeta, Semantik leksikal (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), 83-84.
15
Berhala%20(Islam)%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
16
9
4. Menambah wawasan para pengkaji al-qur’an dalam rangka menumbuhkan
kesadaran untuk meningkatkan kualitas dan kehati-hatian dalam
pemaknaan kata-kata dalam al qur’an.
F. Telaah Pustaka
Karya-karya yang membahas secara spesifik tengtang makna sangatlah
sedikit(sebatas pengetahuan dan bacaan penulis yang terbatas). Akan tetapi
ada beberapa karya yang secara umum membahas tentang berhala, karena
hal itu dianggap sebagai bagian dari kondisi religious diantaranya :
1. Skripsi ini berjudul: berhala dalam al-qur’an(studi ma’ani al qur’an atas
kata al-asnam, al ausan dan al asnab) karya tersebut dipertahankan dalam
ujian skripsi di hadapan dewan penguji UIN sunan kalijaga yogyakarta
pada tahun 2009. Dalam pembahasan ini, implikasi makna dari ketiga
istilah tersebut dibagi menjadi dua.pertama kata al asnam dan al al ausan
dan al asnab digunakan untuk berhala dalam bentuk fisik seperti
patung-patung, salib, dan lain-lain. Keua, kata al asnam dan al ausan digunakan
untuk berhala dalam arti non fisik yaitu segala sesuatu yang dapat
memalingkan diri dari Allah swt.
Dari telaah kepustakaan diatas, penulis menyatakan bahwasanya belum ada
yang mencoba meneliti secara khusus tetang makna asnam dalam perspektif
al-qur’an. Makna tersebut seringkali disamakan dalam terjemahan-terjemahan
al-qur’an maupun dalam kamus bahasa arab. Padahal makna tersebut memiliki
10
penelitian yang belum ada ini dengan menjelaskan makna dari kata tersebut.
Dengan merujuk pada ayat-ayat al-qur’an. Dengan demikian kajian ini akan
menemukan kesimpulan yang produktif,orisinil dan tidak mengekor.
G. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam
bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna untuk perkembangan
ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini.
Adapun kegunaan hasil penelitian ini ada dua yaitu:
1. Kegunaan secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang kemudian diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan ilmu keagamaan khususnya mengenai siklus kehidupan
manusia.
2. Kegunaan secara praktis
Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
dalam memberikan penjelasan mengenai makna lafadz al-ashnam yang pasti
terjadi pada setiap manusia, sehingga masyarakat dapat lebih memahami
dirinya untuk memanfaatkan waktunya dengan lebih baik. Serta dapat
mengetahui bagaimana orang-orang mengira bahwa yang disembah itu bisa
mengabulkan doa-doa mereka.
1. Model Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif yang dimaksudkan untuk mendapatkan
11
metodologis pendekatan terhadap kajian tafsir dengan menelusuri secara
langsung pada literatur yang terkait.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu
penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya.17 Dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud,
kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif 18analisis 19, yang
berusaha mendiskripsikan konsep yang ada dalam al-Qur’a>n. Metode
deskriptif yang digunakan adalah metode tafsir tahlily, biasanya mufassir
menguraikan makna yang dikandung dalam al-Qur’a>n, ayat demi ayat, surat
demi surat yang urutannya sesuai mushaf. Uraian tersebut menyangkut
berbagai aspek yang dikandung ayat, seperti pengertian kosa kata, konotasi
kalimatnya, latar belakang turunnya ayat (Asba>b al-Nuzu>l), keterkaitan
dengan ayat yang mengiringi (Muna>sabah), juga pendapat-pendapat yang
berkenan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh
Nabi, sahabat, para tabi’in, maupun ahli tafsir lainnya.20
17
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Yogyakarta: Buku Obor, 2008), 1.
18
Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya. Lihat, M. Sabana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiyah (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 89.
19
Analitik adalah uraian atau bersifat penguraian. Lihat, Pius A. Partanto Dan M Dahlan Barry, Kamus Ilmiyah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), 29.
20
12
Dalam metode tahlily biasanya hasil yang ditafsirkan mengikuti
kecenderungan para mufasir dalam memahami ayat-ayat al-Qur’a>n.21
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu:
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fokus pembahasan,
kemudian mengklarifikasi sesuai dengan sub bahasan dan penyusunan data
yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka
penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
5. Pengelolahan Data
Dalam pengelolahan data yang telah dikumpulkan, penulisan ini
menggunakan beberapa langkah, yaitu:
a. Editing, yaitu memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi, dan keragamannya.
b. Pengorganisasian data, yaitu: menyusun dan mensistematikan data-data
yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan
sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah.
6. Teknik Analisa Data
Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder
diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing.
Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek
penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik
untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap
21
13
pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.22 Selain itu, analisis isi
dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam
benak peneliti.
H.Sistematika Pembahasan
Bab pertama berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori yang memuat teori-teori dasar tentang
penafsiran, berawal dari pengertian penafsiran, makna al asnam dalam al-quran,
berikut paparan langkah kerjanya sebagai kerangka acuan dan proses penelitian
skripsi ini, dan juga berisi pengertian makna, macam-macam makna dalam
al-qur’an.
Bab ketiga penyusun akan menguraikan tentang tinjauan makna al-asnam
yang mencakup satu sub bab yaitu istilah kata kunci tentang makna al-asam dan
ayat-ayat yang berkaitan dengakn makna tersebut.
Bab ke empat adalah analisa yang berisi pengertian makna menurut al
qur’an dan mufassir.
Bab kelima berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan yang telah
dilakukan pada bab-bab sebelumnya brikut saran-saran yang perlu mengenai
tentang makna al-asnam dalam perspektif al-qur’an serta masalah-masalah yang
berkaitan denganya.
22
BAB II
TAFSIR DAN PEMAKNAANYA DALAM AL-
QUR’A
>N
A. Pengertian Tafsir
Menurut bahasa, tafsir berasal dari kata al-fasr yang artinya menjelaskan
atau mengetahui maksut suatu kata yang sulit. Kata ini terdapat dalam ayat
berikut.
ناقرفلا( 33 )
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya.1
Dari ayat diatas dapat dikatakan bahwa pengertian tafsir ialah upaya untuk
mengungkap mkana yang muskil dari suatu kosa kata. Dibawah ini dijelaskan
beberapa definisi tafsir.
1. Tafsir Menurut Bahasa
a. Menurut al-Alusi,
يف ريسفتلا ا فشكلا يبلا ع برسفلا ليعفت غلا
ل عف لا ىنع لار ض
Tafsir adalah mengikuti wazan Taf’il di ambil dari kata al-Fasr
yang mempunyai arti keteangan atau penyingkapan atau
menerangkan makna yang abstrak.2
1
15
b. Menurut Nasr Hamid Abu Zaid
Jika kata fasr seperti yang dimaknai dalam kamus lisan
al-Arab,”pengamatan dokter terhadap air”, dan kata al-tafsirah adalah
“urine” yang dipergunakan untuk menunjukkan adanya penyakit.
Dan para dokter meneliti berdasarkan waranya untuk menunjukkan
adanya penyakit bagi si “sakit” maka kita dihadapkan pada dua
perkara, yaitu tafsirah dan tindakan pengamatan itu sendiri dari
pihak dokter yaitu tindakan yang memungkinkan untuk
menyingkapkan materi dan menyingkapkan “penyakit” materi
yang dicermatin dokter mempersentikan medium yang digunakan
sang dokter untuk dapat menemukan penyakit, ini berrati bahwa
“tafsir” yaitu menemukan si sakit yang menurut adanya materi
(obyek) dan pnegamatan (zat).3
2. Tafsir Menurut Istilah
a. Menurut Az-Zarkasi,
ريسفتلا ه تك هب في ع ه كحا ج ارختسا هي ع يب م د هيب ى ع زنت لا
ه كح
Tafsir adalah suatu penegtahuan yang dengan pengetahuan itu dapat
dipahamkan kitabullah yg diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Menjelaskan
2
Mahmud al-Alusi, Ruh al-Ma’ani, Juz I (Dara al-Fikr: t.t.),4. 3
16
makana-makna al-qur’an, mengeluarkan hukum-hukumnya dan
hikmah-hikmahnya.4
Dalam bahasa Arab kata tafsir berasal dari akar kata al-fasr yang berarti:
penjelasan atau keterangan, yakni, menerangkan atau mengungkapkan sesuatu
yang tidak jelas. Keterangan yang memberikan pengertian tentang sesuatu disebut
tafsir. Jadi, keterangan yang memberikan atau penjelasan itulah yang
menyampaikan pengertian tentang sesuatu itu begini atau begitu. Tafsir
Al-Qur’a>nul-Kari>m ialah penjelasan atau keterangan tentang firman Allah „Azza wa
jallah yang memberikan pengertian mengenai susunan kalimat yang terdapat
dalam Qur’a>n.5
Sebagai ulama mengatakan, kata tafsir sebagai istilah berarti: ilmu tentang
turunya ayat-ayat Qur’a>n, sejarah dan situasi pada saat ayat-ayat itu diturunkan,
juga sebab-sebab diturunkanya ayat; meliputi sejarah penyusunan ayat yang turun
di Makkah(makkiyah) dan yang di madinah (Madaniyyah), ayat-ayat yang
muhkamat (terang dan jelas maknanya) dan yang mutasyabihat (yang memerlukan
penafsiran atau penta’wilan), ayat-ayat yang nasikh (menyisihkan) dan yang
mansukh (disisihkan), ayat-ayat bermakna khusus dan bermakna umum, ayat-ayat
mutlak dan muqayyad (terikat oleh ayat lainya, ayat-ayat yang bersifat mujmal
(garis besar) dan mufashol (terperinci), ayat-ayat yang menghalalkan dan
mengharamkan sesuatu, ayat-ayat yang menjanjikan pahala dan yang
4
Manna’Qathan, Mahabahits fi Ulumil Qur’an ( Mansyuratil Ishri al-Hadis, 1973)324. 5
17
memperingatkan akan azab siksa, ayat-ayat bermakna perintah dan yang
bermakna larangan, ayat-ayat yang bersifat member pelajaran dan lain sebgainya.
Yang jelas, kata tafsir dalam agama Islam secara khusus menunjuk kepada
masalah penafsiran Qur’a>n dan juga ilmu tafsir yang terkenal dengan nama “Al
-Qur’a>n dan Tafsir”.6
B. Makna Dalam Al-Qur’a>n
Arti Al-Qur’a>n menurut bahasa berasal dari kata kerja qara> yang
berati”(dia) telah membaca”. Dari pengertian tersebut Al-Qur’a>n berarti “bacaan”
atau “sesuatu yang dibaca dengan berulang-ulang”. Makna Al-Qur’a>n dari segi
bahasa tersebut didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qura>n yang berbunyi:
( ةميقلا (16-18 7
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”
Adapun definisi Al-Quran secara istilah, Muhammad „Ali ash-Shabuni
menulisnya sebgai berikut:
6
Ibid,,
7
18
“al-Qura>n adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat
Jibril as. Dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada
kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu
ibadah, yang dimulai dengan surah al-fatihah dan ditutup dengan surah an-nas”.8
Bila seseorang mendengar kata Al-Qur’a>n atau Qur’a>n,ia segera
mengetahui bahwa yang dimaksud adalah “kalam Allah” atau kalamulla>h .
predikat kalam Allah untuk Al-Qur’a>n ini bukan datang dari Nabi Muhammad.
Apalagi dari sahabat. Atau dari siapapun. Akan tetapi dari Allah. Dialah yang
memberikan nama kitab suci agama Islam ini Qur’a>n atau Al-Qur’a>n sejak
pertama turun yaitu:
9
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”.10
pada surah lain yang terbilang pertama diturunkan,Allah juga telah
memperkenalkan, bahwa kitab suci agama ini bernama Al-Qur’an.firman Allah:
11 8 /Arti%20dan%20Makna%20Alquran%20_%20HIJUP%20Blog.html.5des,16. 9 QS.Al-alaq:1 10
19
Artinya “ hai orang-orang yang berselimut,bangunlah (untuk shalat)
dimalam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya, atau
kurangi sedikit dari seperduanya. Atau lebihkan dari seperduanya itu.
Dan bacalah al-qur’an dengan tartil”.(Al-Muzammil 1-4)12
Setelah ayat diatas, pemberian13 nama Al-Qur’a>n untuk kitab suci Islam
ini berulang-ulang dikemukakan di dalam berbagai surah. Jumlahnya mencapai
sekitar 68 kali. Di antaranya dalam surah : al-baqarah, ayat 185;Al-Nisa’, ayat 82,
Al-Maidah , ayat 101, Al-An’am, ayat, 19, dan Al-A’raf, ayat, 204.
Mengapa kitab ini dinamai Al-Qur’a>n? Imam al-Syafi’i tidak merasa perlu
mengupas asal usul pemberian nama ini. Karena Allah-lah yang memang member
nama demikian. Sama saja dengan ketika Allah member nama taurat Injil untuk
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa.
Tetapi, ada sementara ulama yang dalam hal tidak memilih jalan seperti
syafi’i. mereka berusaha menggali asala usul nama Al-Qur’an ini. Al-Qur’an, kata
mereka, bisa jadi berasal dari kata ءرقلا yang berarti ع جلا (pengumpulan), dan ضلا
(penggabungan). Kata-kata, ayat-ayat bergabung saling mendukung membawa
pesan yang sama. Atas dasar itulah, orang boleh saja menyebut kitab suci ini ارقلا
(quran) yang di tulis tanpa huruf hamzah setelah huruf ra’-nya.14
Pendapat yang dikemukakan di atas, dinilai tidak kuat(dhai’f) oleh Dr.
Abdul al-Mun’im al-Namr. Zarkasyi di dalam kitab Al Burhan fi Ulum
Al-Qur’an menurunkan pendapat yang mengatakan Al-Qur’an diambil dari kata رقلا
11
QS. Al-Muzammil 1-4. 12
Al-Qur’an dan Terjemahanya hal 574. 13
Kamaluddin Marzuki, „ULUM AL-QUR’AN(bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1992) hlm, 3. 14
20
(Al-Qaryu) yang berarti ع جلا (al-jam’u) atau “kumpulan”.pengertian ini diangkat
dari kebiasaan orang arab yang sering biasa mengucapkan kalimat يفء لا تع ج
ح (aku mengumpulkan air dalam kolam). Alasanya, menurut Al-Raghib,
karena Al-Qura>n merupakan kumpulan buah kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya.15Alasan lainya, karena Al-Qur’a>n menghimpun berbagai macam
ilmu. Ini berarti, sejalan dengan keterangan Allah didalam surah Al-An’am,
ayat,38 yang mengatakan ( kami tidak mengapalkan sesuatupun di dalam
Al-Kitab).
Pendapat yang disebut belakangan ini dibantah oleh kalangan yang oleh
Al-Zarkasyi disebut mutaakhirin. Yang lebih tepat dalam pandangan generansi
yang datang belakangan ini, kata Qura>n berasal dari kata ءارق(qara’a) yang berarti
ر ض dan يب yang bila di indonesiakan menjadi tampak, jelas atau gamblang.
Alasanya, karena orang yang membaca Al-Qura>n berarti ia menampakkan dan
mengeluarkan Al-Qura>n.16
Al-Qurthubi lain lagi. Menurut ahli tafsir dan sejarah ini, kitab suci agama
Islam ini harus disebut Qura>n (tanpa hamzah). Karena diangkat dari kata ىارق
(qara’in) yang berarti partner. Alasanya antara satu ayat dan satu ayat lainya
merupakan partner yang saling mendukung dan saling membenarkan.
Menanggapi huruf hamzah yang “dibuang” Al-Qurtubi ini, Al-Wahidiy
membantah. Dibuangnya hamzah dari ارق (Qura>n) bukan karena ia berasal dari
kata qara’in. tetapi sekedar takhlif, atau meringankan dalam mengucapkan.
15
Marzuki,Ulum, 4. 16
21
D. Makna Al-Ashna>m
Kata م نصا ashna>m adalah bentuk jamak dari نص shanama,yaitu “sesuatu
yang terbuat dari besi atau kayu dan semacamnya, yang dibentuk secara husus,
untuk melambangkan sifat-sifat keutuhan siapa atau apa yang disembah”.17para
penyembah berhala-berhala itu, percaya bahwa malaikat, jin atau sifat sesembahan
adalah sesuatu yang immaterial, karena itu mereka melambangkannya dalam
bentuk material, dengan demikian, pada hakikatnya mereka tidak menyembah
berhala tetapi apa yang dilambangkan oleh berhala itu.18
Di atas penulis katakan bahwa jawaban kaum Nabi Ibrahim as. Itu,
menunjukkan kebanggaan mereka menyembah berhala. Ini dipahami, dari tiga hal
yang ditemukan pada redaksi ayat diatas. Pertama, dari kata نصا ashna>man yang
menggunakan tanwin(bunyi nun) pada ahir kata itu, yang mengisyaratkan
kebesaran dan keagungan. Kedua, pengulangan kata na’budu/kami menyembah,
padahal tampa kata tersebut, jawaban telah dapat terpenuhi. Ketiga, pernyataan
bahwa ibadah itu mereka lakikan sepanjang siang hari atau terus-menerus dan
dalam keadaan ( يفك ع) „a>kifin, yakni satu isyarat tentang penghormatan mereka
kepada berhala-berhala itu, yakni seakan-akan mereka berkata: di siang hari pada
masa kesibukan pun kami tekun menyembahnya, apalagi dimalam hari saat
lowong dan lengang.19
17
M. Quraish Shihab, Tafsir A-Misba>h, Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an.(Jakarta: lentera hati 2002) vol 10, hal 61.
18
Ibid, 62. 19
22
Kata م نصاا di dalam Al-Qur’a>n digunakan untuk mengartikan istilah yang
berbeda-beda, masing-masing kata tersebut dalam Al-Qur’a>n mempunyai makna
yang berbeda sesuai dengan konteks ketika kata itu disandarkan.
م نصاا adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, eemas, perak,
tembaga, dan semua jenis bahan berasal dari bumi yang memiliki bentuk
menyerupai mahluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan serta
menunjukan makna majazi dari berhala tersebut20.
Kata berhala dalam kamus besar bahasa Indosnesia, sebagai kata benda
memiliki arti patung dewa, kemudian penggunaan kata berhala meluas menjadi
makhluk/benda (matahari.bulan, malaikat,hewan) dan apa saja yang disembah
selain perintah Allah adalah termasuk kategori berhala.
Sedangkan kata kerja dari memberhalakan berarti memuja dan
mendewakan, bisa pula dijadikan menjadi kata kerja yang artinya berbeda lagi,
seperti memberhalakan sesuatu tidak selalu berarti bahwa pemujaanya
mengatakan “inilah Tuhan yang harus disembah”. Tidak juga berarti bahwa ia
mesti bersujud dihadapanya21.
20
Berhala%20(Islam)%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm l
21
23
Dalam Al-Qur’a>n dijelaskan bawah:
22 ) ارعشاا 72-74 )
“berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu
sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?atau (dapatkah) mereka memberi
manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"mereka menjawab:
"(Bukan karena itu) sebenarnya Kami mendapati nenek moyang Kami
berbuat demikian".
Setelah Nabi Ibrahim as. Mendengar jawaban mereka dan merasakan
betapa bangga mereka dengan berhala-berhala itu, maka beliau berupaya
menunjukan kekeliruan mereka secara baik-baik dan halus melalui aneka
pertanyaan. Dia, yakni Nabi Ibrahim as.berkata :”apakah mereka mendengar
keluhan dan permohonan kamu saat kamu bermohon kepadanya? Sekedar
mendengar-walau mereka tidak terpenuhi-atau kaulah mereka tidak mendengar,
mka boleh jadi mereka dapat member manfaat.
Redaksi yang digunakan Nabi Ibrahim as. Menunjuk berhala-berhala
adalah redaksi yang digunakan untuk makhlik berakal, yaitu kata yasma’un/
22
24
mereka mendengar. Agaknya beliau sengaja menggunakanya dalam rangka
menarik simpati dan perhatian mereka agar mendengar pertanyaan beliau.23
Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala(peganisme), suatu kaum
yang tidak pernah melakukanya secara langsung, tetapi melainkan secara
bertahap. Kaum itu mengambil tuhan lain dan menyembah pujaanya atau patung
tersebut. Pada di zaman Arab Jahiliyah banyak orang-orang yang membuat atau
mengadaptasikan berhala dari kaum-kaum lainya untuk mereka puja. Salah
seorang pelopor pembawa ajaran berhala di zazi>rah Arab adalah „Amr bin Luhay
dan mereka seorang pemimpin dari suku Khuza’ah.
Tatkala musim haji tiba, berhala-berhala itu akan diberikan kepada
kabilah-kabilah yang datang, lalu mereka membawa pulang berhala-berhala
tersebut ke negeri mereka, sehingga setiap kabilah bahkan setiap rumsh memiliki
berhala. Dalam hadis shahih Imam Bukhari dikatakan bahwa berhala-berhala yang
ada pada zaman Nabi Nuh akan menjadi berhala bagi bangsa Arab setelahnya.
Dalam kisah Al-Qur’a>n dan penelitian oleh sejarawan terhadap sejarah
perkembangan ajaran peganisme dalam abad kedua Hijriyah, bahwa sebelum
datang ajaran Islam, ajaran peganisme dalam bentuknya yang berbagai macam
mempunyai kedudukan atau tempat yang tertinggi dikalangan orang-orang Arab.
Orang-orang Arab untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa dalam
bentuk berhala, sehingga melakukan persembahan kurban berupa binatang ternak
terkadang pula manusia. Salah satu contoh dari kasus ini adalah kisah Abdul
23
25
Munthalib kakek dari Muhammad, hampir mempersembahkan Abdullah putranya
sebagai kurban.
Dikisahkan melalui hadis bahwa bangsa Arab jahiliyah telah meletakkan
berhala disekitar kaabah sebanyak 360 berhala.24 Berhala yang disembah orang
Arab jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama dengan nama-nama
perempuan atau laki-laki, berhala yang terkenal diantaranya ada empat antara lain:
Hubal adalah berhala yang dianggap sebagai “dewa bulan” ini oleh „Amr
bin Luhay dari Ma’arib (Moab) suatu daeerah di Balqa’. Menurut kisah
dari Ibnu hisyam, mereka berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu
berkata kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan berhala ke
makkah adalah „Amr bin Luhay.
La>tta adalah berhala yang berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah
rumah diatasnya. Zaman dahulu la>tta adalah seorang lelaki yang shalih
yang biasa mengadon tepung untuk member makanan jama’ah haji. Ketika
dia meninggal, orang-orang pun membangunkan sebuah rumah diatas
kuburanya dan menutupinya dengan tirai-tirai. Berhala iniadalah
sesembahan kaum Tsaqif.
Uzza> adalah berhala dari pohon samurah dari salman yang terletak
dilembah Nakhlah dan Thaif. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan
tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga).
Uzza ini adalah berhala milik suku quraisy, sulaima; Gathafan dan jusyam
serta suku-suku yang ada di sekitarnya.
24
26
Mana>t adalah berhala berupa batu besar yang terletak tidak jauh di gunung
Qudayd diantara Makkah dan madinah. Berhala ini adalah milik suku
khuza’ah, Agus, dan Khazraj. Jika sedang berhala (pada masa pra-Islam),
mereka berihram disisinya, dan mereka menyembahnya.
Dari ke empat berhala ini hanya orang saleh yang pernah hidup pada zaman
Ibrahim. Sesudahnya mereka meninggal, beberapa orang membuat berhala untuk
menghormati orang-orang saleh itu secara berlebihan. Mereka menganggapnya
sebagai anak-anak Tuhan. Tidak cukup dengan berhala-berhala besar tersebut itu
saja buat orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang dan memberikan
kurban-kurban dan sesaji, tetapi kebanyakan mereka itu mempunyai pula
patung-patung dan berhala dalam rumah mereka masing-masing.
D. Sejarah Masuknya dan Merbesarnya Berhala di Jazirah Arab
Beberapa masa setelah wafatnya Nabi Ibrahim dan Ismail, terjadi
perubahan besar di tanah Makkah. Agama tauhid tergusur oleh ombak ke
syirikan. Penduduk tanah suci di sekitar baitullah al-Haram menjadi penyembah
berhala.pelajaran bagi umat Islam dan semuanya, tauhid yang dibawah oleh para
Rasul, dan bertempat ditanah suci, bisa berganti menjadi agama pagan penyembah
berhala. Tidak ada yang menjamin negeri ini, Indonesia akan selamanya menjadi
mayoritas umat Islam. Kalau mereka tidak mengkaji agama kemudian
mendakwahkanya.
Perubahan besar dizazirah Arab itu, dibawah oleh tokoh kabilah Khuza’ah.
27
dicintai dan disegani masyarakat. Penduduk makkah menganggapnya sebagai
ulama besar dan wali yang mulia. Amr pernah bersafar ke syam. Ia melihat
penduduk syam menyembah patung-patung. Dan ia terkesan saat kembali ke
makkah. Bahwa tradisi syam ini ke tanah haram. Masuklah berhala hubbal ke
jazirah Arab, dan ditempatkan disisi ka’bah.
Diriwayatkan bahwa hubbal terbuat dari batu akik merah yang berbentuk
manusia. Orang-orang Quraisy mendapati tangan hubbal telah hancur. Lalu
mereka ganti dengan tangan dari emas. Inilah berhala pertama orang-orang
musrik, yang paling besar, dan paling suci menurut mereka.
Setelah hubbal, tanah mekkah berangsur-angsur disesaki berhala. Diantra
berhala-berhala besar mereka adalah: manat yang di sembah Kabilah Hudzail dan
Khuza’ah. Berhala ini termasuk berhala tertua. Terletak dipantai laut merah. Di
wilayah al Musyyal, di Qudaid. Kemudia ada latta. Berhalanya orang-orang thaif.
Dan al-Uzza, berhala termuda namun yang terbesar dari dua berhala sebelumnya.
Berhala-berhala tersebut disembah orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah
lainya.
Kemudian kesyirikan semakin tersebar dan berhala-berhala pun semakin
bertebaran. Setal Amr bin Luhai berhasil digoda gundrung dengan berhala, setan
memainkan peranya dibalik semua itu. Mereka memberitakanya bahwa berhala
kaum Nuh-Wud,Suwu’, Yaghuts, Yauq,Nasr – terkubur di Jeddah. Ketika jamaah
28
Hadiah dari penguasa makkah, tanah suci tempat berhaji tentulah snagat
istimewah.25
Berhala wud diberikan pada kabilah Kalb penduduk Dumatul Jandal,
Suwa’ diserahkan pada Hudzal bin Mudrika yang tinggal di Ruhath, wilayah
hijaz. Yaghuts untuk bani Uthaif keturunan bani Murad yang tinggal di Jurf dekat
saba’. Nasr untuk keluarga Dzi al-Killa’ diwilayah Hamir. Kemudian mereka
membuatkan kuil untuk berhala-berhala ini. Mereka mengagungkanya
sebagaimana mengagungkan ka’bah. Walaupun mereka berkeyakinan ka’bah lah
yang lebih utama.
Dakwah Amr bin Luhai kian terbesar di Jazirah. Kabilah-kabilah lainya
meniru apa yang dilakukannya. Merka menjadikan patung sebagai sesembahan.
Membangunkanya kuil. Dan membernya nama-nama. Walaupun berhala kian
marak, namus masyarakat Arab tetap mengaungkan ka’bah. Mereka pula yang
menaruh berhala-berhala mereka disekeliling ka’bah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya , Demi Allah,
sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkanya, maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lainya, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (Q.S. Al-Ambiya:57).
25
http://islamstory.com/ar/ةايحلا-ةينيدلا-دنع- رعلا-لبق-ماسإا , nurul Fitria hadi, artikel kisah
29
Nabi Ibrahim mulai bekerja menyampaikan wahyu Allah yang
dipercayakan kepadanya. Mula-mula ia mengajak pamanya menyembah Allah,
yang merupakan satu-satunya Tuhan. Mengingat kedudukan adakan upacara
khusus. Mereka biasa ,erayakan diluar kota. Ketika hari perayaan itu sudah dekat
dan orang-orang mulai berjalan keluar kota. Nabi Ibrahim tetap tinggal dan tidak
ikut bersama orang-orang itu, ketika semua orang tua dan muda, telah pergi dan
kota menjadi kosong, Nabi Ibrahim melihat bahwa rumah berhala pun kosong dan
tidak ada penjaga sama sekali. Lalu ia memasukinya dan mendapati sebuah
ruangan besar berbagai macam patung dipajang sesuai tingkatan dan kepentingan
dalam sususnan yang amat rapid an teratur. 26
Ketika orang-orang kembali ke kota dan mendaptkan tuhan-tuhan mereka
hancur berantakan di dalam rumah berhala, mereka menjadi marah dan sangat
tersinggung. Mereka benar-benar marah karena tuhan-tuhan mereka bergeletakan
dalam keadaan hinai . Mereka memutuskan untuk mencarari pelakunya. Mereka
mulai bertanya,”siapakah yang berbuat kejam terhadap tuhan-tuhan kita ini? ia
pastilah seseorang yang amat kejam”. Salah seorang diantara mereka berkata, ia
menganggap penyembahan berhala sebagai perbuatan yang bodoh dan ia pun
melarang untuk melakukanya, pasti dia pun melarang kita untuk melakukanya.
Nabi Ibrahim bergerak di sekitar kaumnya dan menyadarkan mereka
bahwa penyembahan patung bukan hal yang baik, ia mengantarkan mereka
kepadanya,”siapakah yang kamu smebah?” mereka menjawab, “tuhan kami
adalah patung-patung kami dan dan kami hanya menyembah mereka. Kami
26
30
meminta bantuan hanya kepada merka dan hanya kepada mereka kami minta
perlindungan ketika kami mempunyai permasalahan.”
Nabi Ibrahim memutuskan untuk memusnakan semua patung dan ingin
menunjukkan pada orang-orang bodoh bahwa barang-barang yang mudah pecah
dan tak berdaya itu tidak layak disembah. Rakyat Namrud biasa mengadakan
perayaan setiap tahun dan pada hari tersebut di pertanyakan.” Segera Nabi
Ibrahim mengambil kesempatan itu untuk memusnakan kebiasaan menyembah
berhala dengan berkata kepada mereka, celakalah kalian semua! Kalian adalah
orang-orang celaka yang menyembah batu dan kayu. Mereka tidak tahu apa pun
mengenai diri mereka dan mereka pun tidak menguntungkan maupun
merugikanmu,” tetapi hal itu tidak berpengaruh pada orang-orang itu dan tetap
bersalah. Dari segala penjuru orang berteriak, “ bakar dia hidup-hidup! Tetaplah
pada tuhan-tuhan kita.27
27
BAB III
BIOGRAFI M.QURAISH SHIHAB SERTA AYAT-AYAT
AL-QUR’A
>
N DAN TAFSIRNYA TENTANG TINJAUAN MAKNA
LAFADZ AL-ASHNA
>
M
A. Biografi M. Quraish Shihab
1. Latar Belakang Keluarga
M. Quraish sihab berasal dari keturunan Arab 1yang terplajar. Ayahnya
bernama Abdurrahman Sihab ( 1905-1986 ) adalah lulusan Jami’atur Khair Jakarta,
sebuah lembaga pendiidikan islam tertua di Indonesia yang mengedepankan gagasan
–gagasan islam modern.ayahnya ini, selain guru besar dalam bidang tafsir juga
pernah menduduki jabatan Rektor IAIN Alaudin dan tercatat sebagai seorang salah
satu pendiri Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Ujung pandang.
2. Latar Belakang Pendidikan
Dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 februari 1944. M.
Quraish Sihab menempuh sekolah dasar di ujung pandang. Setelah menempuh
pendidikan dasarnya di daerahnya sendiri ia melanjutkan pendidikan menengahnya di
Malang sambil nyantri di pondok pesantren Darul Hadist al-Faqqiyah dikota yang
sama. Tidak diketahui dengan pasti tentang paham keagamaan ( islam ) yang di anut
dan berlaku di pesantren tempatnya dia nyantri’’ tersebut. Namun memperhatikan
1
Pdf STAIN Pekalongan ac.id.08 februari 17 : 17.00
32
kecenderungan umum tradisi keberagaman „’ dunia „’ pesantren di Indonesia,
Khususnya di jawa, ada cukup alasan untuk menduga bahwa corak faham yang
beragam yang berkembangan di lingkungan pondok pesantren Darul Hadist al-
Faqiyyah tempat dia nyatri itu faham adalah faham Ahl-Sunnah wal-jama’ah yang
dalam emikirannya kalam yang menganut faham Asy’ ariyah dan juga maturidhiyah.
Pada tahun1958, dalam usia 14 tahun Quraish Sihab meninggalan Indonesia
menuju kairo, mesir, untuk melanjutkan studinya di Universitas al-Azhar. Ini
nampaknnya merupakan sebuah obsesi yang sudah ia impikan sejak sejak dahulu
sebelum nya barang kali muncul secara evolusi dibawah baying-bayang pengaruh
ayahnya . Di al-Azhar ia diterima padaa kelas II Tsanawiyah dilingkungan al-Azhar
inilah untuk sebagian karir intelektualnya dibina dan dimatangkan selama kurang 11
tahun. Pada tahun 1967, dalam usia 23 tahun ia berhasil meraih gelar Lc ( Licence,
srata satu ) pada fakultas Usuluddin Jurusan Tafsir Hadist Universitas Al-Azhar.
Kemudian menalanjutkan studinya pada Fakultas yang sama dua tauhn kemudian
pada tahun 1969 ia berhasil mendapat gelar M.A ( Master Of Art ) dibidang Tafsir
al-Qur’an. Dengan Thesis yang berjudul al-I’jaz at-Tasyri’I li al-Qur’an karim.
Sekembalinya ke ujug pandang dia dipercaya menjabat pengurus wakil Rektor
IAIN Ujung Pandang dibidang akademik dan kemahasiswaan IAIN ujung pandang.
Tidak hanya itu, beliau juga di serahi jabatan lain, baik di dalam kampus maupun di
luar kampus Selama Masa karirnya sebagai dosen dalam periode pertama di IAIN
33
di Indonesia Timur ( 1975 ), dan masalah wakaf Sulawesi selatan ( 1978 ). Selain itu
dia juga menulis sebuah makalah yang berjudul’’ korelasi antara al-Qur’an dan Ilmu
pengetahuan yang di tulis sebagai kuliah umum yang disampaikan di IAIN ujung
pandang pada tahun 1972. Selama periode pertama tugasnya sebagai staf pengajar di
IAIN ujung pandang Quraish Sihab belum menunjukkan produktivitas yang tinggi
yang melahirkan karya tulis.
Sepuluh tahun lamanya Quraish Sihab mengabdikan dirinya sebagai staf
pengajar di IAIN ujung pandang dan mengamalkan ilmunya kepada masyarakat
Sulawesi Selatan umunya, pada tahun 1980 dia kembali meninggalakan tanah airnya
menuju kairo, mesir untuk melanjutkan studinya Doktoralnya di Universitas
Al-Azhar. Dua tahun lamanya dia menimba ilmu disana dan tahun 1982 dengan disertai
berjudul Nizm ad Durar li al-Biqa’’I Tahqiq wa Dirasah , dia berhasil meraih gelar
doktor dalam ilmu al-Qur’an dengan yudisium suma cum laude disertai penghargaan
tingkat pertama.
3. Karya-Karya
a. Tafsir al-Manar, keistimewaan dan kelemahannya ( ujung pandang IAIN
Ualuuddin )
b. Filsafat Hukum Islam ( Jakarta, Depertemen , 1978 )
c. Mahkota Tuntunan Ilahi ( Bandung, Mian. 1992 )
d. Wawasan Al-Qur’an , Tafsir Maudhui atas berbagai persoalan umat (
34
e. menyikapi Takbir Ilahi ( Jakarta, lentera hati, 1998 ).
f. Hidangan Ilahi , Tafsir Ayat-Ayat Tahlili ( Jakarta, lentera, 1999 ).
g. Fatwa-Fatwa ( Bandung, Mizan , 1999 )
h. Sahur bersama Qurais Sihab ( Bandung, Mizan, 1999 )
i. Tafisr Al-Misbah , Pesan,kesan dan keserasian al-Qur’an ( Jakarta lentera
hati, 2003 ) vol; 13.
j. wawasan Al-Qura’an tentang dzikir dan doa ( Jakarta, Lentera Hati, 2006 )
k. Logika Agama ( Jakarta Lentera Hati, 2006 )
l. Jilbab Pakaian wanita Muslimah dalam pandangan ulama dan cendekia
kontemporer ( Jakarta, Lemtera hati, 2006 )
m. dan Sebagainya.
B. Ayat-ayat Al-Qur’a>n Tentang Makna Al-Ashna>m a) Surah al-syua’ara>’ ayat 69-71
) ارعشلا ( 69-71
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?"mereka menjawab:
2
35
"Kami menyembah berhala-berhala dan Kami Senantiasa tekun
menyembahnya".3
b) Mufrodad Ayat
م ي ع لتا :dan bacakanlah( Muhammad) kepada mereka ( kafir Makkah)
دبعت : yang kalian sembah
دبعت :apa yang kalian sembah4
c.) Munasabah
Pada ayat yang lalu, Allah menerangkan tentang kisah Nabi Musa dan Fir’aun
yang berupaya untuk membunuh Musa dan pengikutnya kemudian menyeberangi laut
tersebut atas sampai di tepi pantai. Musa dan pengikutnya kemudian menyeberangi
laut tersebut atas perintah Allah. Fir’aun bersama pengikutnya menyusul mereka,
tetapi ahirnya Allah menenggelamkan mereka semuanya. Pada ayat ini Allah
menjelaskan kisah Nabi Ibrahim yang menyeru ayahnya dan kaumnya untuk
menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan berhala-berhala yang merupakan
peninggalan nenek moyang mereka.5
3
Al-Qur’a>n dan Terjemahan. 4
Departemen Agama RI, AL-HIDAYAH AL-QUR’A>N TAFSIR PER KATA TAJWID KODE ANGKA ( banten :kalim),
5
36
d.) Tafsir Surah al-syua’ara>’ ayat 69-71
Dijelaskan tafsiranya al-misbah bahwa uraian tentang kisah Nabi Ibrahim as ini
mendahului kisah Nabi Ibrahim as., yang hadir di pentas bumi ini jauh sebelum Nabi
Ibrahim. Penempatan uraian kisah ini demikian, agaknya karena ayat-ayat ini
diperhadapkan pertama kali kepada kaum musyrikin Makkah, yang melalui kisah
Nabi Musa as. Pada kelompok ayat-ayat yang lalu diperingatkan tentang kuasa Allah
swt. Menjatuhkan siksa karena keengganan mereka mengakui keesaan Allah dan
menyambut tuntunan Rasul.
Uraian keselumit kisah “ Bapak para nabi” itu, agaknya disebabkan oleh adanya
persamaan antara umat yang beliau hadapi dengan umat yang dihadapi oleh Nabi
Muhammad saw, yaitu masing-masing menyembah berhala, dan masing-masing umat
tidak dijatuhi siksa duniawi yang membinasakan dan bersifat total, seperti halnya
umat Nabi Nuh atau kaum „Ad, Tsamud, dan kaum Luth. Karena itulah agaknya
sehingga awal ayat dalam kelompok ini mengajak Nabi Muhammad saw. Untuk
menyampaikan kepada mereka berita sangat penting tentang Nabi Ibrahim as.
Dalam surah Hud, kisah Nabi Ibrahim as. Pun dikemukakan, tetapi penekanan
uraiannya pada penganugerahan putra kedua beliau yang ketika itu telah berusia
lanjut dan istrinya pun mandul, serta hal-hal yang berkaitan dengan penganugerahan
itu.
Dalam surah yang dinamai dengan nama neliau “Ibrahim”, kisah Nabi agung ini
37
keturunan, serta doa beliau untuk kedua orang tuanya. Kisah Nabi Ibrahim as yang
lain ditemukan pada surah al-Ambiya’ dimana di paparkan diskusi beliau dengan
orang tua tentang penyembahan berhala, serta sikap kaumnya sampai dengan
pelemparan beliau ke dalam api yang berkobaran serta hijrah beliau.
Allah memerintahkan mrmbaca kisah Nabi Ibrahim, karena didalam ayat yang
menguraikan kisahnya terdapat dua bukti yang sangat jelas. Pertama, keiatimewaan
ayat yang dibaca itu paling tidak dalam susunan redaksinya, dan yang kedua, adalah
argumentasi akliah yang dikandunganya menyangkut bukti-bukti kesesatan
penyembahan berhala serta bukti keesaan Allah swt.6
Sementara ulama memperkirakan Nabi Ibrahim as. Lahir tahun sekitar tahun 2893
sebelum hijrah, dan wafat pada tahun 2818 sebelum Hijrah. Hingga kini makamnya
diziarahi di kota al-Khalil, palestina.
Kata (هيبا) abi>hi secara harfiyah berarti ayahnya, namun disini dan ayat-ayat
serupa,penulis terjemahkan dengan orang tuanya. Ini hemat penulis adalah kata yang
netral, menghadapi perbedaan pendapat ulama apakah yang dimaksud disini adalah
orang tua kandungnya atau orang lain yang diperlakukan sebagai ayahnya. Secara
panjang lebar persoalan tentang orang tua Nabi Ibrahim penulis telah uraikan ketika
QS.al-An’am (6): 74.
Kata (م نصا) ashna>m adalah bentuk jamak dari ( نص)shanama, yaitu “sesuatu yang
terbuat dari besi atau kayu dan semacamnya, yang dibentuk secara khusus, untuk
6
38
melambangkan sifa-sifat ketuhananyang disembah”.7 Para penyembah
berhala-berhala itu, percaya bahwa malaikat atau sifat sesembahan sesuatu yang immaterial,
Karena itu mereka melambangkannya dalam bentuk material, dengan demikian, pada
hakikatnya mereka tidak menyembah berhala tetapi apa yang dilambangkan oleh
berhala itu.
Jawaban kaum Nabi Ibrahim as. Itu, menunjukkan kebanggaan mereka
menyembah berhala.ini dipahami, dari tiga hal yang ditemukan pada redaksi ayat
diata. Pertama,dari kata( نصا) ashna>man yang menggunakan tanwin (bunyi nun)
pada ahir kata itu, yang mengisyaratkan kebesaran dan keagungannya. Kedua,
pengulangan kata na’budu/kami menyembah, padahal tampa kata tersebut, jawaban
telah dapat terpenuhi. Ketiga, pernyataan bahwa ibadah itu mereka lakukan
sepanjang siang hari atau terus-menerus dan dalam keadaan( يفك ع) „a>kifin, yakni
tekun. Kata sepanjang siang hari, dijadikan juga oleh al-Biqa>’i sebagai salah satu isyarat tentang penghormatan mereka kepada berhala-berhala itu, yakni seakan-akan
mereka berkata : di siang hari pada masa kesibukan pun kami tekun menyembahnya,
apalagi dimalam hari saat lowong dan lengang.8
7
Ibid, 61. 8
39
a) Surah al-a’raf ayat 138-139
) فارعاا 158-159 (9
“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah
mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka,
Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala)
sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa
menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
(sifat-sifat Tuhan)".Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan
yang dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan”.
b.) Mufrodad Ayat
فكعي : menekuni penyembahan, tekun beribadah
لا : menyembah tuhan
ربت ءاؤه: mereka semua akan dihancurkan
عي ك : telah mereka kerjakan
9
40
c.) Munasabah
pada ayat ini diterangkan berbagai macam nikmat yang pernah diberikan
Allah kepada bani Israil, seperti telah mengalahkan musuh-musuh mereka,
menganugerahkan negeri yang subur untuk mereka sebagai tempat kediaman. Pada
ayat ini Allah menyebutkan nikmat lainya yang pernah dianugerahkan kepada bani
Israil, yaitu membebaskan mereka dari penindasan Fir’au