(Studi Kasus di PT. Pagilaran Unit Kaliboja)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu S.1
dalam Ilmu Ekonomi Islam
Oleh:
EFENDI FERIYANSAH 102411150
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2015
iv
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.
v sederhana ini kepada:
1. Almamaterku tercinta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
2. Bapak dan Ibu, setumpuk berkas skripsi ini tidak lebih berharga dari setetes keringat yang engkau kucurkan untuk anakmu ini, terima kasih atas setiap cinta dan do’anya.
3. Adik-adikku, Afi Febriyansah dan Leira Shafar Estriana, maaf kalau kakaknya belum mampu memberikan teladan dan manfaat di manapun kalian berada.
4. Rekan-rekan kelas EID 2010, masa kuliah sudah kita lewati bersama, kehidupan selanjutnya sudah menanti kita, keep strong!
5. Sahabat-sahabat KKN angkatan 62 posko 56 Desa Lemah Ireng, salam ceria,, 6. Teman-temanku semuanya yang selalu memberikan motivasi dan kata-kata
semangat meski tidak bisa bertatap muka langsung.
7. Dan untuk semua orang yang berjuang untuk agama Islam dan negara Indonesia, semoga Allah SWT selalu meridhoinya.
vii
pengentasan kemiskinan. Seperti para ibu yang bekerja pada PT. Pagilaran Unit Kaliboja, sebuah pabrik pengolahan teh yang terletak di Desa Kaliboja, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan. Mereka di sana bekerja untuk menambah penghasilan keluarga guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akan tetapi masih minim sekali perhatian dari masyarakat sekitar atas apa yang mereka kerjakan. Padahal bukan tidak mungkin upah atau gaji yang mereka peroleh sama atau bahkan melebihi dari yang diperoleh suami mereka. Namun besarnya pengaruh pendapatan para istri tersebut belum diketahui. Inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Suami dan Istri Terhadap Ekonomi Keluarga (Studi Kasus di PT. Pagilaran Unit Kaliboja)”.
Adapun yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh pendapatan suami dan seberapa besar pengaruh pendaptan istri terhadap ekonomi keluarga?”. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendapatan suami dan pendapatan istri terhadap ekonomi keluarga.
Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang bekerja di PT. Pagilaran beserta suaminya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara angket. Teknik analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedasitas. Uji statistik terdiri dari koefisien determinan R2, uji F, dan uji t. serta analisis regresi berganda.
Hasil olah data statistik dengan program SPSS versi 17 menunjukkan bahwa pengaruh variabel pendapatan suami (X1) dan variabel pendapatan istri
(X2) terhadap ekonomi keluarga (Y) secara bersama-sama adalah positif dan
signifikan. Nilai R2 sebesar 0,306 menunjukkan bahwa variabel-variabel X memberikan pengaruh terhadap variabel Y sebesar 30,6% dan sisanya 69,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 162.763,449 + 0,609 X1 – 0,045 X2. Konstanta b0sebesar 162.763,449,
artinya jika variabel Pendapatan Suami (X1) dan variabel Pendapatan Istri (X2)
nilainya adalah 0 (nol), maka variabel Ekonomi Keluarga (Y) akan berada pada angka 162.763,449. Koefisien b1 sebesar 0,609, artinya jika jumlah pendapatan
suami ditingkatkan sebesar Rp 1, maka ekonomi keluarga yang dilihat dari jumlah tabungan perbulan akan bertambah Rp 0,609. Koefisien b2 sebesar - 0,045, artinya
jika jumlah pendapatan istri ditingkatkan sebesar Rp 1, maka ekonomi keluarga yang dilihat dari jumlah tabungan perbulan akan berkurang Rp 0,045.
viii
Pendapatan Istri Terhadap Ekonomi Keluarga (Studi Kasus di PT. Pagilaran Unit Kaliboja)” dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada uswatun hasanah Nabi Muhammad SAW, salam keselamatan untuk keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabi’it tabi’in, dan orang-orang saleh yang senantiasa istiqamah mengikuti risalahnya hingga akhir zaman kelak.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) di Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan bantuan dalam bentuk apapun yang sangat berarti bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag., selaku Rektor UIN Walisongo Semarang.
2. Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
3. Bapak H. Nur Fathoni, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
4. Bapak H. Ahmad Furqon, Lc., MA., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
5. Bapak Dr. H. Muchlis, M.Si, selaku dosen pembimbing 1 yang telah dengan ikhlas memberikan bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
membekali penulis dengan banyak ilmu pengetahuan.
8. Kedua orang tua (Bapak Parwoto dan Ibu Suprihatin), sekali lagi terima kasih atas cinta dan do’anya, kedua adikku (Briyan dan Ira), dan semua keluarga besar yang telah memberi support dan do’a.
9. Bapak dan ibu karyawan PT. Pagilaran Unit Kaliboja yang sudah bersedia mengisi angket penelitian ini.
Terima kasih atas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan. Peneliti hanya bisa berdo’a dan berikhtiar semoga Allah SWT membalas kebaikan untuk semua. Dan peneliti sadar masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian skripsi ini dapat berguna, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Semarang, 19 Mei 2015 Peneliti,
x
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN DEKLARASI... vi
HALAMAN ABSTRAK ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR... viii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... x
HALAMAN DAFTAR ISI... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Sistematika Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu... 8
2.2 Kerangka Teori... 11
2.2.1 Pendapatan ... 11
2.2.2 Ekonomi Keluarga ... 14
2.2.3 Kedudukan Suami Dalam Ekonomi Keluarga ... 22
2.2.4 Kesejahteraan Keluarga ... 26
2.2.5 Teori Konsumsi... 37
2.2.5.1. Konsumsi ... 37
2.2.5.2. Fungsi Konsumsi ... 37
2.2.5.3. Teori Keynes (Hubungan Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan) ... 40
xi
3.2 Populasi dan Sampel ... 44
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 44
3.4 Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 45
3.5 Teknik Analisis Data... 46
3.5.1 Uji Uji Asumsi Klasik... 47
3.5.1.1 Uji Normalitas... 48
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas ... 49
3.5.1.3 Uji Heteroskedasitas... 50
3.5.2 Uji Statistik ... 50
3.5.2.1 Koefisien Determinan R2... 51
3.5.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 51
3.5.2.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) ... 52
3.5.3 Analisis Regresi Berganda ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT. Pagilaran Unit Kaliboja ... 54
4.1.1 Sejarah pabrik dan Bentuk usaha ... 55
4.1.2 Keadaan Umum Pabrik ... 56
4.1.2.1 Lokasi Pabrik ... 56
4.1.2.2 Topografi... 57
4.1.2.3 Transportasi... 59
4.1.2.4 Macam dan Jumlah Produk... 59
4.1.2.5 Manajemen Perusahaan... 59
4.2 Karakteristik Responden ... 70
4.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 71
4.2.2 Umur Responden... 71
4.2.3 Pendidikan Terahir Responden ... 72
xii
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi R2... 81
4.4.2 Uji Signifikansi simultan (Uji F) ... 82
4.4.3 Uji Parameter Individual (Uji t) ... 82
4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda... 84
4.6 Pembahasan... 86 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 89 5.2 Saran... 90 5.3 Penutup... 91 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas R2... 62
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas r2... 62
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Dengan Nilai Tolerance dan VIF... 63
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Spearman’s rho... 64
Tabel 7 Hasil Analisis Koefisien Determinasi... 66
Tabel 8 Hasil Analisis Uji F... 67
Tabel 9 Hasil Analisis Uji t... 69
xiv
Gambar 3 Hasil Uji Normalitas Data Metode Normal Probability Plots... 61 Gambar 4 Hasil Uji Heteroskdasitas Pola Titik Scatterplots Regresi ... 65
1
Indonesia sebagai salah satu negara yang masih berkembang,
mengharuskan masyarakatnya bekerja ekstra untuk menyetarakan kehidupan
sosial ekonominya. Berbagai masalah ekonomi seperti kemiskinan yang
disebut-sebut berakar dari masih rendahnya mutu pendidikan Indonesia
berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dan tingkat
persaingan pada pasar tenaga kerja. Akibatnya adalah memilih menganggur
dan berujung pada kemiskinan yang terus berlanjut.1
Kemiskinan masih sangat sulit untuk diatasi di negara-negara
berkembang, termasuk di Indonesia. Masalah lain yang muncul seperti
kesenjangan sosial, ketimpangan pendapatan dan lainnya yang memunculkan
sekat-sekat antar golongan tidak dapat terhindarkan. Banyak keluarga yang
kurang mampu telah berjuang dengan keras untuk dapat menyetarakan
kehidupan ekonominya, tetapi masih banyak yang belum berhasil. Di
samping itu, terdapat kepercayaan di sebagian masyarakat bahwa semakin
banyak anak akan semakin banyak rejeki, padahal kenyataannya akan
menambah beban pengeluaran jika tidak diimbangi dengan penambahan
jumlah pendapatan.
1Agus Nuryadhyn, “Tiga Masalah yang Dihadapi Bangsa”, http://bangkapos.com/, diakses 7 September 2014
Jika anak yang masih dalam tanggungan orang tua diinginkan untuk
segera bekerja, maka mereka tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Sehingga dengan sendirinya akan tereliminasi dari
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Jika hal ini terus
terulang dari generasi ke generasi maka permasalahan ekonomi yang ada
tidak akan terselesaikan sepenuhnya dengan tuntas. Hal ini membuat
anak-anak maupun istri dari golongan menengah ke bawah harus bekerja lebih
keras untuk mengejar kesetaraan sosial ekonomi.
Sejatinya peranan pokok seorang istri dalam rumah tangga adalah
mengurusi urusan rumah tangganya. Peranan pokok tersebut adalah menjadi
ibu yang senantiasa memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya, dan
menjadi istri yang berbakti kepada suaminya. Namun jika kondisi ekonomi
keluarganya belum mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan rumah
tangga, maka peran seorang istri bertambah dengan ikut berperan serta dalam
meningkatkan pendapatan keluarga.
Dalam QS. al-Nahl ayat 97, Allah SWT befirman:
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki atau perempuan, suami
maupun istri, dalam Islam akan mendapatkan pahala yang sama dalam
menjalankan amal saleh untuk menuju ke kehidupan yang lebih baik, seperti
bekerja.
Beberapa jenis pekerjaan telah lama terbuka bagi kaum perempuan,
meskipun masih lebih banyak lapangan pekerjaan yang tertutup untuk
perempuan. Kaum perempuan mungkin mengalami perasaan ragu-ragu jika
memegang peranan yang secara tradisional telah dimonopoli kaum pria.
Mereka mungkin mengalami kesulitan atau menghadapi tantangan dari pihak
lain kalau peran mereka tidak sejalan dengan pandangan umum. Hal ini tidak
lepas dari adanya diskriminasi ekonomi terhadap kaum perempuan.
Perempuan dianggap sebagai kelompok paling besar yang mengalami
penderitaan diskriminasi ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan faktor-faktor yang lain. Namun
sekarang ini, jurang pemisah gender lambat laun mulai menyempit. Kalaupun
ada, perbedaan itu biasanya disebabkan oleh karena family gap, yaitu penalti
upah terhadap wanita yang punya anak.2
Pada umumnya, perempuan tidak dibayar lebih sedikit dibandingkan
dengan pria untuk jenis pekerjaan yang umum. Perempuan dibayar lebih
rendah dari pria lebih dikarenakan perempuan dilarang memasuki
2Paul A Samuelson dan William D Nordhaus, Ilmu Mikro Ekonomi, Penerjemah Nur Rosyidah, et al. Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2003, h. 305
bidang profesi tertentu yang bergaji tinggi seperti bidang teknik, konstruksi
dan pertambangan.3
Sekarang sudah banyak wanita yang menduduki lingkup kerja yang
lebih luas, biarpun tidak mereka sadari. Jadi tidak hanya seperti pandangan
umum bahwa pekerjaan yang dapat dilakukan kaum perempuan adalah
sebagai guru, sekretaris, maupun pekerja sosial. Sedangkan kaum laki-laki
berperan sebagai menteri, dokter atau insinyur. Pada zaman sekarang
pekerjaan apa pun dapat dilakukan oleh kaum perempuan.
Di kota-kota besar banyak perempuan yang berpendidikan tinggi
sehingga mendorong mereka untuk bekerja atau menjadi wanita karier.
Artinya, selain menjalankan kodratnya sebagai seorang ibu dan istri, juga
memiliki kegiatan dalam dunia pekerjaan. Sedangkan di pedesaan para
perempuan juga sudah banyak yang bekerja meskipun masih terbatas untuk
lapangan pekerjaan yang non formal. Hal ini karena memang banyak dari
mereka yang pendidikanya kurang mendukung.
Tapi dari semua itu, kita dapat melihat ada kesamaan tujuan di antara
mereka yaitu untuk memperoleh pendapatan guna mencukupi kebutuhan
dirinya sendiri dan keluarga. Hal itu disebabkan karena tuntutan ekonomi
rumah tangga yang semakin berat, bertambahnya jumlah anggota keluarga
yang menambah beban pengeluaran dan pendapatan suami yang tidak
mencukupi.
Terlepas dari semua diskriminasi yang diterima perempuan dalam
dunia kerja atau ekonomi, sejatinya perempuan maupun istri memiliki
peranan penting khususnya di negara berkembang. Salah satunya dengan
menjadi instrumen pengentasan kemiskinan. Selain itu, istri juga berperan
dalam pembentukan karakter bagi anak-anaknya untuk dapat mandiri dan
berguna bagi bangsanya. Apalagi istri yang memilih bekerja akan lebih
menekan angka fertilisasi sehingga pertumbuhan penduduk dapat lebih
terkontrol.
Seperti para ibu yang bekerja pada PT. Pagilaran Unit Kaliboja,
sebuah pabrik pengolahan teh yang terletak di Desa Kaliboja, Kecamatan
Paninggaran, Kabupaten Pekalongan. Ibu-ibu di sana bekerja untuk
menambah penghasilan keluarga guna memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Akan tetapi masih minim sekali perhatian dari masyarakat sekitar atas
apa yang mereka kerjakan. Padahal bukan tidak mungkin upah atau gaji yang
mereka peroleh sama atau bahkan melebihi dari yang di peroleh suami
mereka. Namun besarnya pengaruh pendapatan para istri tersebut belum di
ketahui, hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pendapatan Suami dan Pendapatan Istri Terhadap
Ekonomi Keluarga (Studi Kasus di PT. Pagilaran Unit Kaliboja)”. 1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini
1. Seberapa besar pengaruh pendapatan suami dalam ekonomi keluarga?
2. Seberapa besar pengaruh pendapatan istri dalam ekonomi keluarga?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan suami
dalam ekonomi keluarga.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan istri dalam
ekonomi keluarga.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti:
penelitian ini berguna untuk menambah wawasan terutama
yang berhubungan dengan peranan pendapatan istri.
2. Bagi akedemik:
Memberikan manfaat dalam bidang pendidikan khususnya
bagi ilmu ekonomi mikro Islam.
Dapat dijadikan referensi penelitian berikutnya yang masih
dalam ruang lingkup yang sama.
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi
berbagai pihak utamanya pemerintah, untuk lebih mengapresiasi
apa yang telah dilakukan kaum perempuan.
1.4. Sistematika Penelitian BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini dipaparkan tentang hal-hal yang melatar belakangi
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta
sistematika penelitian.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Membahas tentang penelitian terdahulu, materi-materi yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan juga menerangkan
kerangka teoritik serta hipotesis penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Menjelaskan jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, variabel penelitian dan pengukuran serta
teknik analisis data.
BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan
Menjelaskan analisa peranan pendapatan wanita dalam
mempengaruhi perekonomian keluarga.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Menjelaskan kesimpulan dan saran dari apa yang telah di bahas
8
1 Skripsi Eli Yuliawati “Pemberdayaan Kaum Perempuan dalam
Peningkatan Pendapatan Keluarga Melalui Home Industry Dusun
Pelemadu, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, D.I.Y”
pada jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk program
pemberdayaan yang diberikan untuk mengembangkan Home Industry
rempeyek di Pelemadu berupa latihan, strategi usaha, pemahaman
regulasi dan peraturan pemerintah serta penguatan jaringan usaha dengan
pihak lain. Adapun kenaikan rata-rata pendapatan perempuan pemilik
sekaligus pengelola Home Industry setelah adanya pemberdayaan sebesar
97,63 % dan perubahan proporsi pendapatan perempuan dari hasil Home
Industry dalam menunjang peningkatan pendapatan keluarga sebelum dan sesudah adanya pemberdayaan per bulan naik rata-rata sebesar 1,4 %
yaitu dari 94,30 % menjadi 95,70 %. Dengan demikian adanya
pemberdayaan melalui Home Industry mampu menunjang peningkatan
pendapatan keluarga dengan proporsi sebesar 95.70 %. Artinya 95,70 %
pendapatan keluarga berasal dari Home Industry yang dimiliki dan
Hasil lain yang tergambar dalam penelitian ini adalah adanya
peranan atau pengaruh pendapatan perempuan dari hasil Home Industry
pada ekonomi keluarga baik sebelum maupun sesudah adanya
pemberdayaan yang sangat signifikan yaitu di atas 90 % dari ekonomi
keluarga secara keseluruhan.
2 Skripsi Nanda Ayu Kusumastuti, “Pengaruh Faktor Pendapatan, Umur,
Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendapatan Suami dan Jarak Tempuh ke
Tempat Kerja Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Sayur Wanita
(Studi Kasus di Pasar Umum Purwodadi)”, Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi curahan jam kerja pedagang sayur wanita di Pasar Umum
Purwodadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi curahan jam kerja yaitu
pendapatan, umur, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan suami, dan
jarak tempuh ke tempat kerja serta mengkaji besarnya kontribusi
pendapatan pedagang sayur wanita terhadap pendapatan keluarga.
Penelitian ini dilakukan di Pasar Umum Purwodadi dengan sampel
sebanyak 82 responden dari total populasi 104 orang. Penentuan sampel
dengan menggunakan metode random sampling. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier
dan lima variabel independen yaitu pendapatan, umur, jumlah
tanggungan keluarga, pendapatan suami dan jarak tempuh ke tempat
kerja. Teknik pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode
interview dengan kuesioner (wawancara langsung).
Hasil dari analisis menunjukkan bahwab variabel pendapatan dan
jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
curahan jam kerja pedagang sayur wanita. Variabel umur dan pendapatan
suami berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap curahan jam
kerja pedagang sayur wanita. Variabel jarak tempuh ke tempat kerja
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap curahan jam kerja.
Total pendapatan pedagang sayur wanita dapat dikontribusikan menjadi
pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan pedagang sayur wanita yang
dapat diberikan pada pendapatan rumah tangga cukup tinggi yaitu sebesar
44,01 %.
3 Skripsi Sugeng Haryanto, “Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan
Pendapatan Rumah Tangga Miskin (Studi Kasus Pada Wanita Pemecah
Batu di Pucanganak Kecamatan Tugu Trenggalek)”, Program Studi
Keuangan dan Perbankan, Universitas Merdeka Malang.
Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa hasil dari pendapatan yang
diperoleh oleh pekerja wanita tersebut menurut mereka dirasakan sudah
cukup signifikan dengan 73,33 % yang menyatakan bahwa pendapatan
wanita dirasakan sudah cukup.
Pendapatan wanita pemecah batu juga merupakan pendapatan
keluarga. Penggunaan pendapatan merupakan penggunaan atau belanja
untuk kebutuhan keluarga. Penggunaan untuk kebutuhan keluarga
tersebut antara lain untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, untuk
kebutuhan sekolah, dan juga untuk kebutuhan yang sifatnya sosial.
Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, alat ukur yang
digunakan untuk menghitung tingkat ekonomi keluarga dalam penelitian
ini adalah jumlah tabungan per bulan, dan juga dengan membandingkan
penghasilan antara suami dan istri.
2.2. Kerangka Teori 2.2.1. Pendapatan
Pendapatan adalah segala bentuk penerimaan upah atau gaji, juga
termasuk semua tunjangan seperti kesehatan dan pensiun dalam jangka
waktu tertentu sebagai balas jasa yang telah dilakukan seseorang dalam
pekerjaannya. Gaji atau upah itu dapat berupa uang dengan jumlah
Menurut Sukirno, pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode
tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.1 Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:
1 Pendapatan pribadi, yaitu: semua jenis pendapatan yang diperoleh
tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk
suatu negara.
2 Pendapatan disposibel, yaitu: pendapatan pribadi dikurangi pajak yang
harus dibayarkan oleh penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.
3 Pendapatan nasional, yaitu: nilai seluruh barang-barang jadi dan
jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun.2
Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total
pendapatan rumah tangga tergantung pada produktivitas faktor produksi
yang digunakan dari jenis kegiatan yang bersangkutan.
Setidaknya ada tiga jenis pendapatan dalam keluarga, yaitu:
1
Sujarno, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten
Langkat, Tesis Sarjana S2 program studi magister ekonomi pembangunan Universitas Sumatra Utara,
Medan. 2008 2Ibid
1 Pendapatan aktif
Pendapatan aktif atau earning income adalah pendapatan yang
dihasilkan karena bekerja secara aktif. Contohnya adalah: pendapatan
seorang karyawan ataupun seorang pemilik usaha.
2 Pendapatan portofolio
Pendapatan portofolio akan didapatkan jika berinvestasi pada
produk-produk keuangan, misalnya reksadana, saham atau obligasi.
3 Pendapatan pasif
Pendapatan pasif adalah pendapatan yang dihasilkan dari sebuah
sistem yang bekerja menghasilkan uang. Misalnya, royalti dari menulis
buku, rekaman, dll.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seorang istri
di antaranya adalah:
1 Curahan jam kerja
Curahan jam kerja adalah proporsi waktu bekerja (yang
dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu) terhadap total waktu
kerja angkatan kerja. Curahan waktu kerja tergantung pada jenis
pekerjaan yang dilakukan. Ada jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan
curahan waktu yang banyak dan kontinyu, tetapi sebaliknya ada jenis
pekerjaan yang memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas.
Secara umum istri memiliki peran baik sebagai ibu rumah tangga
sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja wanita. Curahan jam
kerja berpengaruh terhadap pendapatan disebabkan oleh karena para
istri meskipun melakukan pekerjaan dalam upaya membantu
meningkatkan penghasilan keluarga, tetap tidak boleh meninggalkan
peran dan kewajiban utamanya dalam mengurus rumah tangga. Di
sela-sela kesibukan mereka bekerja, mereka juga tetap melaksanakan
aktifitas sosial di masyarakat. Peran dan kewajiban itu, menuntut agar
istri cermat mengatur waktu untuk menyeimbangkan kebutuhan atau
tuntutan agar tidak melalaikan tugasnya sebagai pengurus rumah
tangga.
Pada umumnya curahan jam kerja berpengaruh secara langsung
terhadap pendapatan yang diterima, khususnya bagi para istri itu
sendiri. Secara umum, makin tinggi jam kerja maka makin tinggi pula
pendapatan yang diterimanya.
2 Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin besar
probabilita perempuan yang bekerja. Pendidikan juga akan
berpengaruh pada ketangkasan dan perilaku seseorang, yang dapat
memepengaruhi sikap dan pendapatan seseorang di tempat kerjanya.
memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih
tinggi.3
3 Motivasi kerja
Motivasi lebih yang dimiliki seseorang akan membuat seseorang
tersebut menikmati apa yang dikerjakan dan lebih giat dalam
melaksanakan pekerjaanya tersebut. Dalam hal ini para istri memiliki
motivasi untuk menambah pendapatan ekonomi keluarga serta untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang belum tertutupi dari
pendapatan suaminya dan untuk menyetarakan kehidupan sosial
ekonomi.
Distribusi pendapatan menurut Todaro merupakan cerminan
merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan disuatu negara
di kalangan penduduknya. Distribusi pendapatan sebagai suatu ukuran
dibedakan menjadi dua ukuran pokok, baik untuk tujuan analisis
maupun untuk tujuan kuantitatif.4
Pendapatan “personal” atau distribusi pendapatan berdasarkan
ukuran atau besarnya pendapatan. Distribusi pendapatan pribadi atau
distribusi pendapatan berdasarkan besarnya pendapatan paling banyak
digunakan ahli ekonomi. Distribusi ini hanya menyangkut orang per
3 Fitria Majid, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Berstatus Menikah Untuk Bekerja, (Studi Kasus Kota Semarang), Skripsi Sarjana S1 Program Ekonomika dan Bisnis
UNDIP, Semarang, 2012
4Ma’mun Musfidar, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Sulawesi Selatan, Skripsi Sarjana S1 Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
orang atau rumah tangga dan total pendapatan yang mereka terima,
dari mana pendapatan yang mereka peroleh tidak dipersoalkan. Tidak
dipersoalkan pula berapa banyak yang diperoleh masing-masing
individu, apakah merupakan hasil dari pekerjaan mereka atau berasal
dari sumber-sumber lain. Selain itu juga diabaikan sumber-sumber
pendapatan yang menyangkut lokasi (apakah di wilayah desa atau
kota) dan jenis pekerjaan.
Distribusi pendapatan “fungsional” atau distribusi pendapatan
menurut bagian faktor distribusi. Sistem distribusi ini
mempertimbangkan individu-individu sebagai totalitas yang
terpisah-pisah.5
2.2.2. Ekonomi Keluarga
Pengertian ekonomi menurut beberapa ahli di antaranya adalah
sebagai berikut: Abraham Maslow mengartikan bahwa ekonomi
merupakan salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan
masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan
segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori
tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien.
Menurut Adam Smith, ekonomi adalah penyelidikan tentang keadaan dan
sebab adanya kekayaan negara. Menurut Mill J S, ekonomi ialah sains
praktikal tentang pengeluaran dan penagihan. Paula Samuelson
mendefinisikan ekonomi sebagai cara-cara yang dilakukan oleh manusia
dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas
untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikanya untuk
dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan menurut Hermawan Kartajaya,
ekonomi adalah platform dimana sektor industri melekat di atasnya.6 Secara umum bisa dikatakan ekonomi adalah sebuah bidang
pengkajian tentang pengurusan sumber daya baik individu maupun
kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Kata ekonomi itu
sendiri berasal dari bahasa yunani, Oikos yang berarti rumah tangga, dan
Nomos yang berarti aturan. Sedangkan ilmu ekonomi adalah suatu telaah mengenai individu-individu dan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas sebagai
konsekuensi dari adanya kelangkaan.7
Ilmu ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu ekonomi mikro dan
ekonomi makro. Ekonomi mikro adalah cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari aktifitas-aktifitas perekonomian yang bersifat bagian kecil,
yang memusatkan perhatiannya pada masalah bagaimana konsumen akan
mengalokasikan pendapatannya yang terbatas terhadap berbagai macam
barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk memperoleh kepuasan
maksimum. Sedangkan ekonomi makro memiliki cakupan yang lebih
6Sugiarto, et al. ekonomi Mikro, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 1
luas, yaitu bagian ilmu ekonomi yang mempelajari mekanisme
bekerjanya perekonomian secara keseluruhan.8
Keluarga merupakan organisasi sosial yang paling penting dalam
kelompok sosial. Keluarga merupakan lembaga yang paling pertama dan
utama dalam mengembangkan, mengasuh atau membimbing anak demi
kelangsungan hidupnya. Hal itu karena dalam keluargalah anak
pertama-tama mengenal dunia dan lingkungan serta keluarga sebagai dasar bagi
perkembangan anak selanjutnya untuk dapat hidup di lingkungan atau
masyarakat yang lebih luas.
Keluarga juga merupakan suatu keharusan yang diwajibkan oleh
agama yang salah satunya tertera pada QS. al-Furqan ayat 74:
Artinya: Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Dapat dikatakan pula bahwa keluarga juga merupakan matriks bagi
pembentukan kepribadian manusia, sebab keluarga menyajikan
lingkungan sosial yang total dan lengkap selama lima tahun pertama,
yang perlu sebagai alas dasar bagi pembentukan kepribadian. Sebagian
8 Ismawanto, “Ekonomi Mikro dan Makro”,
besar anak manusia tumbuh dan berkembang dan didewasakan dalam
lingkungan keluarga, di mana sejak bayi sudah mendapatkan kasih
sayang baik dari atau untuk keluarga.
Wanita dalam keluarga tidak hanya sebagai istri maupun teman
hidup bagi suami. Tetapi bersama dengan suami sebagai pengatur rumah
tangga, pendidik bagi anak-anaknya dan juga makhluk sosial yang
berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial.
Jadi semakin mantap wanita dalam memainkan peranannya dalam
lingkungan sosial, maka semakin positif dan produktiflah dirinya.
Kesuksesan dalam memainkan perannya tersebut akan memberikan rasa
puas dan bahagia serta kestabilan jiwa dalam hidupnya. Maka agar
wanita mampu melaksanakan berbagai peran, diperlukan kedewasaan
psikis.
Beberapa wanita telah mengetahui bahwa masyarakat
mengharapkan mereka untuk menjadi istri dan ibu. Nilai ini hingga
beberapa waktu yang lalu bagi kalangan kelas menengah ke bawah
mengharapkan seorang istri mengurus rumah tangga. Peran umum ini
dipertahankan oleh banyak orang yang berumur lebih tua dan berpegang
teguh pada tradisi yang mempertahankan bahwa menjadi istri dan ibu
yang baik membutuhkan seluruh tenaga kaum wanita. Namun di jaman
bersama-sama dengan suami memenuhi kebutuhan keluarga, baik secara
fisik, mental maupun material.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi
agama, psikologi, makan, minum, dan sebagainya. Adapun tujuan dari
membentuk sebuah keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan
bagi semua anggota keluarganya, dan membentuk keluarga yang baik dan
mulia, sakinah, mawaddah, war rahmah. Sakinah adalah ketenangan,
kehebatan (percaya diri) dan kedamaian, sedangkan Mawaddah adalah
kelembutan tindakan, kelembutan hati, kecerahan wajah, tawadhu,
kejernihan pikiran, kasih sayang, empati, kesenangan, dan ketenangan,
dan Rahmah yaitu kerelaan berkorban, keikhlasan memberi, memelihara,
kesediaan saling memahami, saling mengerti, kemauan untuk saling
menjaga perasaan.
Fungsi keluarga merupakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan
oleh sebuah keluarga. Tugas-tugas tersebut dapat di golongkan dalam
beberapa fungsi, yaitu:
1 Fungsi biologis
Salah satu fungsi biologis dari sebuah keluarga adalah untuk
mendapatkan keturunan yang sah secara hukum dan agama.
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya
terlindungi dari gangguan.
3 Fungsi ekonomi
Bahwa keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan pokok
bagi semua anggotanya, misalnya kebutuhan makan dan minum,
kebutuhan pakaian atau sandang, dan kebutuhan tempat tinggal.
Berkaitan dengan penyelenggaraan kebutuhan pokok ini, orang
tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota
keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat
tinggal.
4 Fungsi keagamaan
Keluarga wajib untuk mendalami dan menjalankan serta
mengamalkan ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5 Fungsi sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan
anak-anaknya bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai
dan sikap yang di anut oleh masyarakat serta mempelajari peranan
yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila dewasa. Dengan
bentuk sopan santun, cara bertingkah laku dan ukuran tentang baik
buruknya perbuatan.9
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi
keluarga adalah bidang pengkajian tentang pengelolaan sumber daya
untuk memenuhi kelangsungan hidup sebuah keluarga (dalam lingkup
individual atau skala kecil) dan termasuk dalam bidang ilmu ekonomi
mikro. Dapat pula ekonomi keluarga disimpulkan sebagai suatu kajian
tentang upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
melalui aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh seseorang yang
bertanggung jawab atas kebutuhan dan kebahagian bagi kehidupannya
(sekelompok komunitas dari masyarakat).10
2.2.3. Kedudukan Suami Dalam Ekonomi Keluarga
Kedudukan suami dalam rumah tangga adalah sebagai pemimpin,
namun kepemimpinan suami di sini tidak sampai memutlakkan seorang
istri untuk tunduk sepenuhnya. Istri tetap mempunyai hak untuk
bermusyawarah dengan suami dengan argumen yang rasional dan
kondisional.11
9
Dinda Aulia, “Pengertian Keluarga Inti dan Keluarga Besar Serta Fungsi Keluarga”,
http://auliaadindadinda.blogspot.com/2012/10/pengertian-keluarga-inti-dan-keluarga.html, diakses 7 September 2014
10 Mizan El Anies, “Hubungan Ekonomi Keluarga Dengan Pendidikan Agama Islam”,
http://www.perkuliahan.com/makalah-hubungan-ekonomi-keluarga-dengan-pendidikan-agama-islam/, diakses 06 Maret 2015
11 April Maryu, “Peranan Suami Istri Dalam Rumah Tangga”,
http://nagaberalih.blogspot.com/2012/12/peranan-suami-isteri-dalam-rumah-tangga.html, diakses 02
Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga baik suami
maupun istri mempunyai hak dan kewajibanya masing-masing. Adanya
hak dan kewajiban suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga itu
dapat dilihat dalam beberapa ayat Al Quran dan hadits nabi. Hak suami
merupakan kewajiban istri, sebaliknya hak istri merupakan kewajiban
suami.12
Adapun hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga antara
lain:
1 Hak suami
a. Istri melakukan kewajibannya dengan baik seesuai dengan ajaran
agama
b. Mendapatkan pelayanan lahir batin dari istri
c. Menjadi kepala keluarga
2 Kewajiban suami
a. Memberikan nafkah keluarga agara terpenuhi kebutuhan sandang,
papan dan pangan
b. Membantu peran istri dalam mengurus anak
c. Menyelesaikan masalah dengan bijak dan tidak sewenang-wenang
12
Desi Amalia, Peranan Istri Dalam Memenuhi Nafkah Keluarga (Studi Kasus di Desa Gunung
Sugih, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung), Skripsi Sarjana S1
Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2011
d. Membimbing dan memelihara keluarga dengan penuh tanggung
jawab
3 Hak istri
a. Mendapatkan nafkah dari suami
b. Diperlakukan dengan baik dan manusiawi oleh suami
c. Mendapat penjagaan, perlindungan dan perhatian dari suami agar
terhindar dari hal-hal buruk
4 Kewajiban istri
a. Mendidik dan mengasuh anak dengan baik dan penuh tanggung
jawab
b. Menghormati dan mentaati suami dalam batas yang wajar
c. Menjaga kehormatan keluarga
d. Menjaga dan mengatur pemberian suami (nafkah) untuk mencukupi
kebutuhan keluarga
5 Hak suami istri
a. Mendapatkan kedudukan hak dan kewajiban yang sama dan
seimbang dalam keluarga dan masyarakat
b. Berhak melakukan perbuatan hukum
c. Berhak diakui sebagai suami istri jika telah menikah dengan sah
dan sesuai hukum yang berlaku
d. Berhak memiliki keturunan langsung
a. Saling menghormati, setia dan saling membantu satu sama lain
b. Menegakkan rumah tangga
c. Menghormati kedua belah pihak keluarga
d. Melakukan musyawarah dalam menyelesaikan masalah dalam
rumah tangga.
Dalam hal kaitanya dengan kewajiban suami memberikan nafkah
kepada keluarganya, berlaku dalam fiqih yang didasarkan kepada prinsip
pemisahan harta antara suami dan istri.
Begitu pula hak dan kewajiban suami istri ini telah diatur dalam
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 34 ayat (1)
yang menyatakan bahwa suami wajib melindungi istrinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai
dengan kemampuanya. Hal ini pun diatur dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI) pasal 80 ayat 1-4 yang menyatakan bahwa. “suami adalah
pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai
hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami
istri bersama (1), suami wajib melindungi istrinya dan memberikan
segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya (2), suami wajib memberi pendidikan agama yang
penghasilan suami, menanggung: nafkah, kiswah kediaman istri, biaya
rumah tangga dan biaya pengobatan bagi istri dan anak (4).13
Sedangkan nafkah sendiri berasal dari kata anfaqa, yang artinya
pengeluaran. Pengeluaran yang biasanya dipergunakan oleh seseorang
untuk sesuatu yang baik atau dibelanjakan untuk orang-orang yang
menjadi tanggung jawabnya. Yang dimaksud dalam pengertian nafkah
menurut yang disepakati ulama adalah belanja untuk keperluan makanan
yang mencakup Sembilan bahan pokok, pakaian dan perumahan atau
dalam bahasa sehari-hari disebut sandang, papan dan pangan. Selain dari
tiga hal pokok tersebut masih menjadi perbincangan di kalangan ulama.14 Banyaknya nafkah yang diwajibkan adalah sekedar mencukupi
keperluan dan kebutuhan serta mengingat keadaan dan kemampuan orang
yang berkewajiban memberikannya.
2.2.4. Kesejahteraan Keluarga
Menurut ekonom Itali Vilveredo Pareto, telah menspesifikasikan
suatu kondisi atau syarat terciptanya alokasi sumber daya secara efisien
atau optimal, yang kemudian terkenal dengan istilah syarat atau kondisi
pareto (Pareto Condition). Kondisi pareto adalah suatu alokasi barang
sedemikian rupa, sehingga bila dibandingkan dengan alokasi lainnya,
alokasi tersebut akan merugikan pihak manapun dan salah satu pihak
13Ibid 14Ibid
pasti diuntungkan. Atas kondisi pareto juga bisa didefinisikan sebagai
suatu situasi di mana sebagaian atau semua pihak individu akan mungkin
lagi diuntungkan oleh pertukaran sukarela.15
Berdasarkan kondisi pareto inilah, kesejahteraan sosial (social
welfare) diartikan sebagai kelanjutan pemikiran yang lebih utama dari konsep-konsep tentang kemakmuran (walfare economics). Boulding
dalam Swasono mengatakan bahwa “pendekatan yang memperkukuh
konsepsi yang telah dikenal sebagai sosial optimum yaitu paretion
optimum (optimalitas ala Pareto dan Edworth), dimana efisiensi ekonomi mencapai sosial optimum bila tidak seorangpun bisa menjadi lebih
beruntung”.16
Teori kesejahteraan menurut ekonomi secara umum oleh Albert
dan Hahnel diklasifikasikan menjadi tiga macam, yakni classical
utilitarian, neoclassical welfare theory, dan new contractarian approach. Pendekatan classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan
(pleasure) atau kepuasan (utility) seseorang dapat diukur dan bertambah.
Neoclassical welfare theory merupakan teori kesejahteraan yang mempopulerkan prinsip Pareto Optimality. Selain prinsip Pareto
Optimality, neoclassical welfare theory juga menjelaskan bahwa fungsi
15 Rindi Anggoro Sukma, Analisis Factor-faktor yang Mempengaruhi Impor Beras di Indonesia, Skripsi Sarjana S1 Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang, Semarang. 2012 16
kesejahteraan merupakan fungsi dari semua kepuasan individu. New
contractarian approach. Prinsip ini adalah bahwa individu yang rasional akan setuju dengan adanya kebebasan maksimun dalam hidupnya.
Teori ini setidaknya dapat menjawab pertanyaan mengapa seorang
istri mau bekerja bahkan disektor informal, yaitu karena adanya kepuasan
batin yang diterima dan rasa senang bisa berkontribusi untuk
perekonomian keluarga, dan mungkin nilainya lebih besar jika
dibandingkan dengan jumlah rupiah yang mereka terima.
Adapun pengertian mengenai kesejahteraan keluarga di Indonesia
oleh pemerintah selama ini menurut Suyoto dikelompokkan ke dalam dua
tipe, yaitu Pertama, Tipe Keluarga Pra-sejahtera adalah keluarga yang
masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
berupa sandang, pangan, dan papan. Keluarga pra-sejahtera identik
dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh
pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum
memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit,
mempunyai masalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan
sandang dan pangan.
Kedua, Tipe Keluarga Sejahtera. Keluarga sejahtera identik dengan
keluarga yang anaknya dua atau tiga, mampu menempuh pendidikan
secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruh perhatian
mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang
dan pangan.17
Menurut BKKBN kriteria keluarga sejahtera dibagi dalam lima
tahapan, yaitu: keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera tahap I,
keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III dan keluarga
sejahtera tahap III plus.18
Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum mempu
memenuhi salah satu dari 5 kebutuhan dasarnya sebagai keluarga
sejahtera tahap I, seperti kebutuhan akan sandang, papan, pangan,
kesehatan dan pengajaran agama.
Keluarga sejahtera tahap I adalah yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti:
1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota
keluarga
2. Pada umumnya semua anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih
3. Selurah anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda-beda untuk
di rumah, bekerja atau sekolah dan bepergian
17 Weni Alinda Retningtyas, Gambaran Tingkat Kesejahteraan Penenun Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Dusun Gamplong IV, Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, Skripsi Sarjana S1
Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2012
18Dityasa H. Fordanta, Peranan Wanita Dalam Menunjang Ekonomi Keluarga Miskin Diukur Dari Sisi Pendapatan (Studi Kasus Kecamatan Kaliwungu Kecamatan Kendal), Skripsi Sarjana S1
4. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah
5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana
atau petugas kesehatan
Keluarga sejahtera tahap dua yaitu selain sudah dapat memenuhi
kriteria keluarga sejahtera tahap I juga harus memenuhi syarat sosial
psykologi:
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
2. Paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan daging atau ikan
maupun telur sebagai lauk pauk
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
per tahun
4. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni
rumah
5. Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terahir dalam keadaan sehat
6. Paling kurang satu dari anggota keluarga berumur 15 keatas tahun
mempunyai penghasilan tetap
7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca
tulisan latin
8. Selurah anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
9. Bila anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
Keluarga sejahtera tahap III, yaitu selain dapat memenuhi 14
kriteria diatas dapat pula memenuhi kriteria sebagai syarat
pengembangan keluarga, yaitu:
1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
2. Sebagaian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan
keluarga
3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan
itu digunakan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga
4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya
5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang satu kali per
6 bulan
6. Dapat memperoleh berita dari televisi, surat kabar atau majalah
7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang
sesuai dengan kondisi daerah setempat
Keluarga sejahtera tahap III plus adalah keluarga yang sudah dapat
memenuhi kriteria diatas tersebut dan di tambah dua kriteria tambahan,
yaitu:
1. Secara teratur atau dalam waktu tertentu dengan suka rela memberikan
2. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan, yayasan atau institusi masyarakat.19
Kesejahteraan keluarga banyak dipengaruhi oleh faktor internal,
eksternal dan unsur manajemen keluarga. Faktor internal keluarga yang
mempengaruhi kesejahteraan meliputi: pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan aset dan
tabungan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan
adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan
pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barang atau peralatan dan
lokasi tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber daya
keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan,
pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan.
Menurut Kolle, kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek
kehidupan:
1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti: kualitas
rumah, bahan pangan dan sebagainya.
2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti: kesehatan
tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya.
3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti: fasilitas
pendidikan, lingkungan, budaya dan sebagainya.
19 Gloria esti, “indikator dan kriteria keluarga”,
4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti: moral,
etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.20
Dalam pandangan sistem, kesejahteraan dapat diposisikan sebagai
output atau hasil dari sebuah proses pengelolaan input (sumber daya)
yang tersedia, dimana kesejahteraan sebagai output pada suatu titik dapat
menjadi sumber daya atau input untuk diproses menghasilkan tingkat
kesejahteraan keluarga pada tahap berikutnya. Kesejahteraan keluarga
pada hakikatnya mempunyai dua dimensi yaitu dimensi material dan
spiritual. Menurut Santamarina terdapat enam kategori kesejahteraan
yaitu: fisik, psikologi, tingkat kemandirian, sosial, lingkungan dan
spiritual.
Pengukuran kesejahteraan sering menggunakan pembagian
kesejahteraan ke dalam dua bagian yaitu kesejahteraan subjektif dan
objektif. Pengukuran kesejahteraan bersifat subjektif manakala berkaitan
dengan aspek psikologis yaitu diukur dari kebahagiaan dan kepuasan.
Mengukur kesejahteraan secara objektif menggunakan patokan tertentu
yang relatif baku, seperti menggunakan pendapatan per kapita (yang akan
diperbandingkan dengan nilai kecukupan atau kebutuhan fisik minimum),
dengan mengasumsikan terdapat tingkat kebutuhan fisik untuk semua
20 Heri Risal Bungkaes, et, al. Hubungan Efektivitas Pengelolaan Program Raskin Dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Mamahan Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepualauan Talaud, Acta Diurna, 2013
orang hidup layak. Ukuran yang sering digunakan adalah kepemilikan
uang, tanah atau aset.21
Biro pusat statistik mengukur taraf kesejahteraan masyarakat
dengan menggunakan garis kemiskinan dan menghitung jumlah
penduduk miskin. Garis kemiskinan menggunakan data konsumsi dan
data pengeluaran untuk komoditas pangan dan non pangan. Batas
kecukupan pangan dihitung dengan menetapkan sebanyak 52 komoditi
pangan, yang selayaknya dikonsumsi seseorang agar dapat hidup sehat,
yang kandungan kalorinya 2100 kkal per hari. Batas kecukupan non
pangan dihitung dari nilai 46 komoditi yang ditetapkan sebagai komoditi
non pangan. Sedangkan aspek spesifik yang dapat dijadikan indikator
untuk mengamati kesejahteraan rakyat yaitu:
1. Kependudukan, meliputi jumlah dan laju pertumbuhan penduduk,
sebaran dan kepadatan penduduk, fertilisasi dan migrasi.
2. Kesehatan, meliputi derajat kesehatan masyarakat (angka kematian
bayi, angka harapan hidup dan angka kesakitan), ketersediaan fasilitas
kesehatan, serta status kesehatan ibu dan balita.
3. Pendidikan, meliputi kemampuan baca tulis, tingkat partisipasi
sekolah, dan fasilitas pendidikan.
21 Euis Sunarti, Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Perkembangan, Evaluasi dan Keberlanjutan, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006
4. Ketenagakerjaan, meliputi tingkat pertisipasi angkatan kerja dan
kesempatan kerja, lapangan pekerjaan dan status pekerjaan, jam kerja
serta pekerjaan anak.
5. Taraf dan pola konsumsi, meliputi distribusi pendapatan, dan
pengeluaran rumah tangga (makanan dan non makanan).
6. Perumahan dan lingkungan, meliputi kualitas rumah tinggal, fasilitas
lingkungan perumahan dan kebersihan lingkungan.
7. Sosial budaya, meliputi akses pada informasi dan hiburan serta
kegiatan sosial budaya.22
Kesejahteraan keluarga dapat dipengaruhi oleh faktor internal
maupun eksternal. Fakto-faktor internal yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan keluarga antara lain:
1. Jumlah anggota keluarga
Pada jaman sekarang ini tuntutan akan kebutuhan keluarga
semakin meningkat, tidak hanya untuk kebutuhan primer namun juga
kebutuhan akan hiburan, rekreasi maupun transportasi. Kebutuhan
tersebut akan lebih dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam
keluarga jumlahnya sedikit. Sebaliknya jika jumlah anggota keluarga
banyak maka kemungkinan terpenuhinya kebutuhan semua anggota
keluarga akan semakin kecil karena biaya yang dikeluarkan akan
semakin besar.
2. Tempat tinggal
Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera
penghuninya, akan menimbulkan suasana yang lebih tenang,
menggembirakan dan menyejukan hati. Sebaliknya, tempat tinggal
yang tidak sesuai sering menimbulkan kebosanan untuk
menempatinya. Kadang sering terjadi ketegangan antar anggota
keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh
rasa nyaman dan tentram akibat dari kondisi tempat tinggal.
3. Keadaan sosial keluarga
Untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga alasan yang paling
kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam
keluarga dikatakan baik atau harmonis, bila mana ada hubungan yang
baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang
antar tiap-tiap anggota keluarga. Manifestasi dari hubungan yang
benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang nampak
dengan adanya saling hormat menghormati, toleransi, saling
membantu dan saling menghargai.
4. Keadaan ekonomi keluarga
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber
banyak sumber keuangan atau pendapatan yang diterima maka akan
meningkatkan taraf hidup keluarga.23 2.2.5. Teori konsumsi
2.2.5.1 Konsumsi
konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Tindakan konsumsi
dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah untuk
memenuhi kepuasan dan mencapai kemakmuran dalam arti terpenuhi
berbagai macam kebutuhannya, baik kebutuhan pokok, sekunder
kebutuhan barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan rohani.
2.2.5.2 Fungsi konsumsi
Fungsi konsumsi adalah satu kurfa yang menggambarkan sifat
hubungan di antara tingkat nasional (disposibel income)
perekonomian tersebut.
Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:
C = a + bY
Dimana :
C: Tingkat Konsumsi
a: Konsumsi rumahtangga ketika pendapatan nasional 0
b: Kecenderungan konsumsi marginal
23 Verly Nugraheni, “Pengertian, Tujuan dan Tingkatan Keluarga Sejahtera”,
http://verlynelson31.blogspot.com/2013/11/pengertian-tujuan-dan-tingkatan.html, diakses 06 Maret 2015
Y: Tingkat pendapatan nasional
Dari rumusan yang dikemukakan diatas, maka dapat diketahui
bahwa besarnya konsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan.
Namun perubahan (peningkatan) konsumsi yang disebabkan oleh
perubahan (peningkatan) pendapatan tidak bersifat proporsional. Oleh
karena itu, tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak
dikonsumsi, maka semakin tinggi pendapatan seseorang semakin
tinggi pula tingkat tabungannya, karena kelebihan dari pendapatan
yang tidak digunakan dapat disisihkan untuk tabungan.
Terdapat dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara
disposibel income dengan konsumsi dan disposibel income dengan
tabungan yaitu konsep kecenderungan mengkonsumsi dan
kecenderungan menabung.
1 Konsep kecenderungan mengkonsumsi
Kecenderungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu kecenderungan mengkonsumsi marginal dan
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata. Kecenderungan
mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan dengan Marginal
Propensity to Consume (MPC) yang dapat diartikan sebagai
perbandingan di antara pertambahan konsumsi yang dilakukan
dengan pertambahan pendapatan disposibel yang diperoleh.
MPC = Yd . CΔ
Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan
(Average Propensity to Consume) APC dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan
tingkat pendapatan disposibel ketika konsumsi tersebut dilakukan.
Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula :
APC = Yd . C
2 Konsep kecenderungan menabung
Kecenderungan menabung dapat dibedakan menjadi dua
yaitu kecenderungan menabung marginal dan kecenderungan
menabung rata-rata. Kecenderungan menabung marginal dapat
dinyatakan dengan Marginal Propensity to Save (MPS) yang dapat
diartikan sebagai perbandingan di antara pertambahan tabungan
dengan pertambahan pendapatan disposibel. Nilai MPS dapat
dihitung dengan menggunakan formula : MPS = Yd . SΔ
Kecenderungan menabung rata-rata dinyatakan dengan
(Average Propensity to Save) APS dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara tabungan dengan pendapatan disposibel.
Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula :
2.2.5.3 Teori Keynes (Hubungan Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan)
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini sangat
dipengaruhi oleh pendapatan disposibel saat ini. Menurut Keynes, ada
batas konsumsi minimal yang tidak tergantung pada tingkat
pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus terpenuhi,
walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut
konsumsi otonomus. Jika pendapatan meningkat, maka konsumsi
juga meningkat. Hanya saja peningkatan tersebut tidak sebesar
peningkatan pendapatan disposibel.
C = Co + b Yd Dimana : C : Konsumsi Co : Konsumsi Otonomus B : MPC Yd ; Pendapatan Disposibel 0 ≤ b ≥ 1
Jumlah pertambahan konsumsi tidak akan melebihi dari pada
tambahan pendapatan disposibel, sehingga angka MPC tidak akan
lebih dari 1, jika pendapatan disposibel terus meningkat, maka
manusia tidak mungkin hidup berada di bawah batas konsumsi
minimal, oleh karena itu MPC tidak mungkin kurang dari nol.
Keynes menyatakan bahwa APC akan turun ketika pendapatan
disposibel naik. Ketika itulah pendapatan akan dialihkan untuk
ditabung.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritik
Kerangka teoritik adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan fakto-faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu.24
Keterangan:
X1 : Pendapatan Suami
X2 : Pendapatan istri
Y : Ekonomi keluarga yang di ukur dari besarnya tabungan
24Beni Kurniawan, Motedologi Penelitian,Tangerang Selatan: Jelajah Nusa, 2012, h. 51 X2
X1
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan yang
dikemukakan dalam rumusan masalah yang akan diuji kebenarannya.
Berdasarkan perumusan masalah, teori, konsep, serta kerangka pemikiran
yang sebelumnya disajikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
1. H1: pendapatan suami berpengaruh terhadap ekonomi keluarga
43
Data didapat dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam
sampel (atau populasi). Semua data pada hakikatnya merupakan cerminan
suatu variabel yang diukur menurut klasifikasinya. Data berperan sebagai
masukan yang akan diolah menjadi informasi yang jelas kemudian dianalisis
dan manghasilkan output untuk penentuan rencana lebih lanjut.1
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber
asli. Dalam hal ini, maka proses pengumpulan datanya perlu dilakukan
dengan memerhatikan siapa sumber utama yang akan dijadikan objek
penelitian. Dengan demikian, pengumpulan data primer merupakan bagian
integral dari proses penelitian ekonomi yang digunakan untuk pengambilan
keputusan.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang
diberikan pada para responden. Sedangkan data sekunder didapatkan dari
buku, internet, maupun jurnal yang terkait dengan penelitian ini.
1Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 99
3.2 Populasi Dan Sampel
Populasi adalah sekelompok unsur atau elemen yang dapat berbentuk
manusia atau individu, binatang, tumbuh-tumbuhan, lembaga atau institusi,
kelompok, dokumen, kejadian, sesuatu hal, gejala, atau berbentuk konsep
yang menjadi objek penelitian.2
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 50 orang, mereka adalah
semua pekerja wanita yang telah menikah yang bekerja pada PT. Pagilaran
Unit Kaliboja dan juga suami mereka masing-masing.
Sedangkan sampel merupakan sebagian saja dari seluruh jumlah
populasi, yang diambil dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga
dapat dianggap mewakili seluruh jumlah anggota populasi. Namun demikian,
ada beberapa penelitian yang tidak memerlukan sampel karena kecilnya
populasi yang akan diteliti, yaitu kurang dari 50 populasi.3
Seperti pada penelitian ini karena populasinya hanya berjumlah 50
orang maka, semuanya harus diteliti.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan menggunakan Angket. Sering pula
metode angket disebut pula sebagai metode kuesioner atau dalam bahasa
Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket merupakan
2Jusuf Soewandi, Pengantar Metodologi Penelitian, Bogor: Mitra Wacana Media, 2012, h. 129 3Consuelo G. Sevilla, et al. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI-Press, 1993, h. 160