• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makanan halal dan haram serta adab ketik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makanan halal dan haram serta adab ketik"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari'at Islam, Allah -Subhanahu wa Ta'ala menghalalkan semua makanan yang mengandung maslahat dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada individu maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari Allah- dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi”. (QS. Al-Baqarah: 168)

Dan Allah mensifatkan Nabi Muhammad dalam firman-Nya:

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi

mereka segala yang buruk”. (QS. Al-A’raf: 157)

(2)

1.1. Makanan Halal

Makanan Halal adalah makanan yang datangnya dari sumber-sumber yang halal dari segi syarak, suci, baik, dan tidak mengandung mudhorot bagi orang yang memakannya. Allah Ta'ala- berfirman:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al-Baqarah: 29)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu -termasuk makanan- yang ada di bumi adalah nikmat dari Allah, maka ini menunjukkan bahwa hukum asalnya adalah halal dan boleh, karena Allah tidaklah memberikan nikmat kecuali yang halal dan baik.

1.1.1. Syarat Makanan Halal

a. Suci, bukan najis atau yang terkena najis. Sebagaimana firman Allah dalam Q. S. Al Baqarah 183 yang artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mngharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatag yang disembelih dengan nama selain Allah

b. Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak langsung. Sebagaimana firman Allah dalam Q. S. Al Baqarah 195:

“Dan janganlah kamu menjerumusan diri kamu kedalam kebinasaan”

(3)

d. Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari’at jika makanan itu merupakan daging hewan.

1.1.2. Makanan Yang Dihalalkan

A. Tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, benda-benda (roti, kue dan sejenisnya), dan yang berupa cairan (air dengan semua bentuknya). Ibnu Hubairah -rahimahullah- dalam Al-Ifshoh (2:453) menukil kesepakatan ulama akan halalnya jenis ini kecuali yang mengandung mudhorot.

B. Ikan, karena dia termasuk hewan air baik di darat atau di laut dan adalah halal bangkainya kecuali kodok. Sebagaimana sabda Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam

“Dia (laut) adalah pensuci airnya dan halal bangkainya”. (HR.

Abu Daud, At-Tirmidzy, An- Nasa`iy, dan Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Imam Al-Bukhary)

C.

Hati dan limfa.Berdasarkan hadits Ibnu 'Umar:

“Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa”.

(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

(4)

“Kami berperang bersama Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- sebanyak 7 peperangan sedang kami hanya memakan

belalang”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

E.

Janin, yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, bahwa Nabi -Shallallahu'alaihi wasallam-bersabda:

“Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya”.

Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa harus disembelih ulang.

F.

Kelinci

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dan Imam Muslim dari Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu-:

“Sesungguhnya beliau (Nabi) -Shallallahu 'alaihi wasallam-pernah diberikan hadiah berupa potongan daging kelinci, maka

beliaupun menerimanya”.

G. Kura-kura (arab: salhafat), dan kepiting (arab: sarthon).

(5)

Makanan Haram adalah makanan yang datangnya dari sumber-sumber yang haram dari segi syarak, najis atau ternajisi, khobits (jelek), dan yang mengandung mudhorot bagi yang memakannya. Sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”.

(QS. Al-An’am: 119) 1.2.1. Penyebab Diharamkannya Makanan

A. Makanan yang najis adalah jelas, adapun makanan yang ternajisi, contohnya adalah mentega yang kejatuhan tikus. Hukumnya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Maimunah –radhiallahu 'anha- bahwa Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam- ditanya tentang lemak yang kejatuhan tikus, maka beliau bersabda:

“Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang berada di

sekitarnya lalu makanlah lemak kalian”. (HR. Al-Bukhary)

Jadi jika yang kejatuhan najis adalah makanan padat, maka cara membersihkannya adalah dengan membuang najisnya dan makanan yang ada di sekitarnya, adapun sisanya boleh untuk dimakan. Akan tetapi jika yang kejatuhan najis adalah makanan yang berupa cairan, maka hukumnya dirinci; jika najis ini merubah salah satu dari tiga sifatnya (bau, rasa, dan warna) maka makanannya dihukumi najis sehingga tidak boleh dikonsumsi, demikian pula sebaliknya.

(6)

karena salah dalam memperolehnya -seperti: hasil riba dan perjudian-. Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam- pernah bersabda:

“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas untuknya”

1.2.2. Makanan Yang Diharamkan

A.Bangkai

Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar'iy dan juga bukan hasil perburuan. Allah -Subhanahu wa Ta'ala- menyatakan dalam firman-Nya:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu

menyembelihnya”. (QS. Al-Ma`idah: 3)

Dan juga dalam firmannya:

(7)

(QS. Al-An’am: 121)

Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:

1) Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.

2) Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan

keras.

3) Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari

tempat yang tinggi.

4) An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh

hewan lainnya.

5) Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.

6) Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.

7) Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.

8) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca basmalah.

9) Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya. Hal ini berdasarkan hadits Abu Waqid:

“Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup, maka potongan itu adalah bangkai”. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy dan dishohihkan olehnya)

B. Darah

Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-An'am ayat 145:

“Atau darah yang mengalir”.

Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Ibnu 'Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah penyembelihan.

(8)

Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya termasuk lemaknya.

D.Khamar. Allah -Subhanahu wa Ta'ala- berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.

Maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan.” (QS. Al-Ma`idah: 90)

Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar:

“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.

Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan hilangnya akal (mabuk),misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.

E. Semua hewan buas yang bertaring.

Sahabat Abu Tsa'labah Al-Khusyany -radhiallahu 'anhu- berkata:

“Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam-melarang dari (mengkonsumsi) semua hewan buas yang

(9)

Dan dalam riwayat Muslim darinya dengan lafazh, “Semua hewan buas yang bertaring maka memakannya adalah haram”.

Yang diinginkan di sini adalah semua hewan buas yang bertaring dan menggunakan taringnya untuk menghadapi dan memangsa manusia dan hewan lainnya.

F. Semua burung yang memiliki cakar.

Semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang dia memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur ulama dari kalangan Imam Empat -kecuali Imam Malikdan selainnya menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu 'Abbas -radhiallahu 'anhuma-:

“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang

bertaring dan semua burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim)

G.Keledai jinak (bukan yang liar).

Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian riwayat darinya. Dari Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu-, bahwasanya Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah

najis”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

(10)

“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam- melarang kami dari keledai

jinak”. (HR. Muslim)

H.Anjing

Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi -Shallallahu 'alaihi wasallam- bahwa beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan mengharamkan harganya”.

I. Kalajengking, ular, gagak, tikus, tokek, dan cicak.

Karena semua hewan yang diperintahkan untuk dibunuh tanpa melalui proses penyembelihan adalah haram dimakan, karena seandainya hewan-hewan tersebut halal untuk dimakan maka tentunya Nabi tidak akan mengizinkan untuk membunuhnya kecuali lewat proses penyembelihan yang syar'iy.Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

“Ada lima (binatang) yang fasik (jelek) yang boleh dibunuh baik dia berada di daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram (Mekkah): Ular, gagak yang belang, tikus, anjing, dan rajawali

(11)

Adapun tokek dan -wallahu a'lam- diikutkan juga kepadanya cicak, maka telah warid dari hadits Abu Hurairah riwayat Imam Muslim tentang anjuran membunuh wazag (tokek).

J. Ash-shurod, kodok, semut, burung hud-hud, dan lebah.

Kelima hewan ini haram dimakan, berdasarkan hadits Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-, beliau berkata:

“Rasulullah -Shallallahu 'alaihi wasallam- melarang membunuh shurod, kodok, semut, dan hud-hud. (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shohih).

K. Siput (arab: halazun) darat, serangga kecil, dan kelelawar.

(12)

memakannya, sehingga hukumnya adalah haram karena tidak bisa dimakan, kecuali bangkai yang tidak disembelih”

BAB II

ADAB KETIKA MAKAN SESUAI TUNTUNAN RASULULLAH

Orang Muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta'ala dengan maksimal. Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia tidak makan minum karena makanan dan minuman, serta syahwat keduanya saja.

Oleh karena itu, jika ia tidak lapar ia tidak makan, dan jika ia tidak kehausan maka ia tidak minum. Rasulullah saw. bersabda, "Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali kami lapar, dan jika kami makan maka kami tidak sampai kekenyangan."

Diantara adab-adab makan yang Rasulullah SAW ajarkan adalah :

1.

Tidak mencela makanan yang tidak disukai.

Abu Hurairah ra. berkata : “Rasulullah SAW tidak pernah sedikit pun mencela makanan. Bila beliau berselera, beliau memakannya. Dan jika beliau tidak menyukainya, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari Muslim)

(13)

Lalu beliau memintanya dan makan dengannya, seraya bersabda : “Sebaik-baik lauk pauk ialah cuka (al-khall), se“Sebaik-baik-“Sebaik-baik lauk pauk adalah (yang mengandung) cuka.” (HR. Muslim)

Penelitian Dr. Masaru Emoto dari Jepang dalam bukunya ’The True Power of Water’ menemukan bahwa unsur air ternyata hidup. Air mampu merespon stimulus dari manusia berupa lisan maupun tulisan. Ketika diucapkan kalimat yang baik atau ditempelkan tulisan dengan kalimat positif, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang indah dan bisa memiliki daya sembuh untuk berbagai penyakit. Sebaliknya, jika diucapkan maupun ditempelkan kalimat umpatan, celaan atau kalimat negatif lainnya, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang jelek dan bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang tertidur sedang di kedua tangannya terdapat bekas gajih/lemak (karena tidak dicuci) dan ketika bangun pagi ia menderita suatu penyakit, maka hendaklah dia tidak menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”

“ Apabila kalian Makan, maka hendaklah menyebut nama Allah, dan apabila ia lupa menybut nama Allah pada awalnya, maka hendaklah ia mengucapkan

“Bismillahi awwaluhu wa akhiruhu ( HR. Abu Dawud dan Turmidzi )

(14)

Namun, ketika Muslim tersebut teringat dan menyebut nama Allah SWT, maka syaitan pun langsung memuntahkan makanan yang sudah dimakannya.

Rasulullah SAW bersabda : “Jika seseorang di antara kamu hendak makan, maka sebutlah nama Allah SWT. Dan jika ia lupa menyebut nama-Nya pada awalnya, maka bacalah, ’Bismillahi awwalahu wa akhirahu’ (Dengan menyebut nama Allah SWT pada awalnya dan pada akhirnya).” (HR. Abu Dawud)

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW tersenyum, beliau menjelaskan ketika seorang Muslim tidak membaca Basmalah sebelum makan, maka syaitan akan ikut makan dengannya. Namun, ketika Muslim tersebut teringat dan menyebut nama Allah SWT, maka syaitan pun langsung memuntahkan makanan yang sudah dimakannya.

Rasulullah SAW juga bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT meridhai seorang hamba yang ketika makan suatu makanan lalu dia mengucapkan Alhamdulillah. Dan apabila dia minum suatu minuman maka dia pun mengucapkan Alhamdulillah.” (HR. Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)

4. Makan menggunakan tangan kanan.

Abdullah bin Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika salah seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia makan dengan tangan kanannya dan jika ia minum maka hendaklah minum dengan tangan kanannya. Sebab syaitan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)

Kedua tangan manusia mengeluarkan tiga macam enzim, tetapi konsentrasi di tangan kanan lebih banyak daripada tangan kiri. Enzim tersebut sangat membantu dalam proses pencernaan makanan.

5. Tidak bersandar ketika makan.

(15)

“Muttaki-an” ada yang menafsirkan duduk bersilang kaki dan ada pula yang menafsirkan bersandar kepada sesuatu, baik itu bersandar di atas salah satu tangan atau bersandar pada bantal. Ada pula yang menafsirkan bersandar pada sisi badan.

Rasulullah SAW jika makan, tidak makan dengan menggunakan alas duduk seperti bantal duduk sebagaimana orang-orang yang ingin makan banyak dengan menu makanan yang variatif. Rasulullah SAW menjadikan makannya sebagai ibadah kepada Allah SWT. Karenanya beliau duduk tanpa alas dan mengambil makanan secukupnya.

6. Memakan makanan yang terdekat dahulu.

Umar bin Abi Salamah ra. bercerita : “Saat aku belia, aku pernah berada di kamar Rasulullah SAW dan kedua tanganku seringkali mengacak-acak piring-piring. Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ’Nak, bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan baik yang terdekat.” (HR. Bukhari)

7. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Dari Mikdam bin Ma’dikarib ra. menyatakan pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tiada memenuhi anak Adam suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah untuk anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada cara lain, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)

8. Menjilat tangan ketika makan tanpa sendok atau garpu.

(16)

Dalam hadits riwayat Imam Muslim pula, Ka’ab bin Malik ra. memberikan kesaksian bahwa ia pernah melihat Rasulullah SAW makan dengan menggunakan tiga jarinya dan beliau menjilatinya selesai makan.

Penemuan kesehatan modern menunjukkan bahwa ketika kita makan dengan jari dan menjilati jari untuk membersihkannya, maka jari tersebut mengeluarkan enzim yang sangat membantu bagi kelancaran pencernaan.

9. Membuang kotoran dari makanan yang terjatuh lalu memakannya. Dari Anas bin Malik ra. berkata bahwa Rasulullah SAW sering makan dengan menjilati ketiga jarinya (Ibu jari, telunjuk dan jari tengah), seraya bersabda : “Apabila ada makananmu yang terjatuh, maka buanglah kotorannya dan hendaklah ia memakannya serta tidak membiarkannya untuk syaitan.” Dan beliau juga memerintahkan kami untuk menjilati piring seraya bersabda : “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui pada makanan yang mana adanya berkah itu.” (HR. Muslim)

Islam melarang hal-hal yang mubazir, termasuk dalam hal makanan. Seringkali kita menyaksikan orang yang mengambil makanan berlebihan sehingga tidak habis dimakan. Makanan yang mubazir itu akhirnya dibiarkan untuk syaitan, padahal bisa jadi sebenarnya pada makanan tersebut terdapat keberkahan. Oleh karena itu, ketika mengambil makanan harus berdasarkan perhitungan bahwa makanan tersebut akan habis dimakan.

10. Makan dan minum sambil duduk.

(17)

11. Tidak bernafas ketika minum dan menjauhkan mulut dari tempat minum ketika bernafas.

Dari Abu Al-Mutsni Al-Jahni ra berkata, aku pernah berada di rumah Marwan bin Hakam, tiba-tiba datang kepadanya Abu Sa’id ra. Marwan berkata kepadanya : “Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah SAW melarang bernafas di tempat minum?”. Abu Sa’id menjawab : “Ya. Ada seseorang pernah berkata kepada Rasulullah SAW, ”Aku tidak kenyang dengan air hanya satu kali nafas.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Jauhkanlah tempat air (gelas) dari mulutmu, lalu bernafaslah!” Orang itu berkata lagi, “Sesungguhnya aku melihat ada kotoran pada tempat minum itu”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ”Kalau begitu, tumpahkanlah! (HR. Abu Dawud)

Dan juga dari Ibnu Abbas ra. berkata : “Rasulullah SAW telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah SAW melarang bernafas ketika minum. Apabila minum sambil bernafas, tubuh kita mengeluarkan CO2 (Karbondioksida), apabila bercampur dengan H2O (Air) dapat menjadi H2CO3 (Cuka) sehingga menyebabkan minuman menjadi acidic (Asam). Hal ini dapat terjadi juga ketika meniup air panas. Makanan dan minuman panas sebaiknya tidak didinginkan dengan ditiup, tapi cukup dikipas.

12. Tidak berprasangka buruk jika makan ditemani orang yang berpenyakit.

Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah memegang tangan orang yang majdzum (kusta), beliau meletakkan tangannya pada piring makan seraya bersabda : “Makanlah, yakinlah kepada Allah SWT dan bertawakkallah.” (HR. Abu Dawud)

(18)

Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia tidak duduk pada meja makan yang padanya diedarkan minuman khamr.” (HR. Imam Tirmidzi)

14. Mendo’akan yang mengundang makan.

Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW pernah datang ke Sa’ad bin Ubadah ra. yang menghidangkan roti dan mentega. Rasulullah SAW memakannya, lalu beliau bersabda : “Telah berbuka di sisimu orang-orang yang berpuasa. Hidanganmu telah dimakan oleh orang-orang shalih (baik) dan malaikat pun mendo’akan kebaikan untukmu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

15. Menutup tempat makan dan minum.

Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Tutuplah tempat makanan dan tempat minuman!” (HR. Bukhari Muslim)

Menutup tempat makan dan minum sangat bermanfaat untuk menghindarkan makanan dari polusi udara, kotoran atau zat-zat berbahaya yang dapat masuk ke dalam makanan atau minuman yang tidak titutupi.

16.

Membersihkan sisa-sisa makanan

(19)

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa kita hidup di dunia ini semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Dan segala sesuatu dimuka bumi ini di atur oleh Al-qur’an dan Al-hadits. Maka dari itu apa yang telah di perintahkan kepada kita hendaklah kita melakukannya dan apa-apa saja yang dilarang maka jauhilah. Hal-hal tersebut dengan tujuan agar kita terhindar dari kesesatan. penjelasan dari redaksi hadits-hadits di atas sangatlah jelas dan dengan penjelasan tersebut kita dapat mengetahui apa yang bisa kita lakukan dan apa yang bisa kita tinggalkan.

(20)

Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. 2002. Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim. Terjemahan oleh Fadhli Bahri. Jakarta: Darul Falah

Al-Hilali, Syaikh Salim bin Ied Ensiklopedi Larangan Menurut al-Quran dan as-Sunnah, Surabaya : Pustaka Imam as-Syafi’I, 2008

Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. Etika makan dan Minum. (online)

(http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=162 &Itemid=5. Diakses, 20 November 2010)

Departemen Agama R.I, AlQuran Tajwid dan Terjemahannya, (Jakarta: Magfirah Pustaka, 2006 )

Manshurah, Taifah, Etika Makan dan Minum. (online)

( http://puremoslem.blogspot.com/2010/02/etika-makan-dan-minum-2.html. Diakses 20 November 2011)

Ulwan, Abdullah Nashih. 1999. Tarbiyatul Awlad fi al-Islam. Jakarta: Pustaka Amani.

Referensi

Dokumen terkait

o Peserta didik membaca buku yang berisi penjelasan ketentuan , Dalil, macam - macam, Dan Manfaat makanan dan minuman yang halal dan baik..

b. Haram sababi, maksudnya hukum asal makanan itu sendiri adalah halal, akan tetapi dia berubah menjadi haram karena adanya sebab yang menjadikan haramnya makanan tersebut,

Dibawah bimbingan guru, peserta didik mengajukan pertanyaan tentang manfaat mengonsumsi makanan/minuman yang halal dan bahaya mengonsumsi jenis makanan yang diharamkan...

Penentuan status halal suatu makanan atau bahan makanan tambahan makanan yang diproses, umat Islam harus melihat atau mencari tahu dengan pasti sumber bahan yang digunakan apakah

• Makanan halal adalah makanan yang diperbolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk dikonsumsi... • Makanan haram adalah makanan yang tidak

Berdasarkan Grafik 14 di atas menunjukkan bahwa 32% responden menyatakan sangat setuju bahwa membeli produk halal secara rutin untuk keluarga, 57% responden menyatakan

Makanan yang baik ddan halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syari’at untuk dikonsumsi kecuali ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW,

T ahukah kalian?, bahwa Allah ahukah kalian?, bahwa Allah telah memberikan kita nikmat yang telah memberikan kita nikmat yang begitu banyak, begitu banyak, salah satu di antaranya