BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Defenisi
Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tau seseorang
terhadap objek melalui.indra yang dimilikinya ,yakni mata,hidung,telinga, dan
sebagainya.sebagian besar pengetahuan pengetahuan seseorang di peroleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). ( Notoatmodjo, 2010)
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai recall(memanggil) memory yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung
vitamin C,jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah
ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehention)
Memehami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang di ketahui tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang memahami objek yang dimaksud dapat
seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat
perencaan program kesehatan ia bekerja atau dimana saja orang yang paham metedologi
penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja dan seterusnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan anatar komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa penegtahuan seseorang itu adalah
suatu sampai pada tingkat analisis adalah apabila seseorang dapat membedakan, atau
memisahkan,mengelompokkan, membuat diagram ( bagan ) terhadap pengetahuan atau
objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan
nyamuk biasa.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untk merangka atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya,dapat membuat atau
meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang elah dibaca atau
didengar, dan dapat membuat kesimpulan.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didsarkan pada suatu kriteria yang
di tentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seseorang
3. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) penegtahuan seseorang dapat di ketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,yaitu
a. Baik :Jika pengetahuan dijawab dengan >75%
b. Cukup : Jika pengetahuan dijawab dengan 60-75%
c. Kurang baik :Jika pengetahuan dijawab dengan <60%
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut ariani ( 2010) pengetahuan baik yang di miliki di pengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya :
a. Umur
Merupakan rentang waktu seseorang yang di mulai dia di lahirkan hingga
berulang tahun.
b. Pendidikan
Merupakan seluruh proses kehidupan yang dimiliki ileh setiap individu berupa
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang
melibatkan perilaku individu maupun kelompok.
c. Pekerjaan
Merupakan suatu aktivitas yang di lakukan seseorang untk memperoleh
penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari.
d. Sumber Informasi
Seseorang yang memeliki sumber informasi yang lebih banyak akan memeliki
Menurut notoatmodjo (2007), informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber
yaitu:
a) Media cetak
1. Booklet
2. Leaflet Flyer (selembaran)
3. Flip chart(lembar balik)
4. kesehatan dalam bentuk lembar balik. Rubrik
5. Poster
6. Foto
b) Media Elektronik
1. Televisi
2. Radio
3. Video
4. Slide
5. Film strip
c) Media papan
d) Petugas Kesehatan
B. Tuberkulosis
1. Defenisi
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal,di sebabkan
oleh tuberculosis myobacterium bovis, atau mycobacterium africanum. Penyakit ini
merupakan penyakit menahun atau kronis (berlangsung lama ). Penderita yang paling
sering ialaha orang-orang yang berusia antara 15-35 tahun, terutama mereka yang
bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan
bersama penderita TBC.( sunaryati sinta ,2011)
Tuberkulosisi pada kehamilan adalah penyakit infeksi pada paru yang di sebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang di tularkan melalui
udara.( rukiyah, 2010)
2. Pengaruh TBC Pada Kehamilan
Pengaruh TBC pada kehamilan tergantung dari beberapa faktor antara lain: lokasi
penyakit (intra atau ekstrapulmonal), usia kehamilan, status gizi ibu dan ada tidaknya
penyakit penyerta. Beberapa studi menyatakan terdapathubungan antara TBC dan
meningkatnya risiko berat badan lahir rendah, kelahiran preterm, kehidupan perinatal
sampai pada kematian bayi. Jika pemberian OAT dimulai pada awal kehamilan akan
memberikan hasil yang sama seperti pasien yang tidak hamil, tetapi bila diagnosis dan
penanganan terlambat terjadi peningkatan angka morbiditas bayi 4 kali lipat dan
peningkatan kelahiran preterm sebesar 9 kali lipat. Selama kehamilan dapat terjadi
transmisi basil TBC ke janin. Transmisi biasanya terjadi secara limfatik, hematogen atau
secara langsung. Janin dapat terinfeksi melalui darah yang berasal dari infeksi plasenta
melalui vena umbilikalis atau aspirasi cairan amnion, Komplikasi seperti ini jarang
dibedakan dengan TBC postnatal. Cantwell et almengemukakan tentang kriteria
diagnosis TBC pada bayi dengan salah satu kriteria berikut yaitu adanya lesi, kompleks
primer di hati, infeksi TBC pada plasenta atau endometrium pada minggu pertama
kehidupan serta dapat disingkirkannya transmisipostnatal. Gejala mungkin terlihat saat
lahir tetapi biasanya pada minggu kedua dan ketiga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hepatomegali(76%), gangguan pernafasan(72%), demam (48%) dan limfadenopati
(38%). Gambaran foto toraks mungkin normal segera setelah lahir tetapiberjalan
progresif dengan cepat disertai pembentukan kavitas. Apabila memungkinkan dilakukan
biakan tuberkel basil pada plasenta. Uji tuberkulin tidak banyak membantu karena hasil
negatif pada awalnya dan menjadi positif dalam waktu 1-2 bulan. Pemeriksaan lain
seperti basil tahan asam (BTA) dan biakan pada jaringan atau cairan lambung.(3-5)
Deteksi TBC pada ibu merupakan hal penting untuk pemberian pengobatan adekuat
sehingga risiko serius yang terjadi pada janin dan bayi baru lahir dapat dikurangi.
(Meiyanti,2007)
3. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh basail BT ( mycobacterium tuberkulosis humanis)
di tandai beberapa hal :basil TB mmpunyai dinding sel lipoidsehingga taham
asam,karena pada umumnya mycobacteriumtaham asam secara teoritis BTA belumtentu
identikdengan hasil TB, kalau bakteri-bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit
sampai 20 menituntuk mitos, basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam dan
memungkinkan pemberian obat secara intermiten ( 2-3 harisekali.), basil TB rentan
terhadap sinar matahari,sehingga dalam beberapa menit saja akan mati ternyata
Menurut Rukiyah ,2011.mengatakan penyebab dari TB paru pada kehamilan
adalah mycobacteriumtuberculosis dan mycobacterium bovis. Faktor yang menyebabkan
seseorang terinfeksi mycobacteriumtuberculosis,adalah sebagai berikut :
a. Herediter :resestensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan
ecara genetic.
b. Jenis kelamin :pada akhir masa kanak –kanak dan remaja ,angka kematian dan
kesakitan lebih banyak dari pada anak perempuan .
c. Usia : Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
d. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
e. Keadaan stres :situasi yang penuh stres(injury atau penyakit ,kurang nutrisi,stres
emosional, kelelahan yang kronik.
f. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
g. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
h. Nutrisi :status nutrisi kurang .
i. Infeksi berulang :HIV,meales,pertusis.
4. Tanda dan Gejala
Gejala TB paru terutama pada kehamilan di jumpai keluhan dan tanda-tanda.
a. Batuk –batuk terus menerus lebih dari tiga minggu ( batuk bercampur darah )
b. Demam-demam ( terutama sore hari)
c. Nafsu makan berkurang
d. Berat badan turun
f. Badan terasa lemah / mudah capek / rasa malas
g. Sesak napas ( bila penyakit sudah lanjut)
h. Sakit dada ( bila terjadi peradangan selaput paru/ dinding dada)
5. Dampak
Dampak Tuberkulosis pada kehamilan seperti myiocarditis, pericarditis, sakit
kepala, malaise, tidak sadar, demam, halusinasi, mata berkunang-kunang, dermatitis,
kulit kemerahan, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan,
nephritis, hepatotiksik, gejala hipersensitif ( Rukiyah, 2010 )
6. PenanganandanPengobatan
Penatalaksanaan pasien TBC pada kehamilan tidak berbeda dengan TBC
tanpakehamilan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pemberian OAT yang bisa
menimbulkan efek teratogenik terhadap janin. Penatalaksanaansecara umum terbagi atas
penderita dengan TBCaktif dan TBC laten. Wanita hamil denganTBC aktif biasanya
diterapi dengan tidakmempertimbangkan trisemester kehamilan. OATyang digunakan
tidak berbeda dengan wanitayang tidak hamil.Golongan utama OAT sepertiisoniazid,
rifampisin, etambutol digunakansecara luas pada wanita hamil. Obat-obattersebut dapat
melalui plasenta dalam dosisrendah dan tidak menimbulkan efek teratogenikpada janin.
Pada pemberian isoniazid sebaiknya diberikan piridoksin 50 mg/hari untukmencegah
terjadinya neuropati perifer.Pemeriksaan fungsi hati sebaiknya dilakukansaat pemberian
isonizid dan rifampisin.Pemberian vitamin K dilakukan pada akhirtrismester ketiga
kehamilan dan bayi yang barulahir. Pada kasus multidrug resistant (MDR)digunakan
pirazinamid, akan tetapi pirazinamidtidak digunakan secara rutin pada wanita
hamilkarena terdapat efek teratogenik. Paraaminosalisilat (PAS) telah digunakan secara
ditoleransi tubuh secara buruk. Tuberkulosis laten adalah pasien denganuji tuberkulin
positif dan secara klinis tidak adatanda-tanda terjadi tuberkulosis aktif. Terapipada TBC
laten tergantung faktor risiko danhasil konversi uji tuberkulin. Pemberian terapipada
TBC laten biasanya ditunda sampai 2-3bulan setelah kelahiran. Pada pasien
yangmempunyai risiko kontak dengan individu BTApositif dan infeksi HIV, terapi
diberikan setelahtrisemester pertama pada kehamilan dengankonversi uji tuberkulin
positif dalam 2 tahunterakhir. Sedangkan pada wanita hamil denganTBC laten yang
sebelumnya telah diterapisecara adekuat tidak memerlukan terapiprofilaksis isoniazid
(300 mg selama 6-12bulan). Penatalaksanaan TBC pada wanita hamilharus diberikan
secara tepat dan adekuat, sertamencegah timbulnya efek samping teratogenikpada janin.
Pasien TBC aktif dengan sputumBTA positif diberikan isoniazid, rifampisin,etambutol
dan piridoksin selama 9 bulan padapopulasi risiko TBC rendah. Pada populasidengan
risikoTBC tinggi dan adanya resistenobat anti TBC tinggi perlu
penambahanpirazinamid. Pasien dengan uji tuberkulin positif,sputum BTA negatif,
biakan negatif dan fototoraks menunjukkan infiltrat atau adanyakavitas, diberikan
isoniazid, rifampisin,etambutol dan piridoksin selama 9 bulan.
Sedangkan bila pada foto toraks terlihat prosespenyakit yang telah menyembuh
(terdapatkalsifikasi pada kelenjar getah bening dan lesiparenkim), dilakukan observasi
pada pasien.Pengobatan diberikan secara tepat setelah melahirkan atau diberi
pengobatan profilaksisdengan isoniazid dan piridoksin selama 9 bulanyang dimulai pada
trisemester keduakehamilan.Pasien dengan konversi uji tuberkulinterbaru positif, foto
toraks normal sertapemeriksaan bakteriologis negatif, makadilakukan observasi selama
kehamilan,pengobatan diberikan setelah melahirkan ataudengan pemberian profilaksis
dengan resistensi organisme makadiberikan isoniazid, rifampisin, etambutol,pirazinamid
sesuai dengan uji sensitivitas. Padapasien dengan ketidakmampuan
mentoleransiisoniazid dan rifampisin, maka diberikanetambutol atau obat lain yang
tersedia.(Meiyanti,2007)
OAT yang diberikan dibagi atas 2 golonganyaitu obat lini pertama (first line) dan
obat linikedua (second line). Rifampisin merupakan obatlini pertama yang terutama
bekerja pada sel yangsedang tumbuh, tetapi juga memperlihatkan efekpada sel yang
sedang tidak aktif (resting cell).Bekerja dengan menghambat sintesa RNA
M.tuberculosis sehingga menekan proses awalpembentukan rantai dalam sintesa RNA.
Bekerjadi intra dan ekstra sel. Pada konsentrasi 0,005 -0,2 mg/l akan menghambat
pertumbuhan M.tuberculosis secara in vitro. Obat ini jugamenghambat beberapa
Mycobacterium atipikal,bakteri gram negatif dan gram positif. Secarain vitro, rifampisin dapat meningkatkan aktivitasstreptomisin dan isoniazid terhadap M.tuberculosis dan
juga mempunyai mekanismepost antibiotic effect terhadap bakteri
gramnegatif.Diabsorpsi dengan baik melalui salurancerna, absorpsi rifampisin dapat
berkurang biladiberikan bersama makanan. Absorpsirifampisin akan berkurang 30% jika
diberikanbersama dengan antasida.
Pemberian antasidaakan meningkatkan PH lambung dan akanmengurangi proses
dissolution rifampisinsehingga akan menghambat absorpsi. Rifampisindengan mudah
didistribusikan ke sebagian besarorgan, jaringan, tulang, cairan serebrospinal dancairan
tubuh lainnya termasuk eksudat sertakavitas tuberkulosis paru. Obat ini
menimbulkanwarna orange sampai merah bata pada urin,saliva, feses, sputum, air mata
dan keringat.Volume distribusi 1 L/kg BB, ikatan proteinplasma 60-80%, waktu paruh
melalui deasetilasi danhidrolisis, sedangkan ekskresinya terutamamelalui empedu. Dapat
melewati barier plasentadan dapat dijumpai konsentrasi rendah di ASI.Rifampisin
melewati plasenta dengan kadaryang sama dengan ibu. Pada akhir trismester ke-3 rasio
konsentrasi pada tali pusat dan ibubesarnya 0,12 - 0,33. Studi yang dilakukanpada tikus,
hewan pengerat dan kelinci denganpemberian dosis 2,5 - 10 kali dosis yang masukke
uterus tidak menunjukkan peningkatankelainan kongenital. Pada perempuan hamilyang
minum rifampisin, termasuk 119perempuan yang terpajan selama trismesterpertama
tidak terdapat peningkatan kelainanjanin secara bermakna.
Beberapa studi yangmenunjukkan insidens malformasi rata-rata 1,8- 4,4% pada
204 kehamilan. Pada kelinci telahdilaporkan terjadi spina bifida dan cleftpalates.Efek
samping ringan dapat timbul padapemberian rifampisin antara lain: sindrom kulitseperti
gatal-gatal kemerahan, sindrom fluberupa demam, menggigil, nyeri tulang dansindrom
perut berupa nyeri perut, mual, muntahdan kadang-kadang diare. Efek samping
yangberat tetapi jarang terjadi adalah sindromrespirasi, purpura, anemia hemolitik yang
akut,syok dan gagal ginjal. Efek samping ringansering terjadi pada saat pemberian
berkala dandapat sembuh sendiri atau hanya memerlukanpengobatan simtomatik. Efek
samping pada bayibaru lahir juga didapatkanhemmorrhagicdisease of the newborn
sehingga dianjurkanpemberian profilaksis vitamin K. Isoniazid (INH) menghambat
biosintesisasam mikolat yang merupakan unsur pentingdinding sel Mycobacterium.
Menghilangkan sifattahan asam dan menurunkan jumlah lemak yangterekstraksi oleh
metanol dari Mycobacterium.Hanya kuman yang peka yang menyerap obatke dalam
selnya dan proses ini merupakan prosesaktif. Bersifat bakterisid, dapat membunuh
90%populasi kuman dalam beberapa hari pertamapengobatan. INH mudah diabsorpsi
molekul rendahdan melalui plasenta serta mudah mencapai janindengan kadar hampir
sama dengan ibu. Padapenelitian, setelah pemberian INH dosis 100 mgjangka pendek
sebelum kelahiran didapatkanrasio konsentrasi tali pusat dan ibu sebesar 0,73.Kadar
puncak dicapai dalam waktu 1-2 jamsetelah pemberian oral. Di hati, INH
terutamamengalami asetilasi, dan pada manusiakecepatan metabolisme ini dipengaruhi
olehfaktor genetik (asetilator cepat/lambat) yangsecara bermakna mempengaruhi kadar
obatdalam plasma dan masa paruhnya. Waktu paruhberkisar 1-3 jam. Mudah berdifusi
ke dalam seldan semua cairan tubuh. Antara 75-95%diekskresikan melalui urin dalam
waktu 24 jamdan seluruhnya dalam bentuk metabolit.Isoniazid tidak bersifat teratogenik
janin,meskipun konsentrasi yang melewati plasentacukup besar. Pada studi yang
dilakukan padahewan tidak menunjukkan retardasipertumbuhan serta peningkatan
malformasi padatikus dan kelinci dengan dosis 60 kali dosismanusia.
Efek samping berat berupa hepatitis dapattimbul pada kurang lebih 0,5 %
penderita. Bilaterjadi ikterus, hentikan pengobatan sampaiikterus hilang. Efek samping
yang ringan dapatberupa: tanda keracunan pada saraf tepi,kesemutan, nyeri otot atau
gangguan kesadaran.Efek ini dapat dikurangi dengan pemberianpiridoksin (dengan dosis
5-10 mg per hari ataudengan vitamin B kompleks). Efek samping padabayi baru lahir
dilaporkan adanya perdarahan(hemmorrhagic disease of the newborn)sehingga
dianjurkan pemberian profilaksisvitamin K sebelum kelahiran.(12,14,16)Etambutol
(EMB) merupakan inhibitorarabinosyl transferases (I,II,III). Arabinosyltransferase
terlibat dalam reaksi polimerisasiarabinoglycan, yang merupakan unsur esensialdari
dinding sel Mycobacterium. Afinitasterhadap arabinosyl transferase III lebih
kuatdibandingkan lainnya. Arabinosyl transferasedigunakan untuk menjadikan
sintesis arabinoglycanmengubah barier sel, lipofilik meningkatkanaktivitas obat yang
bersifat sepertirifampisindan ofloksasin.Dinding sel Mycobacteriumspp sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dankelangsungan hidup organisme di penjamu.Dinding
selMycobacterium terdiri dari mycolicacid, arabinoglycan dan peptidoglycan.
Dindingsel merupakan lapisan lipid bilayer danasimetris.Hampir semua galur M.
tuberculosis danM. kansasii sensitif terhadap etambutol.Etambutol tidak efektif untuk
kuman lain.Etambutol pada konsentrasi 1-5 ìg/ml akanmenghambat pertumbuhan
M.tuberculosissecara in vitro. Etambutol ini tetap menekanpertumbuhan M.tuberculosis yang telah resistenterhadap isoniazid dan streptomisin. Etambutoldosis 15 mg/kg BB ini
hanya aktif terhadap selyang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik,sedangkan pada
dosis 25 mg/kg BB bersifatbakterisidal. Penggunaan etambutol tunggal,ditemukan
sputum basil tahan asam (BTA)negatif dalam 3 bulan, tetapi ditemukanresistensi 35%
dari kasus dan frekuensi relapslebih tinggi.
Efektivitas pada hewan coba sama denganisoniazid. Invivo, sukar menciptakan
resistensiterhadap etambutol dan timbulnya lambat.Resistensi bakteri terhadap
etambutol terjadiakibat mutasi embB, embA dan embC, kodeuntuk arabinosyl
transferase. Resistensi initimbul bila etambutol diberikan tunggal. Padapemberian oral sekitar 75-80% etambutoldiserap di saluran cerna. Makanan tidakmempengaruhi
absorpsi obat. Kadar puncakplasma dicapai dalam waktu 2-4 jam setelahpemberian.
Dosis tunggal 25 mg/kg BBmenghasilkan kadar plasma sekitar 2-5 ìg/mldalam 2-4 jam,
kurang dari 1 ìg dalam 24 jam.Masa paruh eliminasinya 3-4 jam dan dapatmemanjang
sampai 8 jam pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Etambutol secara
bebasmelewati plasenta dengan cord to maternalserum ratio adalah 0,75. Penelitian pada
kesuburan.Rata-rata malformasi yang dilaporkan pada638 bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang mendapatetambutol selama kehamilan adalah 2,2%.Secara teori etambutol
menyebabkankemungkinan toksisitas pada mata. Hal inidiyakinkan kembali dengan
penilaian pada 6janin yang mengalami abortus pada minggu 5-12 kehamilan, tidak
didapatkan gangguan padasistem optik embrional.Pirazinamid (PZA) adalah suatu
prodruk,yang memerlukan konversi enzimpirazinamidase (dihasilkan oleh
mikobakterialtertentu) menjadi bentuk aktif asam pirazinoat,masuk ke dalam sitoplasma
M. Tuberculosissecara difusi pasif, mengalami konversi olehenzim nikotinamidase/pirazinamidase menjadibentuk aktif asam pirazinoat (POA). PZAlebih
aktif terhadap basil tuberkel semidormankarena sistem pompa efluks yang
lemahdibandingkan dengan basil sedang bertumbuhcepat, di mana pompa efluks lebih
aktif.Peradangan akut akan menurunkan pH akibatproduksi asam laktat oleh sel-sel
inflamasi, halini menguntungkan aktivitas PZA.
Berkurangnyaperadangan akan meningkatkan pH lingkunganbasil tuberkel yang
berakibat pada peningkatankonsentrasi hambat minimal PZA. Kuman dalamkeadaan
dorman tidak dapat dipengaruhi karenapada saat itu ambilan PZA tidak terjadi.Banyak
penelitian menyatakan dayasterilisasi obat ini dalam makrofag, dengankonsentrasi
ε 20μg/ml menghambat basiltuberculosis intraseluler. Efek bakteriostatikatau
bakterisidal terhadap M. Tuberculosistergantung dosis (konsentrasi PZA), sertalamanya
paparan terhadap makrofag yangterinfeksi M. tuberculosis. Pada berbagai studidan
laporan tidak ditemukan efek teratogenikyang bermakna pada hewan dan
malformasijanin pada pasien yang telah diterapi. Penggunaan PZA pada wanita hamil
secararutin, namun di Amerika dilarang karena tidakadanya data yang adekuat mengenai
efekteratogeniknya.Efek samping utama dari penggunaan obat ini adalah hepatitis, juga
dapat terjadi nyerisendi dan kadang-kadang dapat menyebabkanserangan arthritis gout
yang kemungkinandisebabkan berkurangnya ekskresi danpenimbunan asam urat.
Pemberian intermitendapat mengurangi kejadian tersebut. Efeksamping lain adalah
anoreksia, mual, muntah,disuri, demam dan reaksi hipersensitivitas.Streptomisin
melewati plasenta dengan cepatsampai ke sirkulasi janin dan cairan amnionserta
mencapai kadar kurang dari 50%dibandingkan kadar ibu. Efek samping yangdilaporkan
dari berbagai studi pada hewanyaitu ototoksisiti.
Tuli kongenital telahdilaporkan terjadi pada bayi yang terpajanselama dalam
kandungan, walaupun tidak adahubungan yang pasti tentang mekanismeototoksisiti
dengan pajanan selamakehamilan.( Hasil penelitian menggunakanaudiogram
menunjukkan 50 anak tidakmengalami gangguan, 2 dari 33 anak dengankehilangan
pendengaran, sampai 4 dari 13 anakdengan tes kalorifik tidak normal. Hal inimerupakan
kejadian ototoksisiti yang berasaldari pajanan selama dalam kandungan.Penelitian lain
menyimpulkan streptomisindapat menyebabkan kerusakan sistem vestibulardan
kerusakan nervus kranialis ke 8. Padanegara berkembang dianjurkan tidakmenggunakan
streptomisin selama kehamilan.Dosis streptomisin 0,75 - 1 g/hari selama 14-21hari