• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan

denganupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

nasional merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat

Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya besar bangsa

Indonesia dalam meluruskan kembali arah pembangunan nasional yang telah

dilakukan menuntut reformasi total kebijakan pembangunan di segala bidang.

Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang

merupakan kemajuan danperbaikan menuju ke arah tujuan yang ingin dicapai1

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan

Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan

dengan perilaku hidup sehat.2

Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disebut

KTR) Kota Medan merupakan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan. Amanat Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 yang

mewajibkan tiap daerah untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok disambut baik

oleh beberapa daerah di Indonesia termasuk salah satunya adalah Provinsi

Sumatera Utara dengan menyusun Peraturan Daerah (PERDA) tentang Kawasan

Tanpa Rokok di daerahnya masing-masing. Daerah-daerah tersebut antara lain

adalah Kota Medan, yang menetapkan PERDA tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Institusi yang telah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok umumnya adalah institusi

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, Dinas Kesehatan, dan puskesmas,

institusi pendidikan seperti SD, SLP dan SLTA, serta beberapa perusahaan swasta

seperti Bank, hotel dan plaza (pusat perbelanjaan). Disusunnya kebijakan tersebut

(2)

menunjukkan komitmen kuat Pemerintah Daerah dalam melindungi

masyarakatnya dari bahaya rokok.3

Dibentuknya Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok Dan Kawasan Terbatas Rokok merupakan landasan

hukum untuk setiap orang atau badan guna mendapatkan hak yang sama untuk

kawasan tanpa rokok yang sehat, dan setiap orang atau badan melaksanakan

kewajiban untuk memelihara, dan menjalankan peraturan yang telah dibuat guna

menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Masalah tentang rokok merupakan sebuah dilema bagi Pemerintah.

Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan

membuat aturan yang ketat tentang rokok namun dilain pihak ada kelompok

masyarakat yang terancam keberlangsungan hidupnya apabila aturan tersebut

dijalankan, karena ada ratusan ribu orang yang mengantungkan hidupnya pada

industri rokok. Industri rokok menyerap begitu banyak tenaga kerja yang

mayoritas adalah para wanita yang tidak lain yaitu untuk membantu

perekonomian keluarga selain itu juga ada petani tembakau yang akan dirugikan

apabila industri rokok ditutup. Apalagi beberapa waktu yang lalu salah satu ormas

islam mengharamkan produk rokok, positif memang namun masih dilematis.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan

meningkatkan kesehatan masyarakat namun juga harus memperhatikan

kesejahteraan para buruh pabrik rokok dan petani tembakau. Oleh karena itu

sebagai jalan keluar maka pada tahun 2014 Pemerintah Kota Medan telah

mengeluarkan Perda No 3 tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan

terbatas merokok. Perda ini tidak bermaksud melarang orang untuk merokok

hanya saja mengatur supaya orang tidak merokok di sembarang tempat. Apabila

berada ditempat umum atau tempat kerja yang termasuk kawasan terbatas

merokok, maka seseorang dapat merokok asalkan di tempat khusus merokok yang

telah disediakan. Penyediaan tempat khusus morokok wajib dilakukan oleh

pimpinan atau penanggung jawab kawasan tersebut.

3 TCSC-IAKMI. Bunga Rampai Fakta Tembakau Permasalahannya di Indonesia 2009,

(3)

Kebijakan penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) telah diidentifikasi

sebagai strategi intervensi utama pengendalian penyakit tidak menular. Kawasan

tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan

kegiatan merokok, kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, promosi, dan

atau mempromosikan produk tembakau.4

Beberapa daerah di Indonesia telah menerapkan kawasan tanpa rokok,

seperti Jakarta, Bogor, Palembang, Yogyakarta, dan Padang Panjang. Universitas

yang telah menerapkan kawasan tanpa rokok adalah Universitas Indonesia,

Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga. Dalam lingkungan universitas,

fenomena yang tampak dari mahasiswa adalah kecendrungan untuk berperilaku

merokok di daerah umum di area kampus. Mahasiswa tersebut cenderung

berkumpul dengan teman-temanya saat merokok pada saat jam kosong kuliah dan

setelah makan. Adanya fenomena perilaku kolektif dari perilaku merokoknya.

Apabila dalam kelompok tersebut satu mahasiswa merokok maka mahasiswa yang Dampak asap rokok sudah menjadi isu penting dalam beberapa tahun

terakhir. Banyak penelitian mempubilkasikan bahaya asap rokok bagi si perokok

maupun bagi orang yang berada disekitarnya. Kebiasaan merokok merupakan

perilaku yang sulit untuk diubah karena efek kecanduan yang ditimbulkan dari

nikotin, namun disadari untuk dapat mengurangi dampak negatifnya terutama

terhadap lingkungan, demi kesehatan masyarakat, harus ada kebijakan efektif

yang diambil, salah satunya dengan penerapan KTR.

Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran KTR ada dua, yaitu sanksi

administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif seperti teguran, bila tak

diindahkan akan diperintahkan meninggalkan KTR. Sanksinya berbentuk denda

sebesar Rp10 juta atau penjara 15 hari bagi pengelola yang membiarkan orang

merokok di KTR. Kemudian denda sebesar Rp5 juta bagi yang masih

mempromosikan dan menjual rokok di KTR dan denda Rp50 ribu bagi yang

merokok di lingkungan KTR. "Tapi sanksi ini akan bisa diberlakukan pada awal

2017 nanti.

4

(4)

lain akan merokok pula begitu juga dengan para pegawai dan dosen yang

merokok diwilayah kampus. Hal ini disebabkan adanya hukumanonimitas.

Padahal dengan kondisi tersebut sangat mengganggu orang lain yang bukan

perokok. Rokok merupakan salah satumasalah publik yang mengemuka

dimasyarakat. Bagi perokok aktif tentupaparan asap rokok sama sekali

tidakmenjadi masalah dalam kehidupannya.Namun asap rokok sangat

merugikankesehatan perokok pasif sepertimenyebabkan berbagai penyakit(kanker

paru-paru, penyakit jantung,asma) dan mengganggu masyarakatlainnya yang ingin

menjalani kehidupandengan pola hidup sehat. Seharusnyakebebasan kita akan

sesuatu haldibatasi dengan kebebasan orang lain.Untuk mengatasi permasalahan

bahayarokok bagi masyarakat tidak hanyamenjadi tugas dinas kesehatan saja

tapi juga memerlukan campur tangan darilembaga pendidikan, penegak

hukum,LSM dan kelompok kepentinganlainnya. Namun itu semua masih

belumcukup masih butuh ahli kebijakan public.

Saat ini provinsi yang ditengarai berhasil dalam menerapkan Kawasan

Tanpa Rokok adalah Jawa TImur dengan kota Surabaya, melalui Peraturan

Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Kawasan Tanpa Rokok. sementara

itu di Kota Medan, hal ini masih sampai pada Rancangan Peraturan Daerah yang

sudah bergulir sejak sekian lama namun belum juga memperoleh hasil. Masih

menjalani pembahasan yang alot.5

Intinya adalah, komitmet dan sikap saling menghargai satu sama lain. Jika

perokok merasa haknya di ambil dengan (nanti) adanya Peraturan Kawasan Tanpa Bahkan terjadi penolakan dari Raperda tersebut dengan pernyataan bahwa

peraturah ini disinyalir adalah upaya pemerintah Kota Medan untuk

menghilangkan hak konstitusi masyarakat yang mengkonsumsi rokok dan

mengkebiri para produsen/penjual rokok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ada pula tuntutan untuk menyediakan Kawasan Khusus Merokok untuk para

perokok. Sebenarnya hal ini tidak salah memang, jadi kebijakan yang di ambil

tidak sepihak.

5

(5)

Rokok, maka perokok juga harus menghargai para non perokok untuk merasa

terbebas dari asap rokok yang mengepul kemana-mana. Jadi sebagai warga

Negara yang baik kita patut untuk menjaga kenyamanan orang lain, karena asap

rokok itu bagi sebagian orang sangat mengganggu.

Perokok pasif, dan merasa sangat terganggu apabila ketika sedang dalam

angkutan umum ada orang merokok dan dengan santainya mengepulkan asap

kemana-mana. Jadi seharusnya kita mendukung KTR ini, untuk menghargai para

non perokok. Lagi pula tetap diberikan ruangan untuk bebas merokok, karena

hanya ada beberapa tempat yang disebut sebagai KTR. Ini juga membantu

masyarakat untuk mencegah perokok pemula seperti anak-anak dan remaja.

Dalam rangka peningkatan upaya penanggulangan bahaya akibat merokok

dan juga implementasi pelaksanaannya di lapangan lebih efektif, efisien dan

terpadu, diperlukan peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Pengamanan rokok bagi kesehatan perlu dilaksanakan dengan pemberian

informasi tentang kandungan kadar nikotin dan tar yang ada pada setiap batang

rokok, pencantuman peringatan pada label, pengaturan produksi dan penjualan

rokok.

Kota Medan harusnya mampu menerapkan KTR dengan baik mengingat

hal ini merupakan amanat dari undang undang dengan bersikap lebih tegas,

dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Peraturan Daerah tentang kawasan tanpa rokok merupakan langkah untuk

melindungi masyarakat dari ancaman perokok aktif sehingga budaya dan

kebiasaan masyarakat tersebut dalam hal ini kebiasaan merokok mempengaruhi

terciptanya aturan tentang larangan merokok di tempat umum dengan dibuatnya

(6)

Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (STUDI DI KOTA MEDAN)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskanlah

beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun

permasalahan yang akan dibahas antara lain :

1. Bagaimana pengaturan mengenai kawasan tanpa rokok?

2. Bagaimana Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

3. Apa kendala dalam pelaksanaan peraturan daerah kota Medan nomor 3

tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan

diatas maka tujuan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaturan mengenai kawasan tanpa rokok

b. Untuk mengetahui Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

c. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan peraturan daerah kota

Medan nomor 3 tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan

permasalahan yang sudah diuraikan dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat, yaitu:

a. Manfaat teoritis

1) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu hukum

(7)

2) Memberikan kontribusi berupa kajian akademik bagi peneliti lain yang

melakukan penelitian hukum kawasan tanpa rokok

b. Manfaat praktis

1) Memberikan sumbangan kepada para pihak yang berkepentingan dalam

penelitian ini.

2) Untuk melatih penulisan hukum dalam mengungkap permasalahan tertentu

sacara sistematis dan berusaha memecahkan permasalahan yang ada

tersebut dengan metode ilmiah sehingga menunjang pengembangan ilmu

pengetahuan yang pernah penulis terima selama kuliah

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat

Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai

Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok Berdasarkan Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kota Medan).

Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli, adapun tambahan

ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian penulis dalam

skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah ide penulis dan

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Peraturan daerah

Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan

Daerah (Perda) adalah “peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah”

Perda berdasarkan ketentuan Undang-undang tentang Pemerintah

Daerahadalah “peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan Kepala Daerah baik di Propinsi

maupun di Kabupaten / Kota”Dalam ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun

(8)

penyelenggaraan otonomi daerah Propinsi / Kabupaten / Kota dan tugas

pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing

daerah6

2. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah

Sesuai ketentuan Pasal 12 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan Perda adalah

seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut

Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Rancangan Peraturan Daerah

dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur atau

Bupati / Walikota. Apabila dalam satu kali masa sidang Gubernur atau Bupati /

Walikota dan DPRD menyampaikan rancangan Perda dengan materi yang sama,

maka yang dibahas adalah rancangan Perda yang disampaikan DPRD, sedangkan

rancangan Perda yang disampaikan oleh Gubernur atau Bupati / Walikota

dipergunakan sebagai bahan persandingan

Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dapat berasal dari DPRD atau kepala

daerah (Gubernur, Bupati, atau Walikota). Raperda yang disiapkan oleh Kepala

Daerah disampaikan kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh

DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah. Pembahasan

Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau Bupati/Walikota.

Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat

komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan

dalam rapat paripurna.Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan

Gubernur atau Bupati/Walikotadisampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada

Gubernur atau Bupati / Walikota untuk disahkan.7

3. Kawasan Tanpa Rokok

6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(9)

Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan

atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan

memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk

tembakau.8

4. Kebijakan Publik

Kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan

tujuan-tujuan tertentu, nilai -nilai tertentu, dan proyek-proyek tertentu.9

Kebijakan publik merupakan alokasi nilai yang otoritatif oleh seluruh

masyarakat. Akan tetapi, hanya pemerintah sajalah yang berbuat secara otoritatif

untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk

dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari nilai-nilai tersebut. Menurut

pandangannya, kebijakan merupakan studi tentang proses pembuatan keputusan

atau proses memilih dan mengevaluasi informasi yang tersedia, kemudian

memecahkan masalah

-masalah tertentu

10

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.11

8

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok Pasal 1 angka 9

9 Nugraha, dkk. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.Jakarta: Elex

Media Komputindo, 2003, hal 3

10 Thoha, Miftah. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara.Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002, hal 62-63

11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 1.

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini

melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami

(10)

untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian deskriptif analitis

yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara

menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.12

3. Sumber data

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai

data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian. Data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain

dengan berbagai cara atau metode.13

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait.

Misalnya Undang-Undang 1945, Peraturan Walikota Medan Nomor 3

Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor

tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, Undang-Undang Republik

Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut:

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa

buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan

pembahasan skripsi ini.

c. Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang

relevan dan dapat ensiklopedia lengkapi data yang diperlukan dalam

penulisan skripsi ini.

4. Teknik pengumpulan data

12 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada

2007), hal. 42

(11)

a. Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik

studi pustaka (library research) melalui studi pustaka dengan

mengambil data yang diperoleh secara teknis dan penelusuran situs

internet maupun tulisan-tulisan dalam bentuk lain yang sesuai dengan

permasalahan yang akan diteliti.

b. Studi lapangan (field research). Dalam hal ini penulis mencari dan

mengumpulkan data yang bersumber dari kepustakaan dan melakukan

penelitian lapangan untuk mencari dan mengumpulkan data sekunder

dengan menggunakan wawancara dengan informan.

5. Analisis data

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan

dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan

menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya

melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar

sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan

bahan hukum yang ada.

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif analisis.Deskriptif

analisis adalah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan cara

memaparkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan studi

pustaka kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan member kesimpulan.

Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari

permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah

kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk

pernyataan dan tulisan.14

6. Sistematika Penulisan

Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah

dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan

skripsi ini adalah :

14Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai

(12)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK

Bab ini berisikan tentang Pengertian Kawasan Tanpa Rokok,

Pengawasan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Pengaturan Kawasan Tanpa

Rokok

BAB III PENERAPAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN

NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA

ROKOK

Bab ini berisikan tentang Gambaran Umum Kota Medan,

Kawasan-kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan, Implementasi

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok dan Sanksi Administratif terhadap

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok

BAB IV KENDALA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

Bab ini berisikan tentang Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok dan Upaya dalam mengatasi Kendala dalam

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014

Tentang Kawasan Tanpa Rokok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab

ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.

(13)

merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan

dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan adanya situs ini di internet, masyarakat dapat membeli tas secara mudah, hemat waktu dan praktis karena situs ini dapat diakses kapanpun serta efisiensi waktu, biaya dan

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Pembuatan website tersebut bertujuan untuk memberikan informasi tentang eksistensi PT Jatijajar Mas Rahayu sebagai transportir BBM di kota Balikpapan. Selain itu, website ini

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

In this study, the feasibility of time lapse terrestrial photogrammetry for glaciological applications was demonstrated. The cost effectiveness of the technique coupled with

Table 2 summarizes the quality control measures of the derived segmentation results for the static terrestrial laser scanning dataset using the aforementioned

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2