BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Osteoartritis
1.1. Pengertian osteoartritis
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang terjadi pada
keseluruhan dari sendi yang mengalami perubahan secara patologis yang ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan
serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepi sendi,
meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot
yang menghubungkan sendi (Felson, 2008).
1.2. Faktor-faktor risiko osteoartritis
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya OA, antara
lain :
1. Usia
Usia adalah faktor risiko yang paling penting pada OA. Prevalensi OA
akan meningkat seiring bertambahnya usia. Peningkatan OA ini terjadi pada
usia lebih dari 65 tahun dengan rata-rata usia pada laki-laki 59,7 tahun dan
rata-rata usia pada perempuan 65,3 tahun (Isbagio, 2006).
2. Jenis kelamin
OA umumnya terjadi dua kali lipat pada wanita dibanding pria.
OA. Pada wanita kulit hitam lebih tinggi untuk terjadinya OA dibanding pada
wanita kulit putih, sedangkan pada pria kulit hitam memiliki risiko yang sama
dengan pria kulit putih untuk terjadinya OA (Arthritis Foundation, 2008).
3. Ras/warna kulit
OA diduga juga disebabkan oleh faktor ras. OA lebih banyak
ditemukan pada ras kulit berwarna dibandingkan kulit putih (Maharani, 2007).
4. Aktivitas fisik
Aktivitas dan latihan yang normal tidak menyebabkan OA, tetapi
aktivitas yang dilakukan sangat berat, berulang atau pekerjaan yang menuntut
penggunaan fisik akan meningkatkan risiko OA. Pekerja yang sering
membebani sendi lutut mempunyai risiko lebih besar dibanding dengan
pekerja yang jarang membebani sendi lutut (Arthritis Foundation, 2008).
5. Trauma
Trauma dapat mengakibatkan rusaknya rawan sendi, baik yang
bersifat trauma akut maupun trauma berulang yang melebihi kekuatan otot
dan tendon periartikular untuk menahan beban mekanik dan menyalurkannya
ke rawan sendi, sendi menjadi rusak hingga dapat menimbulkan OA
6. Faktor genetik
Faktor genetik berperan utama dalam timbulnya OA. Jika salah satu
anggota keluarga memiliki riwayat OA, maka orang tersebut mempunyai
kesempatan besar untuk terjadinya OA (Arthritis Foundation, 2008).
7. Nutrisi
Penelitian menunjukkan faktor nutrisi mempengaruhi perjalanan
penyakit OA. Asupan makanan yang mengandung banyak mikronutrien,
seperti vitamin E, vitamin C, dan buah-buahan yang mengandung karoten
yang dapat mencegah terjadinya OA. Beberapa penelitian lain menunjukkan
bahwa ada dampak antioksidan dari vitamin C dan vitamin E. Vitamin C
dibutuhkan pada metabolisme kolagen dan vitamin E mempunyai dampak
pada inflamasi ringan atau sinovitis yang terjadi pda OA. Kekurangan vitamin
D juga berhubungan dengan peningkatan risiko penyempitan ruang sendi dan
progresivitas penyakit OA (Arthritis Foundation, 2008).
8. Penyakit sendi lainnya
OA juga dapat terjadi akibat dari kerusakan dari berbagai penyakit
sendi yang jarang terjadi, seperti gout atau asam urat yang terjadi selama
bertahun-tahun sebelumnya (Eustice, 2007).
9. Obesitas
Berat badan lebih berhubungan dengan meningkatnya risiko
berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan
OA sendi lain seperti tangan atas sternoklavikula. Selain faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor
metabolik dan hormonal berhubungan erat antara OA dan kegemukan yang
didukung adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus, dan hipertensi (Isbagio, 2006).
1.3. Patofisologi osteoartritis
Faktor-faktor risiko di atas selanjutnya menyebabkan kerusakan pada daerah
sendi melalui tiga mekanisme yaitu peningkatan Matrix Metalloproteases (MMP),
inflamasi pada membran sinovial, dan stimulasi produksi nitric oxide
(Sarzi-Puttini, et all, 2005; Wilke, n.d.).
1. Peningkatan Matrix Metalloproteases (MMP)
Collagenase, sebuah enzim MMP bertanggung jawab atas degradasi kolagen,
begitu juga stromelysin bertanggung jawab atas degradasi proteoglikan. Sebuah
enzim yang disebut Aggrecanase juga bertanggung jawab atas degradasi
2. Inflamasi membran sinovial
Sintesis mediator-mediator seperti interleukin-1 beta (IL-1) dan TNF-alfa
(Tumor Necrosis Factor) pada membran sinovial menyebabkan degradasi
tulang rawan. Sitokin ini mampu meningkatkan sintesis enzim MMP,
menghambat sintesis fisiologis utama inhibitor dan menghambat sintesis
bahan-bahan matriks misalnya kolagen dan proteoglikan. Aksi IL-1 dan TNF-alfa
pada proses enzim, dikombinasikan dengan penekanan sintesis matriks,
menghasilkan degradasi yang parah dalam tulang rawan.
3. Stimulasi Produksi Nitric oxide
Disamping 2 mekanisme di atas, terdapat pula mekanisme lain yaitu IL-1
memunculkan efek yang dapat menyebabkan inflamasi dengan menstimuli
produksi Nitric Oxide (NO). NO juga dapat menghambat produksi kolagen dan
Collagenase Stromelysin Aggrecanase
Inhibit Collagen Inhibit Proteoglycan
Production
Nitric Oxide Production
IL-1 inactive and TNF-alpha
Active IL-1 ICE
(IL-1 ceonverting enzyme)
Diperoleh dari “Current Perspectives”, (hal. 4)
Skema 2.1.Patofisiologi terjadinya osteoartritis ↑MMP
(PROTENASE)
Destruction of Extracellular matrix
Influx of Matrix components into synovial fluid
Inflammation of Synovial Membrane
1.4. Klasifikasi osteoartritis
Berdasarkan penyebabnya osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer
disebut idiopatik karena disebabkan faktor genetik yaitu dengan adanya
abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan osteoartritis sekunder
adalah penyakit yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor
risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya (Maharani, 2007).
Tabel 2.1. Klasifikasi Osteoartritis
Metabolik Kelainan
Anatomi/Struktur Sendi
Trauma Inflamasi
1. Artritis
1. Slipped femoral
epiphysis
2. Epiphyseal
dysplasias
3. Penyakit Blount’s 4. Penyakit
Legg-Perthe
5. Dislokasi koksa congenital
6. Panjang tungkai tidak ama
7. Deformitas valgus/varus 8. Sindroma
hipermobiliti
1. Trauma sendi mayor
2. Fraktur pada sendi atau osteonekrosis
3. Bedah tulang (contoh
menisektomi) 4. Jejas kronik (artropati
1.5. Penatalaksanaan osteoartritis
Penatalaksanaan osteoartritis haruslah bersifat multifokal dan individual.
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakan
yang lebih lanjut pada sendi tersebut dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi
guna mempertahankan mobilitas (Price & Wilson, 2002). Ada dua
penatalaksanaan pada osteoartritis, yaitu :
1.5.1. Terapi Nonfarmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan
agar pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit
yang dideritanya, langkah-langkah agar penyakitnya tidak
bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap
terpakai (Soeroso, 2006).
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa
sakit. Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar
persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk
melindungi sendi yang sakit (Soeroso, 2006).
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang
dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan
penurunan berat badan apabila berat badan berlebih (Soeroso,
2006).
1.5.2. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa
nyeri yang timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan
mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan
sendi (Felson, 2006).
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS), Inhibitor
Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut,
penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas
obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap
menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA.
Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah
dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA.
Obat – obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah :
tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2006).
2. Nyeri osteoartritis
2.1. Ciri khas nyeri osteoartritis
Nyeri pada penyakit osteoartritis terutama disebabkan oleh adanya inflamasi
yang mengakibatkan dilepaskannya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan
mediator kimiawi lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin
berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan
oleh suatu rangsangan/stimulus (Isbagio, 1995).
Junaidi (2006) menyatakan bahwa gejala klinis OA pada saat yang bersamaan
bisa banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat
simetris. Jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, sendi yang sama di kanan
tubuh juga meradang. Sendi yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil
di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, siku, dan pergelangan
kaki. Sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara
simetris, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan
Sendi yang terserang akan membengkak, membesar, dan segera terjadi
kelainan bentuk. Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah
kelingking sehingga tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya.
Pembengkakan pergelangan tangan dapat mengakibatkan terjadinya
sindromterowongan karpal.
Sifat sistemik pada kategori penyakit OA yang dikenal sebagai penyakit
jaringan ikat dicerminkan dalam bentuk proses inflamasi yang tersebar luas.
Meskipun berfokus pada persendian inflamasi juga melibatkan bagian- bagian
tubuh lainnya seperti vaskulitis, jantung, paru, dan ginjal (Brunnert & Suddarth,
2001).
Sekitar 10% OA muncul secara akut sebagai poliartritis, yang berkembang
cepat dalam beberapa hari. Pada sepertiga pasien, gejala mula-mula monoartritis
lalu poliartritis. Terjadi kekakuan paling parah pada pagi hari, yang berlangsung
sekitar 1 jam dan mengenai sendi secara bilateral. Episode-episode perandangan
diselingi oleh remisi dan rentang gerak berkurang (Junaidi, 2006).
2.2. Mekanisme terjadinya nyeri osteoartritis
Nyeri sendi pada OA sering dikeluhkan sebagai nyeri dalam, terlokalisasi di
sendi yang terkena. Biasanya, nyeri OA diperberat oleh pemakaian sendi dan
menghilang dengan istirahat, tetapi seiring dengan perkembangan penyakit nyeri
tersebut menjadi menetap. Nyeri malam hari, yang mengganggu tidur, sering
timbul pada OA panggul lanjut dan mungkin melemahkan pasien. Karena
struktur lain (Sinovium, tulang subkondoral, osteofit, ligamentum, kapsul, dan
otot). Pada beberapa pasien, nyeri ini mungkin disebabkan oleh pereganganujung
saraf di periosteum yang menutupi osteofit. Pada pasien lain, nyeri mungkin
timbul dari fraktur mikro di tulang subkondoral atau hipertensi medularis yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah akibat penebalan trabekula subkondoral.
Kejang otot dan instabilitas sendi menyebabkan peregangan kapsul sendi juga
dapat merupakan sumber nyeri (Isselbacher, 2000)
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri osteoartritis
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri osteoartritis menurut Potter & Perry
(2005), adalah :
1. Usia
Usia merupakan variabel yang mempengaruhi nyeri osteoartritis,
khususnya pada masa anak-anak dan usia lanjut. Perbedaan
perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat
mempengaruhi respon anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
2. Jenis kelamin
Gill (1990 dalam Potter & Perry, 2005) menyatakan umumnya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pria dalam merespon nyeri tetapi wanita
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima
oleh kebudayaan mereka.
4. Perhatian
Perhatian yang meningkat berhubungan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) berhubungan dengan respon nyeri
yang menurun.
5. Ansietas
Hubungan nyeri dengan ansietas bersifat komplek. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi tentang nyeri tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
suatu perasaan ansietas.
6. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri
sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu itu akan menerima nyeri
yang lebih mudah pada masa yang akan datang.
7. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lainnya yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah
kehadiran orang-orang terdekat bagaimana sikap mereka terhadap klien
individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat, untuk memperoleh dukungan, bantuan atau
8. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, kelelahan menyebabkan nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
2.4. Laporan nyeri
Metode ini mendapatkan data yang kurang tepat atau akurat tetapi
menghasilkan data yang realibel atau nyata tergantung keterbukaan tiap-tiap
individu untuk mendeskripsikan karakter dan intensitas nyeri yang dialami
(Dimatteo, 1991). Mengkaji laporan nyeri dapat dilakukan dengan wawancara,
penilaian skala (rating scale), dan kuisioner (Brannon & Feist, 2007).
Penilaian rating scale dapat menggunakan Pain Numerical Rating Scale
(PNRS). PNRS digunakan untuk ukuran intensitas nyeri (segera atau sekarang).
Skala terdiri dari 11 poin terdiri dari 0 menunjukkan “tidak ada nyeri” dan 10
menunjukkan “nyeri sangat berat”, penilaian 1-4 disamakan dengan nyeri ringan,
5-6 untuk nyeri sedang, dan 7-10 untuk nyeri berat (Serlin dkk, 1995 dalam
Harahap, 2007).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak
Nyeri berat
3. Ketidakmampuan (disability)
3.1. Definisi ketidakmampuan (disability)
Ketidakmampuan (disability) adalah suatu kondisi seseorang tidak dapat atau
mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas hariannya dengan kewaspadaan,
tanpa lelah, dan energi yang secukupnya (Salaffi, 2012).
Klasifikasi fungsi, ketidakmampuan (disbility), dan kesehatan internasional
(International Classification of Functioning, Disability, and Health) membangun
sebuah bahasa yang menggambarkan fungsi dan kondisi kesehatan.
Struktur klasifikasi fungsi, ketidakmampuan (disability), dan kesehatan
internasional terdiri dari berbagai tingkatan. Fungsi dan disability termasuk
kedalam bagian tingkatan tersebut. Fungsi adalah aspek positif dan
ketidakmampuan (disability)adalah aspek negatif dari interaksi. Fungsi dan
ketidakmampuan (disability) dibagi menjadi “struktur dan fungsi tubuh” dan
“partisipasi aktivitas”. Fungsi tubuh adalah fisiologi dari sistem tubuh dan struktur
tubuh adalah struktur atau bagian anatomi dari tubuh seperti organ. Aktivitas
adalah sebuah eksekusi dari tugas atau tindakan. Partisipasi adalah keterlibatan
Skema 2.2. Terminologi ketidakmampuan (disability)Sumber: WHO, 2001.
Komponen dalam ICF saling berinteraksi satu sama lain meskipun jika salah
satu komponen terpengaruh, itu mungkin dimodifikasi komponen lain atau terjadi
kelainan kesehatan. Jika fungsi tubuh dan struktur dipengaruhi, hal ini
menunjukkan sebuah kegagalan (impairment). Keterbatasan aktivitas disebut
sebagai activity limitation dan dalam partisipasi adalah membatasi partisipasi.
Selain itu, ICF “functioning” menyajikan terminologi yang menyangkut fungsi
tubuh, aktivitas, dan partisipasi. Aspek negatif dari “functioning” adalah
ketidakmampuan (disability) dan termasuk kegagalan (impairment), keterbatasan
aktivitas dan pembatasan partisipasi (skema 2). ICF
Fungsi dan ketidakmampuan
(disability)
Struktur dan fungsi
tubuh
Kondisi kesehatan
(kelainan atau penyakit)
Fungsi dan struktur tubuh Aktivitas partisipasi
Skema 2.3. Kondisi kesehatan Sumber : WHO, 2001.
3.2. Ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis
Banyak penyakit kronis yang berhubungan dengan ketidakmampuan
(disability), dapat dikatakan disability menjadi perhatian khusus dalam
berlangsungnya aktivitas sehari-hari. Perilaku berjalan merupakan dasar
untuk dapat melakukan kegiatan yang lain. Contohnya mampu berjalan ke
toilet atau ke kamar mandi. Osteoartritis adalah kondisi yang lazim terkait
penuaan salah satu gejala utama dari disability (Hobbs, 2010). Faktor
lingkungan
Tanda dan gejala utama osteoartritis adalah nyeri. Nyeri adalah gejala
yang dapat memburuk ketika bergerak dan dapat terjadi juga ketika
beristirahat. Hal ini dapat berubah dan semakin memburuk dalam jangka
waktu tertentu dalam intesitas dan jenisnya, serta menjadi tidak terprediksi
dan bertambah secara signifikan sehingga mempengaruhi aktivitas penderita
osteoartritis (Hawker, Stewart, French et al., 2008). Studi kualitatif
mengindikasikan bahwa osteoartritis erat kaitannya dengan nyeri pada saat
bergerak dan beraktivitas (Gooberman-Hill, Woolhead, MacKichan et al.,
2007).
Keterbatasan aktivitas atau disability merupakan hal yang paling erat
kaitannya dengan penyakit osteoartritis. Dari data-data survey penderita
osteoartritis di UK disimpulkan bahwa 81% pengalaman nyeri yang tetap
dapat membatasi aktivitas harian (Arthritis Care, 2004). WHO (2004)
menyatakan bahwa osteoartritis merupakan penyebab disability secara global.