• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Kondisi Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab II Kondisi Daerah"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2016

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN

(2)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN

2.1Kondisi Umum Daerah

2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis 2.1.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan dengan Ibukota Banjarmasin terdiri atas 11 kabupaten dan 2 kota, terletak antara 114 °19' 13'' - 116°33' 28'' Bujur Timur dan 1° 21' 49'' – 4 °10' 14'' Lintang Selatan, memiliki luas wilayah hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan yaitu seluas 37.530,52 km2 dengan batas –batas :

 sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah  sebelah timur dengan Selat Makasar,

 sebelah selatan dengan Laut Jawa

 sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Kondisi alam Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan/pegunungan. Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31 % wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2 %. Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut:

 0 - 2% : 1.625.384 Ha (43,31%)

 >2 - 15% : 1.182.346 Ha (31,50%)

 >15 - 40% : 714.127 Ha (19,02%)  >40% : 231.195 Ha (6,16%)

Menurut jenis tanahnya, meliputi Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Litasol, Podsolik Merah Kuning Litosol, Komplek Podsolik Merah Kuning Organosol Gley Humus, PMK Dataran Tinggi, PMK Pegunungan, dan Alluvial.

Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.

(3)

seluas 826.130 Ha, perairan darat seluas 45.728 Ha, tanah terbuka seluas 3.712 Ha, dan lain-lain seluas 59.997 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai persentase penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar II. 1 Penggunaan Lahan di Provinsi Kalimantan Selatan

Kampung; 1.59%Industri; 0.07%Pertambangan; 1.14% Sawah; 11.35%

Pertanian Tanah Kering Semusim; 1.60%

Kebun Campuran; 4.57% Perkebunan; 11.76% Padang (semak,

alang-alang, rumput); 22.01%

Hutan; 42.99%

Perairan Darat; 1.22%Tanah Terbuka; 0.10%Lain-lain; 1.60%

Sumber : Data Pembangunan Prov. Kalsel 2011, Diolah kembali

2.1.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi Pengembangan Wilayah dievaluasi dari unsur-unsur potensi geografis, penduduk, ekonomi wilayah, sektor andalan, sektor pendukung, sektor investasi, keuangan dan pembiayaan, dan pendukung dan transportasi.

Potensi pengembangan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan didekati dengan kebijakan perwilayahan. Kebijakan perwilayahan didasarkan atas efektivitas pembangunan di seluruh Provinsi dan untuk mensinkronkan pembangunan berbagai sektor andalan yang akan dikembangkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota agar pengembangannya tidak saling tumpang tindih satu sama lain, sehingga potensi yang dimiliki masing-masing daerah dapat dikembangkan secara optimal dan terintegrasi. Pengembangan potensi secara spasial dilakukan melalui kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi.

(4)

Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup; (3) Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara.

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi terdiri atas:

a. Kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan Kota Banjarmasin (Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara), Kota Banjarbaru (Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang, Cempaka), sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Kertak Hanyar, Gambut, Sungai Tabuk, Aluh- Aluh, Beruntung Baru dan Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Astambul, Mataraman, Karang Intan), sebagian Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Alalak, Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Tamban, Tabunganen, Mekarsari), sebagian Kabupaten Tanah Laut (Kecamatan Bati-Bati, Kurau, Tambang Ulang, Bumi Makmur);

b. Kawasan Rawa Batang Banyu yang meliputi wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Balawang, Barambai, Cerebon, Wanaraya, Bakumpai, Tabukan, Kuripan), sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Simpang Empat), sebagian Kabupaten Tapin (Kecamatan Candi Laras Selatan, Candi Laras Utara dan Tapin Tengah), sebagian Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kecamatan Daha Selatan, Daha Utara, Kalumpang ), Kabupaten Hulu Sungai Utara (Kecamatan Danau Panggang, Babirik, Sungai Pandan, Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Amuntai Tengah dan Banjang), sebagian Kabupaten Tabalong (Kecamatan Pugaan, Banua Lawas, Kelua, Muara Harus);

c. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM), yaitu KTM Cahaya Baru di Kabupaten Barito Kuala dan KTM Sengayam di Kabupaten Kotabaru; d. Kawasan Perdagangan, Industri dan Jasa, yaitukawasan yang

berbasis pada pengembangan perdagangan, jasa dan industri dan berpotensi menjadi kawasan ekonomi khusus yaitu di Kawasan Mekar Putih dan Kawasan Pulau Lari-Larian di Kabupaten Kotabaru, Kawasan Jorong (Kabupaten Tanah Laut) dan Kawasan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu;

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup terdiri atas:

a. Kawasan Pegunungan Meratus, yaitu kawasan hutan lindung yang memanjang dari Kabupaten Kotabaru sampai dengan Kabupaten Banjar termasuk kawasan Tahura Sultan Adam.

(5)

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan Negara terdiri atas:

1) Kawasan tertentu di sepanjang pesisir pantai dan laut di Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru sebagai daerah pertahanan laut, daerah pendaratan, daerah basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi, daerah uji coba persenjataan dan daerah industri pertahanan;

2) Kawasan tertentu di Pegunungan Maratus di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, sebagai daerah pertahanan darat dan daerah pertahanan udara, daerah basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi dan daerah uji coba persenjataan;

3) Kawasan tertentu di Kota Banjarbaru dan Banjarmasin yang diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba persenjataan.

Di dalam pengembangan potensi kewilayahan rancangan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan juga membentuk dalam pola ruang kewilayahan. Pola ruang meliputi kawasan lindung yang terdiri atas: a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

seperti kawasan hutan lindung di Pegunungan Meratus, kawasan bergambut di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru, dan resapan air di sekitar kawasan hutan lindung.

b. Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sempadan mata air, kawasan terbuka hijau kota yang lokasinya tersebar di Kabupaten/kota

c. Kawasan suaka alam di cagar alam (CA) Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku, CA Teluk Pamukan, CA Sungai Lulan dan Sungai Bulan, CA. Gunung Kentawan di Kabupaten Kotabaru; pelestarian alam di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di Kabupaten Banjar; Taman Wisata Alam (TWA) yang meliputi TWA Pleihari dan TWA Batakan di Kabupaten Tanah Laut; TWA Pulau Bakut, TWA Pulau Kembang di Kota Banjarmasin, TWA Jaro di Kabupaten Tabalong; dan kawasan Suaka Margasatwa (SM) yang meliputi: SM Pelaihari, SM. Muara Sungai Asam-Asam, SM Kuala Lupak di Kabupaten Tanah Laut; SM Pulau Kaget di Kabupaten Barito Kuala;

d. Kawasan cagar budaya sebagaimana terdiri atas : Cagar Budaya Candi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Situs Gua di Gunung Batu Babi, Muara Uya di Kabupaten Tabalong.

(6)

f. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD), yaitu KKLD Terumbu Karang Bunati di Kabupaten Tanah Bumbu, Teluk Tamiang dan sekitarnya di Kabupaten Kotabaru, Tanjung Dewa, Panyipatan, Tabanio, Takisung di Kabupaten Tanah Laut;

g. Kawasan Konservasi Perairan Daratan (KKPD), yaitu KKPD Paminggir, Danau Panggang dan Amuntai Selatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kandangan, Daha Selatan, Daha Utara, Daha Barat, Kelumpang, Simpur di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Bakarangan di Kabupaten Tapin, Labuan Amas Utara di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

h. Kawasan Andalan terdiri atas:

(1) Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya dengan sektor unggulan: pertanian, perkebunan dan pariwisata.

(2) Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan sekitarnya dangan sektor unggulan: pertanian, industri, perkebunan, pariwisata, dan perikanan.

(3) Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya dengan sektor unggulan: perkebunan, kehutanan, pertanian, industri, pariwisata, dan perikanan.

(4) Kawasan Andalan Laut meliputi : Kawasan Andalan Laut Pulau Laut dsk. dengan sektor unggulan: perikanan, dan pertambangan.

i. Kawasan pertanian terdiri atas:

(1)kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura (TPH) meliputi kawasan TPH lahan basah dan kawasan TPH lahan kering yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Selatan;

(2)kawasan pertanian TPH lahan basah terdiri dari kawasan pertanian lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan, lahan pasang surut dan lahan lebak;

(3)kawasan pertanian TPH lahan sawah irigasi dikembangkan hampir di seluruh wilayah provinsi kecuali Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala;

(4)kawasan pertanian TPH lahan pasang surut tersebar pada wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tapin, Kotabaru, Tanah Bumbu dan Kota Banjarmasin membentuk sentra komoditas padi dan hortikultura;

(5)kawasan pertanian TPH lahan lebak tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi kecuali Banjarmasin dan sebagain besar membentuk sentra komoditas palawija dan hortikultura;

(6)kawasan pertanian TPH lahan kering tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi kecuali Kabupaten Hulu Sungai Utara, Barito Kuala dan Kota Banjarmasin yang membentuk sentra komoditas padi gogo, palawija dan hortikultura;

(7)menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan untuk mengendalikan alih fungsi kawasan pertanian.

(7)

Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan, Tanah Laut, Tanah Bumbu j. Kawasan perkebunan terdiri atas:

(1)Perkebunan besar swasta maupun perkebunan besar pemerintah meliputi kawasan perkebunan yang tersebar di wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru dan Balangan yang pada umumnya membentuk sentra komoditas kelapa sawit dan karet;

(2)Perkebunan rakyat meliputi kawasan perkebunan yang tersebar di wilayah Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Balangan, Hulu Sungai Tengah dan Banjarbaru yang pada umumnya membentuk sentra komoditas karet, kelapa dalam dan kepala sawit dari hasil perkebunan swadaya dan pola kemitraan dengan perkebunan besar swasta;

k. Rencana pengembangan kawasan perikanan dan kelautan terdiri atas:

(1)Kawasan Laut Pulau Laut dan sekitarnya di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru, Kawasan Laut Kintap – Asam-Asam dan sekitarnya di Kabupaten Tanah Laut, Kawasan Laut Aluh-Aluh dan sekitarnya di Kabupaten Banjar;

(2)Daerah tangkapan nener dan benur, yaitu Sungai Musang di Kabupaten Banjar, Jorong s.d Sungai Cuka di Kabupaten Tanah Laut, Tanjung Mangkok di Kabupaten Kotabaru;

(3)Daerah pendaratan ikan, yaitu Kuala Lupak, Aluh-Aluh, Kurau, Pagatan Besar, Takisung, Kuala Tambangan, Batakan, Jorong, Muara Asam-Asam, Muara Kintap, Sungai Danau, Sebamban, Bunati, Sungai Loban, Pagatan, Batulicin, Pantai, Tanjung Batu, Pudi, Tanjung Samalantakan, Hilir Muara, rampa, Semisir, Sebanti, Lontar, Teluk Tamiang, Tanjung Seloka, Berangas, Sarang Tiuang, Sungai Bali, Kerasian, Kerayaan, Birah-birahan, Marabatuan, Pamalikan, Matasirih, Selambau, Sungai Taib;

(4)Danau Panggang dan Danau Bangkau sebagai reservat perikanan darat.

(5)Budidaya laut berada di Lontar, Teluk Tamiang, Teluk Sirih, di gugus Pulau;

(6)Budidaya tambak di pesisir timur Muara Kintap;

(7)Perikanan tangkap di wilayah Pantai Selatan Kalimantan; l. Kawasan peruntukan peternakan terdiri atas:

(1) Daerah pusat pemurnian ternak Sapi Bali, yaitu di Kabupaten Barito Kuala dan pusat pemurnian ternak itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara;

(2) Daerah pusat pembibitan ternak sapi, yaitu di Kabupaten Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Banjar, Tabalong, Kotabaru, Tanah Bumbu, Balangan, Banjarbaru dan Barito Kuala;

(8)

Sungai Tengah dan daerah pusat pembibitan ternak kerbau/kerbau darat , yaitu di Kabupaten Kotabaru;

(4) Daerah pengembangan ternak kambing, yaitu di Kabupaten Tapin, Batola, Tanah Bumbu dan Kotabaru;

(5) Daerah pengembangan unggas, yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tanah Laut, Tabalong, Banjarbaru dan Banjar;

m. Kawasan pariwisata terdiri atas:

(1) Obyek wisata alam, yaitu Loksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Pulau Kembang, Pulau Kaget, Pulau Bakut Kabupaten Barito Kuala, Tahura Sultan Adam dan Lembah Kahung di Kabupaten Banjar, Upau, Jaro, Danau Undan Banua Lawas di Kabupaten Tabalong, Air Panas Hantakan, Pagatan, Batang Alai Selatan, Haruyan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Gua Temu Luang dan Gua Sunggung di Kabupaten Kotabaru; Gua Liang Kantin Muara Uya di Kabupaten Tabalong;

(2) Obyek wisata bahari untuk terumbu karang, yaitu Pulau Kunyit, Teluk Tamiang di Kabupaten Kotabaru, Bunati di Kabupaten Tanah Bumbu,;

(3) Obyek wisata buatan/atraksi antara lain Pasar Terapung Kuin di Kota Banjarmasin, Pasar Terapung Lok Baintan Sungai Tabuk di Kabupaten Banjar, Kerbau Rawa Danau Panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Pendulangan Intan Sungai Tiung Cempaka di Kota Banjarbaru, Waduk Riam Kanan di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut, Tanjung Puri di Kabupaten Tabalong, Air Terjun Tumpang Dua di Kabupaten Kotabaru;

(4) Obyek wisata budaya Pasar Terapung, Obyek wisata religius Syech Muhammad Arsyad Al Banjari Kalampayan, Datu Sanggul, Kubah Basirih di Kota Banjarmasin, Syech Muhammad Arsyad Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu;

(5) Obyek wisata pantai Swarangan Jorong, Takisung, Batakan di Kabupaten Tanah Laut dan Pagatan, Sarang Tiung di Kabupaten Kotabaru;

(6) Obyek wisata budaya di Loksado, Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Selatan;

n. Kawasan industri terdiri atas:

(1) Kawasan industri Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu yang beorientasi pada industri perkebunan, industri kehutanan, perikanan dan kelautan serta industri baja;

(2) Zona Industri Barito Muara Barito Kuala di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala yang berorientasi pada industri kehutanan, kimia, perkebunan;

(3) Zona Industri Tarjun di Kabupaten Kotabaru yang berorientasi pada industri semen, bahan kimia, dan agroindustri;

(4) Zona industri Bati-Bati di Kabupaten Tanah Laut yang berorientasi pada industri peternakan, makanan dan kehutanan;

(9)

kehutanan;

(6) Zona industri Murung Pudak di Kabupaten Tabalong yang berorientasi pada agroindustri,

(7) Zona industri Matraman di Kabupaten Banjar yang berorientasi pada industri perkebunan dan industri logam;

(8) Zona industri Jorong dan Kintap di Kabupaten Tanah Laut yang berorientasi pada industri bubur kertas dan bijih besi; (9) Sentra industri Amuntai di Kabupaten Hulu Sungai

Utara yang berorientasi pada industri perabot kayu dan rotan; (10) Sentra industri galangan kapal di Batulicin di

Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru di Kabupaten Kotabaru; (11) Sentra industri Negara di Kabupaten Hulu Sungai

Selatan yang berorientasi pada industri kerajinan rumah tangga; (12) Sentra industri di Kota Banjarmasin yang berorientasi

pada industri kerajinan rakyat kain sasirangan, industri pengolahan kayu, industri pengolahan karet;

(13) Sentra industri kerajinan batu permata Martapura di Kabupaten Banjar.

o. Kawasan pertambangan terdiri atas :

(1) Kawasan pertambangan

batubara, minyak bumi dan gas di wilayah Cekungan Kabupaten-kabupaten Barito, Banjar, Tabalong, Kotabaru, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Balangan, Barito Kuala dan Pulau Lari-Larian di Kabupaten Kotabaru;

(2) Kawasan pertambangan

pola terbuka untuk bahan galian logam dan biji besi di wilayah Kota Banjarbaru, Kabupaten-kabupaten Banjar, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Balangan;

(3) Kawasan wilayah

pertambangan rakyat bahan galian intan di Kota Banjarbaru. p. Kawasan lainnya terdiri atas :

(1) Kawasan perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah di Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Hulu Sungai Utara;

(2) Kawasan perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Kotabaru;

(3) Kawasan pertahanan keamanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dikembangkan untuk kepentingan nasional dan provinsi.

(4) Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin.

(5) Kawasan Metropolitan Banjarmasin / Banjarmasin Raya; (6) Kawasan Rawa Potensial Batang Banyu;

(7) Kawasan Pelabuhan dan Bandar Udara;

(8) Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM), Cahaya Baru di Kabupaten Barito Kuala dan Sengayam di Kabupaten Kotabaru;

(10)

Kabupaten Kotabaru, Kawasan Jorong (Kabupaten Tanah Laut) dan Kawasan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu.

(10) Kawasan pertahanan dan keamanan yaitu di Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

(11) Kawasan Pegunungan Meratus,

(12) Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,

2.1.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Ada tiga bencana alam yang rawan di Kalimantan Selatan, yaitu: (1) Banjir; (2) Kebakaran hutan dan lahan, dan (3) Tanah longsor. Banjir terjadi setiap tahun, prekuensinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Seperti yang tergambar dari hasil penelitian badan Penelitian Pengembangan Daerah, Master Plan Banjir pada tahun 2010.

Tabel II. 1 Kerawanan Banjir di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

N o

Kabupaten/ Kota (ha)

Tingkat Kerawanan (ha) Sgt

rawan Rawan

Agak rawan

Kurang rawan

Tdk rawan

1 Tabalong 1.216,70 25.758,73 53.819,69 174892.40 99046.63

2 HSU 10.709,33 71.163,84 2.861,08 0 0

3 Balangan 1.470,03 22.283,17 46.566,91 61852.22 59450.62

4 HST 17.035,88 40.647,35 9.187,15 48659.79 23476.43

5 HSS 15.575,54 97.344,32 2.428,48 22331.03 31027.50

6 Tapin 52.577,33 106.055,86 10.539,49 25383.13 23139.65

7 Banjar 81.068,34 59.684,76 32.818,79 1082.46 151226.50

8 Banjarbaru 1.004,23 16.734,39 11.232,13 3314.16 60.18

(11)

0 2

10 Banjarmasin 6.383,57 607,54 9,71 0 0

11 Tanah Laut 33.972,34 1.2399,.1 126.915,80 70255.88 29645

12 Tanah Bumbu 16.780,91 110.199,71 123.170,40 102026.7 140322.60

13 Kotabaru 10.144,95 156.503,91 27.3091,2 269719.2 218653.20

Jumlah 43.5962 86.7989,9 694.002,05 779.516,97 776.048,3

Sumber : Master Plan Banjir di Provinsi Kalsel, Balitbangda 2010

Pada musim hujan kebanjiran, sebaliknya pada musim kemarau sering terjadi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan termasuk dalam 10 provinsi yang menjadi perhatian Instansi Kehutanan dalam masalah kebakaran hutan dan lahan ini. Kebakaran hutan dan lahan cenderung meningkat hingga tahun 2011, yang dapat dilihat dari titik panas (hot spot). Dapat dilihat pada tabel II.2 tahun 2011 antara tiga bulan mengalami peningkatan.

Tabel II. 2 Titik Panas di Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011

No

. Kabupaten/Kota Agustus September Oktober

1 Banjarmasin 1 1 1

2 Banjarbaru 22 19 19

3 Banjar 199 211 219

4 Tapin 158 187 193

5 HSS 136 151 159

6 HST 25 26 26

7 Balangan 38 53 57

8 Tabalong 28 46 53

9 HSU 56 66 65

10 Tanah Bumbu 48 61 74

11 Kotabaru 46 58 86

12 Batola 78 128 144

13 Tanah Laut 145 159 169

Jumlah 980 1166 1265

Sumber: Posko Kebakaran Hutan Kalsel, Diolah kembali, 2011

Bencana yang juga rawan akibat adanya curah hujan yang tinggi selain banjir adalah tanah longsor. Tanah longsor pernah terjadi di perbatasan antara Kabupaten Tapin dan Banjar, tepatnya di Desa Bagak, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin. Tanah longsor juga terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu di Kecamatan Kusan Hulu. Akibat bencana tersebut, warga yang tinggal di pedalaman tersebut menjadi terisolasi.

(12)

rehabilitasi hutan dan rawa; (3) mendorong pemerintah pusat untuk moratorium pertambangan dsb.

Untuk pencegahan terjadi bencana kebakaran hutan dan rawa, pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya antara lain : (1) membuat Peraturan Daerah (Perda); (2) membentuk tim penanggulangan kebakaran hutan dengan keterlibatan berbagai sektor, dan (3) melakukan rencana aksi bersama Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya.

2.1.1.4 Demografis

A. Perkembangan Penduduk

Penduduk Kalimantan Selatan berdasarkan data dari BPS tahun 2013 berjumlah 3.790.071 jiwa yang terdiri dari perempuan sebanyak 1.871.939 jiwa dan laki-laki sebanyak 1.918.132 jiwa dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 102,6. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya penduduk Kalimantan Selatan yaitu pada tahun 2011 berjumlah 3.695.124 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kalimantan Selatan selama sepuluh tahun terakhir, yaitu pada tahun 2002-2012 adalah sebesar 2,57% melampaui rata-rata nasional yaitu sebesar 1,49%. LPP tertinggi terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu rata-rata sebesar 6,27% diikuti oleh Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 3,02%, sementara daerah dengan LPP terendah adalah Kabupaten Tanah Laut, yaitu sebesar 1,78% diikuti oleh Kabupaten Tabalong dengan LPP sebesar 1,89%. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat berakibat pada beban pembangunan yang semakin berat, seperti terhadap daya tampung pendidikan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan dampak sosial lainya. Di samping berakibat munculnya berbagai persoalan sosial, seperti pemukiman kumuh, penurunan kualitas tenaga kerja, dan persoalan sosial lainnya.

Distribusi Penduduk pada tahun 2012 terbanyak berada di Kota Banjarmasin dengan jumlah 648.029 jiwa atau sekitar 17,10% dari seluruh penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Banjar memiliki penduduk terbanyak kedua dengan jumlah 527.997 jiwa atau sekitar 13,93%. Perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Selatan selama tahun 2009 s.d 2012 dapat dilihat pada tabel II.3

(13)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan, 2013

Gambar II. 2 Prosentase Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Terhadap Provinsi Kalimantan Selatan

No Kabupaten/Kota

Laju Tahun (jiwa) Pert

. 2009 2010 2011 2012 2013

1 Tanah laut 1,78

275.00

7 296.333 303.430 303.818 31.3017

2 Kotabaru 2,18 281.331 290.142 296.987 303.459 30.8144

3 Banjar 2,19 498.886 506.839 516.663 527.997 53.5214

4 Barito Kuala 2,65

275.27

3 276.147 278.678 286.075 28.9313

5 Tapin 2,16 154.336 167.877 170.468 174.156 17.6192

6 HuluSelatan Sungai 2,56 209.948 212.485 213.747 219.211 22.1317

7

Hulu Sungai

Tengah 2,52

246.48

7 243.460 244.889 251.063 253.406

8

Hulu Sungai

Utara 3,02

218.27

8 209.246 209.979 216.319 218.681

9 Tabalong 1,89 195.631 218.620 223.813 228.051 231.239

10 Tanah Bumbu 6,27 231.298 267.929 277.924 295.358 305.492

11 Balangan 2,84

102.76

7 112.430 114.009 117.248 118.944

12 KotaBanjarmasin 2,05 639.978 625.481 634.990 648.029 655.185

13 Kota Banjarbaru 2,26 170.823 199.627 209.547 214.287 220.168

Kalimantan

Selatan 2,57

3.503.1 56

3.626.61 6

3.695.1 24

3.790.07 1

(14)

Tanah laut; 8.03%

Kotabaru; 8.02%

Banjar; 13.95%

Barito Kuala; 7.56% Tapin; 4.60% Hulu Sungai Selatan; 5.79% Hulu Sungai Tengah; 6.63%

Hulu Sungai Utara; 5.72% Tabalong; 6.03%

Tanah Bumbu; 7.80% Balangan; 3.10%

Kota Banjarmasin; 17.12% Kota Banjarbaru; 5.66%

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan, diolah kembali, 2014

Struktur penduduk Kalimantan Selatan masih didominasi oleh penduduk dengan umur muda yaitu pada kelompok umur 0-4 tahun (Balita) sebanyak 371.266 jiwa, kelompok umur 5-10 tahun sebanyak 360.878 jiwa dan kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 345.718 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk dengan kelompok umur 15 tahun keatas sebanyak 2.641.693 jiwa seperti dapat dilihat pada tabel II.4.

Tabel II. 4 Penduduk Kalimantan Selatan Menurut Kelompok Umur pada tahun 2012

Kelompok

Umur Laki-Laki(jiwa) Perempuan(jiwa) Total (jiwa) Prosentase

0-4 190.387 180.879 371.266 9.78%

5-9. 185.314 175.564 360.878 9.50%

10-14. 178.110 167.608 345.718 9.10%

15-19. 172.276 163.959 336.235 8.85%

20-24 168.420 164.973 333.393 8.78%

25-29 170.162 170.531 340.693 8.97%

30-34 169.020 167.891 336.911 8.87%

35-39 169.857 157.328 327.185 8.61%

40-44 143.446 137.612 281.058 7.40%

45-49 117.087 111.856 228.943 6.03%

50-54 93.701 88.640 182.341 4.80%

55-59 65.458 60.456 125.914 3.32%

60-64 42.909 44.331 87.24 2.30%

65-69 28.140 32.925 61.065 1.61%

70-74 17.449 22.809 40.258 1.06%

75+ 14.396 24.577 38.973 1.03%

(15)

Perkembangan jumlah peserta Keluarga Berencana yang aktif di Kalimantan Selatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami peningkatan yakni secara akumulatif tahun 2009 sebanyak 942.773 orang, tahun 2010 sebanyak 975.172 orang, tahun 2011 sebanyak 760.201 orang dan tahun 2012 sebanyak 626.751 orang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 sebagai berikut:

Tabel II. 5 Peserta KB Aktif di Kalimantan Selatan Tahun 2009 s/d 2012

No

. Kabupaten/Kota

Tahun

2009 2010 2011 2012

1 Tanah laut 73.276 80.657 59.101 55.724

2 Kotabaru 74.921 77.167 63.970 57.407

3 Banjar 133.197 134.284 110.190 83.501

4 Barito Kuala 77.282 75.245 60.508 48.253

5 Tapin 45.227 47.355 40.848 35.306

6 Hulu Sungai Selatan 59.074 59.927 45.129 36.393

7 Hulu Sungai Tengah 70.380 68.802 50.839 44.026

8 Hulu Sungai Utara 57.598 53.742 37.085 35.619

9 Tabalong 52.246 57.968 44.051 38.303

10 Tanah Bumbu 58.933 69.207 59.038 46.389

11 Balangan 29.392 31.378 27.354 21.077

12 Kota Banjarmasin 165.500 165.044 126.048 95.158

13 Kota Banjarbaru 45.747 54.486 36.040 29.595

14 KalimantanSelatan 942.773 975.172 760.201 626.751

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan Tahun 2010-2013

Dari aspek keberagaman suku bangsa yang ada di Kalimantan Selatan secara umum di dalam komposisi penduduk didominasi oleh suku asli Banjar. Beberapa suku bangsa antara lain Suku Jawa, Madura, Bugis, Batak dan Sunda, serta sebagian kecil keturunan Tionghoa, namun jumlah mereka relatif kecil, dan komposisinya secara statistik cenderung stabil dari tahun ke tahun. Secara umum kondisi pergaulan diantara suku bangsa yang ada sudah sangat kondusif dan hidup secara damai. Kondisi inilah yang sangat membantu dan merupakan modal dasar dalam melakukan kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan.

B. Keagamaan

(16)

Di antara indikator dalam melihat perkembangan sosial keagamaan adalah pertumbuhan jumlah pemeluk dan fasilitas peribadatan dan kegiatan keagamaan. Pada 2012, jumlah penduduk menurut agama berturut-turut adalah sebagai berikut: beragama Islam sebanyak 3.496.243 (92,25%), Kristen 26.033 orang (0,69%), Katolik 18.662 orang (0,49%), Hindu dan Budha 26.391 orang (0,70%), serta agama lainnya, seperti Kaharingan, Khong Ho Chu 222.742 orang (5,88%).

Kehidupan ritual keagamaan ditunjang oleh sarana ibadat, seperti masjid (2.368 buah), langgar (7.038 buah), gereja (97 buah), pura (62 buah), dan wihara cetyah/klenteng (24 buah). Dalam konteks ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memaknai perkembangan dan pertumbuhan pemeluk agama maupun ketersediaan sarana prasarana serta kegiatan sosial keagamaan tidak sekadar mewujudkan kenyamanan pemeluk dalam menjalankan ibadahnya, tetapi menjadikan ranah agama sebagai pemahaman penyeimbang dampak buruk dari gerusan budaya-budaya global yang destruktif dan demokrasi yang semakin menggeliat.

Kehidupan keberagamaan yang baik dan nyaman mampu menyediakan batasan-batasan moral penduduk (pemeluk) sebagai bagian dari tugas bersama pemerintah dan pemangku agama. Sebab bagi pemerintah kualitas keberagamaan tidak selalu diukur dari jumlah pembangunan sarana prasarana ibadah maupun frekuensi kegiatan sosial keagamaan, tetapi pemahaman nilai-nilai keberagamaan dan toleransi antar umat beragama. Toleransi antar-umat beragama dan antar-suku sampai sekarang masih dapat dipertahankan, sehingga dapat dicegah terjadinya konflik sosial berbasis agama dan suku. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya laporan kekerasan-kekerasan yang bernuansa agama atau suku, kasus penyesatan, konflik tempat ibadah, kebebasan berpikir dan berekspresi maupun implikasi regulasi yang bernuansa agama dan kesukuan sebagaimana terjadi di daerah lain.

2.1.2 Aspek Potensi Wilayah

Dari segi pengembangan wilayah pembangunan di masing-masing kabupaten, ada beberapa parameter normatif yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pembangunan, diantaranya potensi daerah, prioritas pengembangan, dan isu strategis daerah. Hal tersebut dipaparkan secara ringkas sebagai berikut:

2.1.2.1 Kawasan Metropolitan Banjar Bakula

(17)

Kota Banjarmasin terletak diantara 3’16’46’’ sampai dengan 3’22’54’’ Lintang Selatan dan 114’31’40’’ sampai dengan 114’39’55’’ Bujur Timur. Kota Banjarmasin terletak di bagian Selatan Provinsi Kalimantan Selatan pada ketinggian tempat rata-rata 0,16 meter di bawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif datar. Pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah digenangi air.

Luas Kota Banjarmasin adalah 98,46 km2 atau 0,26% dari luas

wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Banjar  Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Banjar

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala

Wilayah Kota Banjarmasin terbagi dalam 5 (lima) kecamatan dan 52 (lima puluh dua) kelurahan. Adapun luas wilayah kecamatan terbesar adalah Kecamatan Banjarmasin Selatan 38,27 Km2 yang terdiri

dari 12 kelurahan. Sedangkan luas wilayah kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan luas 6,66 km2 yang

terdiri dari 12 kelurahan.

Kota Banjarmasin terletak dekat Sungai Martapura yang bermuara ke Sungai Barito. Pasang surutnya kedua sungai tersebut berpengaruh terhadap drainase kota, di sisi lain, kedua sungai tersebut dengan anak Sungai Martapura berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, khususnya dalam pemanfaatannya sebagai sarana transportasi air, pariwisata, perikanan, dan perdagangan. Kondisi demikian mencirikan kekhasan Banjarmasin sebagai Kota Air, disamping sebagai Kota Pelabuhan, Kota Perdagangan, Kota Pariwisata, dan Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

(18)

sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Banjarmasin Selatan dengan densitas per kilometer persegi dihuni 3.950 jiwa.

Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air, di samping pengaruh musim hujan dan musim kemarau sehingga iklimnya bersifat tropis. Curah hujan rata-rata 277,9 mm perbulan, dengan rata-rata hari hujan 13 hari pada tahun 2011.

Kota Banjarmasin sebagai bagian dari Kawasan Metropolitan Banjar Bakula memiliki topografi yang datar, memiliki elevasi 0,75 meter dibawah permukaan laut. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus dalam rencana pola ruang. Rencana Pola Ruang Kota Banjarmasin, terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung di Kota Banjarmasin direncanakan seluas 20,58% dari luas wilayah Kota Banjarmasin atau seluas 2.027,99 Ha. Sedangkan Kawasan budidaya di Kota Banjarmasin direncanakan seluas 79,42% dari luas wilayah Kota Banjarmasin atau seluas 7.818,01 Ha.

Pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin, berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga berlaku pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 14.219.356.826 Ribu Rupiah (12,83%). Nilai tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pada tahun 2012 sebesar 12.602.821.974 Ribu Rupiah (11,94%). Sedangkan PDRB berdasarkan Atas Harga Konstan Tahun 2013 diperkirakan sebesar 5.939.160.036 Ribu Rupiah (6,52%), bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 5.575.729.402 (6,07%). Kenaikan PDRB baik atas harga dasar berlaku maupun atas harga konstan ini diperoleh karena semua sektor mengalami kanaikan output dibanding tahun sebelumnya.

PDRB per kapita Kota Banjarmasin tahun 2010 sebesar Rp. 15.585.241, meningkat pada tahun 2011 menjadi Rp. 17.729.791. Pada tahun 2012 PDRB per kapita mencapai Rp 19.447.929 dan tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp. 21.752.580. Peningkatan PDRB per kapita ini terjadi dikarenakan PDRB atas dasar harga berlaku juga mengalami kenaikan. Berdasarkanatas dasar harga konstan, PDRB perkapita juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 PDRB per kapita mencapai Rp. 7.856.248, tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi Rp. 8.278.352, tahun 2012 mengalami kenaikan lagi menjadi Rp. 8.604.136 dan pada tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp. 9.085.647.

(19)

Angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas di Kota Banjarmasin pada tahun 2012 adalah 98,9 %, bila dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Selatan angka melek huruf di Kota Banjarmasin lebih tinggi. Pencapaian melek huruf di Kota Banjarmasin cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Dengan Rata-rata lama sekolah di Kota Banjarmasin tahun 2012 menurut perhitungan sebesar 9,88 tahun. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI pada tahun 2011 sebesar 107,5%, Sedangkan APK pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA sederajat cenderung lebih rendah.

Komposisi penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha, memberikan gambaran roda perekonomian Kota Banjarmasin. Sektor perdagangan, jasa-jasa, serta kontruksi, transportasi dan pergudangan adalah lapangan usaha yang banyak menyerap lapangan pekerjaan. Persentase penduduk Kota Banjarmasin usia 15 tahun ke atas yang bekerja terbesar ada di sektor perdagangan sebesar 35,02 %, sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan 19,52 %, kontruksi 8,00 %, transportasi dan pergudangan sebesar 7,56 % dan Industri pengolahan sebesar 6,70 %.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) SD/MI pada tahun 2013 sebesar 106,42 %, bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 98,53% mengalami kenaikan. Sedangkan APS untuk SMP/M.Ts tahun 2008 sebesar 86,22% dilihat dari perkembangannya mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2012 mencapai 94,81%, APS untuk SMA/SMK/MA tidak mengalami kenikan bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Sarana pelayanan kesehatan yang dimiliki Pemerintah Kota Banjarmasin adalah beberapa rumah sakit pemerintah, 26 buah Puskesmas, 35 buah Puskesmas Pembantu, 26 buah Puskesmas Keliling, 1 buah Gedung Farmasi dan 1 buah Laboratorium Kesehatan.

Kondisi jalan yang ada di Kota Banjarmasin pada tahun 2008 dalam kondisi baik 186.436 km perkembangannya terus mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 424.576 km. Pada tahun 2009 panjang jalan dalam kondisi rusak sedang 174.928 km dan terus mangalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 127.145 km. Kondisi panjang jalan yang mempunyai drainase di Kota Banjarmasin tahun 2009 tercatat 111.091 km, terus mengalami peningkatan menjadi 123.215 km pada tahun 2013. Jumlah jaringan drainase di Kota Banjarmasin dari Tahun 2019-2011 berjumlah 1. Pembangunan turap terus diupayakan pada tahun 2009 tercatat 11.210,2 km mengalami peningkatan menjadi 18.388,7 km pada tahun 2013.

(20)

Adapun isu-isu strategis daerah yang menjadi prioritas perhatian pemerintah Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan kerja

2. Penanggulangan kemiskinan

3. Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik 4. Menjaga kualitas kesehatan

5. Menjaga Kualitas Pendidikan

6. Peningkatan sarana prasarana publik

7. Menjaga kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 8. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban

9. Peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan

B. Kota Banjarbaru

Kota Banjarbaru, secara geografis, terletak pada 03°27′ s/d 03°29′ Lintang Selatan dan 114°45′ s/d 114°45′ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar;

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan, KabupatenBanjar;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut

Luas wilayah Kota Banjarbaru 371,3 km2 dengan ketinggian

berada pada 0-500 m dari permukaan laut. Dari luas wilayah tersebut dapat dibedakan atas wilayah kelerengan 0-2% mencakup 59,35 % luas wilayah, kelerengan 2-8% mencakup 25,78 % wilayah, dan kelerengan 8-15% mencakup 12,08 % wilayah Banjarbaru.

Banjarbaru memiliki iklim tropis berkisar antara 23,3oC-32,7oC dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 47%- 98%.

Kota Banjarbaru secara administratif terdiri dari 5 Kecamatan dan 20 Kelurahan, yaitu: Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan.

(21)

jiwa, kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan mencapai 220.168 jiwa yang terdiri dari 112.819 jiwa laki-laki dan 107.349 jiwa perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Banjarbaru dari tahun 2009-2013 sebesar 6,53% dengan tingkat kepadatan pada tahun 2013 mencapai 593 orang per km2.

Pengembangan potensi wilayah secara spasial yang dilakukan melalui kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru termasuk dalam Kawasan Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi yakni Kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, sebagian Kabupaten Banjar, sebagian Kabupaten Barito Kuala, sebagian Kabupaten Tanah Laut.

Kota Banjarbaru yang identik sebagai Kota Pendidikan di mana terdapat berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta menyebabkan banyaknya pendatang yang berdomisili untuk menuntut ilmu. Selain itu, posisi Kota Banjarbaru yang cukup strategis baik secara administratif maupun akses ekonomi mendorong peningkatan jumlah penduduk sehingga mendorong perkembangan pembangunan perumahan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir.

Selama tahun 2009 sampai dengan 2012 perkembangan nominal PDRB Kota Banjarbaru terus meningkat dari sebesar 1.696,61 milyar rupiah menjadi 2.360,08 milyar dan diperkirakan pada tahun 2013 meningkat sebesar 2.657,29 milyar rupiah. Besaran PDRB ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas kegiatan ekonomi Kota Banjarbaru mengalami peningkatan baik dari nilai nominal maupun realitas produksinya.

Struktur perekonomian Kota Banjarbaru masih didominasi oleh peranan sektor tersier dan sektor sekunder. Hal ini disebabkan Kota Banjarbaru tidak memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah. Selain itu, Banjarbaru merupakan wilayah permukiman dan perkantoran.

Peranan sektor tersier dalam struktur perekonomian Kota Banjarbaru diperkirakan mengalami peningkatan dari 54,78 % pada tahun 2012 menjadi 55,35 % pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan sektor jasa-jasa yang terus mengalami perkembangan. Sementara itu, peranan sektor sekunder diperkirakan cenderung mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2012, yaitu dari 33,22 % pada tahun 2012 menjadi 32,86 % di tahun 2013. Hal ini merupakan kelanjutan dari adanya beberapa perusahaan industri besar sedang yang tutup sejak tahun 2011.

Rata-rata PDRB per kapita Kota Banjarbaru selama periode 2009-2012 sebesar 10,30 juta rupiah dan pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 12,07 juta rupiah. Seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku, maka diharapkan kemampuan daya beli penduduk per kapita juga mengalami peningkatan.

(22)

ini dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10. Angka melek huruf Kota Banjarbaru pada tahun 2013 sebesar 98,91 %. Hal ini berarti 1,09 % saja penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis.

Sementara, pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah Kota Banjarbaru cukup tinggi yaitu sebesar 10,66 tahun. Artinya rata-rata penduduk Kota Banjarbaru telah mengentaskan pendidikan sampai di kelas 3 SMA. Hal ini menunjukkan program pemerintah wajib belajar 9 tahun sudah berhasil.

Kota Banjarbaru menjadi barometer untuk kualitas penduduk Kalimantan Selatan, karena selain angka melek dan angka partisipasi belajar yang tinggi, persentase penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi juga jauh lebih banyak dibandingkan kabupaten lain. Di Kota Banjarbaru selain berdiri Universitas Negeri tertua di Kalimantan Selatan, tersebar juga beberapa perguruan tinggi dengan berbagai jurusan.

Partisipasi sekolah penduduk Kota Banjarbaru pada tahun 2013 cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari APK SD yang mencapai 120 %, APK SLTP 103 % dan APK SLTA mencapai 84,78 % serta APM SD sebesar 98,78 %, APM SLTP 90,91 % dan APM SLTA sebesar 58,28 %.

Dari seluruh penduduk usia kerja di Kota Banjarbaru, sebesar 61,16% diantaranya aktif dalam pasar tenaga kerja atau disebut dengan penduduk angkatan kerja. Sedangkan sisanya lebih memilih untuk mengurus rumah tangga atau masih bersekolah.

Selama 5 tahun terakhir ini sekitar 60 % lebih dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kota Banjarbaru adalah angkatan kerja, dengan TPAK pada tahun 2013 sebesar 62,43 % yang berarti dari 100 orang penduduk usia kerja, 62 orang diantaranya merupakan angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja). Dari jumlah tersebut yang bekerja sebesar 97,96 %, sehingga tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota Banjarbaru hanya 2,04 % atau mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 6,54 %.

Perkembangan jumlah sekolah menurut jenjang pendidikan tahun 2009-2013adalah sebagai berikut; TK sebanyak 90 buah, SD sebanyak 74 buah, SMP sebanyak 20 buah, SMA sebanyak 10 buah, dan SMK sebanyak 14 buah.

Pemerintah Kota Banjarbaru memberikan dukungan yang penuh terhadap keberadaan perguruan tinggi tersebut. Hingga tahun 2013 terdapat 2 buah perguruan tinggi negeri dan 10 buah swasta di Kota Banjarbaru. Unlam merupakan universitas negeri tertua di Pulau Kalimantan. Di Unlam tersedia berbagai fakultas dengan jurusannya masing-masing, dan fakultas-fakultas yang terdapat di Banjarbaru yaitu Fakultas Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Teknik, MIPA, Kedokteran serta Program Pasca Sarjana.

(23)

dokter umum 74 orang, dokter gigi 20 orang, perawat dan bidan 327 orang, apoteker 55 orang, ahli gizi 40 orang, teknisi medis 67 orang, ahli sanitasi 35 orang, dan ahli kesmas 33 orang.

Panjang jalan negara yang melewati Kota Banjarbaru hingga tahun 2012 adalah 26,500 km dengan kondisi baik. Sedangkan jalan Provinsi yang ada di Kota Banjarbaru adalah sepanjang 19,000 km. Jalan yang dimiliki pemerintah Kota Banjarbaru sendiri adalah sepanjang 515,175 km dengan rincian 64,41% dalam kondisi baik, 22,38% dalam kondisi sedang, 12,08 % dalam kondisi rusak dan 1,13% dalam kondisi rusak berat.

Sebagian besar penduduk Kota Banjarbaru adalah pemeluk agama Islam, akan tetapi toleransi beragama di Kota Banjarbaru tercipta baik. Karena sebagian besar penduduk Kota Banjarbaru adalah pemeluk Islam, maka tempat ibadah yang paling banyak adalah masjid dan mushola/langgar. Pada tahun 2012 terdapat 63 mesjid dan 192 mushola/langgar. Selain itu juga terdapat 2 bangunan gereja khatolik. Sarana ibadah yang lain juga tersedia, yaitu 6 gereja protestan dan 1 pura.

Sepanjang tahun 2009-2013 sebagian besar rumah tangga di Kota Banjarbaru menggunakan sumur terlindung/tidak terlindung untuk kebutuhan air minum. Selain itu, cukup banyak rumah tangga yang menggunakan air kemasan dan air leding. Pada tahun 2013, tidak ada lagi rumah tangga yang menggunakan air sungai dan air lainnya untuk sumber air minum.

Selama periode 2009-2013 perkembangan realisasi pendapatan daerah meningkat sebesar 61,07 %, yaitu dari 411,17 milyar rupiah pada tahun 2009 menjadi 662,69 milyar rupiah pada tahun 2013. Sedangkan dari sisi belanja realisasi meningkat sebesar 61,28 %, yaitu dari 421,28 milyar rupiah pada tahun 2009 meningkat menjadi 679,61 milyar rupiah pada tahun 2013.

Struktur perekonomian Kota Banjarbaru selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 didominasi oleh 3 sektor yaitu jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi serta perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2013 sektor jasa-jasa masih menunjukkan komposisi angka tertinggi dalam kontribusi pembentukan PDRB di Kota Banjarbaru dengan andil 7,84%. Dua sektor lainnya yang cukup menyangga struktur perekonomian Kota Banjarbaru yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,95% dan pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,12%.

Dari berbagai kompleksitas pembangunan di Kota Banjarbaru, maka dirumuskanlah beberapa isu strategis untuk menjadi acuan prioritas arah pembangunan Banjarbaru kedepannya, diantaranya adalah:

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan; 2. Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah;

(24)

5. Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup; dan

6...Peningkatan Profesionalisme Aparatur dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

C. Kabupaten Banjar

Kabupaten Banjar terletak di bagian Selatan Provinsi Kalimantan Selatan, berada pada 114° 30' 20" dan 115° 33' 37" Bujur Timur serta 2° 49' 55" dan 3° 43'38 Lintang Selatan. Luas wilayahnya 4.668,50 Km2 atau sekitar 12,20 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administratif, Kabupaten Banjar berbatasan dengan:

 Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan di sebelah Utara;

 Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu di sebelah

Timur

 Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru di sebelah Selatan,

 Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin di sebelah Barat.

Berdasarkan data Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2013, Kabupaten Banjar terbagi ke dalam 20 wilayah Kecamatan, 277 Desa dan 13 Kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Aranio yaitu 1.166,35 Km² (24,98 %), dan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Martapura Timur, yaitu 29,99 Km² (0,64%).

Perkembangan penduduk Kabupaten Banjar tahun 2005 tercatat sebanyak 464.148 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk pada tahun 2013 menunjukan angka sebanyak 516.663 jiwa, ini berarti terjadi peningkatan rata-rata sebesar 1,8 % per tahun.

Berdasarkan data kepadatan penduduk Kabupaten Banjar, maka tingkat kepadatan rata-rata adalah sebesar 337 jiwa/km dengan kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Martapura Kota yaitu sebesar 2.193 jiwa/km, sedangkan kepadatan terendah berada pada Kecamatan Paramasan yaitu sebesar 6 jiwa/km. Sementara itu penduduk menurut suku yang mendiami wilayah Kabupaten Banjar bagian terbesar adalah Suku Banjar sekitar 87,81%, Suku Jawa sekitar 7,24%, Suku Madura sekitar 3,17%, Suku Bukit sekitar 0,42% dan Suku Sunda sekitar 0,29%.

(25)

relatif tinggi dengan rata-rata berkisar 40,0 % sampai 100,0 %, dengan kelembaban maksimum pada bulan Pebruari, Maret, April, Oktober,

Ketinggian wilayah Kabupaten Banjar berkisar antara 0 – 1,878 meter dari permukaan laut (dpl), dimana 35 % berada di ketinggian 0-7 m dpl, 55,54% ada pada ketinggian 50 – 300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpl. Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu tergenang (29,93 %) sebagian lagi (0,58 %) tergenang secara periodik.

Pada umumnya tanah di wilayah ini bertekstur halus (77,62 %) yaitu meliputi tanah liat, berlempung, berpasir dan berdebu. Sementara 14,93% bertekstur sedang yaitu jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39% bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, pasir berdebu. Kedalaman efektif tanahnya sebagian besar lebih besar dari 90 cm (66,45%), sementara kedalaman 60 – 90 cm meliputi 18,77 %, dan 30 – 60 cm hanya 14,83%.

Menurut peta tanah eksplorasi tahun 1981 skala 1 : 1.000.000 dari Lembaga Penelitian Bogor di wilayah Kabupaten Banjar dijumpai jenis tanah: organosol, gleihumus dengan bahan induk alluvial dan fisiografi dataran meliputi 3,72 %. Tanah komplek podsolik merah kuning dan laterit dengan bahan induk batuan baku dengan fisiografi dataran meliputi 14,29 %. Tanah latosol dengan bahan induk batuan beku dan fisiografi instrusi meliputi 24,84 %. Tanah komplek podsolik merah kuning, latosol dengan batu induk endapan dan metamorf meliputi 28,57 %.

Pendapatan per kapita merupakan rata-rata output yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun. Pendapatan per kapita Kabupaten Banjar pada tahun 2005 sebesar 7.236.080 (harga berlaku) dengan tingkat pertumbuhan sebesar 11,94 %, sedang pendapatan per kapita (harga konstan) sebesar 5.599.767 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,79 %. Pada tahun 2009 pendapatan perkapita Kabupaten Banjar atas harga berlaku sebesar 12.285.825 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 11,57 sedang atas dasar harga konstan sebesar 6.417.637 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,35 %.

Pertumbuhan PDRB ini masih berada di atas rata-rata Provinsi. Pada tahun 2009 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar 12 285 825 atau sebesar 11,57%. Dan PDRB atas harga Dasar konstan Sebesar 6 417 637 atau 4,35%

Data dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan menunjukkan bahwa produksi padi dari tahun 2008 s/d 2012 mengalami peningkatan sebesar 26,65 %. Komoditi jagung dalam lima tahun ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 680 ton menjadi 2.346 ton pada tahun 2012 atau terjadi kenaikan sebesar 245 %, sedang kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar mengalami penurunan.

(26)

signifikan kontribusinya dalam produksi pertanian secara luas yaitu Rata-rata produksi komoditas karet di Kabupaten Banjar pada tahun 2012 135.315 kwintal.

Populasi di Kabupaten Banjar merupakan ternak besar yang meliputi sapi, kerbau dan kuda dalam lima tahun ini ada kecenderungan mengalami penurunan. Populasi unggas khususnya ayam petelur dan pedaging setiap tahun mengalami peningkatan, sedang ayam buras terus mengalami penurunan selama lima tahun ini.

Produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Produksi perikanan di Kabupaten Banjar selama lima tahun masih di dominasi perikanan budidaya. Adapun produksi perikanan selama lima tahun ini mengalami peningkatan sangat pesat dari 30.601,80 ton pada tahun 2008 menjadi 60.644,9 ton pada tahun 2012.

Lokasi yang menjadi andalan untuk perikanan tangkap adalah Kecamatan Aluh-aluh yang mempunyai wilayah pesisir satu-satunya di Kabupaten Banjar dengan luas perairan laut sebesar 34,99 Km dan panjang garis pantai/sungai 26,36Km. Dari 19 desa di Kecamatan Aluh-Aluh terdapat 12 Desa pantai/pesisir yang dikembangkan untuk potensi perikanan laut.

Disamping potensi perikanan tangkap berupa kawasan pesisir sebagaimana dijelaskan di atas, Kabupaten Banjar juga memiliki kawasan minapolitan. Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banjar merupakan pengembangan kegiatan budidaya perikanan air tawar yang berada dan berbatasan langsung dengan Sungai Martapura dan Jalan Martapura Lama di sebelah Utara, kemudian Kota Banjarbaru di sebelah Selatan, Kota Martapura di sebelah Timur dan Desa-desa pertanian di Kecamatan Martapura Barat dan Kecamatan Sungai Tabuk di sebelah Barat. Melihat kondisi demikian kawasan ini dikelilingi dan berbatasan langsung dengan jalur transportasi darat dan sungai, pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kegiatan pusat kota pemerintahan, jasa dan perdagangan serta kegiatan budidaya pertanian lahan basah.

Perubahan paradigma pembangunan pada pembangunan manusia terus dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hal itu dapat dilihat dari komitmen Pemerintah Kabupaten Banjar untuk menaikkan anggaran pendidikan sehingga dapat mencapai 20 % dari total anggaran (APBD) tahun bersangkutan. Kinerja bidang pendidikan dapat terlihat dari beberapa parameter, diantaranya; angka melek huruf pada tahun 2013 sebesar 97,10, rata-rata lama sekolah selama 7,32 tahun, angka partisipasi murni sekolah dasar sebesar 96,71%, angka partisipasi murni SMP dan SMA sederajat masing-masing 85,73% dan angka partisipasi kasar SD, SMP dan SMA sederajat masing-masing 101,24 %, 90,62 %, dan 56,42 %.

(27)

2012 tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan menjadi 76,44 %, sedang tahun 2013 terjadi penurunan lagi menjadi 76,2 %.

Data tahun 2013 menunjukkan jumlah pemeluk agama dan keyakinan yang ada di Kabupaten banjar masing-masing meliputi Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Animisme. Mayoritas penduduk Kabupaten Banjar memeluk agama Islam. Adapun %tase pemeluk agama di Kabupaten Banjar adalah; Islam sebanyak 486.641 orang (99,61%),Kristen protestan sebanyak 939 orang (0,19%), Katolik sebanyak 546 orang (0,11%), Hindu sebanyak 54 orang (0,01), dan Buddha dan Animisme 359 orang (0,07%). Di samping itu, fasilitas tempat ibadah yang dimiliki Kabupaten Banjar adalah berupa mesjid sebanyak 336 buah, sedangkan jumlah musholla/langgar sebanyak 1.055 buah. Data tersebut menunjukan adanya peningkatan masjid dan musholla/langgar dalam lima tahun terakhir.

Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman kegiatan masyarakat menyebabkan peningkatan kebutuhan air. Sumber air selama ini yang dimanfatkan oleh masyarakat Kabupaten Banjar sebagian besar menggunakan air sumur, air sungai dan air PDAM. Kebutuhan air untuk rumah tangga setiap tahun mengalami peningkatan. Data/ informasi yang diperoleh dari PDAM Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih pada tahun 2005 sebanyak 17.715 rumah tangga dan mengalami kenaikan sebesar 51,42 % atau menjadi 26.825 rumah tangga pada tahun 2009.

Adapun kondisi yang harus diperhatikan serta dikelola dengan baik dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Banjar kedepan yaitu:

1. Bidang Sosial Budaya:

1. Keserasian kebijakan kependudukan dengan daya tampung lingkungan, perluasan kesempatan kerja dan pengurangan masalah sosial dan kemiskinan, pengembangantransmigrasi, peningkatan derajat kesehatan penduduk, dan aksesibilitas dan mutu pelayanan, peningkatan sdm kesehatan,

2. Peningkatan kualitas, sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan dan pengembangan budaya daerah, pemberdayaan anak dan perempuan, peningkatan kemandirian sosial ekonomi pemuda, pengurangan risiko bencana

2. Bidang Perekonomian Daerah:

1. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, peningkatan keunggulan produk …lokal dan infrastruktur pendukungnnya. 2. Ketahanan pangan, kestabilan stok sembako, penurunan daya dukung dan ………….alih fungsi lahan dan air, pengelolaan hutan, potensi perkebunan dan ………….perikanan.

3. Pemanfaatan energi dan sumber daya mineral dengan memperhatikan aspek …lingkungan

(28)

1. pembangunan pada bidang transportasi massal dan efisiensi pelayanan …angkutan umum.

2. pengelolan sumberdaya terpadu

3. penyediaan air bersih dan pengelolaan limbah

4. penyediaan listrik dan infrastruktur jaringan komunikasi 4. Struktur Tata Ruang

1. Pengelolaan pertumbuhan wilayah yang terintegrasi antar sektor

…pembangunan.

2. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah, pencapaian proporsi lahan …untuk kawasan hutansebesar 30%, mempertahankan kawasan resapan air …dan kawasan fungsi hidrogeologis.

5. Pemerintahan, Hukum dan Politik

Optimalisasi kapasitas aparatur daerah, Penanaman pola hidup patuh hukum, penguatan peran pemerintah sebagai fasilitator dan advokasi kebijakan publik.

D. Kabupaten Barito Kuala

Secara geografis Kabupaten Barito Kuala terletak antara 114°20‟50” - 114°50‟18” Bujur Timur dan 2°29‟50” - 3°30‟18” Lintang Selatan. Kabupaten Barito Kuala terletak paling Barat dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas :

 Sebelah Utara dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan

Kabupaten Tapin.

 Sebelah Selatan dengan Laut Jawa

 Sebelah Barat dengan Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah

(29)

195 desa. Luas wilayah Kabupaten Barito Kuala 7,99 % dari luas Provinsi Kalimantan Selatan secara keseluruhan luasnya 2.996,96 km2

atau 299.696 hektar.

Kecamatan Kuripan merupakan Kecamatan terluas yakni 343,50 km2 atau 11,46% dari total luas wilayah Kabupaten Barito Kuala.

Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Wanaraya yakni 37,50 km2 atau hanya 1,25% dari total luas Kabupaten

Barito Kuala.

Kabupaten Barito Kuala memiliki penduduk sebanyak 278.678 jiwa dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebanyak 139.605 berbanding dengan 139.073. pertumbuhan rata-rata penduduk Batola adalah 0,85% dengan kepadatan rata-rata 91,99 jiwa per km2.

Kabupaten Barito Kuala terletak pada ketinggian 0,2-3 m dpl yang kemampuan dan kesuburan tanahnya dipengaruhi oleh pasang surut air dan sebagian tergenang oleh rawa. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Barito Kuala merupakan daerah dataran rendah yang relatif datar. Wilayah Kabupaten Barito Kuala dilalui oleh 3 sungai besar yaitu Sungai Barito, Sungai Negara dan Sungai Kapuas. Kabupaten Barito Kuala berada pada pertemuan 3 sungai tersebut. Sungai-sungai ini menjadi jalur transportasi hasil bumi antar kabupaten dalan provinsi maupun antar provinsi di Kalimantan. Selain itu Sungai Barito juga menjadi irigasi utama pertanian dan perikanan kabupaten. Data curah hujan Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2011mencapai 2.337 mm dan termasuk dalam daerah beriklim tropis.

Jumlah penggunaan lahan terbesar pada tahun 2011 di Kabupaten Barito Kuala adalah untuk sektor pertanian yaitu seluas 120.962 Ha. Dari jumlah tersebut lahan produktifnya sebesar 99.794 Ha, kemudian penggunaan lahan non sawah sebesar 25.308 Ha, kebun 13.336 Ha, ladang 123 Ha, pengembalaan ternak 13.366 Ha, dan sisanya 8.631 Ha belum digunakan.

Jenis budidaya di Kabupaten Batola meliputi budidaya pertanian dan perkebunan, kawasan perdagangan dan jasa menjadi wilayah yang dominan di area strategis seperti daerah perumahan, perkantoran, pertokoan dan pergudangan. Kawasan industru besar terdapat di kecamatan Tamban, Tabunganen, Anjir Muara dan Alalak. Sedangkan untuk industri. Sementara untuk industri sedang selain di empat kecamatan di atas juga di kembangkan di Kecamatan Rantauan Badauh.

Perkembangan ketenagakerjaan di Kabupaten Batola dapat dilihat dari besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi dan indikator utama yang biasa digunakan untuk menentukan hal ini adalah tingkat partisipasi angkatan kerja. Pada tahun 2012 dari seluruh penduduk usia kerja (15 tahun keatas) jumlah penduduk yang telah aktif pada kegiatan perekonomian (angkatan kerja) adalah 164.631 jiwa dengan penduduk yang bekerja asebesar 157.259 jiwa. PDRB berdasarkan harga konstan rata-rata penduduk Batola pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 11.215 juta.

(30)

Batola didominasi oleh penduduk beragama Islam sebanyak 284.872 orang, diikuti Protestan sebanyak 540 orang,Katholik 313 orang, dan Hindu 1.068 orang. Tempat peribadatan di Kabupaten Batola didominasi oleh mesjid dan langgar yang masing-masing berjumlah 231 dan 790 buah serta beberapa tempat ibadah lain.

Pada bidang pendidikan Kabupaten Batola memiliki sarana pendidikan yang meliputi Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Adapun fasilitas Sekolah Negeri dan Swasta yang telah dibangun di Batola adalah sebanyak 187 buah TK, 270 buah SD, 55 buah MI, 58 buah SMP, 41 buah MTs, 17 buah SMA dan 19 buah MA dengan jumlah pengajar sebanyak 5.974 guru. Angka melek huruf pada tahun 2012 di Batola telah mencapai 92,29 %. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Batola pada tahun 2012 adalah 6,91 tahun dan capaian pembangunan di bidang pendidikan dengan indikator angka partisipasi kasar pada jenjang SD sebesar 108,32%, SLTP sebesar 99,60%, dan SMU berada di angka 58,84%. Angka partisipasi murni pada tahun 2012 untuk SD di Kabupaten Batola sebesar 97,75%. APM SLTP sebesar 89,91% dan APM SMU sebesar 39,47%.

Pada bidang kesehatan, Kabupaten Batola memiliki jumlah tenaga kesehatan sebesar 656 orang yang terdiri dari 61 dokter, 193 perawat dan 234 orang bidan serta 30 tenaga farmasi. Fasilitas kesehatan di Kabupaten Batola pada tahun 2012 terdiri dari 1 buah rumah sakit, 19 buah Puskesmas, 65 buah Pustu, dan 153 Poskesdes. Pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kabupaten Batola relatif merata di setiap kecamatan dengan akseptor KB aktif tahun 2012 sebesar 48.253 orang yang didukung dengan 42 klinik dan 711 orang petugas KB.

Pada aspek daya saing daerah infrastruktur jalan di Kabupaten Batola telah mencapai 62,00 km jalan negara, 60,21 km jalan provinsi dan 628,13 km jalan kabupaten. Panjang jalan berdasarkan permukaan jalan terdiri dari jalan aspal sepanjang 431,84 km, jalan kerikil sepanjang 185,6 km, dan jalan permukaan tanah sepanjag 132,9 km.

Dalam pemenuhan air minum, Kabupaten Batola memiliki PDAM. Sejauh ini, sarana air bersih masih terbatas di 8 kecamatan yaitu di Rantau Badauh, Alalak, Anjir Pasar, Cerbon, Bakumpai Marabahan, Tamban dan Kecamatan Tabunganen. Sementara, untuk daerah yang belum dapat dijangkau jaringan pipa PDAM, penduduknya memanfaatkan sumber air berupa sumur atau pun sungai.

Beberapa isu strategis yang menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Barito Kuala diantaranya:

1. Inovasi kegiatan pertanian untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menerapkan teknologi manajemen pasca panen, pemasaran, dan diversifikasi produk akhir.

2. Peningkatan produktivitas padi di Batola

3. Mengembangkan wilayah strategis Banjar bakula

(31)

5. Pemanfaatan Sungai Barito untuk transportasi utama usaha pertambangan dan perkebunan disamping kegiatan pertanian dan perikanan

6. Tersedianya ruang terbuka hijau di setiap desa

7. Pengelolaan sumber daya hutan khususnya galam di Kabupaten Barito Kuala

2.1.2.2 Kawasan Rawa Batang Banyu

A. Kabupaten Tapin

Kabupaten Tapin memiliki luas wilayah 2.174,95 km2 dan secara

geografis terletak pada 2 °11’ 40,2” s.d 3° 11’ 50” Lintang Selatan dan 114° 4’ 27” s.d 115 ° 3’20” Bujur Timur dengan batas administrasi sebagai berikut :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai

Selatan

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Banjar

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Barito

Kuala

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Banjar

Kabupaten Tapin terdiri dari 12 kecamatan yaitu Binuang, Hatungun, Tapin Selatan, Salam Babaris, Tapin Tengah, Bungur, Piani, Lok Paikat, Tapin Utara, Bakarangan, Candi Laras Selatan dan Candi Laras Utara.

Jumlah penduduk Tapin pada tahun 2011 mencapai 170.468 jiwa. terdiri dari 85.920 laki-laki, dan 84.548 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Tapin selama 10 tahun hingga 2010 sebesar 1,71% atau 0,17 % per tahun.

Berdasarkan ketinggiannya, Tapin dibagi menjadi 2 bagian yaitu wilayah dengan dataran tinggi dan dataran rendah. Kabupaten Tapin sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian antara 0-7 m dpl (67,34%). Lahan di Tapin sebagian besar termasuk lahan datar, sekitar 82% dari seluruh wilayah Tapin merupakan lahan dengan kemiringan 0-2%. Wilayah yang agak bergelombang dengan kemiringan >2% meliputi sekitar 18% dari luas wilayah.

Gambar

Tabel II. 1 Kerawanan Banjir di setiap Kabupaten/Kota di ProvinsiKalimantan Selatan
Tabel II. 2 Titik Panas di Setiap Kabupaten/Kota di ProvinsiKalimantan Selatan tahun 2011
Gambar II. 2 Prosentase Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota TerhadapProvinsi Kalimantan Selatan
Tabel II. 4 Penduduk Kalimantan Selatan Menurut Kelompok Umurpada tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produk kebijakan yang meliputi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) dan Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) yang menjadi sebagian dari landasan

Untuk senyawa AmBn yang terlarut, maka ia akan mengalami ionisasi dalam sistem kesetimbangan:.. AmBn (s) ↔ mA n+ (aq) + nB

• Titik ekivalen (ttk akhir teoritis titrasi)   adalah titik (saat)   dimana jumlah ekivalen zat penitrasi sama dengan jumlah ekivalen zat yang   dititrasi. • Titik akhir

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 TEKNIK INFORMATIKA Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 AKUNTANSI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

melakukan hal yang salah, dengan membuat keputusan yang buruk melakukan penipuan keuangan hanya untuk mencapai “target laba yang telah ditentukan” mereka. Mereka

Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada

Penulis menggunakan Pocket Expense berbayar dengan versi 4.5.1 untuk iPad dan iPhone yang penulis beli dari App Store pada April 2014 lalu. Logo dari versi berbayar Pocket