• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Perusahaan Umum (Perum) DAMRI Kantor Cabang Medan dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Pelayanan Bus Trans Medan – Binjai – Deli Serdang (Mebidang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Perusahaan Umum (Perum) DAMRI Kantor Cabang Medan dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Pelayanan Bus Trans Medan – Binjai – Deli Serdang (Mebidang)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi memegang peranan yang cukup penting dalam mendukung

dan mempermudah masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari maupun

berbagai kegiatan lain seperti kegiatan perekonomian, pariwisata, perindustrian,

dan sebagainya. Peran transportasi yang begitu penting ini juga dapat dirasakan

terutama pada daerah perkotaan yang menuntut mobilitas yang tinggi dari

masyarakatnya seperti Kota Medan dan kota-kota di sekitarnya.Kota Medan

sebagai pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara dan pusat berbagai kegiatan

seperti pusat perkantoran, pusat pendidikan, pusat bisnis serta pusat perdagangan

tentu menuntut mobilitas yang tinggi dari masyarakat.Aktivitas di berbagai sektor

tersebut menarik mobilitas penduduk bukan hanya dari Kota Medan, melainkan

juga kota-kota lain seperti Kota Binjai dan Deli Serdang. Sayangnya, meskipun

sebagai pusat pemerintahan dan pusat berbagai aktivitas, Kota Medan termasuk

dalam salah satu kota di Indonesia dengan tingkat kemacetan yang cukup tinggi.

Semakin parahnya tingkat kemacetan di Kota Medan ini dapat kita lihat dari

menurunnya kecepatan kendaraan dalam kota dan kerugian materi mencakup

biaya pemakaian bahan bakar yang lebih tinggi, biaya kerusakan lingkungan dan

kerusakan lainnya.

Pertumbuhan penduduk mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

(2)

angkutan jalan raya, baik yang sifatnya angkutan umum maupun angkutan

pribadi. Semakin tinggi angka pertumbuhan penduduk dan mobilitas masyarakat

maka semakin besar pula kebutuhan akan transportasi. Jumlah pertumbuhan

masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Jumlah Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990 – 2010

No. Tahun Jumlah Pertumbuhan Penduduk (Jiwa)

1. 1980 8.360.894

2. 1990 10.256.027

3. 2000 11.513.973

4. 2010 12.982.204

(Sumber:

pada 12 Januari 2017, pukul 17.28 WIB)

Tingginya jumlah penduduk ini menyebabkan tingginya permintaan

masyarakat akan angkutan umum dalam melakukan pergerakan. Permasalahan

lalu lintas yang terjadi seperti meningkatnya kemacetan di Kota Medan dan

sekitarnya merupakan dampak dari beberapa permasalahan kependudukan yang

dihadapi Kota Medan dan sekitarnya. Selain peningkatan jumlah penduduk yang

melebihi kapasitas wilayah, semakin meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan

pribadi yang melebihi kapasitas jalan menjadi faktor lain penyebab meningkatnya

kemacetan di Kota Medan. Pemilihan kendaraan pribadi sebagai alternatif

berkendara merupakan konsekuensi dari kapasitas transportasi umum yang belum

memadai.Rendahnya aksesibilitas angkutan umum mengakibatkan tidak adanya

kepastian pelayanan, sehingga mendorong sebagian besar masyarakat untuk

memilih menggunakan kendaraan pribadi.Kondisi ini mengakibatkan tingkat

(3)

pribadi. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Sumatera Utara ini

dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Bermotor di Provinsi Sumatera Utara yang Terdaftar (Unit), Tahun 2004 - 2013

No. Tahun Mobil pada 12 Januari 2017, pukul 17.43 WIB)

Keterangan: *Angka diperbaiki

Angka pertumbuhan penduduk dan mobilitas masyarakat yang semakin

tinggi membuat masyarakat menjadi semakin jeli dalam menentukan pilihan

terhadap jasa angkutan umum yang akan digunakan. Keinginan masyarakat

sebagai konsumen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh jasa

transportasi angkutan umum.Kepuasan penumpang dapat tercapai apabila kualitas

pelayanan yang diberikan dapat dipenuhi oleh penyedia jasa transportasi baik oleh

pemerintah maupun oleh swasta. Dalam menghadapi masalah tersebut maka

diperlukan kebijakan pengembangan sistem transpotasi perkotaan yaitu dengan

mengembangkan angkutan massa yang tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien

(4)

Berdasarkan UU No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan,

pemerintah bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan angkutan umum

yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat. Sesuai dengan

peraturan perundang-undangan tersebut serta untuk mengatasi permasalahan lalu

lintas dan menjawab kebutuhan masyarakat akan angkutan umum, pemerintah

melalui Kementrian Perhubungan mengadakan program pengadaan bus angkutan

massal dengan mengembangkan sistem transit. Program angkutan bus massal ini

sudah diselenggarakan di beberapa daerah perkotaan seperti Trans Jakarta di Kota

Jakarta, Trans Sarbagita di Bali, Trans Pakuan di Kota Bogor, Trans Metro

Bandung di Kota Bandung, Trans Jogja di Yogyakarta, Trans Semarang di Kota

Semarang, Trans Metro Pekanbaru di Kota Pekanbaru, Trans Musi di Kota

Palembang, Trans Hulonthalangi di Kota Gorontalo, Batik Solo Trans di Kota

Surakarta, Trans Bandar Lampung di Lampung, dan kota-kota lainnya. Untuk

menjawab kebutuhan akan angkutan umum masyarakat di Provinsi Sumatera

Utara, Kementrian Perhubungan menghibahkan 30 bus kepada pemerintah daerah

Provinsi Sumatera Utara yang diresmikan sebagai Bus Trans Mebidang. Untuk

mendukung peleyanan Bus Trans Mebidang ini Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 31 tahun 2014

tentang Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan di Wilayah Perkotaan

Medan, Binjai dan Deli Serdang. Trans Mebidang merupakan sebuah sistem Bus

Rapid Transit (BRT) di provinsi Sumatera Utara yang beroperasi di Kota Medan,

Kota Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang. Untuk pengelolaan dan pengoperasian

(5)

telah diserahkan sepenuhnya kepada Perum DAMRI sesuai keputusan Kementrian

Perhubungan selaku pihak yang melakukan program pengadaan bus nasional Bus

Rapid Transit (BRT), namun tetap bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota

Medan. Dalam hal ini, Dinas Perhubungan Kota Medan bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan pengoperasian Bus Trans Mebidang dan berwenang

dalam menyediakan fasilitas pendukung seperti halte, sedangkan Perum DAMRI

berwenang dalam mengatur pengoperasian Trans Mebidang seperti rute atau

trayek Trans Mebidang. Trans Mebidang mulai beroperasi pada November 2015

setelah tertunda dari target pada tahun 2013. Bus Trans Mebidang adalah jenis

moda tranportasi yang dapat mengangkut penumpang dengan kapasitas yang

besar dan dalam waktu tempuh perjalanan yang singkat dengan biaya yang

terjangkau oleh masyarakat.Dengan hadirnya Trans Mebidang ini diharapkan

masyarakat dapat beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum sehingga

dapat mengurangi kemacetan dan konsumsi bahan bakar minyak yang tinggi.

Trans Mebidang telah beroperasi hingga saat ini dengan armada sebanyak

30 unit bus yang tersebar di dua koridor, yaitu Koridor Medan- Binjai dan Koridor

Medan-Deli Serdang. Pada tahap selanjutnya, akan dikembangkan tujuh koridor

lainnya yang nantinya keseluruhan koridor ini akan membentuk jaringan

pelayanan angkutan massal yang dapat mengurangi kemacetan. Sebagai fasilitas

pendukung, ada 47 halte yang tersebar sepanjang jalur trayek bus, mulai dari Kota

Binjai hingga Kabupaten Deli Serdang dan penumpang yang ingin menggunakan

Bus Trans Mebidang diwajibkan untuk naik serta turun pada halte-halte yang

(6)

Namun demikian, selama pengoperasian Bus Trans Mebidang sejak awal

diresmikan hingga saat ini tentu tidak lepas dari berbagai hambatan maupun

masalah.Salah satu permasalahan yaitu belum terangkutnya jumlah penumpang

secara maksimal sesuai dengan kapasitas Bus Tans Mebidang yang

tersedia.Meskipun di beberapa wilayah bus sepi penumpang, bus harus tetap

dijalankan dan biaya operasinya sudah di subsidi oleh pemerintah. Hal ini dapat

disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat bahwa pemerintah telah

menyediakan angkutan umum Bus Trans Mebidang yang aman, nyaman, cepat

dengan harga terjangkau ataupun belum maksimalnya animo masyarakat untuk

menggunakan angkutan umum Bus Trans Mebidang. Ketidaktahuan serta belum

maksimalnya animo masyarakat ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

sosialisasi tentang Bus Trans Mebidang yang meliputi pelayanan informasi

mengenai jadwal perjalanan, rute dan tarif Bus Trans Mebidang kepada

masyarakat belum secara maksimal dilakukan.

Permasalahan lain yang muncul adalah keberadaan Bus Trans Mebidang

ini telah menimbulkan penolakan dari angkutan umum lain yaitu angkot yang

berada di satu jalur yang dilewati oleh Bus Trans Mebidang. Hal ini sering

berujung pada tindakan kriminalitas berupa pelemparan dan perusakan Bus Trans

Mebidang ketika sedang beroperasi oleh preman ataupun orang tak dikenal.Hal ini

tentunya berujung pada terganggunya kenyamanan dan keamanan penumpang

Bus Trans Mebidang dan mengakibatkan kerugian materi meliputi kerusakan pada

(7)

Bus Trans Mebidang juga belum memiliki jalur tersendiri sehingga masih

tehambat dengan gangguan-gangguan seperti kendaraan atau angkutan-angkutan

lain yang lambat juga kemacetan yang tidak dapat dihindari. Hal ini akan

berdampak pada keterlambatan jadwal sehingga pengoperasian Bus Trans

Mebidang tidak berjalan dengan efektif. Hal lain yang menjadi hambatan dalam

pengoperasian Bus Trans Mebidang adalah masyarakat yang masih belum tertib

untuk menunggu Bus Trans Mebidang di halte-halte yang telah disediakan, begitu

juga ketika turun di lokasi yang bukan merupakan halte pemberhentian Bus.

Perum DAMRI Cabang Medan selaku pengelola yang mengatur

pengoperasian bus Trans Mebidang hingga saat ini terus berusaha untuk

melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi angkutan

massal Bus Trans Mebidang. Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat dalam

menghadapi berbagai kendala maupun hambatan dalam usaha untuk

meningkatkan kualitas pelayanan transportasi Bus Trans Mebidang agar Bus

Trans Mebidang ini dapat beroperasi secara optimal. Kinerja perusahaan yang

baik akan menghasilkan kualitas pelayanan yang baik pula. Kualitas pelayanan

erat kaitannya dengan kepuasan penumpang. Kualitas pelayanan yang baik akan

mendorong masyarakat sebagai penumpang untuk terus menggunakan jasa

transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Strategi Perusahaan Umum (Perum)

(8)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Strategi Perusahaan Umum

(Perum) DAMRI Kantor Cabang Medan dalam Usaha Meningkatkan Kualitas

Pelayanan Bus Trans Medan-Binjai-Deli Serdang (Mebidang)?“

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal (kekuatan

dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman)

dalam strategi Perusahaan Umum (Perum) DAMRI Kantor Cabang

Medan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan Bus Trans

Medan-Binjai-Deli Serdang (Mebidang).

2. Untuk mengetahui strategi Perusahaan Umum (Perum) DAMRI

Kantor Cabang Medan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan

Bus Trans Medan-Binjai-Deli Serdang (Mebidang)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah melalui

penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang

(9)

2. Secara praktis, penelitian ini menjadi bahan masukan atau sumbangan

pemikiran bagi Perusahaan Umum (Perum) DAMRI Kantor Cabang

Medan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan Bus Trans

Medan-Binjai-Deli Serdang (Mebidang).

3. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah ragam

penelitian dan sebagai referensi bagi kepustakaan Departemen Ilmu

Administrasi Negara.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub pokok,

sub variabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002 :

92).

Kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan berpikir yang

berguna untuk membantu penelitian terutama dalam memecahkan masalah.

Kerangka teori juga sebagai pedoman teoritis yang diharapkan dapat membantu

peneliti dalam memahami permasalahan yang diteliti dan sebagai landasan

penelitian yang akan dilakukan.

1. Manajemen Strategi

a. Pengertian Manajemen

Menurut Daft (2002 : 8) manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran

organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,

(10)

Handoko (2003 : 3) mendefinisikan manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sedangkan definisi manajemen menurut Hasibuan (2000 : 2) adalah ilmu

dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.

Maka, manajemen dapat disimpulkan sebagai poses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian usaha yang dilakukan

organisasi untuk mencapai tujuannya.

b. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari turunan kata bahasa Yunani, “Stratēgos” yang

berasal dari kata stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin.

Chandler dalam (Triton, 2007 : 15) menyatakan bahwa strategi adalah

penetapan sasaran jangka panjang organisasi, serta penerapan serangkaian

tindakan dan alokasi daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Faulkner dan Johnson dalam (Triton, 2007 : 15) strategi

memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka panjang dan cakupan

organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sungguh-sungguh

posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus

memperhatikan pesaingnya.Strategi memperhatikan secara sungguh-sungguh

(11)

tidak dengan maneuver teknis, tetapi dengan menggunakan perspektif jangka

panjang secara keseluruhan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu

rencana yang ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

organisasi atau perusahaan dalam mencapai tujuannya baik faktor internal maupun

faktor eksternal organisasi.

c. Pengertian Manajemen Strategi

David (2005 : 5) mendefinisikan manajemen strategi sebagai ilmu tentang

perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang

memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana tersirat dalam

definisi tersebut, manajemen strategi terfokus pada upaya memadukan

manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi,

penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai

keberhasilan organisasi.

Menurut Siagian (2005 : 15), manajemen strategi merupakan serangkaian

keputusan dan tindakan mendasar dalam rangka pencapaian tujuan organisasi

yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran

suatu organisasi.

Sedangkan manajemen strategi menurut Jatmiko (2004 : 5) adalah sebagai

suatu proses dimana manajemen puncak (top management) menentukan arah

(12)

cermat, implementasi dan evaluasi yang terus menerus atas strategi yang telah

ditetapkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi

merupakan proses perumusan, pelaksanaan, dan pengevaluasian keputusan atau

kebijakan untuk menetapkan arah organisasi dalam mencapai tujuannya.

d. Manfaat Manajemen Strategi

Manajemen strategi menurut David (2005 : 20) membuat organisasi lebih

proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depannya, manajemen strategis

membuat organisasi dapat memulai dan mempengaruhi berbagai kegiatan dan

dengan demikian mengendalikan nasib sendiri. Secara historis, manfaat utama

manajemen strategis adalah membantu organisasi merumuskan strategi-strategi

yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional

untuk menentukan pilihan strategis.

Salusu (2008:495) menyebutkan beberapa manfaat pentingnya manajemen

strategis, yakni:

1) Identifikasi peluang, yakni memungkinkan ancaman dari lingkungan dapat

dihindari seminimal mungkin dengan menggunakan kekuatan yang

dimilikiorganisasi, sehingga organisasi dapat memperbaiki

kelemahan-kelemahannyadan memberi petunjuk untuk mengantisipasi

perubahan-perubahanawal dari lingkungan eksternal;

2) Semangat korps, yakni mampu menetapkan sinergi dan semangat

(13)

3) Perubahan-perubahan strategis, yakni apabila terjadi perubahan

dalamlingkungan organisasi maka dengan manajemen strategik dapat

menyesuaikanarah perjalanan organisasi dengan misi dan tujuan yang

dicapai.

e. Model Manajemen Strategi

Menurut David (2005 : 90) cara paling baik untuk mempelajari dan

menerapkan proses manajemen strategi adalah dengan menggunakan model.

Setiap model menggambarkan suatu jenis proses. Kerangka kerja yang terdapat

dalam gambar 1 adalah model komprehensif suatu proses manajemen strategi

yang telah diterima secara luas. Model ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi

mewakili pendekatan praktis dan jelas untuk perumusan, pelaksanaan, dan

evaluasi strategi.

Gambar 1. 1 Model Manajemen Strategis Komprehensif

Sumber: David (2005 : 90)

(14)

Menurut Dess dan Miller (1993 : 9), manajemen strategi terdiri dari tiga

proses, yaitu: analisis strategi, formulasi strategi, dan implementasi strategi.

Formulasi strategi yaitu proses dari pekerjaan rumah yang ditransformasikan ke

dalam bentuk rencana. Proses formulasi strategi dimulai dengan melihat

lingkungan eksternal dengan menganalisis peluang dan ancaman, kemudian

menilai lingkungan internal dengan menentukan kekuatan dan kelemahan. Pada

tahap memasuki formulasi strategi dimulai dengan perumusan manajemen strategi

pada level bisnis yaitu yang berkaitan dengan kompetisi dari organisasi,

perumusan manajemen strategi pada level fungsional yang berkaitan dengan

memanajemen nilai-nilai kepada pelanggan, manajemen strategi pada level

korporat yang berkaitan dengan nilai-nilai stakeholder yang berkaitan dengan

organisasi, dan tahap terakhir adalah manajemen strategi pada level internasional

yang berkaitan dengan manajemen organisasi pada tingkat global.

Model manajemen strategi menurut Jauch dan Glueck (1996 : 8) terdiri

dari empat tahapan, yaitu:

1) Analisis dan diagnosis, pada tahap ini terdiri dari aktifitas

menentukanmasalah dan peluang lingkungan, kekuatan serta kelemahan

internal;

2) Pemilihan, yaitu mendorong penyelesaian alternatif terhadap

masalah,menilai penyelesaiannya, dan memilih yang terbaik;

3) Pelaksanaan, membuat agar strategi berjalan dengan baik dengan

membangunstruktur untuk mendukung strategi dan mengembangkan

(15)

4) Evaluasi, yaitu umpan balik mengenai pelaksanaan strategi dan

mengambil langkah-langkah koreksi.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan terdapat

tiga proses atau tahap dalam model manajemen strategi, yaitu: tahap formulasi

atau perumusan strategi, tahap implementasi atau pelaksanaan strategi, dan tahap

evaluasi strategi.

f. Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi menurut David (2005 : 5-6) terdiri dari 3 tahap,

yaitu: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

1) Tahap Formulasi

Tahap ini meliputi pengembangkan visi dan misi, pengidentifikasikan

peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi, penentuan kekuatan

dan kelemahan dari lingkungan internal organisasi, pembuatan sasaran jangka

panjang, pembuatan strategi (strategi alternatif), serta pengambilan keputusan

strategi yang dipilih untuk diterapkan.dalam hal ini penyusunan strategi, David

membagi proses ke dalam tiga tahapan aktivitas, yaitu: input stage, dan decision

stage.

2) Tahap Implementasi

Tahap ini meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan,

pemotivasian pegawai, pengalokasian sumber sumber daya agar strategi yang

diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan

(16)

pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan

pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai dengan

kinerja organisasi. Pada tahap ini, ketrampilan interpersonal sangatlah berperan.

Strategi bukanlah sekedar aktivitas problem-solving, tetapi lebih dari itu strategi

bersifat terbuka (openended) dan kreatif untuk mempertajam masa depan dalam

model chain of command dimana suatu strategi harus dijalankan setepat mungkin

(menghindari bias-bias yang tidak perlu dalam setiap bagian struktur organisasi).

3) Tahap Evaluasi

Tahap ini meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan dengan

baik atau tidak.Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa strategi

organisasi haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan

perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun internal. Tiga

kegiatan utama pada tahap ini adalah: (a) menganalisa faktor-faktor eksternal dan

internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan; (b) pengukuran kinerja; (c)

pengambilan tindakan perbaikan.

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT mulai dikenal pada tahun 1960-1970 oleh Albert

Humprey.Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan

kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, yang berdasarkan pada faktor internal

(dalam) yaitu Strengths, Weakness dan faktor eksternal (luar) yaitu Opportunity

(17)

1) Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam

organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis

merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi itu sendiri.

2) Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam

organisasi yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi.

3) Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang yang berkembang di

masa mendatang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang

dari luar organisasi itu sendiri. Misalnya kebijakan pemerintah dan kondisi

lingkungan sekitar.

4) Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar.

Ancaman ini dapat mengganggu jalannya aktivitas organisasi.

Dalam analisis SWOT terdapat alat yang digunakan untuk menyusun

faktor-faktor strategis suatu organisasi, yang disebut dengan matrik SWOT.Matrik

SWOT adalah suatu alat yang penting yang dapat membantu para pimpinan

mengembangkan tipe strateginya (Jatmiko, 2003: 179).Matrik SWOT dapat

(18)

Tabel.3Matrik SWOT

Sumber: Rangkuti (2001: 30)

Dari matrik SWOT diatas, diperoleh 4 strategi yaitu:

1) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.Strategi SO menggunakan kekuatan internal

organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal.

2) Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk

(19)

organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman

eksternal.

3) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk

memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

4) Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan serta menghindari ancama.Strategi WT

bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari

ancaman eksternal.

Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah mana

organisasi akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan evaluasi

yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada untuk

perkembangan sebuah organisasi dan rumusan strategi yang dapat memperkecil

kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa depan serta menghasilkan

cara-cara untuk mengantisipasinya.

3. Pelayanan Publik

a. Pengertian Pelayanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna,

(20)

dengan memperoleh imbalan (uang); (3) kemudahan yang diberikan sehubungan

dengan jual beli barang atau jasa.

Sedangkan menurut Poerwadarminta dalam (Hardiyansyah, 2011 : 10)

secara etimologis, pelayanan berasal dari kata layan yang berarti membantu

menyiapkan atau mengurus apa-apa yang diperlukan seseorang, kemudian

pelayanan dapat diartikan sebagai: perihal atau cara melayani; servis atau jasa;

sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.

Maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan jasa atau service

yang disampaikan atau diberikan oleh pemilik jasa untuk memenuhi harapan atau

kebutuhan konsumen.

b. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik menurut Sinambela (2006 : 5) adalah setiap yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

mendefinisikan pelayanan publik sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau

pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas

(21)

(BUMD) yang menyelenggarakan pelayanan publik, sedangkan penerima

pelayanan adalah orang perorangan dan atau kelompok orang dan atau badan

hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu layanan publik (Rohman,

2008: 3).

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah

segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah pusat, di daerah dan lingkungan badan usaha milik negara atau daerah

dalam, dan melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara

yang telah ditetapkan.

c. Asas-Asas Pelayanan Publik

Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik, penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

1) Kepentingan umum, yaitu pemberian pelayanan tidak boleh

mengutamakan kepentingan pribadi dan atau golongan.

2) Kepastian hukum, yaitu jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam

penyelenggaraan pelayanan.

3) Kesamaan hak, yaitu pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, gender dan status ekonomi.

4) Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemenuhan hak harus sebanding

dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun

(22)

5) Profesional, yaitu pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang

sesuai dengan bidang tugas.

6) Partisipatif, yaitu peningkatan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan

dan harapan masyarakat.

7) Persamaan perlakuan atau tidak bersikap diskriminatif, kepada warga

negara yang ingin memperoleh pelayanan yang adil.

8) Keterbukaan, yaitu setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah

mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang

diinginkan.

9) Akuntabilitas, yaitu proses penyelengaraan pelayanan harus dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

10)Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu kemudahan

terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan.

11)Ketepatan waktu, yaitu penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan

tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan.

12)Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan, yaitu jenis pelayanan

dilakukan secara cepat, mudah dan terjangkau.

d. Prinsip-Prinsip Penyelenggaran Pelayanan Publik

Dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

(23)

1) Kesederhanaan; Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah

dipahami, dan mudah dilaksanakan.

2) Kejelasan; (1) Persayaratan teknis dan administratif pelayanan publik; (2)

Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik; (3) Rincian biaya pelayanan publik

dan tata cara pembayaran.

3) Kepastian waktu; Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan.

4) Akurasi; Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

5) Keamanan; Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum.

6) Tanggungjawab; Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7) Kelengkapan sarana dan prasarana kerja; peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi,

telekomunikasi dan informatika (telematika).

8) Kemudahan Akses; Tempat dan lokasi sarana prasarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat di memanfaatkan

teknologi telekomunikasi dan informasi.

9) Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan; Pemberi pelayanan harus

(24)

dengan ikhlas.

10)Kenyamanan; Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan

ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan indah dan sehat, serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet,

tempat ibadah dan lainnya.

4. Kualitas Pelayanan

a. Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Wyckof dalam (Tjiptono, 2004 : 59) kualitas pelayanan adalah

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan

tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa atau pelayanan yang

diterima atau dirasakan (perceivedservice) sesuai dengan yang diharapkan, maka

kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan.Jika jasa atau

pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa atau

pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.Sebaliknya jika jasa atau

pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas

jasa atau pelayanan dipersepsikan buruk.

Dwiyanto (2011:18) menyebutkan bahwa kualitas pelayanan adalah

kemampuan organisasi pelayanan publik untuk memberikan pelayanan yang dapat

memuaskan para pengguna jasa baik melalui pelayanan teknis maupun pelayanan

administrasi.

Pada dasarnya kualitas pelayanan umum meliputi

(25)

1) Aspek kemampuan sumber daya manusia yang terdiri dari

keterampilan,pengetahuan, dan sikap diupayakan untuk ditingkatkan,

maka hal tersebutakan mempengaruhi pelaksanaan tugasnya, dan apabila

pelaksanaan tugasdilakukan secara lebih profesional, maka akan

menghasilkan kualitaspelayanan yang lebih baik.

2) Apabila sarana dan prasarana dikelola secara tepat, cepat dan lengkap,

sesuaidengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat, maka hal tersebut

akanmenghasilkan kualitas pelayanan yang lebih baik.

3) Prosedur yang dilaksanakan harus memperhatikan dan menerapkan

ketepatanprosedur, kecepatan prosedur, serta kemudahan prosedur,

sehingga dapatmeningkatkan kualitas pelayanan yang lebik baik dari

sebelumnya.

4) Bentuk jasa yang diberikan kepada masyarakat dapat berupa

kemudahandalam memperoleh informasi, ketepatan, kecepatan pelayanan,

sehinggakualitas pelayanan yang lebih baik akan dapat diwujudkan.

Pelayanan umum dapat dikatakan berkualitas apabila pelayanan tersebut

memenuhi harapan dan kebutuhan dari penerima layanan.Oleh karena itu,

pendapat dan penilaian masyarakat sebagai penerima layanan dapat mengukur

kualitas dari pelayanan umum.

b. Dimensi Kualitas Pelayanan

Pada dasarnya, kualitas pelayanan berfokus pada upaya pemenuhan

(26)

mengimbangi harapan pelanggan. Dengan kata lain, terdapat faktor utama yang

mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang

dipersepsikan.

Dalam studinya, Pasuraman (2001 : 32-69) mengemukakan terdapat lima

dimensi SERVQUAL (dimensi kualitas pelayanan), yaitu:

1) Bukti Fisik (Tangiable)

Merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal.Penampilan dan kemampuan sarana

dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah

bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa.Yang meliputi

fasilitas fisik (gedung, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan

yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2) Kehandalan (Reliability)

Merupakan kemampuan organisasi untuk memberikan pelayanan sesuai

yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan

harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama

untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan

akurasi yang tinggi.

3) Daya Tanggap (Responsiveness)

Merupakan kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan

yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian

(27)

suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas

pelayanan.

4) Jaminan (Assurance)

Merupakan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan

kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya

para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara

lain, komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan

(security), kompeten (competence), dan sopan santun (courtesy).

5) Empati (Empathy)

Kemampuan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan konsumen.Dimana suatu perusahaan diharapkan

memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan.

5. Transportasi Massal Bus Rapid Transit (BRT)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan dan peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

2014 tentang Angkutan Jalan telah mengamanatkan program pembangunan sarana

Angkutan Massal Berbasis Jalan. Pasal 139 UU Nomor 22 tahun 2009

menyatakan bahwa “Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan

umum.”Sedangkan pada pasal 158 dinyatakan bahwa “Pemerintah menjamin

ketersediaan angkutan massal berbasis jalan.” Sebagai pelaksanaan dari UU

(28)

menyatakan bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bertanggungjawab

atas penyelenggaraan angkutan umum.”

Pengembangan dan pengoperasian Bus Rapid Transit (BRT) merupakan

implementasi dari visi dan misi pemerintahan Republik Indonesia periode tahun

2014-2019, melalui Konsep Trisakti dan Program Nawacita. Dalam rangka

perwujudan Cita ke-6 dari Nawacita, yaitu meningkatkan produktifitas rakyat dan

daya saing di pasar internasional, disusunlah agenda program prioritas, antara lain

membangun transportasi massal di kawasan perkotaan dengan arah kebijakan

mengembangkan sistem angkutan massal yang modern dan maju dengan orientasi

kepada bus maupun rel, yang akan diwujudkan antara lain melalui strategi

pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) di 34 kota di Indonesia, termasuk Kota

Medan. Bus Rapid Transit (BRT) sendiri merupakan sebuah sistem bus yang

cepat, nyaman, aman, dan tepat waktu dari infrasturktur, kendaraan, dan jadwal.

Arah dan kebijakan serta strategi Konsep Pembangunan Trisakti dan

Nawacita tersebut akan diimplementasikan antara lain dengan Program Pengadaan

3000 unit bus pada tahun 2015-2019. Tujuan dari pogram ini yaitu

terselenggaranya penerapan dan pengembangan angkutan umum massal berbasis

jalan di kawasan perkotaan, dan sasarannya adalah tersedianya pelayanan

angkutan umum massal berbasis jalan di kawasan perkotaan di seluruh provinsi di

Indonesia.Diharapkan melalui program ini dapat meningkatkan minat masyarakat

menggunakan transportasi umum dan meninggalkan kendaraan pribadi serta

menjadi stimulus bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan

(29)

Pada Juli 2015, Kementrian Perhubungan secara resmi meluncurkan 1000

unit bus besar Bus Rapid Transit (BRT) yang dihibahkan ke berbagai daerah di

Indonesia, termasuk Provinsi Sumatera Utara yang mendapatkan hibah sebanyak

30 bus yang diluncurkan sebagai Bus Trans Medan-Binjai-Deliserdang

(Mebidang).

Arah kebijakan transportasi perkotaan sesuai dengan pilot project

pengembangan sistem transit melalui bantuan teknis departemen perhubungan

yaitu:

a. Pengembangan transportasi perkotaan yang didasarkan kepada master plan

atau rencana induk pengembangan transportasi perkotaan.

b. Pembangunan angkutan perkotaan diarahkan pada penyesuaian bentuk

angkutan, penyusutan paratransit, dan angkutan massal.

c. Pengembangan transportasi perkotaan kepada bentuk jaringan dan wilayah

aglomerasi.

d. Mendorong pengembangan pembangunan angkutan tidak bermotor,

pejalan kaki, dan sepeda.

e. Pengembanagan konsep pembatasan penggunaan kendaraan (Traffic

Demand Management).

f. Pemanfaatan teknologi modern untuk penataan lalu lintas untuk kota raya

dan besar (Intelligent Transport System).

g. Pengembangan transportasi pemandu moda untuk menjalin keterhubungan

pusat kota dengan outlet.

(30)

Transportasi memiliki peran yang penting dalam pengembangan

perkotaan, antara lain:

1. Transportasi sebagai pemberntuk struktur ruang kota

Sarana dan prasarana transportasi pada dasarnya merupakan bagian dari

sub sistem kota. Peran transportasi dalam suatu sistem kota adalah

memberikan dukungan pelayanan pada perkembangan kota, di sisi lain

mengarahkan dan menstimulir perkembangan kota.

2. Transportasi sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi

Aspek efisiensi, yang dihasilkan dari pengembangan transportasi dalam

rangka peningkatan faktor produktivitas total menjadi faktor utama untuk

mengetahui sejauh mana keterkaitan antara transport dan ekonomi. Hal ini

menjadi dasar penentuan apakah peningkatan dalam penyediaan

transportasi dapat memberikan suatu hal yang berarti bagi peningkatan

kompetisi atau peningkatan pertumbuhan ekonomi. Produktivitas suatu

kegiatan ekonomi sangat tergantung pada efisiensi dan efektivitas

penyediaan dan penggunaan bahan-bahan kebutuhan produksi dan

penyaluran hasil produksi. Transportasi dapat memberikan kontribusi

terhadap efisiensi penyediaan kebutuhan produksi melalui penyediaan

sistem transportasi yang baik sehingga biaya pengadaan kebutuhan

(31)

6. Gambaran Umum Program Bus Trans Mebidang

Bus Trans Mebidang merupakan salah satu kebijakan transportasi

perkotaan dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang beroperasi di Kota

Medan, Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang. Bus Trans Mebidang dapat

mengangkut penumpang dengan kapasitas yang besar dalam waktu tempuh

perjalanan yang singkat serta dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

Trans Mebidang hadir guna memenuhi kewajiban pemerintah dalam

menyediakan angkutan umum sesuai dengan yang tertuang dalam pasal 138 UU

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa angkutan

umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang

selamat, aman, nyaman, dan terjangkau serta penyelenggaraannya

ditanggungjawabi oleh pemerintah. Hal-hal yang berkaitan dengan Bus Trans

Mebidang ini secara rinci tertuang dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara

Nomor 31 tahun 2014 tentang Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan

di Wilayah Perkotaan Medan, Binjai dan Deliserdang.

Bus Trans Mebidang sendiri mulai beroperasi pada November 2015

dengan jumlah armada sebanyak 30 bus.Sebagai fasilitas pendukung, terdapat 47

halte yang tersebar sepanjang jalur trayek bus, mulai dari Kota Binjai hingga

Kabupaten Deli Serdang. Kondisi di dalam Bus Trans Mebidang terdapat 30 kursi

tempat duduk di sekeliling bagian dalam bus, dan terdapat 52 pegangan tangan

untuk para penumpang yang berdiri dan tidak mendapatkan tempat duduk.

Sehingga bila dihitung, total penumpang yang dapat diangkut sekali jalan adalah

(32)

pukul enam pagi hingga pukul sembilan malam dengan selang waktu

keberangkatan 15-20 menit.Tarif yang dikenakan kepada penumpang tergolong ke

dalam tarif yang murah dan terjangkau oleh masyarakat, yaitu enam ribu rupiah

untuk rute Medan-Binjai dan tujuh ribu rupiah untuk rute Medan-Lubuk Pakam

jauh dekat. Selanjutnya, pasal 139 juga menyebutkan bahwa penyediaan jasa

angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik

daerah, dan atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Maka, tanggung jawab dalam pengelolaan dan pengoperasian Bus

Trans Mebidang ini dilakukan oleh Perum DAMRI Kantor Cabang Medan.

Dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 31 tahun 2014 tentang

Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan di Wilayah Perkotaan Medan,

Binjai dan Deliserdang Pasal 2 disebutkan bahwa BRT Trans Mebidang dilayani

dengan memenuhi persyaratan:

a. Mobil bus yang berkapasitas angkut massal;

b. Dilengkapi dengan fasilitas air conditioner;

c. Penyediaan halte, perambuan dan fasilitas pendukungnya merupakan

tanggung jawab dari daerah sesuai wilayahnya;

d. Lajur khusus atau prioritas dapat berupa jalan terpisah atau bercampur,

dibatasi dengan marka dan atau pemberian prioritas di daerah

persimpangan yang diatur dengan alat pengendali lalu lintas.

Selanjutnya dalam pasal 4 disebutkan bahwa penyelenggaraan Trans

(33)

penyelenggara Trans Mebidang dalam memberikan pelayanan kepada pengguna

jasa. Standar pelayanan minimal yang dimaksud tersebut meliputi:

a. Standar kendaraan;

b. Standar operasi pelayanan;

c. Standar keselamatan;

d. Standar layanan pelanggan; dan

e. Standar pelaporan.

Seperti halnya yang tertuang dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan pasal 141 mengatur bahwa perusahaan angkutan

umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi:

a. Keamanan;

b. Keselamatan;

c. Kenyamanan;

d. Keterjangkauan;

e. Kesetaraan; dan

f. Keteraturan.

Selanjutnya, dalam pasal 143 UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan disebutkan kriteria pelayanan angkutan orang dengan

kendaraan bermotor umum dalam trayek harus:

a. Memiliki rute tetap dan teratur;

b. Terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan

penumpang di Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara;

(34)

c. Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan

untuk angkutan perkotaan dan perdesaan.

Bus Trans Mebidang sebagai angkutan umum sejauh ini beroperasi pada 2

koridor dimana terdapat 15 bus yang tersebar dan beroperasi pada masing-masing

koridor.Pada tahap selanjutnya, akan dikembangkan tujuh koridor lainnya yang

nantinya keseluruhan koridor ini akan membentuk jaringan pelayanan angkutan

massal yang dapat mengurangi kemacetan.

F. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (dalam Sugiyono 2009 : 69). Dalam penelitian ini yang menjadi

fokus penelitian adalah Strategi peningkatan kualitas pelayanan Bus Trans

Mebidang sendiri memiliki standar tersendiri, yaitu: 1. Memenuhi standar

kendaraan; 2. Memenuhi dan mengutamakan standar keselamatan;3.Memenuhi

ketersediaan kapasitas pelayanan; 4. Memenuhi standar pelayanan pelanggan; dan

memenuhi standar pelaporan. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan bagaimana

Strategi peningkatan kualitas pelayanan dengan apa yang senyatanya terjadi

dilapangan dengan konsep yang telah dirancang oleh Perum DAMRI Kantor

Cabang Medan

Maka untuk mengukur sejauh mana strategi peningkatan kualitas

pelayanan Bus Trans Mebidang peneliti menggunakan analisis SWOT untuk

(35)

dan kelemahan (weakness) serta lingkungan eksternal yang meliputi peluang

(opportunity) dan ancaman (threat).

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir

G. Definisi Operasional

Karena penelitian kualitatif bukanlah suatu penelitian yang bersifat mengukur

suatu variabel maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan operasional

konsep sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.Dalam penelitian mengenai

Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Bus Trans Mebidang peneliti memakai

teori SWOT analysis oleh yang dikenalkan oleh Albret Humprey, dimana dalam

analisis SWOT terdapat alat yang digunakan untuk menyusun factor-faktor

strategis suatu organisasi yang disebut dengan matrik SWOT. Analisis SWOT

terdiri atas 4 faktor (Sudarmo, 2008 : 115) yaitu:

Lingkungan Internal: kekuatan (strength)

kelemahan (weakness)

Lingkungan Eksternal: peluang (opportunity)

ancaman (threat).

ANALISIS SWOT

(36)

1. Strengths (kekuatan)

a. Sumber Daya Manusia

b. Sarana dan prasarana

2. Weakness (kelemahan)

a. Dana operasional

3. Opportunity (peluang)

a. Transportasi alternatif ramah lingkungan

b. Jaringan pelayanan angkutan massal yang dapat mengurangi

kemacetan.

4. Threats (ancaman)

a. Persaingan dengan angkutan umum lainnya

b. Fasilitas Pendukung yang kurang memadai

H. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan oleh para peneliti untuk

menggambarkan secara abstrak suatu fenomenon sosial ataupun suatu fenomenon

alami (Singarimbun dan Effendi, 2012 : 17). Definisi konsep memerikan batasan

terhadap pembahasan dari permasalahan yang ditentukan peneliti.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari

masing-masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan

(37)

penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan

keunggulan kompetitif, komperatif, dan sinergis yang ideal dan

berkelanjutan sebagai arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang

keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.

2. Pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat maupun daerah dan

lingkungan badan usaha milik negara atau daerah dalam meberikan

pelayanan kepada masyarakat.

3. Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang memiliki keistimewaan dari

berbagai pelayanan yang berttujuan untuk memenuhi keinginan pelanggan

dan dengan demikian memberikan kepuasan atas pelayanan atau

penggunaan produk yang diberikan

4. Trans Mebidang merupakan salah satu kebijakan transportasi perkotaan

dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang dapat mengangkut

penumpang dengan kapasitas yang besar dan dalam waktu tempuh

perjalanan yang singkat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat

dan merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam melakukan

pengembangan sistem angkutan umum perkotaan.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan segala

(38)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,

teknik pengumpilan data dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi

penelitiam berupa sejarah singkat, visi, misi dan struktur organisasi serta

hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama

penelitian berlangsung dan dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat

penelitian dan memberikan interprestasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu dari hasil

Gambar

Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Bermotor di Provinsi Sumatera Utara yang
Gambar 1. 1 Model Manajemen Strategis Komprehensif
Gambar 1.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat ditarik dalam skripsi ini adalah hak-hak konsumen yang harus dipenuhi oleh PLN serta pelayanan yang lebih baik diberikan oleh PLN sehingga tidak

Pelayanan yang berkualitas memberikan kenyamanan atau kepuasan kepada konsumen karena sesuatu yang diberikan oleh penyedia jasa sesuai dengan yang dibutuhkan dan

 Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yang diberikan oleh pemerintah, swasta atas yang diberikan oleh pemerintah, swasta atas

• Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yg Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yg diberikan oleh pemerintah, swasta atas nama diberikan oleh pemerintah, swasta atas

Terkait dengan latar belakang masalah diatas yang telah dijelaskan maka rumusan masalah yang dapat diambil ialah bagaimanakah kualitas pelayanan transportasi

Definisi pelayanan adalah bentuk pemberian yang diberikan oleh produsen baik terhadap pelayanan barang yang diproduksi maupun terhadap jasa yang ditawarkan guna memperoleh

Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

karena pelanggan (nasabah) yang datang ke bank tanpa diundang merupakan tamu yang dianggap penting sehingga harus diberikan pelayanan jasa yang baik agar nasabah merasa puas