A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (dalam Septriana,2013) mendefinisikan teori keagenan sebagai suatu teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan prinsipal sebagai pihak pemilik keduanya terikat dalam sebuah kontrak. Pemilik adalah pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi dan agen adalah sebagai pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil keputusan.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan yaitu, agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional. Sementara pemilik perusahaan (pemegang saham) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelolaan manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan (Adrian Sutedi,2011).
Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen) karena pengguna laporan keuangan di luar manajemen berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastian. Sedangkan para pengguna internal (manajemen perusahaan) memiliki kontak langsung dengan perusahaan dan mengetahui peristiwa yang terjadi sehingga tingkat ketergantungan terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Situasi ini akan memicu timbulnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry), yaitu suatu kondisi di mana principal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen dan tidak pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan.
2. Teori Kepatuhan
Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial, teori ini lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi
peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku (Sulistyo, 2010).
Dalam hal kepatuhan akan ketepatan waktu pelaporan keuangan, perusahaan yang terdaftar dalam emiten diharapkan untuk tidak ada lagi yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan pencerminan dari kredibilitas atas kualitas informasi yang dilaporkan dan pencerminan tingkat kepatuhan terhadap regulasi yang ditetapkan.
Tuntutan akan kepatuhan tidak hanya berlaku untuk mengatur kehidupan individu, tetapi juga untuk mengatur kinerja dari sebuah perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar dalam emiten harus mematuhi beberapa peraturan yang telah ditetapkan. Salah satunya aturan kepatuhan akan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Aturan dalam ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 tentang Pasar Modal dan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yang sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perusahaan yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu agar infornasi yang disampaikan dalam laporan keuangan tersebut bersifat relevan dan efektif dapat dimanfaatkan oleh pemakai informasi tersebut. Seperti halnya mengenai teori kepatuhan yang menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan
seorang individu, perusahaan-perusahaan publik juga termotivasi terhadap tuntutan kepatuhan untuk dapat menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.
3. Teori Sinyal
Menurut (Graham dan Wiliam 2010:120) Teori Sinyal pertama kali dikemukakan oleh Michael Spence (1973). Menurutnya teori ini memberikan suatu sinyal, pihak pemilik informasi berusaha memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima informasi. Selanjutnya, pihak penerima akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut. Signalling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan yang menggunakan informasi yang asimetris antara perusahaan dengan pihak luar karena manajemen lebih banyak tahu tentang prospek perusahaan dan peluang masa depan dibandingkan pihak luar (investor) (Dwiyanti, 2010).
Follower investor memiliki keterkaitan dengan Teori Sinyal, yaitu sinyal yang diberikan perusahaan diterima secara tidak langsung oleh follower investor melalui teman, pihak asing, ataupun tren yang menerima sinyal langsung dari perusahaan (Aprillianto, 2014).
Perilaku investor dengan mengikuti teman, pihak asing, dan tren pasar mencerminkan perilaku tidak rasional investor. Ketika investor berperilaku follower maka investor dipengaruhi oleh faktor emosi (Kowanda dan Rowland, 2012).
4. Ketepatan Waktu (Timeliness)
Berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pemakaianya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala salah satunya adalah kendala ketetapan waktu (Mega dan Erna,2013).
Menurut (Suwardjono,2010) ketepatan waktu (timeliness) merupakan tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan merupakan hal yang parsial, karena ketepatan waktu menentukan keputusan yang paling tepat oleh pemakai laporan keuangan.
Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dan frekuensi informasi pelaporan. Apabila informasi tersebut tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai di dalam memengaruhi kualitas keputusan.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dinyatakan secara jelas bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan berkala dan laporan insidental lainnya kepada Bapepam yang sekarang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). berdasarkan pada Peraturan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-43/BL/2012, Lampiran Nomor 1 bagian a menjelaskan bahwa Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan paling lama 120 hari atau 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir kepada Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) yang sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
5. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mampu memberikan pengembalian keuntungan dana yang ditanamkan. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil atau rendah rasio ini semakin tidak baik (Brigham dan Houston, 2010:148).
Menurut (Kasmir,2010) rasio ini menunjukan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase. Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor:
a. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi
b. Profit Margin, yaitu besarnya keutungan operasi yang dinyatakan dalam presentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Menurut (Brigham dan Houston,, 2010) rumus return on investment (ROI) sebagai berikut :
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu.
6. Kualitas Auditor
Menurut (Widiastuti dan Febrianto, 2010) ketepatan informasi yang dihasilkan oleh auditor diturunkan dari laporan keuangan tergantung pada kualitas auditor. Untuk itu kualitas kerja auditor dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan.
Pada sektor publik khususnya instansi pemerintahan, kualitas audit diartikan sebagai probabilitas seorang auditor atau pemeriksa dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi pada suatu instansi pemerintahan (baik pusat maupun daerah). Selain kualitas audit dapat dilihat dari kualitas kerja auditor bisa juga dilihat dari ukuran KAP nya, dimana ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua, yaitu KAP yang memiliki rekanan langsung dengan big four dan KAP yang tidak memiliki rekanan langsung dengan non big four ( Shinta dan rahardja, 2012).
Klasifikasi auditor yang termasuk dalam The Big Four adalah : 1. Ernst & Young
2. Deloitte Touche Tohmatsu 3. KPMG Peat Marwick 4. Price Waterhouse Coopers.
Adapun Kantor Akuntan Publik (KAP) Indonesia yang bermitra langsung dengan The Big Four adalah :
1. KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (Ernst & Young) 2. KAP Osman Bing Satrio (Deloitte & Touche Tohmatsu) 3. KAP Siddarta Siddharta Widjaja (KPMG Peat Marwick)
Dengan demikian, kantor akuntan besar lebih memiliki reputasi baik dalam opini publik, hal ini dikarenakan auditor skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Sehingga KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah yang terdapat pada perusahaan yang diauditnya. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
5. Opini Audit
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Rahayu dan Suhayati 2010). Objek dalam audit ini adalah laporan keuangan yang pada umumnya meliputi Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan, termasuk pengungkapan-pengungkapannya, dan Laporan Arus Kas.
Audit oleh akuntan independen diperlukan karena berbagai alasan. Yang pertama, adanya perbedaan kepentingan antara penyusun dan pemakai laporan keuangan. Manajemen memerlukan jasa akuntan independen agar laporan keuangan yang diterbitkannya dapat dipercaya oleh pihak luar. Sedangkan pemakai menginginkan jaminan dari pihak ketiga yang ahli dan independen bahwa laporan keuangan tersebut netral, obyektif, dan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Yang kedua yaitu karena konsekuensi dari keharusan bahwa laporan keuangan merupakan sumber informasi penting yang digunakan oleh pemakainya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Pernyataan pendapat auditor harus didasarkan atas audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan temuan-temuannya (SPAP, 2011:508).
Terdapat lima jenis pendapat akuntan menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Laporan bentuk baku merupakan laporan auditor yang paling lazim diterbitkan oleh auditor. Laporan auditor bentuk baku kadangkala disebut laporan auditor standar berisi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, mengenai posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas entitas menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (modified unqualified opinion)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan auditor.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion);
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut.
6. Ukuran Perusahaan (size)
Ukuran perusahaan (size) merupakan variable kontrol yang dipertimbangkan dalam banyak penelitian mengenai keuangan. Hal ini disebabkan dugaan banyaknya keputusan atau hasil keuangan dipengaruhi ukuran perusahaan. Secara umum biasanya size diproksi dengan total asset (Astrid Kurniawati, 2014).
Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasi kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stockholder untuk menigkatkan kemakmuran mereka (Luluk, 2012). Adanya tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Selain itu ukuran perusahaan lebih disebabkan oleh ketersediaan informasi yang terpublikasi. Perusahaan besar lebih banyak diperhatikan oleh masyarakat atau emiten dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu perusahaan besar cenderung menjaga image perusahaan di mata masyarakat (Marthani,2013).
Ukuran perusahan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapasitas pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapasitas pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat.
7. Struktur Kepemilikan
Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian di masa yang akan datang (Sundjaja, 2010). Kepemilikan perusahaan yang dimiliki publik menjadi banyak dan menyebar, maka perusahaan yang sudah go public mempunyai tanggung jawab yang lebih banyak kepada masyarakat atas pengelolaan perusahaan. Terdapat dua aspek kepemilikan yang perlu dipertimbangkan yaitu kepemilikan oleh pihak luar dan kepemilikan oleh pihak dalam. Konsentrasi kepemilikan pihak luar dapat diukur dengan presentase kepemilikan saham terbesar yang dimiliki outsider ownership.
Kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media massa berupa kritikan atau komentar yang semuanya dianggap suara publik atau masyarakat. Adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar menimbulkan pengaruh dari pihak luar sehingga mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi memiliki keterbatasan. Dengan demikian, perusahaan dangan proporsi kepemilikan publik yang besar cenderung tepat waktu dalam pelaporan keuangan.
Struktur kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar biasanya mempunyai presentase kepemilikan lebih dari 50% sehingga pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi kondisi dan hasil kinerja perusahaan (Vita dan Peni,2012). Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan dengan pengawasan. Akibatnya, keleluasaan pihak manajemen menjadi terbatas (Awalludin dan Sawitri, 2012).
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneliti dan akademisi sebelumnya mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan dengan menggunakan beberapa variabel. Seperti :
Putra (2013) melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2008 – 2010, hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity berpengaruh tidak signifikan, untuk profitabilitas, struktur kep emilikan, ukuran perusahaan, pergantian auditor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan dan kualitas auditor menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan .
Savitri (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel sebanyak 237 yang didapat selama periode 2006 sampai dengan 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen, kepemilikan manajerial, komite audit, dan kualitas audit secara statistik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan kepemilikan institusional secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Lutfiyah (2011) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Variabel independen yang digunakan adalah debt to equity, profitabilitas, struktur kepemilikan dan kualitas auditor. Variabel dependen yang digunakan adalah ketepatan waktu pelaporan keuangan. Dalam menguji hipotesis penelitian ini menggunakan
metode regresi logistik. Dari hasil penelitian ini menggunakan menunjukkan bahwa debt to equity dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan, sedangkan struktur kepemilikan dan kualitas auditor berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan.
Alexius Edwin Verdi Permana (2012) melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pemilihan sampel purposive sampling, dengan sampel sebanyak 20 perusahaan pertahun. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi logistik hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa variabel profitabilitas, opini audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Darmiari dan Ulupui (2014) meneliti mengenai karakteristik perusahaan di Bursa Efek Indonesia, reputasi kantor akuntan publik, dan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian tersebut menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan sampel berjumlah 323 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu: jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas operasi, dan umur perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan bahwa seluruh variabel kecuali kompleksitas operasi berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Topik Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
1 Putra
(2013) penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2008 – 2010. debt to equity, profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan,
pergantian auditor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan dan kualitas auditor
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan debt to equity,
profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, pergantian auditor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, sedangkan penelitian selanjutnya ingin
membuktikan bahwa struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan
2 Savitri
(2010) pengaruh mekanisme corporate governance terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia komisaris independen, kepemilikan manajerial, komite audit, dan kualitas audit secara statistik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan.Sedangkan kepemilikan institusional secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
Penelitian sebelumnya lebih fokus meneliti mekanisme
corporate governance
terhadap ketepatan waktu pelaporan.
Dan untuk penelitian
selanjutnya fokus meneliti
faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan
waktu pelaporan keuangan pada perusahaan property dan real estate.
3 Lutfiyah
(2011) penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
hasil penelitian
menunjukkan bahwa debt to equity dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan,sedangkan struktur kepemilikan dan kualitas auditor
berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan
Penelitian sebelumnya fokus meneliti variabel independen debt to equity, profitabilitas, struktur kepemilikan dan kualitas auditor.
Sedangkan peneliti
selanjutnya meneliti variabel independen ROI ,opini auditor, kualitas
auditor,struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan
Sumber : Berbagai jurnal yang telah diolah. C. Rerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran mengenai hubungan antar variabel-variabel yang telah dijelaskan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada kerangka pemikiran ini menjelaskan variabel x dan y, dimana pada variabel x yaitu ROI, kualitas auditor, opini auditor, ukuran perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Dan untuk variabel y yaitu ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan perusahaan. Sedangkan jenis variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi variabel lainnya, sedangkan variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lainnya.
4 Alexius Edwin Verdi Permana (2012) penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010.
hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa variabel
profitabilitas, opini audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Perbedaannya yaitu peneliti sebelumnya melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010. Untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015 5 Darmiari dan Ulupui (2014) meneliti karakteristik perusahaan di Bursa Efek Indonesia, reputasi kantor akuntan publik, dan ketepatan waktu pelaporan keuangan
hasil pengujian hipotesis, didapatkan bahwa seluruh variabel kecuali
kompleksitas operasi berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Penelitian sebelumnya fokus meneliti karakteristik perusahaan di Bursa Efek Indonesia, reputasi kantor akuntan publik, dan ketepatan waktu pelaporan keuangan . Untuk peneliti selanjutnya akan meneliti karakteristik perusahaan di Bursa Efek Indonesia dan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
H1 H2 H3 H4 H5 Gambar 2.1
Rerangka Pemikiran Teoritis
Perumusan hipotesis dapat dikembangkan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaporan keuangan yaitu Return on Investment, kualitas auditor, opini auditor, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan. 1. Pengaruh ROI Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Return on investment atau Profitabilitas juga digunakan sebagai indikator keberhasilan kinerja suatu perusahaan untuk menghasilakan laba. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan tersebut mengandung berita baik (good news). Perusahaan yang laporannya berisikan berita baik akan cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Sedangkan perusahaan
ROI (X1) Kualitas auditor (X2) Opini auditor (X3) Ukuran perusahaan (X4) Struktur kepemilikan (X5) Ketepatan Waktu Penyampaian Pelaporan Keuangan Perusahaan (Y)
yang tingkat profitabilitasnya rendah maka laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan tersebut mengandung berita buruk (bad news). Oleh karena itu, perusahaan akan tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan (Iyoha, 2012:3).
Penelitian mengenai hubungan profitabilitas terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan yang dilakukan oleh Sulistyo (2010) dan Samiun (2014) menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian-penelitian tersebut juga menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya jika mengalami rugi.
Sedangkan penelitian Septriana (2010) profitablitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2. Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berkualitas baik aka melaporkan laporan keuangan perusahaan lebih tepat waktu dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang kurang berkualitas. Hubungannya dengan teori agensi, manajer sebagai agen yang telah diberikan wewenang untuk mengelola perusahaan oleh prinsipal akan cenderung memilih Kantor Akuntan Publik yang berkualitas untuk menilai laporan keuangan perusahaan karena dinilai lebih efektif dalam mengaudit dan menghasilkan laporan audit yang sesuai dengan kewajaran laporan keuangan perusahaan. Dalam literatur
tersebut kualitas auditor diukur dengan ukuran apakah Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa audit merupakan anggota dari The Big Four atau bukan.
Seperti hasil penelitian Oktarina dan Suharli (2005) yang menyatakan bahwa penggunaan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hal ini disebabkan KAP besar mampu mengerjakan pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga dapat selesai secara tepat waktu.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Lutfiah (2011) menguji hubungan kualitas auditor dengan ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan . 3. Pengaruh Opini Audit Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan
Tujuan utama audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (Wahyu,2010). Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut (Agoes,2012) menyatakan bahwa lembaran opini merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen. Dengan demikian, auditor di dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan professional maupun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penelitian Yusralaini (2010) menyatakan bahwa Opini audit mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, maka dapat disimpulkan perusahaan yang memiliki opini audit unqualified opinion cenderung lebih tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya.
Penelitian Merdekawati dan Arsjah (2011) membuktikan Opini audit secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Rahayu (2011) berpendapat bahwa ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang ditentukan berdasarkan ukuran nominal misalnya jumlah kekayaan dan total penjualan perusahaan dalam satu periode penjualan. Perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang lebih banyak guna mendukung proses penyampaian laporan keuangan dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Dengan adanya sumber daya yang besar dan komponen-komponen pendukung lainnya, perusahaan cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
Hasil penelitian Spica dan Setiady (2010) menyimpulkan bahwa ukuran perusahan mempengaruhi penyelesaian laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan mempengaruhi kinerja di dalam perusahaan tersebut, karena semakin besar perusahaan akan mengindikasikan bahwa perusahaan akan tidak mampu menyelesaikan penyampaian laporan keuangannya dan sebaliknya perusahaan yang berukuran kecil akan lebih mampu untuk tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu.
Sedangkan Penelitian Merdekawati dan Arsjah (2011) mereka menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
5. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Struktur kepemilikan pada perusahaan didasarkan pada kepemilikan saham perusahaan. Kepemilikan saham dalam perusahaan dibagi menjadi dua aspek, yaitu kepemilikan pihak dalam dan kepemilikan pihak luar. Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai perusahaan (Sarwono dan Elma,2012).
Sehubungan dengan teori agensi, variabel struktur kepemilikan diproksi dengan struktur kepemilikan pihak luar karena pemilik perusahaan dari pihak luar sebagai prinsipal mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media massa berupa kritikan atau komentar yang semuanya dianggap opini publik sehingga menyebabkan berubahnya pengelolaan perusahaan oleh manajer selaku agen yang semula berjalan dengan semaunya menjadi perusahaan yang berjalan dengan pemantauan. Salah satu pemantauan adalah dengan laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan.
Dalam laporan keuangan harus menyajikan dan menyediakan informasi kepada pemilik dan para stakeholders tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) yang bertujuan untuk menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi para pemilik perusahaan dan pemegang ekuitas lainnya (Suwardjo,2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2010) menguji hubungan kepemilikan publik dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan publik mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah di kembangkan dan digambarkan secara jelas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1: Return on investment berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
H2: Kualitas auditor berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
H3: Opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
H5: Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.