BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes a. Uji Validitas Tes
Pengujian validitas tes dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 bentuk yaitu validitas konstruksi dan validitas isi. Validitas konstruksi yaitu validitas yang dilakukan melalui bimbingan dosen dan guru mitra. Sedangkan validitas isi yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rxydengan menggunakan taraf nyata dan N = 26 dengan kriteria interval kepercayaan 95% maka diperoleh harga rdaftar = ( )( )= 0,39. Dengan
membandingkan harga rdaftar dengan r hitung setiap item soal yang ada pada
(lampiran 10), diperoleh bahwa rdaftar < rhitung . Hal ini menunjukkan bahwa semua
item pada soal valid dan baik jika digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Koefisien validasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Koefisien Validasi dan Status Validasi Nomor
Soal
Koefisien Validasi Status Validasi
rhitung rdaftar 1 2 3 4 5 0,74 0,63 0,64 0,54 0,42 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 Valid Valid Valid Valid Valid
N N X x i
2 2 2 b. Uji Reliabilitas Tes
Pengujian reliabilitas tes menggunakan rumus Alfa Crombach dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan varians tiap item soal dengan menggunakan rumus :
Hasil perhitungan varians terdapat pada (lampiran 10) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Varians Tiap Item Soal
No Item Varians 1 5,79 2 8,48 3 5,21 4 5,44 5 7,29
b. Menghitung varians total
Berdasarkan data hasil perhitungan pada tabel di atas dapat diperoleh varians total yaitu 55,94
c. Menghitung reliabilitas tes
Dari hasil perhitungan pada (lampiran 10) diperoleh reliabilitas tes r11=
0,53.
Berdasarkan pedoman interpretasi koofisien reliabilitas pada bab III, terlihat bahwa r11= 0,53 berada pada koofisien reliabilitas sedang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tes reliabel artinya dapat digunakan sebagai pengumpul data pada penelitian ini.
4.1.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian
Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kemampuan guru mengelola pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Hasil analisis dari masing-masing data tersebut disajikan di bawah ini.
1. Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran
Setelah diadakannya pengamatan aktivitas siswa kelas VII A pada saat pembelajaran berlangsung maka hasil pengamatan dari para pengamat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Data Aktifitas Siswa Dalam
No
Aktifitas Siswa yang Diamati Rata-Rata Kemunculan Aktifitas Siswa Rentang Kategori Baik Kriteria 1 Mendengarkan/memperhati kan penjelasan guru.
38.00%
29,30 - 39,30
Baik
2 Membaca buku/ LKS /tugas yang berkaitan dengan pelajaran/menulis.
10.33% 0,40 – 10,40 Baik
No
Aktifitas Siswa yang Diamati Rata-Rata Kemunculan Aktifitas Siswa Rentang Kategori Baik Kriteria
soal/tugas/perintah dari guru 39,90 4 Bertanya pada guru atau
teman
6.67% 7,20 – 17,20 Baik
5 Mendengarkan jawaban penjelasan atau pertanyaan guru/teman atau bertanya.
8.67% 8,20 – 18,20 Baik
6 Kegiatan lain yang tidak relevan dengan
pembelajaran
3.00% 0,00 – 5,00 Baik
Secara keseluruhan hasil aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan kriteria batasan efektif adalah efektif.
2. Data Respon Siswa
Hasil rangkuman respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Angket Respon Siswa
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase siswa yang memberi respon positif terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia 96.75%. Dimana terlihat 42.00 % memberi respon: sangat berminat, sangat membantu, sangat senang, sangat meningkat; dan 54.75% memberi respon: senang, meningkat, membantu, berminat.
3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Pelaksanaan tes kemampuan pemecahan masalah untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang
NO
Kriteria Respon Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Penggunaan Multi Media
Banyak Siswa Yang Memberi Respon
1 Sangat Senang, Sangat meningkat, Sangat membantu, Sangat berminat
42.00%
2 Senang, meningkat, membantu, Berminat 54.75% 3 Kurang Senang, Kurang meningkat, Kurang
membantu, Kurang Berminat
3.00%
4 Tidak Senang, Tidak meningkat, Tidak membantu, Tidak Berminat
0.25%
diajarkan dengan pembelajaran konvensional dilakukan satu kali yaitu posttes. Pada kelas yang diajarkan dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia (kelas VII A) dan kelas yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional (kelas VII B) diikuti oleh masing-masing 40 siswa.
Perbandingan data kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII A (kelas eksperimen) dan kelas VII B (kelas kontrol) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata hasil post-test 55.75 47.53
Banyak siswa yang tuntas 31 20
Persentase banyak siswa yang tuntas 77.50% 50%
Ketuntasan belajar secara klasikal Tuntas Tidak Tuntas
Dari tabel di atas terlihat bahwa kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia tergolong tuntas sedangkan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional berdasarkan kriteria ketuntasan belajar secara klasikal pada Bab III tergolong tidak tuntas. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional yaitu siswa pada kelas yang diajar dengan
pendekatan problem solving berbasis multimedia memperoleh rata-rata skor 55,75 dari skor total 80, sedangkan siswa pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensioanla hanya memperoleh skor 47,53 dari skor total 80. Di samping itu pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia banyaknya siswa yang tuntas kemampuan pemecahan masalah matematiknya adalah 31 siswa dari 40 siswa, sedangkan pada kelas yang diajar dengan pemeblajaran konvensional banyaknya siswa yang tuntas kemampuan pemecahan masalah matematik adalah 20 siswa dari 40 siswa.
4. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat mengenai kemampuan guru mengelola pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia
Kategori Pengamatan
Pertemuan ke- Rata-rata Kate-gori I II III PENDAHULUAN 1. Memotivasi/mengkomunikasi kan tujuan pembelajaran.
3,5 4 4 3,75 Baik
2. Menghubungkan pelajaran hari ini dengan dengan
pelajaran sebelumnya (membahas PR). KEGIATAN INTI
1. Memberikan masalah . 4 4 4 4 Baik
2. Memberi kesempatan pada salah seorang siswa untuk membacakan soal dengan keras, siswa yang lain memperhatikan.
4 4 4 4 Baik
3. Membantu siswa memahami “konteks” dalam soal.
3 4 4 3,5 Baik
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal dengan memberikan bantuan seperlunya.
3,5 4 4 3,75 Baik
5. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah dengan cara bergantian.
4 4 4 4 Baik
6. Mengopimalkan interaksi siswa dalam bekerja.
7. Memberi kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dengan jawaban temannya (saat berdiskusi kelompok dan diskusi kelas).
4 4 3,5 3,75 Baik
8. Memberi kesempatan kepada siswa untuk tampil di depan kelas menuliskan jawabannya dan menjelaskan pada
temannya.
4 3,5 4 3,75 Baik
9. Menghargai (dengan pujian) berbagai pendapat siswa.
3 4 4 3,5 Cukup
10. Memberi kesempatan pada siswa untuk menarik
kesimpulan suatu prosedur/konsep.
4 4 4 4 Baik
11. Mendorong siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru atau temannya.
PENUTUP
1. Menegaskan kembali tentang kesimpulan materi.
4 4 4 4 Baik
2. Memberikan latihan mandiri (PR).
4 4 4 4 Baik
PENGELOLAAN WAKTU 4 4 4 4 Baik
SUASANA DI KELAS
1. Antuasias siswa. 4 4 4 4 Baik
2. Antusias guru. 4 4 4 4 Baik
Rata-rata 3,875 Baik
Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai setiap aspek yang diamati dalam mengelola pembelajaran dari tiga kali pertemuan termasuk dalam kategori baik . Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving dan penggunaan multi media memiliki pengaruh positif.
5. Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan pendekatan problem solving dan penggunaan multimedia
Pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia yang ditentukan berdasarkan aktivitas siswa, kemampuan
guru mengelola pembelajaran, respon siswa, ketuntasan belajar secara klasikal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving Berbasis Multimedia
No Aspek Kategori Keterangan Kesimpulan
1. 2.
3. 4.
Aktivitas siswa
Kemampuan guru mengelola pembelajaran
Respon siswa
Kemampuan pemecahan masalah
Baik Baik Positif Tuntas Adannya pengaruh positif
Dari tabel di atas terlihat bahwa berdasarkan kriteria pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia pada Bab III dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia memiliki pengaruh positif khususnya pada materi yang diajarkan yaitu Sistem Persamaan Linier Satu Variabel.
4.1.2 Analisis Inferensial Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) berbasis multimedia pada materi persamaan linier satu variabel lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika tanpa pendekatan pemecahan masalah
berbasis multimedia merupakan suatu hipotesis peneliti yang terdapat pada bab II dan untuk menguji hipotesis tersebut maka dilakukan analisis inferensial, sesuai dengan desain penelitian maka digunakan Analisis Kovarian (ANAKOVA)
Variabel kovariat pada penelitian ini adalah kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai pretes siswa sedangkan variabel terikat adalah kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dari hasil postes. Untuk dapat menggunakan analisis kovarian (ANAKOVA) terlebih dahulu kita harus memenuhi tiga syarat yaitu :
1. Menguji apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa (Pre-test) sebagai variable kovariat terhadap kemampuan pemecahan masalah (Post-test). 2. Menguji apakah model linier (Uji Linieritas) untuk kedua kelas yakni
kelas eksperimen dan control cocok
3. Menguji apakah mode,l regresi untuk kedua kelas sejajar.
Setelah ketiga syarat diatas telah terpenuhi maka akan dilanjutkan dengan uji ANAKOVA dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan Model Regresi
Model regresi Y = a + bX, dengan a dan b adalah estimasi untuk 1 dan 2
dari persamaan Y = 1 + 2 X. Berdasarkan hasil perhitungan model regresi kelas
eksperimen (selengkapnya dapat dilihat di lampiran 6) diperoleh persamaan model regresi berikut.
Ye = 45,055 + 0,552 Xe
Berdasarkan hasil perhitungan model regresi kelas kontrol (selengkapnya dapat di lihat di lampiran 8) diperoleh persamaan model regresi sebagai berikut.
Yk = 17,48 + 1,009 Xk
2. Uji Independensi
Untuk menguji Independensi maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : 2 = 0 dan H1 : 2 ≠ 0
a. Uji Independensi untuk Kelas Eksperimen
Analisis untuk uji independensi model regresi kelas eksperimen secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7).
Tabel 4.8
Analisis varians untuk Uji independensi kelas Eksperimen
Sumber Varians JK df RJK F* Regresi Kekeliruan 1696,71 4784,79 1 38 1696,71 125,916 13,475 Total 6481,50 39
Dengan taraf signifikan = 5% diperoleh F (0,95;1;40) = 4,08 berarti F* > F(0,95;1;38). Karena F* > F(0,95;1;40) maka H0 ditolak dan H1 diterima,
dengan kata lain koefisien model regresi tidak sama dengan nol. Berarti kemampuan awal siswa yang didapat dari nilai pre-test (O1) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah yang didapat dari nilai post-tes (O2).
b. Uji Independensi untuk Kelas Kontrol
Analisis untuk uji independensi model regresi kelas control secara ringkas pada tabel berikut (selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7).
Tabel 4.9
Analisis varians untuk Uji Independensi kelas Kontrol
Sumber Varians JK df RJK F* Regresi Kekeliruan 4250,640 3683,335 1 38 4250,640 96,929 43,85 Total 7933,975 39
Dengan taraf signifikan = 5% diperoleh F (0,95;1;40) = 4,08 berarti F* > F(0,95;1;38). Karena F* > F(0,95;1;40) maka H0 ditolak dan H1 diterima, dengan
kata lain koefisien model regresi tidak sama dengan nol. Berarti kemampuan awal siswa yang didapat dari nilai pre-test (O1) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kemampuan pemecahan masalah yang didapat dari nilai post-tes (O2).
3. Uji Linieritas Model Regresi
Setelah melakukan pengujian independensi regresi maka dilanjutkan dengan pengujian linieritas regresi. Uji linieritas regresi ini bertujuan untuk menguji apakah skor awal (Pre-test) dan skor akhir (post-test) berbuhungan secara linier. Sehingga untuk menguji linieritas model regresi dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Model Regresi adalah linier
a. Uji Linieritass untuk Kelas Eksperimen
Analisis untuk uji linieritas model regresi kelas eksperimen secara ringkas disajikan pada Tabel berikut (selengkapnya dapat dilihat di lampiran 8).
Tabel 4.10
Analisis varians untuk Uji Linieritas kelas Eksperimen
Source of Varians SS Df MS F* Regression Error 1696,71 4784,79 1 33 1696,71 125,916 1,045 Lack of Fit Pure Error 4597,851 3364,91 20 18 229,8925 189,9394
Dengan taraf signifikan = 5 % diperoleh F(0,95;20;18) = 2,12, berarti F* < F(0,95;20;18), maka H0 diterima atau model regresi kelas eksperimen adalah
linier . Artinya pada kelas eksperimen kemampuan awal siswa (O1) dan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa (O2) berhubungan secara linier.
Dengan begitu model regresi yang diajukan yaitu Ye = 45,055 + 0,552 Xe adalah cocok.
b. Uji linieritas untuk Kelas Kontrol
Analisis untuk uji linieritas model regresi kelas control secara ringkas disajikan pada Tabel berikut ini (selengkapnya dapat dilihat di lampiran)
Tabel 4.11
Analisis varians untuk Uji Linieritas kelas Kontrol
Source of Varians SS Df MS F* Regression Error 4250,640 3683,335 1 38 4250,640 96,929 1,056 Lack of Fit Pure Error 3465,805 3703,195 21 17 165,0383 217,835
Dengan taraf signifikan = 5 % diperoleh F(0,95;18;20) = 2,12, berarti F* < F(0,95;20;18), maka H0 diterima atau model regresi kelas eksperimen adalah
linier . Artinya pada kelas kontrol kemampuan awal siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa berhubungan secara linier. Dengan begitu model regresi yang diajukan yaitu Yk = 17,48 + 1,009 Xk adalah cocok.
4. Uji Homogenitas Gradien Regresi
Analisis varians dengan menggunakan statistik-F dapat digunakan untuk menguji homogenitas model regresi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
H0 : β2 = β4 dan H1 : β2 ≠ β4
Dengan kriteria pengujian, tolak H0 jika F* ≥ F(1- ,k-1,N-2k) untuk = 0.05
Keterangan : β2 adalah koefisien model regresi untuk kelas eksperimen
β4 adalah koefisien model regresi untuk kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran ) diperoleh model regresi linier data gabungan sebagai berikut:
Y = 58,435 + 0,92 X F* = 12,278
Dengan menggunakan taraf signifikan = 5 % diperoleh F(0,95;2;76) = 3,11 berarti
F* > F(0,95;2;76), maka H0 ditolak. Artinya model regresi linier kelas eksperimen
dan kelas kontrol tidak sama atau tidak berimpit. 5. Uji kesejajaran dua model regresi
Karena dua model regresi tidak sama, maka dilanjutkan dengan menguji kesejajaran koefisien regresi. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesejajaran model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol (selengkapnya dapat dilihat di lampiran)
Diperoleh hasil sebagai berikut: A = 8054,4466
B = 8064,398708 F* = 0,9391
Dengan menggunakan taraf signifikan = 5% diperoleh F(0,95;1;76) = 3,96 Berarti F* < F(0,95;1;76), maka H0 diterima artinya model regresi linier kelas
eksperimen dan kelas kontrol sejajar. 6. Uji Hipotesis Penelitian
Setelah ketiga syarat dipenuhi yaitu keberartian koefisien regresi, linieritas dan homogenitas model regresi, maka dilanjutkan dengan menguji apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, dengan menggunakan analysis of covarians (ANAKOVA). Untuk pengujian ini dirumuskan hipotesis statistika sebagai berikut:
H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan statistika-F. Dengan kriteria pengujian tolak H0 jika F0 =Fhitung ≥ Ftabel pada taraf signifikansi =5% yang
dipilih dengan derajat bebas pembilang a – 1 dan db penyebut nt – m – a.
Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada lampiran diperoleh F0= 18,284>
F(0.95;1;38) = 4,00 sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan terima H1. Artinya
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mempersiapan semua perangkat pembelajaran yang akan digunakan, yang terdiri dari :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Bahan Ajar
3. Tes Kemampuan Awal (Pre-test)
Perangkat pembelajaran diatas sebelumnya telah divalidasi oleh 3 validator yang terdiri dari 1 orang dosen pendidikan matematika Universitas Negeri Gorontalo dan 2 orang dari guru SMP N 4 Kotamobagu, begitu juga dengan semua intrumen yang digunakan pada penelitian ini sudah divalidasi sebelumnya.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei – 10 Juni 2013 di SMP Negeri 4 Kotamobagu, seperti yang telah disebutkan pada bab III yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VII B yang masing-masing berjumlah 40 orang.
Dengan latar belakang permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan, yaitu masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, maka peneliti mencoba menformulasikan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving yang dibarengi dengan penggunaan multimedia serta dibatasi pada pokok bahasan persamaan linier satu variable. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Dengan menggunakan pendekatan probelm solving yang berbasis multimedia maka diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematik. Masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik dari kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel.
4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Analisis Deskriptif Pada bab III telah ditetapkan kriteria untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa secara klasikal bertitik tolak dari ketuntasan belajar secara klasikal dan individual, berdasarkan kriteria yang ditetapkan tersebut kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia mencapai namun pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional belum tercapai. Dari data hasil post tes menunjukkan, 31 siswa dari 40 siswa pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia tuntas belajar atau 77.25 % siswa yang tuntas menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematik. Sedangkan pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional hanya mencapai 50% atau 20 dari 40 siswa yang dapat meyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia pada pokok bahasan persamaan linier satu variable.
Respon siswa terhadap penerapan pendekatan problem solving berbasis multimedia dapat dilihat dari angket yang diperoleh, menunjukkan bahwa jumlah persentase siswa yang memilih kategori sangat senang dan senang yaitu sebesar 96.75%, lebih dari pada jumlah pesentase siswa yang memilih kategori kurang
senang dan tidak berminat sangat tidak setuju yaitu sebesar 3.25 %. Berarti siswa cenderung setuju atau berminat terhadap pendekatan yang digunakan. Dengan kata lain sebagian besar siswa memberi respon positif terhadap penerapan pendekatan problem solving berbasis multimedia dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel.
4.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Analisis Inferensial Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan kemampuan awal dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia adalah Ye = 45,055 + 0,552 Xe. Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan kemampuan awal dan kemampuan pemecahan masalah matematik siwswa yang diajar tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia adalah Yk = 17,48 + 1,009 Xk. Sedangkan
hasil analisis uji independensi antara skor pretes dan post tes dari siswa kelas yang diajarkan dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional, menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Pada hasil analisis linieritas, ternyata kedua model regresi untuk kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional memenuhi model regresi linier. Hubungan kemampuan awal dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dapat dinyatakan dalam bentuk regresi linier. Hal ini mengidentifikasikan
bahwa semakin tinggi kemampuan awal siswa maka akan diikuti semakin tinggi pula kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Dari hasil analisis uji kesejajaran, diperoleh kedua model regresi di atas sejajar. Karena kedua model regresi linier untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dengan siswa yang diajar tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia.
Garis regresi dari kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional sejajar dan konstanta garis regresi untuk kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih tinggi dari konstanta garis regresi kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional, maka hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia
Dari hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa hasil analisis statistik inferensial, pada intinya menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar pembelajaran konvensional pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel.