• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. validitas konstruksi dan validitas isi. Validitas konstruksi yaitu validitas yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. validitas konstruksi dan validitas isi. Validitas konstruksi yaitu validitas yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes a. Uji Validitas Tes

Pengujian validitas tes dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 bentuk yaitu validitas konstruksi dan validitas isi. Validitas konstruksi yaitu validitas yang dilakukan melalui bimbingan dosen dan guru mitra. Sedangkan validitas isi yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:



    2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rxy

dengan menggunakan taraf nyata dan N = 26 dengan kriteria interval kepercayaan 95% maka diperoleh harga rdaftar = ( )( )= 0,39. Dengan

membandingkan harga rdaftar dengan r hitung setiap item soal yang ada pada

(lampiran 10), diperoleh bahwa rdaftar < rhitung . Hal ini menunjukkan bahwa semua

item pada soal valid dan baik jika digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Koefisien validasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1

Koefisien Validasi dan Status Validasi Nomor

Soal

Koefisien Validasi Status Validasi

rhitung rdaftar 1 2 3 4 5 0,74 0,63 0,64 0,54 0,42 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 Valid Valid Valid Valid Valid

(2)

N N X x i

 2 2 2 

b. Uji Reliabilitas Tes

Pengujian reliabilitas tes menggunakan rumus Alfa Crombach dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan varians tiap item soal dengan menggunakan rumus :

Hasil perhitungan varians terdapat pada (lampiran 10) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Varians Tiap Item Soal

No Item Varians 1 5,79 2 8,48 3 5,21 4 5,44 5 7,29

b. Menghitung varians total

Berdasarkan data hasil perhitungan pada tabel di atas dapat diperoleh varians total yaitu 55,94

c. Menghitung reliabilitas tes

Dari hasil perhitungan pada (lampiran 10) diperoleh reliabilitas tes r11=

0,53.

Berdasarkan pedoman interpretasi koofisien reliabilitas pada bab III, terlihat bahwa r11= 0,53 berada pada koofisien reliabilitas sedang. Dengan

(3)

demikian dapat disimpulkan bahwa tes reliabel artinya dapat digunakan sebagai pengumpul data pada penelitian ini.

4.1.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kemampuan guru mengelola pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Hasil analisis dari masing-masing data tersebut disajikan di bawah ini.

1. Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran

Setelah diadakannya pengamatan aktivitas siswa kelas VII A pada saat pembelajaran berlangsung maka hasil pengamatan dari para pengamat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Data Aktifitas Siswa Dalam

No

Aktifitas Siswa yang Diamati Rata-Rata Kemunculan Aktifitas Siswa Rentang Kategori Baik Kriteria 1 Mendengarkan/memperhati kan penjelasan guru.

38.00%

29,30 - 39,30

Baik

2 Membaca buku/ LKS /tugas yang berkaitan dengan pelajaran/menulis.

10.33% 0,40 – 10,40 Baik

(4)

No

Aktifitas Siswa yang Diamati Rata-Rata Kemunculan Aktifitas Siswa Rentang Kategori Baik Kriteria

soal/tugas/perintah dari guru 39,90 4 Bertanya pada guru atau

teman

6.67% 7,20 – 17,20 Baik

5 Mendengarkan jawaban penjelasan atau pertanyaan guru/teman atau bertanya.

8.67% 8,20 – 18,20 Baik

6 Kegiatan lain yang tidak relevan dengan

pembelajaran

3.00% 0,00 – 5,00 Baik

Secara keseluruhan hasil aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan kriteria batasan efektif adalah efektif.

2. Data Respon Siswa

Hasil rangkuman respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(5)

Tabel 4.4

Rekapitulasi Hasil Angket Respon Siswa

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase siswa yang memberi respon positif terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia 96.75%. Dimana terlihat 42.00 % memberi respon: sangat berminat, sangat membantu, sangat senang, sangat meningkat; dan 54.75% memberi respon: senang, meningkat, membantu, berminat.

3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Pelaksanaan tes kemampuan pemecahan masalah untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang

NO

Kriteria Respon Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Penggunaan Multi Media

Banyak Siswa Yang Memberi Respon

1 Sangat Senang, Sangat meningkat, Sangat membantu, Sangat berminat

42.00%

2 Senang, meningkat, membantu, Berminat 54.75% 3 Kurang Senang, Kurang meningkat, Kurang

membantu, Kurang Berminat

3.00%

4 Tidak Senang, Tidak meningkat, Tidak membantu, Tidak Berminat

0.25%

(6)

diajarkan dengan pembelajaran konvensional dilakukan satu kali yaitu posttes. Pada kelas yang diajarkan dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia (kelas VII A) dan kelas yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional (kelas VII B) diikuti oleh masing-masing 40 siswa.

Perbandingan data kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII A (kelas eksperimen) dan kelas VII B (kelas kontrol) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Rata-rata hasil post-test 55.75 47.53

Banyak siswa yang tuntas 31 20

Persentase banyak siswa yang tuntas 77.50% 50%

Ketuntasan belajar secara klasikal Tuntas Tidak Tuntas

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia tergolong tuntas sedangkan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional berdasarkan kriteria ketuntasan belajar secara klasikal pada Bab III tergolong tidak tuntas. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional yaitu siswa pada kelas yang diajar dengan

(7)

pendekatan problem solving berbasis multimedia memperoleh rata-rata skor 55,75 dari skor total 80, sedangkan siswa pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensioanla hanya memperoleh skor 47,53 dari skor total 80. Di samping itu pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia banyaknya siswa yang tuntas kemampuan pemecahan masalah matematiknya adalah 31 siswa dari 40 siswa, sedangkan pada kelas yang diajar dengan pemeblajaran konvensional banyaknya siswa yang tuntas kemampuan pemecahan masalah matematik adalah 20 siswa dari 40 siswa.

4. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat mengenai kemampuan guru mengelola pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia

Kategori Pengamatan

Pertemuan ke- Rata-rata Kate-gori I II III PENDAHULUAN 1. Memotivasi/mengkomunikasi kan tujuan pembelajaran.

3,5 4 4 3,75 Baik

2. Menghubungkan pelajaran hari ini dengan dengan

(8)

pelajaran sebelumnya (membahas PR). KEGIATAN INTI

1. Memberikan masalah . 4 4 4 4 Baik

2. Memberi kesempatan pada salah seorang siswa untuk membacakan soal dengan keras, siswa yang lain memperhatikan.

4 4 4 4 Baik

3. Membantu siswa memahami “konteks” dalam soal.

3 4 4 3,5 Baik

4. Memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal dengan memberikan bantuan seperlunya.

3,5 4 4 3,75 Baik

5. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah dengan cara bergantian.

4 4 4 4 Baik

6. Mengopimalkan interaksi siswa dalam bekerja.

(9)

7. Memberi kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dengan jawaban temannya (saat berdiskusi kelompok dan diskusi kelas).

4 4 3,5 3,75 Baik

8. Memberi kesempatan kepada siswa untuk tampil di depan kelas menuliskan jawabannya dan menjelaskan pada

temannya.

4 3,5 4 3,75 Baik

9. Menghargai (dengan pujian) berbagai pendapat siswa.

3 4 4 3,5 Cukup

10. Memberi kesempatan pada siswa untuk menarik

kesimpulan suatu prosedur/konsep.

4 4 4 4 Baik

11. Mendorong siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru atau temannya.

(10)

PENUTUP

1. Menegaskan kembali tentang kesimpulan materi.

4 4 4 4 Baik

2. Memberikan latihan mandiri (PR).

4 4 4 4 Baik

PENGELOLAAN WAKTU 4 4 4 4 Baik

SUASANA DI KELAS

1. Antuasias siswa. 4 4 4 4 Baik

2. Antusias guru. 4 4 4 4 Baik

Rata-rata 3,875 Baik

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai setiap aspek yang diamati dalam mengelola pembelajaran dari tiga kali pertemuan termasuk dalam kategori baik . Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving dan penggunaan multi media memiliki pengaruh positif.

5. Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan pendekatan problem solving dan penggunaan multimedia

Pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia yang ditentukan berdasarkan aktivitas siswa, kemampuan

(11)

guru mengelola pembelajaran, respon siswa, ketuntasan belajar secara klasikal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving Berbasis Multimedia

No Aspek Kategori Keterangan Kesimpulan

1. 2.

3. 4.

Aktivitas siswa

Kemampuan guru mengelola pembelajaran

Respon siswa

Kemampuan pemecahan masalah

Baik Baik Positif Tuntas Adannya pengaruh positif

Dari tabel di atas terlihat bahwa berdasarkan kriteria pengaruh pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia pada Bab III dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia memiliki pengaruh positif khususnya pada materi yang diajarkan yaitu Sistem Persamaan Linier Satu Variabel.

4.1.2 Analisis Inferensial Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) berbasis multimedia pada materi persamaan linier satu variabel lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika tanpa pendekatan pemecahan masalah

(12)

berbasis multimedia merupakan suatu hipotesis peneliti yang terdapat pada bab II dan untuk menguji hipotesis tersebut maka dilakukan analisis inferensial, sesuai dengan desain penelitian maka digunakan Analisis Kovarian (ANAKOVA)

Variabel kovariat pada penelitian ini adalah kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai pretes siswa sedangkan variabel terikat adalah kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dari hasil postes. Untuk dapat menggunakan analisis kovarian (ANAKOVA) terlebih dahulu kita harus memenuhi tiga syarat yaitu :

1. Menguji apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa (Pre-test) sebagai variable kovariat terhadap kemampuan pemecahan masalah (Post-test). 2. Menguji apakah model linier (Uji Linieritas) untuk kedua kelas yakni

kelas eksperimen dan control cocok

3. Menguji apakah mode,l regresi untuk kedua kelas sejajar.

Setelah ketiga syarat diatas telah terpenuhi maka akan dilanjutkan dengan uji ANAKOVA dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Model Regresi

Model regresi Y = a + bX, dengan a dan b adalah estimasi untuk 1 dan 2

dari persamaan Y = 1 + 2 X. Berdasarkan hasil perhitungan model regresi kelas

eksperimen (selengkapnya dapat dilihat di lampiran 6) diperoleh persamaan model regresi berikut.

Ye = 45,055 + 0,552 Xe

Berdasarkan hasil perhitungan model regresi kelas kontrol (selengkapnya dapat di lihat di lampiran 8) diperoleh persamaan model regresi sebagai berikut.

(13)

Yk = 17,48 + 1,009 Xk

2. Uji Independensi

Untuk menguji Independensi maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : 2 = 0 dan H1 : 2 ≠ 0

a. Uji Independensi untuk Kelas Eksperimen

Analisis untuk uji independensi model regresi kelas eksperimen secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7).

Tabel 4.8

Analisis varians untuk Uji independensi kelas Eksperimen

Sumber Varians JK df RJK F* Regresi Kekeliruan 1696,71 4784,79 1 38 1696,71 125,916 13,475 Total 6481,50 39

Dengan taraf signifikan  = 5% diperoleh F (0,95;1;40) = 4,08 berarti F* > F(0,95;1;38). Karena F* > F(0,95;1;40) maka H0 ditolak dan H1 diterima,

dengan kata lain koefisien model regresi tidak sama dengan nol. Berarti kemampuan awal siswa yang didapat dari nilai pre-test (O1) mempunyai

pengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah yang didapat dari nilai post-tes (O2).

(14)

b. Uji Independensi untuk Kelas Kontrol

Analisis untuk uji independensi model regresi kelas control secara ringkas pada tabel berikut (selengkapnya dapat dilihat di lampiran 7).

Tabel 4.9

Analisis varians untuk Uji Independensi kelas Kontrol

Sumber Varians JK df RJK F* Regresi Kekeliruan 4250,640 3683,335 1 38 4250,640 96,929 43,85 Total 7933,975 39

Dengan taraf signifikan  = 5% diperoleh F (0,95;1;40) = 4,08 berarti F* > F(0,95;1;38). Karena F* > F(0,95;1;40) maka H0 ditolak dan H1 diterima, dengan

kata lain koefisien model regresi tidak sama dengan nol. Berarti kemampuan awal siswa yang didapat dari nilai pre-test (O1) mempunyai pengaruh signifikan

terhadap kemampuan pemecahan masalah yang didapat dari nilai post-tes (O2).

3. Uji Linieritas Model Regresi

Setelah melakukan pengujian independensi regresi maka dilanjutkan dengan pengujian linieritas regresi. Uji linieritas regresi ini bertujuan untuk menguji apakah skor awal (Pre-test) dan skor akhir (post-test) berbuhungan secara linier. Sehingga untuk menguji linieritas model regresi dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Model Regresi adalah linier

(15)

a. Uji Linieritass untuk Kelas Eksperimen

Analisis untuk uji linieritas model regresi kelas eksperimen secara ringkas disajikan pada Tabel berikut (selengkapnya dapat dilihat di lampiran 8).

Tabel 4.10

Analisis varians untuk Uji Linieritas kelas Eksperimen

Source of Varians SS Df MS F* Regression Error 1696,71 4784,79 1 33 1696,71 125,916 1,045 Lack of Fit Pure Error 4597,851 3364,91 20 18 229,8925 189,9394

Dengan taraf signifikan  = 5 % diperoleh F(0,95;20;18) = 2,12, berarti F* < F(0,95;20;18), maka H0 diterima atau model regresi kelas eksperimen adalah

linier . Artinya pada kelas eksperimen kemampuan awal siswa (O1) dan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa (O2) berhubungan secara linier.

Dengan begitu model regresi yang diajukan yaitu Ye = 45,055 + 0,552 Xe adalah cocok.

b. Uji linieritas untuk Kelas Kontrol

Analisis untuk uji linieritas model regresi kelas control secara ringkas disajikan pada Tabel berikut ini (selengkapnya dapat dilihat di lampiran)

(16)

Tabel 4.11

Analisis varians untuk Uji Linieritas kelas Kontrol

Source of Varians SS Df MS F* Regression Error 4250,640 3683,335 1 38 4250,640 96,929 1,056 Lack of Fit Pure Error 3465,805 3703,195 21 17 165,0383 217,835

Dengan taraf signifikan  = 5 % diperoleh F(0,95;18;20) = 2,12, berarti F* < F(0,95;20;18), maka H0 diterima atau model regresi kelas eksperimen adalah

linier . Artinya pada kelas kontrol kemampuan awal siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa berhubungan secara linier. Dengan begitu model regresi yang diajukan yaitu Yk = 17,48 + 1,009 Xk adalah cocok.

4. Uji Homogenitas Gradien Regresi

Analisis varians dengan menggunakan statistik-F dapat digunakan untuk menguji homogenitas model regresi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

H0 : β2 = β4 dan H1 : β2 ≠ β4

Dengan kriteria pengujian, tolak H0 jika F* ≥ F(1- ,k-1,N-2k) untuk = 0.05

Keterangan : β2 adalah koefisien model regresi untuk kelas eksperimen

β4 adalah koefisien model regresi untuk kelas kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran ) diperoleh model regresi linier data gabungan sebagai berikut:

(17)

Y = 58,435 + 0,92 X F* = 12,278

Dengan menggunakan taraf signifikan  = 5 % diperoleh F(0,95;2;76) = 3,11 berarti

F* > F(0,95;2;76), maka H0 ditolak. Artinya model regresi linier kelas eksperimen

dan kelas kontrol tidak sama atau tidak berimpit. 5. Uji kesejajaran dua model regresi

Karena dua model regresi tidak sama, maka dilanjutkan dengan menguji kesejajaran koefisien regresi. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesejajaran model regresi kelas eksperimen dan kelas kontrol (selengkapnya dapat dilihat di lampiran)

Diperoleh hasil sebagai berikut: A = 8054,4466

B = 8064,398708 F* = 0,9391

Dengan menggunakan taraf signifikan  = 5% diperoleh F(0,95;1;76) = 3,96 Berarti F* < F(0,95;1;76), maka H0 diterima artinya model regresi linier kelas

eksperimen dan kelas kontrol sejajar. 6. Uji Hipotesis Penelitian

Setelah ketiga syarat dipenuhi yaitu keberartian koefisien regresi, linieritas dan homogenitas model regresi, maka dilanjutkan dengan menguji apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik

(18)

dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, dengan menggunakan analysis of covarians (ANAKOVA). Untuk pengujian ini dirumuskan hipotesis statistika sebagai berikut:

H0 : µ1 ≤ µ2

H1 : µ1 > µ2

Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan statistika-F. Dengan kriteria pengujian tolak H0 jika F0 =Fhitung ≥ Ftabel pada taraf signifikansi =5% yang

dipilih dengan derajat bebas pembilang a – 1 dan db penyebut nt – m – a.

Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada lampiran diperoleh F0= 18,284>

F(0.95;1;38) = 4,00 sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan terima H1. Artinya

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mempersiapan semua perangkat pembelajaran yang akan digunakan, yang terdiri dari :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Bahan Ajar

3. Tes Kemampuan Awal (Pre-test)

(19)

Perangkat pembelajaran diatas sebelumnya telah divalidasi oleh 3 validator yang terdiri dari 1 orang dosen pendidikan matematika Universitas Negeri Gorontalo dan 2 orang dari guru SMP N 4 Kotamobagu, begitu juga dengan semua intrumen yang digunakan pada penelitian ini sudah divalidasi sebelumnya.

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei – 10 Juni 2013 di SMP Negeri 4 Kotamobagu, seperti yang telah disebutkan pada bab III yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VII B yang masing-masing berjumlah 40 orang.

Dengan latar belakang permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan, yaitu masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, maka peneliti mencoba menformulasikan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving yang dibarengi dengan penggunaan multimedia serta dibatasi pada pokok bahasan persamaan linier satu variable. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Dengan menggunakan pendekatan probelm solving yang berbasis multimedia maka diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematik. Masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik dari kemampuan pemecahan

(20)

masalah matematik siswa dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel.

4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Analisis Deskriptif Pada bab III telah ditetapkan kriteria untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa secara klasikal bertitik tolak dari ketuntasan belajar secara klasikal dan individual, berdasarkan kriteria yang ditetapkan tersebut kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia mencapai namun pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional belum tercapai. Dari data hasil post tes menunjukkan, 31 siswa dari 40 siswa pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia tuntas belajar atau 77.25 % siswa yang tuntas menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematik. Sedangkan pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional hanya mencapai 50% atau 20 dari 40 siswa yang dapat meyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia pada pokok bahasan persamaan linier satu variable.

Respon siswa terhadap penerapan pendekatan problem solving berbasis multimedia dapat dilihat dari angket yang diperoleh, menunjukkan bahwa jumlah persentase siswa yang memilih kategori sangat senang dan senang yaitu sebesar 96.75%, lebih dari pada jumlah pesentase siswa yang memilih kategori kurang

(21)

senang dan tidak berminat sangat tidak setuju yaitu sebesar 3.25 %. Berarti siswa cenderung setuju atau berminat terhadap pendekatan yang digunakan. Dengan kata lain sebagian besar siswa memberi respon positif terhadap penerapan pendekatan problem solving berbasis multimedia dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel.

4.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Analisis Inferensial Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan kemampuan awal dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia adalah Ye = 45,055 + 0,552 Xe. Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan kemampuan awal dan kemampuan pemecahan masalah matematik siwswa yang diajar tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia adalah Yk = 17,48 + 1,009 Xk. Sedangkan

hasil analisis uji independensi antara skor pretes dan post tes dari siswa kelas yang diajarkan dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional, menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Pada hasil analisis linieritas, ternyata kedua model regresi untuk kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional memenuhi model regresi linier. Hubungan kemampuan awal dengan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dapat dinyatakan dalam bentuk regresi linier. Hal ini mengidentifikasikan

(22)

bahwa semakin tinggi kemampuan awal siswa maka akan diikuti semakin tinggi pula kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Dari hasil analisis uji kesejajaran, diperoleh kedua model regresi di atas sejajar. Karena kedua model regresi linier untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dengan siswa yang diajar tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia.

Garis regresi dari kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia dan kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional sejajar dan konstanta garis regresi untuk kelas yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih tinggi dari konstanta garis regresi kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional, maka hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar tanpa pendekatan problem solving berbasis multimedia

Dari hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa hasil analisis statistik inferensial, pada intinya menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pendekatan problem solving berbasis multimedia lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar pembelajaran konvensional pada pokok bahasan persamaan linier satu variabel.

Gambar

Tabel 4.2  Varians Tiap Item Soal

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan integrasi Web Usability dan Model Kano, didapatkan hasil True Customer Needs sebanyak sepuluh atribut yang dipilih untuk

Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya penelitian mengenai teknik perbanyakan saninten melalui kultur jaringan untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan

Berdasarkan FTP Telkom ‘96, pensinyalan (signaling) didefinisikan sebagai pertukaran informasi antar elemen dalam jaringan, yang direalisasikan dalam bentuk kode-kode

Peranan sistem informasi pengajuan kredit khususnya dalam hal pemberian kredit diperlukan untuk mendukung penyediaan transaksi yang handal dan akurat, yang dapat memperkecil

Setelah menyelesaikan kuliah ini mahasiswa akan dapat membuat suatu perencanaan produksi yang berorientasi pada kebutuhan pasar, serta merancang ketersediaan

Rumusan Masalah dalam penelitian ini sebagai berikut (1) Apakah Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan

Dari output SPSS diperoleh hasil Sig.. Jika nilai Asymp. &lt; 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan. Jika nilai Asymp. &gt; 0,05 maka tidak terdapat perbedaan