• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Ereksi Dan Ejakulasi Dr Sahrun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mekanisme Ereksi Dan Ejakulasi Dr Sahrun"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME EREKSI DAN

EJAKULASI

(2)
(3)

SISTEM REPRODUKSI PRIA

(4)

Penis

Penis adalah organ seks utama yang letaknya

di antara kedua pangkal paha

mulai dari arcus pubis menonjol ke depan

berbentuk bulat panjang

Pada saat istirahat, foto penis mengecil dan

lembek sehingga kelihatan tergantung tidak

berdaya

saat terangsang, penis akan menegang dan

(5)

Panjang penis orang indonesia saat relaksasi

9-12 cm, saat ereksi penuh mencapai 10-14

cm

Orang barat atau timur tengah saat ereksi

mencapai 12,2-15,5 cm

Bagian utama penis adalah jaringan erektil

yang dapat mengecil atau melembek dan

bisa membesar sampai keras

(6)

Penampang horizontal penis: 3 rongga yakni 2

rongga kavernosa dan 1 rongga spongiosa

Korpus kavernosa diliputi jaringan ikat dan

terdiri atas gelembung-gelembung sinusoid

Dinding dalam atau endothel sangat berperan

untuk bereaksi kimiawi untuk menghasilkan ereksi  arteria helicina.

Seluruh sinusoid diliputi otot polos yang disebut

trabekel

 Sinusoid  venula (sistem pembuluh balik) yang mengumpulkan darah menjadi suatu pleksus

venakembali melalui vena dorsalis profunda dan kembali ke tubuh.

(7)
(8)

Persyarafan penis

Penis dipersyarafi oleh 2 jenis syaraf yakni syaraf

otonom (para simpatis dan simpatis) dan syaraf somatik (motoris dan sensoris)

 Syaraf-syaraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hipotalamus menuju ke penis melalui medulla

spinalis (sumsum tulang belakang).

parasimpatis ke luar dari medulla spinalis pada

kolumna vertebralis di S2-4.

simpatis ke luar dari kolumna vertebralis melalui

segmen Th 11 sampai L2

 parasimpatis dan simpatis menyatu menjadi nervus kavernosa. Syaraf ini memasuki penis pada

pangkalnya dan mempersyarafi otot- otot polos Corpora Cavernosa Penis

(9)

Syaraf somatis terutama yang bersifat

sensoris

membentuk nervus dorsalis penis

yang menyatu dengan syaraf-syaraf lain yang

membentuk nervus pudendus

Syaraf ini juga berlanjut ke kelumna

vertebralis (sumsum tulang belakang) melalui

kolumna vertebralis S2-4

Stimulasi dari penis atau dari otak secara

sendiri atau bersama-sama melalui

(10)

Perdarahan penis

Pendarahan untuk penis berasal dari arteri pudenda

interna  arteria penis communis  2 arteria

kavernosa atau arteria penis profundus yang ketiga ialah arteria bulbourethralis untuk korpus spongiosum

 Arteria memasuki korpus kavernosa lalu bercabang-cabang menjadi arteriol-arteriol helicina yang

bentuknya berkelok-kelok pada saat penis lembek atau tidak ereksi.

 Pada keadaan ereksi, arteriol-arteriol helicina

mengalami relaksasi atau pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah bertambah besar dan cepat

kemudian berkumpul di dalam rongga-rongga lakunar atau sinusoid. Rongga sinusoid membesar sehingga terjadilah ereksi.

(11)

Sebaliknya darah yang mengalir dari sinusoid ke

luar melalui satu pleksus yang terletak di bawah tunica albugenia. Bila sinusoid dan trabekel tadi mengembang karena berkumpulnya darah di seluruh korpus kavernosa, maka vena-vena di sekitarnya menjadi tertekan. Vena-vena di

bawah tunica albuginea ini bergabung

membentuk vena dorsalis profunda lalu ke luar dari Corpora Cavernosa pada rongga penis ke

sistem vena yang besar dan akhirnya kembali ke jantung

(12)
(13)
(14)
(15)

Ereksi

Ereksi merupakan proses yang rumit dan

membutuhkan kerja sama banyak sistem di

dalam tubuh. Proses itu mulai dari otak, sistem syaraf, pembuluh darah sampai hormon turut dilibatkan agar dapat terjadi ereksi

Mekanisme terjadinya ereksi ini disebut Tumescensi

Ereksi penis merupakan hasil dari relaksasi otot

polos penis yang pada dasarnya dimediasi oleh refleks spinal dan melibatkan proses saraf pusat dan pengintegrasian stimuli taktil, olfaktori,

(16)

Pada saat istirahat (tanpa aktivitas seksual),

pembuluh-pembuluh darah arteri di daerah

Corpora Cavernosa, serta otot-otot polos di

trabekel yakni sekitar sinusoid akan

mengalami kontraksi (penciutan) sehingga

darah yang masuk ke penis sangat sedikit.

Rongga-rongga sinusoid di Corpora

Cavernosa hanya terisi sedikit darah sehingga

penis dalam keadaan lembek.

(17)

Pada ereksi penis dapat terjadi sekurang –

kurangnya dua mekanisme, yakni psikogenik dan refleksogenik yang berinteraksi selama aktivitas seksual normal. Ereksi psikogenik

diawali secara sentral sebagai respon terhadap rangsang pendengaran, penglihatan, pembauan atau imaginasi. Ereksi refleksogenik terjadi

akibat pacuan pada reseptor sensoris pada penis, yang dengan interaksi spinal, menyebabkan aksi saraf somatis dan parasimpatis.

(18)

Rangsangan seksual  penerima stimulasi seksual bereaksi dan mengirim pesan kepada

sistem syaraf yang dilanjutkan ke hipotalamus  medulla spinalis atau sumsum tulang belakang

melewati nucleus syaraf otonom S2-4

jaringan-jaringan erektil di Corpora

Cavernosapelepasan neurotransmitter (NO)  mengaktifkan guanilyl cyclase mengubah

guanosin triphosphat (GTP) menjadi siklik guanosin Monophosphat (cGMP) cGMP membuat otot-otot polos dalam Corpora Cavernosa dan arteriol-arteriol relaksasi

sehingga seluruh pembuluh darah di Corpora Cavernosa serta sinusoid akan mengalami pelebaran atau pembesaran

(19)

Selanjutnya rongga-rongga (sinusoid) penuh

dengan darah sehingga penis mulai membesar

 menekan pembuluh darah balik (vena) di

dekatnya sehingga darah tidak bisa ke luar dari Corpora Cavernosa dan darah terperangkap di Corpora Cavernosa dan penis tambah besar

sampai keras Selama proses itu terjadi, impuls seksual terus timbul di dalam otak dan terjadi

relaksasi otot-otot polos di dinding pembuluh darah dan trabekel-trabekel sehingga terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah serta pembesaran sinusoid maka penis akan terus mengeras.

(20)

Pengendalian sistem ereksi melalui sistem

saraf, tonus otot polos korpus kavernosum

dikendalikan oleh proses biokimia yang

kompleks di tingkat sistem saraf perifer dan

sentral. Saraf otonom simpatis, parasimpatis,

dan saraf somatis mengendalikan tonus otot

polos korpus kavernosum dan sistem

vaskulernya melalui hubungan neuroanatomi

yang merupakan bagian integral inervasi dari

traktus urinarius bawah.

(21)

Detumescensi (Menurunkan

Ereksi)

Untuk menjaga supaya ereksi tidak terjadi

terus-menerus, maka cGMP harus dikurangi

sehingga tidak terjadi relaksasi otot-otot

polos terus menerus. Di dalam sel otot polos

di dalam Corpora Cavernosa ada mekanisme

tersendiri, yakni adanya 5 yang mengubah

cGMP menjadi 5 guanosine monophosphat

(5GMP), sehingga jumlah cGMP berkurang.

(22)

Bila cGMP tinggal sedikit maka relaksasi otot

polos akan hilang kemudian mengkerut

(kontraksi) sehingga penis menjadi kecil atau

kembali ke fase istirahat. Kemudian bila ada

stimulasi seks, NO akan dibentuk lagi dan

akhirnya cGMP akan meningkat dan otot

polos akan mengalami relaksasi dan penis

ereksi lagi.

(23)

Selama tidak ada stimulasi seks, penis akan

tetap istirahat. NO tidak diproduksi sehingga

cGMP tidak terbentuk dan penis akan tetap

lembek. Demikian mekanisme ereksi,

istirahat, ereksi dan istirahat dari penis

manusia.

(24)
(25)

Ejakulasi

Saat pria telah mencapai titik kepuasan

seksual atau orgasme, kerja

saraf

parasimpatis

digantikan oleh saraf simpatis

sehingga pembuluh darah kembali

mengalami

vasokonstriksi

dan ruang-ruang

darah dalam penis kembali kosong.

(26)

Pembuluh darah balik, setelah sebelumnya

tersumbat, kembali dapat mengantarkan

darah dari jaringan erektil penis kembali ke

jantung.

Saluran keluar sperma yang mengandung

spermatozoa kembali terbuka sehingga

sperma dapat dikeluarkan dengan bebas.

Dengan demikian, puncak dari aktivitas

seksual pria, yaitu ejakulasi, akan terjadi

(27)

 Proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom

 Asetilkolin berperan sebagai neurotransmiter ketika saraf simpatis mengaktivasi kontraksi dari leher

kandung kemih, vesikula seminalis, dan vas deferens.

 Refleks ejakulasi berasal dari kontraksi otot bulbokavernosus dan ischiokavernosus serta dikontrol oleh saraf pudendus.

Jadi ejakulasi terjadi karena mekanisme refleks

yang dicetuskan oleh rangsangan pada penis

melalui saraf sensorik pudendus yang terhubung dengan persarafan tulang belakang (T12-L2) dan korteks sensorik (salah satu bagian otak).

(28)

Tujuan dari ejakulasi adalah menghantarkan

sel sperma atau spermatozoa yang

diproduksi oleh testis ke dalam saluran

reproduksi wanita untuk membuahi sel telur

atau ovum wanita.

Fungsi penis adalah sebagai penghantar sel

(29)
(30)

Tahap-Tahap Aktifitas Seksual Pria

1. Ereksi penis

Ereksi disebabkan karena impuls parasimpatis yang melepaskan nitric oxide dan atau peptide intestinal vasoaktif selain asetilkolin (Guyton, 2006). Selama ereksi, jaringan arteri memasok darah sekurang-kurangnya 100-140 ml. Pada puncak ereksi, tekanan intrakavernosa melebihi tekanan sistolik (Wibowo, 2007).

2. Lubrikasi

Selama perangsangan seksual, serabut saraf parasimpatis juga menyebabkan glandula uretral dan bulbouretral mensekresi cairan mukosa yang mengalir melewati uretra.

3. Emisi dan ejakulasi

Emisi adalah pergerakan semen ke dalam uretra. Ejakulasi

merupakan proses terdorongnya semen keluar dari uretra di saat orgasme (Guyton, 2006).

(31)

4.

Resolusi

Pada fase terahir terjadi kontriksi otot

polos trabekuler dan vasokontriksi arteriol

yang memasok darah ke jaringan erektil.

Terjadi aliran darah keluar dari sinus

venosus sehingga penis menjadi lemas

atau flaksid. Fase ini diperantarai oleh

saraf adrenergik simpatis.

(32)

kesimpulan

Mekanisme fungsi seksual melibatkan beberapa

unsur : libido, ereksi dan ejakulasi. Disfungsi seksual dapat terjadi akibat gangguan fungsi tersebut dan kombinasinya.

(33)

Referensi

Dokumen terkait

a, antena;b, otak;c, simpul Syaraf Ventral;d, saluran pencernaan; e,pembuluh darah dorsal;f, kaki beruas-ruas B= Centipede.. Memperlihatkan bentuk yang simetris bilateral,

Organ sirkulatori pada hewan yang memiliki sistem terdiri atas jantung dan pembuluh darah, mulai dari pembuluh ateri, vena, arteriol, venula, hingga jaringan kapiler.. 2.2

Peyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung

Ulkus Diabetikum atau biasa disebut luka diabetikum adalah komplikasi penyakit Diabetes Militus, luka muncul akibat kelainan syaraf dan pembuluh darah yang

Hipertensi merupakan penyebab terbesar terjadinya stroke, dalam hipertensi akan terjadi gangguan pembuluh darah yang mengecil, sehingga aliran darah yang menuju otak akan

Aliran darah laminer normal tipikal dijumpai pada daerah-daerah pembuluh darah arterial yang disebut ‘lesi yang terproteksi’ di- mana dapat menghambat mekanisme-

Pembuluh darah otak akan mengalami penyumbatan sehingga pasokan oksigen dan nutrisi ke otak akan berkurang dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya kerusakan sel saraf pada otak

Mekanisme yang terlibat adalah mulai tidak normalnya fungsi pembuluh darah secara normal pada lansia, penignkatan kadar protein darah yang rendah, fungsi pompa